DOCRPIJM ea0d2f3c79 BAB IIBAB 2 PROFIL KABUPATEN KOTA
BAB II
PROFIL KABUPATEN/KOTA
2.1
Geografi dan Administratif Wilayah
Kabupaten Wajo berada pada posisi 3º39’ - 4º16’ Lintang Selatan
dan 119º53’ - 120º27’ Bujur Timur, terletak di bagian tengah Propinsi
Sulawesi Selatan dan pada Zone tengah yang merupakan suatu depresi
yang memanjang pada arah laut tenggara. Kabupaten Wajo memiliki luas
wilayah 2.506,19 Km² atau mencakup 4,01% dari luas Wilayah Propinsi
Sulawesi Selatan dengan batas wilayah fisik dan administrasi Kabupaten
Wajo adalah sebagai berikut:
2.2
-
Sebelah Utara
: Kab. Luwu dan Kab. Sidenreng Rappang
-
Sebelah Timur
: Teluk Bone
-
Sebelah Selatan
: Kab. Bone dan Kab. Soppeng
-
Sebelah Barat
: Kab. Soppeng dan Kab. Sidrap
Demografi
Jumlah penduduk dalam periode dua tahun terakhir memperlihatkan
adanya kecenderungan yang terus mengalami peningkatan dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 0,14 persen, dari 388.990 pada tahun
2010 menjadi 389.552 jiwa pada tahun 2012.
Persebaran penduduk, jumlah penduduk yang sebanyak itu tersebar
pada 14 kecamatan atau 128 desa dan 48 kelurahan; dengan kepadatan
penduduk per kilometer persegi sekitar 155 jiwa. Kecamatan yang
terpadat penduduknya adalah Kecamatan Tempe dan Pitumpanua.
Kedua kecamatan tersebut merupakan sentra perekonomian Kabupaten
Wajo, sehingga mudah dipahami apabila kecamatan tersebut mempunyai
penduduk yang padat.
2.3
Topografi
Ketinggian
Ketinggian wilayah dari permukaan laut (elevasi) merupakan faktor
pembatas alam terhadap pengusahaan tanaman di daerah beriklim
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
21
tropis. Begitu pula pengaruh pembatas ketinggian akan banyak
tampak pada temperatur (suhu) yang selanjutnya berpengaruh pula
terhadap pertumbuhan.
Dalam menyusun penggolongan wilayah tanah usaha, ketinggian
wilayah dikelompokkan ke dalam beberapa kelas, yaitu :
a. Ketinggian wilayah antara 0-7 meter di atas permukaan laut
dikelompokkan ke dalam kelompok tanah usaha terbatas.
b. Ketinggian wilayah antara 7-25 meter di atas permukaan laut di
kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha utama Ia
dan Ib.
c. Ketinggian wilayah antara 25-100 meter di atas permukaan laut di
kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha Utama Ic.
d. Ketinggian wilayah antara 100-500 meter di atas permukaan laut
di kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha utama
Id.
Berdasarkan peta ketinggian kabupaten Wajo skala 1 : 100.000, maka
penyebaran kelompok ketinggian wilayah dan luasnya di setiap
kecamatan menurut konsepsi di atas, disajikan pada Tabel 2.1.
Pada Tabel tersebut terlihat bahwa di Kabupaten Wajo penyebaran
ketinggian wilayah antara 0-100 meter di atas permukaan laut luasnya
adalah
209.876,98
hektar atau
84,13
persen
terhadap
luas
kabupaten.
Untuk ketinggian wilayah lebih dari 100 meter di atas permukaan laut
luasnya 11.414,18 hektar atau 4,58 % terhadap luas kabupaten.
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
22
Tabel 2.1
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KETINGGIAN
DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN WAJO
KECAMATAN
KETINGGIAN
LUAS (HA)
Sabbangparu
100 sampai 500 m
14.75
25 sampai 100 m
2616.66
7 sampai 25 m
8759.39
Rawa
1031.25
LUAS KEC. SABBANGPARU
12422.05
Tempe
100 sampai 500 m
4.20
25 sampai 100 m
1656.60
7 sampai 25 m
1646.15
Danau
543.68
Rawa
416.74
LUAS KEC. TEMPE
4267.37
Pammana
100 sampai 500 m
22.92
25 sampai 100 m
5811.29
7 sampai 25 m
7593.49
Danau
212.80
Rawa
1350.56
LUAS KEC. PAMMANA
14991.06
Bola
0 sampai 7 m
1026.73
25 sampai 100 m
4290.87
7 sampai 25 m
8975.95
Rawa
3418.27
LUAS KEC. BOLA
17711.82
Takkalalla
0 sampai 7 m
4549.11
25 sampai 100 m
5314.23
7 sampai 25 m
6925.98
LUAS KEC. TAKKALALLA
16789.32
Sajoanging
0 sampai 7 m
8417.31
25 sampai 100 m
3294.17
7 sampai 25 m
5603.08
LUAS KEC. SAJOANGING
17314.56
Majauleng
0 sampai 7 m
71.39
100 sampai 500 m
396.92
25 sampai 100 m
13926.50
7 sampai 25 m
6809.87
Danau
31.85
Rawa
822.40
LUAS KEC. MAJAULENG
22058.93
Tanasitolo
100 sampai 500 m
343.06
25 sampai 100 m
10414.03
7 sampai 25 m
2598.88
Danau
349.61
PERSEN (%)
0.12%
21.06%
70.51%
8.30%
100.00%
0.10%
38.82%
38.58%
12.74%
9.77%
100.00%
0.15%
38.77%
50.65%
1.42%
9.01%
100.00%
5.80%
24.23
50.68%
19.30%
100.00%
27.10%
31.65%
41.25%
100.00%
48.61%
19.03%
32.36%
100.00%
0.32%
1.80%
63.13%
30.87%
0.14%
3.73%
100.00%
2.26%
68.46%
17.08%
2.30%
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
23
LUAS KEC.
9.
Belawa
10.
LUAS KEC.
Maniangpajo
LUAS KEC.
11.
Keera
12.
LUAS KEC.
Pitumpanua
13.
LUAS KEC.
Penrang
14.
Gilireng
15.
LUAS KEC.
Danau Tempe
LUAS KEC.
LUAS
Rawa
TANASITOLO
1506.75
15212.33
9.90%
100.00%
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
Danau
Rawa
BELAWA
100 sampai 500 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
Rawa
MANIANGPAJO
> 500 m
0 sampai 7 m
100 sampai 500 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
KEERA
0 sampai 7 m
100 sampai 500 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
PITUMPANUA
0 sampai 7 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
Rawa
PENRANG
100 sampai 500 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
GILIRENG
Danau
Danau1 1 meter
Danau2 1 meter
Danau2 2 meter
Danau2 7 meter
DANAU TEMPE
1465.83
10857.81
456.66
3429.42
16209.72
1788.01
13731.92
1261.46
387.38
17168.77
96.92
6432.98
5405.88
9293.56
7618.70
28848.04
5518.40
454.98
4577.14
7792.98
18343.50
1378.03
7917.44
4329.61
75.49
13700.57
2983.47
16210.20
1189.11
20382.78
6822.73
1261.88
3672.14
2199.52
100.67
14056.94
9.04%
66.98%
2.82%
21.16%
100.00%
10.41%
79.98%
7.35%
2.26%
100.00%
0.34%
22.30%
18.74%
32.22%
26.41%
100.00%
30.08%
2.48%
24.95%
42.48%
100.00%
10.06%
57.79%
31.60%
0.55%
100.00%
14.64%
79.53%
5.83%
100.00%
48.54%
8.98%
26.12%
15.65%
0.72%
100.00%
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kab. Wajo, Hasil Analisis, 2010
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
24
Gambar 2.1.
PETA KETINGGIAN WILAYAH KABUPATEN WAJO
Kemiringan
Kemiringan
lereng
merupakan
faktor fisik
dalam
perencanaan
pembukaan suatu wilayah dan berpengaruh langsung pada usaha dan
kegiatan penduduk.
Dalam
menyusun
tingkat
kemampuan
dan
kesesuaian
tanah,
kemiringan lereng di kelompokkan ke dalam empat kelas, yaitu :
a. Wilayah datar, yaitu wilayah yang berlereng antara 0 – 2 %;
b. Wilayah landai, yaitu wilayah yang berlereng antara 2 – 15 %;
c. Wilayah agak curam, yaitu wilayah yang berlereng antara 15–40 %;
d. Wilayah curam, yaitu wilayah yang berlereng lebih dari 40 %;
Penyebaran luas wilayah menurut kelas kemiringan lereng di setiap
kecamatan Kabupaten Wajo disajikan pada Tabel 2.2. Pada Tabel
tersebut, terlihat bahwa kelas kemiringan lereng antara 0 – 2 %
merupakan wilayah terluas untuk masing-masing kecamatan jika
dibandingkan dengan kemiringan lereng yang lainnya. Wilayah yang
berlereng lebih dari 40 % atau curam dominan berada pada
kecamatan.
Pembagian
wilayah
Kabupaten
Wajo
berdasarkan
kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar 2.3
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
25
Tabel 2.2
LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KEMIRINGAN
DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN WAJO
NO.
1.
KECAMATAN
Sabbangparu
2.
LUAS KEC.
Tempe
3.
LUAS KEC.
Pammana
4.
Bola
5.
LUAS KEC.
Takkalalla
6.
LUAS KEC.
Sajoanging
7.
LUAS KEC.
Majauleng
8.
LUAS KEC.
Tanasitolo
LUAS KEC.
LUAS KEC.
KETINGGIAN
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Rawa
SABBANGPARU
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Danau
Rawa
TEMPE
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Danau
Rawa
PAMMANA
0-2%
2 – 15 %
Rawa
BOLA
0-2%
2 – 15 %
TAKKALALLA
0-2%
2 – 15 %
SAJOANGING
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Danau
Rawa
MAJAULENG
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Danau
Rawa
TANASITOLO
LUAS (HA)
9677.68
293.99
1418.98
1031.25
12421.9
2266.50
139.07
901.38
543.68
416.73
4267.36
11942.52
267.40
1217.95
212.80
1350.58
14991.25
14060.21
233.39
3418.27
17711.87
16728.31
60.94
16789.25
16377.62
936.91
17314.53
19331.90
555.92
1316.96
31.85
822.40
22059.03
8242.47
617.55
4466.21
349.61
1536.50
15212.34
PERSEN (%)
77.91%
2.37%
11.42%
8.30%
100.00%
53.11%
3.26%
21.12%
12.74%
9.77%
100.00%
79.66%
1.78%
8.12%
1.42%
9.01%
100.00%
79.38%
1.32%
19.30%
100.00%
99.64%
0.36%
100.00%
94.59%
5.41%
100.00%
87.64%
2.52%
5.97%
0.14%
3.73%
100.00%
54.18%
4.06%
29.36%
2.30%
10.10%
100.00%
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
26
9.
Belawa
10.
LUAS KEC.
Maniangpajo
11.
LUAS KEC.
Keera
12.
LUAS KEC.
Pitumpanua
13.
LUAS KEC.
Penrang
14.
LUAS KEC.
Gilireng
15.
LUAS KEC.
Danau Tempe
LUAS
0-2%
Danau
Rawa
BELAWA
>40 %
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Rawa
MANIANGPAJO
>40 %
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
KEERA
>40 %
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
PITUMPANUA
0-2%
Rawa
PENRANG
>40 %
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
GILIRENG
Danau
DANAU TEMPE
12323.64
456.66
3429.42
16209.72
70.83
13392.81
1580.82
1736.83
387.38
17168.67
2113.91
20030.98
4651.11
2052.10
28848.10
266.33
16963.02
575.40
538.83
18343.58
13625.08
75.49
13700.57
47.09
10897.22
4323.04
5115.28
20382.63
14056.94
14056.94
76.03%
2.82%
21.16%
100.00%
0.41%
78.01%
9.21%
10.12%
2.26%
100.00%
7.33%
69.44%
16.12%
7.11%
100.00%
1.45%
92.47%
3.14%
2.94%
100.00%
99.45%
0.55%
100.00%
0.23%
53.46%
21.21%
25.10%
100.00%
100.00%
100.00%
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kab. Wajo, Hasil Analisis, 2010
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
27
Gambar 2.2.
PETA KELERENGAN KABUPATEN WAJO
2.4
Geohidrologi
Sungai Besar di Kabupaten Wajo, terdapat 7 sungai. Diantaranya
Sungai Siwa dengan panjang 20,50 Km, Lebar 70,00 m, dan Kedalaman
0,85 m, Sungai Awo panjang 43,50 Km, Lebar 85,00 m, dan Kedalaman
0,65 m, Sungai Keera panjang 27,00 Km, Lebar 65,00 m, dan Kedalaman
0,60 m, Sungai Gilireng panjang 61,50 Km, Lebar 40,00 m, dan
Kedalaman 0,35 m, Sungai Bila/Belawa panjang 15,00 Km, Lebar 40,00
m, dan Kedalaman 0,40 m, Sungai Cenranae panjang 47,00 Km, Lebar
115,00 m, dan Kedalaman 0,70 m, serta Sungai Walennae panjang 28,50
Km, Lebar 95,00 m, dan Kedalaman 0,55 m. Sungai-sungai kecil yang
dialiri di Kabupaten Wajo, sebanyak 33 sungai.
2.5
Geologi
Kemampuan tanah suatu wilayah ditentukan oleh 5 (lima) faktor yang
berpengaruh, yaitu sebagai berikut:
Lereng/kemiringan lahan, yaitu derajat kemiringan permukaan tanah
yang
dapat
menunjukkan/menggambarkan
keberadaan
bentuk
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
28
permukaan tanah/lahan dalam suatu wilayah mulai dari kondisi datar,
bergelombang, berbukit dan bergunung.
Tekstur tanah, yaitu perbandingan relatif berbagai golongan besar
partikel tanah dalam suatu masa-masa tanah terutama perbandingan
antara fraksifraksi lempung, debu dan pasir. Tekstur tanah dibedakan
menjadi ; a) tekstur halus, b) tekstur sedang dan c) tekstur kasar.
Drainase,
dimaksudkan
sebagai
kemarpuan
tanah
dalam
mengalirkan air di atas perperrnukaan tanah(run off/surface) maupun
di bawah permukaan tanah (subsurface) atau adanya infiltrasi air
dalam tanah. Drainase dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas yaitu
larian air (run off) ; a) cepat/tinggi berarti tidak pernah tergenang, b)
sedang artinya antara tergenang dan tidak atau adanya kemampuan
tanah dalam mengatur keseimbangan sirkulasi aliran air (jumlah
curah hujan yang dapat diserap dengan baik) dan c) buruk/rendah
bahkan sangat rendah artinya daerah tergenang atau bisa juga
bentuk permukaan tanahnya merupakan daerah cekungan dengan
kemampuan tanah dalam menyerap air kurang baik.
Kedalaman efektif tanah/Top Soil, dimaksudkan sebagai keadaan
lapisan tanah yang dapat ditembus perakaran tanaman. Kedalaman
efektif tanah menjadi 4 (empat) kelompok yitu ; a) > 90 cm, b) 60 - 90
cm, c) 30 - 60 cm dan d) < 30 cm.
Erosi, adalah kaitannya dengan kemiringan lahan karena semakin
tinggi derajat kemiringan permukaan tanah, maka akan semakin
mudah terjadi pengikisan terhadap permukaan tanah.
2.6
Klimatologi (iklim)
Berdasarkan peta zone agroklimatologi yang disusun oleh Balai
Informasi Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan maka Wilayah Kabupaten
Wajo adalah Tipe Iklim C1,D1,D2,E2 dan E3 dengan definisi bahwa
berdasarkan metode oldeman dalam menentukan tipe iklim sangat
dipengaruhi oleh banyaknya bulan basah dan bulan kering. Kriteria bulan
basah dapat dicirikan dengan banyaknya curah hujan lebih dari 200
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
29
mm/bulan yang terjadi pada Bulan April-Juli secara berurutan, sedangkan
kriteria bulan kering dapat ditandai pada Bulan Agustus-Oktober dengan
iklim yang tergolong tropis tipe B dan tipe C dengan suhu antara 29ºC31ºC.
2.7
Sosial dan Ekonomi
Profil Sosial Budaya
Masyarakat Wajo sebagaimana masyarakat Bugis pada umumnya
merupakan pemeluk Agama Islam bahkan Sengkang dikenal dengan
predikat Kota Santri dimana berdiri sebuah Pasantren dan Perguruan
Islam As’adiyah yang didirikan oleh K.H Muhammad As’ad pada 1930 M /
1348 H. dan Pasantren dan Perguruan Islam ini telah banyak dihasilkan
kader ulama yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Walaupun
mayoritas penduduknya pemeuk Agama Islam di Kabupaten Wajo Juga
berdiri bangunan tempat ibadah lain yaitu Gereja, hal ini menggambarkan
bahwa pemeluk agama lain diberi keleluasan untuk menjalankan
ibadahnya termasuk kaum minoritas etnis Tionghoa. Keadaan ini
memberikan dampak yang sangat positif terhadap kehidupan beragam
karena mereka saling menghormati dan menghargai satu dengan yang
lainnya.
Disektor Pendidikan, sebagaimana tujuan pendidikan nasional maka
sector pendidikan mendapat prioritas utama dan senantiasa diadakan
program pembinaan dan peningkatan mutu utamanya dalam peranannya
menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai nilai
strategis
kerena
merupakan
prasyarat
mutlak
bagi
Wajo
untuk
memenangkan Kompetisi diera otonomi daerah. Beberapa upaya yang
dilakukan yaitu membina kelas unggulan dari tingkat SD sampai dengan
SMA, mengikutkan apparatus pemerintahan dalam program pendidikan
formal S.1 dan Pasca Sarjana dan memberikan bantuan peningkatan
sarana dan prasarana pendidian termasuk pendidikan agama.
Pola kebiasaan terkadang identik dengan budaya, karena budaya itu
sendiri biasanya terbentuk dari pola perilaku kebiasaan yang diwariskan
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
30
secara turun temurun. Budaya merupakan perwujudan dari suatu karya
atau hasil daya cipta (karya) manusia tehadap apa yang dilihat dan terjadi
di lingkungan sekelilingnya. Suatu karya terkadang bisa menjadi pola
perilaku kebiasaan bahkan bisa menjadi suatu mitos yang harus diyakini
dan dipertahankan serta untuk diteladani oleh para generasi penerusnya.
Ada
banyak
ragam
kebiasaan
dan
budaya
yang
berkembang
dimasyarakat dan sering kali dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik
secara letak fisik geografis maupun, lingkungan sosial dan lain
sebagainya.
Lingkungan fisik geografis cukup berpengaruh dalam pembentukan
karakter dan kepribadian manusia, seperti diketahui bahwa manusia yang
dibentuk oleh lingkungan geografis fisik kawasan pantai dengan kawasan
dataran tinggi/pegunungan sangatlah tidak sama sifat/karakter dan pola
prilakunya.
Umumnya manusia yang berbentukoleh lingkungan kawasan pantai,
akan memiliki sifat dan karakter lebih keras, temperamental dan opensive
disbanding
manusia
yang
berbentuk
oleh
lingkungan
daerah
pegunungan/dataran tinggi yang sifat dan waktunya cenderung melunak
serta defensive.
Kehidupan Sosial masyarakat Wajo dilihat dari segi pemenuhan
kebutuhan hidup masih sebagian besar berada dibawah garis kemiskinan.
Profil Ekonomi
Perkembangan perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari
berbagai sisi, seperti perkembangan
pertumbuhan ekonomi, dan
pendapatan perkapita. Selain itu, bisa juga dengan cara melihat lebih
detail
sektor-sektor
ekonomi
yang
berkontribusi
terhadap
total
pendapatan wilayah (PDRB).
Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Perkapita
Kinerja perekonomian Kabupaten Wajo mengalami perlambatan yaitu
dari sebesar 10,93 persen pada Tahun 2011 menjadi 8,01 persen pada
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
31
Tahun
2013.
Hal
tersebut
menunjukkan
adanya
perlambatan
perekonomian Kabupaten Wajo, yang tidak seperti pada Tahun 20102011 yang memperlihatkan kegiatan ekonomi yang relatif lebih cepat.
Melambatnya kinerja perekonomian tersebut disebabkan masih
adanya pengaruh pada menurunnya produksi komoditi pertanian
utamanya padi.
Terdapat beberapa kegiatan sektor ekonomi pada Tahun 2013
mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun sebelumnya. Sektor ekonomi tersebut adalah
pertanian, perdagangan / hotel / restoran. Selain sektor tersebut
memperlihatkan kinerja sektor yang lebih baik. Kinerja sektor pertanian
pada tahun ini menjadi pemicu perlambatan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Wajo yang tumbuh sebesar 8,01 persen (Tahun 2012 sebesar
8,71 persen).
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
Perekonomian
domestik
regional
bruto
atas
harga
berlaku
menunjukkan perubahan sektor ekonomi dari tahun ke tahun atau
peranan suatu sektor ekonomi terhadap perekonomian. Perekonomian
Kabupaten Wajo didominasi oleh sektor pertanian sebesar 38,19%
dimana sektor ini paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sekitar
49,12 persen dari total tenaga kerja.
Tren peranan sektor pertanian terus mengalami penurunan dalam
dua decade, sedangkan sektor perdagangan, konstruksi dan jasa-jasa
mengalami tren yang meningkat. Terjadinya pergeseran sektor ini
tentunya disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah semakin
terbatasnya lahan pertanian, sehingga penduduk beralih ke sektor yang
cukup mempunyai prospek lebih menjanjikan yaitu sektor konstruksi,
perdagangan dan jasa.
Berdasarkan produk domestik regional bruto atas harga berlaku
(current prices) perekonomian Kabupaten Wajo pada Tahun 2013 telah
mencapai sekitar 8,9 triliun rupiah. Angka tersebut pada Tahun 2011 baru
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
32
mencapai sekitar 6,6 triliun rupiah, jadi dalam periode tersebut telah
terjadi peningkatan sebesar 2,2 triliun rupiah atau meningkat rata-rata per
tahun sebesar 17,42 persen.
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
33
PROFIL KABUPATEN/KOTA
2.1
Geografi dan Administratif Wilayah
Kabupaten Wajo berada pada posisi 3º39’ - 4º16’ Lintang Selatan
dan 119º53’ - 120º27’ Bujur Timur, terletak di bagian tengah Propinsi
Sulawesi Selatan dan pada Zone tengah yang merupakan suatu depresi
yang memanjang pada arah laut tenggara. Kabupaten Wajo memiliki luas
wilayah 2.506,19 Km² atau mencakup 4,01% dari luas Wilayah Propinsi
Sulawesi Selatan dengan batas wilayah fisik dan administrasi Kabupaten
Wajo adalah sebagai berikut:
2.2
-
Sebelah Utara
: Kab. Luwu dan Kab. Sidenreng Rappang
-
Sebelah Timur
: Teluk Bone
-
Sebelah Selatan
: Kab. Bone dan Kab. Soppeng
-
Sebelah Barat
: Kab. Soppeng dan Kab. Sidrap
Demografi
Jumlah penduduk dalam periode dua tahun terakhir memperlihatkan
adanya kecenderungan yang terus mengalami peningkatan dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 0,14 persen, dari 388.990 pada tahun
2010 menjadi 389.552 jiwa pada tahun 2012.
Persebaran penduduk, jumlah penduduk yang sebanyak itu tersebar
pada 14 kecamatan atau 128 desa dan 48 kelurahan; dengan kepadatan
penduduk per kilometer persegi sekitar 155 jiwa. Kecamatan yang
terpadat penduduknya adalah Kecamatan Tempe dan Pitumpanua.
Kedua kecamatan tersebut merupakan sentra perekonomian Kabupaten
Wajo, sehingga mudah dipahami apabila kecamatan tersebut mempunyai
penduduk yang padat.
2.3
Topografi
Ketinggian
Ketinggian wilayah dari permukaan laut (elevasi) merupakan faktor
pembatas alam terhadap pengusahaan tanaman di daerah beriklim
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
21
tropis. Begitu pula pengaruh pembatas ketinggian akan banyak
tampak pada temperatur (suhu) yang selanjutnya berpengaruh pula
terhadap pertumbuhan.
Dalam menyusun penggolongan wilayah tanah usaha, ketinggian
wilayah dikelompokkan ke dalam beberapa kelas, yaitu :
a. Ketinggian wilayah antara 0-7 meter di atas permukaan laut
dikelompokkan ke dalam kelompok tanah usaha terbatas.
b. Ketinggian wilayah antara 7-25 meter di atas permukaan laut di
kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha utama Ia
dan Ib.
c. Ketinggian wilayah antara 25-100 meter di atas permukaan laut di
kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha Utama Ic.
d. Ketinggian wilayah antara 100-500 meter di atas permukaan laut
di kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha utama
Id.
Berdasarkan peta ketinggian kabupaten Wajo skala 1 : 100.000, maka
penyebaran kelompok ketinggian wilayah dan luasnya di setiap
kecamatan menurut konsepsi di atas, disajikan pada Tabel 2.1.
Pada Tabel tersebut terlihat bahwa di Kabupaten Wajo penyebaran
ketinggian wilayah antara 0-100 meter di atas permukaan laut luasnya
adalah
209.876,98
hektar atau
84,13
persen
terhadap
luas
kabupaten.
Untuk ketinggian wilayah lebih dari 100 meter di atas permukaan laut
luasnya 11.414,18 hektar atau 4,58 % terhadap luas kabupaten.
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
22
Tabel 2.1
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KETINGGIAN
DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN WAJO
KECAMATAN
KETINGGIAN
LUAS (HA)
Sabbangparu
100 sampai 500 m
14.75
25 sampai 100 m
2616.66
7 sampai 25 m
8759.39
Rawa
1031.25
LUAS KEC. SABBANGPARU
12422.05
Tempe
100 sampai 500 m
4.20
25 sampai 100 m
1656.60
7 sampai 25 m
1646.15
Danau
543.68
Rawa
416.74
LUAS KEC. TEMPE
4267.37
Pammana
100 sampai 500 m
22.92
25 sampai 100 m
5811.29
7 sampai 25 m
7593.49
Danau
212.80
Rawa
1350.56
LUAS KEC. PAMMANA
14991.06
Bola
0 sampai 7 m
1026.73
25 sampai 100 m
4290.87
7 sampai 25 m
8975.95
Rawa
3418.27
LUAS KEC. BOLA
17711.82
Takkalalla
0 sampai 7 m
4549.11
25 sampai 100 m
5314.23
7 sampai 25 m
6925.98
LUAS KEC. TAKKALALLA
16789.32
Sajoanging
0 sampai 7 m
8417.31
25 sampai 100 m
3294.17
7 sampai 25 m
5603.08
LUAS KEC. SAJOANGING
17314.56
Majauleng
0 sampai 7 m
71.39
100 sampai 500 m
396.92
25 sampai 100 m
13926.50
7 sampai 25 m
6809.87
Danau
31.85
Rawa
822.40
LUAS KEC. MAJAULENG
22058.93
Tanasitolo
100 sampai 500 m
343.06
25 sampai 100 m
10414.03
7 sampai 25 m
2598.88
Danau
349.61
PERSEN (%)
0.12%
21.06%
70.51%
8.30%
100.00%
0.10%
38.82%
38.58%
12.74%
9.77%
100.00%
0.15%
38.77%
50.65%
1.42%
9.01%
100.00%
5.80%
24.23
50.68%
19.30%
100.00%
27.10%
31.65%
41.25%
100.00%
48.61%
19.03%
32.36%
100.00%
0.32%
1.80%
63.13%
30.87%
0.14%
3.73%
100.00%
2.26%
68.46%
17.08%
2.30%
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
23
LUAS KEC.
9.
Belawa
10.
LUAS KEC.
Maniangpajo
LUAS KEC.
11.
Keera
12.
LUAS KEC.
Pitumpanua
13.
LUAS KEC.
Penrang
14.
Gilireng
15.
LUAS KEC.
Danau Tempe
LUAS KEC.
LUAS
Rawa
TANASITOLO
1506.75
15212.33
9.90%
100.00%
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
Danau
Rawa
BELAWA
100 sampai 500 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
Rawa
MANIANGPAJO
> 500 m
0 sampai 7 m
100 sampai 500 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
KEERA
0 sampai 7 m
100 sampai 500 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
PITUMPANUA
0 sampai 7 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
Rawa
PENRANG
100 sampai 500 m
25 sampai 100 m
7 sampai 25 m
GILIRENG
Danau
Danau1 1 meter
Danau2 1 meter
Danau2 2 meter
Danau2 7 meter
DANAU TEMPE
1465.83
10857.81
456.66
3429.42
16209.72
1788.01
13731.92
1261.46
387.38
17168.77
96.92
6432.98
5405.88
9293.56
7618.70
28848.04
5518.40
454.98
4577.14
7792.98
18343.50
1378.03
7917.44
4329.61
75.49
13700.57
2983.47
16210.20
1189.11
20382.78
6822.73
1261.88
3672.14
2199.52
100.67
14056.94
9.04%
66.98%
2.82%
21.16%
100.00%
10.41%
79.98%
7.35%
2.26%
100.00%
0.34%
22.30%
18.74%
32.22%
26.41%
100.00%
30.08%
2.48%
24.95%
42.48%
100.00%
10.06%
57.79%
31.60%
0.55%
100.00%
14.64%
79.53%
5.83%
100.00%
48.54%
8.98%
26.12%
15.65%
0.72%
100.00%
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kab. Wajo, Hasil Analisis, 2010
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
24
Gambar 2.1.
PETA KETINGGIAN WILAYAH KABUPATEN WAJO
Kemiringan
Kemiringan
lereng
merupakan
faktor fisik
dalam
perencanaan
pembukaan suatu wilayah dan berpengaruh langsung pada usaha dan
kegiatan penduduk.
Dalam
menyusun
tingkat
kemampuan
dan
kesesuaian
tanah,
kemiringan lereng di kelompokkan ke dalam empat kelas, yaitu :
a. Wilayah datar, yaitu wilayah yang berlereng antara 0 – 2 %;
b. Wilayah landai, yaitu wilayah yang berlereng antara 2 – 15 %;
c. Wilayah agak curam, yaitu wilayah yang berlereng antara 15–40 %;
d. Wilayah curam, yaitu wilayah yang berlereng lebih dari 40 %;
Penyebaran luas wilayah menurut kelas kemiringan lereng di setiap
kecamatan Kabupaten Wajo disajikan pada Tabel 2.2. Pada Tabel
tersebut, terlihat bahwa kelas kemiringan lereng antara 0 – 2 %
merupakan wilayah terluas untuk masing-masing kecamatan jika
dibandingkan dengan kemiringan lereng yang lainnya. Wilayah yang
berlereng lebih dari 40 % atau curam dominan berada pada
kecamatan.
Pembagian
wilayah
Kabupaten
Wajo
berdasarkan
kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar 2.3
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
25
Tabel 2.2
LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KEMIRINGAN
DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN WAJO
NO.
1.
KECAMATAN
Sabbangparu
2.
LUAS KEC.
Tempe
3.
LUAS KEC.
Pammana
4.
Bola
5.
LUAS KEC.
Takkalalla
6.
LUAS KEC.
Sajoanging
7.
LUAS KEC.
Majauleng
8.
LUAS KEC.
Tanasitolo
LUAS KEC.
LUAS KEC.
KETINGGIAN
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Rawa
SABBANGPARU
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Danau
Rawa
TEMPE
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Danau
Rawa
PAMMANA
0-2%
2 – 15 %
Rawa
BOLA
0-2%
2 – 15 %
TAKKALALLA
0-2%
2 – 15 %
SAJOANGING
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Danau
Rawa
MAJAULENG
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Danau
Rawa
TANASITOLO
LUAS (HA)
9677.68
293.99
1418.98
1031.25
12421.9
2266.50
139.07
901.38
543.68
416.73
4267.36
11942.52
267.40
1217.95
212.80
1350.58
14991.25
14060.21
233.39
3418.27
17711.87
16728.31
60.94
16789.25
16377.62
936.91
17314.53
19331.90
555.92
1316.96
31.85
822.40
22059.03
8242.47
617.55
4466.21
349.61
1536.50
15212.34
PERSEN (%)
77.91%
2.37%
11.42%
8.30%
100.00%
53.11%
3.26%
21.12%
12.74%
9.77%
100.00%
79.66%
1.78%
8.12%
1.42%
9.01%
100.00%
79.38%
1.32%
19.30%
100.00%
99.64%
0.36%
100.00%
94.59%
5.41%
100.00%
87.64%
2.52%
5.97%
0.14%
3.73%
100.00%
54.18%
4.06%
29.36%
2.30%
10.10%
100.00%
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
26
9.
Belawa
10.
LUAS KEC.
Maniangpajo
11.
LUAS KEC.
Keera
12.
LUAS KEC.
Pitumpanua
13.
LUAS KEC.
Penrang
14.
LUAS KEC.
Gilireng
15.
LUAS KEC.
Danau Tempe
LUAS
0-2%
Danau
Rawa
BELAWA
>40 %
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
Rawa
MANIANGPAJO
>40 %
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
KEERA
>40 %
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
PITUMPANUA
0-2%
Rawa
PENRANG
>40 %
0-2%
15 - 40 %
2 – 15 %
GILIRENG
Danau
DANAU TEMPE
12323.64
456.66
3429.42
16209.72
70.83
13392.81
1580.82
1736.83
387.38
17168.67
2113.91
20030.98
4651.11
2052.10
28848.10
266.33
16963.02
575.40
538.83
18343.58
13625.08
75.49
13700.57
47.09
10897.22
4323.04
5115.28
20382.63
14056.94
14056.94
76.03%
2.82%
21.16%
100.00%
0.41%
78.01%
9.21%
10.12%
2.26%
100.00%
7.33%
69.44%
16.12%
7.11%
100.00%
1.45%
92.47%
3.14%
2.94%
100.00%
99.45%
0.55%
100.00%
0.23%
53.46%
21.21%
25.10%
100.00%
100.00%
100.00%
Sumber : Data Pokok Pembangunan Kab. Wajo, Hasil Analisis, 2010
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
27
Gambar 2.2.
PETA KELERENGAN KABUPATEN WAJO
2.4
Geohidrologi
Sungai Besar di Kabupaten Wajo, terdapat 7 sungai. Diantaranya
Sungai Siwa dengan panjang 20,50 Km, Lebar 70,00 m, dan Kedalaman
0,85 m, Sungai Awo panjang 43,50 Km, Lebar 85,00 m, dan Kedalaman
0,65 m, Sungai Keera panjang 27,00 Km, Lebar 65,00 m, dan Kedalaman
0,60 m, Sungai Gilireng panjang 61,50 Km, Lebar 40,00 m, dan
Kedalaman 0,35 m, Sungai Bila/Belawa panjang 15,00 Km, Lebar 40,00
m, dan Kedalaman 0,40 m, Sungai Cenranae panjang 47,00 Km, Lebar
115,00 m, dan Kedalaman 0,70 m, serta Sungai Walennae panjang 28,50
Km, Lebar 95,00 m, dan Kedalaman 0,55 m. Sungai-sungai kecil yang
dialiri di Kabupaten Wajo, sebanyak 33 sungai.
2.5
Geologi
Kemampuan tanah suatu wilayah ditentukan oleh 5 (lima) faktor yang
berpengaruh, yaitu sebagai berikut:
Lereng/kemiringan lahan, yaitu derajat kemiringan permukaan tanah
yang
dapat
menunjukkan/menggambarkan
keberadaan
bentuk
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
28
permukaan tanah/lahan dalam suatu wilayah mulai dari kondisi datar,
bergelombang, berbukit dan bergunung.
Tekstur tanah, yaitu perbandingan relatif berbagai golongan besar
partikel tanah dalam suatu masa-masa tanah terutama perbandingan
antara fraksifraksi lempung, debu dan pasir. Tekstur tanah dibedakan
menjadi ; a) tekstur halus, b) tekstur sedang dan c) tekstur kasar.
Drainase,
dimaksudkan
sebagai
kemarpuan
tanah
dalam
mengalirkan air di atas perperrnukaan tanah(run off/surface) maupun
di bawah permukaan tanah (subsurface) atau adanya infiltrasi air
dalam tanah. Drainase dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas yaitu
larian air (run off) ; a) cepat/tinggi berarti tidak pernah tergenang, b)
sedang artinya antara tergenang dan tidak atau adanya kemampuan
tanah dalam mengatur keseimbangan sirkulasi aliran air (jumlah
curah hujan yang dapat diserap dengan baik) dan c) buruk/rendah
bahkan sangat rendah artinya daerah tergenang atau bisa juga
bentuk permukaan tanahnya merupakan daerah cekungan dengan
kemampuan tanah dalam menyerap air kurang baik.
Kedalaman efektif tanah/Top Soil, dimaksudkan sebagai keadaan
lapisan tanah yang dapat ditembus perakaran tanaman. Kedalaman
efektif tanah menjadi 4 (empat) kelompok yitu ; a) > 90 cm, b) 60 - 90
cm, c) 30 - 60 cm dan d) < 30 cm.
Erosi, adalah kaitannya dengan kemiringan lahan karena semakin
tinggi derajat kemiringan permukaan tanah, maka akan semakin
mudah terjadi pengikisan terhadap permukaan tanah.
2.6
Klimatologi (iklim)
Berdasarkan peta zone agroklimatologi yang disusun oleh Balai
Informasi Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan maka Wilayah Kabupaten
Wajo adalah Tipe Iklim C1,D1,D2,E2 dan E3 dengan definisi bahwa
berdasarkan metode oldeman dalam menentukan tipe iklim sangat
dipengaruhi oleh banyaknya bulan basah dan bulan kering. Kriteria bulan
basah dapat dicirikan dengan banyaknya curah hujan lebih dari 200
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
29
mm/bulan yang terjadi pada Bulan April-Juli secara berurutan, sedangkan
kriteria bulan kering dapat ditandai pada Bulan Agustus-Oktober dengan
iklim yang tergolong tropis tipe B dan tipe C dengan suhu antara 29ºC31ºC.
2.7
Sosial dan Ekonomi
Profil Sosial Budaya
Masyarakat Wajo sebagaimana masyarakat Bugis pada umumnya
merupakan pemeluk Agama Islam bahkan Sengkang dikenal dengan
predikat Kota Santri dimana berdiri sebuah Pasantren dan Perguruan
Islam As’adiyah yang didirikan oleh K.H Muhammad As’ad pada 1930 M /
1348 H. dan Pasantren dan Perguruan Islam ini telah banyak dihasilkan
kader ulama yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Walaupun
mayoritas penduduknya pemeuk Agama Islam di Kabupaten Wajo Juga
berdiri bangunan tempat ibadah lain yaitu Gereja, hal ini menggambarkan
bahwa pemeluk agama lain diberi keleluasan untuk menjalankan
ibadahnya termasuk kaum minoritas etnis Tionghoa. Keadaan ini
memberikan dampak yang sangat positif terhadap kehidupan beragam
karena mereka saling menghormati dan menghargai satu dengan yang
lainnya.
Disektor Pendidikan, sebagaimana tujuan pendidikan nasional maka
sector pendidikan mendapat prioritas utama dan senantiasa diadakan
program pembinaan dan peningkatan mutu utamanya dalam peranannya
menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai nilai
strategis
kerena
merupakan
prasyarat
mutlak
bagi
Wajo
untuk
memenangkan Kompetisi diera otonomi daerah. Beberapa upaya yang
dilakukan yaitu membina kelas unggulan dari tingkat SD sampai dengan
SMA, mengikutkan apparatus pemerintahan dalam program pendidikan
formal S.1 dan Pasca Sarjana dan memberikan bantuan peningkatan
sarana dan prasarana pendidian termasuk pendidikan agama.
Pola kebiasaan terkadang identik dengan budaya, karena budaya itu
sendiri biasanya terbentuk dari pola perilaku kebiasaan yang diwariskan
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
30
secara turun temurun. Budaya merupakan perwujudan dari suatu karya
atau hasil daya cipta (karya) manusia tehadap apa yang dilihat dan terjadi
di lingkungan sekelilingnya. Suatu karya terkadang bisa menjadi pola
perilaku kebiasaan bahkan bisa menjadi suatu mitos yang harus diyakini
dan dipertahankan serta untuk diteladani oleh para generasi penerusnya.
Ada
banyak
ragam
kebiasaan
dan
budaya
yang
berkembang
dimasyarakat dan sering kali dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik
secara letak fisik geografis maupun, lingkungan sosial dan lain
sebagainya.
Lingkungan fisik geografis cukup berpengaruh dalam pembentukan
karakter dan kepribadian manusia, seperti diketahui bahwa manusia yang
dibentuk oleh lingkungan geografis fisik kawasan pantai dengan kawasan
dataran tinggi/pegunungan sangatlah tidak sama sifat/karakter dan pola
prilakunya.
Umumnya manusia yang berbentukoleh lingkungan kawasan pantai,
akan memiliki sifat dan karakter lebih keras, temperamental dan opensive
disbanding
manusia
yang
berbentuk
oleh
lingkungan
daerah
pegunungan/dataran tinggi yang sifat dan waktunya cenderung melunak
serta defensive.
Kehidupan Sosial masyarakat Wajo dilihat dari segi pemenuhan
kebutuhan hidup masih sebagian besar berada dibawah garis kemiskinan.
Profil Ekonomi
Perkembangan perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari
berbagai sisi, seperti perkembangan
pertumbuhan ekonomi, dan
pendapatan perkapita. Selain itu, bisa juga dengan cara melihat lebih
detail
sektor-sektor
ekonomi
yang
berkontribusi
terhadap
total
pendapatan wilayah (PDRB).
Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Perkapita
Kinerja perekonomian Kabupaten Wajo mengalami perlambatan yaitu
dari sebesar 10,93 persen pada Tahun 2011 menjadi 8,01 persen pada
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
31
Tahun
2013.
Hal
tersebut
menunjukkan
adanya
perlambatan
perekonomian Kabupaten Wajo, yang tidak seperti pada Tahun 20102011 yang memperlihatkan kegiatan ekonomi yang relatif lebih cepat.
Melambatnya kinerja perekonomian tersebut disebabkan masih
adanya pengaruh pada menurunnya produksi komoditi pertanian
utamanya padi.
Terdapat beberapa kegiatan sektor ekonomi pada Tahun 2013
mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun sebelumnya. Sektor ekonomi tersebut adalah
pertanian, perdagangan / hotel / restoran. Selain sektor tersebut
memperlihatkan kinerja sektor yang lebih baik. Kinerja sektor pertanian
pada tahun ini menjadi pemicu perlambatan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Wajo yang tumbuh sebesar 8,01 persen (Tahun 2012 sebesar
8,71 persen).
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
Perekonomian
domestik
regional
bruto
atas
harga
berlaku
menunjukkan perubahan sektor ekonomi dari tahun ke tahun atau
peranan suatu sektor ekonomi terhadap perekonomian. Perekonomian
Kabupaten Wajo didominasi oleh sektor pertanian sebesar 38,19%
dimana sektor ini paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sekitar
49,12 persen dari total tenaga kerja.
Tren peranan sektor pertanian terus mengalami penurunan dalam
dua decade, sedangkan sektor perdagangan, konstruksi dan jasa-jasa
mengalami tren yang meningkat. Terjadinya pergeseran sektor ini
tentunya disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah semakin
terbatasnya lahan pertanian, sehingga penduduk beralih ke sektor yang
cukup mempunyai prospek lebih menjanjikan yaitu sektor konstruksi,
perdagangan dan jasa.
Berdasarkan produk domestik regional bruto atas harga berlaku
(current prices) perekonomian Kabupaten Wajo pada Tahun 2013 telah
mencapai sekitar 8,9 triliun rupiah. Angka tersebut pada Tahun 2011 baru
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
32
mencapai sekitar 6,6 triliun rupiah, jadi dalam periode tersebut telah
terjadi peningkatan sebesar 2,2 triliun rupiah atau meningkat rata-rata per
tahun sebesar 17,42 persen.
SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO
33