SITUASI PEMICU PROBLEM PENYESUAIAN DIRI YANG SERING DIALAMI SISWA TUNARUNGU PADA SLB-B SWASTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SITUASI PEMICU PROBLEM PENYESUAIAN DIRI YANG SERING DIALAMI SISWA TUNARUNGU PADA SLB-B SWASTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang dihadapanmu Dan kau tak tau jalan mana yang harus kau ambil, Janganlah memilihnya dengan asal saja, Tetapi duduklah dan tunggulah sesaat. Tariklah nafas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan, Seperti saat kau bernafas di hari pertamamu di dunia ini. Jangan biarkan apa pun mengalihkan perhatianmu, Tunggulah….dan tunggulah lebih lama lagi. Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkan hatimu. Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah,
Susanna Tamaro Dan pergilah ke mana hati membawamu…( )
Semua konflik kehidupan adalah antara
membiarkan
atau
mempertahankan,
terbuka pada masa kini
atau
terjebak di masa lalu,
perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi ini aku persembahkan untuk : TRITUNGGAL MAHA SUCI Allah Bapa – Putera – Roh kudus Satu-satunya yang tidak pernah membuat kecewa dalam hidupku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SITUASI PEMICU PROBLEM PENYESUAIAN DIRI
YANG SERING DIALAMI SISWA TUNARUNGU PADA SLB-B SWASTA
Maria Sri Ismayasari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui 3 situasi pemicu problem penyesuaian diri yangpaling sering dialami dalam konteks relasi dengan orang tua di rumah, komunikasi, relasi sosial
yang lebih luas, akademik, dan penyesuaian emosi dari siswa tunarungu di SLB-B Wiyata Dharma
I Sleman, SLB-B YRTRW Surakarta, SLB-B Santi Rama Jakarta, dan LPATR Pangudi Luhur
Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Pengumpulan data
memakai kuesioner tanpa skala menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Subyek
penelitian yang berjumlah 125 siswa-siswi mulai dari kelas VII SMPLB hingga kelas XII
SMALB. Subyek penelitian memiliki kriteria rentang usia 14 sampai dengan 21 tahun, bersekolah
di SLB-B yang menggunakan metode pengajaran bahasa Maternal Reflektif, tidak tinggal di
asrama dan tidak mengalami kecacatan lain. Pengolahan data dilakukan dengan membuat tabulasi
data, menghitung frekuensi jawaban dan menganalisis hasil penelitian.Hasil penelitian dari 3 frekuensi jawaban tertinggi menunjukkan (1) Situasi pemicu
problem penyesuaian diri yang paling sering dialami dalam konteks relasi dengan keluarga yaitu :
(a) Sifat sensitif yang terlalu berlebihan ketika orang tua menegur dengan menampilkan wajah
masam siswa tunarungu memandang sikap tersebut sebagai bentuk kemarahan orang tua. (b)
Ketika siswa tunarungu merasa tidak diperhatikan pada saat berbicara dengan orang tua karena
orang tua sering tidak menyadari bahwa siswa tunarungu hanya dapat memahami pembicaraan
dalam posisi bercakap-cakap yang saling berhadapan. (c) Sensitivitas yang terlalu berlebih ketika
tidak dilibatkan dalam suatu kegiatan bersama-sama membuat saudara kandung dipandang sering
menumpahkan kemarahan terhadap siswa tunarungu. (2) Situasi pemicu problem penyesuaian
komunikasi yang paling sering dialami yaitu : (a) Ketika siswa tunarungu tidak dapat menangkap
setiap gerak bibir yang diucapkan orang normal karena gerak bibir mereka yang terbiasa berbicara
dengan nada cepat. (b) Tidak terbiasa menggunakan bahasa lain selain Bahasa Indonesia ketika
siswa tunarungu merasa kesulitan menerima informasi dalam bentuk penyampaian menggunakan
Bahasa Inggris. (c) Keterbatasan konsep abstraksi bahasa ketika siswa tunarungu merasa kesulitan
dalam merumuskan kata yang hendak disampaikan dalam bentuk tulisan. (3) Situasi pemicu
problem penyesuaian relasi sosial yang paling sering dialami yaitu : (a) Siswa tunarungu mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CIRCUMSTANCES WHICH TRIGGERED THE ADJUSTMENT
PROBLEMS WHICH MOSTLY HAPPENS ON STUDENTS IN NON-
GOVERNMENT SPECIAL SCHOOL FOR THE DEAF
Maria Sri Ismayasari
ABSTRACT
The aim of this research was to study circumctance which triggered adjustment problems
of hearing impaired students of Wiyata Dharma I Special School for the deaf in Sleman, YRTRW
Special School for the deaf in Surakarta, Santi Rama Special School for the deaf in Jakarta, and
Pangudi Luhur Special School for the deaf in Jakarta which mostly happen in adjustment process
toward relation with parents dan siblings at home, communication, larger social relations,
academic, and emotional adjustment. This research was descriptive which applied survey method.
The data collecting was done by questionnaire without scale and applied the combination of open
thand close questions. The research subjects was 125 students from 7 grade Junior High School
th
Special Education until 12 grade Senior High School Special Education. The data processing
was executed by tabulating the data, calculating the frequency of the answer, and analyzing the
output of the research.The research from 3 highest frequency resulted that (1) Adjustment problem in context of
family relations which mostly happen are : (a) Over-sensitive nature when their parents
admonished by displaying awry face to hearing impaired students who view that attitude as a form
of angriness. (b) When deaf students was not taken into consideration talking with their parents
because the parents often do not realize that deaf students can only understand speech in a
position to talk to one another. (c) Over-sensitive of deaf students that often seen spilling anger
against deaf students when their siblings didn`t invite them in an activity together. (2)
Communiaction adjustment problem of hearing impaired childrent which mostly happen are : (a)
When deaf students who can not catch every movement of the lips that uttered a normal person
because their lips are used to speaking in a tone quickly. (b) When Deaf students felt difficult to
accept the information in the form of the transfer to English because they are not accustomed to
hearing another language than Indonesian. (c) Limitations of the concept of language abstraction
when deaf students had difficulty in formulating the words to be submitted in written form. (3)
Social relation adjustment problem which mostly happen are : (a) Deaf students easily imitate new
words without knowing what it really means so when their deaf friends says unrespectfull words,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Puji dan syukur atas kasih Tuhan Yesus Kristus yang telah memampukan
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak lepas dari kemurahan
hati berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :1. Allah Bapa – Yesus sang Putera – Roh Kudus.
Di akhir perlombaan dengan waktu akhirnya aku menyadari bahwa aku pasti masih terombang ambing pada kebimbanganku kalau ku tetap bertahan pada keangkuhan kekuatanku sendiri dan tidak berserah kepadaNYA. Semua nama akan kuhapus dari kitab hidupku semoga ENGKAU mengijinkanku hidup hanya demi kemuliaanMU yang lebih lagi. Ad Maiorem Dei Gloriam.
2. Ibu Christina Siwi Handayani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.3. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing dan Kaprodi. Terima kasih sekali atas kesediaan waktu, perhatian, kesabaran dan ketulusan hati yang amat berharga bagi penulis sehingga karya ini akhirnya bisa terselesaikan. Terima kasih membuatku berproses,Bu. Tetaplah bersinar dan ceria yah.
☺
4. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku dosen dan Tim Penguji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siti selaku Kepala Sekolah SMPLB dan SMALB Santi Rama Jakarta, Bapak Subagyo Kepala SLB-B Pangudi Luhur Jakarta.
7. Kepada teman-teman di SLB-B Wiyata Dharma I, SLB-B YRTRW, SLB-B
Santi Rama, SLB-B Pangudi Luhur terima kasih sekaliiiii buat kesediaan teman-teman membantu mengisi kuesioner, tetap semangat. ☺
8. Bapak & Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima
kasih atas ilmu dan didikannya.
9. Staf sekretariat Fak. Psikologi: Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gie`, Mas Doni
(Staf Ruang Baca) dan Mas Muji (Staf Laboratorium). Matur nuwun sanget.
10. Bapak Mayor. CHB Yoseph Eko Budi Kurnianto dan Ibu Mayor. CHB (K) Catharina Sri Purwatiningsih. Hutang kehidupan yang tak ternilai dengan uang. Terima kasih untuk hadiah anugerah kehidupan ini. Saya mencintaimu, Pa, Ma.
11. Dalmasius Jati Pangarsa, S.Sing sahabat/ kakak/ kekasih/ saudara/ musuh
yang telah mendampingi dalam keadaan seneng dan seneng banget ☺… waktu yang akan membuktikan segalanya. Saya sangat mengasihimu,Mas. Terima kasih untuk cinta-mu & -Mu.12. Keluarga besar Antonius Hadisiswoyo.
13. Keluarga besar Ignatius Kasdoe.
14. Keluarga Julianus Weko Sambodo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………....iii
HALAMAN MOTO………………………………………………...…….….…..iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….……..…v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………..…...vi
ABSTRAK…………………………………………………………………….…vii
ABSTRACT………………………………………………………………...…...viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………………………………ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………...……..x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xvi
BAB II KERANGKA TEORETIS………………………………………..………8
A. Siswa Tunarungu………………………………………………............81. Pengertian dan Prevalensi Ketunarunguan…………………...……8
2. Klasifikasi Ketunarunguan…………………………………...……9
3. Kekhasan Perkembangan Siswa Tunarungu…………………......12
a. Perkembangan Fisik ………………………...…………...…..12
b. Perkembangan Kognitif dan Bahasa……………………...….13
c. Perkembangan Psikososial………………………………...…14
4. Sekolah Luar Biasa Bagian B Swasta (SLB-B) swasta ………....15
a. SLB-B Wiyata Dharma I Sleman ..…………………………..17
b. SLB-B YRTRW Surakarta …………………………………..19
c. SLB-B Santi Rama …………………………………………..20
d. SLB-B Pangudi Luhur ……………………………………….21
B. Problem dalam Proses Penyesuaian Diri Anak Tunarungu………….22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Proses terjadinya problem dalam proses penyesuaian diri……….29
7. Area Terjadinya Problem Penyesuaian Diri………………...…....33
a. Penyesuaian relasi dengan anggota keluarga…………..…….34
b. Penyesuaian Komunikasi………………………………….....35
c. Penyesuaian Relasi Sosial di Masyarakat……………………38
d. Penyesuaian Akademik…………………………………..…..38
e. Penyesuaian Emosi………………………………………..….39
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………41
A. Jenis Penelitian…………………………………………………...41 B. Subyek Penelitian ………………………………………………..42 C. Variabel Penelitian ………………………………………………42 D. Definisi Operasional Problem dalam Proses Penyesuaian Diri …43 E. Metode Pengumpulan Data………………………………………451. Tahap Penelitian Pra-survei………………………………….45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………...54
A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………...54 B. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………..541. Hasil Penelitian Pra-survei…………………………………...54
2. Hasil Penelitian Survei……………………………………….73
C. Pembahasan………………………………………………………79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………90
A. Kesimpulan…………………………...……………………..……….......90 B. Saran………………………………………………………….….…….....92DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..……..95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1. Persepsi guru SLB-B terhadap problem penyesuaian diri
siswa tunarungu ………………..........................................……….. 100
Tabel 2. Persepsi guru SLB-B terhadap problem penyesuaian dirisiswa tunarungu ……………………………………………..……...101
Tabel 3. Blueprint area problem penyesuaian dirisiswa tunarungu ……………....................................................…….102
Tabel 4. Jawaban Pernah/Tidak mengalami situasipemicu problem dengan perilaku orangtua…...………………….....103
Tabel 5. Situasi pemicu problem kekecewaanterhadap perilaku orangtua ……………………..…………………..103
Tabel 6. Jawaban Pernah/Tidak mengalamiproblem dengan saudara kandung…………………………..............103
Tabel 7. Situasi pemicu problem dengan saudara kandung………………….104 Tabel 8. Frekuensi merasa sulit ketika Berbicara…………………………….104 Tabel 9. Merasa sulit ketika berbicara………………………………………..104 Tabel 10. Frekuensi mengalami situasi pemicu problem membaca…………...105 Tabel 11. Situasi pemicu problem membaca…………………………………..105PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 19. Situasi pemicu problem yang dialami ketika tidak menggunakan bahasa
isyarat…………………………………………………................107Tabel 20. Frekuensi Situasi pemicu problem membaca gerak bibir …………..107
Tabel 21. Situasi pemicu problem membaca gerak bibir……………………....107
Tabel 22. Frekuensi Pernah menggunakan alat bantu dengar…………………108
Tabel 23. Situasi pemicu problem menggunakan alat bantu dengar…………..108
Tabel 24. Frekuensi situasi pemicu problem penerimaan teman-teman sesama tunarungu……………………………………..108Tabel 25. Frekuensi Situasi pemicu problem penerimaan teman-teman sesama
Tunarungu...…………………………………………......…………..109Tabel 26. Frekuensi situasi pemicu problem membangun relasi dengan teman
berpendengaran normal……………………………………......……109 Tabel 27. Situasi pemicu problem membangun relasi dengan masyarakat luas……………………………………………..109 Tabel 28. Frekuensi situasi pemicu problem berpartisipasi di lingkungan rumah…………………………………110Tabel 29. Situasi pemicu problem berpartisipasi di lingkungan rumah……….110
Tabel 30. Frekuensi situasi pemicu problem relasi dengan guru pengajar…….110
Tabel 31. Situasi pemicu problem relasi dengan guru pengajar……………….110
Tabel 32. Frekuensi situasi pemicu problem memahami mata pelajaran……...111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 42. Frekuensi mengalami frustasi ……………………………………....114
Tabel 43. Pengalami frustasi ……………………………………………….….114
Tabel 44. Frekuensi perasaan Inferior ………………………………………....115
Tabel 45. Perasaan Inferior………………………………………………….…115
Tabel 46. Frekuensi perilaku agresifitas…………………………………….…115
Tabel 47. Penyebab perilaku Agresif ……………………………………….…115
Tabel 48. Frekuensi Kesadaran akan kekurangan diri ………………………...116
Tabel 49. Kesadaran akan kekurangan diri …………………………………....116
Tabel 50. Frekuensi perasaan depresi ………………………………………....116
Tabel 51. Pengalaman yang membuat depresi …………………………….…..116
Tabel 52. Frekuensi perasaan cemas…………………………………………...117
Tabel 53. Hal yang membuat cemas…………………………………………...117
Tabel 54. Tabel perbandingan peringkat per-area …………………………….118
Tabel 55. Rincian pelaksanaan pra-survei kelompok guru …………………....124
Tabel 56. Rincian pelaksanaan pra-survei kelompok siswa…………………...125
Tabel 57. Rincian pelaksanaan survei utama……………………………….….126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Identitas siswa tunarungu subyek wawancara dan keluarga (pra-survei)…........................................................................…...128Lampiran B. Transkrip wawancara siswa tunarungu……………………...….133
Lampiran C. Transkrip wawancara kakak dari siswa tunarungu………….…..145
Lampiran D. Transkrip wawancara ibu dari siswa tunarungu………….......…161
Lampiran E. Transkrip wawancara dengan guru SLB-B……………………..164
Lampiran F. Perbandingan hasil wawancara………………………………….172
Lampiran G. Kuesioner Pra-survei Guru SLB-B……………………………...181
Lampiran H. Rincian jawaban kuesioner guru SLB-B………………………..191
Lampiran I. Kuesioner Pra-survei siswa tunarungu………………………….239
Lampiran J. Rincian Jawaban kuesioner siswa tunarungu…………………...250
Lampiran K. Kuesioner Survei………………………………………………..278
Lampiran L. Rincian jawaban survei……………………………………….…289
Lampiran N. Bukti pemeriksaan validitas oleh Professional judgement ..……304
Lampiran O. Surat Keterangan penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma……………………………………...308Lampiran P. Surat Ijin melakukan penelitian dari BAPPEDA.........................309
Lampiran R. Surat Keterngan penelitian SLB-B Wiyata Dharma I Sleman.....310
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyesuaian diri merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki manusia. Setiap individu pernah mengalami problem di kehidupannya. Problem tersebut merupakan tantangan yang berasal dari dirinya sendiri
maupun orang lain. Problem tersebut muncul ketika individu merasa atau menunjukkan tanda-tanda ketidakmampuan mengatasi tantangan. Ketika individu berhasil menghadapi tantangan maka ia dikatakan telah mampu melakukan proses penyesuaian diri. Kemampuan penyesuaian diri didapat melalui proses belajar, baik dengan cara mencontoh perilaku orang lain maupun dengan melakukan cara mencoba-coba (trial and error). Seorang individu mengalami hambatan dalam proses belajar menyesuaikan diri ketika muncul keterbatasan secara fisik atau lingkungannya. Contoh dari individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 dengan spontan segera menjauhi. Tindakan ini dilakukan oleh sebagian besar orang karena mereka kesulitan berkomunikasi dengan individu tunarungu. Hal ini membuat individu tunarungu merasa tertolak. Situasi–situasi semacam ini seringkali membuat individu tunarungu tidak dapat mengembangkan kemampuan penyesuaian dirinya sehingga sering mengalami problem kehidupan yang belum dapat teratasi.
Berbagai permasalahan yang sering dialami siswa tunarungu menggugah kepedulian peneliti untuk menelaah situasi yang dialami siswa tunarungu. Untuk itu peneliti melaksanakan penelitian pra-survei dengan tujuan menemukan fakta-fakta seputar problem penyesuaian diri siswa tunarungu. Peneliti dilaksanakan dalam bentuk wawancara terhadap guru SLB-B, subyek beserta ibu dan kakak dari seorang siswa tunarungu. Peneliti juga melaksanakan pra-survei terhadap 75 guru dan 18 siswa tunarungu di SLB-B Swasta untuk mengetahui apakah siswa tunarungu di SLB-B.
Kemampuan berkomunikasi berpengaruh terhadap penyesuaian diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 SLB-B swasta bermetode Maternal Reflektif juga mengalami problem penyesuaian diri seperti yang dialami siswa tunarungu pada umumnya. Hasil wawancara dan pra-survei peneliti menunjukkan bahwa ternyata siswa tunarungu di SLB-B yang masih mengalami problem penyesuaian diri.
Masalah yang masih sering dialami siswa tunarungu adalah permasalahan hubungan timbal balik antara diri anak, keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat (Gunarsa, 1987). Berdasarkan hasil wawancara dan pra-survei ditemukan bahwa siswa tunarungu masih mengalami problem dalam proses penyesuaian relasi dengan orang tua dan saudara kandung, penyesuaian dalam hal berkomunikasi, penyesuaian relasi sosial yang lebih luas, penyesuaian dalam bidang akademik, dan penyesuaian emosi.
Problem penyesuaian diri dalam konteks relasi siswa tunarungu dengan anggota keluarga di rumah terjadi muncul karena adanya perlakukan yang tidak menyenangkan dari orang tua. Perilaku tidak menyenangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 mengajak siswa tunarungu bermain bersama membuat siswa tunarungu merasa tertolak.
Penyesuaian diri siswa tunarungu dalam konteks komunikasi mengalami problem yang disebabkan karena artikulasi yang diucapkan ataupun pesan yang ingin disampaikan menjadi kurang jelas. Kekurangjelasan artikulasi ketika berbicara, keterbatasan kosakata, terbiasa menggunakan bahasa isyarat dan kekurangmampuan mengungkapkan perasaan secara lisan mengakibatkan penyampaian pesan menjadi kurang efektif serta menyebabkan lawan bicara tidak menangkap pesan yang disampaikan siswa tunarungu.
Keadaan ini membuat pemenuhan kebutuhan atau tuntutan menjadi terhambat.
Kegagalan melakukan komunikasi secara efektif membawa keterbatasan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan yaitu ketika berinteraksi dengan orang asing, tetangga, saudara jauh yang tidak mau mengerti kondisi siswa tunarungu. Orang disekitar yang tidak terbiasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 yang sering dialami membuat mereka mudah curiga dengan situasi baru dan ragu-ragu. Ketakutan akan terulang kembalinya pengalaman yang pahit seringkali membuat siswa tunarungu tidak berani dalam melangkah. Pengalaman traumatis disini tidak harus suatu pengalaman yang bersifat besar dan sungguh menyakitkan secara langsung, pengalaman ditolak oleh teman- teman karena dianggap aneh, dikucilkan, diejek, atau dianggap bodoh saja sudah cukup membuat siswa tunarungu sangat berusaha agar kejadian serupa jangan sampai dialami lagi.
Hasil pra-survei terhadap responden guru SLB-B digunakan sebagai dasar penyusunan pertanyaan kuesioner penelitian survei kepada siswa tunarungu. Setiap langkah dalam tahap penelitian ini berada dibawah pengawasan salah satu pembina dan penatar guru-guru di SLB-B swasta yang menerapkan metode Maternal Reflektif. Sasaran yang hendak dituju dalam penelitian survei ini adalah menemukan tiga frekuensi jawaban tertinggi dari situasi pemicu problem penyesuaian diri siswa tunarungu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 tunarungu di lingkungan berpendengaran normal hanya memiliki sedikit teman dan jarang berinteraksi dengan teman berpendengaran normal. Mereka juga merasa tertolak, terisolasi dan sendiri.
Sebuah penelitian mengenai hubungan antara lingkungan keluarga dengan penyesuaian diri pada siswa remaja tunarungu (Dhingra, Manhas & Sethi, 2007) menemukan bahwa lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap penyesuaian yang dimiliki siswa remaja tunarungu. Penelitian lain mengenai faktor yang mempengaruhi penyesuaian pada siswa remaja tunarungu menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penyesuaian yang dimiliki dengan penggunaan alat bantu dengar, kemampuan berbicara, prestasi akademis, kondisi pendengaran orang tua serta pengalaman yang dimiliki guru (Polat, 2003).
Telah banyak penelitian mengenai ketunarunguan yang dilakukan, namun sebagian besar bertujuan membuktikan hubungan dan melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7 B. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan situasi pemicu problem dalam proses penyesuaian diri yang sering dialami siswa tunarungu yang bersekolah di SLB-B Swasta.
C. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoretis Penelitian mengenai situasi pemicu problem penyesuaian diri siswa tunarungu pada SLB-B swasta ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan dalam memahami kondisi siswa tunarungu khususnya dalam hal situasi pemicu problem penyesuaian diri. Selain itu, penelitian ini dapat menambah literatur dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan Anak Luar Biasa dan Psikologi Perkembangan.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat mengungkap problem penyesuaian diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KERANGKA TEORETIS A. Siswa tunarungu
1. Pengertian dan prevalensi ketunarunguan
Tunarungu diartikan sebagai individu yang memiliki kelainan fungsi pendengaran yang terjadi sebelum atau setelah individu tersebut dilahirkan, baik yang bersifat ringan maupun berat sehingga perkembangan bahasanya terlambat dan memerlukan pembinaan, bimbingan, pelayanan secara khusus untuk mencapai kehidupan yang layak (Sudjadi, 2000, 2003).
Mangunsong (1998) menyatakan bahwa kerusakan atau kelemahan (Impairment) merupakan ketidaklengkapan atau ketidaknormalan yang disertai akibatnya terhadap fungsi tertentu.. Sedangkan kecacatan atau ketidakmampuan (Disability/Handicap) merupakan keterbatasan aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 Luar Biasa pada tahun 2005 di seluruh Indonesia mengenai keberadaan siswa yang mengalami ketunarunguan mulai dari jenjang Taman Kanak- Kanak hingga ke Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan adalah sebesar 53.688 jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh PUSDATIN dan Dinas Pendidikan Luar Biasa tahun 2005 ini dapat diprediksikan bahwa jumlah penyandang cacat di seluruh Indonesia pada tahun 2009 akan meningkat lebih tajam lagi seiring dengan ledakan jumlah penduduk dalam ancaman kesehatan yang semakin bervariasi.
1. Klasifikasi Ketunarunguan
Pengklasifikasian ketunarunguan digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu: berdasarkan kurun waktu terjadinya hambatan pendengaran, lokasi terjadinya, dan untuk kepentingan pendidikan diklasifikasikan berdasarkan sisa pendengaran yang masih dimiliki.
Ketunarunguan yang terjadi sebelum masa kelairan (Prenatal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 terjadinya. Ketunarunguan yang terjadi di telinga bagian luar (tunarungu konduktif) terjadi karena liang telinga, selaput gendang, maupun ketiga tulang pendengaran mengalami gangguan. Tunarungu perseptif terjadi karena adanya gangguan organ-organ pendengaran (rumah siput & serabut saraf pendengaran) yang terdapat di telinga bagian dalam. Sedangkan tunarungu campuran terjadi karena rangkaian organ telinga tidak dapat berfungsi sebagai penghantar maupun penerima rangsangan. (Ballantyne, 1970 dalam Efendi, 2006).
Klasifikasi yang sering diterapkan untuk kepentingan pendidikan di Indonesia adalah kriteria berdasarkan International Standard Organization (Sastrawinata, 1976; Mangunsong, 1998; Sudjadi, 2003; Efendi, 2006). Ketunarunguan ini dikelompokkan menjadi :
- Slight losses (20-30dB) Mengalami kekurangan mendengar tahap ringan, dapat mengikuti pelajaran di sekolah umum tetapi harus duduk di dekat guru, belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11 memasuki kelas persiapan terlebih dahulu, disarankan menggunakan alat bantu dengar.
- Moderate losses (40-60dB) Mengalami kesulitan membedakan suara, tidak menyadari adanya getaran suara, memerlukan pelajaran bahasa secara khusus, perlu menggunakan alat bantu dengar, tidak mampu berbicara secara spontan, terkadang dapat mendengar bunyi yang sangat keras seperti deru mesin pesawat terbang atau suara klakson mobil.
- Severe losses (60-75dB) Hanya memahami ucapan jika dengan suara yang keras dan dari jarak yang sangat dekat, sering mengalami salah tanggap, mengalami kelainan dalam mengucapkan konsonan tertentu, kesulitan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bercakap- cakap, kosakata yang dimiliki sangat terbatas, perlu menggunakan alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Kekhasan perkembangan siswa tunarungu
Siswa tunarungu yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah individu tunarungu yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Pada umumnya usia siswa tunarungu yang duduk di bangku SMPLB dan SMALB berada pada rentang 14 sampai dengan 21 tahun. Rentang usia ini merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang membutuhkan banyak penyesuaian diri. Siswa tunarungu mulai belajar melakukan penyesuaian diri bukan hanya dengan anggota keluarga di rumah saja namun juga dalam relasi yang lebih luas.
a. Perkembangan fisik
Kekhasan perkembangan fisik yang terdapat pada siswa tunarungu terletak gerakan mata yang sangat sensitif terhadap perubahan gerakan sekecil apapun. Hal tersebut disebabkan karena organ yang paling berperan menggantikan fungsi pendengaran sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13 sebagai organ pendengaran, rumah siput juga bertugas menjaga keseimbangan tubuh.
Kekhasan perkembangan fisik yang lain yaitu siswa tunarungu tidak dapat mengerjakan dua hal dalam satu waktu yang bersamaan, seperti contohnya mendengarkan pembicaraan teman ketika sedang menulis. Hal ini dikarenakan mereka belum dapat mendengarkan suara secara spontan, oleh sebab itu diperlukan energi dan konsentrasi yang terpusat untuk melakukan satu aktivitas.
b. Perkembangan kognitif dan bahasa
Terhambatnya komunikasi siswa tunarungu berdampak luas terhadap berbagai segi perkembangan, baik perkembangan fisik, kognitif dan bahasa, maupun perkembangan psikososial (Madhubala & Rao, 2004). Dalam teori Epigenetik oleh Erik Erikson diungkapkan bahwa perkembangan seperti halnya organ-organ embrio yang berkembang tahap demi tahap. Bila organ tertentu tidak berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14 muncul karena kurangnya kesempatan untuk memiliki pengalaman terlibat secara langsung dalam dunia nyata sebagai akibat dari keterbatasan bahasa yang dialami. (Furth, 1961 dalam Bunawan & Yuwati, 2000).
Kekhasan perkembangan bahasa yang mudah dibedakan dengan orang berpendengaran normal adalah suara yang dihasilkan ketika siswa tunarungu berbicara terdengar melengking atau tidak sesuai intonasi pada umumnya. Hal ini disebabkan terganggunya organ pendengaran yang berakibat pada berkurangnya kepekaan membedakan suara nada rendah dan nada tinggi (Efendi, 2006). Ketika berinteraksi dengan orang lain, siswa tunarungu harus memposisikan diri berhadapan muka untuk dapat memahami ucapan dan ekspresi wajah lawan bicara (Mangunsong, 1998; Efendi, 2006).
c. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial siswa tunarungu sangat unik, aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 Emosi siswa tunarungu dipandang kurang stabil dan mudah berubah, hal ini disebabkan karena adanya perasaan bingung dan tidak berdaya menghadapi situasi yang ada. Oleh sebab itu sering kali dikatakan bahwa emosi siswa tunarungu dipandang meledak-ledak.
Adanya dorongan natural dari sifat siswa yang sedang dalam tahap masih mencari identitas itu sendiri dan ditambah dengan perasaan tidak berdaya karena keterbatasan pendengaran dan perlakuan individu sekitar yang diterima membuat siswa tunarungu memiliki emosi yang rapuh dan kurang stabil (Efendi, 2006).
Siswa tunarungu memiliki kepribadian yang khas dan berbeda dari kepribadian individu berpendengaran normal pada umumnya (Sanders, 1988 dalam Widiyanto, 2008). Individu berpendengaran normal memandang penyandang tunarungu memiliki kekhasan sikap yaitu; mereka lebih senang menarik diri, memiliki penilaian diri yang negatif, sering mengalami depresi, terlalu optimis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16 fisik dalam hal pendengaran. Pada kenyataannya, SLB-B swasta terbentuk karena adanya desakan keprihatinan orang tua dan segelintir pemerhati ketimbang merupakan aksi nyata dari para profesional dan pemerintah (Meadow, 1980). Hal tersebut bukan hanya terjadi di Negara Indonesia sebagai negara berkembang saja, tetapi juga negara-negara maju seperti Amerika. SLB yang khusus menangani tunarungu di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta jumlahnya melebihi 43 sekolah, namun hanya sebagian kecil yang siap menggunakan metode komunikasi Maternal Reflektif sebagai metode pengajaran bahasa.
Seorang tokoh pendidikan siswa tunarungu dari Belanda yang bernama Dr. A. Van Uden mengungkapkan bahwa siswa-siswi tunarungu harus sedini mungkin diperkenalkan dan dilatih dalam kemampuan bahasanya. Metode yang tepat dalam memperkenalkan siswa-siswa ini adalah dengan cara seperti seorang ibu ketika mengajarkan siswanya berbicara, yaitu metode Maternal Reflektif (Sumarwati, 2008). Sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 pelatihan auditori tidak hanya dilakukan di dalam ruangan tetapi juga dalam situasi nyata di luar sekolah, orang tua sejalan dengan metode pengajaran bahasa yang digunakan para guru (Meadow, 1980).
Metode pengenalan bahasa yang tepat dapat meningkatkan kemampuan siswa tunarungu dalam berinteraksi bukan hanya dengan sesama tunarungu tetapi juga dengan individu berpendengaran normal (Bunawan, 1997). Tercapainya kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif merupakan indikator dari kesuksesan pendidikan tunarungu. Hal tersebut ditandai dengan dikuasainya kecakapan hidup dalam bentuk kemampuan menyesuaikan diri di dalam diri siswa tunarungu baik dengan dirinya sendiri maupun dengan individu disekitarnya (Iswari, 2007). Hasil pencapaian ini akan menghindarkan siswa tunarungu dari problem penyesuaian diri yang sering diidentikan dengan permasalahan tunarungu.
SLB-B Swasta bermetode Maternal Reflektif yang menjadi sasaran penelitian yaitu :