PROBLEMATIKA MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 20172018 SKRIPSI

  PROBLEMATIKA MENGHAFAL AL- QUR’AN

DI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN

ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2017/2018

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

FARICHATUL CHUSNA

NIM 11114286

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  PROBLEMATIKA MENGHAFAL AL- QUR’AN

DI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN

ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2017/2018

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

FARICHATUL CHUSNA

NIM 11114286

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

  

ُهَمَّلَعَو َنآْرُقْلاَ مَّل َعَت ْهَمْ مُكُرْيَخ

Orang yang paling baik diantara kalian adalah seseorang

yang belajar al- Qur’an dan mengajarkannya “. (HR.Bukhori)

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

  1. Ibu Tapsiyah dan Bapak Ahmad Ihsan sebagai wujud baktiku padanya, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya untukku.

  2. Saudara-saudara (kang Sobarun, kang Basori, yu Umi, dan kang Najib) yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

  3. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaecho selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha yang selalu mendoakanku.

  4. Sahabat-sahabatku (Ryda, Nunung, Mb Apip, Mira, Eka, Vera, Hima, Rizkiana, Okta, Hana, Laela, Zubaid) yang selalu menemaniku dan memberiku semangat.

  5. Keluarga besar PPTQ Al-Muntaha yang saya sayangi.

  6. Teman-teman PAI angkatan 2014.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

  “Problematika Menghafal al-Qur‟an Di Pondok Pesantren Al-

  Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga Tahun 2017/2018” Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

  Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

  4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku pembimbing akademik. kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  7. Pengasuh, ustadzah, dan santri PPTQ al-Muntaha Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di pondok pesantren tersebut.

  8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  9. PAI H, Keluarga PPL SMPN 1 Tengaran, dan kelompok KKN posko 126 Padas yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.

  Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik dan mendapat kesuksesan dunia akhirat, amin.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya.

  ABSTRAK Chusna, Farichatul. 2018. Problematika Menghafal al-

  Qur’an Di Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga Tahun 2017/2018 . Skripsi.

  IAIN Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

  Kata Kunci: Problematika Menghafal al- Qur’an, Pondok Pesantren

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problematika menghafal al- Qur‟an di Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) apa saja problematika santri dalam menghafal al-

  Qur‟an di Pondok Pesantren al-Muntaha. 2) Solusi apa saja yang dilakukan oleh Pondok Pesantren al-Muntaha dalam mengatasi problematika dalam menghafal al- Qur‟an.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara, melalui pengasuh, ustadz, pengurus dan santriwati, observasi, yaitu terkait dengan proses pembelajaran santri maupun kegiatan santri dalam menghafal al-

  Qur‟an dan dokumentasi. Temuan peneliti ini menunjukkan bahwa: 1) Dalam proses menghafal al- Qur‟an di Pondok Pesantren al-Muntaha banyak sekali ditemukan problem/masalah. Problem tersebut diantaranya, pertama rasa malas, kedua kurang dapat membagi waktu, ketiga pengaruh teknologi atau hp, keempat tidak menguasai makhorijul huruf dan tadwid, dan kelima adalah teman yang buruk akhlaknya. Dari pihak pengasuh maupun ustadz juga berpendapat bahwa problematika santri dalam menghafal al- Qur‟an yaitu rasa malas, selain itu dengan adanya teknologi atau hp, mereka disibukkan dengan aplikasi yang ada didalamya. 2) Sedangkan upaya pemecahan problematika dalam proses menghafal al-

  Qur‟an di Pondok Pesantren al-Muntaha, pertama adanya program dari pengurus yang berupa seluruh santri wajib mengumpulkan hp mulai dari jam 17.30-22.00 dan semua santri wajib pulang ke pondok sebelum jam 18.00, kedua program dari pengasuh yang meliputi semua santri tidak boleh pulang ke kamar sampai acara ngaji selesai dan pada hari minggu semua santri tidak diperbolehkan keluar dari lingkungan pondok.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii JUDUL ............................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ vi DEKLARASI ................................................................................................... vii MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

  

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Fokus Penelitian ............................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 5 E. Kajian Peneliti Terdahulu.............................................................. 6 F. Sistematika Penelitian ................................................................... 8

  

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9

A. Menghafal al- Qur‟an ...................................................................... 9

  1. Pengertian Menghafal al- Qur‟an .............................................. 9

  Qur‟an .......................................... 11

  3. Adab Menghafal al- Qur‟an ...................................................... 13

  4. Metode Menghafal al- Qur‟an ................................................... 14

  5. Keutamaan Menghafal al- Qur‟an ............................................. 17

  6. Problematika Menghafal al- Qur‟an.......................................... 19

  7. Kiat-kiat Menghafal al- Qur‟an ................................................. 23

  8. Hukum Menghafal al- Qur‟an ................................................... 25

  B. Pondok Pesantren ........................................................................... 28

  1. Pengertian Pondok Pesantren ................................................... 28

  2. Macam-macam Pesantren ........................................................ 29

  3. Elemen-elemen Pondok Pesantren ........................................... .30

  4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren ......................... 32

  5. Fungsi Pondok Pesantren ......................................................... 34

  

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 35 B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 36 C. Sumber Data ................................................................................... 36 D. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 37

  E. Analisis Data .................................................................................. 39

  F. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................... 39

  G. Tahap-tahap Penelitian ................................................................... 40

  

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS .............................................. 43

  1. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian ..................... 43

  2. Temuan Penelitian .................................................................... 58

  B. Analisis Data.................................................................................. 64

  

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 69

A. Kesimpulan.................................................................................... 69 B. Saran .............................................................................................. 70 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri ......................................................... 56Tabel 3.2 Kegiatan Ekstrakurikuler Santri ....................................................... 58

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Daftar SKK

  2. Daftar Riwayat Hidup

  4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

  5. Lembar Konsultasi

  6. Instrumen Pengumpulan Data

  7. Kode Penelitian

  8. Pedoman Wawancara

  9. Hasil Wawancara

  10. Dokumentasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghafal al- Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji

  dan mulia. Hukum menghafal al- Qur‟an adalah fardu kifayah. Apabila sebagian orang melakukannya, maka gugurlah dosa dari yang lain (Badwilan,

  2009: 23). Dalam ajaran Islam, menghafal al-Q ur‟an merupakan sebuah perintah dari Allah. Hal ini ditunjukkan dengan firman Allah yang pertama turun yaitu surat Al-Alaq yang dimulai dengan kata

  iqra’ atau perintah

  membaca merupakan kata pertama dan alangkah pentingnya jika diulang dua kali. Kata

  iqra’ yang terambil dari kata dasar qara’a pada mulanya berarti

  „menghimpun‟. Arti kata ini menunjukkan bahwa iqra’ yang diterjemahkan dengan „bacalah‟ tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain (Syarifuddin, 2004: 20).

  Adapun keutamaan membaca dan menghafal al-Qur ‟an adalah individu yang mengamalkan akan menjadi sebaik-baik orang, dinaikkan derajadnya oleh Allah . Al-Q ur‟an memberikan syafaat kepada orang yang membacanya. Bahkan Allah menjanjikan akan memberi orang tua bagi anaknya yang menghafal al-

  Qur‟an sebuah mahkota yang bersinar (pahala yang luar biasa), hati orang pembaca al-Q ur‟an senantiasa akan dibentengi dari siksaan, hatinya menjadi tenang dan tentram, serta dijauhkan dari penyakit menua yaitu kepikunan.

  Seseorang yang ingin menghafalkan al-Q ur‟an hendaknya membaca dengan benar terlebih dahulu. Dan dianjurkan agar sang penghafal untuk lebih ur‟an. Sebab kelancaran saat membaca niscaya akan cepat dalam menghafalkannya. Seseorang yang sudah lancar membaca al-Q ur‟an pasti sudah tidak asing lagi dengan keberadaan ayat-ayat al-

  Qur‟an, sehingga tidak membutuhkan pengenalan ayat dan tidak membaca terlalu lama sebelum dihafal. Bacaan bukan hanya lancar saja, melainkan harus baik, benar, fasih, serta benar-benar menguasai dan memahami ilmu tajwid. Hal ini sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan terhadap materi yang dihafalkannya. Jika bacaan salah maka hasil yang dihafalkan pun akan salah, sehingga untuk memperbaikinya dibutuhkan ketelitian waktu relatif lama. Kesalahan dari kebanyakan mereka yang bertekad dan berencana untuk menghafal yaitu keliru dalam pengucapannya. Sehingga sebelum menghafal seseorang harus mampu memperbaiki ucapan dan bacaan al-

  Qur‟an dengan benar.

  Saat ini kesadaran umat Islam untuk menghafal al-Quran semakin besar. Buktinya banyak dijumpai pondok-pondok yang didalamnya mengajarkan program tahfidz atau hafalan al-

  Qur‟an. Di pondok pesantren Al- Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga yang berjumlah kurang lebih 60 santri mukim (menetap di pesantren), mayoritas santrinya adalah menghafalkan al- Qur‟an. Sekian banyak santri yang mukim di pondok tersebut, terdapat dua kelompok yaitu santri yang hanya mondok untuk menghafal al-

  Qur‟an dan santri mondok untuk menghafalkan al-Qur‟an sambil sekolah (MTS, MA, Kuliah).

  Qur‟an yang ada di pondok pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga itu mayoritas santrinya kuliah di IAIN Salatiga yang berbasis agama Islam, maka tidak menutup kemungkinan santri tersebut dulunya ketika SMP/MTS atau SMA/MA sudah mondok, baik di pondok salafiyah maupun pondok modern pasti telah mengenyam banyak ilmu tentang al-

  Qur‟an. Diantara santri memiliki hafalan yang berbeda-beda, secara garis besar hafalan al-

  Qur‟an pada santri dikategorikan baik dan kurang baik. Hafalan yang baik dapat dilihat dari ketepatan bacaan al- Qur‟annya (sesuai dengan

  

tajwid , serta kelancaran dalam mengucapkan hafalan). Sedangkan hafalan

  yang kurang baik adalah ketika membaca belum sesuai dengan tajwid, kadang masih terjadi kekeliruan dan kurang lancar pada hafalannya dikarenakan kurangnya muraja’ah (pengulangan).

  Untuk melestarikan hafalan al- Qur‟an dari kelupaan ialah dengan menciptakan kreaktivitas takrir secara teratur. Upaya ini merupakan faktor penting dalam rangka menjaga ayat-ayat al-

  Qur‟an yang telah dihafalnya agar tidak hilang (Hafidz, 200: 85). Perangkat untuk memelihara dan menjaga al- Q ur‟an adalah menyiapkan orang yang menghafal al-Qur‟an pada setiap generasi ke generasi dengan cara membentuk lembaga khusus (pondok pesantren) untuk menghafal, menjaga dan memelihara al-Q ur‟an. Hal ini dimaksudkan ketika ada problematika dalam menghafal al-Q ur‟an, seorang penghafal al-Q ur‟an ataupun seorang pengampu pondok pesantren (kyai mengatasinya dan mampu meningkatkan mutu hafalan pada santrinya dengan kaidah yang benar, yaitu dengan tadwid dan kefasihannya. Atas dasar fenomena tersebut, mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul:

  “PROBLEMATIKA MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2017/2018 ”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan masalah sebagai berikut:

  1. Apa problem yang dialami santri dalam menghafal al-Q ur‟an di Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga?

  2. Apa solusi dalam mengatasi problem santri dalam menghafal al- Qur‟an di

  Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga?

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui problem yang dialami santri dalam menghafal al- Q ur‟an di Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga. al-

  Qur‟an di Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga.

  D. Kegunaan Penelitian

  Berdasarkan masalah dan tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya:

  1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan terkait dengan materi serta mengetahui dan menemukan metode dalam menghafal al- Qur‟an.

  2. Manfaat Praktis Penelitian dapat menambah wawasan tentang bagaimana proses santri- santri dalam menghafal al-Q ur‟an.

  a. Penunjang dalam pengembang pengetahuan peneliti yang berkaitan dengan problematika santri dalam menghafalkan al-Q ur‟an di pondok tersebut.

b. Santri dapat termotivasi dalam menghafalkan al- Qur‟an.

  c. Lebih memperluas dan memperdalam khazanah keilmuan yang dimiliki peneliti khususnya dalam bidang keagamaan.

E. Kajian Peneliti Terdahulu

  Pertama, skripsi atas nama Khoirul Huda (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010) dalam skripsinya “Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an pada siswa kelas V di SDIT Muhammadiyah al-Kausar Gumpang Kartasura T ahun ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa kendala dan problem dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT

  Muhammadiyah al-Kausar, yaitu: 1. Factor waktu: waktunya kurang lama.

  2. Kurang melakukan pengulangan.

  3. Kurang menggunakan media dan sumber belajar.

  4. Factor peserta didik: belum mengetahui cara menghafal, tidak bisa mengatur waktu, malas.

  5. Factor tenaga pendidik: kurang tenaga pengajar.

  6. Factor lingkungan: tempat menghafal hanya di dalam kelas.

  Kedua, Maksur (UMS, 2008) dalam skripsinya “Problematika Pembela jaran Tahfidzul Qur‟an pada siswa kelas II MTs Al Irsyad Tengaran Semarang tahun 2007/2008”, menyimpulkan bahwa masalah yang dihadapi terdiri dari beberapa factor, yaitu:

  1. Siswa: kurang lancar, malas, tidak mengetahui cara menghafal.

  2. Guru: banyak kesibukan sehingga kurang waktu.

  3. Metode pembelajaran: metode yang digunakan kurang variatif.

  c. Kurang menguasai ilmu tajwid.

  c. Dekatnya berbagai fasilitas hiburan dari MTs al- I‟tisham.

  b. Terbukanya aurat wanita di sekitar MTs al- I‟tisham, baik dari tetangga ataupun pengguna jalan.

  a. Terdengarnya lagu dan music di sekitar MTs al- I‟tisham, baik dari rumah warga ataupun dari pusat kota Wonosari.

  2. Permasalaha siswa yang berkaitan dengan lingkungan.

  e. Waktu menghafal siswa kurang tepat yaitu setelah subuh.

  d. Siswa enggan mengulang-ulang bacaan yang telah dihafal.

  b. Bacaan siswa sering terbolak-balik.

  4. Materi pembelajaran: tidak ada materi tajwid.

  a. Sikap malas dari siswa.

  1. Permasalahan siswa yang berkaitan dengan diri siswa sendiri.

  Pelajaran 2011/2012)” menyimpulkan bahwa masalah yang dihadapi terdiri dari beberapa factor, yaitu:

  Pembelajran Tahfidzul Qur‟an di Lingkungan Masyarakat Kota (studi kasus pada siswa kelas VIII MTs al- I‟tisham Wonosari Gunung Kidul Tahun

  6. Media pembelajaran: belum maksimal dalam menggunakannya. psinya “Problematika

  5. Alokasi waktu: kurangnya waktu.

  d. Dekatnya rumah warga dengan dengan MTs al- I‟tisham. Dari penelusuran terhadap peneliti terdahulu, bahwa tidak ada satu penelitianpun, yang meneliti tentang Problematika Menghafal al- Qur‟an Di

  Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga Tahun 2017/2018 bisa dinilai layak untuk dikaji lebih lanjut untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

F. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan ini, penulis menyusun ke dalam 5 (lima) bab yang rinciannya sebagai berikut: Bab I, Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, focus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian peneliti terdahulu, dan sistematika penulisan.

  Bab II, Landasan Teori, berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan objek penelitian. Bab III, Metode Penelitian, berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

  Bab IV, Paparan Data dan Analisis, meliputi paparan data, dan analisis data. Bab V, Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Menghafal al-Qur’an

  1. Pengertian Menghafal al- Qur‟an

  Menghafal menurut kamus besar Bahasa Indoesia, bahwa menghafal berasal dari kata dasar hafal yang artinya telah masuk ingatan dapat mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku (Pusat Bahasa, 2007: 381).

  Senada dengan kamus bahasa Indonesia, menghafal dalam Bahasa arab berasal dari kata hafizho-yahfazhu-hifzhon yang berarti menjaga, menyamankan, dan memelihara (Junus, 2001: 105).

  Selanjutnya orang yang hafal disebut penjaga, pengawal, pemelihara, penghafal/diluar kepala (Soleh, 1999: 724).

  Menurut As-Shobuny, al- Qur‟an adalah kalam Allah yang melemahkan tantangan musuh (

  mu’jizat) yang ditirunkan kepada Nabi

  atau Rasul yang terakhir dengan perantara Malaikat Jibril, tertulis dengan beberapa mushaf, dipindahkan (dinulik) kepada kita secara mutawatir, merupakan ibadah dengan membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas (Munjahid, 2007: 26).

  Al- Qur‟an menurut Bahasa adalah bentuk masdar dari qoro’a yang berarti bacaan, berbicara tentang apa yang tertulis padanya melihat dan menelaah. Secara istilah al-

  Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Qur‟an adalah wahyu atau firman Allah SWT untuk menjadi pedoman dan petunjuk bagi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, tidak ada satu kitab pun didunia ini yang lengkap dan sempurna seperti halnya kitab al-

  Qur‟an (Mardiyo, 1999: 23). Menghafal al-

  Qur‟an ialah suatu proses menjaga dan melestarikan kemurnian kitab suci yang diturunkan kepada Rasulullah di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan, baik secara keseluruhan maupun sebagiannya (Munjahid, 2007: 74).

  Menurut Achmad (2012: 166), menghafal al- Qur‟an merupakan proses mengingat-ingat kembali sebuah wahyu dari Allah.

  Dalam hal menghafal al- Qur‟an, penanaman wahyu yang diterima oleh

  Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat Islam dengan nama al- Qur‟an memberikan pengertian bahwa wahyu itu tersimpan di dalam dada manusia, mengingat nama al-

  Qur‟an sendiri berasal dari kata

  qira’ah (bacaan) dan di dalam kata qira’ah terkandung makna:

  agar selalu ingat. Wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW pada dasarnya telah terpelihara dari kemusnahan dengan dua cara utama: pertama, menimpannya ke dalam dada manusia atau menghafalkannya, dan kedua, mencatatnya secara tertulis di berbagai jenis bahan yang bisa ditulis, semacam kulit binatang, pelepah kurma,

  2. Syarat-Syarat Menghafal al- Qur‟an

  Menghafal al- Qur‟an bukan merupakan suatu ketentuan hukum yang harus dilakukan oleh orang yang memeluk agama Islam.

  Oleh karena itu menghafal al- Qur‟an tidak mempunyai syarat-syarat yang mengikat sebagai ketentuan hukum. Syarat-syarat yang harus ada dimiliki oleh serang calon penghafal al-

  Qur‟an adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata. Syarat-syarat tersebut ialah:

  a. Niat Yang Ikhlas Niat yang ikhlas dan matang bagi calon penghafal al-

  Qur‟an sangat diperlukan, sebab apabila sudah ada niat yang matang dari calon penghafal berarti hasrat dan kemauan sudah tertanam dilubuk hati tentu kesulitan apapun yang menghalanginya akan ditanggulangi.

  Selanjutnya seorang penghafal al- Qur‟an harus bersungguh-sungguh memperbaiki niat dan tujuannya, karena suatu amal yang tidak berdasarkan keiklasan tidak berarti apa-apa disisi Allah SWT. Menghafal al- Qur‟an termasuk perbuatan yang baik dan merupakan ibadah yang paling mulia, maka harus diserati niat yang ikhlas mencari ridho Allah SWT dan kebahagiaan akhirat (Qori‟, 1998: 14).

  Sifat madzmumah adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi oleh setiap orang muslim, terutama di dalam menghafal al- Qur‟an. Sifat madzmumah ini sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang menghafal al-

  Qur‟an. Karena al-Qur‟an adalah kitab suci bagi umat islam yang tidak boleh dinodai oleh siapapun dan dengan bentuk apapun (Rouf, 1996:75).

  Diantara sifat-sifat tercela tersebut adalah: khianat, bakhil, pemarah, membicarakan aib orang, iri hati, memutuskan silaturrahmi, cinta dunia, berlebih-lebihan, sombong, dusta, ingkar, pengumpat, riya‟, banyak cakap, banyak makan, angkuh, meremehkan orang lain, penakut, takabbur, dan sebagainya . Sifat- sifat tercela tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal al- c. Qur‟an.

  Izin Orang Tua, Wali atau Suami Walaupun hal ini tidak merupakan suatu keharusan secara mutlak, namun harus ada kejelasan, karena hal demikian akan menciptkan saling pengertian antara kedua belah pihak, yakni antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri, atau antara wali dengan orang yang berada di bawah perwaliannya (Hafidz, 2000: 54).

  Qur‟an Segala sifat dan karakter hendaklah selalu baik, dan menjaga diri jangan sampai ada larangan al-

  Qur‟an yang dilakukannya. Hal itu dilakukan demi mengagungkan dan menghormati al- Qur‟an Al-Karim.

  Diharapkan tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan seruan al- Qur‟an. Kemudian selain itu, harus menjaga kemuliaan diri dari pribadinya. Berhadapan dengan orang-orang sombong (yang tidak tunduk kepada al-

  Qur‟an) tidak boleh tunduk dan berlemah lembut, dan jangan sampai terlihat hina dihadapan orang-orang yang justru menentang al-

  Qur‟an. Sebaiknya perlu bertawadhu‟terhadap orang- orang saleh, orang baik dan dermawan, serta terhadap orang miskin dan fakir. Diharapkan sekali selalu tampil serius dan khusyu‟, penuh karisma dan kalem (Nawawi, 1996: 65).

  Sedangkan menurut Ahsin (1994: 65) etika orang yang hafal al- Qur‟an ialah:

  a. harus bertingkah laku terpuji dan mulia, yakni berakhlak al- Qur‟an. b. Melepaskan jiwanya dari segala yang merendahkan dirinya terhadap orang-orang ahli keduniaan.

  c.

  Khusyu‟, sakinah dan waqar.

  d. Memperbanyak sholat malam.

  Qur‟an pada malam hari, sebagaimana banyak dilakukan oleh para sahabat Rasulullah.

  Dari beberapa adab yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa adab-adab penghafal al- Qur‟an meliputi harus bertingkah laku terpuji dan mulia, diharapkan sekali selalu tampil serius dan kh usyu‟.

  4. Metode Menghafal al- Qur‟an

  Banyak sekali metode-metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal al-

  Qur‟an. Dan diharapkan bisa memberi bantuan kepada para penghafal al- Qur‟an, metode-metode tersebut adalah:

  a. Metode Wahdah Metode ini digunakan dengan cara menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat biasa dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali bahkan lebih. Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya. Dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafalnya, maka giliran menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.

  b. Metode Kithobah terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan. Kemudian ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalnya.

  Menghafalnya bisa dengan metode wahdah atau dengan metode yang berkali-kali menuliskannya sehingga ia dapat sambil mengafalnya dalam hati.

  c.

  Metode Sima‟i Sima‟i artinya mendengar, yaitu mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalnya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra. Terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak yang masih kecil dibawah umur yang belum mengenal tulis baca al-

  Qur‟an. Metode ini dilakukan dengan dua alternatif: 1) Mendengarkan dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra atau anak-anak.

  2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

  d. Metode Gabungan metode kithabah yakni penghafal menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul. Setelah selesai menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul. Kemudian setelah selesai, penghafal mencoba menulis ayat tersebut yang sudah dihafalnya diatas kertas. Jika ia mampu memproduksi kembali ayat-ayat yang dihafal, dibaca secara kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan santri bisa menirukan secara bersama-sama.

  e.

  Metode Jama‟ Metode ini adalah dengan cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilangkan kejenuhan di samping akan banyak membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya (Hafidz, 2000: 63-66).

  Pada prinsinya semua metode di atas baik sekali untuk dijadikan pedoman menghafal Al- Qur‟an, salah satu diantaranya atau dipakai semua orang sebagai alternative atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan yang berkesan monoton, sehingga menghafal al-

  Qur‟an.

  5. Keutamaan dan Keistimewaan Para Penghafal Al- Qur‟an

  Ada beberapa manfaat dan keutamaan menghafal al- Qur‟an. Menurut Imam Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan Fi Adabi Hamalati al-

  Qur‟an yang dikutip oleh (Wahid, 222: 145-149), manfaat dan keutamaan tersebut ialah sebagai berikut: a. al-

  Qur‟an adalah pemberi syafaat pada hari kiamat bagi umat manusia yang membaca, memahami dan mengamalkannya.

  b. Para penghafal al- Qur‟an telah dijanjikan derajat yang tinggi dissisi Allah SWT, pahala yang besar, serta penghormatan diantara sesama manusia.

  c. al- Qur‟an menjadi hujjah atau pembela bagi pembacanya serta sebagai pelindung dari siksaan api neraka.

  d. Para penghafal al- Qur‟an akan mendapatkan fasilitas khusus dari

  Allah SWT, yaitu berupa terkabulnya segala harapan, serta keinginan tanpa harus memohohn dan berdo‟a. e. Para penghafal al- Qur‟an berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyak karena sering membaca (taqrir) dan mengkaji Al-

  Qur‟an.

  f. Para penghafal al- Qur‟an diprioritaskan untuk menjadi imam

  g. Para penghafal al- Qur‟an menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari dan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ibadah.

h. Para penghafal al- Qur‟an itu adalah para ilmuan.

i. Para penghafal al- Qur‟an adalah keluarga Allah SWT.

  j. Para penghafal al- Qur‟an adalah orang-orang yang mulia dari umat Rasulullah SAW. k. Para penghafal al-

  Qur‟an kedudukannya hampir sama dengan Rasulullah SAW. l. Menghafal al-

  Qur‟an adalah salah satu kenikmatan paling besar yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang menghafalkan al- Qur‟an. m. Mencintai para penghafal al-

  Qur‟an sama halnya dengan mencintai Allah SWT.

  Al- Qur‟an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. Al-

  Qur‟an juga merupakan kemuliaan paling tinggi, yang memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia agar berada di jalan yang lurus dan keluar dari kegelapan menuju cahaya terang, dan tidak ada keburukan sedikitpun didalamnya. Oleh karena itu, sebaik- baik manusia adalah mereka yang mempelajari al-

  Qur‟an dan

  6. Problematika Menghafal Al- Qur‟an

  Dalam kehidupan yang kita jalani, tidaklah ditemukan sebuah raihan prestasi tanpa ujian dan cobaan. Dalam ujian dan cobaan tersebut akan ditemukan dan ditentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.

  Sama halnya dalam menghafal al- Qur‟an, menjadi sebuah kemestian adanya ujian dan cobaan yang akan membedakan pencapaian satu orang dengan yang lainya dan menentukan hasil akhir yang diraih oleh masing-masing dari mereka. Jika mereka mampu mengatasi hambatan-hambatan ini, maka kesuksesan akan menjadi haknya. Berlaku sebaliknya, mereka akan melewati kegagalan jika tidak mampu melewatinya. Problematika yang dapat menghambat yang sering terjadi diantaranya adalah problematika yang berasal dari dalam diri (factor internal) dan problematika yang berasal dari luar diri atau eksternal (Sukron, 2009: 68).

  Berikut ini adalah problematika factor internal dan factor eksternal yang sering muncul, yang dialami oleh para penghafal al- Qur‟an diantaranya adalah:

  a. Faktor Internal Salah satu metode agar hafalan tidak mudah lupa adalah dengan melakukan simaan dengan sesama teman, senior, atau kepada guru dari ayat-ayat yang telah dihafalkan. Namun, jika malah atau tidak mengikuti simaan, hal tersebut akan dapat menyebabkan hafalan mudah hilang. Selain itu jika tidak suka melakukan simaan, ketika ada kesalahan ayat hal itu tidak akan terdeteksi. Sebab tidak ada teman yang mendengarkan hafalan tersebut.

  Oleh karena itu, perbanyaklah melakukan simaan. Sebab dengan banyak melakukan simaan, sama halnya mengulang hafalan yang terdahulu ataupun yang baru (tidak istiqomah). 2) Bersikap Sombong

  Seorang penghafal al- Qur‟an hendaknya senantiasa menjaga hati dan pikirannya, terutama dari sifat sombong.

  Sifat sombong hanya akan menyebabkan hafalan al- Qur‟an mudah lupa dan terbengkalai. Sebab pikiran orang yang sombong selalu disibukkan untuk memikirkan hal lain, selain hafalan.

  Sesungguhnya orang yang sombong akan cepat diturunkan derajatnya oleh Allah swt, bagaikan debu yang bawah lagi. Oleh karena itu, hendaknya para penghafal al- Qur‟an benar-benar menjauhi sifat sombong agar hafalannya terpelihara dan terjaga dengan baik, serta tidak disibukkan dengan hal-hal yang tidak ada manfaatnya (Alawiyah, 2015: 126-130).

  3) Tidak Mengulang Hafalan Secara Rutin Seorang penghafal harus mempunyai jadwal khusus untuk mengulang hafalan. Jadi ia harus memiliki wirid atau jadwal harian untuk murajaah hafalan yang sudah dihafal, baik di dalam sholat maupun di luar sholat. Sebab diantara salah satu penyebab hilangnya hafalan al-

  Qur‟an cepat hilang ialah karena tidak memiliki jadwal khusus untuk murajaah.

  Dengan pandai mengatur waktu, penghafal al- Qur‟an akan terbantu dalam memelihara hafalannya. Dengan mengatur waktu, ia akan mengulang-ulang hafalan yang senantiasa terus berkelanjutan. Oleh karena itu, biasakan untuk tidak melewatkan waktu tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat.

  Dengan demikian, ketidak konsistenan dalam mengulang hafalan juga akan mempercepat hilangnya hafalan.

  4) Terlalu Berambisi Menambah Banyak Hafalan Baru Salah satu factor cepat lupa atau hilang adalah karena menambah dalam waktu yang singkat dan ingin segera pindah ke hafalan yang lain, padahal hafalan yang lama belum kokoh. Jika hafalan belum lancar, jangan sesekali berpindah ke hafalan yang baru. Sebab, apabila hafalan sebelumnya belum lancar, usaha hafalan yang sudah dilakukan akan menjadi sia-sia saja. Oleh sebab itu, supaya hafalan tidak mudah hilang buatlah target hafalan dalam setiap harinya, dan terus mengulang-ulang hafalan sampai kuat dan lancar (Alawiyah, 2015: 126-127).

  5) Tidak Sungguh-Sungguh Keras dan bersungguh-sungguh dalam menghafal al-

  Qur‟an layaknya seorang yang siap mencapai sebuah kesuksesan. Jika tidak bekerja keras dan sungguh-sungguh dalam menghafal al-

  Qur‟an, berarti niatnya hanya setengah hati. Oleh karena itu anda harus berusaha melawan kemalasan baik pada waktu pagi siang dan malam (Wahid, 2014: 116). Dari beberapa problematika menghafal al- Qur‟an factor internal di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari mereka malas melakukan sima‟an, bersikap sombong, tidak mengulang hafalan secara rutin, terlalu berambisi menambah b. Factor Eksternal

  Selain muncul dari dalam diri penghafal, problem dalam menghafal al- Qur‟an juga banyak disebabkan dari luar darinya sendiri. Hal-hal diantaranya yaitu:

  1) Tidak mampu mengatur waktu dengan efektif 2) Adanya kemiripan ayat-ayat yang satu dengan yang lainnya, sehingga menjebak, membingungkan, dan membuat ragu.

  3) Tidak sering mengulang-ulang ayat yang sedang atau yang sudah dihafal.

4) Tidak adanya pembimbing atau guru ketika menghafal al- Qur‟an (Wahid, 2014: 124).

  7. Kiat-Kiat Memelihara Hafalan Al- Qur‟an

  Adapun upaya pemeliharaan hafalan al- Qur‟an agar tidak mudah lupa atau hilang, maka dibutuhkan beberapa kiat-kiat tersendiri, yaitu: a. Materi yang sudah hafal hendaknya diperdengarkan (

  disima’)

  kepada orang lain yang ahli, jangan mempercayai diri sendiri karena kerap kali sering salah.

  b. Untuk memperkokoh hafalan yang telah ada perlu diulang-ulang berjama‟ah, atau bersama penghafal lainnya setara darusan (mudarosah) yang menjadikan kita aktif dalam membaca.

  c. Melakukan proses menghafal secara continue (istiqomah) tanpa ada masa jeda kecuali pada saat-saat istirahat.

  d. Lakukan menghafal maupun mengulang hafalan al- Qur‟an pada saat kondisi badan sedang fit, fresh (segar) dan tidak lapar agar tidak mengantuk.

  e. Usahakan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, karena akan mengganggu pikiran sehingga konsentrasi terhadap hafalan menjadi hilang.

  f. Lakukan kegiatan mengulang hafalan dengan konsentrasi penuh pada bidang hafalan, karena kalau tidak dengan konsentrasi maka akan memakan waktu lama.

  g. Mendengarkan hafalan al- Qur‟an dari kaset-kaset, atau mempelajari terjemah, hal ini akan membantu melekatkan hafalan.

  Bagi yang hafal al- Qur‟an perlu waktu luang untuk

  

mudarosah secara teratur dan terencana. Maka perlu pula target khataman al- Qur‟an, seperti seminggu sekali harus khatam (Sugianto, 2004: 104-106).

  8. Hukum menghafal Al-Qur`an Al-Qur`an adalah kitab suci bagi pemeluk agama islam, suci al-Qur`an dan hamba-hamba yang terpilih yang sanggup menghafalnya (Zen, 1985: 35). Hal ini telah dibuktikan dalam firman Allah SWT:

                         

  Artinya:

  “Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (Fathir: 32) (Depag RI, 1987: 700).

  al-Qur`an sebagai dasar hukum Islam dan pedoman hidup umat, disamping diturunkan kepada hamba-Nya yang dipilih, al-Qur`an diturunkan sesuai kebutuhan umat dimasa itu dan dimasa yang akan datang. Selama dua puluh tiga tahun nabi Muhammad SAW menerima wahyu al-Qur`an dan Allah SWT melalui Jibril Alaihis Salam tidak melalui tulisan melainkan dengan lisan (hafalan) (Zen, 1985: 35). Hal ini telah dibuktikan dengan firman Allah SWT:

     

  Artinya : “Kami akan membacakan (al-Quran) kepadamu

  (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa (Q.S. Al-A‟la:6).

        

  Artinya:

  “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al- Quran Karena hendak cepat- cepat (menguasai) nya” (Q.S. Al-

  Qiyamah: 16)

  

           

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET TERHADAP KEDISIPLINAN MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN SALATIGA TAHUN 2015

1 0 107

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

0 0 136

PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 85

Judul Skripsi :HUBUNGAN ANTARA PROGRAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET DI PONDOK PESANTREN AN-NIDA SALATIGA TAHUN 2017 - Test Repository

0 3 148

EFEKTIVITAS METODE HANIFIDA DALAM MENGHAFAL SURAT AL-MĀ’ŪN BESERTA ARTI DAN NOMOR AYATNYA PADA SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL-MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI

0 3 157

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK SARASWATI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

1 1 149

EFEKTIFITAS METODE MURAJA’AH DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-I’TISHOM KLIWONAN GRABAG KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 SKRIPSI

1 7 164

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PROGRAM BIL-HIFDZI PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN (PPTQ) AL- MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

0 2 173

PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI

0 0 159

ANALISIS PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADIS DI MA GUPPI WINDUSARI MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

0 0 122