Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo.

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Survei pada Siswa Kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates,

dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Mandala Surya Putra

NIM: 131334016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Survei pada Siswa Kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates,

dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Mandala Surya Putra

NIM: 131334016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

SKRIP SI

HUBUNGANTINGKATKETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISW A

Survey pada Siswa Kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulon Progo

Pembimbing

Natalina Premastuti Brataningrwn. S.Pd. M.Pd.

ii


(4)

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISW A

Survey pada Siswa Kelas XII TIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulon Progo

Dipersjapkan dan ditulis oleh: Mandala Surya Putra

NIM: 131334016

Natalina Premastuti Brataningrum S.Pd., M.Pd.

Tanda Tangan

... rJM .

--·呸···

1 Susunan Panitia Penguji

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 29 Mei 2017

dan dinyatakan tel-ah memenuhi syarat

1/J'

UJ

...

T.\

呸 Nama Lengkap

Drs. Barnbang Purnomo, S.E.呸 M.Si. Agustinns Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd.

Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., MSi.

Anggota Anggota Anggota Ketua Sekretaris


(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Terimakasih kepada Tuhan yang telah menyertai dan menuntun setiap langkah hidupku dalam keselamatan

Orang tuaku, Adik, dan Kakak

Bp Suryanto, yang telah mendoakan dan memberikan semangat.

Twenty Yulianti (Alm), yang telah mendidik dan mendoakan

Wendita, yang telah menemani dan membantu selama berada di Yogyakarta

Heriberta Anna, yang telah mendoakan dan memberi arahan

Sahabatku

Koko, yang selalu setia menemani keseharianku

Teman-temanku

Semua teman-teman seperjuangan di Universitas Sanata Dharma yang selalu membantu, dan menemani dalam susah, sedih, senang

Almamaterku


(6)

v

MOTTO

“Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving”


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaiamana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 29 Mei 2017

Penulis


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Mandala Surya Putra

Nomor Mahasiswa : 131334016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA: Survey pada Siswa Kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulon Progo

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan dipublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 29 Mei 2017 Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Survei pada Siswa Kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo

Mandala Surya Putra Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional; 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilaksanakan di 3 SMA Negeri kelas XII IIS di Kabupaten Kulonprogo yang menerapkan Kurikulum 2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2017. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Dari populasi 193 siswa, diperoleh responden yang mengisi data sebanyak 187 siswa. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional (spearman’s rho = (+) 0,505; nilai sig (1-tailed) = 0,000 <

α = 0,01); 2) terdapat hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran

aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif siswa (spearman’s rho= (+) 0,492; nilai sig (1-tailed)= 0,000 < α = 0,01).


(10)

ix

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN ACTIVE LEARNING FULFILLMENT LEVEL IN ACCOUNTING COURSE, EMOTIONAL INTELLIGENCE,

AND STUDENTSCREATIVE THINKING SKILLS

A Survey on the twelfth Grade of IIS’s students of SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, and SMA N 1 Sentolo, Kulonprogo Regency

Mandala Surya Putra Sanata Dharma University

2017

This study aims to examine positive correlation between: 1) the fulfillment level of active learning in accounting course and emotional intelligence; 2) the fulfillment level of active learning in accounting course and students’ creative

thinking skills.

This study is a correlational study conducted on the twelfth grade students of three SMA Negeri in Kulonprogo Regency that had already implemented 2013 Curriculum. The research was conducted from January to March 2017. This study is a population study. The techniques of collecting data were questionnaires. The population of this study were 193 students. Respondents who filled the data were 187 students. The data were analyzed by using Spearman correlation techniques.

The result shows that: 1) there is a positive correlation between fulfillment level of active learning in accounting course and emotional intelligence

(Spearman's rho = (+) 0.505; sig (1-tailed) = 0.000 <α = 0.01); 2) there is a

positive fulfillment level of active learning in accounting course and creative thinking skills of students (Spearman's rho = (+) 0.492; sig (1-tailed)= 0.000 <α


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma;

3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih pula untuk motivasi, nasihat, dan kesabaran yang telah ibu berikan kepada saya;

4. Dosen penguji, terima kasih atas saran dan kritik yang telah diberikan demi kesempurnaan skripsi;

5. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan berbagai pengetahuan selama proses perkuliahan;


(12)

xi

6. Staf dan karyawan kesekretariatan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu dalam pengurusan administrasi;

7. Orang tuaku, Bapak Suryanto dan Alm Ibu Twenty Yulianti yang mendidik, mendoakan, dan selalu memberikan semangat;

8. Kakak dan adik, Anna dan Wendita yang selalu mendukung dan memberikan semangat;

9. Seluruh teman-teman di Universitas Sanata Dharma yang telah menemani, memberi semangat, dan membantu selama berproses mencari pengetahuan;

10. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1


(14)

xiii

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Persepsi ... 7

2. Kurikulum 2013 ... 8

3. Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 11

4. Kecerdasan Emosional ... 17

5. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 21

B. Kerangka Berpikir ... 27

C. Hipotesis Penelitian ... 30

D. Model Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

D. Populasi Penelitian ... 33

E. Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 41


(15)

xiv

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 59

A. SMA N 1 Wates ... 59

B. SMA N 2 Wates ... 65

C. SMA N 1 Sentolo ... 71

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 75

A. Deskripsi Data ... 75

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 80

C. Pengujian Hipotesis ... 82

D. Pembahasan ... 86

BAB Vi PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan ... 93

C. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama dan Alamat Penelitian ... 33

Tabel 3.2 Nama Sekolah dan Jumlah Populasi... 34

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Pembelajaran Aktif ... 35

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional ... 36

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif ... 38

Tabel 3.6 Sebagian r Tabel ... 43

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Tingkat Pembelajaran Aktif... .... 44

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional... ... 45

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional... .... 46

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif... 47

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif... 48


(17)

xvi

Tabel 3.13 Tingkat Penguasaan Kompetensi... .... 52

Tabel 3.14 Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif... ... 53

Tabel 3.15 Tingkat Kecerdasan Emosional... .... 54

Tabel 3.16 Tingkat Keterampilan Berpikir Kreatif... 55

Tabel 3.17 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan... ... 57

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah... 75

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Status Sekolah... ... 76

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 76

Tabel 5.4 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif... ... 77

Tabel 5.5 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Kecerdasan Emosional... 78

Tabel 5.6 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa... .... 79

Tabel 5.7 Hasil Uji Normalitas Mengenai Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan Kecerdasan Emosional... 80

Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Mengenai Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan Keterampilan Berpikir Kreatif... .... 81

Tabel 5.9 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan Kecerdasan Emosional... 83


(18)

xvii

Tabel 5.10 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan Keterampilan Berpikir Kreatif... .... 84


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Instrumen Penelitian... 100

Lampiran II Data Dinas ... 111

Lampiran III Data Induk Penelitian ... 113

Lampiran IV Tabel r... 126

Lampiran V Hasil Uji Validitas ... 128

Lampiran VI Uji Reliabilitas... 134

Lampiran VII Uji Normalitas ... 137

Lampiran VIII Uji Korelasi ... 139

Lampiran IX Mean, Median, Modus ... 141

Lampiran X Surat Ijin Penelitian ... 142


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting dalam mengembangkan potensi dan kemampuan individu. Potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh individu digunakan untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Individu dapat memperoleh potensi dan kemampuan melalui proses pendidikan yang dialaminya, baik secara formal maupun non formal. Sistem pendidikan di Indonesia menekankan pada pendidikan secara formal. Dalam proses pendidikan secara formal, pendidikan ditempuh secara resmi pada satuan lembaga atau organisasi yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal menggunakan kurikulum dalam merancang pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.

Dalam sistem pendidikan di Indonesia terdapat berbagai macam jenis kurikulum. Kurikulum terbaru yang digunakan dalam sistem pendidikan formal di Indonesia adalah kurikulum 2013. Lembaga


(21)

pendidikan formal menerapkan kurikulum 2013 sebagai landasan dalam merancang kegiatan pembelajaran di kelas. Penerapan kurikulum 2013 dapat mengembangkan potensi dan kemampuan peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan peserta didik secara aktif (student center). Penciptaan suasana kelas yang aktif dapat ditempuh melalui kegiatan peserta didik yang kooperatif, yang mana hal tersebut sejalan dengan strategi dalam pembelajaran aktif.

Dalam proses pembelajaran aktif, peserta didik berperan sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran aktif dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada peserta didik. Sebelum memusatkan perhatian kepada peserta didik, pendidik perlu menyadari terlebih dahulu bahwa peserta didik memiliki karakteristik berbeda-beda, maka dari itu dibutuhkan adanya kegiatan yang menyatukan segala perbedaan karakteristik peserta didik. Kegiatan dalam pembelajaran aktif menuntut peserta didik menciptakan kondisi kelas yang sesuai dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Dalam upaya membangun kerja sama mengatasi perbedaan di dalam kelas, peserta didik dituntut untuk berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi yang berlangsung di dalam kelas dapat melatih peserta didik untuk membina hubungan dengan orang lain, mengendalikan suasana hati, tingkah laku, dan emosinya, sehingga peserta didik dapat belajar mengkondisikan emosinya agar sesuai dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pada saat menemukan permasalahan dalam proses


(22)

pembelajaran, peserta didik akan termotivasi untuk tetap bersemangat mencari pemecahan masalah karena dalam pembelajaran aktif siswa dihadapkan pada suasana kelas yang kondusif atau aktif sehingga peserta didik tidak mudah frustasi oleh adanya tantangan yang dihadapi. Peserta didik juga berproses bersama-sama untuk menemukan suatu pemecahan masalah, mengubah pemikiran yang sulit menjadi mudah, dan mengolah keterampilannya dalam menemukan ide atau gagasan. Hal tersebut dilakukan peserta didik sebagai upaya dalam mengatasi tantangan, masalah, dan hambatan yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, pembelajaran aktif dapat menumbuhkan potensi dan kemampuan peserta didik, khususnya dalam hal kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas XII IIS SMA di Kabupaten Kulonprogo yang menggunakan kurikulum 2013. Penelitian ini mengarah pada materi akuntansi dikarenakan peneliti sedang berproses menjadi pendidik khusus materi akuntansi untuk siswa IIS SMA. Penelitian ini mengarah berdasarkan implementasi kurikulum 2013 dengan alasan bahwa penulis pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dengan menerapkan kurikulum 2013. Selain itu berdasarkan data dari Dinas Pendidikan di Kabupaten Kulonprogo, SMA yang menerapkan kurikulum 2013 hanya terdapat tiga sekolah, yaitu SMA N 1 wates, SMA


(23)

N 2 Wates, dan SMA N Sentolo dari keseluruhan sekolah negeri yang ada di Kabupaten Kulonprogo. Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Kulonprogo.

Berdasarkan pada fenomena dan uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk membahas dan menyelidiki tentang hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif pada peserta didik. Judul penelitian ini dirumuskan sebagai berikut Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dengan Kecerdasan

Emosional dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa”.

B. Batasan Masalah

Pada penelitian ini memusatkan pada persepsi siswa mengenai tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif jika dihubungkan dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif.


(24)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional?

2. Apakah ada hubungan positif tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif dengan keterampilan berpikir kreatif?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan positif keterlaksanaan pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional.

2. Hubungan positif keterlaksanaan pembelajaran aktif dengan keterampilan berpikir kreatif.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pengukuran atau evaluasi bagi guru terkait pelaksanaan pembelajaran aktif.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai evaluasi bagi sekolah tentang keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi.


(25)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa FKIP dalam berproses menjadi pendidik yang berkualitas, dan bagi seluruh pihak yang membutuhkan informasi tentang keterlaksanaan pembelajaran aktif. 4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti terkait pembelajaran aktif, dan dapat memajukan proses pembelajaran khususnya di Indonesia.


(26)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi

Objek dalam penelitian ini adalah persepsi siswa-siswi SMA di Kabupaten Kulonprogo yang menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2016/2017 mengenai tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif, kecerdasan emosional, dan keterampilan berpikir kreatif. Persepsi menurut Slameto (2010: 102), merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.

Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkut-paut dengan persepsi sangat penting, karena:

1. makin baik suatu objek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat dicapai.

2. dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan; 3. jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang

sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan untuk membedakan, kemampuan pengelompokan, dan


(27)

kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda walaupun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri-ciri kepribadian individu yang bersangkutan

B. Kurikulum 2013

Pendidikan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal tersebut telihat dari meningkatnya arus informasi yang semakin berkembang. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia ialah dengan menyusun, mengembangkan, dan menetapkan kurikulum 2013. Kurikulum baru ini secara serentak akan diberlakukan di seluruh tanah air Indonesia pada tahun pelajaran 2014/ 2015.

1. Pengertian

Kurikulum menurut Fadillah (2014: 13) merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan, berhasil tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung pada kurikulum yang digunakan. Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan akan dapat berjalan dengan baik, efektif, dan efisien sesuai yang diharapkan. Karena itu, kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan di masing-masing satuan pendidikan. Sebab, kurikulum merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan.


(28)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/ 2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

2. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013

Mengenai tujuan dan fungsi kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta pearadaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa


(29)

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mengenai tujuan Kurikulum 2013, secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard

skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

b. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan negara Indonesia.

c. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.

d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan.

e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.


(30)

Tujuan-tujuan tersebut merupakan analisis yang didasarkan pada pengembangan kurikulum 2013 yang disosialisasikan oleh Kemendikbud. Beberapa tujuan kurikulum 2013 di atas dapat dipahami bahwa secara umum tujuan tesebut hampir sama dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hanya saja pada kurikulum 2013, pemerintah telah menyiapkan buku teks pembelajaran, serta berusaha meningkatkan hard skills dan soft skills peserta didik secara seimbang dan berkelanjutan.

C. Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

1. Pengertian Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 627), keterlaksanaan berasal dari kata dasar laksana, berarti sifat, laku, atau perbuatan, imbuhan keter-an menyatakan suatu hal atau peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, keterlaksanaan berarti suatu hal, keadaan, kejadian, atau peristiwa yang telah berlangsung. Sedangkan menurut Pat Hollingsworth & Gina Lewis (2008: viii) pembelajaran aktif ialah siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus-menerus terlibat, baik secara mental ataupun secara fisik, pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami. Menurut Hamruni (2009) dalam Suyadi (2013:36), pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang


(31)

memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi dengan peserta didik ataupun peserta didik dengan guru dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang memusatkan perhatian sepenuhnya kepada peserta didik, dan peserta didik berperan sebagai subyek dalam pembelajaran.

Pembelajaran aktif sangat erat kaitannya dengan konteks PAKEM, berikut adalah kajian teoritis pembelajaran aktif berdasarkan konteks pakem menurut Zulfahmi (2013: 278-284)

a. Kajian Teoretis Standar (Standar)

Teori standar pertama tentang pembelajaran aktif dalam konteks PAKEM adalah teori yang diungkapkan oleh Depdiknas (2005, 2006, dan 2009). Menurut Depdiknas (2005:3), kata aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Selanjutnya, ditambahkan bahwa belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.

b. Kajian Teoretis Terkembang (Elaborated)

Pemikiran tentang pembelajaran aktif (active learning) bukan merupakan pemikiran yang bersifat regional, tetapi internasional. Menurut filsuf terkemuka Amerika, John Dewey sangat mengagungkan proses berpikir ilmiah yang bercorak induktif melalui inkuiri serta meyakini pentingnya peran pengalaman dalam berpikir. Pengalaman bukan sekedar akumulasi masa lalu, tetapi merupakan akomodasi guna memahami pengalaman baru dan merumuskannya sebagai akomodasi bagi pengalaman berikutnya. Proses ini berlangsung terus secara berkelanjutan. Dengan kata lain, dalam konteks pendidikan, Dewey meyakini bahwa pendidikan merupakan proses berkelanjutan yang mengakomodir pengalaman manusia untuk mampu memaknai dan merumuskan.


(32)

Pendidikan dipandang sebagai usaha untuk memajukan individu melalui proses inkuiri berkelanjutan sehingga mampu merancang, mengembangkan, dan menata kehidupan masa mendatang yang lebih baik dibandingkan dengan masa lampau. Dalam pandangan Dewey, proses belajar adalah proses individual meskipun dapat berlangsung dalam konteks sosial. Siswa secara individual akan mengembangkan pengalaman yang telah dimiliki untuk memaknai pengalaman baru dan merumuskan pengalaman baru tersebut. Oleh sebab itu, siswa atau anak hendaknya dijadikan sebagai subyek pembelajaran, bukan obyek.

Menurut Robson (2010:1) dalam Zulfahmi (2013: 278-284), pembelajaran aktif memberikan peluang seluas-luasnya untuk mengembangkan interaksi antara guru dengan siswa, antar siswa itu sendiri, serta antara siswa dengan bahan atau topik dalam suatu disiplin akademis. Keuntungan utama pengimplementasian pembelajaran aktif adalah:

a. memungkinkan tingginya tingkat partisipasi aktif peserta didik, b. mendorong penggunaan pengalaman dan pengetahuan

sebelumnya,

c. memungkinkan adanya perspektif/pandangan baru tentang topik atau materi,

d. memungkinkan berkembangnya konstelasi nilai dan asumsi dari berbagai disiplin ilmu,

e. memungkinkan berkembangnya sikap terbuka terhadap hasil pembelajaran,

f. memungkinkan adanya dukungan dan rekan rekan belajar, g. mendorong adanya kristalisasi dan refleksi pengalaman, serta, h. mendorong adanya rasa tanggung jawab untuk belajar sehingga


(33)

mengembangkan siswa untuk menjadi lebih mandiri dan mampu memotivasi diri.

Strategi pembelajaran aktif juga dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an sebagai perpaduan behaviorisme dan kognitivisme. Salah seorang penganjur strategi ini adalah Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook (Sidjabat, dalam Zulfahmi (2013: 278-284))

Menurut Meier dalam Zulfahmi (2013: 278-284), manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelek (I). Bertolak dari pandangan ini, Meier mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI–somatis, auditori, visual dan intelektual. Prinsip-prinsip yang melandasi SAVI adalah:

a. belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran, b. belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi, c. kerja sama akan sangat membantu proses belajar,

d. pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan kognisi secara simultan,

e. belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri, f. emosi positif sangat membantu pembelajaran, serta

g. otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Menurut Bonwell and James A. Eison (2010: 1) dalam Zulfahmi (2013: 278-284), aspek kesadaran siswa dalam melakukan sesuatu dalam pembelajaran merupakan kunci pembelajaran aktif. “Within this context, it is proposed that strategies promoting active


(34)

doing things and thinking about what theyare doing”(Melalui konteks ini, dianjurkan bahwa strategi untuk memicu pembelajaran aktif dapat didefinisikan sebagai aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melakukan berbagai hal dan memikirkan apa yang mereka lakukan tersebut).

2. Indikator-indikator Pembelajaran Aktif

Berdasarkan deskripsi teori tentang pembelajaran aktif, dapat disimpulkan empat belas indikator tentang pembelajaran aktif. Berikut adalah empat belas indikator pembelajaran aktif menurut Zulfahmi (2013: 278-284):

a. Pertama, pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa (student

centred). Oleh sebab itu, materi pembelajaran hendaknya

dikaitkan dengan kebutuhan, minat, dan orientasi siswa dalam kehidupan nyata.

b. Kedua, pembelajaran hendaknya didasarkan atas tujuan yang jelas dan dipahami siswa. Guru hendaknya mengkomunikasikan tujuan pembelajaran sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.

c. Ketiga, pembelajaran aktif hanya dimungkinkan jika siswa dihadapkan pada suatu masalah yang perlu dipecahkan sehingga siswa melakukan proses penemuan.

d. Keempat, untuk melakukan penemuan, siswa hendaknya memiliki rambu-rambu yang jelas dari guru.

e. Kelima, pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa mengaitkan pengalaman atau pengetahuan siap yang telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang ditawarkan guru dalam bentuk masalah.

f. Keenam, pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memungkinkan adanya perspektif/pandangan baru siswa tentang topik atau materi pembelajaran.

g. Ketujuh, pembelajaran aktif hendaknya memungkinkan berkembangnya konteslasi nilai dan asumsi dari berbagai disiplin


(35)

ilmu dalam diri siswa.

h. Kedelapan, pembelajaran aktif hendaknya memungkinkan siswa mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil pembelajarannya. i. Kesembilan, untuk memfasilitasi memahami permasalahan dan

mengaitkan pengalaman siap dengan pengalaman yang baru, pembelajaran aktif memerlukan media yang layak.

j. Kesepuluh, pembelajaran hanya dimungkinkan jika siswa memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan subyek yang bertanggung jawab secara mandiri, baik dalam proses maupun pemerolehan hasil belajarnya.

k. Kesebelas, pembelajaran tidak hanya melibatkan aktivitas fisik dan mental tetapi juga keseluruhan indera.

l. Keduabelas, dari sudut aktivitas otak, pembelajaran bukan hanya melibatkan aktivitas belahan otak sebelah kanan namun juga kiri. Dengan kata lain, faktor kesadaran dan ambang sadar hendaknya dikembangkan secara maksimal. Faktor emosi sangat tergantung pada penciptaan suasana yang menyenangkan dalam konteks kelas yang demokratis. Siswa hendaknya juga mampu mengendalikan emosi dan dapat menikmati proses dan pemerolehan hasil belajarnya.

m. Ketigabelas, meskipun pembelajaran merupakan aktivitas individual, namun faktor interaksi sosial juga sangat menentukan. n. Keempatbelas, pembelajaran aktif dipengaruhi oleh umpan balik.

Bagi siswa, umpan balik dimanfaatkan untuk merefleksi apa yang telah dipelajari, apa yang belum dikuasai, apa yang dapat direncanakan dan dikerjakan pada masa mendatang untuk mengembangkan hal-hal yang telah dipelajari, dan apa manfaat materi tersebut bagi pengembangan keilmuan maupun kehidupan masa mendatang. Bagi guru, umpan balik dapat dimanfaatkan untuk mencermati kelemahaman dan kekuatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan mengembangkan pembelajaran yang lebih baik pada masa mendatang.


(36)

D. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (1999: 45) kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir; berempati dan berdoa. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan emosi. Dengan demikian kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki individu yang berupa kemampuan mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa, yang semua hal tersebut diperoleh sebagai akibat dari proses perkembangan hidupnya.

Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Individu akan mudah menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang-orang disekitarnya. Individu juga dapat memotivasi dirinya sendiri maupun orang lain dalam memecahkan masalah. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan


(37)

sosialnya, setiap individu perlu untuk dapat mengelola emosi dirinya maupun emosi orang lain. Dengan demikian, dalam mengelola emosi diri sendiri serta emosi orang lain diperlukan kemampuan untuk memahami perasaan serta kepekaan terhadap setiap emosi atau perasaan diri sendiri maupun emosi atau perasaan orang lain. Bila seseorang dapat memahami segala bentuk emosi, maka emosi tersebut dapat dijadikan energi untuk menciptakan koneksi yang baik.

2. Indikator Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (1999: 58). kecerdasan emosional merupakan suatu bentuk kecerdasan dalam memproses tindakan berupa pengendalian dan kesadaran emosional diri, memotivasi serta peka terhadap orang lain dan lingkungan, dengan indikator-indikator berupa:

a. Mengenal emosi diri. Kesadaran diri mengenali perasaan waktu perasaan itu terjadi merupakan kecerdasan emosional, kemampuan memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri.

b. Mengelola emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri.

c. Memotivasi diri sendiri. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi.

d. Mengenali emosi orang lain. Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan

“keterampilan bergaul”.

Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.


(38)

e. Membina hubungan dengan orang lain. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain; mereka adalah bintang-bintang pergaulan.

3. Macam-macam Emosi:

Daniel Goleman (1999:411-412) mengemukakan beberapa macam emosi yaitu:

a. Amarah : beringas , mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.

b. Kesedihan : pedih, sedih, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.

c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang.

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, senag, terhibur, bangga.

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih.

f. Terkejut : terkesiap, terkisap, takjub, terpana. g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka.

h. Malu : hati-hati, kesal hati, sesal, hina, dan hati hancur lebur.

4. Manfaat Keterampilan Sosial dan Emosional

Daniel Goleman (1999: 403-405) mengemukan manfaat dari adanya keterampilan sosial dan emosional bagi anak, bagi tingkah laku mereka di dalam dan di luar sekolah, dan bagi kemampuan belajar mereka, yaitu:

a. Kesadaran Diri Emosional

1) Perbaikan dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri 2) Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul b. Mengelola Emosi

1) Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah


(39)

ruang kelas

3) Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, tanpa berkelahi

4) Berkurangnya larangan masuk sementara atau skorsing 5) Berkurangnya prilaku agresif yang merusak diri sendiri 6) Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa

7) Berkurangnya kesepian dan kecemasan pergaulan c. Memanfaatkan emosi secara produktif

1) Lebih bertanggung jawab

2) Lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh perhatian

3) Kurang impulsif; lebih menguasai diri 4) Nilai pada tes-tes prestasi meningkat d. Empati: membaca emosi

1) Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain

2) Memperbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain

3) Lebih baik dalam mendengarkan orang lain e. Membina hubungan

1) Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan

2) Lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan merundingkan 3) Lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dalam

hubungan

4) Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi

5) Lebih populer dan mudah bergaul, bersahabat dan terlibat dengan teman sebaya

6) Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya

7) Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa

8) Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam kelompok

9) Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka menolong 10) Lebih demokratis dalam bergaul dengan orang lain


(40)

E. Keterampilan Berfikir Kreatif

1. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif

Menurut Hamzah, dkk (2014: 110), berpikir menurut pemahaman umum manusia adalah hal esensi menyangkut kemanusiaannya. Berdasarkan kamus Oxford Advanced Learner’s

Dictionary dalam Sudarma (2003: 37), istilah thinking salah satunya

diartikan, “ideas or opinions about something”. Pemikiran itu adalah idea atau opini. Dengan kata lain, orang yang berpikir adalah orang yang memiliki idea atau opini mengenai sesuatu. Menurut Guilford dalam Hamzah, dkk (2014: 111) kemampuan berfikir terbagi dalam tiga kategori yaitu kognitif, divergen, evaluatif. Dengan dimilikinya keterampilan berpikir yang baik, seseorang akan memiliki modal untuk bisa memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupannya. Menurut Sudarma (2003: 34), seseorang yang memilki keterampilan berpikir, akan dapat memecahkan masalah kelompoknya, baik di tempat bermain maupun di rumah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir adalah usaha seseorang dalam menemukan idea atau gagasan yang diwujudkan dalam suatu bentuk opini, aksi atau tindakan untuk mengatasi permasalahan kehidupannya.

Menurut J Geoffrey Rawlinson (1989:1) berfikir kreatif adalah upaya untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang sebelumnya tidak berhubungan. Menurut Florence Beetlestone (2011:


(41)

3) kreativitas melibatkan pengungkapan atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya, misal melalui seni eksprensif. Kreativitas adalah aktualisasi diri, merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensial yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi yang sering hilang, terhambat atau terpendam alam proses pembudayaan. Menurut Robert Franken dalam Sudarma (2013: 18), ada tiga dorongan yang menyebabkan orang bisa kreatif, yaitu (1) kebutuhan untuk memiliki sesuatu yang baru, bervariasi dan lebih baik, (2) dorongan untuk mengomunikasikan nilai dan ide, serta (3) keinginan untuk memecahkan masalah. Ketiga dorongan itulah, yang kemudian menyebabkan seseorang untuk berkreasi. Dengan kata lain, masalah kreativitas ini dapat dimaknai sebagai sebuah energi atau dorongan dalam diri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan berpikir kreatif adalah suatu keterampilan yang dimiliki individu dalam mengkombinasikan suatu ide yang mencangkup antara kemampuan kognitif dan kemampuan afektif, yang kemudian diwujudkan dalam suatu tindakan.


(42)

2. Sumber Keterampilan Berfikir Kreatif

Setiap individu pada dasarnya memiliki keterampilan berpikir kreatif. Berikut adalah sumber keterampilan berpikir kreatif

a. Menurut (Maslow,1968 : dalam Munandar, 2009:18) sumber dari kreativitas adalah kecendrungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecendrungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme, diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.

b. Menurut Hulbeck (1945) dalam Munandar (2009:20) mengatakan ”Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an uniqe and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian keterampilan berpikir kreatif terbentuk melalui kepribadian seseorang yang bercampur dengan kondisi lingkungan yang dialaminya.

c. Menurut Magill dalam Hamzah, dkk (2014: 108), kreativitas adalah kemampuan kognitif seseorang seperti dalam hal: (a) fluency, (b) fleksibilitas, (c) originalitas, (d) elaborasi, (e) visualisasi, (f) berfikir metaphora, (g) mendefinisikan, (h) evaluasi, pengertian-pengertian ini secara langsung menyatakan indikator pembelajaran aktif. Kreativitas ini tercipta di segala bidang dan kreativitas dapat diajarkan di sekolah-sekolah, karena setiap orang pada dasarnya memiliki kreativitas pada dirinya meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Keberhasilan kreativitas menurut Amabile


(43)

Munandar dalam Hamzah, dkk (2014: 109) adalah persimpangan

(intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan

motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut yang disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)

Pada tingkat berfikir lebih tinggi berfikir diarahkan pada pencarian kebenaran sesuatu atau disebut berfikir kritis, dan pencarian kebermaknaan sesuatu yang disebut dengan berfikir kreatif (Hamzah, dkk (2014: 110). Berfikir kreatif adalah proses yang digunakan ketika mengajukan suatu gagasan baru, kriteria baru ini bergantung pada pandangan individu, kelompok ataupun masyarakat disekitarnya.

3. Syarat Berfikir Kreatif

Menurut MacKinnon dalam Hamzah, dkk (2014: 113) menyatakan tiga syarat penting dari berfikir kreatif yaitu:

a. Melibatkan respon atau gagasan yang baru, b. Dapat memecahkan persoalan secara realistis, dan c. Mempertahankan insinght yang orisinil.

Kebaruan, realistis, dan orisinalitas menjadi syarat penting dalam berfikir kreatif.

4. Tahapan dalam Berfikir Kreatif

Menurut Hamzah, dkk, (2014: 113), sebagai bentuk pemikiran, berfikir kreatif berusaha menghasilkan sesuatu yang baru melalui penggabungan baru dari unsur-unsur yang telah ada dalam pikiran sesorang melalui sebuah proses. Proses berfikir ini menurut teori Wallls ada empat tahap yaitu:

a. Persiapan, yaitu tahap berfikir kreatif dengan mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan orang lain.

b. Inkubasi atau pengeraman, yaitu tahap berfikir kreatif dengan seakan-akan melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah


(44)

yang dihadapi.

c. Tahap iluminasi, adalah tahap berfikir kreatif dengan munculnya gagasan baru sebagai pemecah masalah, dalam tahap ini muncul pikiran atau gagasan yang dapat digunakan sebagai dasar pemecah masalah atau suatu pandangan baru yang dibutuhkan untuk membuka wawasan.

d. Tahap verifikasi, adalah tahap berfikir kreatif berupa pengujian atau pengembangan atas ide atau kreasi baru, pada tahap ini akan diperoleh apakah gagasan yang ditelorkan dapat dilaksanakan atau tidak.

5. Ciri-ciri Kreatifitas

a. Ciri-ciri kreativitas

Menurut Munandar ciri-ciri berfikir kreatif dapat ditinjau dari dua aspek yaitu antara lain:

1) Aspek Kognitif.

Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif/divergen (ciri-ciri atitude) yaitu:

a) keterampilan berpikir lancar (fluency), meliputi antara lain: mencetuskan benak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan memikirkan lebih dari satu jawaban.

b) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility), meliputi menghasilkan gagasan, jawaban, pertanyaan yang bervariasi, melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

c) keterampilan berpikir orisinal (originality), meliputi mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d) keterampilan memperinci (elaboration), meliputi mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambah atau merinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.


(45)

e) keterampilan menilai (evaluation), meliputi menentukan patokan penilaian sendiri dan dapat menentukan kebenaran pertanyaan, rencana atau tindakan, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, dan dapat melaksanakan gagasannya.

2) Aspek Afektif

Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang (ciri-ciri non-aptitude) yaitu:

a) rasa ingin tahu;

b) bersifat imajinatif/fantasi;

c) merasa tertantang oleh kemajemukan; d) sifat berani mengambil resiko;

e) sifat menghargai; f) percaya diri;

g) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan h) menonjol dalam salah satu bidang seni

6. Faktor Penghambat Pengembangan Kreativitas.

Berdasarkan proyek 1000 guru dalam studi Fryer (1996) dalam Florence Beetlestone (2012: 169) menunjukkan bahwa ada enam faktor kunci yang bisa menjadi hambatan bagi perkembangan kreatifitas, antara lain:

a. Lingkungan yang menghambat,

b. Latar belakang keadaan di rumah, di mana kadang-kadang banyak kegiatan anak yang dilarang,

c. Guru yang mendorong kerja cepat, d. Tekanan dari teman sebaya,


(46)

F. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan Kecerdasan Emosional

Salah satu komponen pembelajaran aktif yang dapat mendorong peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosional adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Konsep ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang pendidik harus melibatkan siswa secara aktif dalam proses kegiatan pembelajaran, karena dalam pembelajaran aktif peserta didik merupakan subjek dan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator. Dalam upaya membangun pembelajaran berpusat pada siswa, pendidik perlu memahami bahwa masing-masing siswa memiliki karakteristik dan tingkatan emosi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dalam merancang sebuah pembelajaran, pendidik perlu menyamakan pemusatan perhatiaan pada masing-masing siswa secara sama rata, agar masing-masing siswa memperoleh perlakuan yang adil. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, para peserta didik membiasakan untuk bersikap mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaaan yang sedang terjadi selama proses pembelajaran. Jika individu pandai menyesuaikan diri dengan suasana hatinya, dapat berempati, dan mampu menciptakan situasi kondisi yang positif, maka individu tersebut memiliki tingkat emosionalitas yang baik sehingga akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta


(47)

lingkungannya. Dengan demikian, diharapkan semakin terlaksananya pembelajaran aktif maka akan menumbuhkan kecerdasan emosional peserta didik.

Komponen kedua dalam pembelajaran aktif yang dapat mendorong peserta didik dalam memiliki kecerdasan emosional adalah dari sudut aktivitas otak. Konsep ini menjelaskan bahwa pembelajaran bukan hanya melibatkan aktivitas belahan otak sebelah kanan namun juga kiri. Dengan kata lain, faktor kesadaran dan ambang sadar hendaknya dikembangkan secara maksimal. Faktor emosi sangat tergantung pada penciptaan suasana yang menyenangkan dalam konteks kelas yang demokratis. Siswa hendaknya juga mampu mengendalikan emosi, dan dapat menikmati proses dalam pemerolehan hasil belajarnya.

Dari penjelasan di atas, peneliti menduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat keterlaksanaan model pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional.

2. Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Model Pembelajaran Aktif dengan Keterampilan Berfikir Kreatif

Salah satu konsep pembelajaran aktif yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berfikir kreatif adalah mengacu pada proses penemuan pemecahan masalah (inquiry). Komponen menemukan merupakan kegiatan dengan pengamatan terhadap fenomena atau kejadian, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang


(48)

bertujuan untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh peserta didik. Dalam suatu proses penemuan peserta didik diminta untuk mengamati suatu hal. Hal tersebut akan menimbulkan rasa keingintahuan peserta didik dan kemudian akan memunculkan suatu proses berfikir. Dalam mencari suatu pemecahan masalah, peserta didik diajak pada tahapan proses berfikir kreatif dengan mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berfikir, mencari jawaban, bertanya atau berdiskusi dengan orang lain. Dengan pembiasaan yang dilakukan oleh guru dengan mengajak peserta didik untuk dapat menemukan pemecahan masalah, maka peserta didik akan terbiasa menanggapi suatu masalah sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi dan dapat meningkatkan keluwesan bagi peserta didik dalam berfikir.

Dari penjelasan berdasarkan kajian teori dan uraian diatas maka peneliti menduga terdapat hubungan positif tingkat pembelajaran aktif dengan keterampilan berfikir kreatif siswa.


(49)

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir dalam diajukannya hipotesis sebagai jawaban atau dugaan sementara mengenai permasalahan yang sedang dihadapi yaitu sebagai berikut:

1. Ho1 = Tidak ada hubungan positif tingkat keterlaksanaan

pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional.

Ha1 = Ada hubungan positif tingkat keterlaksanaan pembelajaran

aktif dengan kecerdasan emosional emosional.

2. Ho2 = Tidak ada hubungan positif tingkat keterlaksanaan

pembelajaran aktif dengan ketrampilan berfikir kreatif

Ha2 = Ada hubungan yang positif keterlaksanaan pembelajaran aktif


(50)

X

H. Model Penelitian

Hubungan antara variabel-variabel data penelitian ini jika digambarkan secara sistematis dalam paradigma penelitian adalah sebagai berikut:

Keterangan:

X = Pembelajaran aktif

Y1 = Kecerdasan emosional

Y2 = Keterampilan berfikir kreatif

= Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional dan ketrampilan berfikir kreatif.

Y1


(51)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional menurut Arikunto (1989: 201) merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, beberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan. Sedangkan menurut Kuncoro (2003:9-10) dalam Suharso (2009:10), penelitian korelasional adalah usaha untuk menentukan apakah terdapat dua hubungan atau lebih, serta beberapa jauh tingkat hubungan yang ada di antara variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan keterlaksanaan pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional dan ketrampilan berfikir kreatif pada siswa SMA di wilayah daerah Kulonprogo.

B. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan Februari 2017


(52)

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di 3 (tiga) sekolah di wilayah Kulon Progo, yaitu

Tabel 3.1

Nama Sekolah dan Alamat Penelitian

No Sekolah Alamat Sekolah 1 SMA NEGERI 1 WATES Terbahsari, Wates, Kulon Progo

2 SMA NEGERI 2 WATES Jl. KH. Wakhid Hasyim,

Bendungan, Wates, Kulon Progo.

3 SMA NEGERI 1 SENTOLO

Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMA kelas XII jurusan IIS di wilayah Kabupaten Kulonprogo, yang menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2016/ 2017.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah mengenai anggapan peserta didik di wilayah Kulonprogo mengenai tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional dan ketrampilan berpikir kreatif.

D. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (1989: 102), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Sedangkan menurut Nuryaman, dkk (2015: 101), populasi menunjukkan


(53)

seluruh kelompok orang, kejadian, atau sesuatu yang menjadi ketertarikan peneliti untuk diinvestigasi, bisa juga dikatakan bahwa populasi merupakan total kumpulan elemen yang dari kumpulan tersebut akan dibuat kesimpulan. Dengan demikian, dalam penelitian ini populasinya adalah siswa-siswi SMA kelas XII jurusan IIS di wilayah Kabupaten Kulonprogo yang menerapkan kurikulum 2013.

Tabel 3.2

Nama Sekolah dan Jumlah Populasi

No. Nama Sekolah Jumlah Populasi

1 SMA Negeri 1 Wates 63

2 SMA Negeri 2 Wates 67

3 SMA Negeri 1 Sentolo 63

Jumlah 193

Dalam penelitian ini seluruh siswa yang menjadi populasi penelitian diberikan kesempatan untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner penelitian, karena penelitian ini merupakan penelitian populasi. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 193 siswa dan masing-masing siswa berkesempatan mengisi satu kuesioner. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan hanya diperoleh data atau responden sebanyak 187 siswa. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pengambilan data terdapat siswa yang tidak hadir, sehingga data yang dapat diolah jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah populasi yang tersedia.


(54)

E. Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran Variabel

1. Operasionalisasi Variabel

Menurut Nuryaman, dkk (2015: 90), operasionalisasi variabel dilakukan dengan cara mengamati dimensi, sisi-sisi, ciri-ciri perilaku dari suatu konsep, kemudian menterjemahkan dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi dan diukur agar dapat dibuat atau dikembangkan indeks pengukuran dari konsep-konsep tersebut.

a. Variabel Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

No Indikator Item Pertanyaan

1. Berpusat pada siswa 1

2. Didasarkan atas tujuan yang jelas 2 3. Bersifat pemecahan masalah 3, 4 4. Mengoptimalkan kegiatan penemuan 5 5. Memungkinkan siswa mengaitkan

pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru

6, 7

6. Memungkinkan adanya perspektif baru pada diri siswa tentang apa yang dipelajari

8, 9

7. Memungkinkan berkembangnya

konstelasi nilai dan asumsi dari berbagai disiplin ilmu dalam diri siswa

10, 11

8. Memungkinkan siswa mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil

pembelajarannya

12, 13

9. Menggunakan media pembelajaranyang layak

14 10. Hanya dimungkinkan jika siswa

memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan subjek yang bertanggung jawab secara mandiri

15, 16

11. Melibatkan aktivitas fisik, mental, dan keseluruhan indera

17, 18 12. Pembelajaran bukan hanya melibatkan 20, 21


(55)

No Indikator Item Pertanyaan

aktivitas belahan otak sebelah kanan namun juga sebelah kiri

13. Terjadi dalam interaksi sosial yang kondusif dan dinamis

22, 23

14. Adanya umpan bali. 24, 25

b. Variabel Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Ada lima dimensi kecerdasan emosional yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain (Goleman ,1999:57-59). Masing-masing dimensi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel kecerdasan emosional:

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional

Dimensi Indikator No Item

Mengenali emosi diri

a. Mengetahui keterbatasan diri 1 b. Keyakinan akan kemampuan sendiri 2

c. Mengetahui kekuatan 3


(56)

Dimensi Indikator No Item

Mengelola emosi

a. Menahan emosi dan dorongan negatif

5

b. Menjunjung norma kejujuran dan integritas

6

c. Bertanggung jawab atas kinerja sendiri

7

d. Luwes terhadap perubahan 8 e. Terbuka dengan ide-ide serta

informasi baru

9

Memotiva si diri

a. Dorongan untuk menjadi lebih baik. 10 b. Menyesuaikan dengan sasaran

kelompok dan organisasi

11

c. Kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan

12

d. Kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan

13

Mengenali emosi orang lain

a. Memahami perasaan orang lain 14 b. Tanggap terhadap kebutuhan orang

lain

16

c. Mengerti perasaan orang lain 17

d. Siap sedia melayani 18

Membina hubungan dengan

orang lain

a. Kemampuan persuasi 19, 15 b. Terbuka mendengarkan orang lain

dan memberi kesan yang jelas

20

c. Kemampuan menyesuaikan tanggung jawab

21

d. Memiliki semangat leadership 22 e. Kolaborasi dan kooperasi 23 f. Ada kemampuan untuk membangun

tim


(57)

c. Variabel Keterampilan Berfikir Kreatif

Menurut J Geoffrey Rawlinson (1989:1) berfikir kreatif adalah upaya untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang sebelumnya tidak berhubungan. Menurut Florence Beetlestone (2011: 3) kreativitas melibatkan pengungkapan atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya, misal melalui seni eksprensif.

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif

No Indikator Nomor butir

Jumlah pernyataan

Jumlah pernyataa

n (+) (-) (+) (-)

1 Kelancaran berpikir 1, 3, 9 2 3 1 4

2 Keluwesan berpikir 4 1 1

3 Rasional berpikir 6, 7 8 2 1 3

4 Menilai 11 13 1 1 2

5 Imajinatif 14, 15 2 2

6 Keaslian berpikir 17 2 0 1

7 Menghadapi

tantangan 19 21 1 1 2

8 Ingin tahu 22, 23 2 0 2

9 Berani mengambil

resiko 24 25 1 1 2

10 Menghargai 26 27 1 1 2

11 Memiliki prinsip 28,29 2 0 2


(58)

2. Pengukuran Instrumen Penelitian

Pengukuran instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan skala Likert. Menurut Nuryaman (2015: 93) skala Likert dirancang agar responden dapat menyatakan sikapnya seberapa kuat ia setuju atau tidak setuju atas suatu pernyataan tertentu. Skala Likert ini sama seperti itemized rating scale hanya saja deskripsi adjektifnya selalu berupa persetujuan, dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Skala Likert ini sering juga disebut sebagai

summated scale karena respons dapat dianalisis untuk setiap point

maupun dijumlahkan terlebih dahulu untuk setiap jawaban responden. Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 (lima) pilihan pendapat dengan mengacu pada skala Likert. Dalam penelitian ini terdapat 5 pilihan jawaban yang mengacu pada skala Likert yaitu: selalu; sering; kadang-kadang; jarang; dan tidak pernah. Skor untuk masing-masing pilihan pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Pada variabel pembelajaran aktif terdapat pernyataan positif sebanyak 25 item. Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 (lima) pilihan pendapat dengan mengacu pada skala Likert. Menurut Nuryaman (2015: 93) skala Likert dirancang agar responden dapat menyatakan sikapnya seberapa kuat ia setuju atau tidak setuju atas suatu pernyataan tertentu. Skala Likert ini sama seperti itemized rating scale hanya saja deskripsi adjektifnya selalu


(59)

berupa persetujuan, dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Skala Likert ini sering juga disebut sebagai summated scale karena respons dapat dianalisis untuk setiap point maupun dijumlahkan terlebih dahulu untuk setiap jawaban responden. Dalam pernyataan positif terdiri dari : selalu (Sl) = skor 5, sering (Sr) = skor 4, kadang-kadang (Kk) = skor 3, jarang (Jr) = skor 2, dan tidak pernah (Tp) = skor 1.

b. Variabel Kecerdasan Emosional

Pada variabel kecerdasan emosional terdapat pernyataan positif sebanyak 24 item. Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 (lima) pilihan pendapat dengan mengacu pada skala Likert. Menurut Nuryaman (2015: 93) skala Likert dirancang agar responden dapat menyatakan sikapnya seberapa kuat ia setuju atau tidak setuju atas suatu pernyataan tertentu. Skala Likert ini sama seperti itemized rating scale hanya saja deskripsi adjektifnya selalu berupa persetujuan, dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Skala Likert ini sering juga disebut sebagai summated scale karena respons dapat dianalisis untuk setiap point maupun dijumlahkan terlebih dahulu untuk setiap jawaban responden. Dalam pernyataan positif terdiri dari : selalu (Sl) = skor 5, sering (Sr) = skor 4, kadang-kadang (Kk) = skor 3, jarang (Jr) = skor 2, dan tidak pernah (Tp) = skor 1.


(60)

c. Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif

Dalam variabel keterampilan berpikir kreatif terdapat 2 (dua) jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap butir pernyataan dinyatakan dengan mengacu pada skala Likert. Dalam pernyataan positif terdiri dari : selalu (Sl) = skor 5, sering (Sr) = skor 4, kadang-kadang (Kk) = skor 3, jarang (Jr) = skor 2, dan tidak pernah (Tp) = skor 1. Sedangkan dalam pernyataan negatif meliputi: selalu (Sl) = skor 1, sering (Sr) = skor 2, kadang-kadang (Kk) = skor 3, jarang (Jr) = skor 4, dan tidak pernah (Tp) = skor 5

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Menurut Bagong Suyanto (2011: 55), kuesioner merupakan daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif (option) jawaban yang telah tersedia sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya. Responden pada penelitian ini adalah peserta didik SMA di wilayah Kulonprogo.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Validitas

Menurut Nuryaman, dkk (2015: 96) pengujian validitas bertujuan untuk memberi keyakinan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian mengukur apa yang sesungguhnya ingin diukur. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid apabila sudah tepat dalam


(61)

mengukur apa yang ingin diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total. Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment (Arikunto, 1989: 137-138)

Rumus 1: dengan nilai simpangan

= Σxy

(Σx )(Σy ) Dengan pengertian

x = X–(rata-rata dari X) y = Y–(rata-rata dari Y) Rumus 2 : dengan angka kasar:

ℎ = ( ) − ( )( )

[n(ΣX ) − (ΣX) ][n(∑ X ) − (∑ Y) ] Keterangan:

n : jumlah responden

X : skor variabel (jawaban responden) Y : skor total dari variabel

Jika nilai koefisien r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid, tetapi apabila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka butir soal tesebut dapat dikatakan tidak valid dan perlu untuk dilakukan pengujian ulang.

Nilai rtabel dapat dihitung dengan menggunakan jumlah


(62)

responden sebanyak 187 siswa tersebut dapat dilihat di tabel dengan cara menghitung df = n–2

Keterangan:

df = degree of freedom (drajat kebebasan) n = jumlah responden

Perhitungan rtabeladalah: Df = 187–2 = 185

Tabel 3.6 Sebagian dari r tabel

Df = n-2 Taraf signifikasi sebesar 0,05 (5%)

185 0,1435

Jika nilai corrected item-total correlation setiap item lebih besar dari r tabel = 0,1435, maka item pernyataan pada kuesioner dapat dikatakan valid. Sebaliknya, jika nilai corrected item-total correlation setiap item lebih kecil dari r tabel = 0,1435, maka item pernyataan dikatakan tidak valid.

Pengujian validitas dilakukan secara keseluruhan terhadap responden sebanyak 187 siswa. Responden sebenarnya berjumlah 193 siswa, tetapi karena adanya responden yang tidak hadir maka data responden yang dapat diperoleh hanya sebanyak 187 siswa.

Berikut ini adalah hasil pengujian validitas pada masing-masing variabel dalam penelitian ini:


(63)

a. Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

No Item r hitung r tabel Keterangan

Butir 1 0,413 0,1435 Valid

Butir 2 0,459 0,1435 Valid

Butir 3 0,502 0,1435 Valid

Butir 4 0,544 0,1435 Valid

Butir 5 0,518 0,1435 Valid

Butir 6 0,465 0,1435 Valid

Butir 7 0,563 0,1435 Valid

Butir 8 0,507 0,1435 Valid

Butir 9 0,539 0,1435 Valid

Butir 10 0,553 0,1435 Valid

Butir 11 0,551 0,1435 Valid

Butir 12 0,559 0,1435 Valid

Butir 13 0,554 0,1435 Valid

Butir 14 0,413 0,1435 Valid

Butir 15 0,581 0,1435 Valid

Butir 16 0,547 0,1435 Valid

Butir 17 0,578 0,1435 Valid

Butir 18 0,448 0,1435 Valid

Butir 19 0,547 0,1435 Valid

Butir 20 0,596 0,1435 Valid

Butir 21 0,661 0,1435 Valid

Butir 22 0,515 0,1435 Valid

Butir 23 0,601 0,1435 Valid

Butir 24 0,635 0,1435 Valid

Butir 25 0,421 0,1435 Valid

Tabel menunjukkan bahwa keseluruhan butir pernyataan tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 adalah valid atau


(64)

keseluruhan nilai corrected item-total correlation > r tabel = 0,1435.

b. Variabel Kecerdasan Emosional

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional

No Item r hitung r tabel Keterangan

Butir 1 0,190 0,1435 Valid

Butir 2 0,496 0,1435 Valid

Butir 3 0,507 0,1435 Valid

Butir 4 0,575 0,1435 Valid

Butir 5 0,464 0,1435 Valid

Butir 6 0,484 0,1435 Valid

Butir 7 0,587 0,1435 Valid

Butir 8 0,565 0,1435 Valid

Butir 9 0,448 0,1435 Valid

Butir 10 0,522 0,1435 Valid

Butir 11 0,462 0,1435 Valid

Butir 12 0,429 0,1435 Valid

Butir 13 0,543 0,1435 Valid

Butir 14 0,544 0,1435 Valid

Butir 15 0,424 0,1435 Valid

Butir 16 0,559 0,1435 Valid

Butir 17 0,450 0,1435 Valid

Butir 18 0,409 0,1435 Valid

Butir 19 0,090 0,1435 Tidak Valid

Butir 20 0,478 0,1435 Valid

Butir 21 0,563 0,1435 Valid

Butir 22 0,448 0,1435 Valid

Butir 23 0,620 0,1435 Valid

Butir 24 0,612 0,1435 Valid

Tabel menunjukkan bahwa ada 1 (satu) butir pernyataan/ pertanyaan tentang kecerdasan emosional yang tidak valid karena nilai corrected item-total correlation < r tabel = 0,1435.


(65)

Butir yang tidak valid adalah nomor 19. Dengan adanya pernyataan/ pertanyaan yang tidak valid maka dilakukan pengujian ulang dengan menghapus butir yang tidak valid. Berikut ini adalah hasil pengujian ulang yang dilakukan pada variabel kecerdasan emosional:

Tabel 3.9

Hasil Pengujian Ulang Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional

No Item r hitung r tabel Keterangan

Butir 1 0,191 0,1435 Valid

Butir 2 0,500 0,1435 Valid

Butir 3 0,514 0,1435 Valid

Butir 4 0,570 0,1435 Valid

Butir 5 0,480 0,1435 Valid

Butir 6 0,507 0,1435 Valid

Butir 7 0,602 0,1435 Valid

Butir 8 0,567 0,1435 Valid

Butir 9 0,462 0,1435 Valid

Butir 10 0,529 0,1435 Valid

Butir 11 0,451 0,1435 Valid

Butir 12 0,434 0,1435 Valid

Butir 13 0,548 0,1435 Valid

Butir 14 0,538 0,1435 Valid

Butir 15 0,410 0,1435 Valid

Butir 16 0,568 0,1435 Valid

Butir 17 0,461 0,1435 Valid

Butir 18 0,387 0,1435 Valid

Butir 20 0,468 0,1435 Valid

Butir 21 0,564 0,1435 Valid

Butir 22 0,438 0,1435 Valid

Butir 23 0,623 0,1435 Valid


(66)

Tabel di atas menunjukkan bahwa setelah menghapus beberapa butir pernyataan/pertanyaan yang tidak valid (butir19), dan kemudian dilakukan pengujian validitas ulang maka didapat hasil bahwa semua butir pernyataan/pertanyaan tentang kecerdasan emosional adalah valid (corrected item-total

correlation > r tabel = 0,1435)

c. Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif

No Item r hitung r tabel Keterangan

Butir 1 0,385 0,1435 Valid

Butir 2 0,314 0,1435 Valid

Butir 3 0,438 0,1435 Valid

Butir 4 0,366 0,1435 Valid

Butir 5 0,097 0,1435 Tidak valid

Butir 6 0,217 0,1435 Valid

Butir 7 0,374 0,1435 Valid

Butir 8 0,338 0,1435 Valid

Butir 9 0,342 0,1435 Valid

Butir 10 0,127 0,1435 Tidak valid

Butir 11 0,392 0,1435 Valid

Butir 12 0,065 0,1435 Tidak valid Butir 13 0,477 0,1435 Tidak valid

Butir 14 0,275 0,1435 Valid

Butir 15 0,295 0,1435 Valid

Butir 16 0,131 0,1435 Tidak valid

Butir 17 0,514 0,1435 Valid

Butir 18 0,082 0,1435 Tidak valid

Butir 19 0,463 0,1435 Valid

Butir 20 0,424 0,1435 Valid

Butir 21 0,070 0,1435 Tidak valid

Butir 22 0,313 0,1435 Valid


(67)

No Item r hitung r tabel Keterangan

Butir 24 0,226 0,1435 Valid

Butir 25 0,513 0,1435 Valid

Butir 26 0,169 0,1435 Valid

Butir 27 0,349 0,1435 Valid

Butir 28 0,335 0,1435 Valid

Butir 29 0,374 0,1435 Valid

Tabel menunjukkan bahwa ada 6 (enam) butir pernyataan/ pertanyaan tentang keterampilan berpikir kreatif yang tidak valid karena nilai corrected item-total correlation < r tabel = 0,1435. Butir yang tidak valid adalah nomor 5, 10, 12, 16, 18, 21. Dengan adanya pernyataan/ pertanyaan yang tidak valid maka dilakukan pengujian ulang dengan menghapus butir yang tidak valid. Berikut ini adalah hasil pengujian ulang yang dilakukan pada variabel keterampilan berpikir kreatif

Tabel 3.11

Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Variabel Keterampilan Berpikir Kreatif

No Item r hitung r tabel Keterangan

Butir 1 0,401 0,1435 Valid

Butir 2 0,328 0,1435 Valid

Butir 3 0,419 0,1435 Valid

Butir 4 0,357 0,1435 Valid

Butir 6 0,216 0,1435 Valid

Butir 7 0,379 0,1435 Valid

Butir 8 0,362 0,1435 Valid

Butir 9 0,359 0,1435 Valid

Butir 11 0,373 0,1435 Valid

Butir 13 0,474 0,1435 Valid

Butir 14 0,287 0,1435 Valid


(68)

No Item r hitung r tabel Keterangan

Butir 17 0,527 0,1435 Valid

Butir 19 0,480 0,1435 Valid

Butir 20 0,433 0,1435 Valid

Butir 22 0,332 0,1435 Valid

Butir 23 0,234 0,1435 Valid

Butir 24 0,232 0,1435 Valid

Butir 25 0,529 0,1435 Valid

Butir 26 0,179 0,1435 Valid

Butir 27 0,354 0,1435 Valid

Butir 28 0,335 0,1435 Valid

Butir 29 0,393 0,1435 Valid

Tabel menunjukkan bahwa setelah menghapus butir pernyataan/ pertanyaan yang tidak valid dan kemudian dilakukan pengujian ulang, maka didapat hasil bahwa semua butir pernyataan/ pertanyaan tentang keterampilan berpikir kreatif adalah valid (nilai corrected item-total correlation > r tabel = 0,1435)

2. Pengujian Reliabilitas

Menurut Nuryaman (2015: 97), reliabilitas merupakan tingkat pengukuran yang bebas dari kesalahan dan oleh karenanya menghasilkan hasil yang konsisten. Sedangkan menurut Arikunto (1989: 142), reliabititas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Dalam mengukur reliabilitas,


(69)

penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Menurut Siregar (2013: 90), teknik Alpha Cronbach atau rumus ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen penelitian reliabel atau tidak, bila jawaban yang diberikan responden berbentuk skala, seperti 1-3, 1-5, dan 1-7, atau jawaban responden yang menginterpretasikan sikap.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik

alpha cronbach. Berikut tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan

menggunakan teknik alpha cronbach

Rumusnya adalah sebagai berikut Siregar (2013: 90): a. Menentukan nilai varian setiap butir pertanyaan

=∑ X − (∑ X )n n b. Menentukan nilai varian total

= ∑ X − (∑ X )n n c. Menentukan reliabilitas instrumen

= k − 1 1 −k ∑ σσ Keterangan:

n :Jumlah sampel/ populasi

Xi : Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan ΣX : Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan σ2t :varian total


(70)

Σσ2b :Jumlah varian butir k :jumlah butir pertanyaan

r11 :koefisien reliabilitas instrumen

Hasil pengujian reliabilitas variabel tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif, variabel kecerdasan emosional, dan variabel keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.12

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel cronbach’s alpha Parameter Status

Tingkat

keterlaksanaan pembelajaran aktif

0,915 0,6 Reliabel

Variabel kecerdasan emosional

0,898 0,6 Reliabel

Keterampilan

berpikir kreatif 0,811 0,6 Reliabel

Tabel menunjukkan bahwa instrumen peneliian untuk variabel tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif, variabel kecerdasan emosional, dan keterampilan berpikir kreatif adalah reliabel. Reliabel karena keseluruhan r hitung ataucronbach’s alpha > 0,6.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Deskriptif

Menurut Nuryaman, dkk (2015: 118) analisis deskriptif adalah memberikan deskripsi mengenai karakteristik variabel penelitian yang sedang diamati serta data demografi responden, analisis deskripsi memberikan penjelasan tentang ciri-ciri yang khas dari variabel


(1)

147

LAMPIRAN XI

Surat Selesai Penelitian


(2)

(3)

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL

DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA Survei pada Siswa Kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates,

dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo

Mandala Surya Putra Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional; 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilaksanakan di 3 SMA Negeri kelas XII IIS di Kabupaten Kulonprogo yang menerapkan Kurikulum 2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2017. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Dari populasi 193 siswa, diperoleh responden yang mengisi data sebanyak 187 siswa. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional (spearman’s rho = (+) 0,505; nilai sig (1-tailed) = 0,000 <

α = 0,01); 2) terdapat hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran

aktif pada materi akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif siswa

(spearman’s rho= (+) 0,492; nilai sig (1-tailed)= 0,000 < α = 0,01).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN ACTIVE LEARNING FULFILLMENT LEVEL IN ACCOUNTING COURSE, EMOTIONAL INTELLIGENCE,

AND STUDENTSCREATIVE THINKING SKILLS

A Survey on the twelfth Grade of IIS’s students of SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, and SMA N 1 Sentolo, Kulonprogo Regency

Mandala Surya Putra Sanata Dharma University

2017

This study aims to examine positive correlation between: 1) the fulfillment level of active learning in accounting course and emotional intelligence; 2) the fulfillment level of active learning in accounting course and students’ creative thinking skills.

This study is a correlational study conducted on the twelfth grade students of three SMA Negeri in Kulonprogo Regency that had already implemented 2013 Curriculum. The research was conducted from January to March 2017. This study is a population study. The techniques of collecting data were questionnaires. The population of this study were 193 students. Respondents who filled the data were 187 students. The data were analyzed by using Spearman correlation techniques.

The result shows that: 1) there is a positive correlation between fulfillment level of active learning in accounting course and emotional intelligence (Spearman's rho = (+) 0.505; sig (1-tailed) = 0.000 <α = 0.01); 2) there is a positive fulfillment level of active learning in accounting course and creative thinking skills of students (Spearman's rho = (+) 0.492; sig (1-tailed)= 0.000 <α


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 KAYEN PATI

0 2 72

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survey pada siswa kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013.

0 0 165

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan

0 2 219

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupaten Bantul.

0 0 232

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 169

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa

0 0 158

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif dan efikasi diri

0 4 189

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMA N 1 WATES.

0 1 195

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN SISTEM MOVING CLASS DI SMA N 2 WATES KULON PROGO.

0 0 171