Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa

(1)

DENGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN

EMOSIONAL SISWA

Survey pada siswa kelas XII IIS di SMA N 3 Yogyakarta, SMA N 8 Yogyakarta, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta di Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:

Yosepha Pignatelli Irma Novita Sari NIM: 131334044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN

PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI

DENGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN

EMOSIONAL SISWA

Survey pada siswa kelas XII IIS di SMA N 3 Yogyakarta, SMA N 8 Yogyakarta, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta di Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:

Yosepha Pignatelli Irma Novita Sari NIM: 131334044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Tuhan Yesus Kristus

Kedua Orang Tua Tercinta

(Ignatius Bambang Mulyadi & Dorothea Maria Kurniati)

Kakak-Kakak Tersayang

(Chatarina Setyastuti Wiedhaninggar & Issac Jogues Danny Permana)

Semua yang terlibat dalam perjalanan hidup saya selama ini

Almamater Saya,


(6)

v

MOTTO

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

(1 Petrus 5:7)

Jalan yang kita lewati tidak akan selalu lancar, namun kita harus bisa mengerti bagaimana cara kita bisa melewati rintangan yang berada di hadapan kita.


(7)

(8)

(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATERI AKUNTANSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR DAN

KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

Survey pada siswa kelas XII IIS di SMA N 3 Yogyakarta, SMA N 8 Yogyakarta, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta di Kota Yogyakarta

Yosepha Pignatelli Irma Novita Sari Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif: 1) tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar siswa; dan 2) tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII IIS di SMA yang menerapkan Kurikulum 2013 pada wilayah Kota Yogyakarta. Dari populasi 412 siswa diambil sampel sebanyak 106 siswa dengan teknik Cluster

Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan

menggunakan korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar siswa (Spearman’s rho) = (+) 0,643; sig (1-tailed) = 0,000 < α = 0,01); 2) terdapat hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional siswa (Spearman’s rho) = (+) 0,494; sig (1-tailed) = 0,000 < α = 0,01).


(10)

ix

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN FULFILLMENT LEVEL OF ACTIVE LEARNING IN ACCOUNTING, LEARNING MOTIVATION AND EMOTIONAL

INTELLIGENCE OF STUDENTS

A Survey on the Twelfth Grade students of Social Sciences Department of SMA N 3 Yogyakarta, SMA N 8 Yogyakarta, and SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in Yogyakarta

Yosepha Pignatelli Irma Novita Sari Sanata Dharma University

2017

This research aims to find out the positive correlation between: 1) the fulfillment level of active learning in accounting and students’ learning motivation; 2) the fulfillment level of active learning in accounting and students’ emotional intelligence.

Type of this research is a correlation research and conducted from January 2017 to March 2017. The population were 412 students of the twelfth grade students. The samples were 106 students taken by cluster sampling technique. Data were collected by using questionnaires and analyzed by using Spearman correlation.

The result shows that: 1) there is a positive correlation between fulfillment level of active learning in accounting and learning motivation (Spearman’s rho) = (+ ) 0,643; sig (1-tailed) = 0,000 < α = 0,01); 2) there is a positive correlation between fulfillment level of active learning in accounting and emotional intelligence (Spearman’s rho) = (+) 0,494; sig (1-tailed) = 0,000 < α = 0,01).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dengan Motivasi Belajar dan Kecerdasan Emosional Siswa” dengan lancar. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini terlaksana dan terselesaikan dengan baik dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan tulus dan rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;

3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, kesabaran dan perhatian kepada penulis;


(12)

xi

4. Bapak Laurentius Sapto, S.Pd., M.Si. selaku Dosen yang telah membantu dalam hal penelitian ini di salah satu sekolah dengan senang hati;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah mendidik dan membimbing selama proses perkuliahan;

6. Theresia Aris Sudarsilah selaku Staf Sekretariat Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu saya dalam urusan administrasi selama proses perkuliahan;

7. Kedua orangtua saya Bapak Ignatius Bambang Mulyadi dan Ibu Dorothea Maria Kurniati yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril berupa doa, kasih sayang, semangat, perhatian untuk mendorong saya dalam menyelesaikan skripsi;

8. Kakak-kakak saya yang luar biasa Chatarina Setyastuti Wiedhaninggar dan Issac Jogues Danny Permana yang juga memberikan dukungan baik dukungan materi maupun dukungan moril;

9. Dominikus Toro Agung Nugroho bagian terbaik yang diberikan Tuhan kepada saya sebagai penyemangat dan motivasi saya dalam penyusunan skripsi ini;

10. Teman-teman terbaikku: Miltari, Wiwit, Maesti, Dorus, Marie, Prischa, Ayuni, Henny, Mas Bayu yang selalu mendukung dengan kritik dan saran, memberikan perhatian, dan doa dalam penyusunan skripsi ini;


(13)

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian... 4


(15)

xiv

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Kurikulum 2013 ... 6

B. Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 10

C. Motivasi Belajar ... 21

D. Kecerdasan Emosional ... 27

E. Kerangka Berpikir ... 30

F. Model Penelitian... 31

G. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 36

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 63

A. Identitas SMA Negeri 3 Yogyakarta ... 63

B. Identitas SMA Negeri 8 Yogyakarta ... 66

C. Identitas SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 69


(16)

xv

A. Deskripsi Data ... 72

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 77

C. Pembahasan ... 82

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Keterbatasan ... 89

C. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama dan Alamat Sekolah ... 35

Tabel 3.2 Populasi Sekolah dengan Kurikulum 2013 ... 36

Tabel 3.3 Sampel Sekolah untuk Diteliti... 39

Tabel 3.4 Operasional Variabel Pembelajaran Aktif ... 42

Tabel 3.5 Operasional Variabel Motivasi Belajar ... 44

Tabel 3.6 Operasional Variabel Kecerdasan Emosional ... 45

Tabel 3.7 Bobot Skor Butir Pertanyaan/Penyataan ... 46

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 49

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa ... 50

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Kedua Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa ... 51

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional Siswa .. 52

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 54

Tabel 3.13 Nilai Persentil PAP Tipe II ... 56

Tabel 3.14 Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 57

Tabel 3.15 Motivasi Belajar Siswa... 58

Tabel 3.16 Kecerdasan Emosional Siswa... 58

Tabel 3.17 Tingkat Hubungan Variabel ... 61

Tabel 5.1 Responden Penelitian ... 73


(18)

xvii

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74

Tabel 5.4 Interpretasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif ... 74

Tabel 5.5 Interpretasi Motivasi Belajar Siswa ... 75

Tabel 5.6 Interpretasi Kecerdasan Emosional Siswa ... 76

Tabel 5.7 Hasil Uji Normalitas Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dan Motivasi Belajar Siswa ... 78

Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dan Kecerdasan Emosional Siswa ... 78

Tabel 5.9 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dengan Motivasi Belajar Siswa ... 80

Tabel 5.10 Hasil Uji Korelasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dengan Kecerdasan Emosional Siswa ... 81


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... 94

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 95

Lampiran 2 Data Jumlah Siswa... 105

Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 108

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian ... 119

Lampiran 5 Surat Telah Melakukan Penelitian ... 124

Lampiran 6 Tabel r ... 126

Lampiran 7 Uji Validitas ... 128

Lampiran 8 Reliabilitas ... 133

Lampiran 9 Uji Normalitas ... 135


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pada saat ini pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia sudah menggunakan kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menuntut proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas melibatkan siswa-siswi secara aktif. Menurut Hollingsworth (2008: viii), pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami.

Pemberlakuan Kurikulum 2013 (Kosasih, 2014: iii) salah satunya berkaitan dengan upaya peningkatan proses pembelajarannya yang harus mengembangkan semua komponen pembelajaran, mulai dari perumusan tujuan beserta indikator-indikatornya, materi, metode, media, sampai pada penyusunan perangkat evaluasinya. Pemilihan model, metode, strategi dan media yang digunakan oleh guru juga sangat berpengaruh pada keaktifan siswa di dalam kelas.


(21)

2

Untuk menciptakan pembelajaran aktif (Uno, 2015: 76), beberapa penelitian menemukan salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain itu anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh. Keterlibatan yang aktif dengan objek-objek ataupun gagasan-gagasan tersebut mendorong aktivitas mental mereka untuk berpikir, menganalisa, menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Dalam proses siswa menemukan konsep baru atau karyanya sendiri, siswa itu memiliki pengalaman berhasil. Dengan pengalaman berhasilnya tersebut dapat membuat siswa itu sendiri menjadi termotivasi pada pembelajaran yang berlangsung secara aktif di kelas.

Pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran di sini, siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Berinteraksi dalam pembelajaran bisa juga terlaksana dari diskusi kelompok yang dilakukan di dalam kelas, kegiatan itu melatih siswa untuk dapat mengendalikan emosi siswa supaya saling memahami dalam bertukar pikiran ataupun berargumen pada saat diskusi tersebut dilakukan.

Dari pengalaman teman penulis sebagai praktikan di salah satu SMA, disadari bahwa dalam memilih model, metode dan strategi pembelajaran dapat membuat motivasi belajar pada siswa menjadi bertambah ataupun berkurang.


(22)

3

Di SMA yang menjadi tempat bagi praktikan ini, praktikan menggunakan metode diskusi di dalam kelas dan membagi para siswa menjadi beberapa kelompok, dan kelompok-kelompok tersebut saling berkeinginan untuk menjadi yang terbaik di dalam kelas dan mendapatkan penghargaan berupa nilai yang sesuai dengan yang diharapkan oleh para siswa dalam kelompok tersebut. Di dalam diskusi kelompok tersebut, para siswa juga bisa berlatih untuk menjaga emosinya pada saat para siswa bertukar pikiran dan mempertahankan pendapat mereka. Praktikan juga menampilkan video sebagai media dalam pembelajaran yang membuat para siswa tertarik untuk memperhatikan dan mengetahui tentang materi yang sedang diajarkan.

Berdasarkan fenomena-fenomena dan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk meneliti dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif pada Materi Akuntansi dengan Motivasi Belajar dan Kecerdasan Emosional Siswa”.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada hubungan yang terjadi pada tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa berdasarkan oleh persepsi siswa-siswa kelas XII IIS yang menggunakan kurikulum 2013 di sekolahnya.


(23)

4

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan motivasi belajar siswa?

2. Apakah ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan kecerdasan emosional siswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui:

1. Adanya hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan motivasi belajar siswa.

2. Adanya hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan kecerdasan emosional siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan acuan kalangan akademi yang akan melakukan penelitian lebih lanjut lagi


(24)

5

tentang hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa.

2. Manfaat Praktis 1) Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini, dapat menambah wawasan penulis tentang hubungan yang terjadi pada tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa.

2) Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi bahan evaluasi guru dalam menerapkan pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran di sekolah supaya siswa juga dapat berperan aktif dalam pembelajaran. 3) Bagi Lembaga Pendidikan

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan acuan kalangan akademi yang akan melakukan penelitian lebih lanjut lagi tentang hubungan pada tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa.


(25)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kurikulum 2013

1. Kurikulum 2013

Kurikulum (Widyastono, 2014: 119) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang berlaku di Indonesia pada saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menuntut untuk siswa belajar dengan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peserta didik secara holistik (seimbang).

2. Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013

Menurut Daryanto (2014:16-19), pembelajaran kurikulum 2013 mempunyai 14 prinsip sebagai berikut:

a. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.

b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber.


(26)

7

c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.

d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.

e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.

f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi. g. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.

h. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal dan keterampilan mental.

i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.

j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.

k. Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. l. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru dan

siapa saja adalah siswa.

m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

n. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa, cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah,


(27)

8

cara pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa yang berbeda-beda.

3. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014 pada sekolah yang ditunjuk Pemerintah, maupun sekolah yang siap melakukannya. Terdapat beberapa hal penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum 2013, yaitu kelebihan dan kekurangan (Kurniasih, 2014: 40-42):

a. Kelebihan Kurikulum 2013

1) Siswa dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi disekolah.

2) Adanya penilaian siswa dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, dan sikap di nilai dari siswa itu sendiri.

3) Munculnya pendidikan karakter dan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. Pendidikan berkarakter di sini contohnya seperti kejujuran dan tanggung jawab para siswa terhadap dirinya sendiri.

4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.


(28)

9

5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik/ keseluruhan domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa itu sendiri.

b. Kekurangan Kurikulum 2013

1) Banyak guru yang salah kaprah. Salah kaprah di sini terjadi karena dalam kurikulum 2013, siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan seperti itu, guru beranggapan bahwa guru tidak perlu menjelaskan lagi kepada siswa di dalam kelas, walaupun sebenarnya tetap ada penguatan tentang materi yang harus diberikan lewat penjelasan oleh guru.

2) Banyak guru yang belum siap secara mental. Dalam kurikulum ini guru dituntut menjadi kreatif dalam mengemas pembelajaran, supaya siswa tertarik untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Namun, pada kenyataannya hanya sebagian kecil guru yang dapat disebut kreatif dan untuk sebagian besar guru yang lain dilatih supaya lebih open mind dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif.

3) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific. Guru kurang memahami konsep tersebut karena sebelum menerapkan kurikulum 2013 ini, guru terlalu banyak


(29)

10

menggunakan metode ceramah dan siswa menjadi tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

B. Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

1. Keterlaksanaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:774), kata keterlaksanaan berasal dari kata dasar laksana yang berarti sifat, laku, atau perbuatan. Imbuhan keter-an pada kata keterlaksanaan menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang sudah (dapat) dilaksanakan atau sesuatu hal yang telah terjadi.

2. Pembelajaran Aktif

Dalam buku Silberman (2013: ix) pembelajaran aktif terjadi ketika pembelajaran tersebut terjadi secara aktif, siswa mengerjakan sebagian besar tugasnya. Mereka menggunakan otaknya dengan mempelajari ide-ide, memecahkan masalah, dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajari. Pembelajaran secara aktif berlangsung dengan cepat, menyenangkan, suportif, dan juga melibatkan setiap siswa.

Siswa dapat belajar dengan aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental ataupun secara fisik. Menurut Hollingsworth (2008: viii) pembelajaran aktif itu dilaksanakan dengan penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap


(30)

11

secara mental ataupun secara fisik, dan bisa memahami pengalaman yang telah dialami oleh siswa itu sendiri.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran di mana dalam prosesnya siswa dapat terlibat aktif, bersemangat dan juga mengerti tentang materi yang sedang diajarkan dalam pembelajaran tersebut.

Dengan demikian, keterlaksanaan pembelajaran aktif berarti suatu kegiatan pembelajaran aktif yang sudah dilaksanakan.

3. Indikator Pembelajaran Aktif

Suatu pembelajaran (Zulfahmi, 2013: 281-283) dapat dikatakan sebagai pembelajaran aktif jika pembelajaran tersebut memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

a. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred).

Pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa (student

centred). Oleh sebab itu, materi pembelajaran hendaknya dikaitkan

dengan kebutuhan, minat, dan orientasi siswa dalam kehidupan nyata. Jika materi pembelajaran hanya perlu dalam pandangan guru, siswa tidak akan berpartisipasi aktif dalam proses dan pemerolehan hasil belajarnya.

b. Pembelajaran didasarkan atas tujuan yang jelas dan dipahami siswa. Pembelajaran hendaknya didasarkan atas tujuan yang jelas dan dipahami siswa. Guru hendaknya mengkomunikasikan tujuan


(31)

12

pembelajaran sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Tanpa kejelasan tujuan, siswa tidak mungkin terlibat aktif dalam proses dan pemerolehan hasil belajarnya.

c. Pembelajaran aktif membuat siswa melakukan proses penemuan. Pembelajaran aktif hanya dimungkinkan jika siswa dihadapkan pada suatu masalah yang perlu dipecahkan sehingga siswa melakukan proses penemuan. Namun, perlu dipertimbangkan kualitas masalah tersebut. Jika masalah terlalu ringan atau mudah untuk dipecahkan siswa cenderung tidak termotivasi. Sebaliknya, jika masalah terlalu berat atau sukar (mungkin disebabkan juga oleh ketidakmampuan guru mengemas masalah tersebut) siswa cederung menarik diri atau tidak termotivasi.

d. Melakukan penemuan dengan memiliki rambu-rambu yang jelas. Melakukan penemuan, siswa hendaknya memiliki rambu-rambu yang jelas. Rambu-rambu-rambu tersebut dirumuskan bersama oleh guru dan siswa, atau dirumuskan guru namun disetujui, dikomunikasikan, dan dipahami siswa.

e. Mengaitkan pengalaman/pengetahuan yang dimiliki dengan pengalaman baru.

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa mengaitkan pengalaman atau pengetahuan siap yang telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang ditawarkan guru dalam


(32)

13

bentuk masalah tersebut. Selanjutnya, interelasi pengalaman tersebut akan mengembangkan kesadaran siswa tentang kebermaknaan pembelajaran bagi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari maupun kehidupan akademi. Jika tidak terdapat pengaitan dan interelasi pengalaman, pembelajaran tersebut tidak akan bermakna bagi siswa. f. Adanya perspektif/pandangan baru siswa tentang topik/ materi

pembelajaran.

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memungkinkan adanya perspektif/pandangan baru siswa tentang topik atau materi pembelajaran. Perspektif baru tentang topik atau materi hendaknya bukan karena dijejalkan guru, tetapi sesuai dengan pengalaman ketika melakukan proses penemuan dan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, keaktifan siswa dapat ditunjukkan melalui menanyakan, menanggapi, menyanggah, atau mengusulkan sesuatu kepada kelas (siswa lain dan guru).

g. Berkembangnya konstelasi nilai dan asumsi dari disiplin ilmu dalam diri siswa.

Pembelajaran aktif hendaknya memungkinkan berkembangnya konteslasi nilai dan asumsi dari berbagai disiplin ilmu dalam diri siswa. Pembelajaran tentang menyimak berita, misalnya, hendaknya mampu mengembangkan kesadaran siswa bahwa berita yang baik bukan hanya didasarkan atas penggunaan bahasa yang baik dan


(33)

14

benar, tetapi juga didasarkan atas wawasan keilmuan (sosiologi, psikologi, antropologi, dan sebagainya) penulis berita.

h. Siswa dapat mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil belajarnya.

Pembelajaran aktif hendaknya memungkinkan siswa mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil pembelajarannya. Artinya, siswa memahami hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai sesuai dengan topik dan menyadari hal-hal apa yang belum dipahami.

i. Pembelajaran dengan media yang layak.

Untuk menfasilitasi memahami permasalahan dan mengaitkan pengalaman siap dengan pengalaman yang baru, pembelajaran aktif memerlukan media yang layak. Konsep kelayakan media jelas bersifat relatif tergantung pada karakteristik siswa, materi, tujuan pembelajaran, sarana dan prasarana, serta kemampuan guru. Namun, dalam pembelajaran menyimak, karakteristik utama media yang diperlukan siswa adalah media yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan auditori. Jadi, media tersebut dapat berupa media audiovisual atau yang paling sederhana adalah media auditif. Untuk pembelajaran menulis, misalnya menulis artikel, media teks tertulis merupakan hal yang mutlak diperlukan agar siswa tidak mengembangkan verbalisme tentang artikel dan langsung


(34)

15

memperoleh gambaran yang jelas tentang artikel tersebut beserta karakteristiknya.

j. Siswa sadar bahwa dia adalah subjek yang bertanggungjawab secara mandiri.

Pembelajaran hanya dimungkinkan jika siswa memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan subjek yang bertanggung jawab secara mandiri, baik dalam proses maupun pemerolehan hasil belajarnya. Faktor kesadaran dan tanggung jawab individual siswa merupakan faktor yang penting karena siswa akan aktif memilih, merencanakan, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan strategi individual guna mencapai keberhasilan belajarnya. Untuk itu, siswa hendaknya mengembangkan kesadaran tentang apa tujuan pembelajaran yang hendak ditempuh, apa manfaatnya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks akademis, sosial, dan pengembangan diri, apa langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran, bagaimana melaksanakan langkah-langkah tersebut, dan berani menanggung resiko atas hal-hal yang sudah disadari dan dilakukannya dalam proses pembelajaran.

k. Tidak hanya melibatkan aktivitas fisik dan mental tapi juga keseluruhan indera.

Pembelajaran tidak hanya melibatkan aktivitas fisik dan mental tetapi juga keseluruhan indera. Seluruh faktor tersebut akan


(35)

16

digerakkan jika siswa menempuh prinsip belajar sambil berbuat dan belajar melalui mengalami. Dengan kata lain, aktivitas tersebut akan mengembangkan kesadaran siswa tentang pembelajaran yang bermakna atau meaningful learning.

l. Melibatkan aktivitas belahan otak sebelah kanan dan juga kiri.

Dari sudut aktivitas otak, pembelajaran bukan hanya melibatkan aktivitas belahan otak sebelah kanan namun juga kiri. Dengan kata lain, faktor kesadaran dan ambang sadar hendaknya dikembangkan secara maksimal. Faktor emosi sangat tergantung pada penciptaan suasana yang menyenangkan dalam konteks kelas yang demokratis. Siswa hendaknya juga mampu mengendalikan emosi dan dapat menikmati proses dan pemerolehan hasil belajarnya. m. Terdapat aktivitas individual dan juga faktor interaksi sosial juga

menentukan.

Meskipun pembelajaran merupakan aktivitas individual, namun faktor interaksi sosial juga sangat menentukan. Interaksi sosial, baik antara siswa-guru, siswa-siswa lainnya, siswa lingkungan merupakan manifestasi kemandirian dan tanggung jawab individu dalam konteks kebersamaan melalui kerja sama. Kebersamaan dan kerja sama sangat diperlukan dalam pembelajaran bahwa karena fungsi utama bahasa adalah alat komunikasi sehingga belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi. Komunikasi tidak mungkin terjadi jika


(36)

17

tidak ada konteks, di antaranya adalah pengirim dan penerima pesan atau peserta komunikasi.

n. Pembelajaran aktif dipengaruhi oleh umpan balik.

Bagi siswa, umpan balik dimanfaatkan untuk merefleksi apa yang telah dipelajari, apa yang belum dikuasai, apa yang dapat direncanakan dan dikerjakan pada masa mendatang untuk mengembangkan hal-hal yang telah dipelajari, dan apa manfaat materi tersebut bagi pengembangan keilmuan maupun kehidupan masa mendatang. Bagi guru, umpan balik dapat dimanfaatkan untuk mencermati kelemahaman dan kekuatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan mengembangkan pembelajaran yang lebih baik pada masa mendatang.

4. Model Pembelajaran Aktif

Menurut Kosasih (2014:83) pembelajaran aktif sangat erat hubungannya dengan Kurikulum 2013, di mana kurikulum 2013 menuntut supaya siswa menjadi lebih aktif. Model-model pembelajaran aktif yang diterapkan dari Kurikulum 2013 salah satunya dengan pendekatan

Saintifik adalah sebagai berikut:

a. Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)

Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoni. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuwan). Siswa


(37)

18

tidak hanya disodori oleh sejumlah teori (pendekatan deduktif), tetapi mereka pun berhadapan dengan sejumlah fakta (pendekatan induktif). Dari teori dan fakta itulah, mereka diharapkan dapat merumuskan sejumlah penemuan.

b. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Model pembelajaran ini berdasar pada masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait dengan Kompetensi Dasar yang sedang dipelajari siswa. Masalah yang dimaksud bersifat nyata atau sesuatu yang menjadi pertanyaan-pertanyaan pelik bagi siswa.

c. Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)

Model pembelajaran ini menggunakan proyek/kegiatan sebagai tujuannya. Pembelajaran berbasis proyek memfokuskan pada aktivitas siswa yang berupa pengumpulan informasi dan pemanfaatannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan siswa itu sendiri ataupun bagi orang lain, namun tetap terkait dengan Kompetensi Dasar dalam kurikulum.

5. Metode Pembelajaran Aktif

Dalam buku Amri (2013: 113), metode dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) ada banyak sekali, tergantung dengan penguasaan teknik dan materi yang akan disampaikan. Secara istilah, metode belajar mengajar dapat diartikan sebagai cara-cara yang dilakukan untuk menyampaikan atau menanamkan pengetahuan kepada siswa melalui


(38)

19

sebuah kegiatan belajar mengajar. Metode yang biasa atau umum digunakan dalam proses belajar mengajar (Amri, 2003: 29-30, 113-114) adalah sebagi berikut:

a. Metode Ceramah

Metode ini adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap kelasnya. Dalam pelaksanaannya, ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar-gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan. Metode ceramah adalah metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak digunakan guru dalam dunia pendidikan.

b. Metode Latihan

Metode latihan ini menyampaikan materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan tertentu, sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.

c. Metode Tanya Jawab

Metode ini ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya. Metode ini banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dan metode tanya jawab ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat menbantu kekurangan-kekurangan pada


(39)

20

metode ceramah, supaya guru dapat mengetahui apakah penjelasan yang disampaikan oleh guru memang sudah dimengerti oleh para siswa.

d. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi atau praktik ini adalah metode mengajar yang menggunakan peraga untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang bersifat praktis.

e. Metode Karyawisata

Metode penyampaian materi dengan cara ini membawa langsung siswa ke objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung.

f. Metode Sosiodrama

Metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.

g. Metode Bermain Peran

Metode ini mengembangkan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh, baik hidup/ mati.


(40)

21 h. Meode Pemberian Tugas

Metode ini adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan siswa mengerjakan, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Dalam hal ini, guru memberikan tugas pada siswa untuk maju ke depan untuk mendemonstrasikan apa yang diajarkan oleh guru. i. Metode Diskusi

Metode pembelajaran ini melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah tersebut secara berkelompok.

j. Metode Eksperimen

Metode pembelajaran ini melalui pemberian untuk melakukan percobaan kepada siswa.

k. Metode Proyek

Metode ini membahas materi pelajaran yang ditinjau dari sudut pandang pelajaran lain.

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Dalam buku Uno (2016: 3), motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.


(41)

22

Motif tidak dapat diamati secara langsung, tapi dapat diintepretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Sedangkan menurut Mc Donald (Sardiman, 2008:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah perubahan energi berupa dorongan yang merupakan kekuatan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Motivasi Belajar

Menurut Kompri (2015:231), motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Siswa akan giat belajar jika ia mempunyai motivasi untuk belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (dalam Damadi), yaitu:

a. Motivasi ekstrinsik

Dengan melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.


(42)

23 b. Motivasi intrinsik

Motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan dia sendiri). Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:

1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, siswa ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka. 2) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman

optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.

3. Indikator Motivasi Belajar

Beberapa unsur yang membuat seseorang mempunyai motivasi belajar menurut beberapa ahli seperti Uno (2016:23) adalah sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar merupakan unsur kepribadian dan perilaku siswa, sesuatu yang berasal dari “dalam” diri siswa yang bersangkutan.


(43)

24

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Kadang siswa menyelesaikan suatu pekerjaan justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu sendiri.

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Harapan didasari pada keyakinan bahwa siswa dipengaruhi oleh perasaan mereka tentang gambaran hasil tindakan yang mereka lakukan. Dengan adanya cita-cita, maka siswa tersebut akan tekun dalam mengerjakan sesuatu supaya cita-citanya tercapai.

d. Adanya penghargaan dalam belajar

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap perilaku atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti “benar sekali”, “hebat”, “pintar” akan menyenangkan siswa.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Kegiatan yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi.


(44)

25

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga kemungkinan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar siswa, dengan demikian siswa mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar. Ada juga indikator motivasi belajar menurut Sardiman (2001: 82) adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas

Siswa dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak akan berhenti jika pekerjaan yang dikerjakan tersebut belum terselesaikan.

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

Siswa tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan juga tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.

c. Menunjukkan minat

Siswa mempunyai banyak ketertarikan pada banyak bidang dan juga mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

d. Lebih senang bekerja mandiri

Siswa di sini lebih puas dengan jerih payahnya sendiri secara mandiri, dengan begitu siswa tersebut dapat mengukur kemampuannya sendiri.


(45)

26

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

Siswa merasa cepat bosan kepada hal-hal yang berulang-ulang begitu saja dan memuat individu tidak berkembang dan tidak kreatif dalam mengembangkan pikirannya.

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

Siswa dapat berargumen dan bertahan pada argumennya dalam suatu diskusi.

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu

Siswa memiliki pendirian yang kuat dengan apa yang telah siswa tersebut yakini benar dari awal.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Siswa yang selalu merasa tertantang dengan hal-hal yang tidak biasa dan menginginkan sesuatu yang tidak monoton.

4. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran (Uno, 2016:27), antara lain:

a. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu maslaah yang


(46)

27

memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Peran Motivasi dalam Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tanpa bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

D. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Peter Salovey dan Jack Mayer, pencipta istilah “kecerdasan emosional” (Stein, 2004:30-31), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan


(47)

28

membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosional. Dengan kata lain, kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit – aspek pribadi, sosial dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.

2. Dimensi Kecerdasan Emosional

Ada lima dimensi kecerdasan emosional menurut Goleman (2009: 58-59), yang meliputi:

a. Mengenal emosi diri.

Kesadaran diri dengan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.

b. Mengelola emosi.

Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Meninjau kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul


(48)

29

karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang buruk dalam keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

c. Memotivasi diri sendiri.

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan meguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional (menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati) adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan, mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi.

d. Mengenali emosi orang lain.

Empat, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau yang dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan.

Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan mengeola


(49)

30

emosi orang lain ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi.

E. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara pembelajaran aktif dengan motivasi belajar siswa.

Dalam indikator pembelajaran aktif yang telah dibahas diatas terdapat 14 indikator terjadinya pembelajaran aktif, salah satu indikatornya adalah pembelajaran aktif membuat siswa melakukan proses penemuan. Dalam proses siswa melakukan kegiatan pembelajaran dan dihadapkan pada suatu masalah yang dapat dipecahkan oleh siswa tersebut, maka siswa mendapatkan suatu pengalaman berhasil dari kegiatan belajarnya di kelas, siswa menjadi senang dan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

Media yang diberikan dalam proses pembelajaran juga dapat menarik perhatian siswa di kelas, contohnya adalah media video yang menyita perhatian siswa di kelas untuk memperhatikan dan juga artikel yang membuat siswa mampu menganalisis permasalahan apa yang ada di dalam artikel tersebut. Dengan media yang diberikan, membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yang tengah berlangsung.

Dari pernyataan di atas penulis menduga terdapat hubungan positif antara pembelajaran aktif dengan motivasi belajar siswa.


(50)

31

2. Hubungan antara pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional siswa. Dalam pembelajaran aktif yang telah dibahas di atas terdapat beberapa indikator terjadinya pembelajaran aktif di kelas, salah satu indikator yang mencakup kecerdasan emosional adalah aktivitas individual dan juga faktor interaksi sosial yang juga ikut ambil bagian dalam pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif, kita tidak hanya belajar secara individu, tetapi juga secara kelompok. Dari sini kita harus bisa memahami orang lain saat bertukar pikiran, berdebat tentang argumen tentang materi yang dibahas. Tetapi tidak hanya dengan memahami orang lain saja, juga dengan mengendalikan emosi kita sendiri. Faktor emosi sangat tergantung pada penciptaan suasana yang menyenangkan dalam konteks kelas yang demokratis. Siswa hendaknya juga mampu mengendalikan emosi dan dapat menikmati proses dan pemerolehan hasil belajarnya.

Dari pernyataan di atas penulis menduga terdapat hubungan positif antara pembelajaran aktif dengan kecerdasan emosional siswa.

F. Model Penelitian

Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini jika digambarkan secara sistematis dalam paradigma penelitian adalah sebagai berikut:


(51)

32 1

2

X : Pembelajaran Aktif Y : 1. Motivasi Belajar

2. Kecerdasan Emosional

1. Hubungan positif antara pembelajaran aktif dan motivasi belajar siswa.

2. Hubungan positif antara pembelajaran aktif dan kecerdasan emosional siswa.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka peneliti dapat mengajukan rumusan hipotesis sebagai berikut:

1. Rumusan Hipotesis Pertama

= Tidak ada hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan motivasi belajar siswa.

Y1 X


(52)

33

= Ada hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan motivasi belajar siswa.

2. Rumusan Hipotesis Kedua

= Tidak ada hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dan kecerdasan emosional siswa. = Ada hubungan positif antara keterlaksanaan pembelajaran aktif


(53)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional, menurut Noor (2011: 39) penelitian korelasional adalah penelitian yang mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel yang lain. Sedangkan menurut Suprapto (2013:18) penelitian korelasional ini memberikan informasi secara kuantitatif tentang seberapa besar derajat hubungan antara dua variabel atau lebih pasangan variabel.

Tujuan penelitian korelasi menurut Suprapto (2013:19) yaitu untuk menentukan derajat hubungan variabel dalam rangka membuat prediksi. Dan dalam penelitian ini menentukan prediksi derajat hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian:


(54)

35 2. Tempat Penelitian:

Beberapa SMA yang berada di wilayah Kota Yogyakarta yang menerapkan kurikulum 2013.

Tabel 3.1

Nama dan Alamat Sekolah

No. Nama Sekolah Alamat

1. SMA Negeri 3 Jl. Laksda Yos Sudarso No. 7 2. SMA Negeri 8 Sidobali 1

3. SMA Stella Duce 1 Sabirin No. 1-3

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak yang menjadi sumber data penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII IIS yang menerapkan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dalam pembelajaran di kelas.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah pokok pembicaraan dalam penelitian ini yaitu persepsi siswa mengenai hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa.


(55)

36

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Sedarmayanti (2011:121) adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Pengertian lain dari populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu. Sedangkan dalam buku Sugiyono (2012: 119), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII IIS yang menerapkan kurikulum 2013 dan berada di wilayah Kota Yogyakarta.

Tabel 3.2

Populasi Sekolah dengan Kurikulum 2013

NO Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas XII IIS

1. SMA Negeri 1 8

2. SMA Negeri 2 30

3. SMA Negeri 3 14

4. SMA Negeri 8 18

5. SMA Muhammadiyah 1 76

6. SMA Muhammadiyah 2 97

7. SMA Bopkri 1 80

8. SMA Stella Duce 1 89


(56)

37 2. Sampel Penelitian

Sampel dalam buku Sugiyono (2012: 120) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan sampel menurut Sedarmayanti (2011: 124) adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau dapat mewakili.

Dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Krejcie dan Morgan untuk menentukan sampel penelitian karena jumlah populasi sudah diketahui. Rumusnya adalah sebagai berikut:

S = Keterangan:

S = jumlah sampel N = jumlah populasi

P = proporsi populasi (0,5) d = tingkat ketelitian (0,05)

= nilai tabel (3,84)

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah: S =

=


(57)

38 = 199,003774 S = 199 responden

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 199 responden. Namun demikian besarnya sampel dalam penelitian ini yang digunakan hanya berjumlah 106 responden. Dari 8 sekolah yang dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian, sudah dipilih 4 sekolah yang termasuk dalam sampel penelitian ini yaitu SMA Negeri 3, SMA Negeri 8, SMA Muhammadiyah 1 dan SMA Muhammadiyah 2 namun hanya SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 8 yang menerima penelitian di sekolahnya. Melihat sampel yang peneliti peroleh, peneliti mencoba untuk mencari ijin untuk 4 sekolah yang lain, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil. Sekolah-sekolah tidak mengijinkan dilaksanakannya penelitian di sekolah tersebut dengan alasan subjek penelitian pada penelitian ini yaitu siswa kelas XII IIS tidak bisa diganggu karena sudah difokuskan pada Ujian Nasional yang akan segera dilaksanakan. Dalam penelitian di 3 sekolah ini terdapat 15 kuesioner yang tidak dapat dianalisis karena pada saat proses pengisian kuesioner terdapat 14 responden yang tidak mengembalikan lembar kuesioner yang diberikan dan juga ada 1 kuesioner tidak terisi dengan baik. Data sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(58)

39

Tabel 3.3

Sampel Sekolah untuk Diteliti

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas XII IIS

1. SMA Negeri 3 14

2. SMA Negeri 8 18

3. SMA Stella Duce 1 74

JUMLAH 106 siswa

Dikarenakan dalam penelitian ini jumlah sampel yang didapatkan lebih kecil dari jumlah sampel minimal hasil perhitungan, maka dilakukan perhitungan ulang untuk derajat ketelitian dengan menggunakan rumus Krejcie dan Morgan sebagai berikut:

S = 106 =

106 =

43.566 + 101,76 = 395,52

43.566 = 395,52 – 101,76 43.566 = 293,76

= 0,006742873 d = 8,2%

Dengan perhitungan ulang, maka didapatkan tingkat ketelitian yang berubah dari 5% menjadi 8,2% dengan perhitungan menggunakan rumus Krejcie dan Morgan.


(59)

40 3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Sampling Random Cluster. Menurut Suprapto (2013:68-69) sampling

random cluster adalah teknik pemilihan sampel dari populasi menjadi

beberapa kelompok atau unit kecil yang disebut cluster. Prinsip pemilihan secara random tetap dilakukan, hanya yang dipilih secara random dari populasi bukan individu, tetapi kelompoknya dengan asumsi bahwa semua individu dalam setiap kelompok mempunyai ciri serta sifat yang sama dengan populasi. Menurut Sugiyono (2012: 124), teknik cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.

Dalam penelitian ini yang dimaksud cluster adalah sekolah. Sekolah-sekolah yang masuk dalam populasi mempunyai ciri yang sama atau mirip yaitu sekolah menengah atas di wilayah kota Yogyakarta yang menerapkan pembelajaran aktif dalam kurikulum 2013 dan berada pada kelas XII IIS. Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas XII IIS karena materi akuntansi pada kurikulum 2013 diberikan pada kelas XII, dan dipilih pada jurusan IIS karena penelitian ini difokuskan kepada siswa yang berminat di jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.


(60)

41

E. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran

1. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel adalah kegiatan menjabarkan variabel penelitian ke dalam indikator untuk mendefinisikan dan mengukur variabel penelitian.

a. Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami. Keterlaksanaan pembelajaran aktif merupakan derajat yang menunjukkan seberapa sering kegiatan pembelajaran memenuhi kriteria/ karakteristik pembelajaran aktif. Menurut Ryan dan Marten yang dikutip oleh Bonwel (1991: 18) pembelajaran aktif didefinisikan sebagai berikut:

Students learns both pssively and actively. Passive learning takes places when students take on the role of "reseptacles of knowledge"; that is; they do not directly participate in the learning process..Active learning is more likely to take place when students are doing something besides listening.

Sejalan dengan definisi tersebut, melalui PP No.19 tahun 2005 BAB IV pasal 19 ayat 1 pemerintah menyatakan, "Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta


(61)

42

didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik".

Berdasarkan definisi tersebut, Zulfahmi mengembangkan indikator-indikator pembelajaran aktif yang tersaji pada tabel berikut:

(Al-Talim, 2013: 278-284)

Tabel 3.4

Operasional Variabel Pembelajaran Aktif

NO Indikator No Item

1. Pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa

(student centred).

1 2. Didasarkan atas tujuan yang jelas. 2 3. Bersifat pemecahan masalah. 3, 4 4. Mengoptimalkan kegiatan penemuan/ inkuiri. 5 5. Memungkinkan siswa mengaitkan pengalaman

yang telah dimiliki dengan pengalaman baru.

6, 7 6. Memungkinkan adanya perspektif baru pada diri

siswa.

8, 9 7. Memungkinkan berkembangnya konstenlasi

nilai dan asumsi dari berbagai disiplin ilmu dalam diri siswa.

10, 11

8. Memungkinkan siswa mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil pembelajarannya.

12, 13 9. Menfasilitasi memahami permasalahan dan

mengaitkan pengalaman siap dengan pengalaman yang baru, pembelajaran aktif memerlukan media yang layak.

14

10. Hanya memungkinkan jika siswa memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan subjek yang bertanggung jawab secara mandiri.


(62)

43

NO Indikator No Item

11. Melibatkan aktivitas fisik, mental, dan keseluruhan indra.

17, 18, 19 12. Pembelajaran bukan hanya melibatkan aktivitas

belahan otak sebelah kanan namun juga kiri.

20, 21 13. Terjadi dalam interaksi sosial yang kondusif dan

dinamis.

22, 23

14. Ada umpan balik. 24, 25

b. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi merupakan dorongan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai individu. Biggs dan Teller (Dimyati, 2009:81) mengatakan bahwa tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.

Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang ditunjukkan dengan beberapa indikator atau unsur, yakni: 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik


(63)

44

(Uno, 2016:23). Motivasi belajar ini dicakup dalam beberapa indikator, sebagai berikut:

Tabel 3.5

Operasional Variabel Motivasi Belajar

Aspek Indikator No Item

Dorongan Internal

1. Adanya hasrat dan keinginan

berhasil. 6, 9, 10, 22

2. Adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar. 1, 3, 4, 23 3. Adanya harapan dan cita-cita

masa depan. 2, 5, 7, 24 Dorongan

Eksternal

1. Adanya penghargaan dalam

belajar. 12, 13, 25

2. Adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar. 15, 17, 18 3. Adanya lingkungan belajar

yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.

8, 19, 21

c. Kecerdasan Emosional Siswa

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Ada lima dimensi kecerdasan emosional yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi,


(64)

45

memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 2009:58-59). Masing-masing dimensi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel kecerdasan emosional:

Tabel 3.6

Operasional Variabel Kecerdasan Emosional

Dimensi Indikator Item

Mengenali emosi diri

a. Mengetahui keterbatasan diri. 1 b. Keyakinan akan kemampuan sendiri. 2 c. Mengetahui ketakutan. 3 d. Mengenali emosi diri. 4 Mengelola emosi a. Menahan emosi dan dorongan negatif. 5

b. Menjunjung norma kejujuran dan integritas.

6 c. Bertanggung jawab atas kinerja sendiri. 7 d. Luwes terhadap perubahan. 8 e. Terbuka dengan ide-ide serta informasi

baru.

9 Memotivasi diri a. Dorongan untuk menjadi lebih baik. 10

b. Menyesuaikan dengan sasaran kelompok dan organisasi.

11 c. Kesiapan untuk memanfaatkan

kesempatan.

12 d. Kegigihan dalam memperjuangkan

kegagalan dan hambatan.

13 Mengenali emosi

orang lain

a. Memahami perasaan orang lain 14 b. Tanggap terhadap kebutuhan orang

lain.

17 c. Mangerti perasaan orang lain. 18 d. Siap sedia melayani. 16 Membina a. Kemampuan persuasi. 19, 15


(65)

46

Dimensi Indikator Item

hubungan dengan orang lain

b. Terbuka mendengarkan orang lain dan memberi kesan yang jelas.

20 c. Kemampuan menyesuaikan tanggung

jawab.

21 d. Memiliki semangat leadership. 22 e. Kolaborasi dan kooperasi. 23 f. Ada kemampuan untuk membangun

tim.

24

2. Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan persepsi siswa kelas XII IIS yang menerapkan kurikulum 2013 berdasarkan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif terhadap motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa menggunakan skala Likert. Skala Likert (Sugiyono 2012: 136) adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dalam penelitian ini diberi skor:

Tabel 3.7

Bobot Skor Butir Pertanyaan/Pernyataan

Kriteria Jawaban Bobot Skor Pertanyaan/ Pernyataan Positif Pertanyaan/ Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2


(66)

47

Kriteria Jawaban

Bobot Skor Pertanyaan/

Pernyataan Positif

Pertanyaan/ Pernyataan Negatif

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner yang berjenis kuesioner tertutup. Pada prinsipnya kuesioner (Suprapto 2013:75) adalah alat pengumpulan data yang berisi beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner digunakan untuk menggunakan data faktual.

Kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup, kuesioner dengan jawaban pendek atau tanggapan yang cukup memberi tanda silang pada jawaban yang sudah disediakan. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi-informasi mengenai motivasi belajar dan kecerdasan emosional siswa berdasarkan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid (Suprapto, 2013: 141) apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.


(67)

48

Sedangkan menurut Noor (2014: 75), validitas menunjukkan sejauh mana ukur suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk menguji validitas digunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan (Noor, 2014: 77):

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

N = jumlah responden x = nilai tiap item y = nilai total item

Untuk menentukan valid atau tidaknya instrumen tersebut, maka ketentuannya yaitu besarnya koefisien korelasi r dihitung dengan menggunakan korelasi dengan signifikasi 5%. Jika lebih besar dari pada maka instrumen tersebut dikatakan valid.

Pengujian validitas dilakukan dengan penelitian di SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 8 Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 dengan jumlah data (n) 106 siswa dengan df = n-2. Dari hasil uji validitas tersebut diketahui derajat kebebasan (df) sebesar 104 (106-2) dengan taraf signifikasi 5% menunjukkan sebesar 0,1909.

Hasil pengujian dari setiap item pernyataan dapat dilihat pada penyajian sebagai berikut:


(68)

49

a. Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Validitas Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

No. Item Keterangan

1 0,576 0,1909 Valid

2 0,608 0,1909 Valid

3 0,645 0,1909 Valid

4 0,667 0,1909 Valid

5 0,559 0,1909 Valid

6 0,544 0,1909 Valid

7 0,561 0,1909 Valid

8 0,677 0,1909 Valid

9 0,567 0,1909 Valid

10 0,651 0,1909 Valid

11 0,510 0,1909 Valid

12 0,684 0,1909 Valid

13 0,668 0,1909 Valid

14 0,732 0,1909 Valid

15 0,636 0,1909 Valid

16 0,663 0,1909 Valid

17 0,671 0,1909 Valid

18 0,602 0,1909 Valid

19 0,695 0,1909 Valid

20 0,681 0,1909 Valid

21 0,657 0,1909 Valid

22 0,711 0,1909 Valid

23 0,644 0,1909 Valid

24 0,676 0,1909 Valid

25 0,524 0,1909 Valid

(Output Pengujian Validitas Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif Terlampir)


(69)

50

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa keseluruhan butir pernyataan tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi adalah valid, dimana seluruh nilai corrected item-total correlation > = 0,1909.

b. Variabel Motivasi Belajar Siswa

Tabel 3.9

Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa

No. Item Keterangan

1 0,621 0,1909 Valid

2 0,642 0,1909 Valid

3 0,715 0,1909 Valid

4 0,641 0,1909 Valid

5 0,650 0,1909 Valid

6 0,633 0,1909 Valid

7 0,700 0,1909 Valid

8 0,767 0,1909 Valid

9 0,438 0,1909 Valid

10 0,582 0,1909 Valid

11 0,438 0,1909 Valid

12 0,557 0,1909 Valid

13 0,689 0,1909 Valid

14 0,038 0,1909 Tidak Valid

15 0,585 0,1909 Valid

16 -0,203 0,1909 Tidak Valid

17 0,671 0,1909 Valid

18 0,556 0,1909 Valid

19 0,415 0,1909 Valid

20 -0,503 0,1909 Tidak Valid

21 0,536 0,1909 Valid

22 0,316 0,1909 Valid


(70)

51

No. Item Keterangan

24 0,529 0,1909 Valid

25 0,608 0,1909 Valid

(Output Pengujian Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa Terlampir)

Tabel 3.9 menunjukkan bahwa terdapat tiga pernyataan yang tidak valid karena > 0,1909 yaitu pada pernyataan butir 14, 16 dan 20, maka harus dilakukan pengujian validitas ulang dengan mengeluarkan pernyataan butir 14, 16 dan 20.

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Kedua Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa

No. Item Keterangan

1 0,631 0,1909 Valid

2 0,672 0,1909 Valid

3 0,719 0,1909 Valid

4 0,673 0,1909 Valid

5 0,666 0,1909 Valid

6 0,622 0,1909 Valid

7 0,695 0,1909 Valid

8 0,766 0,1909 Valid

9 0,447 0,1909 Valid

10 0,588 0,1909 Valid

11 0,411 0,1909 Valid

12 0,560 0,1909 Valid

13 0,694 0,1909 Valid

15 0,580 0,1909 Valid

17 0,698 0,1909 Valid

18 0,568 0,1909 Valid

19 0,428 0,1909 Valid


(71)

52

No. Item Keterangan

22 0,329 0,1909 Valid

23 0,623 0,1909 Valid

24 0,536 0,1909 Valid

25 0,598 0,1909 Valid

(Output Pengujian Kedua Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa Terlampir)

Tabel 3.10 menunjukkan hasil pengujian kembali setelah butir 14, 16 dan 20 dikeluarkan, tabel menunjukkan keseluruhan butir pernyataan tentang motivasi belajar siswa adalah valid dengan nilai keseluruhan nilai corrected item-total correlation > = 0,1909.

c. Variabel Kecerdasan Emosional Siswa

Tabel 3.11

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional Siswa

No. Item Keterangan

1 0,218 0,1909 Valid

2 0,553 0,1909 Valid

3 0,549 0,1909 Valid

4 0,566 0,1909 Valid

5 0,518 0,1909 Valid

6 0,527 0,1909 Valid

7 0,569 0,1909 Valid

8 0,658 0,1909 Valid

9 0,501 0,1909 Valid

10 0,642 0,1909 Valid

11 0,615 0,1909 Valid

12 0,602 0,1909 Valid

13 0,699 0,1909 Valid

14 0,604 0,1909 Valid

15 0,604 0,1909 Valid


(72)

53

No. Item Keterangan

17 0,579 0,1909 Valid

18 0,556 0,1909 Valid

19 0,339 0,1909 Valid

20 0,493 0,1909 Valid

21 0,558 0,1909 Valid

22 0,428 0,1909 Valid

23 0,505 0,1909 Valid

24 0,521 0,1909 Valid

(Output Pengujian Kedua Validitas Variabel Kecerdasan Emosional

Siswa Terlampir)

Tabel 3.11 menunjukkan bahwa keseluruhan butir pernyataan tentang kecerdasan emosional siswa adalah valid, dimana seluruh nilai corrected item-total correlation > = 0,1909.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuisioner yang mempunyai indikator dari variabel atau konstruk. Suatu tes dikatakan sudah reliable (Suprapto, 2013: 141) jika tes tersebut mampu mengukur secara akurat dan konsisten. Menurut Siregar (2013: 87), reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konstan, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Alfa

Cronbach(α). Alfa Cronbach (Noor, 2014:24) adalah koefisien keandalan


(73)

54

secara positif berkoelasi satu sama lain. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Jadi apabila nilai Cronbach Alpha dari variabel lebih dari 0,60 maka variabel tersebut dinilai reliable. Rumus yang dapat digunakan adalah rumus sebagai berikut:

= [ 1 - ]

Dimana rumus =

Keterangan:

= Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan

= jumlah butir pertanyaan = varians total

Tabel 3.12

Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Cronbach Alpha Parameter Status Tingkat

Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

0,948 0,60 Reliabel

Motivasi Belajar

Siswa 0,931 0,60 Reliabel

Kecerdasan


(74)

55

Tabel 3.12 diatas menunjukkan bahwa penelitian untuk variabel tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi, variabel motivasi belajar siswa dan variabel kecerdasan emosional siswa adalah reliabel, karena nilai r hitung dari semua variabel atau cronbach’s alpha > 0,60.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis data deskriptif (Sugiyono, 2008: 29) adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Pengujian statistik deskriptif ini dilakukan untuk memaparkan persepsi siswa tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar siswa dan kecerdasan emosional siswa, deskripsi ini menggunakan patokan penelitian dengan PAP II. Dalam PAP Tipe II terdapat batasan atau patokan yang paling rendah (passing score) yaitu 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup. Untuk keperluan deskripsi data, digunakan tabel distribusi frekuensi (Masidjo, 1995: 157):


(75)

56

Tabel 3.13

Nilai Persentil PAP Tipe II

Nilai Persentil Kategori Kecenderungan Variabel

81% - 100% Sangat Tinggi

66% - 80% Tinggi

56% - 65% Cukup

46% - 55% Rendah

< 46% Sangat Rendah

PAP II pada umunya merupakan cara menghitung dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 100. Pada penelitian ini, peneliti telah menetapkan skor terendah 1 dan skor tertinggi 5, maka dari itu untuk mendeskripsikan kategori kecenderungan variabel yang harus dilakukan adalah menemukan skor interval dengan memodifikasi rumus PAP II dengan rumus:

Skor terendah yang mungkin dicapai + [nilai presentil x (skor tertinggi yang mungkin dicapai item – skor terendah yang mungkin dicapai].

Perhitungan untuk setiap variabel adalah sebagai berikut: a. Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif Skor tertinggi yang mungkin dicapai = 5 x 25 = 125 Skor terendah yang mungkin dicapai = 1 x 25 = 25 Skor :

25 + 81% (125-25) = 106 25 + 66% (125-25) = 91


(76)

57 25 + 56% (125-25) = 81 25 + 46% (125-25) = 71

Data perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan variabel tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif sebagai berikut:

Tabel 3.14

Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Interval Skor Kategori Kecenderungan Variabel

106 – 125 Sangat Tinggi

91 – 105 Tinggi

81 – 90 Cukup

71 – 80 Rendah

25 – 70 Sangat Rendah

b. Variabel Motivasi Belajar Siswa

Skor tertinggi yang mungkin dicapai = 5 x 22 = 110 Skor terendah yang mungkin dicapai = 1 x 22 = 22 Skor :

22 + 81% (110-22) = 93,28 dibulatkan menjadi 93 22 + 66% (110-22) = 80,08 dibulatkan menjadi 80 22 + 56% (110-22) = 71,28 dibulatkan menjadi 71 22 + 46% (110-22) = 62,48 dibulatkan menjadi 63

Data perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan variabel motivasi belajar siswa sebagai berikut:


(77)

58

Tabel 3.15 Motivasi Belajar Siswa

Interval Skor Kategori Kecenderungan Variabel

93 – 110 Sangat Tinggi

80 – 92 Tinggi

71 – 79 Cukup

63 – 70 Rendah

22 – 62 Sangat Rendah

c. Variabel Kecerdasan Emosional Siswa

Skor tertinggi yang mungkin dicapai = 5 x 24 = 120 Skor terendah yang mungkin dicapai = 1 x 24 = 24 Skor :

24 + 81% (120-24) = 101,76 dibulatkan 102 24 + 66% (120-24) = 87,36 dibulatkan 87 24 + 56% (120-24) = 77,76 dibulatkan 78 24 + 46% (120-24) = 68,16 dibulatkan 68

Data perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kategori kecenderungan variabel kecerdasan emosional siswa sebagai berikut:

Tabel 3.16

Kecerdasan Emosional Siswa

Interval Skor Kategori Kecenderungan Variabel

102 – 120 Sangat Tinggi

87 – 101 Tinggi

78 – 86 Cukup

68 – 77 Rendah


(78)

59 2. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Pengujian Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang ada berdistribusi normal, sehingga analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Pengujian didasarkan pada pengujian normalitas bivariat yang dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 22. Ketentuannya adalah sebagai berikut: Jika lebih besar dari 0,8 maka data tersebut berdistribusi normal. Dan sebaliknya, jika lebih kecil dari 0,8 maka data tersebut berdistribusi tidak normal. b. Pengujian Hipotesis

1) Rumusan Hipotesis a) Hipotesis Pertama

= Tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar siswa.

= Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan motivasi belajar siswa.


(79)

60 b) Hipotesis Kedua

= Tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional siswa.

= Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi akuntansi dengan kecerdasan emosional siswa.

2) Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pertama hingga keempat ini dilakukan berdasarkan rumus-rumus korelasi product moment yaitu dengan (Noor, 2014:77):

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

N = jumlah responden x = nilai tiap item y = nilai total item

Nilai koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dan juga dapat menentukan arah dari variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi tersebut berkisar ( ) = (-1 ≤ 0 ≤ 1).


(1)

134

LAMPIRAN 8


(2)

135

135

A.

Variabel Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.947 .948 25

B.

Variabel Motivasi Belajar Siswa

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.928 .931 22

C.

Variabel Kecerdasan Emosional

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.914 .916 24


(3)

136

LAMPIRAN 9


(4)

137

137

1.

Hasil Uji Normalitas Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan Motivasi

Belajar Siswa

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: chisquare

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .293 43.128 1 104 .000 .044 .007

The independent variable is Mahalanobis Distance.

2.

Hasil Uji Normalitas Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan Kecerdasan

Emosional Siswa

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: chisquare

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .293 43.128 1 104 .000 .044 .007

The independent variable is Mahalanobis Distance.


(5)

138

LAMPIRAN 10


(6)

139

139

1.

Hasil Uji Korelasi Spearman Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan

Motivasi Belajar Siswa

Correlations

Pembelajaran Akitf

Motivasi Belajar

Spearman's rho Pembelajaran Akitf Correlation Coefficient 1.000 .643**

Sig. (1-tailed) . .000

N 106 106

Motivasi Belajar Correlation Coefficient .643** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 106 106

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

2.

Hasil Uji Korelasi Spearman Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif dengan

Kecerdasan Emosional Siswa

Correlations

Pembelajaran Aktif

Kecerdasan Emosional

Spearman's rho Pembelajaran Aktif Correlation Coefficient 1.000 .494**

Sig. (1-tailed) . .000

N 106 106

Kecerdasan Emosional Correlation Coefficient .494** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 106 106

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTSN Ngemplak Boyolali.

1 2 20

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survey pada siswa kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013.

0 0 165

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo.

0 18 171

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 163

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa

0 1 169

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan keterampilan berpikir kreatif dan efikasi diri

0 4 189