PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI STRUKTUR KRISTAL.

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA MATERI STRUKTUR KRISTAL

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Mesin

oleh

Muhammad Slamet Raharjo E.0551.0908928

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Penggunaan Multimedia Animasi untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah pada Materi Struktur Kristal

Oleh

Muhammad Slamet Raharjo

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Muhammad Slamet Raharjo 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Belajar dan Pembelajaran ... 7

2. Media Pembelajaran ... 8

3. Pembelajaran Berbasis Multimedia Animasi ... 12

4. Pemecahan Masalah... 15

5. Pengembangan Multimedia Animasi Struktur Kristal ... 24

6. Hasil Belajar ... 29

7. Evaluasi Hasil Belajar ... 29

8. Deskripsi Materi Struktur Kristal ... 30

9. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31


(6)

vi

C. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 36

C. Desain Penlitian ... 36

D.Definisi Operasional ... 37

E. Prosedur Penelitian ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 42

G.Proses Pengembangan Instrumen ... 46

H.Teknik Pengumpulan Data ... 46

I. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Pemaparan Data ... 53

1. Data Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 54

2. Data N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 56

3. Uji t ... 56

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

A.Simpulan... 62

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(7)

ii ABSTRAK

Muhammad Slamet Raharjo, 0908928: Penggunaan Multimedia Animasi untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Struktur Kristal.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi lebih baik, dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian quasi experiment, dengan desain penelitian Nonequivalent

Control Group Design. Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen tes

berupa soal essay, yang diberikan kepada mahasiswa sebelum dan sesudah mahasiswa diberikan treatment. Hasil penelitian berdasarkan nilai rata-rata

N-Gain dari kedua kelompok menunjukkan bahwa, peningkatan kemampuan

mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi lebih baik, dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks. Rata-rata N-Gain kelompok dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan rata-rata N-Gain kelompok dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks termasuk dalam kategori rendah.

Kata kunci: Multimedia Animasi, Kemampuan Pemecahan Masalah, Struktur Kristal.

Abstract: The purpose of this research is to find the increase of problem solve

skill on materials of crystal structure, with learning by multimedia animation will be better than learning media by text and image. Research methode has done by use quasi experiment methode, with research design is non equivalent Control Group Design. The data collection is done by the essay tests instrument form, where is given to the students at before and after treatment is given to them. The result base on average score N-Gain from both of the group, shows that the increases of students skill in problem solve on materials of crystal structure with learning by multimedia animation is better than learning media by text and image. The N-Gain average of the group with learning by multimedia animation include on high category, whereas the N-Gain average of the group with learning media by text and image include on low category.

Key words: Multimedia Animation, Problem Solve Skill, Materials of Crystal Structure.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Material teknik merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari semua bidang teknik. Pada bidang teknik mesin, material yang dominan digunakan adalah material logam sehingga peningkatan kualitas pengetahuan logam atau ilmu logam merupakan langkah strategis yang harus dilakukan agar menguasai kompetensi bidang teknik mesin yang mampu berkompetisi secara global.

Dalam kurikulum Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (JPTM), mata kuliah material teknik merupakan mata kuliah dasar yang termasuk pada kelompok mata kuliah keahlian program studi. Mata kuliah ini diberikan pada tiga konsestrasi yang ada, yaitu; otomotif, produksi perancangan, dan refrigerasi tata udara pada semester I dengan jumlah kredit 2 SKS. Mata kuliah material teknik sangat diperlukan oleh mata kuliah-mata kuliah keahlian program studi lanjutan, seperti; fabrikasi logam, teknik penyambungan, teknik pengelasan, tehnik pengecoran, teknik pemesinan, teknik pembentukan, chasis otomotif, bodi otomotif, elemen mesin I, dan elemen mesin II.

Secara umum material teknik diperlukan terutama berhubungan dengan sifat-sifat mekanik, dan sifat-sifat teknologi dari material khususnya logam. Semua sifat material tersebut ditentukan oleh struktur atom-atomnya secara mikro. Sifat material khususnya logam dibangun atas dua konsep utama yaitu konsep struktur kristal atom dan konsep perlakuan logam. Konsep struktur kristal atom menjelaskan bagaimana atom-atom tersusun pada setiap jenis logam, dan pada kondisi yang berbeda-beda bisa menyebabkan perbedaan sifat. Sementara konsep perlakuan logam menjelaskan interaksi antar atom dan perubahan struktur atom yang mengakibatkan perubahan sifat-sifat pada logam. Pada perkuliahan penjelasan konsep-konsep tersebut hanya dijelaskan menggunakan gambar dan teks. Secara umum konsep-konsep tersebut menggambarkan kejadian yang


(9)

abstrak karena kecilnya ukuran atom-atom yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Permasalah dalam pembelajaran material teknik yaitu mahasiswa kesulitan memahami konsep yang abstrak dan kompleks. Data terakhir persentase mahasiswa yang mampu menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan struktur kristal atom, perubahan struktur atom, dan interaksi atom yang menentukan sifat mekanik material, rata-rata hanya mencapai 41,6% sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Penguasaan Mahasiswa pada Materi Struktur Kristal

No. Waktu Ujian

Persentase mahasiswa yang menguasai materi struktur kristal dan karakteristiknya

2008 2009 2010 2011 2012

1 UTS 52 57 63 44 50

2 UAS 24 25 24 42 35

Rata-rata 38 41 43,5 43,0 42,5

Sumber: Dosen Mata Kuliah Material Teknik JPTM Tingkat kesulitan mata kuliah material teknik pada tiap pokok bahasan bervariasi. Sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan mengaplikasikan bidang geser atom pada kehidupan nyata, bidang geser adalah bidang tempat bergesernya atom-atom pada setiap sel satuan. Mahasiswa lainnya mengalami kesulitan memahami struktur kristal atom dan kesulitan pada materi hitungan karakteristik sel satuan, hal ini disebabkan rendahnya kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal. Sisanya mahasiswa mengalami kesulitan pada pokok bahasan lainnya.

Mengingat pentingnya mata kuliah material teknik, dan berdasarkan data-data yang menunjukan bahwa mahasiswa yang mengambil mata kuliah material teknik mengalami kesulitan mengaplikasikan bidang geser, memahami struktur kristal atom dan kesulitan pada materi hitungan karakteristik sel satuan, maka diperlukan suatu usaha untuk memecahkan permasalahan ini. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan media pembelajaran yang tidak hanya dalam


(10)

3

tataran teoritis, tetapi sebuah media praktis, ekonomis, mudah dijangkau

(acceessible), dan mudah diajarkan (teachable). Upaya untuk memenuhi kriteria

media praktis, ekonomis, acceessible, dan teachable akan ditempuh dengan manipulasi model teoritis (gambar) menjadi model realistis dalam bentuk multimedia animasi (MMA). Pemanfaat MMA telah terbukti mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik, sebagaimana dikemukakan oleh Nuryadi (2008: 68) bahwa “Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan Multimedia Animasi Tiga Dimensi lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan media OHP”.

Menggunakan komputer atau laptop merupakan suatu keharusan bagi mahasiswa saat ini karena alasan multifungsi. Hasil pengambilan data awal yang dilakukan oleh Dosen mata kuliah material teknik JPTM, 81% mahasiswa memiliki komputer atau laptop pada tahun pertama kuliah, sedangkan pada tahun kedua kuliah meningkat menjadi 97%. Hal ini menjadi peluang untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan memanfaatkan komputer yang sangat mungkin bisa mengatasi permasalah dalam pembelajaran material teknik. Konsep atom yang abstrak dan kompleks diharapkan akan lebih mudah dipahami dengan multimedia animasi.

Multimedia animasi dengan menggunakan adobe flash actionscript 2 dinilai paling tepat oleh penulis sebagai solusi konsep atom yang abstrak dan kompleks. Walaupun multimedia animasi tidak langsung bisa dipahami, namun setidaknya tidak membosankan jika diulang-ulang atau dipelajari sendiri sehingga pada akhirnya konsep atom yang abstrak dan kompleks bisa dipahami.

Adobe flash actionscript 2 adalah salah satu perangkat lunak komputer yang merupakan program multimedia dan animasi yang keberadaannya ditujukan bagi pecinta desain dan animasi untuk berkreasi membuat aplikasi-aplikasi unik dan animasi-animasi interaktif. Selain itu, keunggulan adobe flash actionscript 2 dibandingkan program animasi lainnya adalah sebagai berikut.


(11)

2. Pengguna dapat dengan mudah dan bebas dalam berkreasi membuat animasi dengan gerakan bebas sesuai dengan alur adegan yang dikehendaki.

3. Dapat menghasilkan file yang ukurannya kecil. Karena flash menggunakan animasi yang berbasis vektof.

4. Adobe flash menghasilkan file bertipe FLA yang bersifat fleksibel, karena dapat dikonversikan menjadi bertipe .swf, .html, .gif, .png, .exe, .mov.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Pada perkuliahan, penjelasan materi struktur kristal dan materi perlakuan logam yang abstrak dan kompleks hanya dijelaskan menggunakan gambar dan teks, sehingga mahasiswa sulit memahami konsep struktur kristal atom beserta karakteristik sel satuannya dan konsep perlakuan logam.

2. Rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan struktur kristal atom, perubahan struktur atom, dan interaksi atom. Hal ini disebabkan mahasiswa kesulitan pada materi hitungan karakteristik sel satuan dan pergerakan atom yang abstrak.

3. Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan pada bidang geser atom, yaitu; bidang tempat bergesernya atom-atom pada setiap sel satuan. Mahasiswa kesulitan mengaplikasikan bidang geser pada kehidupan nyata.

Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang akan diteliti, maka pembatasan masalah yang diambil berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pada perkuliahan, penjelasan materi struktur kristal yang abstrak dan kompleks

hanya dijelaskan menggunakan gambar dan teks, sehingga mahasiswa sulit memahami konsep struktur kristal atom beserta karakteristik sel satuannya. 2. Rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan yang

berhubungan dengan struktur kristal atom. Hal ini disebabkan mahasiswa kesulitan pada materi hitungan karakteristik sel satuan.


(12)

5

Berdasarkan masalah pada pembatasan masalah, maka penulis ingin mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks di kelas kontrol?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan keinginan penulis mencari jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan. Jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dapat ditemukan melalui proses penelitian. Tujuan penelitian berhubungan erat dengan rumusan masalah yang diajukan, maka berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks di kelas kontrol.

E.Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan menghasilkan manfaat kepada pihak yang bersangkutan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu media pembelajaran mata kuliah material teknik yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa pendidikan teknik mesin dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal.

2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi.

3. Bagi mahasiswa pendidikan teknik mesin, penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu media pembelajaran untuk mempermudah mahasiswa


(13)

memahami materi struktur kristal sehingga dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi berperan sebagai pedoman penulis agar dalam penulisan skripsi ini lebih terarah, maka perlu dilakukan pembagian penulisan kedalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian, berisi deskripsi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dan kerangka pemikiran untuk merumuskan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian, membahas metode yang digunakan dalam penelitian yang meliputi metode penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi pengolahan data dan membahas mengenai hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB V Simpulan dan Saran, berisikan kesimpulan dari penulis mengenai penelitian yang dilakukan serta berisikan saran-saran dari penulis.


(14)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan teknik mesin angkatan 2013 yang mengontrak mata kuliah material teknik.

B.Metode Penelitian

Definisi metode penelitian menurut Nasir (1988, hlm.51) adalah “Cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment), karena dengan metode penelitian ini dapat diketahui perbedaan pada subjek penelitian setelah diberikan treatment.

C.Desain Penelitian

Definisi dari desain penelitian menurut Nazir (2003, hlm.11) adalah “Semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai tahap persiapan sampai tahap penyusunan laporan”. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design, karena desain penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu; untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks. Pada desain penelitian ini, terdapat dua kelompok yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kedua kelompok tersebut dipilih berdasarkan kelas yang melaksanakan perkuliahan mata kuliah material teknik. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dalam kelas dengan pembelajaran menggunakan MMA dipilih sebagai kelompok eksperimen, sedangkan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dalam kelas dengan pembelajaran


(15)

menggunakan media gambar dan teks dipilih sebagai kelompok kontrol. Selanjutnya pada penelitian ini kelompok kontrol disebut sebagai kelas kontrol, sedangkan kelompok eksperimen disebut sebagai kelas eksperimen. Terlebih dahulu kelas kontrol dan kelas eksperimen diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal kedua kelas tersebut, kemudian kedua kelas tersebut diberi treatment yang berbeda. Terakhir kedua kelas diberi post-test untuk mengetahui keadaan kedua kelas setelah diberi treatment. Pola desain pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design

Group Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen TE1 X TE2

Kontrol TK1 Y TK2

Keterangan:

TE1/TK1 = Tes awal yang diberikan pada mahasiswa. X = Pembelajaran dengan menggunakan MMA.

Y = Pembelajaran dengan menggunakan media gambar dan teks. TE2/TK2 = Tes akhir yang diberikan pada mahasiswa.

D.Definisi Operasional

Tim penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI (2013, hlm. 23)

mengungkapkan bahwa “definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel harus melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti yang kemudian

akan dijabarkan dalam instrumen penelitian”. Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Berbasis MMA pada Kelas Eksperimen

Pembelajaran berbasis MMA adalah penggunaan MMA sebagai media pembelajaran, MMA berisi animasi-animasi yang menjelaskan pengertian dan konsep struktur kristal beserta sel satuannya, animasi dilengkapi dengan suara narasi yang menjelaskan setiap tampilan animasi agar lebih menuntun peserta didik untuk fokus


(16)

38

pada pembahasan, selain itu, animasi juga dilengkapi dengan teks tentang persamaan dan rumus yang nantinya bisa digunakan untuk menyelesaikan soal perhitungan mengenai karakteristik sel satuan. Pada penelitian ini, tujuan penggunaan MMA pada pembelajaran materi struktur kristal adalah untuk dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah materi struktur kristal, maka sebelum digunakan sebagai media pembelajaran dalam perkuliahan, terlebih dahulu MMA struktur kristal harus diukur kelayakannya dari segi materi pembelajaran dan dari segi keterbacaan MMA. Untuk mengukur kelayakan MMA struktur kristal dari segi materi pembelajaran dilakukan dengan judgment kepada ahli materi yaitu dosen material teknik FPTK UPI, aspek penilaian pada lembar judgment untuk mengukur kelayakan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam MMA adalah aspek penilaian desain materi pembelajaran, yang melahirkan 10 indikator yang akan dijabarkan dalam instrumen penelitian. Untuk mengukur kelayakan MMA struktur kristal dari segi keterbacaan MMA dilakukan dengan judgment kepada ahli media pembelajaran, yaitu ahli media pembelajaran UPI, aspek penilaian pada lembar

judgment untuk mengukur kelayakan keterbacaan MMA adalah aspek penilaian

rekayasa perangkat lunak dan komunikasi visual, yang melahirkan 18 indikator yang akan dijabarkan dalam instrumen penelitian.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Struktur Kristal

Kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal digunakan untuk dapat menyelesaikan soal perhitungan mengenai karakteristik sel satuan pada meteri struktur kristal. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah materi struktur kristal. Instrumen tes berupa lembar soal essay yang digunakan untuk pre-test dan post-test. Pada proses pengembangan instrumen tes, langkah pertama yaitu pembuatan kisi-kisi instrumen tes, dalam pembuatan kisi-kisi instrumen tes terlebih dahulu menentukan sub materi pembelajaran, dari sub materi pembelajaran akan terlahir indikator-indikator, kemudian menentukan aspek hasil belajar dari tiap-tiap indikator. Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran 1.1.


(17)

3. Pembelajaran Berbasis Media Gambar dan Teks pada Kelas Kontrol

Pembelajaran berbasis media gambar dan teks adalah penggunaan media gambar dan teks sebagai media pembelajaran, media gambar dan teks yang digunakan yaitu tampilan slide power point yang berisi gambar-gambar dan teks-teks mengenai materi struktur kristal beserta sel satuannya. Pada media gambar dan teks, pengertian dan konsep struktur kristal beserta sel satuannya dijelaskan oleh dosen. E.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Rumusan Masalah dan Tujuan

Rumusan masalah didapatkan dari batasan masalah yang diambil dari identifikasi masalah penelitian ini. Tujuan penelitian merupakan keinginan penulis mencari jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan. Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini telah dijelaskan pada BAB pendahuluan.

2. MMA

Penggunaan MMA pada pembelajaran dianggap sebagai solusi yang tepat untuk masalah penelitian ini.

3. Pembuatan Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Pembuatan kajian pustaka yaitu pengumpulan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, dan pengumpulan hasil penelitian terdahulu yang relevan. Kerangka pemikiran dalam penelitian dibuat untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoretis antar variabel penelitian. Pembuatan hipotesis untuk mendapatkan gambaran sementara mengenai jawaban-jawaban dalam menjawab masalah penelitian.

4. Pembuatan Metode Penelitian

Pembuatan metode penelitian meliputi penentuan lokasi dan subjek penelitian, selain itu pemilihan metode penelitian dan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian.


(18)

40

5. Pembuatan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dibuat meliputi instrumen untuk ahli materi, ahli media pembelajaran, respon mahasiswa, dan instrumen tes untuk mahasiswa. Instrumen tes sebelum diberikan kepada mahasiswa terlebih dahulu diuji dengan

judgment kepada dosen material teknik untuk mengetahui kelayakan instrumen tes.

6. Pengembangan MMA

Pengembangan MMA adalah proses pembuatan MMA struktur kristal sampai selesai, kemudian MMA struktur kristal dilakukan review dan uji keterbacaan program dengan judgment kepada ahli media pembelajaran untuk mengetahui kelayakan MMA struktur kristal digunakan dalam pembelajaran.

7. Pengambilan data

Proses pengambilan data sesuai dengan Nonequivalent Control Group Design, maka dari itu terlebih dahulu harus menentukan kelas yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah itu kelas kontrol dan kelas eksperimen diberi

pre-test untuk mengetahui keadaan awal kedua kelas tersebut. Kemudian kedua kelas

diberi treatment yang berbeda, yaitu; kelas kontrol diberi treatment berupa pembelajaran menggunakan media gambar dan teks, sedangkan kelas eksperimen diberi treatment berupa pembelajaran menggunakan MMA. Langkah terakhir, kedua kelas tersebut diberi post-test untuk mengetahui keadaan kedua kelas setelah diberikan treatment yang berbeda.

8. Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah didapatkan, analisis data berakhir dengan uji hipotesis untuk mengetahui peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA di kelas eksperimen dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks di kelas kontrol.


(19)

Pada tahap ini diambil kesimpulan berdasarkan analisis data yang telah dibuat. Kesimpulan dibuat sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis. Pada tahap ini juga dituliskan saran-saran dari penulis untuk pihak-pihak yang terkait dalam penelitan dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.


(20)

42

Gambar 3.1. Flowchart Prosedur Penelitian F. Instrumen Penelitian

Definisi instrumen penelitian menurut Sugiyono (2012, hlm. 148) adalah


(21)

Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian”. Sugiyono (2012, hlm. 148) juga mengemukakan “jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti”. Berdasarkan pendapat tersebut maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Instrumen untuk Mengukur MMA Struktur Kristal

Instrumen untuk mengukur MMA struktur kristal dibagi menjadi tiga instrumen. Pertama adalah lembar judgment untuk ahli materi yang digunakan untuk

judgment materi struktur kristal kepada dosen material teknik FPTK UPI, judgment

materi struktur kristal bertujuan mengukur kelayakan materi struktur kristal yang akan digunakan untuk MMA struktur kristal. Kedua adalah lembar judgment untuk ahli media pembelajaran yang digunakan untuk judgment MMA struktur kristal kepada ahli media pembelajaran UPI, judgment MMA struktur kristal bertujuan mengukur kelayakan MMA struktur kristal untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Ketiga adalah lembar angket untuk mahasiswa yang diberikan setelah mahasiswa menerima pembelajaran menggunakan MMA, lembar angket digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa tentang penggunaan MMA pada perkuliahan material teknik materi struktur kristal. Skala pengukuran yang digunakan pada kedua lembar judgment adalah rating scale, karena menurut Sugiyono (2012, hlm.142):

Rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja

tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.

Lembar judgment dengan rating scale berisi peryataan-peryataan atau indikator-indikator tentang aspek penilaian dalam bentuk tabel. Pilihan jawaban atas peryataan-peryataan atau indikator-indikator disediakan dalam bentuk kolom skor berupa angka yaitu; 0, 1, 2, 3, dan 4. Makna dari skor angka tersebut yaitu;

4 : Sangat Layak

3 : Layak


(22)

44

1 : Tidak layak

0 : Sangat Tidak Layak

Cara mengisi lembar judgment dengan rating scale ini adalah responden membaca tiap butir peryataan atau indikator pada lembar judgment, kemudian para responden memberi tanda (√) pada salah satu kolom skor sesuai dengan pilihan jawaban responden.

Skala pengukuran yang digunakan pada lembar angket adalah skala likert, karena menurut Sugiyono (2012, hlm. 136) “Skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Lembar angket dengan skala likert berisi peryataan-peryataan atau indikator-indikator tentang aspek penilaian dalam bentuk tabel. Pilihan jawaban atas peryataan-peryataan atau indikator-indikator disediakan dalam bentuk kolom berupa kata-kata yang diberi skor berbeda pada setiap pilihan jawaban. Skor dari kata-kata pilihan jawaban yaitu;

Sangat Setuju. : 1

Setuju. : 2

Tidak Setuju. : 3 Sangat Tidak Setuju. : 4

Cara mengisi lembar angket dengan skala likert ini adalah responden membaca tiap butir peryataan atau indikator pada lembar angket, kemudian responden memberi tanda (√) pada salah satu kolom sesuai dengan pilihan jawaban responden.

Ada tambahan berupa tempat untuk menuliskan komentar dan saran pada lembar judgment untuk ahli materi dan ahli media pembelajaran, selain itu ada tambahan berupa kesimpulan judgment dari ahli materi dan ahli media pembelajaran. Tambahan pada lembar angket untuk mahasiswa berupa tempat untuk menuliskan tanggapan lainnya.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi Aspek


(23)

Desain Materi Pembelajaran

Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum Interaktivitas

Pemberian motivasi belajar

Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran Kedalaman pembahasan materi

Kemudahan untuk dipahami Sistematis, runut, alur logika jelas

Kejelasan uraian, pembahasan, dan contoh Ketuntasan materi

Relevansi gambar dengan materi

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen untuk Mahasiswa

No. Aspek Penilaian

1. Tampilan MMA bagus dan menarik 2. Isi MMA bagus dan menarik

3. Materi pada MMA mudah dipahami 4. Animasi/gambar mudah dipahami 5. MMA mudah dioperasikan

6. Link pada MMA bekerja dengan baik

7. Sumber dan media belajar dengan MMA ini memudahkan mahasiswa dalam belajar

8. Sumber dan media belajar dengan MMA ini memudahkan mahasiswa dalam memahami materi/pelajaran

9. Sumber dan media belajar dengan MMA ini diperlukan bagi mahasiswa

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Media Pembelajaran

No Aspek Penilaian Indikator


(24)

46

Perangkat Lunak pengoperasiannya)

Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan

Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada)

Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain) Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran

2.

Komunikasi Visual

Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran

Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan Sederhana dan memikat

Penggunaan Narasi Penggunaan Sound Effect Penggunaan Backsound Penggunaan Musik

Penggunaan Layout Design Penggunaan Typography Penggunaan Warna Penggunaan Animasi Penggunaan Movie

Penggunaan Ikon Navigasi

2. Instrumen Tes untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah

Instrumen tes untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah materi struktur kristal berupa lembar soal essay digunakan untuk pre-test dan post-test. Soal essay berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi karakteristik sel satuan. Soal essay dapat dilihat pada Lampiran 1.7. Evaluasi instrumen tes dilakukan dengan cara membandingkan jawaban soal essay mahasiswa dengan kriteria yang ditetapkan berupa rubrik penilaian. Mahasiswa dikatakan berhasil melakukan pemecahan masalah pada tiap-tiap butir soal materi struktur kristal bilamana jawaban soal essay mahasiswa sesuai dengan rubrik penilaian. Rubrik penilaian dapat dilihat pada Lampiran 1.8.


(25)

G.Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen untuk mengukur MMA dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Langkah pertama yaitu pembuatan kisi-kisi instrumen, dalam pembuatan kisi-kisi instrumen terlebih dahulu menentukan aspek penilaian terkait yang akan diukur kelayakannya, dari aspek penilaian tersebut akan terlahir indikator-indikator atau pernyataan-pernyataan yang akan dinilai oleh responden. Langkah kedua yaitu menentukan skala pengukuran. Langkah ketiga yaitu pembuatan lembar judgment dan angket.

Proses pengembangan instrumen tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Langkah pertama yaitu pembuatan kisi-kisi instrumen tes, dalam pembuatan kisi-kisi instrumen tes terlebih dahulu menentukan sub materi pembelajaran, dari sub materi pembelajaran akan terlahir indikator-indikator, kemudian menentukan aspek hasil belajar dari tiap-tiap indikator. Langkah kedua yaitu pembuatan lembar soal essay beserta jawabannya sesuai dengan kisi-kisi instrumen tes. Langkah ketiga yaitu pembuatan rubrik penilaian. Sebelum lembar soal essay digunakan, terlebih dahulu soal essay diuji

judgment oleh dosen material teknik untuk diukur kelayakannya. Kisi-kisi instrumen

tes dapat dilihat pada Lampiran 1.1. Lembar hasil judgment instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran 1.9.

H.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 192) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(26)

48

Lembar judgment materi struktur kristal diberikan kepada dosen material teknik FPTK UPI, judgment materi struktur kristal bertujuan mengukur kelayakan materi struktur kristal yang akan digunakan untuk MMA struktur kristal. Lembar

judgment MMA struktur kristal diberikan kepada ahli media pembelajaran UPI, judgment MMA struktur kristal bertujuan mengukur kelayakan MMA struktur kristal

untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Lembar angket untuk mahasiswa diberikan setelah mahasiswa menerima pembelajaran menggunakan MMA, lembar angket digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa tentang penggunaan MMA pada perkuliahan material teknik materi struktur kristal.

2. Lembar soal essay

Lembar soal essay digunakan untuk pre-test dan test. Pre-test dan

post-test diberikan kepada mahasiswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pre-post-test

diberikan sebelum treatment dan post-test diberikan setelah treatment. I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan adalah pengujian homogenitas pada hasil

pre-test, pengujian normalitas pada data pre-test dan post-test, pengujian hipotesis

pada data N-Gain. 1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menetukan sampel dari populasi dua kelas. Apabila data menunjukan kedua kelompok sampel homogen, maka kedua kelompok dapat dikatakan memiliki keadaan awal yang relatif homogen. Bila selanjutnya kedua kelompok tersebut diberi treatment yang berbeda, kemudian menghasilkan perubahan yang berbeda, maka dapat dikatakan perbedaan perubahan tersebut disebabkan oleh

treatment yang berbeda, bukan disebabkan faktor yang lainnya. Rumus uji

homogenitas yang digunakan menurut Siregar (2004, hlm. 50) adalah sebagai berikut.

� =SA 2 SB2

……… (3.1)


(27)

� 2

= Varian terbesar.

� 2

= Varian terkecil.

� 2

dan � 2 memiliki derajat kebebasannya masing-masing, dkA = (nA - 1) dan dkB = (nB - 1). “Varians yang relatif sama besar dapat dinyatakan relatif homogen

(berasal dari populasi bervarian homogen), jika sebaliknya dinyatakan heterogen”

(Siregar, 2004, hlm. 103). Kriteria pengujian homogenitas; “homogen jika p-value >

∝ = 0,05” (Siregar, 2004, hlm. 103). 2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan sebagai syarat untuk dapat menggunakan statistik parametris. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Pengujian normalitas data pada penelitian ini, langkah awal adalah mentransformasi data mentah ke bentuk tabel frekuensi menggunakan aturan Sturgess (Siregar, 2004, hlm. 87) adalah sebagai berikut:

a. Menentukan rentang (R)

R = � - � ……… (3.2) (Siregar, 2004, hlm. 24) Keterangan:

� = Data besar.

� = Data kecil.

b. Menentukan banyak kelas interval (i)

i = 1 + 3,3 log n ………... (3.3) (Siregar, 2004, hlm. 24) Keterangan:

n = Jumlah sampel.


(28)

50

�= R

i .………. (3.4) (Siregar, 2004, hlm. 25) Keterangan:

R = Rentang. i = Banyak kelas.

Berdasarkan data tersebut, kemudian dimasukan ke tabel distribusi frekuensi. d. Menghitung rata-rata (x)

x = ∑fi.xi

∑fi .……… (3.5) (Siregar, 2004, hlm. 22) Keterangan:

fi = Jumlah frekuensi.

xi = Data tengah-tengah dalam interval. e. Menghitung standar deviasi (S)

�= ∑ �.��− (∑ �.��)2

( −1) ………. (3.6) (Siregar, 2004, hlm. 26) f. Menentukan batas bawah kelas interval (� )

�� = Bb – 0,5 kali desimal yang digunakan interval kelas ………. (3.7) (Siregar, 2004, hlm. 86) Keterangan:

Bb = Batas bawah interval.

g. Menentukan nilai Zi setiap batas bawah kelas interval Zi =

Xin −X

S ………. (3.8) (Siregar, 2004, hlm. 86)

h. Melihat nilai peluang Zi pada tabel statistik, isikan pada kolom Lo, harga xi dan xn selalu diambil nilai peluang 0,5000 (Siregar, 2004, hlm.86).


(29)

contoh: Li = Lo1 – Lo2 .………. (3.9) (Siregar, 2004, hlm. 87) j. Menghitung frekuensi harapan (ei)

ei = Li . ∑fi ….……… (3.10) (Siregar, 2004, hlm. 87) k. Menghitung nilai Chi kuadrat (χ2) untuk menghitung P-value (Siregar, 2005, hlm.

87).

l. Kriteria kelompok berdistribusi normal jika P-value > α = 0,05 (Siregar, 2004, hlm. 87).

m.Kriteria data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila χ2 < χ2tabel, tetapi diperlukan nilai p-value untuk menyatakan taraf signifikansi (Siregar, 2004, hlm. 89).

Tabel 3.5. Persiapan Uji Normalitas No. Kelas

Interval

f � � �2

Sumber: (Siregar, 2004, hlm. 87)

3. Nilai N-Gain

Pada penelitian ini uji N-Gain digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah. Rumus untuk uji N-Gain menurut Hake (2002, hlm. 4) adalah sebagai berikut.

N-Gain = Skor � −Skor �

Skor Ideal−Skor �

.

………..

(3.11)


(30)

52

Batasan Kategori

G > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ G ≤ 0,7 Sedang G < 0,3 Rendah

Sumber: (Hake, 2002, hlm. 4)

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan t-test. Terdapat pilihan rumus t-test yang bisa digunakan untuk pengujian hipotesis, berikut adalah pedoman penggunaannya yang dikemukakan Sugiyono (2012, hlm. 258):

a. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen (σ12 = σ22) maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool varian. (Rumus 3.11 atau 3.12). Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = n1 + n2

– 2.

b. Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ12 = σ22), dapat digunakan rumus t-test dengan pooled varian. (Rumus 3.12). Derajat kebebasannya (dk) = n1 + n2 – 2.

c. Bila n1 = n2 dan varian tidak homogen (σ12 ≠ σ22) dapat digunakan rumus 3.11 atau 3.12, dengan dk = n1 – 1 atau n2 – 1.

d. Bila n1≠ n2dan varian tidak homogen (σ12≠ σ22). Untuk ini digunakan t-tes dengan separated varian, rumus 3.11. harga t sebagai pengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk (n1 – 1) dan dk (n2 – 1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.

t = � 1−� 2

�12 1 +

�22 2

………. (3.12)

t = � 1−� 2 ( 1−1) �12 + 2− 1 �22

n 1 + n 2 – 2 1 n 1 +

1 2

... (3.13)


(31)

�1

= Rata-rata N-Gain kelas eksperimen.

�2

= Rata-rata N-Gain kelas kontrol.

�12 = Varians kelas eksperimen.

�22 = Varians kelas kontrol.

1 = Jumlah sampel kelas eksperimen. 2 = Jumlah sampel kelas kontrol.

Ho: µ1 ≤ µ2: “Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA tidak lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks”.

Ha: µ1 > µ2: “Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks”.

Kriteria pengujian t-test:

Tolak Ho jika: thitung > ttabel pada ∝ = 0,05 Terima Ho jika: thitung ≤ ttabel pada ∝ = 0,05


(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks. Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks ditunjukkan oleh rata-rata N-Gain, rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan MMA termasuk kategori tinggi, sedangkan rata-rata N-Gain pada kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks termasuk kategori rendah.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, MMA dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah sampai kategori tinggi untuk materi struktur kristal yang bersifat abstrak dan kompleks. Atas dasar ini, maka disarankan bagi mahasiswa atau Dosen JPTM untuk melakukan penelitian lain mengenai penggunaan MMA untuk materi atau mata kuliah lain yang bersifat abstrak dan kompleks.

2. Tingginya peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan MMA, yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator dan aspek hasil belajar yang ingin dicapai. Atas dasar itu, maka penelitian terhadap media lain hendaknya memulai dari faktor-faktor tersebut.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2009) Media pembelajaran. Kadipiro Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS.

Arsyad, A. (2009) Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bustaman dan Burmansyah. (2001) Web design dengan macromedia flash mx

2004. Yogyakarta: Andi Offset.

Callister, W. D Jr. (2007) Chapter 3/ Structures of Metals and Ceramics.

[Online]. Tersedia di:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fbib.tiera.ru %2Fb%2F49743&ei=ROeqU76rDsbRkQWyhYHgBQ&usg=AFQjCNHZ _kWtWfc68TPa2bsCIeGEObEBlQ&bvm=bv.69620078,d.dGI [Diakses 01 Agustus 2013]

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2006) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hake, R.R. (2002) Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains

in Mechanis with Gender, High School Mathematics and Spatial

Visualization. [Online]. Tersedia di:

physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf [Diakses 07 Agustus 2013]

Komaro, M. (2009). Material Teknik OT 111. Bahan Ajar JPTM FPTK UPI. UPI: tidak diterbitkan.

Kuswana, W.S. (2012) Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasir, M. (1988) Metode Penelitian. Cetakan Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nasir, M. (2003) Metodologi Penelitian. Cetakan Keempat. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Nuryadi, A.R. (2008) Penggunaan Multimedia Animasi Tiga Dimensi Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pelajaran Alat Kontrol Sistem Refrigerasi Dan Tata Udara. Skripsi, Sarjana Pendidikan,


(34)

64

Purwanto. (2011) Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rusman, dkk. (2012) Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Sadiman, A.S., dkk. (1996) Media pendidikan (Pengertian, Pengembangan,

Pemanfaatan). Jakarta: Rajawali.

Samsudi, dkk. (2009) Perbedaan Hasil Belajar antara Metode Ceramah Konvensional dengan Ceramah Berbantuan Media Animasi pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan dan Pemasangan Sistem Rem. Jurnal

PTM, 9 (2), hlm. 71-79.

Sanjaya, W. (2010) Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Siregar, S. (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo.

Steinberg, E.R. (1991) Computer-assisted Instruction: a Synthesis of Theory,

Practice and Technology. New Yersey: Lawrence Erlbaum Associates

Publisher.

Splittgerber, F.L., dan Norbert A.S. (1984) Educational Technology. Computer

Technology for Administrative Information and Instructional Management in School Districts, 24 (2), hlm. 7-12.

Suciadi, A.A. (2003) Menguasai Pembuatan Animasi dengan Macromedia Flash

MX. Jakarta: Dinastindo.

Sudirham, S. dan Utari, N.S. (2012) Mengenal Sifat Material. [Online]. Tersedia di: eecafedotnet.files.wordpress.com/2011/03/mengenal-sifat-material-13.pdf [Diakses 01 Agustus 2013]

Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methodes). Bandung: Alfabeta.

Suheri, A. (2006). Animasi Multimedia Pembelajaran (Jurnal Teknik Informatika). [Online]. Tersedia: http://physicsmaster.orgfree.com/ Artikel%20&%20Jurnal/Inovasi%20Dalam%20Pendidikan/Animasi%20 Multimedia%20Pembelajaran.pdf [Diakses 03 Agustus 2013].

Sukiyasa, K. (2013) Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3 (1), hlm. 126-137.


(35)

Sukrawan, Y. (2009) Material Teknik. Bandung: JPTM FPTK UPI

Susilana, R. dan Riyana, C. (2009) Media Pembelajaran. Hakikat,

Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana

Prima.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia 2013. Bandung: tidak diterbitkan.

Warsita, B. (2008) Teknologi Pembelajaran. Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Wena, M. (2009) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Zeembry (2001) Animasi web dengan macromedia Flash 8. Jakarta: Elex Media Komputindo.


(1)

52

Muhammad Slamet Raharjo, 2014

Penggunaan Multimedia Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Struktur Kristal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Batasan Kategori

G > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ G ≤ 0,7 Sedang

G < 0,3 Rendah

Sumber: (Hake, 2002, hlm. 4)

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan t-test. Terdapat pilihan rumus t-test yang bisa digunakan untuk pengujian hipotesis, berikut adalah pedoman penggunaannya yang dikemukakan Sugiyono (2012, hlm. 258):

a. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen (σ12 = σ22) maka

dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool varian. (Rumus 3.11 atau 3.12). Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = n1 + n2

– 2.

b. Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ12 = σ22), dapat digunakan rumus t-test

dengan pooled varian. (Rumus 3.12). Derajat kebebasannya (dk) = n1 + n2–

2.

c. Bila n1 = n2 dan varian tidak homogen (σ12 ≠ σ22) dapat digunakan rumus

3.11 atau 3.12, dengan dk = n1– 1 atau n2– 1.

d. Bila n1≠ n2dan varian tidak homogen (σ12≠ σ22). Untuk ini digunakan t-tes

dengan separated varian, rumus 3.11. harga t sebagai pengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk (n1 – 1) dan dk (n2 – 1) dibagi

dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.

t = � 1−� 2

�12 1 +

�22 2

………. (3.12)

t = � 1− � 2

( 1−1) �12 + 2− 1 �22 n 1 + n 2 – 2

1 n 1 +

1 2

... (3.13)


(2)

53

�1

= Rata-rata N-Gain kelas eksperimen.

�2

= Rata-rata N-Gain kelas kontrol.

�12 = Varians kelas eksperimen. �22 = Varians kelas kontrol.

1 = Jumlah sampel kelas eksperimen. 2 = Jumlah sampel kelas kontrol.

Ho: µ1 ≤ µ2: “Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada

materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA tidak lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks”.

Ha: µ1 > µ2: “Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada

materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks”.

Kriteria pengujian t-test:

Tolak Ho jika: thitung > ttabel pada ∝ = 0,05


(3)

62

Muhammad Slamet Raharjo, 2014

Penggunaan Multimedia Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Struktur Kristal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks. Peningkatan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah pada materi struktur kristal dengan pembelajaran menggunakan MMA lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks ditunjukkan oleh rata-rata N-Gain, rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan MMA termasuk kategori tinggi, sedangkan rata-rata N-Gain pada kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan media gambar dan teks termasuk kategori rendah.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, MMA dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah sampai kategori tinggi untuk materi struktur kristal yang bersifat abstrak dan kompleks. Atas dasar ini, maka disarankan bagi mahasiswa atau Dosen JPTM untuk melakukan penelitian lain mengenai penggunaan MMA untuk materi atau mata kuliah lain yang bersifat abstrak dan kompleks.

2. Tingginya peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan MMA, yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator dan aspek hasil belajar yang ingin dicapai. Atas dasar itu, maka penelitian terhadap media lain hendaknya memulai dari faktor-faktor tersebut.


(4)

63

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2009) Media pembelajaran. Kadipiro Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS.

Arsyad, A. (2009) Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bustaman dan Burmansyah. (2001) Web design dengan macromedia flash mx 2004. Yogyakarta: Andi Offset.

Callister, W. D Jr. (2007) Chapter 3/ Structures of Metals and Ceramics.

[Online]. Tersedia di:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fbib.tiera.ru %2Fb%2F49743&ei=ROeqU76rDsbRkQWyhYHgBQ&usg=AFQjCNHZ _kWtWfc68TPa2bsCIeGEObEBlQ&bvm=bv.69620078,d.dGI [Diakses 01 Agustus 2013]

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2006) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hake, R.R. (2002) Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanis with Gender, High School Mathematics and Spatial

Visualization. [Online]. Tersedia di:

physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf [Diakses 07 Agustus 2013]

Komaro, M. (2009). Material Teknik OT 111. Bahan Ajar JPTM FPTK UPI. UPI: tidak diterbitkan.

Kuswana, W.S. (2012) Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasir, M. (1988) Metode Penelitian. Cetakan Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nasir, M. (2003) Metodologi Penelitian. Cetakan Keempat. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Nuryadi, A.R. (2008) Penggunaan Multimedia Animasi Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pelajaran Alat Kontrol Sistem Refrigerasi Dan Tata Udara. Skripsi, Sarjana Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.


(5)

64

Muhammad Slamet Raharjo, 2014

Penggunaan Multimedia Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Struktur Kristal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Purwanto. (2011) Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rusman, dkk. (2012) Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sadiman, A.S., dkk. (1996) Media pendidikan (Pengertian, Pengembangan, Pemanfaatan). Jakarta: Rajawali.

Samsudi, dkk. (2009) Perbedaan Hasil Belajar antara Metode Ceramah Konvensional dengan Ceramah Berbantuan Media Animasi pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan dan Pemasangan Sistem Rem. Jurnal PTM, 9 (2), hlm. 71-79.

Sanjaya, W. (2010) Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Siregar, S. (2004) Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo.

Steinberg, E.R. (1991) Computer-assisted Instruction: a Synthesis of Theory, Practice and Technology. New Yersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Splittgerber, F.L., dan Norbert A.S. (1984) Educational Technology. Computer Technology for Administrative Information and Instructional Management in School Districts, 24 (2), hlm. 7-12.

Suciadi, A.A. (2003) Menguasai Pembuatan Animasi dengan Macromedia Flash MX. Jakarta: Dinastindo.

Sudirham, S. dan Utari, N.S. (2012) Mengenal Sifat Material. [Online]. Tersedia di: eecafedotnet.files.wordpress.com/2011/03/mengenal-sifat-material-13.pdf [Diakses 01 Agustus 2013]

Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methodes). Bandung: Alfabeta.

Suheri, A. (2006). Animasi Multimedia Pembelajaran (Jurnal Teknik Informatika). [Online]. Tersedia: http://physicsmaster.orgfree.com/ Artikel%20&%20Jurnal/Inovasi%20Dalam%20Pendidikan/Animasi%20 Multimedia%20Pembelajaran.pdf [Diakses 03 Agustus 2013].

Sukiyasa, K. (2013) Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3 (1), hlm. 126-137.


(6)

65

Sukrawan, Y. (2009) Material Teknik. Bandung: JPTM FPTK UPI

Susilana, R. dan Riyana, C. (2009) Media Pembelajaran. Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2013. Bandung: tidak diterbitkan. Warsita, B. (2008) Teknologi Pembelajaran. Landasan & Aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Wena, M. (2009) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Zeembry (2001) Animasi web dengan macromedia Flash 8. Jakarta: Elex Media Komputindo.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DINAMIKA ROTASI.

1 6 31

PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MATERI PENGUATAN LOGAM PADA MATA KULIAH MATERIAL TEKNIK.

1 2 35

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH MATERI DIAGRAM FASA DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH MATERIAL TEKNIK.

0 2 28

Penggunaan multimedia animasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran materi bidang geser Mata kuliah material teknik.

0 3 30

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRI BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMK.

0 3 40

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI CACAT KRISTAL PADA MATA KULIAH DASAR MATERIAL TEKNIK.

0 0 39

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI CACAT KRISTAL PADA MATA KULIAH DASAR MATERIAL TEKNIK - repositoryUPI S TM 0806344 Title

0 0 3

Penggunaan multimedia animasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran materi bidang geser Mata kuliah material teknik - repository UPI S TM 0807833 Title

0 0 3

PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI STRUKTUR KRISTAL - repository UPI S TM 0908928 Title

0 0 4

Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMP

1 5 13