KEMATANGAN KARIER SISWA SMK PUTRA TAMA BANTUL YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  KEMATANGAN KARIER SISWA SMK PUTRA TAMA BANTUL YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Regina Pinasthika 079114108 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Karya kecil ini kupersembahkan untuk : Bapak dan Ibu yang selalu mendukungku, Budhe terkasih, Keluarga besarku,

  Teman spesialku, Sahabat-sahabat baikku, Serta semua orang yang telah mencintaiku dengan sepenuh hati

  

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan

Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.

  

Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang

dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

  

( Pengkothbah 3: 11 )

Aku telah mencari Tuhan,

lalu ia menjawab aku,

  

Dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.

  

( Mazmur 34 : 5 )

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 06 Februari 2012 Penulis

  Regina Pinasthika

  

KEMATANGAN KARIER SISWA SMK PUTRA TAMA

BANTUL YOGYAKARTA

Regina Pinasthika

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan karier siswa di SMK Putra Tama Bantul Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMK

  Putra Tama Bantul Yogyakarta yang saat ini duduk di bangku kelas XI dan XII berjumlah 122 siswa. Data dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala kematangan karier yang disusun dengan teknik Likert. Aspek-aspek yang digunakan dalam pembuatan skala kematangan karier adalah orientasi pada pilihan, klarifikasi konsep diri individu, informasi pekerjaan, kemandirian, fantasi dan prediksi, tanggungjawab, konsistensi pilihan, global awareness, dan vocational development. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk. Validitas konstruk dapat diestimasi melalui pengujian terhadap konsekuensi-konsekuensi praktis mengenai hasil tes pada kondisi tertentu. Dalam hal ini adalah skala kematangan karier.Skala kematangan karier ini memiliki reliabilitas 0,917. Analisis data dilakukan dengan uji t menggunakan one sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 22,47. Sedangkan nilai signifikansinya adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,000 < 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan kematangan karier siswa SMK. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kematangan karier siswa SMK Putra Tama yang tergolong tinggi telah terbukti secara signifikan.

  Kata Kunci : kematangan karier siswa SMK

CAREER MATURITY OF PUTRA TAMA VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS IN BANTUL YOGYAKARTA

  Regina Pinasthika ABSTRACT

  This study aims to determine the maturity level of students in Putra Tama Vocational High School of Bantul, Yogyakarta. The research subjects were 122 students who were in

  XI and XII grade. The research findings were analyzed by using career maturity scale. They were arranged by using Likert technique. Aspects that are used in the manufacture of career maturity scale is on the choice of orientation, clarification of the concept of individual self, employment information, independence, fantasy and prediction, responsibility, consistency of choice, global awareness, and vocational development. This study use validity of the construct, which is estimated by testing against on the simply consequences of certain condition. The career maturity scale had reliability on 0.917. By conducting t-test, one sample t-test was applied for analyzing the findings. The research result shows that t value was 22,47 whereas the significant value was 0.000 smaller than 0.05 (p = 0.000 < 0.05). The research findings shows the different average of vocational school students’ career maturity. It can be stated that the career maturity of vocational students who belong to the Putra Tama Vocational High School has been shown to be significantly higher.

  Keywords: career maturity of vocational students

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Regina Pinasthika Nomor Mahasiswa : 079114108

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama Bantul Yogyakarta

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 06 Februari 2012 Yang menyatakan Regina Pinasthika

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas segala berkat dan karunianya, sehingga skripsi yang berjudul Kematangan

  

Karier Siswa SMK Putra Tama Bantul Yogyakarta ini dapat diselesaikan dengan

baik.

  Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Maka, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Yesus Kristus, semangat sejatiku. Aku mengucapkan terimakasih atas semua anugerah yang telah Engkau berikan dalam hidupku, serta penyertaan-Mu yang tiada henti dari waktu ke waktu;

  2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

  3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memeriksa satu persatu tulisan penulis guna memberikan inspirasi dan dorongan melalui masukan-masukan, kritik, dan arahan demi kesempurnaan penulisan skripsi tersebut, serta pengertiannya atas keterbatasan penulis;

  4. Prof. Dr. A. Supratiknya, selaku dosen penguji kedua yang telah memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan penelitian ini;

  5. Monica Eviandaru Madyaningrum, M. Psych., selaku dosen penguji ketiga yang telah memberikan banyak masukan dan membantu penulis untuk lebih memahami mengenai tujuan penelitian;

  6. Ibu MM. Nimas Eki Suprawati, Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dorongan untuk semangat kuliah dan memberikan masukan untuk tidak “ngoyo” dalam menjalani perkuliahan;

  7. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi., M.Si. sebagai dosen Fakultas Psikologi yang telah memberi banyak inspirasi melalui pengalaman- pengalaman yang dibagikan. You are

  my inspiration, Mom…!!;

  8. Segenap staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma khususnya Ibu Susan, Ibu Tanti, Ibu Dewa, Ibu Nimas, Ibu Tanti, Ibu Agnes, Ibu Siwi, Mbak Devi, Mbak Etta, Bapak Pratik, Bapak Agung, Bapak Heri, Bapak Minto, Bapak Cahya, Bapak Priyo, Bapak Subagyo, Bapak Didik, Bapak Siswa yang telah memberikan berbagai pengetahuan dalam dunia psikologi yang bermanfaat dan menarik;

  9. Bapak Drs. Simon Suharyanta, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Putra Tama, yang telah memberikan ijin padaku untuk melakukan penelitian serta membimbingku selama pelaksanaan penelitian;

  10. Ibu Kristin, guru BK SMK Putra Tama yang dengan sabar mendampingi selama penelitian dan memberikan banyak informasi yang kubutuhkan;

  11. Mas Gandhung, Mbak Nanik, dan Pak Gik, trimakasih sudah membantuku mengurus semua administrasi yang berkaitan dengan skripsiku, juga administrasi akademik yang lain selama empat tahun terakhir ini;

  12. Bapak, Stephanus Nasuko dan Ibu, Bernadeta Suhardjilah, orangtuaku yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, perhatian, pengertian, dukungan dan segalanya untukku, serta selalu memberikan semangat kepadaku;

  13. Agustinus Nico Agtus, yang telah hadir dan mengisi hidupku selama beberapa tahun terakhir ini, untuk mendukung dan memberikan perhatian dan kasih sayang, serta telah menjadi orang pertama yang “mengangkatku” kembali di saat aku tepuruk dan putus asa, juga semangatnya yang istimewa sehingga membuatku lebih kreatif dalam berimajinasi untuk menyelesaikan penelitian ini;

14. Sahabat-sahabat terbaikku, Dewi “cuantiekz” dan Rara “boncel”.

  Trimakasih teman, atas semua hal yang sudah kita lakukan bersama selama kuliah ini, dan tentunya atas kerjasama kita dalam penelitian ini. Termasuk berpusing-pusing bersama mulai dari menentukan topik penelitian, sampai pada akhir maju ujian. Kisah kita tak akan kulupakan!!

  15. Teman-teman Psikologi seperjuangan khususnya: Ita, Pipin, Anas, Bryan. Trimakasih atas semua bantuan yang sudah diberikan untukku, mulai dari awal penulisan skripsi, penelitian, hingga pengolahan data penelitian. Trimakasih banget ya Teman, sudah mau kurepotkan dengan berbagai pertanyaan;

  16. Teman-teman angkatan 2007, atas kebersamaan dan perjuangannya selama empat tahun terakhir ini. Tanpa kalian, aku tidak akan berarti… Trimakasih, kawan!!

  17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, yang telah mendukung proses penelitian ini.

  Peneliti menyadari bahwa masih memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga penelitian ini belum sempurna.

  Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas penulisan ini.

  Yogyakarta, 06 Februari 2012 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL ............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... iv HALAMAN MOTO ............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................. vi ABSTRAK ............................................................................................

  vii

  ABSTRACT .......................................................................................... viii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......... ix KATA PENGANTAR .......................................................................... x DAFTAR ISI ......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .................................................................................

  xvii

  

DAFTAR SKEMA ................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xix BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................

  1 B. Rumusan Masalah ......................................................................

  9 C. Tujuan Penelitian ........................................................................

  9 D. Manfaat Penelitian ......................................................................

  9 1. Manfaat Teoritis ...................................................................

  9

  BAB II : LANDASAN TEORI

  11 ……………………………………… A. Perkembangan Karier ..................................................................

  11 B. Kematangan Karier ......................................................................

  15

  1. Pengertian Kematangan Karier

  15 ……………………………..

  2. Tahapan Perkembangan Karier pada Siswa SMK

  17 ………….

  3. Aspek-aspek dalam Kematangan Karier

  17 ……………………

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karier

  23 …...

  C. Siswa

  29 ……………………………………………………………

  D. Pendidikan Kejuruan (Sekolah Menengah Kejuruan)

  33 ………….

  1. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

  33 ……..........

  2. Fungsi Pokok SMK

  34 …………………………………………

  E. Dinamika Kematangan Karier pada Siswa SMK

  35 ………………

  BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

  39 ………………………….

  A. Variabel Penelitian 39 ……………………………………………...

  B. Definisi Operasional

  39 ……………………………………………

  C. Subjek Penelitian 41 ……………………………………………….

  D. Metode Pengumpulan Data

  42 …………………………………….

  E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

  45 ……………………………

  1. Validitas 45 …………………………………………………….

  2. Reliabilitas 46 ………………………………………………….

  F. Hasil Uji Coba 48 ………………………………………………….

  G. Metode Analisis Data 52 …………………………………………...

  BAB IV : PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

  53 ………...

  A. Pelaksanaan Penelitian 53 ……………………………………….....

  B. Hasil Penelitian

  54 …………………………………………………

  1. Uji Normalitas

  54 ………………………………………………

  2. Deskripsi Data Penelitian secara Umum

  55 …………………...

  3. Kategorisasi Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama ...

  58

  4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek Kematangan Karier

  60 ………………………………………………………

  C. Pembahasan

  61 ……………………………………………………

  BAB V : PENUTUP

  76 ………………………………………………….

  A. Kesimpulan 76 …………………………………………………….

  B. Saran 76 …………………………………………………………...

  DAFTAR PUSTAKA

  78 ………………………………………………...

  DAFTAR LAMPIRAN

  82 ………………………………………………

  DAFTAR TABEL Tabel 1.

  Penskoran Item Favorabel dan Unfavorabel Skala Kematangan Karier ….. 43 Tabel 2. Blue Print Skala Kematangan Karier

  44 ………………………………………. Tabel 3. Kisi-kisi Sebaran Item Skala Kematangan Karier (untuk uji coba)

  45 ………... Tabel 4. Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Kematangan Karier

  50 ……………….. Tabel 5. Blue Print Skala Kematangan Karier (Setelah Uji Coba)

  51 ………………….. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data Kematangan Karier

  54 …………………………….. Tabel 7. Deskripsi Statistik Data Empirik

  ……………………………………………. 56 Tabel 8. Mean Teoritik, Mean Empirik, dan Standar Deviasi

  57 ……………………….. Tabel 9. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik

  58 …………………………………….. Tabel 10. Kategorisasi Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama

  ………………... 59 Tabel 11. Deskripsi Data Masing- masing Aspek ……………………………………... 60 Tabel 12. Data Statistik Lulusan SMK Putra Tama Tahun Ajaran 2007/2008

  ……….. 74

DAFTAR SKEMA

  SKEMA PEN ELITIAN …………………………………………………….. 37

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A SKALA UJI COBA (SKALA KEMATANGAN KARIER)

  … 83

  

Lampiran B SKALA PENELITIAN (SKALA KEMATANGAN KARIER) 96

Lampiran C DATA HASIL UJI COBA

  …………………………………..... 105

  Lampiran D DATA PENELITIAN

  ………………………………………… 123

  Lampiran E ANALISIS DATA PENELITIAN

  ………………...………….. 128

  Lampiran F SURAT PENELITIAN

  ……………………………………….. 133

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa remaja, salah satu tugas perkembangan yang harus

  diselesaikan adalah menentukan masa depan, atau mempersiapkan karier secara ekonomi (Havigurst dalam Hurlock, 2005). Remaja tidak hanya dibantu oleh pihak-pihak di dalam keluarga seperti orangtua ketika mempersiapkan karier tersebut, akan tetapi remaja bisa juga dibantu oleh lembaga-lembaga atau institusi seperti sekolah melalui pendidikan formal. Pendidikan nasional di Indonesia akhir-akhir ini mengacu pada persiapan tenaga kerja siap pakai.

  Pendidikan dituntut untuk mampu menyikapi tenaga kerja yang terampil guna memenuhi tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

  Salah satu institusi yang mempersiapkan siswanya untuk terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Kematangan karier sangat penting dan dibutuhkan oleh para siswa SMK, karena permasalahan yang akan dialami siswa setelah menyelesaikan studinya adalah menyangkut pemilihan karier dan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pandangan Super (dalam Winkel, 2004) mengenai proses perkembangan karier. Pada usia 15-24 tahun, orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Berdasarkan pandangan itu dapat dipahami bahwa siswa SMK yang termasuk dalam rentang usia 15-19 tahun, sudah mulai untuk menentukan alternatif jabatan. Para siswa tersebut mulai menentukan pekerjaan dan karier apa yang hendak mereka pilih setelah lulus nanti.

  Secara umum, lembaga SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja. Seperti yang terungkap dalam Talkshow Penguatan Informasi Kinerja Anggota Dewan (PIKAD), di Balai Latihan Kerja (BLK) Condet, Jakarta Timur. Kalangan dewan menilai keberadaan sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu solusi dalam menjawab persoalan tenaga siap kerja. Sehingga upaya mengurangi pengangguran di ibu kota dapat terealisasi (Bataviase.co.id, Senin,26/11/2010). Bahkan, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyampaikan slogan yang mengatakan bahwa lulusan SMK memiliki lulusan untuk siap bekerja, berwirausaha, dan melanjutkan sekolah. Selain itu juga ada kalimat penyemangat yang berbunyi, ”Siap kerja, cerdas, dan kompetitif”. Tulisan ini terpampang di beberapa SMK di Yogyakarta, salah satunya di depan SMK Negeri 1 Kasihan, Bantul. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu orangtua siswa lulusan SMK di Yogyakarta (wawancara, 24 Maret 2011). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu orangtua siswa lulusan SMK di Yogyakarta ini, terungkap bahwa orangtua menyekolahkan anaknya ke SMK dengan harapan bahwa anak mereka mendapat keahlian khusus dan setelah lulus dapat langsung diterima bekerja, sehingga si anak tersebut dapat meringankan beban orangtua. Bahkan, bisa membantu keuangan orangtuanya.

  Melihat fenomena tersebut, lembaga SMK harus pandai-pandai untuk melakukan pemilihan substansi yang akan diajarkan, supaya dapat memenuhi kebutuhan individu (siswa) dan masyarakat. Pemilihan substansi yang hendak diajarkan merupakan masalah pelik dalam merencanakan kursus-kursus pendidikan. Ini disebabkan pada saat itu timbul pertanyaan dari mana substansi itu harus diambil, dan bagaimana caranya dapat membenarkan pemasukan substansi itu dalam rencana pendidikan (Nolker dan Schoenfeldt, 1983).

  Selain itu, perlu pula dipertimbangkan sampai sejauh mana pendidikan yang direncanakan itu benar-benar memenuhi kebutuhan yang ada di masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa keterampilan serta kemampuan yang dijadikan sasaran proyek pendidikan itu nanti benar-benar dapat dimanfaatkan dalam sistem lapangan kerja. Oleh karena itu, dalam pemilihan substansi harus diberikan perhatian yang sepadan pada pasaran tenaga kerja serta kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi di segi teknis.

  Salah satu contoh SMK yang menyediakan kualifikasi keterampilan sesuai permintaan pasar adalah SMK Putra Tama Bantul. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama dengan sebuah perusahaan Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang menyalurkan lulusan SMK tersebut ke sebuah perusahaan di luar Negeri, khususnya Malaysia. SMK Putra Tama menyediakan kualifikasi dalam bidang ekonomi, otomotif, dan penyiaran

  (broadcasting) . Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu mantan siswa

  jurusan akuntansi SMK tersebut, para siswa lulusan SMK ini disalurkan ke sebuah perusahaan makanan dan garmen di Malaysia. Tidak semua siswa dapat langsung bekerja di luar negeri setelah lulus. Hanya siswa yang masuk dalam peringkat lima besar yang bisa langsung disalurkan untuk bekerja di Malaysia. Selebihnya, mereka harus mencari pekerjaan sendiri, atau berdasarkan referensi dari sekolah. Walaupun demikian, SMK tersebut sudah mengirimkan banyak lulusannya ke perusahaan-perusahaan di Malaysia.

  Berdasarkan data statistik dari SMK Putra Tama, lulusan tahun ajaran 2007/2008 dari jurusan akuntansi 22 siswa, Pemasaran 26 siswa, serta Penyiaran (broadcasting) 17 siswa. Sebanyak 22 siswa lulusan akuntansi, 10 siswa bekerja pada perusahaan swasta, 9 siswa bekerja mandiri/wiraswasta, 1 siswa melanjutkan sekolah, dan 2 siswa belum bekerja. Sebanyak 26 siswa lulusan pemasaran, 20 bekerja pada perusahaan swasta, 5 mandiri/wiraswasta, 1 melanjutkan sekolah, dan tidak ada yang belum bekerja/menganggur. Sedangkan dari 17 siswa lulusan penyiaran, 12 siswa bekerja pada perusahaan swasta, 2 siswa mandiri/wiraswasta, 3 siswa belum bekerja, serta tidak ada yang melanjutkan sekolah. Data tersebut menunjukkan bahwa SMK Putra Tama cukup mampu membimbing dan mengarahkan siswanya untuk memperoleh pekerjaan di kemudian hari.

  Akan tetapi, fenomena lain menunjukkan bahwa angka pengangguran terbuka paling banyak dihasilkan dari lulusan SMK. Hal ini terbukti dari data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2010, bahwa pengangguran terbuka paling banyak di Indonesia berasal dari lulusan SMK, yaitu 3,5 juta.

  Sementara itu disusul lulusan SMP, yaitu 1,7 juta. Lulusan SD 1,6 juta, dan lulusan Universitas 820.020. Angka ini tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya. Pada bulan Agustus 2009, angka pengangguran terbesar berasal dari lulusan SMK, yaitu 3,9 juta. Dari lulusan SMP 1,8 juta. Di susul dari lulusan SD, yaitu 1,6 juta, serta lulusan Universitas 701.651. Berdasarkan data tersebut, dapat diartikan bahwa tidak semua lulusan SMK dapat tertampung dalam dunia kerja (Badan Pusat Statistik, 2010).

  Berdasarkan data dari BPS tersebut, pengangguran terbuka paling banyak berasal dari SMK. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kematangan karier siswa itu sendiri dan lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab siswanya menjadi pengangguran setelah lulus, karena sekolah tersebut tidak menyediakan substansi yang sepadan dengan pasaran tenaga kerja serta kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi di segi teknis (Nolker dan Schoenfeldt, 1983). Banyak SMK yang tidak menyediakan kualifikasi keterampilan yang diharapkan oleh pasar. Salah satu kasus terjadi di Kabupaten Semarang. Ribuan lulusan Sekolah Menangah Kejuruan di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah tidak terserap kerja, karena tidak sesuai dengan kebutuhan pasar di perusahaan-perusahaan yang ada di daerah setempat. "Jumlah lulusan SMK di Kabupaten Semarang setiap tahun mencapai 3.000 orang, sementara lowongan yang ada kurang dari jumlah lulusan," kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Semarang, Tyas Iswinarso di Ungaran, Jumat (26/11/2010). Selain itu, Tyas mengatakan bahwa banyak lowongan yang dibutuhkan di beberapa perusahaan besar di Kabupaten Semarang adalah tekstil. Akan tetapi, banyak lulusan SMK yang tidak punya kompetensi di bidang tersebut. "Banyak SMK yang tidak mengajarkan tentang pertekstilan, sehingga lulusan yang dikeluarkan oleh sekolah tidak sesuai dengan kondisi pasar," katanya .

  Peneliti mencoba melakukan wawancara dengan beberapa orangtua siswa lulusan SMK yang saat ini anaknya menganggur, untuk mencari salah satu fakta yang terjadi di Yogyakarta (wawancara, 24 Maret 2011). Sebagian besar dari orangtua yang peneliti wawancarai mengungkapkan bahwa alasan utama mereka menyekolahkan anaknya ke SMK adalah karena keterbatasan biaya. Mereka menyadari bahwa anaknya tidak mempunyai keahlian khusus atau tidak menyukai keahlian yang ditawarkan oleh sekolah. Akan tetapi, daripada anak-anak mereka putus sekolah, lebih baik disekolahkan ke SMK yang biayanya relatif lebih murah. Setelah lulus SMK, anak-anak mereka mencoba untuk melamar pekerjaan dengan kemampuan yang sangat minim.

  Alhasil, banyak perusahaan atau toko yang menolak mereka sebagai pekerjanya.

  Melihat hal tersebut, hendaknya lembaga sekolah seperti SMK pada khususnya, mempersiapkan karier siswanya dengan baik supaya memiliki kematangan karier, sehingga dapat terserap ke dunia kerja setelah lulus. Cara yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan kematangan karier siswa adalah dengan mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja pada saat ini. Apabila siswa diberi bekal keterampilan yang cukup dan kemampuan menentukan karier di masa depan, maka diharapkan siswa akan lebih matang secara karier.

  Kematangan karier sangat dibutuhkan siswa untuk mencapai karier yang diharapkan. Kematangan karier merupakan keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karier yang khas bagi tahap perkembangan tertentu (Super, dalam Winkel,2004). Super (dalam Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karier jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karier didukung oleh informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Selain itu, kematangan karier merupakan daftar perilaku yang bersangkutan dengan mengidentifikasi, memilih, merencanakan, dan melaksanakan tujuan-tujuan karier yang tersedia bagi individu tertentu dalam perbandingannya dengan yang dimiliki oleh kelompok sebayanya; dapat dipandang sebagai taraf rata-rata dalam perkembangan karier bagi usianya (Super, 1957;Here & Cramer, 1984; 14-15, dalam Manrihu, 1992).

  Kematangan karier tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal atau faktor-faktor sosial. Faktor internal meliputi kemampuan inteligensi, bakat, minat, sikap, kepribadian, nilai, hobi atau kegemaran, prestasi, keterampilan, penggunan waktu luang, aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan, pengalaman kerja, pengetahuan tentang dunia kerja, kemampuan dan keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah, serta masalah dan keterbatasan pribadi. Faktor eksternal yang mempengaruhi kematangan karier siswa adalah keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman sebaya, lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses pendidikan (Sukardi, 1987).

  Seorang siswa dapat dikatakan mempunyai kematangan karier apabila siswa memiliki kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan faktor-faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan (Super, dalam Winkel, 2004).

  Fenomena yang terjadi di SMK Putra Tama menunjukkan bahwa tidak semua siswa mempunyai kematangan karir yang sama. Hal tersebut dibuktikan dengan kesempatan kerja yang berbeda bagi para siswa. Hanya siswa yang masuk peringkat lima besar yang dianggap mampu bekerja dan langsung disalurkan untuk bekerja di sebuah perusahaan oleh pihak sekolah. Selebihnya, para lulusan tersebut harus mencari pekerjaan sendiri. Bisa juga dari referensi yang diberikan oleh sekolah. Ada bukti lain yang menunjukkan bahwa kematangan karier dari masing-masing siswa berbeda. Menurut salah seorang guru Bimbingan Konseling di SMK Putra Tama, dari sekian banyak siswa di sekolah ini kematangan kariernya berbeda-beda (wawancara, 31 Maret 2011). Siswa yang terlihat memiliki kematangan karier yang cukup adalah siswa jurusan akuntansi.

  Berdasarkan uraian fakta-fakta dan rangkaian pengamatan di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana kematangan karier pada siswa di SMK, khususnya pada siswa SMK Putra Tama. SMK Putra Tama diambil sebagai sampel oleh peneliti karena SMK tersebut merupakan salah satu SMK di Bantul yang menyediakan kualifikasi keterampilan sesuai permintaan pasar.

  Peneliti sangat tertarik untuk memahami lebih lanjut mengenai fenomena tersebut, sehingga ingin melakukan sebuah penelitian dengan judul Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama Bantul.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana kematangan karir siswa di SMK Putra Tama Bantul?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kematangan karier siswa di SMK Putra Tama Bantul.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis

  Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kajian di bidang ilmu psikologi perkembangan, khususnya mengenai kematangan karier pada siswa SMK.

  2. Manfaat Praktis

  Kematangan karier sangat dibutuhkan oleh para siswa SMK. Hal ini mengingat setelah lulus para siswa SMK akan terjun langsung ke dunia kerja. Oleh karena itu, penelitian ini dapat membantu remaja untuk lebih kaya akan pengetahuan mengenai kematangan karier, serta dapat membantu siswa untuk mengetahui bagaimana kematangan karier yang ada pada diri mereka.

BAB II LANDASAN TEORI A. PERKEMBANGAN KARIER Dalam kehidupan orang dewasa, bekerja merupakan suatu bagian

  yang pokok yang akan mengisi sebagian besar waktu dalam hidupnya dan menuntut sebagian besar pikirannya serta memenuhi sebagian besar perasaannya. Selain itu, jabatan yang dipangku seseorang akan ikut menentukan pola kehidupan sehari-hari dalam lingkungan pergaulan sosial.

  Dalam memangku jabatan tertentu, ada perkembangan sejarahnya yang meliputi jangka waktu yang lama. Garis perkembangan waktu tersebut sering disebut dengan istilah career development atau perkembangan karier (Winkel, 2004). Perkembangan karier tersebut dimulai sejak seorang individu lahir hingga pada saat individu memasuki masa pensiun.

  Di bawah ini akan dipaparkan mengenai teori perkembangan karier dan tugas perkembangan karier pada dewasa awal.

  1. Teori Pembentukan Identitas dan Proses Perkembangan Karier (Erick Erickson)

  Erickson menyatakan bahwa bagian utama dari pekerjaan pada kehidupan orang dewasa adalah dengan mempersatukan bagian-bagian identitas yang berhubungan dengan pekerjaan seperti komponen dari keseluruhan proses pembentukan identitas ego yang terjadi pada masa remaja. Dalam teori perkembangan karier juga dinyatakan ada hubungan antara dua proses yang mempengaruhi kemampuan untuk menyusun rencana karier yang mungkin dihubungkan untuk perkembangan pembentukan identitas, yaitu : a. Exploration (Eksplorasi / penjelajahan)

  Individu mencoba untuk memahami semua hal tentang dirinya dan lingkungan sekitarnya, serta mempertimbangkan berbagai macam alternative jabatan atau pekerjaan.

  b. Commitment (Komitmen / perjanjian) Membuat sebuah pilihan dari antara pilihan yang ada dan melanjutkan hingga mencapai tujuannya (Lemme, 1999).

  2. Teori Konsep Diri yang Vokasional atau Vocational Self-

  concept (Donald E. Super)

  Menurut Super (Winkel, 2004), proses perkembangan karier dibagi dalam lima tahap : a. Fase Pengembangan (Growth) Dari saat lahir sampai umur kurang lebih 15 tahun.

  Anak mengembangkan berbagai potensi, sikap-sikap, minat-minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure) b. Fase Eksplorasi (Exploration) Dari usia 15 tahun sampai 24 tahun. Orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

  c. Fase Pemantapan (Establishment) Dari usia 25 sampai 44 tahun. Bercirikan usaha-usaha memantapkan diri melalui pengalaman-pengalaman selama menjalani karier tertentu.

  d. Fase Pembinaan (Maintenance) Dari usia 45 tahun sampai 64 tahun. Orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.

  e. Fase Kemunduran (Decline) Bila seseorang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan jabatannya.

  3. Tugas-tugas Perkembangan Karier Dewasa Awal Selain tahap perkembangan karier, Super (dalam

  Winkel, 2004) juga mengungkapkan mengenai tugas-tugas perkembangan karier, yaitu : a. Perencanaan garis besar masa depan (Crystalization)

  Berkisar antara usia 14-18 tahun, yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya.

  b. Penentuan (Specification) Antara usia 18-24 tahun, yang bercirikan mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memangku jabatan itu.

  c. Pemantapan (Establishment) Antara usia 24-35 tahun, yang bercirikan membuktikan diri mampu memangku jabatan yang terpilih.

  d. Pengakaran (Consolidation) Sesudah usia 35 tahun sampai masa pension. Bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas.

  Tugas-tugas perkembangan karier tersebut harus dikuasai oleh tiap-tiap individu untuk mencapai tahap-tahap karier selanjutnya.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap- tahap perkembangan karier seseorang dimulai sejak seorang individu lahir hingga pada masa pensiun. Individu mulai memahami kemampuan yang ada pada dirinya, kemudian mencoba untuk menentukan jabatan apa yang diinginkan, sesudah itu individu membuktikan diri mampu memangku jabatan yang telah dipilihnya, serta terakhir adalah individu mrncapai status tertentu dan memperoleh senioritas. Selain itu, individu juga mempunyai tugas-tugas dalam perkembangan kariernya yang harus diselesaikannya untuk mencapai kematangan karier.

B. KEMATANGAN KARIER

1. Pengertian Kematangan Karier

  Super mengembangkan konsep kematangan vokasional (career

  maturity; vocational maturity), yang merujuk pada keberhasilan

  seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu (Winkel, 2004). Sejalan dengan Super, Yost dan Corbishly mengungkapkan bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan dan kesiapan seseorang untuk bernegosiasi dan membuat keputusan karir yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya (dikutip Seligman, 1994, dalam Komandyahrini et al, 2008).

  Kematangan karier juga dapat diartikan sebagai daftar perilaku yang bersangkutan dengan mengidentifikasi, memilih, merencanakan, dan melaksanakan tujuan-tujuan karier yang tersedia bagi individu tertentu dalam perbandingannya dengan yang dimiliki oleh kelompok sebayanya; dapat dipandang sebagai taraf rata-rata dalam perkembangan karier bagi usianya (Super, 1957;Here & Cramer, 1984; 14-15, dalam Manrihu, 1992).

  Sedangkan Brown & Brooks (1990) mendefinisikan kematangan karier sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut (dalam Komandyahrini, dkk., 2008).

  Sejalan dengan Brown & Brooks, Anastasi (1979) menyebut istilah kematangan vokasional dengan kematangan karier, yang menunjuk pada penguasaan individu terhadap tugas-tugas perkembangan yang dialami sesuai dengan tingkat umur dan efektivitas mereka dalam menghadapi perkembangan yang dialami tersebut (dalam Wahyono, 2001).

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan karier merupakan kesiapan seorang individu untuk membuat keputusan karier sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.

  2. Tahapan Perkembangan Karier pada Siswa SMK

  Siswa SMK termasuk pada tahapan karier eksplorasi. Tahap eksplorasi merupakan tahap dimana remaja mengembangkan kesadaran terhadap dirinya dan dunia kerja dan mencoba peran-peran baru. Pilihan sementara terhadap bidang pekerjaan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan, minat, kemampuan dan nilai-nilai. Maka kematangan karier dapat diartikan sebagai keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan karir yang ditandai dengan memiliki informasi mengenai pendidikan dan karir, mengarahkan diri pada eksplorasi yang sistematis terhadap dunia kerja, memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan, memiliki kesadaran terhadap gaya hidup yang diinginkan, berkembangnya citra diri dengan jelas, positif dan realistik, serta mampu membentuk rencana karir sementara dan tujuan yang sesuai dengan citra diri dan gaya hidup yang diinginkan (Seligman, 1994 dalam Wijaya & Taganing, 2008).

  3. Aspek-aspek dalam Kematangan Karier

  Dalam proses kematangan karier, ada beberapa aspek penentunya. Pietrofesa dan Splete (1975, dalam Ramdhani dan Helmi, 2008) mengemukakan tujuh aspek penentu kematangan karir. Aspek- aspek tersebut adalah sebagai berikut : a. Independensi yaitu kebebasan menentukan diri.

  b. Self Appraisal atau penilaian diri c. Global Awareness, yaitu kesadaran mengenai peranan pihak lain di luar dirinya.

  d. Information Exploration atau melakukan eksplorasi untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan karirnya

  e. Decision Making atau pengambilan keputusan

  f. Planning atau perencanaan terhadap masa depannya

  g. Vocational Developing yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan vokasional.

  Di sisi lain, seseorang dapat dikatakan matang secara karier jika individu tersebut : a. sudah mempunyai kemampuan untuk membuat rencana,

  b. adanya kerelaan untuk memikul tanggung jawab,

  c. serta kesadaran akan faktor-faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan (Super, dalam Winkel, 2004).

  Sejalan dengan Super, Seligman, 1979 (dalam Wijaya dan Taganing, 2008), mengungkapkan bahwa seseorang dikatakan mempunyai kematangan karier yang positif jika ditandai oleh suatu urutan proses dalam kehidupan, yang meliputi :

  a. Meningkatnya kesadaran diri

  b. Meningkatnya pengetahuan akan pilihan-pilihan karir yang sesuai c. Meningkatnya kesesuaian antara kemampuan, minat, dan nilai dengan karir yang diinginkan d. Meningkatnya kesadaran akan karir yang diinginkan

  e. Meningkatnya kemampuan, perencanaan dan kesuksesan karir

  f. Meningkatnya sikap yang berhubungan dengan karir (orientasi berprestasi, kemandirian, perencanaan komitmen, motivasi, self

  efficacy )

  g. Meningkatnya kepuasan dan kesuksesan dalam perkembangan karirnya.

  Di sisi lain, Crites, 1969 (dalam Pamungkas, 2003) mengungkapkan beberapa aspek mengenai kematangan karier, yaitu: