SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP AKSI ANTI MALAYSIA (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Aksi Anti Malaysia Pasca Pemberitaan Konflik Sengketa Wilayah Antara Indonesia Dengan Malaysia di Media Massa).
SKRIPSI
OLEH : TRI WIDAYANTI
NPM. 0743110310
YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA 2011
(2)
Disusun Oleh : TRI WIDAYANTI
NPM 0743110310
Telah dipertahankan dihadapkan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 27 Januari 2011
Dosen Pembimbing : 1. Ketua
Dra. Dyva Claretta, M.Si Dra. Sumardjijati, M.Si NPT. 3 6601 94 00251 NIP. 19620323 199309 2001
2. Sekretaris
Dra. Herlina Suksmawati, M.Si
NIP. 19641225 199309 2001
3. Anggota
Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 00251 Mengetahui
DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi NIP. 19550718 198302 2001
(3)
ix
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan...48
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan...49
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...50
Tabel 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Media Massa……….51
Tabel 4.6 Pertanyaan Kuesioner no.1……….53
Tabel 4.7 Pertanyaan Kuesioner no.2……….54
Tabel 4.8 Pertanyaan Kuesioner no.3……….56
Tabel 4.9 Pertanyaan Kuesioner no.4……….57
Tabel 4.10 Aspek Kognitif Responden………58
Tabel 4.11 Pertanyaan Kuesioner no.1……….60
Tabel 4.12 Pertanyaan Kuesioner no.2……….62
Tabel 4.13 Pertanyaan Kuesioner no.3……….………63
Tabel 4.14 Pertanyaan Kuesioner no.4……….65
Tabel 4.15 Pertanyaan Kuesioner no.5……….66
Tabel 4.16 Aspek Afektif Responden………..67
Tabel 4.17 Pertanyaan Kuesioner no.1……….69
Tabel 4.18 Pertanyaan Kuesioner no.2……….70
Tabel 4.19 Pertanyaan Kuesioner no.3……….72
Tabel 4.20 Pertanyaan Kuesioner no.4……….73
Tabel 4.21 Aspek Konatif Responden………..75
(4)
menyelesaikan penelitian dengan mengangkat masalah “Sikap Mayarakat Surabaya Terhadap Aksi Anti Malaysia (Studi Deskriptif Sikap Mayarakat Surabaya Terhadap Aksi Anti Malaysia Pasca Pemberitaan Konflik Sengketa Wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di Media Massa).” semoga dari hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan yang sedang terjadi saat ini.
Peneliti sadar bahwa hasil penilitian ini tidak lepas dari kesalahan untuk itu peneliti menerima masukan saran dan kritik yang bersifat membangun dan penulisan juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:
1. Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik dan mental yang diberikanNya.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dra. Dyva Claretta,M.Si., selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih meluangkan waktu atas bimbingannya.
4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi.
5. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si selaku Sekretaris Jurusan ilmu Komunikasi.
(5)
dalam menyelesaikan penelitian ini.
Serta tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada :
1. Mama tercinta penulis yang memberikan dorongan semangat bagi penulis baik secara moril dan materiil, terutama buat ayah penulis, semoga ikut merasakan kebahagian ini pula di Surga.
2. Terima kasih buat kakak dan saudara penulis Mz Sulis, Mz Dwi, Dik Wawan, Mbak Anik serta keponakanQ tercinta Royyan yang memberi semangat dan masukan sampai penelitian ini terselesaikan.
3. Terima kasih buat my Soul A. Sanny Rachman yang telah membantu sampai penelitian ini selesai, terima kasih atas dukungan moral dan materiil nya ya Honey...Always Love U,,,.
4. Terima Kasih buat dukungan kepada sahabat-sahabatQ tersayang Putri, Arum, Mz Kaji, Nding.
5. Terima kasih kepada orang yang dekat dengan penulis Vincentia, Santi, Novi, Namera, Orchid, Firdaus dan Eva yang tidak henti-hentinya memberi semangat bagi penulis.
6. Serta seluruh masyarakat yang telah membantu penulis sehingga penelitian ini terselesaikan.
(6)
DAFTAR ISI ………...………...iv
DAFTAR TABEL………...……...…...………...…...ix
ABTRAKSI...x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG………...………....1
1.2. PERUMUSAN MASALAH...…..………...…….………….11
1.3. TUJUAN PENELITIAN...12
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN...12
1.4.1. Kegunaan Teoritis...12
1.4.2. Kegunaan Praktis...12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI.….…….………...………….……..13
2.1.1. Definisi Sikap………...……...….….……....…...13
2.1.2. Media Massa...15
2.1.3. Terpaan Media...16
2.1.4. Berita...17
2.1.5. Pemberitaan Konflik Sengketa Wilayah Antara Indonesia dengan Malaysia...19
2.1.6. Aksi Anti Malaysia...21
2.1.7. Definisi Wilayah...22
2.1.7.1. Jenis-Jenis Wilayah...22
2.1.8. Definisi Konflik...23
2.1.9. Masyarakat Surabaya Sebagai Khlayak Media Massa...24
2.1.10. Teori S-O-R...25
(7)
3.2. Sikap...……....………...……….….……...30
3.3. Masyarakat Surabaya sebagai khalayak Media Massa...35
3.4. Warga Negara Malaysia Sebagai WNA...35
3.5. Tindakan Anti Malaysia Pasca Pemberitaan Konflik Sengketa wilayah Antara Indonesia dengan Malaysia...36
3.6. Konflik Sengketa Wilayah antara Indonesia dengan Malaysi...37
3.7. Berita...39
3.8. Populasi Dan Teknik Penarikan Sampel...40
3.8.1. Populasi...40
3.8.2. Sample Penelitian dan Teknik Penarikan Sampling...41
3.9. Teknik Pengumpulan Data...42
3.8. Metode Analisis Data...43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian...…...45
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data……….……...……...47
4.2.1. Identitas Responden……….….………..47
4.2.2. Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap aksi anti Malaysia pasca Pemberitaan Konflik Sengketa Wilayah Antara Indonesia dengan Malaysia.…………...51
4.2.2.1. Aspek Kognitif……….………..…....…...……..52
a. Mengetahui Tentang Pemberitaan tentang pelanggaran batas wilayah di Tanjung Berakit, Bintan yang dilakukan oleh Malaysia...52
b. Mengetahui Tentang Pemberitaan tentang pelanggaran batas wilayah di Ambalat yang dilakukan oleh Malaysia di Media Massa…….…….…54
(8)
a. Merasa khawatir dan takut Pasca Pemberitaan Konflik Sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia………..……….60 b. Merasa Cemas Dengan Sikap Malaysia yang Mengklaim dan Melanggar Wilayah Indonesia………..……….61 c. Merasa Cemas Dengan adanya warga Malaysia di Surabaya Pasca
Pemberitaan Konflik Sengketa wilayah antara Indonesia dengan
Malaysia……….………..63 d. Merasa Tenang dengan adanya aksi swepping terhadap warga Malaysia yang berada di Surabaya Pasca Pemberitaan Konflik Sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia………..…...64 e. Merasa khawatir akan dampak yang timbul Pasca Pemberitaan Konflik Sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia……….………66 4.2.2.3. Aspek Konatif……….………...68
a. Melakukan penolakan terhadap pelanggaran wilayah di Tanjung Berakit, Bintan Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia………..…...…69 b. Akan melakukan Penolakan terhadap klaim dan pelanggaran pelanggaran di wilayah Ambalat Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia……..……….70
c. Akan melakukan Penolakan terhadap keberadaan warga Malaysia pasca Pemberitaan Konflik Sengketa wilayah Antara Indonesia dengan
Malaysia………..……….71 d. Akan melakukan tindakan Demonstrasi terhadap Malaysia pasca
Pemberitaan Konflik Sengketa wilayah Antara Indonesia dengan
Malaysia………..……….73 4.2.3. Sikap Masyarakat Keseluruhan……….………76
(9)
DAFTAR PUSTAKA...82 DAFTAR LAMPIRAN……….…………...……..…...…...85
(10)
Indonesia Dengan Malaysia di Media Massa).
Hubungan Indonesia dengan Malaysia sedang memenas. Sikap Malaysia yang banyak melanggar dan mengklaim wilayah Indonesia membuat masyarakat Indonesia kecewa. Pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di media massa banyak terjadi demonstrasi, masyarakat kecewa dan marah karena sikap Malaysia yang melanggar dan mengklaim wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang ada, peneliti tertarik mengetahui bagaimana Sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia.
Landasan teori yang digunakan yaitu teoti S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon) yaitu Media massa sebagai sumber informasi sedangkan masyarakat Surabaya sebagai khalayak media massa. Penelitian ini menganalisis fenomena yang mengacu pada komponen Kognitif (kepercayaan akan pengetahuan), komponen Afektif (menyangkut masalah perasaan atau emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap), dan komponen Konatif (kecenderungan berperilaku seseorang yang berkaitan dengan objek sikap) dengan masing-masing indikatornya.
Populasi subjek penelitian ini adalah Masyarakat Surabaya yang mengetahui konflik sengketa wilayah. Penarikan sample dengan menggunakan teknik Accidental
Sampling. Teknik pengumpulan data tiap sikap menggunakan Kuesioner dengan
skala likert. Analisa data menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sikap masyarakat Surabaya terhadap Aksi Anti Malaysia didasari oleh komponen Kognitif, komponen Afektif, komponen Konatif. Dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap masyarakat Surabaya adalah Positif.
Kata Kunci : Sikap, Masyarakat Surabaya, Aksi anti Malaysia, Media Massa.
ix
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar BelakangIndonesia dan Malaysia ibarat negara kakak adik, dengan banyaknya persamaan antar keduanya. Persamaan itu seperti dalam segi bahasa yang digunakan kedua negara. Bahasa melayu dan bahasa Indonesia adalah bahasa yang keduanya hampir sama dan digunakan oleh penduduk kedua negara. Apalagi Indonesia pada jaman 20an pernah menggunakan bahasa melayu sebelum menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Terutama saat pendeklarasian sumpah pemuda pada tahun 1928. Kedua negara dikenal sebagai negara serumpun karena memiliki banyak kesamaan akar budaya seperti sejarah kerajaan-kerajaan jaman dulu, agama yang hampir sama ditambah pula keturunan yang hampir sama. Suku melayu yang merupakan suku terbesar Malaysia juga ada di Indonesia khususnya tinggal di Kalimantan dan Sumatra. Dan karena hubungan inilah kedua negara dianggap sebagai negara yang mempunyai identitas bersama dan memudahkan penyelesaian masalah antar negara.
Tetapi semua itu tidak sesuai dengan kenyataan. Pada akhir-akhir ini hubungan yang harmonis tersebut harus ternodai dengan berbagai peristiwa yang melibatkan keduanya. Ketiadaan batas laut antara Indonesia dan
(12)
Malaysia berakibat saling klaim perbatasan di antara kedua. Permasalahan yang sedang hangat diberitakan di media massa adalah mengenai konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia seperti yang dikutip dari surat kabar “Jawa Pos” 15/08/10 hubungan antara Indonesia dengan Malaysia menjadi memanas. Puncak masalahnya pada saat polisi Malaysia menangkap tiga PNS Kepri sehingga memacu emosi sebagian masyarakat Indonesia. Penyanderaan tiga PNS Kepri tersebut terjadi saat PNS Kepri tersebut mengejar dan berupaya menangkap nelayan Malaysia yang masuk ke wilayah perairan Tanjung Berakit secara illegal untuk mencari ikan. Personel PDRM pun mengklaim perairan Bintan termasuk wilayah Malaysia.
Kronologi Penyandaraan tiga PNS Kepri Oleh Polis Diraja Malaysia yang sebenarnya itu bermula saat patoli di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Kepri, petugas gabungan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Batam menangkap tujuh nelayan Malaysia yang mencari di kawasan tersebut. Tiga petugas DKP lalu pindah ke kapal nelayan Malaysia untuk menggiring ke Batam untik dilakukan pemeriksaan. Ketika membawa tujuh nelayan Malaysia tersebut menuju Batam, petugas DKP dihadang polisi perairan Malaysia. Mereka meminta petugas DKP melepas tujuh nelayan Malaysia. Tetapi, petugas DKP menolak melepas. Terjadilah ketegangan. Polisi perairan Malaysia marah dan melepaskan dua tembakan peringatan ke petugas DKP yang tak bersenjata. Tiga petugas DKP yang membawa tujuh nelayan
(13)
Malaysia segera merapat ke kawasan Indonesia. Tiga petugas DKP lainnya digiring polisi Malaysia karena berada di kapal nelayan Malaysia. Mereka lantas di bawa ke Johor.
Sebelum pelanggaran batas kelautan di tanjung berakit, Bintan, Malaysia juga sempat melakukan pelanggaran di Ambalat, Blok Ambalat yang terletak di perairan Laut Sulawesi di sebelah timur Pulau Kalimantan, terus jadi obyek sengketa Indonesia-Malaysia. Akhir 2008 militer Indonesia memeringatkan Malaysia untuk tidak melakukan provokasi militer di wilayah Ambalat. Krisis Blok Ambalat atara Pemerintah Indonesia dan Malaysia terus memanas. Sebanyak 13 kali kapal dan pesawat Angkatan Tentara Malaysia memasuki wilayah kedaulatan Indonesia di Ambalat, Kalimantan Timur, sejak Januari 2009. (sumber okezone.com).
Ambalat selalu menjadi sengketa antara Indonesia dengan Malaysia, karena Ambalat adalah blok laut luas 15.235 kilometer persegi, di Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas. Sebelum Ambalat dan tanjung berakit, Bintan Indonesia sudah pernah kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan yang lepas ke tangan Malaysia. Belajar dari lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia, TNI meningkatkan patroli di wilayah Ambalat.
Selain mengklaim dan melanggar batas wilayah kasus lain yang dilakukan oleh Malaysia meliputi klaim budaya serta kekayaan milik
(14)
Indonesia seperti Pemerintah Malaysia mengklaim reog sebagai hasil budayanya. Di Indonesia sendiri reog merupakan budaya bangsa Indonesia yang berasal dari Jawa Timur yang terkenal yaitu reog Ponorogo. Kemudian batik, dunia telah mengetauhi bahwa batik itu adalah hasil karya, khususnya di daerah jawa. Apalagi banyak batik yang telah lahir di Indonesia. Salah satu batik yang paling terkenal adalah batik Solo dan Yogja. Tidak hanya seputar itu pengklaiman Malaysia menjurus kearah dunia musik khususnya musik daerah dan tradisional.Lagu Rasa sayange merupakan lagu daerah Maluku dan lagu ini telah hafal ditelinga bangsa Indonesia. Bahkan lagu ini juga merupakan lagu yang wajib di hafal di Sekolah Dasar di samping lagu-lagu daerah lainnya.
Tari pendet, angklung, wayang kulit, dan batik merupakan beberapa contoh karya seni bangsa Indonesia yang kerap ditampilkan dalam iklan pariwisata Malaysia. Beberapa tahun sebelumnya, Malaysia juga sempat mengaku-aku lagu Rasa Sayange yang merupakan lagu rakyat Maluku sebagai lagu milik mereka. Yang paling heboh, pada pertengahan Agustus tahun ini, Malaysia tidak sungkan-sungkan menayangkan tari pendet di media iklan promosi pariwisata Visit Malaysia Year 2009. Lewat penayangan secara terang-terangan itu, Malaysia seakan ingin menunjukkan bahwa tari pendet merupakan salah satu ragam budaya mereka. Klaim itu tentu saja tidak berdasar, pasalnya menurut sejarahnya tari pendet jelas-jelas berasal dari
(15)
Pulau Bali. ( http://artikelindonesia.com/10-budaya-indonesia-yang-di-klaim-malaysia.html).
Sebenarnya bukan hanya budaya, warisan kuliner dan flora asli Indonesia juga turut diklaim Malaysia. Secara sepihak, negeri jiran ini juga mengklaim nasi tumpeng, sate, rendang, dan cendol sebagai ragam kuliner leluhur mereka. Tanaman bunga bangkai yang popular berasal dari Bengkulu bahkan turut pula diklaim sebagai flora milik Malaysia. Belum lagi dengan menangnya Malaysia dalam perebutan wilayah yang nyata-nyata milik Indonesia yakni pulau Sipadan dan Ligitan dan klaim Malaysia terhadap wilayah perairan Ambalat di Sulawesi telah menggegerkan Bangsa Indonesia. Hasil kebudayaan pun tidak luput dari pengakuan Malaysia. Dari berbagai kebudayaan di antara nya yang menjadi pengklaiman adalah Reog, Batik, Angklung serta lagu daerah RasaSayange. (http://www.forum-indoflasher.com/vbb/archive/index.php?t-195194.html.
Kasus lainnya adalah tentang para pekerja Indonesia yang mengadu nasib di negari jiran itu hanya untuk mendapatkan ringgit. Dimana kasus itu sangat menyakiti Indonesia. Pahlawan pemberi devisa terbanyak untuk negara pulang ke Indonesia dengan kabar deportase yang dilakukan Malaysia karena tidak mempunyai paspor yang jelas. Sehingga Indonesia dikenal sebagai imigran gelap terbanyak yang masuk daerah Malaysia. Banyak para TKI yang mengalami penganiayaan yang berujung kematian di Negara Malaysia.
(16)
Pemerintah Malaysia pun seolah lepas tangan jika TKI tersebut tidak lengkap datanya.
Dari beberapa konflik sengketa wilayah tersebut warga Malaysia juga tercatat melakukan kasus kriminal di Surabaya. Salah satu contoh dengan tertangkapnya Tan Chooi Hock warga Negara Malaysia yang tertakap di Bandara Internasional Juanda pada tanggal 26 Mei lalu. Tan terbukti menyelundupkan sabu seberat 1,9 kilogram senilai lebig dari Rp. 2 Miliar. Sebelum Tan 2 orang warga Negara Malaysia juga tertanggkap dengan kasus yang sama. Tan Kim Ping dan Lee Kim Thuan tertangkap lebih dulu yaitu pada tanggal 22 Mei 2010, dengan barang bukti Sabu jenis Metaphetamine seberat 2 kilogram. Dan Tan Kim Ping divonis penjara selama 20 tahun dan denda Rp 100 miliar oleh majelis hakim PN Surabaya
http://jatim.vivanews.com/news/read/153633surabaya_jalur_alternatif_sindika t_narkoba
Lain lagi dengan kasus diatas, kali ini kasus pemalsuan kartu kredit yang dilakukan oleh warga negara Malaysia Yet Yew Foo. Yet Yew Foo diringkus petugas Polsekta Tegalsari. Dia tepergok menggunakan kartu kredit palsu saat berbelanja di toko Nike di Plaza Tunjungan Surabaya. Dari hasil pemeriksaan, Yet terbukti memalsu, menipu, dan menggelapkan kartu kredit. Dia diancam Pasal 263 Ayat 2, 378 Jo 372 KUHP. Ada bukti tujuh kartu kredit atas nama yang berbeda-beda di tas Yet dan itu diakui sebagai
(17)
miliknya. Dalam pemeriksaan, selain tidak mau menggunakan bahasa Melayu, Yet juga menolak menyebut tempat tinggalnya di Surabaya. Dia hanya menyebut tinggal di kawasan yang jalurnya melintasi Hotel Shangri-La Surabaya.
Aksi pengklaiman yang dilakukan Malaysia itu kontan menimbulkan protes keras dari berbagai elemen bangsa, mulai dari pelaku seni dan budaya, pemerintah, hingga masyarakat awam. Aksi-aksi demonstrasi ke Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta marak dilakukan sebagai reaksi atas pencatutan Hak atas Kekayaan Intelektual (Haki) bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pun melayangkan surat ke Pemerintah Malaysia untuk menghentikan pengklaiman tersebut. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bereaksi kersa atas ulah negeri serumpun itu.
Demonstrasi terjadi dimana-mana banyak masyarakat Surabaya yang melakukan tindakan Anti Malaysia, seperti masyarakat menginjak hingga membakar bendera Malaysia bahkan melempari Kedubes Malaysia dengan kotoran. Kemenlu serta Kementrian Kelautan dan Periklanan Indonesia memprotes keras pemerintah Malaysia. Seorang seniman asal Surabaya yang dikenal dengan nama Taufik Monyong menggelar aksi seorang diri terhadap penolakan terhadap perilaku Malaysia di depan gedung Negara Grahadi Surabaya. Dalam aksi seorang diri, Taufik menyerukan gerakan anti Malaysia dan menyerukan agar para seniman di Surabaya untuk memiliki jiwa nasionalisme terhadap Indonesia. Dalam aksinya, Taufik Monyong membawa
(18)
replika senjata meriam yang diletakkan di atas motor Vespa buntutnya.
(http://seruu.com/surabaya-seruu/seniman-surabaya-serukan-anti-malaysia/itemid-749). Selain aksi demonstrsi terjadi dimana-mana tindakan sweppingpun juga dilakukan terhadap warga Malaysia seperti yang akan dilakukan oleh Forum Aksi Demokrasi (Fosad) Jawa Timur, Fosad melakukan sweeping terhadap warga negara Malaysia yang menginap di Hotel Marriott, Hyatt, dan Shangri-la selama mereka berada di Surabaya. Tetapi aksi sweeping tersebut dicegah oleh Kapolsek Genteng dengan alasan untuk menghormati warga Kota Surabaya yang sedang berpuasa. Respon Fosad dalam mensweeping warga Malaysia ini lantaran penahanan 3 pegawai Kementerian Perikanan dan kelautan oleh Polisi Laut Diraja Malaysia beberapa waktu lalu. (www.suara surabaya.net)
Dari semua pengklaiman dan kasus yang dilakukan oleh warga Malaysia terhadap Indonesia, Masyarakat mengetahuinya dari media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Pemberitaan tentang sengketa ini tidak henti-hentinya menjadi headline di media massa. Hal ini membuat panas masyarakat, khususnya warga kota Surabaya karena semakin sering sengketa ini diterbitkan maka informasi akan semakin tersebar luas. Sengketa wilayah ini merupakan realitas yang terkait erat dengan aset negara terhadap peninggalan-peninggalan leluhur yang harus tetap terjaga sehingga sengketa ini dianggap sangat penting untuk di beritakan oleh media.
(19)
Media massa merupakan salah satu sarana komunikasi yang memiliki peran yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat, sebab media massa juga memiliki fungsi sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Sedangkan informasi itu sendiri disajikan oleh media massa sebagai rangakain tulisan tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam hidup manusia. Media massa menyajikan fakta-fakta menarik dan memberitakan konflik demi menarik perhatian khalayak. Pemberitaan tentang konflik ini menjadi berita di berbagai media massa. Semakin banyaknya media memberitakan pastilah menimbulkan pro dan kontra. Perang adu argumen ,adu statement,cprotes di setiap daerah, demontrasi besar-besaran yang malah justru mempersatukan sebagai bangsa yang kehilangan akar budayanya seolah-olah menjadi makanan setiap hari di media massa.
Media massa sangat berperan besar dalam mempengaruhi dan menentukan sikap khalyak. Setiap pemberitaan dalam media akan memunculkan perubahan yang signifikan. Media memberikan begitu banyak informasi mengenai lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih jauh. Media mempengaruhi kebiasaan konsumsi, media memberikan model dan contoh (positif dan negative) yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Media menolong kita untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok social dan lingkungan. Pada tingkat yang lain, adalah juga jelas bahwa media massa sekarang mendorong dan mempengaruhi fungsi
institusi-
(20)
institusi social yang menonjolkan, seperti dalam bidang politik, pemerintahan, system keadilan dan bisnis.
Kehadiran media disini sangat berperan dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya sebagai control social. Dimana setiap isu yang berkembang di masyarakat sangat berkaitan erat dengan cara media mengkontruksikan dan menyampaikan informasi tersebut kepada khalayak. Disisi lain media merupakan sarana informasi yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui realitas yang terjadi disekitarnya. Sedangkan berita yang sekarang berkembang di masyarakat saat ini adalah konflik sengketa wilayah perairan Tanjung Berakit serta kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh Negara Malaysia. Hal ini yang membuat masyarakat memanas karena tidak terima sebagian besar kebudayaan dan wilayah Indonesia diakui milik Negara jiran ini. Keberadaan media sangat di harapkan memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan masyarakat terhadap pemberitaan konflik tersebut.
Salah satu bentuk media massa adalah media cetak dan media eletronik. Bentuk media cetak itu sendiri bermacam-macam yang diantaranya adalah surat kabar. Surat kabar didefinisikan sebagai penerbitan yang berisi lembaran dan berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang di cetak, serta terbit secara tetap atau periodic dan di jual untuk umum (Assegaf, 1991 : 141).
(21)
Media cetak sendiri memiliki empat fungsi yaitu, informasi, edukasi (pendidikan), hiburan dan persuasive (mempengaruhi), fungsi yang paling menonjol dari keempat fungsi tersebut adalah informasi Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Fungsi hiburan dapat ditemukan pada rubric artikel ringan, feature, komik atau kartun seta cerita bersambung. Fungsi mendidik dan mempengaruhi akan ditemukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan rubric opini. Fungsi pers bertambah, yaitu sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif.
Selain media cetak seperti surat kabar media massa seperti media eletronik televisi sekarang juga sudah menjadi kebutuhan masyarakat untuk mengetahui perubahan serta peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain mulai dari film, berita, hingga kemajuan teknologi yang tengah berlangsung.
Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa disamping opini (view). Menurut kamus besar, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa,yang hangat. Sebenarnya berita dapat diartikan sebagai fakta atau informasi yang ditulis oleh reporter atau wartawan dan dibuat di media massa baik itu cetak maupun elektronik. Berita yang disajikan media massa merupakan hasil seleksi dari berbagai peristiwa dan kejadian yang berkembang menjadi isu di masyarakat. Untuk bisa menjadi tulisan yang disajikan dalam media massa, peristiwa atau kejadian yang ada di masyarakat
(22)
ditampilkan oleh media massa. Media massa juga memiliki wewenang untuk menentukan fakta apa yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Hal ini berkaitan dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing media massa ( Sobur, 2002 : 162 ).
Berdasarkan konteks di atas, peneliti menempatkan media massa, baik media cetak maupun media eletronik. Media massa sebagai saluran informasi, berita mempunyai peranan penting. Surat kabar yang diterbitkan kalangan pribumi Indonesia tidak saja membahas persoalan politik. Sebagai usaha membangkitkan semangat nasionalisme, surat kabar juga membahas masalah yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, bahkan menyangkut soal keamanan negeri. Sedangkan media elektronik seperti televisi yang paling banyak menerima sorotan, terutama dalam isi siaran. Dalam banyak hal televisi memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain.
Peneliti mengambil penelitian terhadap sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi Anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia. Ketertarikan peneliti ingin mengetahui sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa Indonesia dengan Malaysia, dari demonstrasi-demonstrasi yang terjadi peneliti ingin mengetahui sikap masyarakat Surabaya terhadap sikap Malaysia yang telah banyak mengklaim aset Negara Indonesia, seperti
(23)
yang dikutip di surat kabar “Jawa Pos” 28/08/10, masyarakat kembali marah dan melakukan gerakan anti-Malayasia.
Peneliti melakukan penelitian di Surabaya karena Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta. Surabaya memiliki penduduk yang berjumlah hampir 3 juta jiwa. Surabaya juga merupakan kota pahlawan, yang sepatutnya menjadi pemimpin perjuangan melawan Negara manapun yang mencoba merusak kedaulatan Indonesia. Di sini masyarakat merasa berkewajiban menjaga kebudayaan yang dahulu telah diperjuangkan oleh para pahlawan kita. Selain itu pula Surabaya juga merupakan ibukota Jawa Timur. Dimana Tari Reog Ponorogo berasal yang juga sempat diklaim oleh Malaysia. Masyarakat Jawa Timur berkewajiban membela kebudayaan Jawa Timur yang mempopulerkan kota Ponorogo.
Masyarakat Surabaya merupakan khalayak sasaran (target audience). Khalayak pembaca dalam penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia 17 tahun keatas. Dengan alasan karena usia seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna dan sikap kritis dalam dalam memandang suatu masalah. Masyrakat Surabaya yang dimaksud adalah masyarakat mengetahui konflik sengeketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia.
1.2 Perumusan Masalah
(24)
Dari latar belakang masalah di atas peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu :
Bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi Anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di media massa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi Anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di Media massa.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang berhubungan dengan sikap masyarakat Surabaya pasca pemberitaan mengenai sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di media massa dan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya
1.4.2 Kegunaan Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan yang sedang terjadi saat ini yang di terbitkan oleh media Massa. Bahwa kita harus menjaga keutuhan Bangsa, baik
(25)
menjaga hubungan antar masyarakatnya, kebudayaan serta wilayah serta aset-aset bangsa sehingga tetap menjadi Negara yang berdaulat dan harus bisa Mempertahankan wilayah serta aset negara kita.
(26)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori2.1.1 Definisi Sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objrk. Sikap relative menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung di pertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rakhmat,2002:39)
Sikap dibentuk denan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi dan lainya sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Rakhmat, 2001:42)
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interlasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu :
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang di miliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan itu kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.
(27)
2. Komponen Afektif
Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluative yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system nilai-nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.
Apabila dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :
1. Dampak Kognitif 2. Dampak Afektif 3. Dampak Konatif
Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yangdisampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.
Dampak Afektif disni lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan
(28)
tahu, tetapi juga bergerak hatinya, misalnya perasaan takut, misalnya perasaan takut, gembira, marah dan lain sebagainya.
Sementara yang terakhir disisni adalah dampak Konatif yang mana dampak ini yang kadarnya yang paling tinggi, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
2.1.2 Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001).
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada :
(29)
2. Aspek pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vocal.
3. Aspek pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vocal. (Liliweri,2001).
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi. Effendy (2002)
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).
(30)
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama. Media massa merupakan jenis sumber informasi yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalam proses adopsi inovasi (Fauziahardiyani, 2009).
2.1.3 Terpaan Media
Menurut Prastyono (Rakhmat 2005 : 23), media exposuredapat diartikan sebagai terpaan media. Sedangkan Shore mengatakan “Exposure is hearing, seeing, reading, or most genneraly, experiencing, with at least a minimal amount of interest the mass media. The exposure might occure to an individual or group level”, (Rakhamt 2003 : 23). Jadi dapat dikatakan bahwa terpaa merupakan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan media ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat yerjadi pada individu maupun kelompok.
Penggunaan media itu terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai
(31)
hubungan antara individu konsumuen media dengan isi media yang dikonsumsikan atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat 2005 : 66).
Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longerity (Ardianto Erdinaya, 2004). Sedangkan, pengaruh antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E. Andersen mendifinisikan perhatian peerhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Rakhamat, 2005)
2.1.4 Berita
Berita berasal dari bahasa Sansekerta “Vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “Write” yang arti sebenarnya adalah “Ada” atau “Terjadi”. Ada juga yang menyebutkan dengan “Vritta” artinya “Kejadian” atau “Yang telah Terjadi”. Tetapi
jika menurut batasan atau definisi , berita dalam arti jurnalistik adalah : “Laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah pula karena ia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. (Assegaff, 1991:24)
Berita sendiri adalah laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat actual, terjadi di
(32)
lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut berpengaruh terhadap pembaca.
Namun tidak semua laporan tentang kejadian pantas dilaporkan kepada khalayak. Ada kriteria peristiwa yang patut dilaporkan kepada khalayak, kriterianya hanya satu yaitu peristiwa yang memiliki nilai berita. Nilai berita sendiri mengandung beberapa unsur yaitu (Assegaff, 1991:25-26) :
1. Konflik
Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa dan negara perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak mudah untuk mengambil sikap.
2. Kemajuan
Informasi tentang kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi senantiasa perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan demikian, khalayak mengetahui kemajuan peradapan menusia. Penting Informasi yang penting bagi khalayak dalam rangka menjalani kehidupan mereka sehari-hari perlu segera dilaporkan kepada khalayak.
3. Dekat
Informasi yang memiliki kedekatan emosi dan jarak geografis dengan khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat satu lokasi peristiwa dengan tempat khalayak, informasinya akan makin disukai khalayak.
(33)
Informasi tentang peristiwa yang unik, yang jarang terjadi perlu segera dilaporkan kepada khalayak. Banyak sekali peristiwa yang unik, misalnya mobil bermain sepak bola, perkawanan manusia dengan gorila, dan sebagainya.
5. Manusiawi
Informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak, seperti yang bisa membuat menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya, perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu, khalayak akan bisa meningkatkan taraf kemanusiaannya.
6. Berpengaruh
Informasi mengenai peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan orang banyak perlu dilaporkan kepada khalayak. Misalnya informasi tentang operasi pasar Bulog, informasi tentang banjir, dan sebagainya. Jumlah unsur nilai berita yang harus dipenuhi setiap peristiwa sebelum
2.1.5 Pemberitaan Konflik Sengketa Wilayah Indonesia dengan Malaysia di Media Massa.
Di kutip dari surat kabar “Jawa Pos” 15/08/10 hubungan antara Indonesia dengan Malaysia memanas akibat Malaysia mengklaim wilayah Indonesia. Puncak masalah ini bermula pada saat polisi Malaysia menangkap tiga PNS Kepri sehingga memacu emosi sebagian masyarakat Indonesia.
(34)
Penyanderaan tiga PNS Kepri tersebut terjadi saat PNS Kepri tersebut mengejar dan berupaya menangkap nelayan Malaysia yang masuk ke wilayah perairan Tanjung Berakit secara ilegal untuk mencari ikan. Personel PDRM pun mengklaim perairan Bintan termasuk wilayah Malaysia.
Kronologi Penyandaraan tiga PNS Kepri Oleh Polis Diraja Malaysia yang sebenarnya itu bermula saat patoli di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Kepri, petugas gabungan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Batam menangkap tujuh nelayan Malaysia yang mencari di kawasan tersebut. Tiga petugas DKP lalu pindah ke kapal nelayan Malaysia untuk menggiring ke Batam untik dilakukan pemeriksaan. Ketika membawa tujuh nelayan Malaysia tersebutmenuju Batam, petugas DKP dihadang polisi perairan Malaysia. Mereka meminta petugas DKP melepas tujuh nelayan Malaysia. Tetapi, petugas DKP menolak melepas. Terjadilah ketegangan. Polis perairan Malaysia marah dan melepaskan dua tembakan peringatan ke petugas DKP yang tak bersenjata. Tiga petugas DKP yang membawa tujuh nelayan Malaysia segera merapat ke kawasan Indonesia. Tiga petugas DKP lainnya digiring polisi Malaysia karena berada di kapal nelayan Malaysia. Mereka lantas di bawa ke Johor.
Sebelum pelanggaran batas kelautan di tanjung berakit, Bintan, Malaysia juga sempat melakukan pelanggaran di Ambalat, Blok Ambalat yang terletak di perairan Laut Sulawesi di sebelah timur Pulau Kalimantan, terus jadi obyek sengketa Indonesia-Malaysia. Akhir 2008 militer Indonesia
(35)
memeringatkan Malaysia untuk tidak melakukan provokasi militer di wilayah Ambalat. Krisis Blok Ambalat atara Pemerintah Indonesia dan Malaysia terus memanas. Sebanyak 13 kali kapal dan pesawat Angkatan Tentara Malaysia memasuki wilayah kedaulatan Indonesia di Ambalat, Kalimantan Timur, sejak Januari 2009. (sumber okezone.com).
Ambalat selalu menjadi sengketa antara Indonesia dengan Malaysia, karena Ambalat adalah blok laut luas 15.235 kilometer persegi, di Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas. Sebelum Ambalat dan tanjung berakit, Bintan Indonesia sudah pernah kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan yang lepas ke tangan Malaysia. Belajar dari lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia, TNI meningkatkan patroli di wilayah Ambalat.
2.1.6 Aksi Anti Malaysia
Aksi anti Malaysia memiliki makna menolak segala tindakan yang dilakukan oleh negara Malaysia. Pengklaiman dan pelanggaran yang dilakukan oleh Malaysia terhadap wilayah Indonesia membuat warga negara Indonesia khususnya masyarakat Surabaya menjadi anti Malaysia. Sebagian masyarakat merasa cemas dengan keberadaan Malaysia. Banyaknya demonstrasi yang terjadi semakin menguatkan bahwa masyarakat anti Malaysia.
(36)
Protes tersebut tidak hanya dilakukan dengan cara berdemonstrasi di jalanan Sentimen anti Malaysia juga dilakukan di dunia maya, melalui internet. Penelusuran VIVAnews, grup “Anti Malaysia” (Malingsia) memiliki 317.439 anggota sementara “Ganyang Malaysia” memiliki 18.821 pendukung. Sedangkan grup bernama “We Hate Malaysia” memiliki pengguna sebanyak 408.985 orang. Tak hanya lewat Facebook, para pemrotes Malaysia juga memiliki web khusus yaitu www.malingsia.com. Hampir semua isinya adalah hujatan terhadap negeri jiran dan plesetan logo yang digunakan Malaysia.
Tindakan Anti Malaysia ini dilakukan dengan melakukan demo menginjak hingga membakar bendera Malaysia bahkan melempari Kedubes Malaysia dengan kotoran. Kemenlu serta Kementrian Kelautan dan Periklanan Indonesia memprotes keras pemerintah Malaysia. Seperti demonstrasi yang terjadi di Surabaya, banyak masyarakat Surabaya yang melakukan aksi anti Malaysia seperti yang dilakukan oleh eorang seniman asal Surabaya yang dikenal dengan nama Taufik Monyong menggelar aksi seorang diri terhadap penolakan terhadap perilaku Malaysia di depan gedung Negara Grahadi Surabaya. Dalam aksi seorang diri, Taufik menyerukan gerakan anti Malaysia dan menyerukan agar para seniman di Surabaya untuk memiliki jiwa nasionalisme terhadap Indonesia. Dalam aksinya, Taufik Monyong membawa replika senjata meriam yang diletakkan di atas motor Vespa buntutnya.
(37)
Hal ini menunjukkan banyaknya masyarakat yang kecewa dengan sikap malaysia yang telah banyak mengklaim dan melanggar wilayah Indonesia. Dengan aksi Malaysia ini masyarakat dapat meluapkan amarah dan kekesalannya dengan tindakan Malaysia.
2.1.7 Definisi Wilayah
Wilayah merupakan suatu unit dari geografi yang dibatasi oleh parameter tertentu dan bagian-bagiannya tergantung secara internal. Para ahli geografi memandang wilayah adalah tiap bagian yang ada di permukaan bumi, dengan wilayah yang paling luas adalah seluruh permukaan bumi. Dalam geografi wilayah permukaan bumi terlalu luas, maka wilayah tersebut dibagi menjadi bagianbagian tertentu.
Wilayah dibagi berdasarkan homogenitas tertentu yang membedakan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Tujuan dari dibentuknya pewilayahan adalah untuk menyifatkan dan memberi arti terhadap bermacam-macam wilayah, serta untuk mengetahui adanya kemungkinan pengembangan suatu wilayah.
2.1.7.1 Jenis-Jenis Wilayah
Wilayah atau pewilayahan dalam geografi disebut juga geografi regional yaitu pengelompokan wilayah di permukaan bumi berdasarkan kriteria tertentu yang membedakan antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Dalam geografi dikenal tiga criteria perwilayahan dengan cirri-ciri sebagai berikut :
(38)
1. Pewilayahan berciri tunggal (single topic region), yaitu penetapan regional atau wilayah yang didasarkan pada salah satu aspek geografi. Contoh kemiringan lereng dapat menunjukkan ketampakan dari suatu daerah, apakah termasuk daerah yang datar, landai, atau terjal. Di sini lokasi suatu daerah hanya dilihat dari satu aspek geografi yaitu derajat kemiringan lereng.
2. .Pewilayahan berciri majemuk (multi topic region), yaitu penetapan wilayah yang didasarkan pada beberapa faktor geografi. Contoh penetapan wilayah berdasarkan iklim yaitu iklim tropik, subtropik, sedang, dan dingin. Di katakan berciri majemuk karena iklim terbentuk dari beberapa unsur seperti suhu, curah hujan, dan angin.
3. Pewilayahan berciri keseluruhan (total region), yaitu penetapan wilayah yang didasarkan pada banyak faktor menyangkut lingkungan alam, lingkungan biotik, maupun manusia.
2.1.8 Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Definisi dari konflik adalah:
(39)
1. Suatu kondisi dimana tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang bersaing, bertabrakan dan akibatnya terjadilah agrasi walaupun belum tentu berbentuk kekerasan.
2. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
3. Sikap saling memperthankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok yaitu memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi bukan kerjasama.
Konteks konflik sendiri meliputi :
a. Konflik Domestik : isu utamanya adalah suatu kondisi dimana terdapat masalah-masalah antara pemegang kekuasaan dengan penantangnya yang diselesaikan dengan cara damai.
b. Konflik Regional : isu utama menekankan proses negosiasi dan hubungan antara negara tetangga. Bentuk hubungan bisa bersifat cooperative, competitive, dan transforming.
c. Konflik Internasional : isunya sama dengan konflik regional tetapi cakupannya lebih luas.
(http://id.shvoong.com/social-sciences/1838186-makna-konflik) 2.1.9 Masyarakat Surabaya Sebagai Khalayak Media Massa
Konsep masyarakat setelah membaca informasi-informasi atau berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa mempunyai
(40)
dampak yang menyentuh aspek kepribadian pemirsa secara emosional, intelektual maupun social. Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang sama disampaikan komunikator.
Masyarakat Surabaya disini merupakan khalayak sasaran (target
audience). Khalayak pembaca sasaran dalam penelitian ini dilakukan pada
responden yang berusia 17 tahun keatas. Dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap pandang yang lebih realitas terhadap lingkungan.
2.1.10 Teori S-O-R
Teori S-O-R ini semula berasal dari ilmu psikologi, yang kemudian menjadi teori komunikasi. Karena adanya kesamaan obyek material dari ilmu psikologi dan ilmu komunikasi, yaitu manusia dan jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Teori S-O-R sendiri singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus berarti pesan diantara dua unsure komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan kepada komunikan. Organism berarti komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek sebagai akhir
(41)
dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif dan kognitif pada diri komunikan.
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian atara pesan dan reaksi komunikan . selain itu, teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi (Mc.Quil, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.
Unsur-Unsur dalam model S-O-R :
1. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.
2. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan
(42)
akan memperhatikan sikap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
3. Efek (Response), merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap afektif, kognitif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 2003:255).
Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organism berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsure respon berupa efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai dalam penelitian. Teori S-O-R dapat di gambarkan sebagai berikut :
Respon :
(sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi anti Malaysia pasca pemberitaankonflik antara Indonesia dengan Malaysia) meliputi :
a. Kognitif
b. Afektif
c. Konatif
Stimulus
Pesan terhadap berita konflik antaraIndonesian dengan Malaysia
Organism :
a. Perhatian
b. Pengertian
(43)
Gambar 2.1 Model teori S-O-R (Effendy,2003:255)
Menurut gambar dari model diatas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa “ Konflik antara Indonesia dengan Malaysia di Surat Kabar” mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan merima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendi, 2003:256).
2.2 Kerangka Berfikir
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memandang suatu pemberitaan tentang konflik antara Indonesia dengan Malaysia. Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia, dimana peneliti ingin mengetahui reaksi atau tanggapan masyarakat Surabaya terhadap aksi anti Malaysia pasca konflik tersebut.
(44)
Masyarakat mendapat terpaan dari pemberitaan surat kabar tentang konflik yang timbul diantara Indonesia dengan Malaysia. Sebelum konflik ini muncul hubungan Indonesia dengan Malaysia sangat rukun ibarat negara kakak adik, dengan banyaknya persamaan antar keduanya. Persamaan itu seperti dalam segi bahasa yang digunakan kedua negara. Bahasa melayu dan bahasa Indonesia adalah bahasa yang keduanya hampir sama dan digunakan oleh penduduk kedua negara. Tetapi setelah surat kabar mempublikasikan konflik tersebut kepada masyarakat luas membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap sikap masyarakat dalam memandang permasalahan tersebut.
Pemberitaan di Media massa tentang konflik tersebut membuat masyrakat Surabaya geram melihat sikap Malaysia. Mengingat Malaysia mengklaim wilayah ambalat dan perairan Bintan adalah wilayah Malaysia
Secara sistematis, kerangka berfikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :te
Gambar 2.2
Sikap Masyarakat
a. Kognitif
b. Afektif
c. Konatif
Masyarakat Surabaya yang mendapat terpaan Terpaan pemberitaan di Media Massa tentang Konflik Sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia
Bagan kerangka berfikir diatas menggambarkan hubungan terpaan pemberitaan di media massa dengan sikap masyarakat Surabaya terhadap anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah.
(45)
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional disini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif, yang bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin,2001:48).
Pengertian dari variabel adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional yang acuan – acuannya lebih nyata dan secara relatif mudah diidentifikasi dan diobservasi serta dengan mudah diklasifikasi (Bungin,2001:77). Definisi operasional variabel dilakukan dengan melakukan operasionalisasi konsep yaitu dengan mengubah konsep menjadi variabel. Maka konsep – konsep tersebut akan diteliti secara empiris (Singarimbun,1995:41).
Dengan kata lain, menggunakan proses pengukuran yaitu dengan menetapkan angka atau tabel terhadap karakteristik atau atribut dari suatu obyek, atau setiap jenis fenomena atau peristiwa yang mengunakan
(47)
aturan-aturan tertentu yang menunjukkan jumlah dan atau kualitas dari faktor-faktor yang diteliti.
3.2Sikap
Sikap sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Dalam hal ini sikap masyarakat terhadap konflik sengketa antara Indonesia dengan Malaysia sebagai bentuk penilaian pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah.
Masyarakat Surabaya Terhadap Aksi Anti Malaysia Pasca Pemberitaan Konflik Sengketa Antara Indonesia dengan Malaysia.
Sikap masyarakat Surabaya terhadap Aksi Anti Malaysia pasca pemberitaan konflik antara Indonesia dengan Malaysia merupakan bentuk dari kecenderungan berfikir, merasa dan bertindak dalam menghadapi objek, ide dan situasi berupa pemberitaan konflik tersebut di Media massa.
Seperti yang sudah dibahas pada Bab II, bahwa perubahan sikap yang timbul diakibatkan oleh stimulus yang diterima organism (pemirsa) sehingga sikap masyarakat ini dapat dilihat dalam tiga komponen, yaitu : Efek Kognitif, Efek Afektif dan Efek Konatif.
(48)
Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. efek kognitif ini bisa dikaitkan dengan proses berfikir dimana
organism akan menggunakan rasionalistik dan logika mereka untuk
mengetahui sebuah objek sikap. Dalam hal ini objek sikapnya adalah aksi Anti Malaysia pasca pemberitaan koflik yang terjadi antara Negara Indonesia dengan Negara Malaysia di media massa. Dimensi kognitif sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan mengenai koflik yang terjadi antara dua negara tersebut yakni meliputi :
a. Pengetahuan responden terhadap pemberitaan tentang pelanggaran batas di wilayah Tanjung Berakit, Bintan yang dilakukan oleh Malaysia.
b. Pengetahuan responden terhadap pemberitaan tentang pelanggaran batas di wilayah Ambalat yang dilakukan oleh Malaysia.
c. Pengetahuan responden terhadap aksi demonstrasi anti Malaysia di media massa.
d. Pengetahuan responden terhadap aksi pembakaran bendera Malaysia di media Massa.
(49)
1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16
2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 1 x 4 = 4
Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :
Range =
= = 4
Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negative = 4 – 7
2. Aspek Kognitif Netral = 8 - 11 3. Aspek Kognitif Positif = 12 – 16 2. Efek Afektif
Efek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Jadi sifatnya evaluative sehingga mereka akan mulai mengerti tentang informasi tentang konflik antar dua Negara melalui pemberitaan di Media Massa. Dimensi afektif sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi anti Malaysia pasca pemberitaan konflik
(50)
tersebut diantara dua Negara yaitu Indonesia dengan Malaysia yakni meliputi :
a. Perasaan cemas pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia.
b. Perasaan khawatir, takut dengan sikap Malaysia yang melanggar batas wilayah Indonesia.
c. Perasaan cemas dengan adanya warga Malaysia di Surabaya pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia.
d. Perasaan tenang dengan rencana swepping terhadap warga Malaysia yang berada di Surabaya
e. Perasaan khawatir akan dampak yang timbul pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia.
Perhitungan dan pengkategoriannya sebagai berikut :
1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 5 = 20
2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 1 x 5 = 5
Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :
(51)
= = 5
Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negative = 5 – 9
2. Aspek Kognitif Netral = 10 - 14 3. Aspek Kognitif Positif = 15 – 20 3. Efek Konatif
Efek konatif merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan informasi yang didapat dalam pemberitaan konflik yang terjadi antar Indonesia dengan Malaysia di Media Massa. Dimensi behavioral sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi anti Malaysia pasca pemberitaan mengenai konflik yang terjadi diantara dua Negara tersebut yakni meliputi :
a. Adanya kecenderungan responden untuk melakukan penolakan terhadap pelanggaran di wilayah Tanjung Berakit, Bintan yang dilakukan oleh Malaysia.
b. Adanya kecenderungan responden untuk melakukan
penolakan terhadap pelanggaran di wilayah Ambalat yang dilakukan oleh Malaysia.
c. Adanya kencenderungan responden melakukan Penolakan
(52)
Konflik Sengketa wilayah Antara Indonesia dengan Malaysia.
d. Adanya kecenderungan responden melakukan demonstrasi terhadap Malaysia Pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia
Perhitungan dan pengkategoriannya sebagai berikut :
1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16
2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 1 x 4 = 4
Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :
Range =
= = 4
Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut :
1. Aspek Kognitif Negative = 4 – 7 2. Aspek Kognitif Netral = 8 - 11 3. Aspek Kognitif Positif = 12 – 16
Setelah kognitif, afektif dan behavioral telah selesai perhitungan kumulatif interval kelasnya adalah sebagai berikut :
(53)
Range =
= 52 – 13 3 = 13
Jadi pengkategoriannya adalah :
1. Kategori Negatif jika skor yang di peroleh 13 – 25 2. Kategori Netral jika skor yang diperoleh 26 – 38 3. Kategori Positif jika skor yang di peroleh 39 – 52 3.3 Masyarakat Surabaya Sebagai Khalayak Media Massa
Konsep masyarakat setelah membaca informasi-informasi atau berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa tersebut dalam hal ini adalah media massa cetak (surat kabar) itu mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian pemirsa secara emosional, intelektual maupun social. Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang sama disampaikan komunikator.
Masyarakat disini adalah mereka yang menjadi konsumen media massa yang bersangkutan dimana pembaca tersebut bersifat luas, heterogen dan anonym dalam sosiologi komunikasi massa.
Masyarakat Surabaya disini merupakan khalayak sasaran (target
audience). Khalayak pembaca sasaran dalam penelitian ini dilakukan pada
(54)
wilayah antara Indonesia dengan malaysia. Dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap pandang yang lebih realitas terhadap lingkungan.
3.4 Warga Negara Malaysia sebagai Warga Negara Asing
Pengertian Warga Negara sendiri adalah penduduk sebuah Negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran dan sebagainya, mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga Negara itu. Warga Negara Malaysia merupakan warga Negara asing yang berada di Negara Indonesia. Warga Malaysia yang dimaksud peniliti adalah warga Malaysia yang beraktifitas di wilayah Surabaya. Seperti halnya warga yang hanya berada sebentar untuk berbisnis di Surabaya, Sedangkan warga yang menetap di Surabaya mayoritas tercatat sebagai Mahasiswa di Surabaya. Seperti data yang di terima dari Universitas Negeri Surabaya terdapat 120 mahasiswa asal Malaysia. Dari 120 mahasiswa itu 80 orang berada di Fakultas Kedokteran, 15 orang di Fakultas Kedokteran Gigi, dan 25 orang di Fakultas Farmasi.
3.5 Tindakan Anti Malaysia pasca Pemberitaan Konflik Sengketa Wilayah Antara Indonesia dengan Malaysia.
Konflik hubungan antara Indonesia dengan Malaysia beberapa pekan terakhir ini memanas, pasca pemberitaan konflik sengeketa wilayah antara keduanya membuat hungungan antara Indonesia dengan Malaysia akan sulit
(55)
sekali untuk reda. Ini terlihat dari banyaknya demonstrasi yang terjadi di berbagai wilayah, yang menguatkan adanya masyarakat untuk melakukan aksi anti Malaysia.
Tindakan Anti Malaysia ini dilakukan dengan menginjak hingga membakar bendera Malaysia bahkan melempari Kedubes Malaysia dengan kotoran. Kemenlu serta Kementrian Kelautan dan Periklanan Indonesia memprotes keras pemerintah Malaysia. Seperti demonstrasi yang terjadi di Surabaya, banyak masyarakat Surabaya yang melakukan aksi anti Malaysia seperti yang dilakukan oleh eorang seniman asal Surabaya yang dikenal dengan nama Taufik Monyong menggelar aksi seorang diri terhadap penolakan terhadap perilaku Malaysia di depan gedung Negara Grahadi Surabaya. Dalam aksi seorang diri, Taufik menyerukan gerakan anti Malaysia dan menyerukan agar para seniman di Surabaya untuk memiliki jiwa nasionalisme terhadap Indonesia. Dalam aksinya, Taufik Monyong membawa replika senjata meriam yang diletakkan di atas motor Vespa buntutnya.
(http://seruu.com/surabaya-seruu/seniman-surabaya-serukan-anti-malaysia/itemid-749).
Protes tersebut tidak hanya dilakukan dengan cara berdemonstrasi di jalanan Sentimen anti Malaysia juga dilakukan di dunia maya, melalui internet. Penelusuran VIVAnews, grup “Anti Malaysia” (Malingsia) memiliki 317.439 anggota sementara “Ganyang Malaysia” memiliki 18.821 pendukung.
(56)
Sedangkan grup bernama “We Hate Malaysia” memiliki pengguna sebanyak 408.985 orang. Tak hanya lewat Facebook, para pemrotes Malaysia juga memiliki web khusus yaitu www.malingsia.com. Hampir semua isinya adalah hujatan terhadap negeri jiran dan plesetan logo yang digunakan Malaysia. 3.6 Konflik Sengketa Wilayah antara Indonesia dengan Malaysia
Konflik yang terjadi diantara dua Negara ini sedang ramai-ramainya di beritakan dalam surat kabar. Hubungan Indonesia dengan Malaysia sudah tidak seharmonis dulu lagi. Sikap Malaysia yang banyak mengklaim budaya serta wilayah Indonesia membuat masyarakat Indonesia marah. Begitu banyak kebudayaan Indonesia yang diakui Malaysia sebagai kebudayaan asli dari Negara Malaysia. Puncaknya adalah setelah penangkapan 3 PNS Kepri oleh polisi Malaysia.
Di kutip dari surat kabar “Jawa Pos” 15/08/10 hubungan antara Indonesia dengan Malaysia menjadi memanas akibat Malaysia mengklaim wilayah Indonesia. Puncak masalah ini bermula pada saat polisi Malaysia menangkap tiga PNS Kepri sehingga memacu emosi sebagian masyarakat Indonesia. Penyanderaan tiga PNS Kepri tersebut terjadi saat PNS Kepri tersebut mengejar dan berupaya menangkap nelayan Malaysia yang masuk ke wilayah perairan Tanjung Berakit secara ilegal untuk mencari ikan. Personel PDRM pun mengklaim perairan Bintan termasuk wilayah Malaysia.
(57)
Kronologi Penyandaraan tiga PNS Kepri Oleh Polis Diraja Malaysia yang sebenarnya itu bermula saat patoli di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Kepri, petugas gabungan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Batam menangkap tujuh nelayan Malaysia yang mencari di kawasan tersebut. Tiga petugas DKP lalu pindah ke kapal nelayan Malaysia untuk menggiring ke Batam untik dilakukan pemeriksaan. Ketika membawa tujuh nelayan Malaysia tersebutmenuju Batam, petugas DKP dihadang polisi perairan Malaysia. Mereka meminta petugas DKP melepas tujuh nelayan Malaysia. Tetapi, petugas DKP menolak melepas. Terjadilah ketegangan polisi perairan Malaysia marah dan melepaskan dua tembakan peringatan ke petugas DKP yang tak bersenjata. Tiga petugas DKP yang membawa tujuh nelayan Malaysia segera merapat ke kawasan Indonesia. Tiga petugas DKP lainnya digiring polisi Malaysia karena berada di kapal nelayan Malaysia. Mereka lantas di bawa ke Johor.
Sebelum pelanggaran batas kelautan di tanjung berakit, Bintan, Malaysia juga sempat melakukan pelanggaran di Ambalat, Blok Ambalat yang terletak di perairan Laut Sulawesi di sebelah timur Pulau Kalimantan, terus jadi obyek sengketa Indonesia-Malaysia. Akhir 2008 militer Indonesia memeringatkan Malaysia untuk tidak melakukan provokasi militer di wilayah Ambalat. Krisis Blok Ambalat atara Pemerintah Indonesia dan Malaysia terus memanas. Sebanyak 13 kali kapal dan pesawat Angkatan Tentara Malaysia
(58)
memasuki wilayah kedaulatan Indonesia di Ambalat, Kalimantan Timur, sejak Januari 2009. (sumber okezone.com).
Ambalat selalu menjadi sengketa antara Indonesia dengan Malaysia, karena Ambalat adalah blok laut luas 15.235 kilometer persegi, di Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas. Sebelum Ambalat dan tanjung berakit, Bintan Indonesia sudah pernah kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan yang lepas ke tangan Malaysia. Belajar dari lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia, TNI meningkatkan patroli di wilayah Ambalat.
3.7 Berita
Berita berperan dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya sebagai control social. Dalam penelitian ini pemberitaan dalam sebuah media massa sebagai komunikator menyampaikan sebuah pesan terhadap komunikan yaitu masyarakat yang membaca berita tentang konflik yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia.
Untuk mengetahui sikap masyarakat dalam memandang konflik yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia di Surat Kabar diukur dengan alternative pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur efek kognitif, afektif, dan konatif dinyatakan dalam bentuk skor. Dalam pemberian
(59)
skor pernyataan sikap yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap (Azwar, 1997:161).
Dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Yang dimaksud dengan skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur bobot 1 sampai dengan 4. Dalam melakukan penskalaan dengan model ini responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap dan respomden akan disediakan jawaban untuk dipilih. Sebagai pernyataan responden terhadap ketidak setujuan terhadap pertanyaan dari quisioner (Singarimbun, 1995:111). Jawaban dari quisioner digolongkan menjadi empat jenis pilihan jawaban, yaitu :
1. Sangat Tidak Setuju (STS) (memiliki skor 1). 2. Tidak Setuju (TS) (memiliki skor 2). 3. Setuju (S) (memiliki skor 3). 4. Sangat Setuju (SS) (memiliki skor 4). Pengkategorian tersebut memiliki arti sebagai berikut :
1. Sangat Tidak Setuju : Bahwa responden sangat tidak sama sekali mendukung aksi anti Malaysia dalam bentuk apapun, dalam hal ini responden tidak mengetahui apa permasalahan yang sedang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia.
2. Tidak Setuju : Bahwa responden tidak mendukung aksi anti Malaysia, responden mengetahui permasalahan yang terjadi antara Indonesia
(60)
dengan Malaysia tetapi responden tidak akan melakukan aksi anti Malaysia.
3. Setuju : Bahwa responden mengetahui pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia. Responden mendukung aksi anti Malaysia tetapi belum tentu akan melakukan aksi anti Malaysia tersebut.
4. Sangat Setuju : Bahwa responden mengetahui konflik sengketa wilayah antara Indononesia dengan Malaysia, responden mendukung dan akan melakukan tindakan aksi anti Malaysia.
Sikap masyarakat Surabaya terhadap aksi anti Malaysia pasca pemberitaan konflik yang terjadi diantara dua Negara tersebut di Media Massa di kategorikan dalam tiga kategori :
a. Positif : Responden menyatakan setuju atau mendukung dalam melakukan aksi anti Malaysia pasca pemberitaan Konflik sengketa wilayah yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia.
b. Netral : Responden menyatakan tidak memihak atau tidak melakukan aksi anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia.
c. Negatif : Responden menyatakan tidak setuju atau tidak mendukung dalam melakukan aksi anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia.
(61)
3.8 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.8.1 Populasi
Populasi sasaran peneliti ini adalah seluruh masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun keatas, yang mana jumlahnya adalah 2.013.045 jiwa (sumber BPS 2008). Alasan penelitian yakni masyarakat di kota Surabaya yang mengetahui tentang pemberitaan tentang konflik sengketa wilayah yang terjadi diantara dua Negara di media massa. Disini peneliti mengklasifikasikan sample responden berusia 17 tahun keatas dengan alasan karena pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap pandang yang lebih realitas terhadap lingkungan.
3.8.2 Sample Penelitian dan Teknik Penarikan Sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang mengetahui konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu (Sugiyono, 2002 : 56). Silalahi (2003 : 65) menyebutkan bahwa teknik sampel adalah metode pengumpulan informasi (data) terhadap sebagian dari anggota populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling dengan menggunakan Purposive Sampling. Teknik ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
(62)
kriteria/karakteristik objek yang jelas yang telah dirumuskan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2002 : 64).
Adapun karakteristik objek ialah : 1. Masyarakat Surabaya.
2. Berusia 17 tahun keatas.
3. Mengetahui tentang pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dan Malaysia di media massa.
4. Memahami serta mengerti tentang konflik sengketa wilayah tersebut. Jadi berdasarkan data tersebut untuk mengetahui jumlah sample maka akan dihitung sebagai jumlah sample yang akan diambil dari populasi tersebut, dihitung dengan menggunakan rumus Yamane (Rakhmat, 1885:82) : Keterangan :
n : Jumlah Sample
N : Jumlah Populasi
d : Presisi 10% derajat ketelitian (0,01)
:
n =
n =
(63)
maka sample pada penelitian ini sebanyak 100 responden, dengan demikian responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang.
3.9 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara dalam mengumpulkan data yang diperoleh langsung atau tidak langsung dari lapangan yang nantinya akan digeneralisasi dan dianalisis. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi, penyebaran quisioner dan pengumpulan data-data sekunder (Rakhamat, 2001:96).
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian (dari sumbernya) dan diolah sendiri oleh lembaga yang bersangkutan untuk dimanfaatkan (Hamidi, 2007:140)
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung tetapi melalui perantara atau menggunakan lembaga lain yang bukan pengelolanya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu (Hamidi, 2007:140). Data sekunder dalam penelitian ini adalah
(64)
buku-buku yang terkait dengan judul penelitian, data jumlah masyarakat Surabaya dan data-data yang ada pada website internet.
3.10 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yang dijelaskan berdasarkan frekuensi dengan cara pembuatan table. Tujuan pembuatan table adalah untuk menyederhanakan gambar dari hubungan antara dua angka atau lebih. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya di masukkan ke dalam table frekuensi. Berdasarkan table frekuensi tersebut, data kemudian di analisis secara deskriptif, sehingga di dapat hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
P = x 100%
Ket :
P = Prosentasi responden F = Frekuensi responden N = Jumlah populasi
(65)
Dengan rumus tersebut, maka akan diperoleh prosentase yang diinginkan dengan kategori tertentu, hasil perhitungan selanjutnya akan di sajikan dalam table agar mudah di baca dan di interpretasikan.
(66)
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Hubungan Indonesia dengan Malaysia sudah tidak seharmonis dulu lagi. Sikap Malaysia yang banyak mengklaim wilayah Indonesia membuat masyarakat Indonesia kecewa. Konflik sengketa wilayah yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia saat ini sedang ramai-ramainya di beritakan dalam media massa. Ketiadaan batas laut antara Indonesia dan Malaysia berakibat saling klaim perbatasan di antara kedua negara. Permasalahan perbatasan kelautan antara Malaysia-Indonesia sendiri hingga saat ini belum memiliki kejelasan. Pulau Sipadan dan Ligitan yang lebih dahulu jatuh ke tangan Malaysia menjadi konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia. Puncaknya adalah Malaysia mengklaim dan melanggar batas wilayah Ambalat dan perairan Tanjung Berakit.
Seperti yang di beritakan di surat kabar Jawa Pos pada 15/08, hubungan antar Indonesia dengan Malaysia mulai memanas saat polisi Malaysia menangkap tiga DKP Kepri sehingga memacu emosi sebagian masyarakat Indonesia. Penyanderaan tiga DKP Kepri tersebut terjadi saat DKP Kepri tersebut mengejar dan berupaya menangkap nelayan Malaysia yang masuk ke wilayah perairan Tanjung Berakit secara illegal untuk mencari ikan. Personel PDRM pun mengklaim perairan Bintan termasuk wilayah Malaysia.
(67)
sebenarnya itu bermula saat patoli di perairan Tanjung Berakit, Bintan, Kepri, petugas gabungan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Batam menangkap tujuh nelayan Malaysia yang mencari di kawasan tersebut. Tiga petugas DKP lalu pindah ke kapal nelayan Malaysia untuk menggiring ke Batam untuk dilakukan pemeriksaan. Ketika membawa tujuh nelayan Malaysia tersebutmenuju Batam, petugas DKP dihadang polisi perairan Malaysia. Mereka meminta petugas DKP melepas tujuh nelayan Malaysia. Tetapi, petugas DKP menolak melepas. Terjadilah ketegangan. Polisi perairan Malaysia marah dan melepaskan dua tembakan peringatan ke petugas DKP yang tak bersenjata. Tiga petugas DKP yang membawa tujuh nelayan Malaysia segera merapat ke kawasan Indonesia. Tiga petugas DKP lainnya digiring polisi Malaysia karena berada di kapal nelayan Malaysia. Mereka lantas di bawa ke Johor.
Sebelum pelanggaran batas kelautan di tanjung berakit, Bintan, Malaysia juga sempat melakukan pelanggaran di Ambalat, Blok Ambalat yang terletak di perairan Laut Sulawesi di sebelah timur Pulau Kalimantan, terus jadi obyek sengketa Indonesia-Malaysia. Akhir 2008 militer Indonesia memeringatkan Malaysia untuk tidak melakukan provokasi militer di wilayah Ambalat. Krisis Blok Ambalat atara Pemerintah Indonesia dan Malaysia terus memanas. Sebanyak 13 kali kapal dan pesawat Angkatan Tentara Malaysia memasuki wilayah kedaulatan Indonesia di Ambalat, Kalimantan Timur, sejak Januari 2009. (sumber okezone.com).
Ambalat selalu menjadi sengketa antara Indonesia dengan Malaysia, karena Ambalat adalah blok laut luas 15.235 kilometer persegi, di Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas. Sebelum
(68)
dan Ligitan yang lepas ke tangan Malaysia. Belajar dari lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia, TNI meningkatkan patroli di wilayah Ambalat.
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data
Pada bab ini akan disajikan dan diuraikan temuan-temuan yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian. Pada penelitian ini ditetapkan 100 orang sebagai sample. Sejumlah kuesioner yang disebarkan keseluruhan pada masyarakat Surabaya yang peneliti temui dan bisa dijadikan sebagai responden.
Responden dalam penelitian ini masyarakat Surabaya dan berusia 17 tahun ke atas yang mengetahui tentang pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di Media Massa. Metode analisis Data dalam penelitian ini menggunakan table frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.
4.2.1 Identitas Responden
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan tingkat pendidikan responden.
(69)
Deskripsi Responden Berdasarkan Usia (100)
No Usia Frekuensi Prosentase(%)
1 17 - 25 tahun 9 9
2 26 – 35 tahun 26 26
3 36 – 45 tahun 42 42
4 46 – 55 tahun 18 18
5 >55 tahun 5 5
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Responden
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah pemirsa yang berusia antara 17 – 25 tahun dengan jumlah sebanyak 9 orang atau sebesar 9%, responden yang berusia 26 – 35 tahun berjumlah 26 orang atau sebesar 26 %, responden berusia 36 – 45 tahun berjumlah 42 orang atau sebesar 42%, dan responden yang berusia 46 – 55 tahun berjumlah 18 orang atau sebesar 18 %, dan sisanya adalah responden yang berusia diatas 55 tahun yang jumlahnya 5 orang atau sebesar 5%. Ini menunjukkan nahwa usia 26 sampai dengan usia 45 adalah responden yang lebih memahami dan mengetahui pemberitaan mengenai konflik sengeketa wilayah tersebut di media massa.
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan (n=100)
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase(%) 1 Pelajar/Mahasiswa 12 12
2 Pegawai Swasta 41 41
3 Pegawai Negeri 30 30
4 Wiraswasta 17 17
Jumah 100 100
(1)
sehingga responden tidak memihak tindakan anti Malaysia. Sebenarnya permasalahan seperti ini dapat diselesaikam dengan musyawarah yang baik antara kedua belah pihak tidak harus dengan tindakan anarkisyang banyak dilakukan diberbagai tempat. Konflik seperti ini wajar terjadi anatar Negara tidak hanya Indonesia dengan Malaysia saja. Dari pemberitaan di media massa responden bersikap netral, responden tidak begitu saja terpancing emosinya dalam memandang permasalahan sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia, sehingga lebihj bijak dalam menyikapi permasalahan yang ada sehingga tidak perlu lagi ada tindakan Anti Malaysia serta kekerasan antar kedua Negara.
Sedangkan yang berada pada kategori negative sebanyak 2% arau 2 responden tidak setuju dan tidak mendukung tindakan anti Malaysia pasca pemberitaan konflik sengketa wilah antara Indonesia dengan Malaysia. Responden akan tetap menerima dengan terbuka keberadaan warga Malaysia. Bagi mereka tindakan anti Malaysia akan semakin memperkeruh suasana yang menjadikan hubungan Indonesia dengan Malaysia tidak harmonis lagi yang akan berdampak buruk untuk hubungan internasional untuk kedua Negara, baik dari segi perekonomian maupun segi sosial.
Dari Hasil untuk keseluruhan sikap jika dikaitkan dengan teori S-O-R maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Surabaya memperhatikan, mengerti lalu menrima pemberitaan mengenai konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di Media massa. Dari hasil memperhatikan, mengerti dan menerima pemberitaan tersebut masyarakat Surabaya positif mendukung aksi anti Malaysia. Responden merasa marah dan kecewa dengan sikap Malaysia yang banyak melanggar dan mengklaim wilayah
(2)
Indonesia. Pemberitaan tersebut yang juga menbuat masyarakat Surabaya cemas dan khawatir dengan sikap Malaysia.
Hal ini membuktikan bahwa teori S-O-R dalam pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di perhatikan, di mengerti dan di terima oleh masyarakat Surabaya sehingga sebanyak 76 % atau 76 responden positif terhadap aksi anti Malaysia.
(3)
80 5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti tentang hasil temuan dan analisis data yang dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk tabel-tabel frekuensi. Maka kesimpulan dalam penelitian Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Warga Malaysia Pasca Pemberitaan Konflik sengketa Wilayah Antara Indonesia dengan Malaysia di Media Massa adalah Positif. Responden merasa sudah sangat kecewa dengan sikap Malaysia yang banyak mengklaim dan melanggar wilayah Indonesia. Sebagai warga Negara yang baik responden merasa berkewajiban dalam menjaga kesatuan dan keutuhan bangsanya. Sikap Positif disini berarti responden setuju dan mendukung tindakan anti Malaysia, menolak sikap Malaysia yang telah mengklaim dan melanggar batas wilayah Indonesia. Konflik sengeketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia sudah sering terjadi seperti Malaysia mengklaim wilayah Sipadan, Ligitan, dan sekarang Malaysia mengklaim dan melanggar batas wilayah Ambalat dan Tanjung Berakit, Bintan. Responden merasa khawatir jika nantinya Ambalat dan Tanjung Berakit jatuh ke tangan Malaysia seperti Sipadan Dan Ligitan. Konflik ini membuat masyarakat surabaya tidak terima dengan sikap Malaysia. Responden merasa tidak nyaman dan tidak tenang dengan keberdaan warga Malaysia yang berada di Surabaya. Responden merasa Malaysia telah menginjak-injak harga diri bangsa Indonesia
(4)
dengan mengklaim dan melanggar wilayah di Indonesia. Media massa disini juga berpengaruh kuat dalam responden mengambil sikap anti Malaysia.
5.2. Saran
Saran yang disampaikan oleh peneliti yang berkaitan dengan Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Aksi Anti Malaysia Pasca Pemberitaan Konflik sengketa Wilayah Antara Indonesia dengan Malaysia di Media Massa yaitu: 1. Media massa baik media cetak maupun media elektronik dapat menjadi salah
satu sumber berita yang baik dan terpercaya sehingga tidak membuat kecemasaan di lingkungan masyarakat.
2. Media Massa harus bisa menjadi media yang cover both side.
3. Sedangkan saran untuk masyarakat jangan mudah terprovokator oleh informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Assegaf, Djaffar, 1991, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Azwar, Saifuddin, 2008, Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Basrowi, 2005, Pengantar Sosiologi, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Bungin, Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial (Format – Format Kuantitatif dan Kualitatif), Surabaya: Airlangga University Press.
Bungin, Burhan, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Djuroto, Totok, 2002, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana, 1993, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT Rosda Karya.
Effendy, Onong Uchjana, 1995, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana, 1993, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Adity Bakti.
Hadi, Sutrisno, 2000, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.
Hamidi, 2007, Metode Penelitian Dan Teori Komunikasi, Malang : Universitas Muhammadiyah. Kriyantono, Rachmat, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama, 2007, Jurnalistik Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mc Quail, Denis, 1991, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga. Rahmat, Jalaludin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex, 2003, Analisis Teks Media, Bandung : PT Rosda Karya.
(6)
Sumadiria, As Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Non Buku : Harian Jawa Pos
Harian Suara Maerdeka Online
http://artikelindonesia.com/10-budaya-indonesia-yang-di-klaim-malaysia.html http://oase.kompas.com
http://www.forum-indoflasher.com/vbb/archive/index.php?t-195194.html
http://jatim.vivanews.com/news/read/153633-surabaya_jalur_alternatif_sindikat_narkoba http://seruu.com/surabaya-seruu/seniman-surabaya-serukan-anti-malaysia/itemid-749
http://id.shvoong.com/social-sciences/1838186-makna-konflik