PERANCANGAN HARNESS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
i
PERANCANGAN
HARNESS
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ASTRID NUGRAHANI WULANDARI
I 0306023
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
i
PERANCANGAN
HARNESS
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ASTRID NUGRAHANI WULANDARI
I 0306023
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
commit to user
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi :
PERANCANGAN
HARNESS
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
Ditulis oleh:
Astrid Nugrahani Wulamdari I 0306023
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Rahmaniyah Dwi A, ST, MT NIP. 19760122 199903 2 001
Dosen Pembimbing II
Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP. 19700404 199603 1 002
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP. 19561112 198403 2 007
Ketua Jurusan Teknik Industri UNS
Ir. Lobes Herdiman, MT NIP. 19641007 199702 1 001
(4)
commit to user
iii
LEMBAR VALIDASI
Judul Skripsi :
PERANCANGAN
HARNESS
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
Ditulis oleh:
Astrid Nugrahani Wulandari
I 0306023
Telah disidangkan pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2011
Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan
Dosen Penguji
1. Fakhrina Fahma, STP. MT NIP 19741008 200003 2 001
2. Wakhid A. Jauhari, ST. MT NIP 19791005 200312 1 003
Dosen Pembimbing
1. Rahmaniyah Dwi A, ST, MT NIP 19760122 199903 2 001
2. Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP 19700404 199603 1 002
(5)
commit to user
iv
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Astrid Nugrahani Wulandari NIM : I 0306023
Judul TA : Perancangan Harness Dengan Pendekatan Ergonomi Di Marching Band Sebelas Maret Surakarta
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti Tugas Akhir yang saya susun tersebut merupakan hasil plagiat dari karya orang lain maka Tugas Akhir yang saya susun tersebut dinyatakan batal dan gelar sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila di kemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, Maret 2011
Astrid Nugrahani Wulandari I 0306023
(6)
commit to user
v
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Astrid Nugrahani Wulandari NIM : I 0306023
Judul TA : Perancangan Harness Dengan Pendekatan Ergonomi Di Marching Band Sebelas Maret Surakarta
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, Maret 2011
Astrid Nugrahani Wulandari I 0306023
(7)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan pada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Harness Dengan Pendekatan Ergonomi Di Marching Band Sebelas Maret Surakarta“ dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi pengguna harness dan khususnya bagi pengguna harness di Marching Band Sebelas Maret.
Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu :
1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS.
2. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT selaku pembimbing I, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.
3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.
4. Ibu Fakhrina Fahma, STP. MT. selaku penguji, atas kesediaannya memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini. 5. Bapak Wakhid A. Jauhari, ST. MT selaku penguji, atas kesediannya dalam
membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam hal perbaikan dalam tugas akhir ini.
6. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing akademis.
7. Bapak Tri Wibowo dan Ibu Sri Hastuti, bapak dan mama yang telah mencurahkan doa, memberikan semangat, mendukung segala aktivitas yang saya pilih, dan dengan sabar menunggu penyelesaian studi S1.
8. Mas Aji Prasetyo Wibowo dan Mbak Amy Rachmadani Widyastuti, kedua kakakku yang selalu memberi dukungan dan motivasi.
(8)
commit to user
vii
10. Bapak Huma beserta karyawan di membantu dalam pengerjaan harness ini. 11. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU, terima
kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di Teknik Industri ini. 12. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2006, yang selalu mendukung dan
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
13. Indah, Kiki, Heni, Ice, Jane, Asti ©. Sahabat setia selama lebih dari empat
tahun di Solo. Lebih dari seribu ucapan terima kasih untuk kalian. 14. Maria Puspita Sari, teman seperjuangan TA.
15. Keluarga besar Marching Band Sebelas Maret yang bukan hanya sekedar tim tapi telah menjadi keluarga kedua saya di Solo. Keluarga yang telah mengajarkan saya tentang perjuangan tanpa henti. Do The Best, Be The Best, God Take The Rest.
16. Special to Battery Langgam, GPMB 2008, GPMB 2010, tempat saya dibesarkan. Kalian semua menginspirasi saya dalam pengambilan tema Tugas Akhir ini. You’re all special. I love u all..©
17. Bagus, Ari, dan Tata, thank you.. you raise me up to more than I can be.
Kalian sangat berarti, istimewa di hati.©
18. Dan semua pihak yang belum dapat disebutkan satu per satu namun sudah bersedia memberikan waktunya untuk membantu mendukung dalam penyelesaian laporan ini, terima kasih.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Surakarta, Maret 2011
(9)
commit to user
viii
ABSTRAK
Astrid Nugrahani Wulandari, NIM : I0306023, PERANCANGAN HARNESS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, February 2011.
Ketidaknyamanan yang dirasakan pengguna harness Marching Band Sebelas Maret perlu mendapat perhatian dan perlu diperbaiki, untuk memperlambat kelelahan dan mengurangi resiko lowback pain. Harness dirasa menekan bagian tubuh tertentu seperti bahu, dada, dan pinggul. Selain itu, bagian tulang belakang juga sering terasa nyeri kerena beban yang berat ditambah
harness yang tidak nyaman. Kondisi yang demikian dialami pengguna harness
setiap kali latihan yang berakibat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pengguna
narness. Waktu latihan minimum, yaitu 3 hari dalam 1 minggu, dan 4 jam per harinya.
Pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data keluhan dan harapan pengguna, yang kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan pengguna. Daftar kebutuhan yang diperoleh melalui wawancara dan analisis. Dari identifikasi kebutuhan kemudian dikembangkan menjadi sebuah ide rancangan, dan dilanjutkan ke pembuatan prototype. Langkah selanjutnya mengestimasi biaya, dan mengujicobakan harness rancangan baru kepada pengguna harness.
Hasil penelitian ini berupa harness yang sesuai tubuh pemakainya dengan model T-style harness, berbahan alumunium, dengan ukuran lebar bahu 4 cm, dan ukuran lebar pinggul 35 cm. Harness dapat disesuaikan ukurannya dengan lebar antar bahu dan panjang tubuh pengguna. Harness dilengkapi dengan busa setebal 3 cm pada bahu dan pinggul. Hasil rancangan mampu mengurangi keluhan keluhan di bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna.
Kata Kunci: perancangan, harness, ergonomi, marching band
xvi + 68 halaman; 8 tabel; 30 gambar; 4 lampiran; Daftar pustaka: 15 (1995-2010).
(10)
commit to user
ix
ABSTRACT
Astrid Nugrahani Wulandari, NIM : I0306023, THE DESIGN OF HARNESS WITH ERGONOMIC APPROACH IN SEBELAS MARET MARCHING BAND SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, March 2011.
The uncomfortable conditions that Marching Band Sebelas Maret harness users felt, should get more attention and should be repaired to decrease weariness and reduce low back pain risk. The use of harness can push down the certain part of the body, such as shoulder, chest, and low back. Beside, the backbone often felt painful because of the heavy load and uncomfortable harness. This unwell conditions felt by the users in every they had exercises, where the minimum time to have exercise is three days for a week and four hours for a day.
The research instrument used to collect the data is by collecting users complaint and wishes data which translated into the user’s needs. The list of the user’s needs taken from an interview and an analysis. This identification developed into a blueprint then developed again into a prototype. The next step is accounting the price and try the new harness out to the user.
The result of this research is a harness that fit with the user. It is T-style harness model. It made from aluminium, the width of it chest 4 cm and the low back 35 cm. Harness can be fitted with the body of the user. Harness is completed with lather ( 3cm ) in shoulder and low back. The design result can decrease the sickness in shoulder, chest, and low back of the user.
Keyword : The design, harness, ergonomic, marching band
xvi + 68 pages; 8 tables; 30 pictures; 4 appendices; Bibliography: 15 (1995-2010).
(11)
commit to user
x
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR VALIDASI... SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH... SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN………
i ii iii iv v vi viii ix x xiii xiv xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian……….... I-1 1.2 Perumusan Masalah……….. I-2
1.3 Tujuan Penelitian………. I-3 1.4 Manfaat Penelitian………... I-3
1.5 Batasan Masalah………... I-3
1.6 Sistematika Penulisan……… I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Marching Band... II-1 2.2 Marching Band Sebelas Maret………….……… II-4 2.3 Quint tom... II-5
2.4 Harness... II-6 2.5 Pengertian Ergonomi... II-7
(12)
commit to user
xi
2.6 Desain dan Ergonomi... II-10 2.7 Nordic Body Map (NBM)... II-12
2.8 Anthropometri……….………... II-14 2.8.1 Pertimbangan Anthropometri Dalam Desain………….. II-19 2.8.2 Aplikasi Data Anthropometri Dalam Perancangan… II-20
2.8.3 Persentil……… II-21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahap Identifikasi Masalah
3.1.1 Studi Lapangan... III-2 3.1.2 Studi Lapangan... III-4
3.1.3 Perumusan Masalah... III-4 3.1.4 Tujuan Penelitian... III-4
3.1.5 Manfaat Penelitian... III-4 3.2 Tahap Pengumpulan Dan Pengolahan Data
3.2.1Pengumpulan Data Keluhan dan Harapan Pengguna
Harness………. III-5
3.2.2 Pengumpulan Data Anthropometri………... III-5 3.2.3 Perhitungan Persentil…... III-6 3.3 Tahap Perancangan Dan Pembuatan Harness
3.3.1 Identifikasi Kebutuhan Pengguna (Needs).... III-6 3.3.2 Penentuan Ide Rancangan... III-7
3.3.3 Detail Rancangan... III-7 3.3.4 Pembuatan Prototype... III-7
3.3.5 Perhitungan Biaya... III-7 3.4 Analisis Dan Intepretasi Hasil………..………. III-7
(13)
commit to user
xii
3.5 Tahap Kesimpulan Dan Saran………..……….. III-8
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Tahap Pengumpulan Data
4.1.1 Pengumpulan Data Keluhan Dan Harapan Pengguna... IV-1 4.1.2 Pengumpulan Data Anthropometri... IV-3
4.1.3 Perhitungan Persentil... IV-3
4.2 Tahap Perancangan dan Pembuatan Harness
4.2.1 Identifikasi Kebutuhan Pengguna Harness……… IV-4
4.2.2 Penentuan Ide Desain Harness………... IV-4 4.2.3 Rancangan Harness Baru……….….. IV-7 4.2.4 Pembuatan Prototype ………. IV-20
4.2.5 Perhitungan Biaya…………..……….. IV-21 4.2.6 Uji Coba…..……… ………. IV-22
BAB V ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA
5.1 Analisis Harness Awal... 5.2 Analisis Hasil Penelitian... 5.2.1 Analisis Hasil Rancangan……… 5.2.2 Analisis Material Bahan…………..……… 5.2.3 Analisis Biaya……….
V-1 V-1 V-1 V-5 V-5
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………..………. 6.2 Saran……….
VI-1 VI-1
LAMPIRAN
(14)
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel lama pemakaian responden……… Tabel 4.2 Tabel keluhan responden………. Tabel 4.3 Tabel bagian tubuh yang dikeluhkan responden……….. Tabel 4.4 Tabel pengukuran bagian tubuh responden……….. Tabel 4.5 Tabel keluhan, harapan, dan ide desain harness……….. Tabel 4.6 Referensi produk harness yang sudah ada di pasaran………….. Tabel 4.7 Tabel perbandingan harness baru dan harness sebelumnya……. Tabel 5.1 Perbandingan kenyamanan pengguna harness sebelum dan
sesudah menggunakan rancangan...
IV-1 IV-2 IV-2 IV-3 IV-4 IV-7 IV-19
(15)
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Trumpet……….………... Gambar 2.2 Mellophone……… Gambar 2.3 Tuba………..……… Gambar 2.4 Snare drum………. Gambar 2.5 Bassdrum……….……….. Gambar 2.6 Quint tom……….. Gambar 2.7 Logo Marching Band Sebelas Maret……… Gambar 2.8 V-styleharness………... Gambar 2.9 Contoh ergosistem………. Gambar 2.10 Nordic body map………. Gambar 2.11Data anthropometri yang diperlukan untuk perancangan
produk atau fasilitas kerja……… Gambar 3.1 Metodologi penelitian……… Gambar 4.1Talon Drum Harness……… Gambar 4.2 XL Snare Carrier... Gambar 4.3 Posisi snare saat digunakan………... Gambar 4.4 Posisi quint tom saat digunakan……… Gambar 4.5 Rancangan Harness Baru……… Gambar 4.6 (a) Rancangan baru 3 dimensi, (b) Rancangan baru tampak
belakang, (c) Rancangan baru tampak samping…………. Gambar 4.7 (a) Bagian A harness baru membujur dari pangkal dada ke
perut, (b) Detail bagian A………. Gambar 4.8 (a) Bagian B harness di dada, (b) Detail bagian B…………. Gambar 4.9 (a) Bagian C, bagian bahu harness, (b) Detail bagian C…….. Gambar 4.10 Bagian B dan bagian C terhubung dengan baut…..………... Gambar 4.11 (a) Bagian D terletak pada bagian perut, (b) Detail bagian D Gambar 4.12 (a) Bagian E adalah pengait yang menghubungkan harness
dengan konektor quint tom, (b) Detail bagian E…………
II-2 II-2 II-2 II-3 II-3 II-4 II-4 II-6 II-7 II-12 II-17 III-1 IV-7 IV-8 IV-9 IV-9 IV-10 IV-11 IV-12 IV-13 IV-14 IV-15 IV-15 IV-16
(16)
commit to user
xv
Gambar 4.13 Bagian F adalah bagian dalam harness, yang terdiri dari
harness dan sabuk.
Gambar 4.14 Harness hasil rancangan. (a) Tampak depan; (b)Tampak belakang
Gambar 5.1 Perbandingan bahu harness; (a) bagian bahu pada harness
awal dan (b) bagian bahu pada harness hasil rancangan Gambar 5.2 Perbandingan dada harness; (a) bagian dada pada harness
awal dan (b) bagian dada pada harness hasil rancangan Gambar 5.3 Perbandingan tubuh harness; (a) bagian tubuh pada harness
awal dan (b) bagian tubuh pada harness hasil rancangan Gambar 5.4 Perbandingan pinggul harness; (a) bagian pinggul pada
harness awal dan (b) bagian pinggul pada harness hasil rancangan...
IV-18
IV-21
V-2
V-2
V-3
(17)
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Daftar Pertanyaan Wawancara………. Kuesioner Nordic Body Map……… Hasil Kuesioner Nordic Body Map……… Daftar Pertanyaan Hasil Uji Coba………
L-1 L-2 L-3 L-4
(18)
commit to user
I-1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam permasalahan, dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian.
1.1 LATAR BELAKANG
Marching Band Sebelas Maret (MB UNS) memiliki bagian musik yang memainkan perkusi yang dibawa sambil berjalan yaitu battery. Alat musik yang dimainkan oleh bagian battery yaitu snare drum, bass drum, dan quint tom. Keseluruhan alat musik dimainkan secara berjalan dengan menggunakan alat bantu yaitu harness. Cara memakai harness adalah dengan memasangkannya pada tubuh pemain, kemudian menghubungkannya dengan konektor yang terpasang langsung di masing-masing alat musik.
Dari pengamatan awal yang telah dilakukan, pemain tampak keberatan membawa alat dan selalu membenarkan posisi harnessnya. Timbul dugaan, ada rasa ketidaknyamanan yang dirasakan pemain terhadap harness yang digunakan.
Harness yang digunakan MB UNS dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1Harness yang digunakan MB UNS
Alat musik battery yaitu snare drum, bassdrum, dan quintom memiliki spesifikasi yang berbeda. Snare memiliki berat antara 6-8 kg. Bassdrum memiliki berat antara 3-12 kg, tergantung ukurannya. Quint tom memiliki berat 17,5 kg.
(19)
commit to user
I-2
Ketiganya menggunakan harness yang sama, baik dari segi bentuk maupun beratnya padahal berat alatnya bervariasi. Sehingga alat yang semula sudah berat, menjadi semakin berat dan tidak nyaman saat dipakai.
Marching Band Sebelas Maret (MB UNS) memiliki jadwal latihan reguler minimal 4 jam sehari, dengan intensitas 3 hari seminggu, atau jika dikonversi ke dalam jam player menggunakan harness selama kurang lebih 48 jam sebulan. Wawancara dilakukan untuk menguatkan dugaan kepada seluruh pengguna
harness yang berjumlah 12 orang, terdiri dari 4 orang pemain snare drum, 5 orang pemain bassdrum, dan 3 orang pemain quint tom. Berdasarkan wawancara didapatkan hasil bahwa pengguna harness mengalami nyeri pada beberapa bagian tubuh yaitu leher bawah, bahu, punggung, pinggang, dan pinggul.
Keluhan terbesar ada pada bahu, dimana seluruh pengguna harness merasakan ketidaknyamanan pada bagian tersebut. Kemudian keluhan terbesar kedua berada di punggung dan pinggul. Beberapa pengguna juga mengeluhkan pada bagian pinggang serta leher bawah. Keluhan terbanyak dirasakan oleh pemain quint tom yang membawa beban alat terbesar dibandingkan dua alat lainnya. Rasa nyeri tersebut mengindikasikan bahwa pada bagian-bagian tubuh ini mengalami tekanan yang berlebih. Selain itu pemain juga mengeluhkan beban alat yang begitu berat, sehingga memberi efek pada tulang belakang. Tulang belakang sering kali merasa sakit karena untuk menyeimbangkan beban alat, pemain menarik tubuh ke belakang sehingga tanpa disadari beban bertumpu pada tulang belakang. Kebiasaan seperti ini dikhawatirkan bisa menimbulkan resiko terkena lowback pain. Rutinitas MB UNS yang demikian, ditambah variasi beban alat yang begitu besarnya dan harness yang tidak sesuai dengan proporsi tubuh, maka beban kepada fisik pemain ketika melakukan latihan tentu semakin besar. Pemain akan membawa beban alat ditambah beban harness, tentu akan mempercepat timbulnya kelelahan dan menimbulkan nyeri di beberapa bagian tubuh.
Berat quint tom memang masih dalam batas aman pengangkatan manual, namun dengan ditambah faktor alat ini diangkut dalam suatu periode tertentu yaitu lebih dari 4 jam sehari dan diketahui pengguna harness mengeluhkan nyeri pada tulang belakang, maka berdasarkan pertimbangan tersebut perlu dilakukan perbaikan terhadap desain harness yang difokuskan pada quint tom sebagai alat
(20)
commit to user
I-3
battery dengan beban paling besar. Hal ini juga sebagai upaya untuk mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pemain sebagai pengguna harness.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana merancang harness
yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis sehingga alat tidak membuat bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna harness mengalami rasa nyeri.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan
harness yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis sehingga alat tidak membuat bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna harness mengalami rasa nyeri.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah hasil rancangan dapat memperlambat kelelahan yang diakibatkan alat yang berat, dan mengurangi kemungkinan timbulnya lowback pain.
1.5 BATASAN MASALAH
Agar penelitian ini dapat terfokus pada masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian perlu dibatasi. Batasan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: 1. Perancangan alat bantu ini berdasarkan produk yang digunakan Marching
Band Sebelas Maret yaitu merk Pearl produksi Taiwan.
2. Perancangan berdasarkan pada alat battery dengan beban terbesar adalah quint tom, dengan harapan apabila pengguna harness quint tom sudah merasa nyaman dengan harness-nya, maka pengguna harness lain dengan beban lebih ringan akan merasa nyaman juga.
3. Bagian tubuh pengguna harness yang diamati yaitu bahu, dada, dan pinggul. Bagian perut tidak diamati.
(21)
commit to user
I-4 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah yang diangkat dalam perancangan harness yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, serta sistematika yang digunakan dalam perancangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memberi penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah guna mendapatkan desain rancangan harness yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN MASALAH
Bab ini berisikan gambaran terstruktur tahap-tahap proses pelaksanaan penelitian dan tahapan pengerjaan pengolahan data yang digambarkan dalam diagram alir (flow chart).
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan dalam proses pengolahan data untuk menggali ide rancangan harness
yang sesuai tubuh pemakainya dan lebih ringan sehingga alat tidak membebani bagian tubuh tertentu. Proses ini sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan pada bab sebelumnya.
(22)
commit to user
I-5
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini menganalisis hasil pengolahan data dan menginterpretasikan hasil dari penelitian.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis pemecahan masalah maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran perbaikan atas permasalahan yang dibahas.
(23)
commit to user
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada.
2.1 MARCHING BAND
Marching band adalah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama. Penampilan marching band merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya. Umumnya penampilan marching band dipimpin oleh satu atau dua orang komandan lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi atas lagu yang dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi tari yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.
(wikipedia.com, 2010)
Dalam sebuah unit marching band terdapat tiga bagian yaitu brass, perkusi, dan color guard. (trendmarching.or.id, 2010)
1. Brass line atau lebih dikenal dengan marching brass merupakan instrumen-instrumen musik tiup logam yang telah didesain untuk dimainkan sambil berjalan, umumnya instrumen musik tersebut digunakan dalam penampilan marching band. Perbedaan utama dengan instrumen musik tiup logam lainnya umumnya terdapat pada corong yang menghadap ke depan (bell-front), menggunakan sistem katup (antara tiga hingga empat katup), dan artikulasi yang dirancang untuk penampilan di lapangan terbuka (outdoor). Corong yang menghadap ke muka berfungsi untuk membuat suara yang dihasilkan dapat terproyeksi ke arah depan sesuai dengan posisi yang umumnya dipilih oleh penonton dalam sebuah pertunjukan marching band. Brass terbagi lagi dalam tiga bagian berdasarkan suara yang dihasilkan, yaitu:
(24)
commit to user
II-2
a. High brass, yaitu alat tiup logam yang menghasilkan nada-nada tiupan tinggi. Alat-alat yang temasuk didalamnya antara lain trumpet dan flugel. Contoh salah satu alat high brass yaitu trumpet, dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Trumpet
Sumber: www.trendmarching.or.id
b. Middle brass, yaitu alat tiup logam yang menghasilkan nada-nada tiupan sedang, tidak tinggi dan tidak rendah. Alat-alat yang temasuk didalamnya antara lain mellophone dan french horn. Contoh salah satu alat middle brass yaitu mellophone, dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Mellophone Sumber: www.middlehornleader.com
c. Low brass, yaitu alat tiup logam yang menghasilkan nada-nada tiupan rendah. Alat-alat yang temasuk didalamnya antara lain bariton, euphonium, dan tuba. Contoh salah satu alat low brass yaitu tuba, dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Tuba
Sumber: www.trendmarching.or.id
2. Percussion line merupakan bagian yang menggunakan alat pukul (perkusi) sebagai instrumennya. Bagian ini dibagi dalam dua bagian yaitu PIT dan
(25)
commit to user
II-3
a. PIT (percussion instrumental tones) adalah bagian dari perkusi yang memiliki nada-nada dalam tiap pukulannya. Alatnya dimainkan ditempat, tidak bergerak dan tidak dibawa oleh playernya. Alat-alat musik yang digunakan adalah vibraphone, marimba, marching bells, dan aksesoris lain seperti cymbal, chimes, gong, timpani, dan lain-lain.
b. Battery merupakan instrumen-instrumen musik perkusi yang didisain untuk dimainkan sambil berjalan dengan meletakkan drum pada alat pengait khusus (disebut dengan carrier) yang dikenakan oleh player. Drum-drum tersebut didisain dan disetem dengan artikulasi maksimum dan dilengkapi proyeksi suara karena aktivitas penggunaan yang umumnya di lapangan terbuka ataupun ruang tertutup yang luas. Instrumen ini biasanya digunakan oleh grup marching band. Ensembel marching percussion sering pula disebut sebagai drumline atau battery. Tingkat kemampuan sebuah drumline tidak hanya bermain dengan baik, namun juga harus mampu untuk bermain dengan baik dalam tempo cepat ataupun lambat. Bagian perkusi yang satu ini melakukan display. Di bawah ini adalah alat-alat yang digunakan dalam battery, yaitu snare drum dapat dilihat pada gambar 2.4, bassdrum dapat dilihat pada gambar 2.5, dan quint tom dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.4 Snare drum Sumber: www.trendmarching.or.id
(26)
commit to user
II-4
Gambar2.5 Bassdrum Sumber: www.trendmarching.or.id
Gambar 2.6 Quint tom Sumber: www.trendmarching.or.id
3. Color Guard (CG) merupakan bagian yang tidak memainkan musik, melainkan mereka menari. Bagian ini adalah bagian yang akan mempermanis penampilan suatu marching band. Umumnya mereka menari sambil meggunakan bendera (flag). Selain flag mereka menggunakan berbagai properti lain seperti riffle, sabre, tongkat, dan airblade.
Dalam suatu pementasan, ketiga bagian ini akan dipadukan sehingga menghasilkan suatu pagelaran yang apik. Ketiga bagian ini digabungkan dengan menggunakan satu komando yang dipegang oleh seorang field commander.
2.2 MARCHING BAND SEBELAS MARET
Marching Band Sebelas Maret (MB UNS) adalah sebuah unit marching band yang bernaung di bawah Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan beralamat di Graha UKM lantai 3 Jl. Ir.Sutami 36 A Kentingan Jebres Surakarta.
(27)
commit to user
II-5
MB UNS didirikan pada tahun 1988 yang diprakarsai oleh rektor UNS saat itu. Pada awalnya unit ini merupakan sebuah unit drum band. Pada era 1990-an, seiring dengan tuntutan perkembangan format drum band dirasa tidak lagi memadai, sehingga para anggota saat itu memutuskan untuk merubah format unit ini menjadi format marching band. Logo MB UNS dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Logo Marching Band Sebelas Maret
Latihan yang dilakukan oleh MB UNS terbagi dalam tiga jenis yaitu:
1. Latihan reguler. Latihan reguler merupakan latihan rutin yang dilakukan MB UNS. Latihan ini berlangsung selama tiga hari dalam satu minggu mulai pukul 15.30-20.30.
2. Latihan panjang. Laihan panjang diadakan di akhir pekan. Biasanya dua kali dalam satu bulan, sesuai degan kebutuhan. Latihan berlangsung mulai pukul 08.00 sampai pukul 18.00.
3. Pemusatan latihan (TC). Pemusatan latihan (TC) merupakan latihan yang ditujukan untuk pendalaman materi. Biasanya berlangsung selama minimal tiga hari dan menginap, sehingga player akan lebih fokus dengan materi. Latihan berlangsung dari pukul 07.30-22.00.
Jadwal latihan ini bisa berubah tergantung kebutuhan dan kesiapan materi yang akan ditampilkan.
2.3 QUINT TOM
Marching band modern umumnya menggunakan multi-tenor, yang terdiri atas beberapa tom-tom yang dimainkan oleh seorang player. Bagian bawah drum biasanya terbuka dan dipotong menyiku untuk memproyeksikan suara ke arah depan. Membran menggunakan double-ply PET film untuk meningkatkan kualitas proyeksi suara. Alat ini umumnya dimainkan dengan menggunakan malet yang
(28)
commit to user
II-6
terbuat dari kayu atau aluminimum dengan ujung berbentuk bundar terbuat dari nilon. (trendmarching.or.id, 2010)
Teknik permainan tenor drum umumnya berbeda dengan teknik yang digunakan untuk bermain snare drum, lebih mirip seperti bermain timpani karena membran dipukul biasanya lebih dekat pada sisi-sisinya dibandingkan bagian di tengah membran. Bentuk pukulan seperti ini menghasilkan suara yang lebih nyaring.
Drum tenor umumnya terdiri dari tom-tom berukuran 10, 12, 13, dan 14 inci yang diatur membentuk busur. Seringkali dengan tambahan satu atau dua buah tom yang lebih kecil (berukuran 6 atau 8 inci) di sisi sebelah dalam.
2.4 HARNESS
Harness atau yang juga sering disebut carrier adalah alat yang digunakan untuk membawa snare drum, bassdrum, ataupun quint tom. Harness digunakan dengan memasangkan pada tubuh pemainnya. Material yang digunakan untuk pembuatan harness bermacam-macam, antara lain besi, alumunium, fiber, ataupun hanya terbuat dari tali. Harness bisa dibuat multifungsi baik untuk snare drum, bassdrum, maupun quint tom tergantung posisi pengait-pengaitnya.
Harness memiliki bentuk ysng beraneka ragam. Ada yang bentuknya V-style, ada yang berbentuk T-style, dan ada juga variasi lainnya. Gambar bentuk-bentuk harness ditunjukkan oleh gambar 2.8 berikut:
(a) (b)
(29)
commit to user
II-7 2.5 PENGERTIAN ERGONOMI
Ergonomi berkaitan dengan desain dari sebuah sistem menyangkut pekerjaan manusia. Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Menurut R.S. Bridger (2003), ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan mesin dan faktor yang mempengaruhi interaksi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan interaksi kinerja sistem dengan memperbaiki mesin manusia. Ini dapat dilakukan dengan "merancang-dalam ' interface yang lebih baik atau dengan 'merancang-out' faktor dalam lingkungan kerja, dalam tugas atau dalam organisasi kerja yang mendegradasi kinerja manusia-mesin.
Seluruh sistem kerja terdiri atas komponen manusia dan komponen mesin menyatu dalam satu lingkungan yang disebut ergosistem. Interaksi manusia dan mesin dengan lingkungan apat divisualisasikan pada gambar 2.9 berikut.
ERGOSISTEM SEDERHANA
ERGOSISTEM KOMPLEKS
Keterangan:
H = Manusia ( Human)
M = Mesin (Machine)
Gambar 2.9 Contoh ergosistem.
Sumber: Bridger, 2003
H
(A)
H
M M
M M
(C)
H H
H M
H
(D) M H
(30)
commit to user
II-8
Pada gambar 2.9 menggambarkan bahwa didalam sistem kerja yang sederhana terdiri atas satu manusia dan satu mesin dalam satu lingkungan. Gambar A dan B adalah ergosistem sederhana. Gambar A menggambarkan manusia sendiri didalam sebuah lingkungan. Pada gambar B ditambahkan sebuah mesin. Pada C dan D adalah ergosistem kompleks. Pada gambar C, satu manusia terhubung dengan beberapa mesin. Pada gambar D satu mesin terhubung dengan beberapa manusia. Desain sistem dibuat saat manusia dan mesin bekerja bersama untuk membuat sesuatu, karakteristik dari manusia didalamnya dan kemampuan untuk diaplikasikan pengetahuan ini dalam desain perlu diketahui. Inilah yang disebut dengan fungsi dasar ergonomi (Bridger, 2003).
Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk, 1979). Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka dkk, 2004), yaitu:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi
Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai
(31)
commit to user
II-9
manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan kepuasan dapat terpelihara. Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek sebagai contohnya yaitu efektivitas sistem manusia di dalamya dan sifat memperlakukan manusia secara manusia. Mencapai tujuan-tujuan tersebut, pendekatan ergonomi merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih tentang manusia secara sistematis dalam perancangan sistem-sistem manusia benda, manusia-fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan lain perkataan ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinterksi dengan obyek-obyek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari (Sutalaksana dkk, 1979).
McCormick dan Sanders (1993) mendefinisikan ergonomi dengan menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif. Pendekatan ini dilakukan melalui tiga hal pokok yaitu; fokus, tujuan dan ilmu ergonomi. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan pekerjaan serta kehidupan sehari-hari. Tujuan ergonomi adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, memperbaiki keamanan, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan, penerimaan pengguna yang lebih besar, meningkatkan kepuasan kerja dan memperbaiki kualitas hidup. Pendekatan yang dilakukan dalam ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karateristik, perilaku dan motivasi manusia terhadap rancangan produk dan prosedur yang digunakan untuk lingkungan tempat menggunakannya (Asih, 2009).
Dipandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu :
1. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. 2. Elemen sistem yang saling berinteraksi secara terpadu dalam usaha menuju
tujuan bersama.
Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak
(32)
commit to user
II-10
dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
2.6 DESAIN DAN ERGONOMI
Manusia dalam kehidupan sehari-harinya akan banyak menggunakan berbagai macam produk, mesin maupun peralatan kerja untuk memenuhi kebutuhannya. manusia merupakan komponen yang penting untuk setiap sistem operasional (sistem manusia – mesin) yang berfungsi untuk menghasilkan sebuah aktivitas kerja. Agar sistem tersebut bisa berfungsi baik, maka sub-sistem (komponen-komponen) pendukungnya haruslah dirancang sesuai satu dengan yang lain. Hal ini tidak saja menyangkut komponen (elemen) yang berada didalam sub-sistem mesin, tetapi juga menyangkut manusia yang akan berinteraksi dengan sub-sistem mesin tersebut untuk membentuk sebuah sistem manusia-mesin (man-machine system). Oleh karena itu sangat mendasar sekali kalau seorang perancang mesin (produk) akan selalu mempertimbangkan manusia sebagai sub-sistem yang perlu diselaraskan dengan sub-sistem mesin (produk) agar bisa layak dioperasikan nantinya. Berkaitan dengan hal tersebut sudah semestinya seorang perancang mesin (produk) akan memperhatikan segala kelebihan maupun keterbatasan manusia dalam hal kepekaan inderawi (sensory), kecepatan dan ketepatan didalam proses pengambilan keputusan, kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dimensi ukuran tubuh (anthropometri), dan sebagainya; untuk kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor manusia (human factors) ini sebagai acuan didalam menghasilkan sebuah rancangan mesin atau produk yang serasi, selaras dan seimbang dengan manusia yang akan mengoperasikannya nanti (Wignjosoebroto, 2000).
Menurut Wignjosoebroto (2000), secara umum aplikasi konsep Human Integrated Design (HID) dapat dijelaskan berdasarkan dua prinsip:
1. Seorang perancang produk harus menyadari benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci penentu sukses didalam operasionalisasi sistem manusia-mesin (produk); tidak peduli apakah sistem tersebut bersifat manual, mekanis (semi-automatics) ataukah otomatis penuh.
(33)
commit to user
II-11
2. Seorang perancang produk harus juga menyadari bahwa setiap produk akan memerlukan informasi-informasi detail dari semua faktor yang terkait dalam setiap proses perancangan.
Seluruh aktivitas yang terjadi di alam semesta ini, seluruhnya selalu berhubungan dengan kepentingan manusia. Manusia selalu dijadikan objek dalam pengembangan design produk (Syafei, 2007). Jelas di sini bahwa untuk pengembangan design produk harus menyeimbangkan fungsi objek di dalamnya yang merupakan unsur mati dengan manusia sebagai pihak yang hidup.
Granjean (1982) memfokuskan perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan mengarah ke upaya pencapaian sebuah rancangan produk yang memenuhi persyaratan “fitting the task to the man”. Hal ini berarti setiap rancangan sistem manusia-mesin (produk) yang akan dibuat haruslah selalu dipikirkan untuk kepentingan (dalam arti keselamatan, keamanan, maupun kenyamanan) manusia. Sebuah kajian ergonomis jelas akan merujuk pada kepentingan manusia, tidak semata-mata mengarah pada aspek teknis-fungsional dari produk, mesin ataupun fasilitas kerja yang dirancang. Bilamana tidak ada unsur manusia yang terlibat dalam interaksi sistem manusia-mesin, seperti halnya dalam sistem mesin yang bekerja secara otomatis penuh (full-automatics), maka secara tegas dapat disimpulkan kajian ergonomis tidak lagi terlalu signifikan untuk dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).
2.7 NORDIC BODY MAP (NBM)
Adanya keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh manusia lebih disebabkan oleh tidak adanya kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Misalnya tubuh yang tinggi rentan terhadap beban tekan dan tekukan, oleh sebab itu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan otot skeletal (Wignjosoebroto, 2000). Melalui Nordic Body Map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai dengan sangat sakit.
(34)
commit to user
II-12
Menurut Juniani (2010) kelelahan maupun ketidaknyamanan akibat pekerjaan yang berulang-ulang sering terjadi di tempat kerja. Hal –hal yang menyebabkan terjadinya resiko tersebut adalah
1. Static positions (posisi yang tetap) 2. Body movements (pergerakan tubuh)
3. Handling – lifting (pengangkatan dan penanganan benda)
4. Pushing/pulling and carrying loads (pekerjaan menarik, mendorong, dan mengangkat beban)
5. Use of a localised force (penggunaan gaya setempat) 6. Repeated efforts (usaha yang berulang – ulang)
7. Energy expenditure (pengeluaran energi yang berlebihan)
Kuesioner Nordic Body Map terhadap segmen-segmen tubuh dapat dilihat dalam gambar 2.10 berikut ini.
Gambar 2.10 Nordic Body Map
Sumber : Corlett, 1992 dalam Tarwaka 2004
No Keluhan Bagian Tubuh No Keluhan Bagian Tubuh 0 Leher bagian atas 14 Pergelangan tangan kiri 1 Leher bagian bawah 15 Pergelangan tangan kanan 2 Bahu kiri 16 Telapak tangan bagian
kiri
3 Bahu kanan 17 Telapak tangan bagian kanan
4 Lengan atas bagian kiri 18 Paha kiri 5 Punggung 19 Paha kanan 6 Lengan atas bagian
kanan
20 Lutut kiri 7 Pinggang ke belakang 21 Lutut kanan 8 Pinggul ke belakang 22 Betis kiri 9 Daerah pantat 23 Betis kanan
10 Siku kiri 24 Pergelangan kaki kiri 11 Siku kanan 25 Pergelangan kaki kanan 12 Lengan bawah bagian
kiri
26 Telapak kaki kiri 13 Lengan bawah bagian
kanan
27 Telapak kaki kanan Keterangan gambar 2.10:
(35)
commit to user
II-13 2.8 ANTHROPOMETRI
Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu anthropos
yang berarti manusia (man, human) dan metrein (to measure) yang berarti ukuran (Wignjosoebroto, 2000). Anthropometri adalah ukuran tubuh manusia (Bridger, 2003). Menurut Pheasant (1988) dalam Bridger (2003), sebagai suatu ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya. Data anthropometri yang ada dibedakan menjadi tiga kategori, (Bridger, 2003), yaitu: 1 Dimensi struktural (statis),
Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi tetap dan statis. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.
2 Dimensi fungsional (dinamis),
Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai pergerakan bagian tubuh. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
3 Dimensi Newtonian,
Data ini digunakan pada analisis mekanik beban pada tubuh manusia. Data newtonian dapat digunakan untuk membandingkan beban pada tulang belakang dari teknik mengangkat yang berbeda.
Data anthropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, (Wignjosoebroto, 1995), yaitu:
1. Perancangan areal kerja
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya 3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer, dan lain-lain
(36)
commit to user
II-14
Menurut Nurmianto (2004) perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain atau disebut juga degan variabilitas adalah dikarenakan oleh faktor-faktor, sebagai berikut:
1. Keacakan/random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok anggota masyarakat jelas dapat diapromaksimasikan dengan menggunakan distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data persentil yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan standar deviasinya telah diestimasi.
2. Jenis kelamin
Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara
mean dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.
3. Suku bangsa
Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi anthropometri secara nasional. 4. Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia, yaitu:
a. Balita b. Anak-anak c. Remaja d. Dewasa e. Lanjut usia
(37)
commit to user
II-15
Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
5. Jenis pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
6. Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan, pengeboran lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronaut pun harus mempunyai pakaian khusus.
7. Faktor kehamilan pada wanita
Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.
8. Cacat tubuh secara fisik
Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee
(38)
commit to user
II-16
space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, supermarket dan lain-lain.
Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan menggunakannya (Wignjosoebroto, 1995). Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada gambar 2.11 di bawah ini.
Gambar 2.11 Data anthropometri yang diperlukan untuk perancangan produk atau fasilitas kerja
Sumber: Wignjosoebroto, 1995
Keterangan gambar 2.11 di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala).
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).
(39)
commit to user
II-17
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk. 8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak. 25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan.
(40)
commit to user
II-18
2.8.1 Pertimbangan Anthropometri Dalam Desain
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat kompleks harus berpedoman pada anthropometri pemakainya. Anthropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang (Tarwaka dkk, 2004). Pengaplikasian ergonomi dalam kaitannya dengan anthropometri dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Ergonomi berhadapan dengan manusia, mesin beserta sarana pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi disini adalah untuk menciptakan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan mental manusia dapat terus dipelihara serta efisiensi, produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal.
2. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk. Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung lainnya, data anthropometri manusia memegang peranan penting. Dengan mengetahui ukuran anthropometri manusia akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi manusia yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja. Faktor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setip desain produk dan stasiun kerja. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
a. Manusia adalah berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda seperti tinggi-pendek, tua-muda, kurus-gemuk, normal-cacat, dsb. Tetapi kita sering hanya mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai atau tepat untuk menggunakan.
b. Manusia mempunyai keterbatasan, baik keterbatasan fisik maupun mental. c. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa
yang ada di sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa dengan kondisi seperti, warna merah berarti larangan atau berhenti, warna hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu ke bawah berarti lampu hidup,
(41)
commit to user
II-19
dsb. Kondisi tersebut menyebabkan harapan dan prediksi kita bahwa kondisi tersebut juga berlaku di mana saja. Maka respon yang bersifat harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap desain alat dan stasiun kerja untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kebingungan pekerja atau pengguna produk.
2.8.2 Aplikasi Data Anthropometri Dalam Perancangan
Dengan adanya variabilitas dimensi tubuh manusia, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data anthropometri agar produk yang dirancang dapat mengakomodasi ukuran tubuh dari populasi yang akan menggunakan produk tersebut, yaitu:
1. Perancangan berdasar individu ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila diharapkan fasilitas yang dirancang dapat dipakai dengan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya. Perancangan ini dapat dibagi dua yaitu yang pertama perancangan dengan data nilai persentil tinggi (90%, 95%, atau 99%). Misalnya untuk merancang tinggi pintu dipakai tinggi manusia dengan persentil 99% ditambah dengan kelonggaran. Yang kedua, perancangan fasilitas dengan data persentil kecil atau rendah (10%, 5%, atau 1%). Misalnya untuk menentukan tinggi tombol lampu digunakan persentil 5 yang berarti 5% dari populasi tidak dapat menjangkaunya.
2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (adjustable)
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar dapat dipakai dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Dalam prinsip ini biasanya dipakai data anthropometri dengan rentang persentil 5% sampai 95%. Contoh penerapan prinsip ini adalah perancangan kursi kemudi mobil yang bisa dimaju-mundurkan dan diatur kemiringan sandarannya.
3. Perancangan fasilitas berdasar harga rata-rata
Pemakainya Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasar harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.
(42)
commit to user
II-20 2.8.3 Persentil
Presentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi yang memiliki ukuran tubuh tertentu (atau yang lebih kecil) atau nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh bila dikatakan presentil pertama dari suatu data pengukuran tinggi badan, maka pengertiannya adalah bahwa 99% dari populasi memiliki data pengukuran yang bernilai lebih besar dari 1% dari populasi yang tadi disebutkan. Contoh lainnya : bila dikatakan presentil ke-95 dari suatu pengukuran data tinggi badan berarti bahwa hanya 5% data merupakan data tinggi badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah pada populasi tersebut.
Persentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata, merupakan nilai yang membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data bernilai terkecil dan terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai tersebut. Persamaan P-50 ditunjukkan oleh persamaan 2.1.
P50 =x-= ...(Persamaan 2.1) Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran dari suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu data adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50 mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering digunakan sebagai pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok. Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut “manusia rata-rata”.
2.9 MANUAL MATERIAL HANDLING
Pemindahan beban secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulakan kecelakaan, yang disebut “Over exertion-lifting and carrying” yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih. Beberapa aktivitas yang dapat menimbulkan efek samping negative (hazard) tersebut adalah:
(43)
commit to user
II-21
· Mengangkat beban berat di kantor/perusahaan · Mengangkat pasien di rumah sakit
· Menyebar benih tanaman di kebun
· Mengoperasikan peralatan dan fasilitas kerja di industry manufaktur maupun jasa
Pada semua kasus di atas, masyarakat harus sadar bahwa pasien usia menengah (yaitu diatas 40 tahun) merupakan usia yang berpeluang besar untuk mendapatkan resiko ini. Namun demikian, kaum muda diharapkan juga berhati-hati dalam mengangkat beban secara repetitif (berulang).
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah sebagai berikut:
· Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat operator.
· Jarak horizontal dari beban relative terhadap operator.
· Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat beban dari permukaan lantai akan relative lebih sulit dari pada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang).
· Prediksi terhadap beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
· Berbagai macam rintangan yang menghalagi ataupun keterbatasan postur tubuh yang berada pada suatu tempat kerja.
· Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.
· Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban pada
vertebral disc (VD) dan intervertebral disc (ID) pada vertebral column di daerah punggung.
Pendekatan terhadap batasan massa beban yang boleh diangkat meliputi a. Batasan Legal (legal limitation)
Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. Adapun variabelnya adalah sebagai berikut:
· Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg
(44)
commit to user
II-22
· Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat
· Wanita usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 11 kg · Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat adalah 16 kg
Batasan-batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, mgilu pada tulang belakang bagi para wanita (back injuries incidence to women). Batasan angkat ini akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat.
Beban maksimum yang boleh diangkat secara manual (tanpa alat) adalah seberat 50 kg, dan pekerja atau operator tidak diijinkan mengangkat beban secara berulang lebih dari 25 kg selama lebih dari 4 jam sehari.
Pada tabel 2.1 berikut menunjukkan tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya.
Tabel 2.1 Tindakan Yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkatnya.
Batasan Angkat (Kg) Tindakan
Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu dilakukan.
16-34
Prosedur administratif dibutuhkan untuk mengidentifikasi
ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan perantara alat bantu tertentu.
34-55
Sebaiknya operator terpilih dan terlatih. Menggunakan system pemindahan material secara terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor (penyelia).
Di atas 55
Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industry. Harus dibawah pengawasan ketat. Sumber: Nurmianto, 2004
(45)
commit to user
II-23
b. Batasan Biomekanika (biomechanical limitation)
Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasarkan pada beban tekan (compression load) pada intervertebral disk antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor saru (L5/S1) c. Batasan Fisiologi (phsycological limitation )
Menurut Stevenson (1987), metode batasan fisiologi mempertimbangkan rata-rata beban metabolism dari aktivitas angkat yang berulang, sebagaimana dapat juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat. Kelelahan kerja yang terjadi akibat dari aktivitas yang berulang-ulang akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injuries). Aktivitas angkat yang berulang-ulang dapat menyebabkan Cumulative Trauma Injuries
atau Repetitive Strain Injuries. (Nurmianto, 2004) d. Batasan Psiko-fisik (psycho-physical limitations)
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda-beda.
Kemudian aktivitas angkat yang riil diterapkan dengan melibatkan para pekerja industry pada eksperimen tersebut. Ada tiga macam kategori posisi angkat yang didapatkan, yaitu:
1. Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan (knuckle height) 2. Dari ketinggian genggaman tangan (knuckle height) ke ketinggian bahu
(shoulder height)
3. Dari ketinggian bahu (shoulder height) ke maksimum jangkauan tangan vertical (vertical arm reach).
(46)
commit to user
III-1 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan harness quint tom. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditujukan pada gambar. 3.1 di bawah ini
Gambar 3.1 Metodologi penelitian Tahap Identifikasi
Masalah
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tahap Perancangan dan Pembuatan
Harness
Mulai
Tujuan Penelitian Perumusan Masalah
Manfaat Penelitian
Studi Lapangan Studi Pustaka
Rancangan Harness Baru Penentuan Ide Rancangan
Identifikasi Kebutuhan Pengguna (Needs) Perancangan Harness
A
Pengumpulan Data Anthropometri Pengumpulan Data Keluhan
dan Harapan Pengguna Harness
(47)
commit to user
III-2
Gambar 3.1 Metodologi penelitian (Lanjutan)
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1, diuraikan dalam sub bab di bawah ini.
3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH
Tahap identifikasi masalah terdiri dari: studi pustaka, studi lapangan, latar belakang, perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian. Masing-masing akan dijelaskan berikut ini.
3.1.1Studi Lapangan
Studi lapangan digunakan untuk menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Adapun metode untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan cara: 1. Observasi
Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Keterangan:
1. Subyek observasi: Seluruh pemain battery Marching Band Sebelas Maret (MB UNS), berjumlah 12 orang.
A
Pembuatan Prototype
Uji Coba Perhitungan Biaya
Tahap Analisis dan Intepretasi Hasil Tahap Kesimpulan
dan Saran
Analisis dan Intepretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
(48)
commit to user
III-3 2. Masa obervasi:
Masa observasi dilakukan selama bulan Maret - Juli 2010. Dilakukan saat kegiatan latihan belangsung. Selama Maret – Juli 2010, MB UNS juga terlibat dalam 2 pementasan yaitu Solo Batik Carnival dan Pesta Rakyat Simpedes.
3. Lokasi observasi:
Lokasi observasi dipusatkan di tempat latihan yaitu halaman porsima UNS dan stadion UNS. Selain itu, observasi juga dilakukan di 2 lokasi pementasan. Pertama dalam rangka Solo Batik Carnival, yaitu parade sejauh 2,5 km sepanjang Jl. Slamet Riyadi, Solo. Pementasan kedua dalam rangka Pesta Rakyat Simpedes, yaitu parade sejauh 1,5 km yang dilaksanakan di Boyolali.
4. Objek observasi:
a. Observasi awal berkaitan dengan kegiatan marching band dan alat-alat yang digunakan.
b. Observasi lanjutan dilakukan dengan mengamati kegiatan fisik yang dilakukan pemain pengguna harness selama latihan dan saat pementasan. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar kerja fisik yang dilakukan dan seberapa berpengaruh harness terhadap kondisi fisik penggunanya. Kegiatan observasi juga mengamati
harness yang digunakan dalam kegiatan marching band. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data awal berupa material, berat, dan ukuran harness.
2. Wawancara
Pada tahap ini dilakukan kepada seluruh pemain battery yang juga merupakan subyek observasi. Wawancara dilakukan setelah observasi awal selesai dilaksanakan. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apakah harness yang selama ini digunakan untuk kegiatan mulai dari latihan sampai pementasan sudah terasa nyaman dan tidak menimbulkan keluhan. Daftar pertanyaan dan kuesioner
Nordic Body Map (NBM) dalam wawancara, disajikan pada lampiran L-1 dan L-2. Hasil dari wawancara disajikan pada lampiran L-3, menggambarkan permasalahan awal yang dapat diangkat menjadi objek penelitian.
(49)
commit to user
III-4 3.1.2Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendukung proses identifikasi perancangan
harness quint tom pada MB UNS. Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam perancangan ini, antara lain mengenai penelitian serupa sebelumnya, batasan aman pemindahan material secara manual, desain-desain harness, dan materi mengenai bahan. Pencarian informasi ini dilakukan dengan melalui internet, perpustakaan, sehingga diperoleh referensi yang akurat untuk mendukung pembahasan perancangan ini.
3.1.3Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus dalam membahas permasalahan yang dihadapi. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana merancang harness yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis sehingga alat tidak membuat bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna
harness mengalami rasa nyeri.
3.1.4Tujuan Penelitian
Setelah perumusan masalah, langkah selanjutnya adalah penetapan tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan harness yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis sehingga alat tidak membuat bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna harness
mengalami rasa nyeri.
3.1.5Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah hasil rancangan dapat memperlambat kelelahan yang diakibatkan alat yang berat, dan mengurangi kemungkinan timbulnya lowback pain.
(50)
commit to user
III-5
3.2 TAHAP PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tahap-tahap pengumpulan data diperlukan untuk mendukung penelitian mengenai perancangan harness quint tom. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis dan interpretasi hasil.
3.2.1 Pengumpulan Data Keluhan dan Harapan Pengguna Harness
Pada tahapan ini akan dilakukan pengumpulan data keluhan. Sumber informasi merupakan pemain quint tom MB UNS. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara terhadap seluruh pemain quint tom MB UNS sejumlah 5 orang. Alasan pemilihan pemain quint tom ini karena quint tom adalah alat yang paling berat di battery dan paling banyak menimbulkan keluhan pada wawancara pendahuluan, sehingga keluhan dan harapan yang diutarakan nantinya diharapkan dapat mewakili suara keseluruhan pemain battery. Kriteria pemain yang dijadikan sumber informasi adalah pemain atau pernah bermain quint tom minimal 1 tahun. Asumsinya dengan lama pemakaian 1 tahun, pemain quint tom telah merasakan pola latihan yang sama walaupun pada tahun yang berbeda.
Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah seputar lama pemakaian, kenyamanan, dan harapan. Pertanyaan mengenai lama pemakaian diajukan agar dapat dipastikan bahwa pemain sudah melewati masa adaptasinya dengan harness dan quint tom, sehingga jawaban-jawaban yang diberikan bukanlah kesan pertama melainkan memang apa yang dirasakan selama selang waktu pemakaian tersebut. Pertanyaan tentang kenyamanan bertujuan untuk menggali keluhan-keluhan apa yang dirasakan oleh pemain sehingga muncul rasa ketidaknyamanan, dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan itu. Pertanyaan terakhir adalah harapan, yaitu apa harapan pemain terhadap rancangan harness yang baru. Dengan mengetahui harapan pemain, akan lebih mudah untuk menentukan desain seperti apa yang cocok untuk dikembangkan sebagai rancangan harness yang baru sesuai dengan kebutuhannya. 3.2.2 Pengumpulan Data Anthropometri
Pada perancangan ini diperlukan data anthropometri untuk menetapkan ukuran rancangan. Hal ini dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak mendekati karakteristik
(1)
BAB V
ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang
telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan intepretasi hasil
tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.
5.1
ANALISIS
HARNESS
AWAL
Masalah pada
harness
yang digunakan oleh Marching Band Sebelas Maret
adalah pada desain, ukuran, dan ketebalan bantalan.
Harness
sebelumnya memiliki
desain dengan bentuk V-
style
, yang terbuat dari material serat fiber.
Harness
ini
menggunakan ukuran yang tidak sesuai dengan anthropometri tubuh pengguna.
Selain itu, tidak dilengkapi dengan bantalan yang cukup empuk untuk mengurangi
tekanan langsung
harness
kepada tubuh pengguna. Akibatnya, timbul keluhan pada
bagian bahu, dada, dan pinggul.
5.2
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Analisis terhadap hasil penelitian terdiri dari analisis hasil rancangan, analisis
material bahan, dan analisis biaya. Analisis hasil penelitian secara rinci adalah
sebagai berikut:
5.2.1 Analisis Hasil Rancangan
Harness
baru dirancang untuk menjawab keluhan-keluhan dari pengguna
harness
. Dari sisi desain, dengan menggunakan referensi dari beberapa
harness
yang
sudah ada di pasaran,
harness
dibuat dengan T-
style
. Tujuan pemilihan desain
harness
ini agar bagian dada tidak tertekan dan bagian bahu bisa disesuaikan dengan
lebar bahu pengguna. Dari sisi ukuran,
harness
baru dibuat dengan acuan ukuran
tubuh pengguna
harness
MB UNS. Perbandingan
harness
awal dan
harness
hasil
rancangan adalah sebagai berikut:
(2)
1.
Bahu
(a)
(b)
Gambar 5.1
Perbandingan bahu
harness
; (a) bagian bahu pada
harness
awal dan (b)
bagian bahu pada
harness
hasil rancangan.
Dibandingkan V-
style
harness
, desain T-
style
harness
lebih aman digunakan
untuk
harness
yang posisi pada bagian bahunya bisa di ubah. Karena pada T-
style
harness
engsel antara bahu dan bagian dada terpisah, sehingga apabila ingin ada
penyesuaian pada bagian bahu tidak perlu mengurangi kenyamanan bagian tubuh
lainnya terutama dada. Selain itu, pada bagian bahu juga ditambahkan busa dengan
ketebalan 3 cm, sehingga lebih empuk dari sebelumnya.
2.
Dada
(a)
(b)
Gambar 5.2
Perbandingan dada
harness
; (a) bagian dada pada
harness
awal dan (b)
bagian dada pada
harness
hasil rancangan.
T-
style
harness
memungkinkan bagian dada tidak tertekan, karena posisi
bagian yang melintang berada diatas dada. Baik pada pengguna perempuan maupun
laki-laki tidak akan bermasalah di bagian dada.
(3)
3.
Tubuh
(a)
(b)
Gambar 5.3
Perbandingan tubuh
harness
; (a) bagian tubuh pada
harness
awal dan
(b) bagian tubuh pada
harness
hasil rancangan.
Pada bagian tubuh dirancang supaya bisa diatur ketinggiannya sesuai ukuran
tubuh pengguna.
4.
Pinggul
(a)
(b)
Gambar 5.4
Perbandingan pinggul
harness
; (a) bagian pinggul pada
harness
awal
dan (b) bagian pinggul pada
harness
hasil rancangan.
Ukuran pada bagian pinggul disesuaikan dengan tubuh pengguna. Dibuat
lebih kecil dari sebelumnya, dan tidak terlalu melengkung.
Harness
tidak mengenai
tulang pinggul dan juga ada bantalan busa dengan ketebalan 3 cm yang melindungi
(4)
sehingga terasa empuk. Busa dibuat bisa dilepas karena dibalik busa ini terdapat
baut-baut yang dapat disesuaikan penggunaanya untuk mengatur ketinggian
harness
.
Analisis perbandingan kenyamanan pengguna
harness
awal dan
harness
hasil rancangan diketahui dari hasil wawancara langsung. Dari hasil wawancara, pada
titik-titik keluhan yaitu bahu, dada, dan pinggul sudah tidak lagi menimbulkan nyeri.
Jumlah perbandingan pengguna yang mengeluhkan
harness
awal dan
harness
hasil
rancangan tersaji pada tabel 5.1 dibawah ini:
Tabel 5.1
Jumlah Pengguna Yang Mengeluhkan
Harness
Awal Dan
Harness
Hasil
Rancangan
Bagian
Tubuh
Jumlah Pengguna Yang
Mengeluhkan
Harness
Awal (orang)
Jumlah Pengguna Yang
Mengeluhkan
Harness
Hasil Rancangan (orang)
Bahu
5
0
Dada
2
0
Pinggul
5
0
Pengguna
harness
menyatakan
harness
yang dirancang lebih nyaman
digunakan. Kenyamanan yang dirasakan pengguna
harness
dipegaruhi oleh
faktor-faktor desain yang tepat serta ukuran yang telah disesuaikan. Masalah dari sisi desain
dan ukuran diatasi dengan pemilihan T-
style
harness
yang dapat disesuaikan lebar
bahu dan ketinggian
harness-
nya. Pemilihan T-
style
harness
juga mengatasi masalah
harness
yang menekan dada. Penambahan busa pada bahu dan pinggul juga menjadi
faktor penambah kenyamanan. Tersedianya busa ini membuat rasa nyeri akibat
harness
bisa diatasi.
5.2.2 Analisis Material Bahan
Rangka
harness
terbuat dari bahan plat alumunium 5 mm. Pemilihan bahan
alumunium ini di dasarkan pada karakteristik bahannya yang kuat, dengan kekuatan
tarik sebesar 60 N/mm2, namun ringan. Alumunium dikaatakan ringan karena
(5)
memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga. Berat jenisnya
ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³). Alasan lainnya alumunium
juga mudah dibentuk, serta tahan terhadap korosi. Selain itu kelebihan lain dari
alumunium jika dibandingkan dengan serat fiber yang digunakan pada
harness
sebelumnya adalah sifatnya yang tidak mudah pecah dan lebih mudah diperoleh di
pasaran. Sehingga memudahkan untuk proses produksi dalam penelitian ini.
5.2.3 Analisis Biaya
Biaya pembuatan
harness
terdiri dari biaya material dan biaya tenaga kerja.
Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan
harness
ini sebesar Rp 819.750,00 dengan
rincian yang tertera pada sub bab 4.2.5 halaman IV-22. Biaya tersebut tidak termasuk
biaya ide perancang. Jika dibandingkan dengan
harness
sebelumnya yang berkisar Rp
400.000,00 – Rp 500.000,00, biaya pembuatan
harness
ini cukup besar. Hal ini
disebabkan karena pemilihan material alumunium dan stainless. Selain itu karena
produk dibuat secara khusus sehingga membutuhkan biaya lebih dibandingkan
produk yang dibuat secara massal.
(6)