Jilid-17 Depernas 24-Lamp02
RENTJANA:
Sekolah Pengadjaran Luar Biasa untuk anak2 terbela
kang, dalam rangka Rentjana Semesta Pemerintah.
Pendahuluan :
A. Umum : Bagi Indonesia tak perlu disangsikan lagi akan perlunja Seko
lah Pengadjaran Luar Biasa (S.P.L.B.) untuk anak 2 Lemah
Pikiran/terbelakang, bahkan sudah dimuat dalam U.U. R.I.
No. 12 tahun 1954 Bab IV fatsal 6 ajat 2 (dua).
a.
Meskipun di Indonesia sendiri belum diadakan penjelidik
an2 mengenai anak2 djenis ini, akan tetapi berdasarkan\
statistik dibeberapa negara Barat, maka djumlah anak 2
terbelakang/Lemah Pikiran ialah + 1½ % 2½ % dari
djumlah anak2 jang berarti, bahwa 1½% — 2½% dari anak2
jang telah matang untuk bersekolah harus dimasukkan
djenis ini.
b.
Mengingat pula adanja „relasi” antara Lemah Pikiran/
terbelakang dengan „young deliquency”, Lemah Pikiran/
terbelakang dengan kedjahatan kriminil, dengan kedjahatan
seksuil dsb.
Dalam hal ini kita tak dapat melepaskan diri dari ke
njataan bahwa adanja „interaksi” antara , problematik
masjarakat dengan Lemah Pikirah/ terbelakang.
B. Chusus (S.P.L.B. Bandung):
Sekolah Pengadjaran Luar Biasa (S.P.L.B. Bag. C) adalah
sekolah untuk anak2 Lemah Pikiran/terbelakang.
Prinsip : Pendidikan dan Pengadjaran diberikan setjara in
dividuil (pengadjaran individuil) dengan lama waktu
beladjar: 6 — 18 tahun.
Maksud: Menjelenggarakan pendidikan dan pengadjaran jang
chusus untuk anak2 Lemah Pikiran/ terbelakang, jang
kurang mampu atau tidak sanggup mengikuti
pendidikan dan pengadjaran pada sekolah biasa.
Tudjuan:
a. Umum: Sesuai dengan U.U. R.I. No. 12 th 1954 Bab. II
fatsal 3.
b. Chusus: Memberikan pendidikan dan pengadjaran sesuai
dengan kebutuhan dan kesanggupan anak2 tersebut, agar
mereka dapat mendjadi anggota masjarakat jang berguna
baik baginja sendiri maupun bagi negara.
I.
Riwajat singkat Sekolah Pengadjaran Luar Biasa:
Sekolah Pengadjaran Luar biasa Bag. C (J.E. Folkertssehool) didirikan
tanggal 31 Mei 1927, oleh orang e Belanda untuk anak2 Eropah. Baru sesudah
penjerahan kedaulatan (th.1950) pengadjaran ini diaktivir oleh orang 2 In
donesia, jang berarti bahwa mulai saat itu pula anak 2 Indonesia dapat
diterima.
Sedjak dahulu hingga tahun 1955 sekolah ini belum mempunjai gedung
sendiri, sehingga sekolah itu sering berpindah tempat. Baru pada tahun 1956
4259
mempunjai gedung sendiri dengan bantuan P.P. dan K., disamping masih
menjewa sebuah gedung jang lain di Djalan Tamansari 62 Bandung.
Perkembangan usaha Pertama, nampaknja belum begitu berarti meng
ingat beberapa faktor kesulitan jang dihadapi fihak penjelenggara, terutama
kekurangan ruangan jang diperlukan. Sampai tahun 1955 djumlah murid
kurang dari 100 orang, dimana belum dapat diadakan pemisahan dalam go
longan slowlearner, debiel dan imbeciel djusteru karena kekurangan
tempat. Dan penjatuan golongan ini sepandjang pengertian pendidikan,
kurang menguntungkan anakdidik karena taraf perkembangan djasmaniah
dan rochaniahnja tiada sama.
Dengan adanja gedung sendiri pada tahun 1956, barulah dapat diadakan
pemisahan antara anak slowlearner, debiel dan imbeciel. Djumlah murid
meningkat dan sampai permulaan tahun 1960 telah mentjapai djumlah 160
orang. Berdasarkan atas penggolongan tersebut, maka anak 2 slowlearner dan
anak2 debiel jang djumlahnja djauh lebih banjak dari golongan imbeciel
menempati gedung sendiri di Djl. Tjipaganti belakang 144146 Bandung,
sedangkan golongan imbeciel menggunakan beberapa ruangan dari sebuah
gedung jang disewa oleh Perkumpulan di Djl. Tamansari 62.
Mengingat ruangan jang tersedia untuk asrama dari bagian gedung
sekolah di Djl. Tjipaganti baru selesai pada achir tahun 1957, maka mulai per
mulaan Djanuari 1958 dibuka (menerima) untuk anak2 slowlearner dan debiel,
terurtama mereka jang berasal dari Mar daerah Bandung, misalnja dari Djawa
Tengah, Djawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dll. Penjelenggaraan
asrama sepenuhnja berada dibawah tanggung djawab Perkumpulan Penga
djaran Luar Biasa disamping penjelenggaraan sekolah jang sebagian menda
pat bantuan dari pemerintah (c.q.Dept. P.P.dan K.).
Djadi usaha jang telah ditJapai sampai dewasa ini, meliputi:
1. Sekolah untuk anak2 imbeciel di W. Tamansari 62 Bandung.
2. Sekolah untuk anak2 debiel, slowlearner di Djl. Tjipaganti belakang
144146.
3. Asrama untuk anak2 debiel/slow learner.
Djumlah murid semua 160 orang.
Beberapa hasil jang dapat kita tjatat sedjak tahun 1950 hingga sekarang
dibidang kemadjuan anak2 ialah antara lain:
a) Sebanjak 15 orang anak sudah lulus menamatkan peladjarannja dan
sudah pula bekerdja terutama dilapangan usaha partikelir.
b) Sebanjak 2 orang anak jang lulus udjian negeri untuk pertama kali pada
talum 1959 dari 3 orang tjalon jang diadjukan untuk mengikuti udjian
persamaan S.R.
c) Beberapa orang anak dapat dikembalikan kesekolah biasa sesudah
melihat adanja perkembangan jang setaraf untuk bisa mengikuti pela
djaran2 disekolah biasa (terbelakangnja tlisebabkan faktor lingkungan).
Hasil2 diatas memang belum sebagaimana jang kita harapkan, akan
tetapi merupakan suatu hal jang menggembirakan apabila prestasi jang
demikian mendjadi titik pengertian dan harapan didalam pembinaan lebih
landjut. Karena disamping djangka waktu jang tidak begitu lama kita sudah
dapat menundjukkan beberapa hal jang njata, djuga hendaknja difahami
4260
sifat pengertian pendidikan, pengadjaran luar biasa untuk anak2 terbelakang,
disamping beberapa kesukaran pokok.
Beberapa kesulitan jang dialami fihak penjelenggara antara lain:
a) Kekurangan tenaga guru dan tenaga ahli lainnja, jang dirasakan sebagai
suatu kebutuhan jang mendesak mengingat perkembangan achir2 ini.
b) Kekurangan ruangan jang diperlukan, untuk kepentingan kelas 2 dan
kelas2 „kedjuruan” anak2 pria dan wanita, maupun gedung untuk
asrama dan klinik, mengingat perkembangan achir2 ini.
c) Kekurangan perlengkapan2 jang primer terutama dalam hubungan
peladjaran „vocational training” serta peladjaran2 jang perlu diragakan.
II. Perkembangan jang diharapkan.
Untuk mentjapai tudjuan pendidikan dan pengadjaran sebagaimana jang
tertjantum diatas tadi, atau setidaktidaknja mendekati harapan achir, maka
perlu kiranja beberapa faktor berikut ini mendapat perhatian.
A) Kelengkapan personil; meliputi tenaga2 guru, tenaga2 kedjuruan, tenaga2
ahli dan tenaga administratif.
a) Tenaga guru jang mempunjai taraf pendidikan sedikitnja bertjngkat
sardjana Muda/Sardjana djurusan paedagogik terutama bagi pimpinan
sekolah;
b) Tenaga2 kedjuruan untuk beberapa mata peladjaran kedjuruan jang di
perlukan dalam sekolah ini, misalnja kedjuruan untuk anak 2 pria dan
anak2 wanita;
c) Tenaga2 ahli atau jang mempunjai pendidikan chusus dilapangan test,
speach correctien mengingat penggolongan anak dan perkembangan
bahasa serta kerusakan motorik bitjara anak jang perlu mendapat
perhatian chusus.
B) Perlengkapan materiil; biaja2 continue jang memenuhi kebutuhan per
luasan usaha, gedung maupun penambahan ruangan untuk keperluan
asrama, kelaskelas kedjuruan dan klinik sekolah serta perlengkapan
a). Gedung, maupun ruangan jang dirasakan penting sekali dalam hu
bungan asrama untuk masing 2 golongan anak dan kelas 2 kedjuruan
serta ruangan klinik sekolah jang chusus;
b). Untuk lebih effektifnja pendidikan dan pengadjaran jang diberikan
sesuai dengan keadaan anak 2 terbelakang jang memerlukan
pertolongan, maka penting sekali ,adanja alat2 peladjaran jang tjukup
maupun alat2 chusus jang primer (alat bantuan mengadjar);
Adanja faktor2 diatas akan menentukan perkembangan jang lebih
djauh dimasa depan dari Sekolah Pengadjaran Luar Biasa untuk anak 2
terbelakang di Indonesia, sehingga tidak perlu dikuatirkan bahwa seba
gian atau seluruh tudjuan pendidikan pengadjaran jang kita bina akan
mentjapai hasil sebagiamana jang diharapkan dalam waktu jang tidak
terlalu lama.
III. Usulusul :
Untuk memenuhi harapan tersebut pada sub II diatas, maka bersama ini
diusulkan agar keperluan primer dan fondamentil mendapat pelajanan
4261
jang semestinja dalam rangka pemikiran Rentjana Semesta Pemerintah,
sebagaimana jang kami tjantumkan dibawah ini.
A. Tenaga2 guru, kedjuruan dan tenaga ahli.
1) Dibutuhkan tenaga2 guru jang mempunjai taraf pendidikan Sardjana
Muda/Sardjana pendidikan djurusan Ilmu Mendidik, lebih 2 bagi pim
pinan sekolah.
2) Dibutuhkan tenaga2 kedjuruan, baik untuk mata peladjaran kedjuruan
(pekerdjaan tangan, pertukangan, rumah tangga) bagi anak 2 pria dan
wanita, maupun untuk mata peladjaran pendidikan djasmani dan musik.
3) Dibutuhkan tenagatenaga pimpinan asrama atau tenaga 2 socialwelfare
jang mempunjai didikan bagaimana socialservices dilakukan didalam
bidang kesedjahteraan anak2/kesedjahteraan social:
4) Dibutuhkan tenaga2 ahli test, dimana penggolongan anak adalah faktor
psychologis jang harus dilakukan lebih mendalam dan berhatihati.
Karena disamping untuk menenmkan saluran jang tepat bagi anak, dju
ga is dapat bersifat menentukan masa depan anak itu sendiri.
5) Dibutuhkan tenaga2 ahli untuk speech corrector (logopaedist) guna
memperbaiki perkembangan bahasa anak, jang tidak sadja karena taraf
intelligensi anak terbelakang (bawah) tetapi djuga adanja faktor 2 ke
rusakan alat bitjara (motorik).
6) Dibutuhkan tenaga2 dokterpsychiater jang setjara continue dapat
memberikan pengawasan disekolah maupun diasrama bagi pemeliharaan
kesehatan anak.
Untuk memenuhi usul2 bagian III sub A diatas (terutama 1 std 5):
a) Diusulkan agar Pemerintah memberikan tugas beladjar, didalam maupun
diluar negeri, terutama bagi tenaga2 guru jang telah ada pada S.P.L.B.
b) Atau dengan djalan menempatkan tenaga 2 ahli (dari dalam/luar negeri)
pada S.P.L.B.
B. Gedung, ruangan dan perlengkapan pokok:
a) Gedung/ruangan2:
1 buah sekolah + asrama untuk anak2 Imbeeiel dengan kapasitet
100 anak.
Sekolah terdiri alas:
11 ruangan kelas, sebab untuk anak 2 imbeciel maksimum 9 orang
sekelas.
1 ruangan gerak badan + rekreasi dan 1 ruangan observasi.
2 buah asrama untuk anak2 pria/wanita dan bagi anak2 debiel/slow
learner, sebab sekolah untuk debiel/slow learner jang ada sekarang
di Djl. Tjipaganti berkapasiteit 200 murid, sedang asrama jang telah
ada hanja dapat menmat 60 anak.
1 buah ruangan klinik sekolah.
1 ruangan pendidikan djasmani + rekreasi dan 1 ruangan observasi
untuk slow learner.
2 buah ruangan untuk kelas2 kedjuruan (pekerdjaan tangan, rumah
tangga) anak2 pria dan wanita untuk slow learner dan debiel.
4262
Alat2 perlengkapan, antara lain:
Kendaraan (pick up) ataupun lainnja untuk mengangkut anak 2 baik
dalam hubungan keperluan2 jang mendesak (anak2 jang perlu mendapat
perawatan dokter) maupun pendjemputan dan pengantaran anak 2 jang
masih tinggal diluar asrama, karena sebagian besar anak tak mampu
pergi/pulang sendiri. Djuga untuk keperluan pengadjaran diluar
lingkungan sekolah.
2) Taperecorder, mengingat banjaknja anak jang rusak bitjaranja.
3) Film projector untuk peladjaran peraga dalam perluasan pengetahuan
praktis anak2.
4) Alat2 musik antara lain piano untuk peladjaran musik
5) Alat2 perlengkapan olah raga untuk peladjaran pendidikan djasmani
(baik keperluan dalam maupun luar ruangan).
6) Alat2 perlengkapan untuk pekerdjaan tangan anak pria (jang berhu
bungan dengan pekerdjaan kaju, triplex dsb) dan alat 2 perlengkapan
untuk pekerdjaan tangan/rumah tangga anak2 wanita (antara lain
mesin djahit dan ha12 jang berhubungan dengan kerurnahtanggaan).
7). Alat2 perlengkapan klinik (termasuk tempat tidur, alat2 pengobatan dll).
8) Alat2 perlengkapan asrama (termasuk keperluan alat2 bermain dila
pangan).
9) Alat2 perlengkapan test terutama test intelhgensi.
10) Buku2 baik dari dalam dan luar negeri jang berhubungan dengan
masalah pendidikan, pengadjaran anak2 terbelakang, untuk
perpustakaan guru guna menambah pengertian tentang lapangannja.
Untuk memenuhi usu12 bagian Ill sub B diatas (ajat ab), diadjukan
anggaran belandja jang merupakan antjer2 sbb.:
a) Untuk pembangunan gedung/ruangan2 ..................Rp. 2.500.000,
b) Alat peladjaran jang primer/fondamentil (ajat b)... Rp. 1.500.000,
Djumlah
Rp.4.000.000,—
b)
1)
Penutup:
a)
Penjelenggaraan continue sampai dengan dewasa ini:
1) Mengenai sekolah sudah dapat bantuan dari P.P.K. antara lain gadji
guru2 dan sebagian perongkosan/ belandja peralatan. Sedangkan
jang lain2nja dibiajai oleh Perkumpulan sendiri.
2) Mengenai asrama masih diurus dan dibiajai sepenuhnja oleh Per
kumpulan.
b) Semoga usul2 ini mendapat tempat didalam Rentjana Semesta Peme
rintah, mengingat kebutuhan masjarakat jang sudah tentu mendjadi
landasan pemikiran kami didalam usaha perluasan Sekolah Pendidi
kan Pengadjaran Luar Biasa untuk anak2.Lemah Pikiran/terbelakang.
c) Sesuai pula dengan permintaan Seksi tenaga ahli Depernas (dari Pen
didikan, Pengadjaran Luar Biasa).
4263
1. PERATURAN PUSAT LATIHAN KADER PEMBANGUNAN
MASJARAKAT.
Pasal I. Nama, sifat dan lamanja latihan.
1. N a m a : Pusat Latihan Kader Pembangunan Masjarakat dising
kat P.L.K.P.M.
2.
Sifat
: Latihan praktek dan peladjaran teori.
3.
Lamanja: satu bulan.
Pasal II. Maksud Iatihan.
Mempersiapkan kader pembangunan masjarakat jang militant dan penuh
tanggung djawab untuk ikut aktip melaksanakan pembangunan semesta.
Pasal III. Penjelenggaraan.
1.
Latihan diselenggarakan oleh Djawatan Pendidikan Masjarakat,
Departemen P.P.&K. dan diadakan dikompleks perumahan Pusat
Latihan Kader Pembangunan Masjarakat jang didirikan ditiap
Kabupaten/Kota.
2.
P.L.K.P.M. dipimpin oleh seorang Direktur dibantu dengan staf
pegawai menurut keperluannja.
3.
Badan Pembantu Tehnis jang anggotanja terdiri dari Kepala Dja
watan Niveau Kabupaten/Kota jang mendampingi Direktur P.L.
K.P.M. didalam melatih kader, chususnja dalam bidang technis.
Pasal 1V. Pengawasan.
Pengawasan P.L.K.P.M. dilakukan oleh Kepala Inspeksi Daerah Pen
didikan Masjarakat Perwakilan Departemen P.P.P.K. jang kemudian
menjerahkan hal ini kepada Kepala Inspeksi Pendidikan Masjarakat
Kabupaten/Kota.
Pasal V. Pengangkatan dan pemberhentian.
1.
Pengangkatan dan pemberhentian pegawai Pusat Latihan Kader
Pembangunan Masjarakat dilakukan pleb Kepala Djawatan
Pendidikan Masjarakat dan bila dipandang perlu bisa menjerah
kannja kepada Kepala Inspeksi Daerah Pendidikan Masjarakat
Perwakilan Departemen P.P.&K. Daswati I.
2.
Pengangkatan dan pemberhentian anggota Badan Pembantu
Technis P.L.K.P.M. dan guruguru jang mengadjar dilakukan oleh
Djawatan Pendidikan Masjarakat.
Pasal VI. Pengikut Iatihan.
Jang mengikuti latihan ialah:
A. Latihan Kader Umum:
1.
Mereka jang telah menamatkan peladjaran pada kursus K.K.M.A,
K.P.D., guruguru K.R.T, K.K.O.D. dan P.B.H.
2.
Pamong Desa, dan orangorang terkemuka jang tidak hula huruf.
4264
B.
Latihan Kader Chusus.:
Mereka jang berpendidikan serendahrendahnja S.R. VI tahun ber
bakat dan mempunjai lapangan pekerdjaan dalam salah satu segi/
bidang pembangunan menurut tjorak latihan Kader Chusus, umur
serendahrendahnja 18 tahun dan setinggitingginja 35 tahun.
Pasal VII. Asrama.
Selama mengikuti peladjaran pengikut latihan diwadjibkan bertempat
tinggal didalam asrama jang semua pembiajaannja ditanggung oleh
Pemerintah.
Pasal VIII. Honorarium guru.
Guru jang mengadjar di P.L.K.P.M. mendapat uang honorarium jang
besarnja sesuai dengan peraturan honorarium mengadjar di Sekolah
Landjutan tingkat pertama — vide skp. Menteri P.P.K. No.: 210126/C
tgl 8 Agustus 1951.
Pasal IX. Biaja latihan.
1. Uang makan Siswa setiap orang ditetapkan Rp. 20, sehari.
2. Uang harian Siswa termasuk pula uang tjutjian ditetapkan Rp.5,
3. Uang peladjaran setiap Siswa Rp. 15,— sebulan.
4. Uang rekreasi setiap orang Siswa Rp. 5,—. sebulan.
5. Uang obatobatan setiap bulan Rp. 250,—.
Pasal X. Peladjaran.
A. Latihan Kader Umum.:
1. Praktek pertanian
2. —
perternakan
3. —
perkebunan
4. — perikanan
5. — kesehatan
6. — perindustrian
7. — perkoperasian
8. Tehnik penjuluhan
9. Organisasi
10. Rekreasi
11. Masalah pembangunan
dan Pendidikan Ma
sjarakat
12. Masalah kader
13. Kemasjarakatan
14. Praktek didesa
— 6 X
— 4 X
— 3 X
— 3 X
— 2 X
— 4 X
— 4 X
— 3 x
— 2 x
— 2 X
Seminggu
—
—
—
—
—
—
—
—
—
— 2 x
— 2 x
— 2 x
— 3 x
—
—
Djumlah 42 djam
Peladjaran &)
B. Latihan Kader Chusus.:
Peladjaran teori dan praktek dititikberatkan kepada salah satu segi/
bidang pembangunan, umpamanja pertanian dsb,nja.
4265
Pasal XI. Tanda tamat beladjar.
Mereka jang telah menamatkan peladjaran dengan baik diberi tanda
tamat beladjar dan sebuah lentjana pembangunan dari Djawatan Pen
didikan Masjarakat.
Pasal XII. Mata anggaran.
Semua pengeluaran keuangan untuk keperluan latihan ini, diberatkan
atas anggaran ….... dari pada mata anggaran Depernas tahun …....
dan untuk selandjutnja alas mata anggaran jang ditetapkan untuk itu.
Pasal Xlll. Masa berlaku.
Peraturan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.
Pasal X1V. Lainlain.
Akan ditentukan lebih land jut oleh Kepala Djawatan Pendidikan Masja
rakat.
&) Peladjaran diberikan oleh Kepalakepala Djawatan niveau Kabupa
ten/Kota sesuai dengan masapeladjaran jang diberikan.
2. BIAJA LATIHAN.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Biaja latihan satu kali latihan.
a.
Uang makan untuk 40 orang Siswa dalam sebulan
40 x 30 x Rp. 20,— = Rp. 24.000,
b.
Uang pribadi termasuk tjutjian 40 x 30 x Rp.5,— = Rp. 6000,
c.
Uang peladjaran 40 x 30 x Rp.I5,— = Rp.18.000,
d.
Uang rekreasi 40 x 30 x Rp. 4,— = Rp. 6000,
e.
Uang obatobatan Rp. 250,
Djumlah seluruhnja untuk sekali latihan Rp. 54.250,
Biaja delapan kali latihan dalam setahun (setahun 8 x)
8 x Rp. 54.250,— = Rp. 434.000,
Honorarium untuk guru.
a.
Honorarium 13 orang dalam sebulan 1k. 13 x 42 x Rp. 45,—
= Rp. 24.570,
b.
Dalam setahun 8 x Rp. 24.570,— = Rp. 196.560,
Pengeluaran tidak tersangkasangka Rp. 6000,— setahun.
Djumlah pengeluaran biaja latihan dalam setahun Rp. 434.000,— +
Rp. 196.560, + Rp. 6000,— = Rp. 636.560,
Djumlah untuk 193 ibukota Kab/Kota 193 x Rp. 636.560,—
= Rp. 122.856.080,
3. BIAJA PERLENGKAPAN ASRAMA DAN PELADJARAN.
1. Asrama. 50 dipana Rp. 250,—
50 bantal a Rp. 50,—
50 tikar a Rp. 15,—
35 almari ketjil a Rp.300,—
35 kastok a Rp.20,—
50 kotak kotoran a Rp. 15,—
50 tempat handuk a Rp. 20,
—
15 medja ketjil a Rp. 750,—
dengan kursi 60 buah
= Rp. 12.500,
= Rp.
2.500,
= Rp.
750,
= Rp.
10.500,
= Rp.
700,
= Rp.
750,
= Rp.
1.000,
= Rp.
9.250,
4266
2.
3.
4.
5.
6.
Ruang makan
4 almari makan a Rp. 2000,—
3 rak piring besar a Rp. 400,—
5 medja makan besar a Rp. 800,—
100 piring a Rp. 30,—
100 stel sendok garpu a Rp. 20,—
10 basi besar untuk lauk pauk
A Rp. 50,—
Lainlain keperluan dapur
Ruang belajar
2 papantulis a Rp. 750,—
2 medja tinggi untuk guru a Rp. 150,—
50 kursi untuk Siswa a Rp. 250,—
Ruang kantor
1 medja tulis besar dengan kursinja
a Rp. 800,—
3 medja biasa dengan 3 kursi
a Rp. 150,—
1 papantulis ketjil a Rp. 125.—
Perlengkapan kantor
2 mesin tik (langewagen)
a Rp.100.000,—
3 mesin tik (biasa) a
Rp. 50.000,—
1 mesin roneo a Rp. 300.000,—
Alatalat Olah Raga
1 pingpong medja a Rp. 1.500,—
2 bola kaki a Rp. 250,—
6 badminton racket a Rp 200,—
2 bola volley a Rp. 500,—
2 net badminton + 2 net volley
2 net pingpong 1k
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
8.000,—
1.200,—
4.000,—
3.000,—
2.000,—
500,—
= Rp.
2.500,—
= Rp.
= Rp.
= Rp.
1.500,—
300,—
12.500,—
= Rp.
800,—
= Rp.
450,—
= Rp.
125,—
= Rp.
200.000,—
= Rp.
150.000,—
= Rp.
300.000,—
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
1.500,—
500,—
1.200,—
1.000,—
= Rp.
400,—
7.
Kendaraan
2 Pickup a Rp. 750.000,—
1 Jeep a Rp. 500.00 ,—
8.
Biaja lainlain
Djumlah biaja perlengkapan asrama dan alat peladjaran
Rp. 2.736.425.— (Duadjuta tudjuhratus tigapuluh enam ribu
empatratus duapuluh lima rupiah).
9.
Biaja untuk 193 ibu kota Kab/Kota 193 x Rp. 2.736.425,—
= Rp. 528.130.025,—
= Rp.
= Rp.
1.500.000,—
500.000,—
4267
4. BIAJA PERUMAHAN.
Perumahan.
a. Rumah Direktur.
b.Rumah pegawai.
c. Asrama Siswa.
d.Ruang makan.
e. Ruang kelas.
f. Ruang rekreasi/Rapat/Diskusi.
g. Ruang kerdja (workshop).
h.Gudang.
i. Dapur
j.
Kantor.
Luas tanah jang diperlukan l½ ha.
1.
2.
Bidang tanah untuk praktek.
a. Pertanian.
b.Perkebunan. e. Perternakan.
d.Olahraga.
e. Perikanan.
Luas tanah jang dibutuhkan 12 ha.
Djumlah tanah jang diperlukan seluruhnja 3 ha.
Biaja perlengkapan latihan
Rp. 1.000.000.
2
Harga tanah 3 ha a Rp. 50.— per m
= Rp. 1.500.000.
Harga bangunanbangunan 1½ha a Rp. 2000,—per m2 = Rp.30,000.000,
Instalasi penerangan/air lk
= Rp. 750.000.
Djumlah seluruhnja Rp. 1.000.000, — + Rp. 1.500.000,— +
Rp. 30.000.000,— + Rp. 75.000,— =
Rp. 32.575.000,
(Tigapuluh dua djuta limaratus tudjuhpuluh lima
ribu rupiah).
Djumlah untuk 193 ibu kota Kab/Kota 193 x Rp. 32.575.000.—
Rp.6.286.975.000,
3.
4.
5.
6.
7.
Recapitulatie biaja..
1. Kabupaten/Kota
a. Biaja latihan
Rp.
636.560,—
b. Biaja perlengkapan
asrama 2 peladjaran
c. Biaja perumahan
Rp.
2736.425,—
Rp.
32575.000,—
Rp.
35947.985,—
193 Kabupaten Kota = Rp. 35.947.985.— x 193 = Rp. 6.937.951,105.—
Keterangan: Tanah bisa diusahakan ditanah Pemerintah.
4268
5.
Plattegrond Pusat Latihan.
1. Rumah direktur didirikan demikian rupa sehingga mempunjai over zicht
pada keadaan seluruh keadaan Pusat Latihan.
2. Tiap gedung dengan jang lain ada doorloopnja.
3. Untuk gedung disesuaikan dengan bentuk gedung disekitarnja, sederhana
dan memenuhi sjarat kesehatan.
4. Kompleks perumahan harus merupakan jang dapat mentjerminkan bahwa
didalamnja bertempat tinggal keluarga, tidak merupakan asrama jang
kelihatan „mati”.
Bentuk dan model rumah didalam hal ini djuga sangat mempengaruhi
suasana kekeluargaan jang akan ditjiptakan para penghuni rumah.
4269
TUDJUAN PENDIDIKAN SEBAGAI PENDJELMAAN DAR1PADA
PANTJASILA, DASAR FILSAFAT NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.
I. TJARA DAN BENTUK PEMBITJARAAN.
Ada beberapa kemungkinan dalam tjara dan bentuk jang bagaimana
soal disadjikan. Dapat setjara dan berbentuk abstrak, karena dalam soal
lapangan filsafat pendidikan. Dapat setjara dan berbentuk konkrit, karena
filsafat pendidikan termasuk pula bagian filsafat jang mempunjai sifat
praktis. Jang paling baik bagi pembitjaraan sekarang ini ialah tjara jang
konkrit dan praktis itu.
Dalam pada itu masih dipergunakan djalan jang deduktif atau djalan
jang induktif. Deduktif, dimulai dari hasilhasil jang diperoleh dalam filsa
fat pendidikan, jang kemudian diperuntukkan kepada gedjalagedjala jang
didalam pendidikan ditanah air kita ini mengandung sifatsifat suatu tudju
an untuk selandjutnja mengadakan kesimpulan termasuk tudjuan pendidi
kan dalam filsafat pendidikan jang matjam aliran jang mana atau me
rupakan kumpulan perintjian atau faktor2 dari pelbagai matjam aliran
jang mana.
Adapun djalan jang induktif, adalah sebaliknja, jaitu dimulai dari
gedjalagedjala jang didalam pendidikan kita mengandung sifatsifat suatu
tudjuan untuk seterusnja menemukan dalam matjam aliran tudjuan
menurut filsafat pendidikan jang mana atau kumpulan pelbagai matjam
pendidikan aliran jang mana.
Sama halnja dengan tali, dalam pembitjaraan ini sebaiknja kita memi
lih djalan jang praktis, dalam anti jang terpendek dan jang tertjepat. Ini
mungkin, apabila dalam realita keadaan tudjuan pendidikan terdapat
dengan mudah atau telah tersedia. Maka soalnja ialah terdapatkah jang
demikian itu? Rupanja dalam praktek pendidikan tidak terdapat, karena
masih harus diadakan penjelidikan jang banjak dan mendalam. Lain dari
itu rupanja telah dapat dikatakan, bahwa orang didalam melakukan pen
didikan malahan sedikit banjak masih dalam keadaan bertanja, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam praktik pendidikan belum ditempuh
arah pendidikan jang djelas dan lengkap itu. Djadi tudjuan pendidikan
sebagai atau dalam bentuk fakta belum begitu sadja tersedia atau dapat
diketemukan dengan mudah.
II. TUDJUAN PENDIDIKAN DALAM BENTUK NORMA HUKUM.
Akan tetapi tudjuan pendidikan itu (dalam arti luas, termasuk penga
djaran) telah tersedia dalam bentuk norma hukum, jang telah dirumuskan
dalam katakata tertentu, jaitu seperti jang terdapat didalam Undangun
dang no. 4 taun 1950 tentang dasardasar pendidikan dan pengadjaran dise
kolah. Undangundang ini adalah dari djaman Republik Indonesia jang
kita proklamasikan dan jang merupakan pendjelmaan dari Undangundang
Dasar 1945. Dengan melalui masa regenerasi Negara Republik Kesatuan
kita sekarang adalah tiada lain daripada Negara jang kita proklamasikan
kemerdekaannja pada 17 Agustus 1945, dan jang sekarang telah kembali
4270
berundangundang dasar sebagai semula sewaktu proklamasi kemerdekaan.
Djadi sungguh ketentuau dalam Undangundang dasar no. 4 tahun 1950
itu harus diterima sebagai satusatunja norma tudjuan pendidikan dan
pengadjaran disekolah di Negara kita Republik Indonesia.
Maka dari itu dapatlah sekarang ditentukan bahwa sebaiknja dalam
pembitjaraan ini kita mengambil djalan jang induktif, dengan lain perkataan
rumusan tudjuan pendidikan dan pengadjaran disekolah pada tahun 1950
itu harus diterima sebagai satusatunja norma tudjuan pendidikan dan
pengadjaran disekolah di Negara kita Republik Indonesia.
Sebagaimana telah diketahui, menurut pasalnja 3 „tudjuan pendidikan
dan pengadjaran ialah membentuk manusia susila jang tjakap dan warga
negara jang demokratis serta bertanggung djawab tentang kesedjahteraan
masjarakat dan tanah air”.
Didatam tudjuan ini terdapat dua hal jang harus ditjapai, pertama
„manusia susila jang tjakap” dan kedua „warganegara jang demokratis
serta bertanggung djawab”. Djadi ditudjukan kepada kedua sifathakekat
manusia, pada satu fihak sifat perseorangan serta pada lain fihak sifat
machiuk sosial.
Jang mendjadi perhatian ialah apa gerangan arti daripadanja, karena
dalam hal ini orang dapat mempunjai tafsiran jang berlainan. Dan djuga
didalam filsafat pendidikan terdapat matjammatjam pendapat tentang
hal sifatsifat manusia sebagai salah satu soal pokok.
Sjukur didalam Undangundang no. 4 tahun 1950 itu sendiri terdapat
pembatasan kemungkinan tafsiran itu, dengan ditentukan bahwa pendidi
kan dan pengadjaran itu mempunjai dasar sebagaimana tertjantum dalam
pasal 4, jaitu asasasas jang termaktub dalam Pantjasila Undangundang
Dasar Negara Republik Indonesia dan kebudajaan kebangsaan Indonesia.
Jang dimaksud dengan Undangundang Dasar adalah Undangundang
Dasar 1945.
Djika kita melihat dalam pendjelasan Undangundang tersebut, maka kita
dapatkan dalam bagian umum, bahwa „sifat terpenting dari pendidikan
dan pengadjaran kita jang tersebut diatas tadi, ialah nasional dan
demokrasi”.
Selandjutnja didjelaskan, bahwa jang dimaksud „dengan sifat nasio
nal itu ialah jang mengenai isi dan djiwa pendidikan”, dan bukan „bentuk
nja”. Dan karena itu dalam pendidikan dan pengadjaran di Republik Indo
nesia diutamakan sifat nasional dalam arti, bahwa pendidikan dan peng
adjaran itu didasarkan atas kebudajaan kita sendiri.................
Sifat jang kedua dari pendidikan Republik Indonesia ialah sifat demo
krasi. Kanakkanak jang dididik disekolahsekolah setjara demokratis, akan
kemudian mendjadi manusia jang demokratis pula. Pendidikan demokratis
itu tidak sadja ternjata dalam pergaulan antara peladjar dengan peladjar, atau
antara peladjar dengan pendidik, akan tetapi djuga dari tjara memberi pen
didikan.
Pendidikan jang ditjitatjitakan bukan supaja kanakkanak bertindak lahir
dan batin setjara jang diperintahkan, setjara imperatif sendiri. Baru djika
tjitatjita ini tertjapai dapatlah dikatakan, bahwa pendidikan kita itu
demokratis. Tetapi harus ditanam djuga keinsjafan pada kanakkanak,
bahwa kemerdekaan itu bukanlah anarchie. Perasaan dimana batasnja
kemerdekaan dan darimana mulainja anarchie harus ditanam pada
kanakkanak".
4271
Didalam pendjelasan mengenai pasal 3 tentang tudjuan pendidikan dan
pengadjaran tidak terdapat banjak keterangan; didalamnja hanja disebut
kan, bawa tudjuan itu adalah tudjuan umum dari semua djenis sekolah jang
harus mendjadi pedoman semua pendidikan dan pengadjaran".
Mengenai pasal 4 tentang dasar pendidikan dan pengadjaran hanja dite
rangkan, bahwa harus sesuai dengan asasasas Negara sebagai jang termak
tub dalam Undangundang Dasar Negara kita, jaitu jang lazim disebut
dengan nama Pantjasila, dan harus berdasarkan pula atas kebudajaan
kebangsaan, supaja pendidikan dan pengadjaran itu dapat memenuhi tugasnja
dengan baik.
Meskipun seperti telah dikatakan dimuka pasal 4 jang menentukan da
sar pendidikan dan pengadjaran membatasi kemungkinan tafsiran jang ber
lainan tentang tudjuan pendidikan dan pengadjaran dalam pasal 3, akan.
tetapi dari pendjelasan kedua dari pasal itu ternjata tidak dapat diperoleh
penegasan jang tjukup.
Selain daripada dalam pasal 4, didalam Undangundang no. 4 tahun
1950 dengan pendjelasannja dapat diketemukan setjara tidak langsung
petundjukpetundjuk bagi garis pembatasan dan isi daripada tudjuan pen
didikan dan pengadjaran dalam pasal 3, ialah dalam pasal 7. Bagi keperluan
ini dapat dipergunakan maksud daripada pelbagai djenis pendidikan dan
pengadjaran sebagai berikut:
I. Maksud pendidikan dan pengadjaran djenis taman kanakkanak
adalah untuk menentukan tumbuhnja roehani dan djasmani kanakkanak
sebelum is masuk sekolah rendah" jang berdasarkan sjaratsjarat psichologi".
Disini terdapat dua faktor, ialah faktor susunanhakekat diri manusia
atas djiwa dan raga, serta faktor pertumbuhan.
2. Maksud pendidikan dan, pengadjaran djenis pendidikan dan pe
ngadjaran rendah, ketjuali jang dimaksudkan bagi djenis tamankanak
kanak ditambah untuk memberikan dasardasar pengetahuan ketjakapan
dan ketangkasan, lahir dan bathin, jang dapat dianggap sebagai suatu pen
didikan minimum jang diperlukan bagi tiaptiap manusia sebagai anggota
masjarakat dan sebagai warganegara.
Disini terdapat tambahan faktorfaktor perintjian dari susunan hakekat
manusia atas djiwa dan raga, faktor ketiga jaitu bakat dan kesukaan, faktor
keempat jaitu sumber kekuasaan djiwa akal (dapat disimpulkan dari dise
butkannja pengetahuan).
Faktor kelima jaitu ketjakapan dan ketangkasan, baik lahir maupun ba
tin, dan faktor keenam jaitu pendidikan minimum bagi anggota masjarakat.
Disebutkannja bakat dan kesukaan serta ketjakapan dan ketangkasan, jang
merupakan sifat kemampuan itu, dapat disimpulkan adanja pendukung
sifat kemampuan, djadi bahwa manusia itu merupakan pribadi, dan selan
djutnja bahwa ada kepribadian manusia ....:..........................
Dengan demikian adanja faktor perangkum kepribadian.
Dengan adanja faktorfaktor itu dianggap telah lengkaplah aspek
aspek pendidikan untuk mentjapai tudjuan pendidikan, sehingga boleh
diharapkan, bahwa dalam djenis pendidikan untuk mentjapai tudjuan pen
didikan, dan boleh diharapkan pula bahwa dalam djenis pendidikan dan
pengadjaran lainlainnja hanja akan diketemukan perintjian lebih landjut
atau pentjakupan daripada faktorfaktor jang enam rupa itu.
4272
3. Dan memang demikianlah rumusan dari maksud djenis pendidikan
dan pengadjaran menengah (umum dan vak), jaitu untuk melandjutkan dan
meluaskan pendidikan dan pengadjaran jang diberikan disekolah rendah
untuk mengembangkan tjita2 hidup. serta membimbing kesanggupan. murid
sebagai anggota masjarakat, mendidik tenagatenaga ahli dalam pelbagai
lapangan chusus sesuai dengan bakatnja masingmasing dan kebutuhan
masjarakat dan /atau mempersiapkannja bagi pendidikan dan pengadjaran
tinggi.
Dalam pendjelasannja disebutkan, bahwa jang diutamakan ialah
pendidikan orang2 jang dapat bekerdja, baik sekolah menengah umum
maupun sekolah menengah vak keduaduanja bertudjuan mendidik tenaga 2
ahli jang dapat menunaikan kewadjibannja terhadap Negara. Dan dari
kedua matjam pendidikan menengah itu dipilihlah orang 2 jang tertjakap
untuk mengikuti peladjaran2 diperguruan tinggi. Ketjakapan sebagai bekal
untuk bekerdja boleh dikatakan hanja merupakan suatu faktor; jang merang
kumkan semua faktor jang telah diketemukan dalam bentuk suatu kemam
puau untuk mengamalkan kemanfaatan sebagai machluk social.
Disamping itu ada faktor lain lagi sebagai perangkum jang berupa
tjita2 hidup".
Perlu dibedakan antara tjita2 hidup dan objek daripadanja. Adapun jang
dimaksud disini ialah bukan objeknja, akan tetapi tjita 2 hidup jang
terkandung dalam angan2 dan kesadaran.
Pendidikan dan pengadjaran dengan tegas2 dihubungkan dengan „tjita2
hidup”. Dapat dikatakan, bahwa didalam filsafat pendidikan hubungan
antara tudjuan pendidikan dan tudjuan hidup merupakan suatu soal pokok
dan tjita2 hidup adalah tergolong dalam tudjuan hidup. Sehingga didalam
ketentuan Undangundang no. 4 tahun 1950 jang demikian itu tersimpul
masalahfilsafat pendidikan jang sangat penting.
Meskipun tidak disebut2, dengan sendirinja kedua faktor perangkum
ini tentu djuga mendjadi maksud penting bagi djenis pendidikan pengadjaran
tinggi.
Setjara sambil lalu perlu diperhatikan suatu hal jang tjukup penting,
akan tetapi nampaknja banjak dilupakan bahwa menurut dasar pikiran
Undang2 no. 4 tahun 1950 Sekolah Menengah Atas memberikan peladjaran
jang bulat, dalam arti supaja djuga telah dapat merupakan peladjaran jang
terachir bagi kebanjakan dari para peladjar.
Bersangkutan dengan ini kita teringat kepada waktu ketikaUniversitas 2
Negara, jang oleh karena keadaan bagi kepentingan pendidikan dan penga
djaran jang lajak perlu mengadakan seleksi dalam penerimaan mahasis
wa baru. Diadakannja seleksi itu menimbulkan reaksi, tetapi reaksi
itu sebenarnja bertentangan dengan dasarpikiran Undangundang no. 4
tahun 1950.
4. Begitu pula djenis pendidikan dan pengadjaran tinggi untuk menjem
purnakan dengan memberi kesempatan kepada peladjar untuk mendjadi
prang jang dapat memberi pimpinan didalam masjarakat dan jang dapat
memelihara kemadjuan ilmu dan kemadjuan hidup kemasjarakatan". Didalam
rumusan ini terdapat tambahan faktor2 perintjian atau aspek istimewa dari
pada sumber kekuasaan djiwa akal, jaitu faktor ilmu.
Jang demikian itu mempunjai akibat bagi djenis pendidikan dan pe
ngadjaran tinggi jang sampai dewasa ini nampaknja masih kurang diketahui
4273
dan disadari oleh umum. Faktor ilmu ini menarik dalam lingkungan pen
didikan dan pengadjaran hal sesuatu diluar diri manusia dan faktor 2 jang
telah diketemukan tadi, ialah faktor kenjataan, karena merupakan dasar
dan tudjuan daripada ilmu pengetahuan.
Ini adalah suatu hal jang panting, berhubung dengan mengakibatkan
adanja pembagian pendidikan dan pengadjaran tinggi jang mempunjai sifat
ilmiah dan jang tidak, jang hanja mempunjai sifat kedjuruan praktis. Karena
bawaan daripada sifathakekatnja jang lain itu, maka seperti dirumuskan
dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1950 (jang ditetapkan hanja
beberapa bulan sesudah Undang2 no. 4 tahun 1950 dan merupakan pelak
sanaan daripadanja) Universitas (dalam hal ini Universitas Gadjah Mada)
adalah suatu lembaga, djadi bukan suatu sekolah dalam arti biasa dan
lembaga itu adalah balai nasional ilmu pengetahuan dan kebudajaan bagi
pendidikan dan pengadjaran tinggi.
Selandjutnja dengan adanja dasar kenjataan itu diperkuatlah Pantjasila
didalam mendjadi dasar daripada pendidikan dan pengadjaran, jaitu ketjuali
karena kedudukannja sebagai dasar filsafat Negara djuga karena didalam
masjarakat dan bagi bangsa Indonesia merupakan kenjataan sebagai tjita 2
bangsa. Sebelum bangsa Indonesia bernegara Republik Indonesia, unsur 2 jang
terdapat dalam Pantjasila telah diamalkan didalam adat kebudajaan dan
didalam agama2, sehingga Pantjasila disamping mendjadi dasar filsafat Negara
adalah asas kulturil dan asas religius bagi bangsa, jang saling memper kuat
dalam merupakan dasar trisifat nasional.
III. TUDJUAN PENDID1KAN SEBAGAT PENDJELMAAN DARIPADA
PANTJASILA, DASAR FILSAFAH NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.
Hal jang demikian itu perlu kita pegang karena Pantjasila itu akan
mendjadi pokok pangkal pusat bagi pembitjaraan mengenai tudjuan pen
didikan dalam rangka filsafah pendidikan. Demikian mutlaknja peranan
Pantjasila dalam hal ini, sehingga saja menganggap sudah setepatnja dan
semestinja untuk mengatakan, bahwa tudjuan pendidikan di Negara kita
adalah pendjelmaan dari pada Pantjasila itu.
Mengingat jang telah dikatakan, bahwa Undang2 no. 4 tahun 1950
merupakan pendjelmaan dari pada Undang2 Dasar 1945 atau Undang2
Dasar kita sekarang dan Pantjasila jang dimaksudkan menurut pasal 4
adalah dari Undang2 Dasar itu, maka perlu untuk mengetahui apa jang
tertjantum dalam Undang2 Dasar tentang pendidikan. Hal ini terdapat dalam
pasal31, jang menentukan bahwa Pemerintah mengusahakan dan
menjelenggarakan suatu sistim pengadjaran nasional, jang diatun dengan
Undang2 dan Undang2 ini adalah Undang2 no. 4 tahun 1950.
Dengan demikian kith mengetahui, bahwa sifat terpokok pendidikan
dan pengadjaran di Negara kita adalah nasional, sehingga sifat demokrasi
adalah tambahan daripada Undang2 no. 4 tahun 1950. Hanja tambahan
sebagai perintjian lebih landjut, karena sebagaimana djuga tentunja telah
diketahui, menurut Undang2 Dasar Negara kita berdasarkan djuga atas
4274
„kedaulatan rakjat”, sehingga didalam istilah dan pengertian „nasional”
itu sudah termasuk pula „demokrasi”.
Diatas Undang2 Dasar masih ada hukum dasar Negara, jang membuat
pokok2 pikiran atau dasar2lain daripada Undang2 Dasar jaifu jang dinamakan
Pembukaan: Naskah ini adanja atau ditetapkannja lebih dahulu daripada
Undang2 Dasar 1945, dan malahan didalam Pembukaan itulah ditentukan
akan adanja Undang2 Dasar. Bagian kalimat jang bersangkutan berbunji,
bahwa „disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia jang berkedaulatan rakjat dengan berdasar
kepada: keTuhanan Jang Maha Esa, kemanusiaan jang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksana
an dalam permusjawaratanperwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakjat Indonesia”. Djadi terdapatlah Pantjasila
djuga didalam Pembukaan tidak didalam tubuh Undang2 Dasar sendiri.
Pembukaan Undang2 Dasar 1945 itu memenuhi sjarat2 tertentu bagi
jang didalam ilmu hukum dinamakan pokok kaidah Negara tertentu jang
fundamentil, hukum dasar Negara terpokok dan tertinggi, jang diidjab
kabulkan sebagai dasar2 Negara oleh pembentuk Negara pada waktu suatu
Negara baru didekritkan, dan terlekat pada kelangsungan Negara, maka
buat Negara itu adalah abadi dalam arti dengan djalan hukum tiada
dapat lagi diubah.
Karena Pantjasila termasuk didalam pokok kaidah Negara jang fun
damentil itu, maka Pantjasila didalam mendjadi dasar filsafat Negara adalah
abadi didalam arti dengan djalan hukum tiada dapat lagi diubah.
Djadi misalnja pertentangan mengenai dasar Negara dalam Kon
stitiante dulu itu sesungguhnja tidak perlu terdjadi. Mengenai hal ini
djuga pernah diadakan uraian dalam Seminar Pantjasila pada permulaan
tahun ini.
Maka sebenarnja andai kata didalam Undang2 no. 4. tahun 1950 tentang
dasar2 pendidikan dan pengadjaran disekolah tidak disebut2, unsur2 daripada
Pantjasila tetap mendjadi dasar bagi pendidikan dan pengadjaran disekolah
di Negara Indonesia. Selain daripada atas kedudukannja sebagai dasar
filafat Negara, perlu kita ingat, bahwa jang demikian itu adalah djuga atas
dasar kedudukannja sebagai kenjataan kulturil dan religieus (Lebih Iandjut
tentang hasil2 penjelidikan mengenai Pantjasila dapat dibatja dalam bebe
rapa buku penerbitan Universitas Gadjah Mada).
Ada suatu hal lagi jang penting, jang perlu ditjatat ialah bahwa djustru
karma kedudukannja jang tetap tiada berubah itulah Pantjasila dalam
pokok kaidah Negara jang fundamentil itu, memungkinkan disusun penger
tian tentang tudjuan pendidikan di Negara Indonesia setjara kefilsafatan
pendidikan.
Memang hanja hale atau unsur2 jang tetap atau mutlak atau setepatnja
mendapatkan tempat jang lajak didalam filsafat, bukan ha1 2 atau unsur2 jang
selalu berubah atau insidentil. Dengan lain perkataan berkat Pantjasila jang
ditentukan dalam pokok kaidah Negara jang fundamentil itu, terdapat
sjarat2 jang tjukup, jang memungkinkan pembentukan tudjuan pendidikan
bagi bangsa kita dan diperolehnja pengertian daripadanja jang mempunjai
sifat tetap atau mutlak. Sudah barang tentu sebagaimana halnja dengan
tiap2 tudjuan jang mempunjai sifat tetap atau mutlak, tudjuan pendidikan
jang demikian tadi merupakan suatu tjita2 jang ingin dikedjar dengan
4275
perbuatan untuk mewudjudkan dalam konkretonja. Tiada boleh dua djenis
tudjuan ini tidak diperbedakan, akan tetapi djangan sampai dipisahkan, kare
na merupakan keduatunggalan. Jang situ tjita2 didalam angan2 dan kesa
daran, ingin mendapatkan realisasi, dan karena itu mengarahkan kepada
terwudjudnja jang lain, ialah keadaan konkretonja jang akan tertjapai dalam
bentuk dan tingkat martabat jang tertentu, tergantung dari segala sesuatu
kead
Sekolah Pengadjaran Luar Biasa untuk anak2 terbela
kang, dalam rangka Rentjana Semesta Pemerintah.
Pendahuluan :
A. Umum : Bagi Indonesia tak perlu disangsikan lagi akan perlunja Seko
lah Pengadjaran Luar Biasa (S.P.L.B.) untuk anak 2 Lemah
Pikiran/terbelakang, bahkan sudah dimuat dalam U.U. R.I.
No. 12 tahun 1954 Bab IV fatsal 6 ajat 2 (dua).
a.
Meskipun di Indonesia sendiri belum diadakan penjelidik
an2 mengenai anak2 djenis ini, akan tetapi berdasarkan\
statistik dibeberapa negara Barat, maka djumlah anak 2
terbelakang/Lemah Pikiran ialah + 1½ % 2½ % dari
djumlah anak2 jang berarti, bahwa 1½% — 2½% dari anak2
jang telah matang untuk bersekolah harus dimasukkan
djenis ini.
b.
Mengingat pula adanja „relasi” antara Lemah Pikiran/
terbelakang dengan „young deliquency”, Lemah Pikiran/
terbelakang dengan kedjahatan kriminil, dengan kedjahatan
seksuil dsb.
Dalam hal ini kita tak dapat melepaskan diri dari ke
njataan bahwa adanja „interaksi” antara , problematik
masjarakat dengan Lemah Pikirah/ terbelakang.
B. Chusus (S.P.L.B. Bandung):
Sekolah Pengadjaran Luar Biasa (S.P.L.B. Bag. C) adalah
sekolah untuk anak2 Lemah Pikiran/terbelakang.
Prinsip : Pendidikan dan Pengadjaran diberikan setjara in
dividuil (pengadjaran individuil) dengan lama waktu
beladjar: 6 — 18 tahun.
Maksud: Menjelenggarakan pendidikan dan pengadjaran jang
chusus untuk anak2 Lemah Pikiran/ terbelakang, jang
kurang mampu atau tidak sanggup mengikuti
pendidikan dan pengadjaran pada sekolah biasa.
Tudjuan:
a. Umum: Sesuai dengan U.U. R.I. No. 12 th 1954 Bab. II
fatsal 3.
b. Chusus: Memberikan pendidikan dan pengadjaran sesuai
dengan kebutuhan dan kesanggupan anak2 tersebut, agar
mereka dapat mendjadi anggota masjarakat jang berguna
baik baginja sendiri maupun bagi negara.
I.
Riwajat singkat Sekolah Pengadjaran Luar Biasa:
Sekolah Pengadjaran Luar biasa Bag. C (J.E. Folkertssehool) didirikan
tanggal 31 Mei 1927, oleh orang e Belanda untuk anak2 Eropah. Baru sesudah
penjerahan kedaulatan (th.1950) pengadjaran ini diaktivir oleh orang 2 In
donesia, jang berarti bahwa mulai saat itu pula anak 2 Indonesia dapat
diterima.
Sedjak dahulu hingga tahun 1955 sekolah ini belum mempunjai gedung
sendiri, sehingga sekolah itu sering berpindah tempat. Baru pada tahun 1956
4259
mempunjai gedung sendiri dengan bantuan P.P. dan K., disamping masih
menjewa sebuah gedung jang lain di Djalan Tamansari 62 Bandung.
Perkembangan usaha Pertama, nampaknja belum begitu berarti meng
ingat beberapa faktor kesulitan jang dihadapi fihak penjelenggara, terutama
kekurangan ruangan jang diperlukan. Sampai tahun 1955 djumlah murid
kurang dari 100 orang, dimana belum dapat diadakan pemisahan dalam go
longan slowlearner, debiel dan imbeciel djusteru karena kekurangan
tempat. Dan penjatuan golongan ini sepandjang pengertian pendidikan,
kurang menguntungkan anakdidik karena taraf perkembangan djasmaniah
dan rochaniahnja tiada sama.
Dengan adanja gedung sendiri pada tahun 1956, barulah dapat diadakan
pemisahan antara anak slowlearner, debiel dan imbeciel. Djumlah murid
meningkat dan sampai permulaan tahun 1960 telah mentjapai djumlah 160
orang. Berdasarkan atas penggolongan tersebut, maka anak 2 slowlearner dan
anak2 debiel jang djumlahnja djauh lebih banjak dari golongan imbeciel
menempati gedung sendiri di Djl. Tjipaganti belakang 144146 Bandung,
sedangkan golongan imbeciel menggunakan beberapa ruangan dari sebuah
gedung jang disewa oleh Perkumpulan di Djl. Tamansari 62.
Mengingat ruangan jang tersedia untuk asrama dari bagian gedung
sekolah di Djl. Tjipaganti baru selesai pada achir tahun 1957, maka mulai per
mulaan Djanuari 1958 dibuka (menerima) untuk anak2 slowlearner dan debiel,
terurtama mereka jang berasal dari Mar daerah Bandung, misalnja dari Djawa
Tengah, Djawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dll. Penjelenggaraan
asrama sepenuhnja berada dibawah tanggung djawab Perkumpulan Penga
djaran Luar Biasa disamping penjelenggaraan sekolah jang sebagian menda
pat bantuan dari pemerintah (c.q.Dept. P.P.dan K.).
Djadi usaha jang telah ditJapai sampai dewasa ini, meliputi:
1. Sekolah untuk anak2 imbeciel di W. Tamansari 62 Bandung.
2. Sekolah untuk anak2 debiel, slowlearner di Djl. Tjipaganti belakang
144146.
3. Asrama untuk anak2 debiel/slow learner.
Djumlah murid semua 160 orang.
Beberapa hasil jang dapat kita tjatat sedjak tahun 1950 hingga sekarang
dibidang kemadjuan anak2 ialah antara lain:
a) Sebanjak 15 orang anak sudah lulus menamatkan peladjarannja dan
sudah pula bekerdja terutama dilapangan usaha partikelir.
b) Sebanjak 2 orang anak jang lulus udjian negeri untuk pertama kali pada
talum 1959 dari 3 orang tjalon jang diadjukan untuk mengikuti udjian
persamaan S.R.
c) Beberapa orang anak dapat dikembalikan kesekolah biasa sesudah
melihat adanja perkembangan jang setaraf untuk bisa mengikuti pela
djaran2 disekolah biasa (terbelakangnja tlisebabkan faktor lingkungan).
Hasil2 diatas memang belum sebagaimana jang kita harapkan, akan
tetapi merupakan suatu hal jang menggembirakan apabila prestasi jang
demikian mendjadi titik pengertian dan harapan didalam pembinaan lebih
landjut. Karena disamping djangka waktu jang tidak begitu lama kita sudah
dapat menundjukkan beberapa hal jang njata, djuga hendaknja difahami
4260
sifat pengertian pendidikan, pengadjaran luar biasa untuk anak2 terbelakang,
disamping beberapa kesukaran pokok.
Beberapa kesulitan jang dialami fihak penjelenggara antara lain:
a) Kekurangan tenaga guru dan tenaga ahli lainnja, jang dirasakan sebagai
suatu kebutuhan jang mendesak mengingat perkembangan achir2 ini.
b) Kekurangan ruangan jang diperlukan, untuk kepentingan kelas 2 dan
kelas2 „kedjuruan” anak2 pria dan wanita, maupun gedung untuk
asrama dan klinik, mengingat perkembangan achir2 ini.
c) Kekurangan perlengkapan2 jang primer terutama dalam hubungan
peladjaran „vocational training” serta peladjaran2 jang perlu diragakan.
II. Perkembangan jang diharapkan.
Untuk mentjapai tudjuan pendidikan dan pengadjaran sebagaimana jang
tertjantum diatas tadi, atau setidaktidaknja mendekati harapan achir, maka
perlu kiranja beberapa faktor berikut ini mendapat perhatian.
A) Kelengkapan personil; meliputi tenaga2 guru, tenaga2 kedjuruan, tenaga2
ahli dan tenaga administratif.
a) Tenaga guru jang mempunjai taraf pendidikan sedikitnja bertjngkat
sardjana Muda/Sardjana djurusan paedagogik terutama bagi pimpinan
sekolah;
b) Tenaga2 kedjuruan untuk beberapa mata peladjaran kedjuruan jang di
perlukan dalam sekolah ini, misalnja kedjuruan untuk anak 2 pria dan
anak2 wanita;
c) Tenaga2 ahli atau jang mempunjai pendidikan chusus dilapangan test,
speach correctien mengingat penggolongan anak dan perkembangan
bahasa serta kerusakan motorik bitjara anak jang perlu mendapat
perhatian chusus.
B) Perlengkapan materiil; biaja2 continue jang memenuhi kebutuhan per
luasan usaha, gedung maupun penambahan ruangan untuk keperluan
asrama, kelaskelas kedjuruan dan klinik sekolah serta perlengkapan
a). Gedung, maupun ruangan jang dirasakan penting sekali dalam hu
bungan asrama untuk masing 2 golongan anak dan kelas 2 kedjuruan
serta ruangan klinik sekolah jang chusus;
b). Untuk lebih effektifnja pendidikan dan pengadjaran jang diberikan
sesuai dengan keadaan anak 2 terbelakang jang memerlukan
pertolongan, maka penting sekali ,adanja alat2 peladjaran jang tjukup
maupun alat2 chusus jang primer (alat bantuan mengadjar);
Adanja faktor2 diatas akan menentukan perkembangan jang lebih
djauh dimasa depan dari Sekolah Pengadjaran Luar Biasa untuk anak 2
terbelakang di Indonesia, sehingga tidak perlu dikuatirkan bahwa seba
gian atau seluruh tudjuan pendidikan pengadjaran jang kita bina akan
mentjapai hasil sebagiamana jang diharapkan dalam waktu jang tidak
terlalu lama.
III. Usulusul :
Untuk memenuhi harapan tersebut pada sub II diatas, maka bersama ini
diusulkan agar keperluan primer dan fondamentil mendapat pelajanan
4261
jang semestinja dalam rangka pemikiran Rentjana Semesta Pemerintah,
sebagaimana jang kami tjantumkan dibawah ini.
A. Tenaga2 guru, kedjuruan dan tenaga ahli.
1) Dibutuhkan tenaga2 guru jang mempunjai taraf pendidikan Sardjana
Muda/Sardjana pendidikan djurusan Ilmu Mendidik, lebih 2 bagi pim
pinan sekolah.
2) Dibutuhkan tenaga2 kedjuruan, baik untuk mata peladjaran kedjuruan
(pekerdjaan tangan, pertukangan, rumah tangga) bagi anak 2 pria dan
wanita, maupun untuk mata peladjaran pendidikan djasmani dan musik.
3) Dibutuhkan tenagatenaga pimpinan asrama atau tenaga 2 socialwelfare
jang mempunjai didikan bagaimana socialservices dilakukan didalam
bidang kesedjahteraan anak2/kesedjahteraan social:
4) Dibutuhkan tenaga2 ahli test, dimana penggolongan anak adalah faktor
psychologis jang harus dilakukan lebih mendalam dan berhatihati.
Karena disamping untuk menenmkan saluran jang tepat bagi anak, dju
ga is dapat bersifat menentukan masa depan anak itu sendiri.
5) Dibutuhkan tenaga2 ahli untuk speech corrector (logopaedist) guna
memperbaiki perkembangan bahasa anak, jang tidak sadja karena taraf
intelligensi anak terbelakang (bawah) tetapi djuga adanja faktor 2 ke
rusakan alat bitjara (motorik).
6) Dibutuhkan tenaga2 dokterpsychiater jang setjara continue dapat
memberikan pengawasan disekolah maupun diasrama bagi pemeliharaan
kesehatan anak.
Untuk memenuhi usul2 bagian III sub A diatas (terutama 1 std 5):
a) Diusulkan agar Pemerintah memberikan tugas beladjar, didalam maupun
diluar negeri, terutama bagi tenaga2 guru jang telah ada pada S.P.L.B.
b) Atau dengan djalan menempatkan tenaga 2 ahli (dari dalam/luar negeri)
pada S.P.L.B.
B. Gedung, ruangan dan perlengkapan pokok:
a) Gedung/ruangan2:
1 buah sekolah + asrama untuk anak2 Imbeeiel dengan kapasitet
100 anak.
Sekolah terdiri alas:
11 ruangan kelas, sebab untuk anak 2 imbeciel maksimum 9 orang
sekelas.
1 ruangan gerak badan + rekreasi dan 1 ruangan observasi.
2 buah asrama untuk anak2 pria/wanita dan bagi anak2 debiel/slow
learner, sebab sekolah untuk debiel/slow learner jang ada sekarang
di Djl. Tjipaganti berkapasiteit 200 murid, sedang asrama jang telah
ada hanja dapat menmat 60 anak.
1 buah ruangan klinik sekolah.
1 ruangan pendidikan djasmani + rekreasi dan 1 ruangan observasi
untuk slow learner.
2 buah ruangan untuk kelas2 kedjuruan (pekerdjaan tangan, rumah
tangga) anak2 pria dan wanita untuk slow learner dan debiel.
4262
Alat2 perlengkapan, antara lain:
Kendaraan (pick up) ataupun lainnja untuk mengangkut anak 2 baik
dalam hubungan keperluan2 jang mendesak (anak2 jang perlu mendapat
perawatan dokter) maupun pendjemputan dan pengantaran anak 2 jang
masih tinggal diluar asrama, karena sebagian besar anak tak mampu
pergi/pulang sendiri. Djuga untuk keperluan pengadjaran diluar
lingkungan sekolah.
2) Taperecorder, mengingat banjaknja anak jang rusak bitjaranja.
3) Film projector untuk peladjaran peraga dalam perluasan pengetahuan
praktis anak2.
4) Alat2 musik antara lain piano untuk peladjaran musik
5) Alat2 perlengkapan olah raga untuk peladjaran pendidikan djasmani
(baik keperluan dalam maupun luar ruangan).
6) Alat2 perlengkapan untuk pekerdjaan tangan anak pria (jang berhu
bungan dengan pekerdjaan kaju, triplex dsb) dan alat 2 perlengkapan
untuk pekerdjaan tangan/rumah tangga anak2 wanita (antara lain
mesin djahit dan ha12 jang berhubungan dengan kerurnahtanggaan).
7). Alat2 perlengkapan klinik (termasuk tempat tidur, alat2 pengobatan dll).
8) Alat2 perlengkapan asrama (termasuk keperluan alat2 bermain dila
pangan).
9) Alat2 perlengkapan test terutama test intelhgensi.
10) Buku2 baik dari dalam dan luar negeri jang berhubungan dengan
masalah pendidikan, pengadjaran anak2 terbelakang, untuk
perpustakaan guru guna menambah pengertian tentang lapangannja.
Untuk memenuhi usu12 bagian Ill sub B diatas (ajat ab), diadjukan
anggaran belandja jang merupakan antjer2 sbb.:
a) Untuk pembangunan gedung/ruangan2 ..................Rp. 2.500.000,
b) Alat peladjaran jang primer/fondamentil (ajat b)... Rp. 1.500.000,
Djumlah
Rp.4.000.000,—
b)
1)
Penutup:
a)
Penjelenggaraan continue sampai dengan dewasa ini:
1) Mengenai sekolah sudah dapat bantuan dari P.P.K. antara lain gadji
guru2 dan sebagian perongkosan/ belandja peralatan. Sedangkan
jang lain2nja dibiajai oleh Perkumpulan sendiri.
2) Mengenai asrama masih diurus dan dibiajai sepenuhnja oleh Per
kumpulan.
b) Semoga usul2 ini mendapat tempat didalam Rentjana Semesta Peme
rintah, mengingat kebutuhan masjarakat jang sudah tentu mendjadi
landasan pemikiran kami didalam usaha perluasan Sekolah Pendidi
kan Pengadjaran Luar Biasa untuk anak2.Lemah Pikiran/terbelakang.
c) Sesuai pula dengan permintaan Seksi tenaga ahli Depernas (dari Pen
didikan, Pengadjaran Luar Biasa).
4263
1. PERATURAN PUSAT LATIHAN KADER PEMBANGUNAN
MASJARAKAT.
Pasal I. Nama, sifat dan lamanja latihan.
1. N a m a : Pusat Latihan Kader Pembangunan Masjarakat dising
kat P.L.K.P.M.
2.
Sifat
: Latihan praktek dan peladjaran teori.
3.
Lamanja: satu bulan.
Pasal II. Maksud Iatihan.
Mempersiapkan kader pembangunan masjarakat jang militant dan penuh
tanggung djawab untuk ikut aktip melaksanakan pembangunan semesta.
Pasal III. Penjelenggaraan.
1.
Latihan diselenggarakan oleh Djawatan Pendidikan Masjarakat,
Departemen P.P.&K. dan diadakan dikompleks perumahan Pusat
Latihan Kader Pembangunan Masjarakat jang didirikan ditiap
Kabupaten/Kota.
2.
P.L.K.P.M. dipimpin oleh seorang Direktur dibantu dengan staf
pegawai menurut keperluannja.
3.
Badan Pembantu Tehnis jang anggotanja terdiri dari Kepala Dja
watan Niveau Kabupaten/Kota jang mendampingi Direktur P.L.
K.P.M. didalam melatih kader, chususnja dalam bidang technis.
Pasal 1V. Pengawasan.
Pengawasan P.L.K.P.M. dilakukan oleh Kepala Inspeksi Daerah Pen
didikan Masjarakat Perwakilan Departemen P.P.P.K. jang kemudian
menjerahkan hal ini kepada Kepala Inspeksi Pendidikan Masjarakat
Kabupaten/Kota.
Pasal V. Pengangkatan dan pemberhentian.
1.
Pengangkatan dan pemberhentian pegawai Pusat Latihan Kader
Pembangunan Masjarakat dilakukan pleb Kepala Djawatan
Pendidikan Masjarakat dan bila dipandang perlu bisa menjerah
kannja kepada Kepala Inspeksi Daerah Pendidikan Masjarakat
Perwakilan Departemen P.P.&K. Daswati I.
2.
Pengangkatan dan pemberhentian anggota Badan Pembantu
Technis P.L.K.P.M. dan guruguru jang mengadjar dilakukan oleh
Djawatan Pendidikan Masjarakat.
Pasal VI. Pengikut Iatihan.
Jang mengikuti latihan ialah:
A. Latihan Kader Umum:
1.
Mereka jang telah menamatkan peladjaran pada kursus K.K.M.A,
K.P.D., guruguru K.R.T, K.K.O.D. dan P.B.H.
2.
Pamong Desa, dan orangorang terkemuka jang tidak hula huruf.
4264
B.
Latihan Kader Chusus.:
Mereka jang berpendidikan serendahrendahnja S.R. VI tahun ber
bakat dan mempunjai lapangan pekerdjaan dalam salah satu segi/
bidang pembangunan menurut tjorak latihan Kader Chusus, umur
serendahrendahnja 18 tahun dan setinggitingginja 35 tahun.
Pasal VII. Asrama.
Selama mengikuti peladjaran pengikut latihan diwadjibkan bertempat
tinggal didalam asrama jang semua pembiajaannja ditanggung oleh
Pemerintah.
Pasal VIII. Honorarium guru.
Guru jang mengadjar di P.L.K.P.M. mendapat uang honorarium jang
besarnja sesuai dengan peraturan honorarium mengadjar di Sekolah
Landjutan tingkat pertama — vide skp. Menteri P.P.K. No.: 210126/C
tgl 8 Agustus 1951.
Pasal IX. Biaja latihan.
1. Uang makan Siswa setiap orang ditetapkan Rp. 20, sehari.
2. Uang harian Siswa termasuk pula uang tjutjian ditetapkan Rp.5,
3. Uang peladjaran setiap Siswa Rp. 15,— sebulan.
4. Uang rekreasi setiap orang Siswa Rp. 5,—. sebulan.
5. Uang obatobatan setiap bulan Rp. 250,—.
Pasal X. Peladjaran.
A. Latihan Kader Umum.:
1. Praktek pertanian
2. —
perternakan
3. —
perkebunan
4. — perikanan
5. — kesehatan
6. — perindustrian
7. — perkoperasian
8. Tehnik penjuluhan
9. Organisasi
10. Rekreasi
11. Masalah pembangunan
dan Pendidikan Ma
sjarakat
12. Masalah kader
13. Kemasjarakatan
14. Praktek didesa
— 6 X
— 4 X
— 3 X
— 3 X
— 2 X
— 4 X
— 4 X
— 3 x
— 2 x
— 2 X
Seminggu
—
—
—
—
—
—
—
—
—
— 2 x
— 2 x
— 2 x
— 3 x
—
—
Djumlah 42 djam
Peladjaran &)
B. Latihan Kader Chusus.:
Peladjaran teori dan praktek dititikberatkan kepada salah satu segi/
bidang pembangunan, umpamanja pertanian dsb,nja.
4265
Pasal XI. Tanda tamat beladjar.
Mereka jang telah menamatkan peladjaran dengan baik diberi tanda
tamat beladjar dan sebuah lentjana pembangunan dari Djawatan Pen
didikan Masjarakat.
Pasal XII. Mata anggaran.
Semua pengeluaran keuangan untuk keperluan latihan ini, diberatkan
atas anggaran ….... dari pada mata anggaran Depernas tahun …....
dan untuk selandjutnja alas mata anggaran jang ditetapkan untuk itu.
Pasal Xlll. Masa berlaku.
Peraturan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.
Pasal X1V. Lainlain.
Akan ditentukan lebih land jut oleh Kepala Djawatan Pendidikan Masja
rakat.
&) Peladjaran diberikan oleh Kepalakepala Djawatan niveau Kabupa
ten/Kota sesuai dengan masapeladjaran jang diberikan.
2. BIAJA LATIHAN.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Biaja latihan satu kali latihan.
a.
Uang makan untuk 40 orang Siswa dalam sebulan
40 x 30 x Rp. 20,— = Rp. 24.000,
b.
Uang pribadi termasuk tjutjian 40 x 30 x Rp.5,— = Rp. 6000,
c.
Uang peladjaran 40 x 30 x Rp.I5,— = Rp.18.000,
d.
Uang rekreasi 40 x 30 x Rp. 4,— = Rp. 6000,
e.
Uang obatobatan Rp. 250,
Djumlah seluruhnja untuk sekali latihan Rp. 54.250,
Biaja delapan kali latihan dalam setahun (setahun 8 x)
8 x Rp. 54.250,— = Rp. 434.000,
Honorarium untuk guru.
a.
Honorarium 13 orang dalam sebulan 1k. 13 x 42 x Rp. 45,—
= Rp. 24.570,
b.
Dalam setahun 8 x Rp. 24.570,— = Rp. 196.560,
Pengeluaran tidak tersangkasangka Rp. 6000,— setahun.
Djumlah pengeluaran biaja latihan dalam setahun Rp. 434.000,— +
Rp. 196.560, + Rp. 6000,— = Rp. 636.560,
Djumlah untuk 193 ibukota Kab/Kota 193 x Rp. 636.560,—
= Rp. 122.856.080,
3. BIAJA PERLENGKAPAN ASRAMA DAN PELADJARAN.
1. Asrama. 50 dipana Rp. 250,—
50 bantal a Rp. 50,—
50 tikar a Rp. 15,—
35 almari ketjil a Rp.300,—
35 kastok a Rp.20,—
50 kotak kotoran a Rp. 15,—
50 tempat handuk a Rp. 20,
—
15 medja ketjil a Rp. 750,—
dengan kursi 60 buah
= Rp. 12.500,
= Rp.
2.500,
= Rp.
750,
= Rp.
10.500,
= Rp.
700,
= Rp.
750,
= Rp.
1.000,
= Rp.
9.250,
4266
2.
3.
4.
5.
6.
Ruang makan
4 almari makan a Rp. 2000,—
3 rak piring besar a Rp. 400,—
5 medja makan besar a Rp. 800,—
100 piring a Rp. 30,—
100 stel sendok garpu a Rp. 20,—
10 basi besar untuk lauk pauk
A Rp. 50,—
Lainlain keperluan dapur
Ruang belajar
2 papantulis a Rp. 750,—
2 medja tinggi untuk guru a Rp. 150,—
50 kursi untuk Siswa a Rp. 250,—
Ruang kantor
1 medja tulis besar dengan kursinja
a Rp. 800,—
3 medja biasa dengan 3 kursi
a Rp. 150,—
1 papantulis ketjil a Rp. 125.—
Perlengkapan kantor
2 mesin tik (langewagen)
a Rp.100.000,—
3 mesin tik (biasa) a
Rp. 50.000,—
1 mesin roneo a Rp. 300.000,—
Alatalat Olah Raga
1 pingpong medja a Rp. 1.500,—
2 bola kaki a Rp. 250,—
6 badminton racket a Rp 200,—
2 bola volley a Rp. 500,—
2 net badminton + 2 net volley
2 net pingpong 1k
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
8.000,—
1.200,—
4.000,—
3.000,—
2.000,—
500,—
= Rp.
2.500,—
= Rp.
= Rp.
= Rp.
1.500,—
300,—
12.500,—
= Rp.
800,—
= Rp.
450,—
= Rp.
125,—
= Rp.
200.000,—
= Rp.
150.000,—
= Rp.
300.000,—
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
1.500,—
500,—
1.200,—
1.000,—
= Rp.
400,—
7.
Kendaraan
2 Pickup a Rp. 750.000,—
1 Jeep a Rp. 500.00 ,—
8.
Biaja lainlain
Djumlah biaja perlengkapan asrama dan alat peladjaran
Rp. 2.736.425.— (Duadjuta tudjuhratus tigapuluh enam ribu
empatratus duapuluh lima rupiah).
9.
Biaja untuk 193 ibu kota Kab/Kota 193 x Rp. 2.736.425,—
= Rp. 528.130.025,—
= Rp.
= Rp.
1.500.000,—
500.000,—
4267
4. BIAJA PERUMAHAN.
Perumahan.
a. Rumah Direktur.
b.Rumah pegawai.
c. Asrama Siswa.
d.Ruang makan.
e. Ruang kelas.
f. Ruang rekreasi/Rapat/Diskusi.
g. Ruang kerdja (workshop).
h.Gudang.
i. Dapur
j.
Kantor.
Luas tanah jang diperlukan l½ ha.
1.
2.
Bidang tanah untuk praktek.
a. Pertanian.
b.Perkebunan. e. Perternakan.
d.Olahraga.
e. Perikanan.
Luas tanah jang dibutuhkan 12 ha.
Djumlah tanah jang diperlukan seluruhnja 3 ha.
Biaja perlengkapan latihan
Rp. 1.000.000.
2
Harga tanah 3 ha a Rp. 50.— per m
= Rp. 1.500.000.
Harga bangunanbangunan 1½ha a Rp. 2000,—per m2 = Rp.30,000.000,
Instalasi penerangan/air lk
= Rp. 750.000.
Djumlah seluruhnja Rp. 1.000.000, — + Rp. 1.500.000,— +
Rp. 30.000.000,— + Rp. 75.000,— =
Rp. 32.575.000,
(Tigapuluh dua djuta limaratus tudjuhpuluh lima
ribu rupiah).
Djumlah untuk 193 ibu kota Kab/Kota 193 x Rp. 32.575.000.—
Rp.6.286.975.000,
3.
4.
5.
6.
7.
Recapitulatie biaja..
1. Kabupaten/Kota
a. Biaja latihan
Rp.
636.560,—
b. Biaja perlengkapan
asrama 2 peladjaran
c. Biaja perumahan
Rp.
2736.425,—
Rp.
32575.000,—
Rp.
35947.985,—
193 Kabupaten Kota = Rp. 35.947.985.— x 193 = Rp. 6.937.951,105.—
Keterangan: Tanah bisa diusahakan ditanah Pemerintah.
4268
5.
Plattegrond Pusat Latihan.
1. Rumah direktur didirikan demikian rupa sehingga mempunjai over zicht
pada keadaan seluruh keadaan Pusat Latihan.
2. Tiap gedung dengan jang lain ada doorloopnja.
3. Untuk gedung disesuaikan dengan bentuk gedung disekitarnja, sederhana
dan memenuhi sjarat kesehatan.
4. Kompleks perumahan harus merupakan jang dapat mentjerminkan bahwa
didalamnja bertempat tinggal keluarga, tidak merupakan asrama jang
kelihatan „mati”.
Bentuk dan model rumah didalam hal ini djuga sangat mempengaruhi
suasana kekeluargaan jang akan ditjiptakan para penghuni rumah.
4269
TUDJUAN PENDIDIKAN SEBAGAI PENDJELMAAN DAR1PADA
PANTJASILA, DASAR FILSAFAT NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.
I. TJARA DAN BENTUK PEMBITJARAAN.
Ada beberapa kemungkinan dalam tjara dan bentuk jang bagaimana
soal disadjikan. Dapat setjara dan berbentuk abstrak, karena dalam soal
lapangan filsafat pendidikan. Dapat setjara dan berbentuk konkrit, karena
filsafat pendidikan termasuk pula bagian filsafat jang mempunjai sifat
praktis. Jang paling baik bagi pembitjaraan sekarang ini ialah tjara jang
konkrit dan praktis itu.
Dalam pada itu masih dipergunakan djalan jang deduktif atau djalan
jang induktif. Deduktif, dimulai dari hasilhasil jang diperoleh dalam filsa
fat pendidikan, jang kemudian diperuntukkan kepada gedjalagedjala jang
didalam pendidikan ditanah air kita ini mengandung sifatsifat suatu tudju
an untuk selandjutnja mengadakan kesimpulan termasuk tudjuan pendidi
kan dalam filsafat pendidikan jang matjam aliran jang mana atau me
rupakan kumpulan perintjian atau faktor2 dari pelbagai matjam aliran
jang mana.
Adapun djalan jang induktif, adalah sebaliknja, jaitu dimulai dari
gedjalagedjala jang didalam pendidikan kita mengandung sifatsifat suatu
tudjuan untuk seterusnja menemukan dalam matjam aliran tudjuan
menurut filsafat pendidikan jang mana atau kumpulan pelbagai matjam
pendidikan aliran jang mana.
Sama halnja dengan tali, dalam pembitjaraan ini sebaiknja kita memi
lih djalan jang praktis, dalam anti jang terpendek dan jang tertjepat. Ini
mungkin, apabila dalam realita keadaan tudjuan pendidikan terdapat
dengan mudah atau telah tersedia. Maka soalnja ialah terdapatkah jang
demikian itu? Rupanja dalam praktek pendidikan tidak terdapat, karena
masih harus diadakan penjelidikan jang banjak dan mendalam. Lain dari
itu rupanja telah dapat dikatakan, bahwa orang didalam melakukan pen
didikan malahan sedikit banjak masih dalam keadaan bertanja, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam praktik pendidikan belum ditempuh
arah pendidikan jang djelas dan lengkap itu. Djadi tudjuan pendidikan
sebagai atau dalam bentuk fakta belum begitu sadja tersedia atau dapat
diketemukan dengan mudah.
II. TUDJUAN PENDIDIKAN DALAM BENTUK NORMA HUKUM.
Akan tetapi tudjuan pendidikan itu (dalam arti luas, termasuk penga
djaran) telah tersedia dalam bentuk norma hukum, jang telah dirumuskan
dalam katakata tertentu, jaitu seperti jang terdapat didalam Undangun
dang no. 4 taun 1950 tentang dasardasar pendidikan dan pengadjaran dise
kolah. Undangundang ini adalah dari djaman Republik Indonesia jang
kita proklamasikan dan jang merupakan pendjelmaan dari Undangundang
Dasar 1945. Dengan melalui masa regenerasi Negara Republik Kesatuan
kita sekarang adalah tiada lain daripada Negara jang kita proklamasikan
kemerdekaannja pada 17 Agustus 1945, dan jang sekarang telah kembali
4270
berundangundang dasar sebagai semula sewaktu proklamasi kemerdekaan.
Djadi sungguh ketentuau dalam Undangundang dasar no. 4 tahun 1950
itu harus diterima sebagai satusatunja norma tudjuan pendidikan dan
pengadjaran disekolah di Negara kita Republik Indonesia.
Maka dari itu dapatlah sekarang ditentukan bahwa sebaiknja dalam
pembitjaraan ini kita mengambil djalan jang induktif, dengan lain perkataan
rumusan tudjuan pendidikan dan pengadjaran disekolah pada tahun 1950
itu harus diterima sebagai satusatunja norma tudjuan pendidikan dan
pengadjaran disekolah di Negara kita Republik Indonesia.
Sebagaimana telah diketahui, menurut pasalnja 3 „tudjuan pendidikan
dan pengadjaran ialah membentuk manusia susila jang tjakap dan warga
negara jang demokratis serta bertanggung djawab tentang kesedjahteraan
masjarakat dan tanah air”.
Didatam tudjuan ini terdapat dua hal jang harus ditjapai, pertama
„manusia susila jang tjakap” dan kedua „warganegara jang demokratis
serta bertanggung djawab”. Djadi ditudjukan kepada kedua sifathakekat
manusia, pada satu fihak sifat perseorangan serta pada lain fihak sifat
machiuk sosial.
Jang mendjadi perhatian ialah apa gerangan arti daripadanja, karena
dalam hal ini orang dapat mempunjai tafsiran jang berlainan. Dan djuga
didalam filsafat pendidikan terdapat matjammatjam pendapat tentang
hal sifatsifat manusia sebagai salah satu soal pokok.
Sjukur didalam Undangundang no. 4 tahun 1950 itu sendiri terdapat
pembatasan kemungkinan tafsiran itu, dengan ditentukan bahwa pendidi
kan dan pengadjaran itu mempunjai dasar sebagaimana tertjantum dalam
pasal 4, jaitu asasasas jang termaktub dalam Pantjasila Undangundang
Dasar Negara Republik Indonesia dan kebudajaan kebangsaan Indonesia.
Jang dimaksud dengan Undangundang Dasar adalah Undangundang
Dasar 1945.
Djika kita melihat dalam pendjelasan Undangundang tersebut, maka kita
dapatkan dalam bagian umum, bahwa „sifat terpenting dari pendidikan
dan pengadjaran kita jang tersebut diatas tadi, ialah nasional dan
demokrasi”.
Selandjutnja didjelaskan, bahwa jang dimaksud „dengan sifat nasio
nal itu ialah jang mengenai isi dan djiwa pendidikan”, dan bukan „bentuk
nja”. Dan karena itu dalam pendidikan dan pengadjaran di Republik Indo
nesia diutamakan sifat nasional dalam arti, bahwa pendidikan dan peng
adjaran itu didasarkan atas kebudajaan kita sendiri.................
Sifat jang kedua dari pendidikan Republik Indonesia ialah sifat demo
krasi. Kanakkanak jang dididik disekolahsekolah setjara demokratis, akan
kemudian mendjadi manusia jang demokratis pula. Pendidikan demokratis
itu tidak sadja ternjata dalam pergaulan antara peladjar dengan peladjar, atau
antara peladjar dengan pendidik, akan tetapi djuga dari tjara memberi pen
didikan.
Pendidikan jang ditjitatjitakan bukan supaja kanakkanak bertindak lahir
dan batin setjara jang diperintahkan, setjara imperatif sendiri. Baru djika
tjitatjita ini tertjapai dapatlah dikatakan, bahwa pendidikan kita itu
demokratis. Tetapi harus ditanam djuga keinsjafan pada kanakkanak,
bahwa kemerdekaan itu bukanlah anarchie. Perasaan dimana batasnja
kemerdekaan dan darimana mulainja anarchie harus ditanam pada
kanakkanak".
4271
Didalam pendjelasan mengenai pasal 3 tentang tudjuan pendidikan dan
pengadjaran tidak terdapat banjak keterangan; didalamnja hanja disebut
kan, bawa tudjuan itu adalah tudjuan umum dari semua djenis sekolah jang
harus mendjadi pedoman semua pendidikan dan pengadjaran".
Mengenai pasal 4 tentang dasar pendidikan dan pengadjaran hanja dite
rangkan, bahwa harus sesuai dengan asasasas Negara sebagai jang termak
tub dalam Undangundang Dasar Negara kita, jaitu jang lazim disebut
dengan nama Pantjasila, dan harus berdasarkan pula atas kebudajaan
kebangsaan, supaja pendidikan dan pengadjaran itu dapat memenuhi tugasnja
dengan baik.
Meskipun seperti telah dikatakan dimuka pasal 4 jang menentukan da
sar pendidikan dan pengadjaran membatasi kemungkinan tafsiran jang ber
lainan tentang tudjuan pendidikan dan pengadjaran dalam pasal 3, akan.
tetapi dari pendjelasan kedua dari pasal itu ternjata tidak dapat diperoleh
penegasan jang tjukup.
Selain daripada dalam pasal 4, didalam Undangundang no. 4 tahun
1950 dengan pendjelasannja dapat diketemukan setjara tidak langsung
petundjukpetundjuk bagi garis pembatasan dan isi daripada tudjuan pen
didikan dan pengadjaran dalam pasal 3, ialah dalam pasal 7. Bagi keperluan
ini dapat dipergunakan maksud daripada pelbagai djenis pendidikan dan
pengadjaran sebagai berikut:
I. Maksud pendidikan dan pengadjaran djenis taman kanakkanak
adalah untuk menentukan tumbuhnja roehani dan djasmani kanakkanak
sebelum is masuk sekolah rendah" jang berdasarkan sjaratsjarat psichologi".
Disini terdapat dua faktor, ialah faktor susunanhakekat diri manusia
atas djiwa dan raga, serta faktor pertumbuhan.
2. Maksud pendidikan dan, pengadjaran djenis pendidikan dan pe
ngadjaran rendah, ketjuali jang dimaksudkan bagi djenis tamankanak
kanak ditambah untuk memberikan dasardasar pengetahuan ketjakapan
dan ketangkasan, lahir dan bathin, jang dapat dianggap sebagai suatu pen
didikan minimum jang diperlukan bagi tiaptiap manusia sebagai anggota
masjarakat dan sebagai warganegara.
Disini terdapat tambahan faktorfaktor perintjian dari susunan hakekat
manusia atas djiwa dan raga, faktor ketiga jaitu bakat dan kesukaan, faktor
keempat jaitu sumber kekuasaan djiwa akal (dapat disimpulkan dari dise
butkannja pengetahuan).
Faktor kelima jaitu ketjakapan dan ketangkasan, baik lahir maupun ba
tin, dan faktor keenam jaitu pendidikan minimum bagi anggota masjarakat.
Disebutkannja bakat dan kesukaan serta ketjakapan dan ketangkasan, jang
merupakan sifat kemampuan itu, dapat disimpulkan adanja pendukung
sifat kemampuan, djadi bahwa manusia itu merupakan pribadi, dan selan
djutnja bahwa ada kepribadian manusia ....:..........................
Dengan demikian adanja faktor perangkum kepribadian.
Dengan adanja faktorfaktor itu dianggap telah lengkaplah aspek
aspek pendidikan untuk mentjapai tudjuan pendidikan, sehingga boleh
diharapkan, bahwa dalam djenis pendidikan untuk mentjapai tudjuan pen
didikan, dan boleh diharapkan pula bahwa dalam djenis pendidikan dan
pengadjaran lainlainnja hanja akan diketemukan perintjian lebih landjut
atau pentjakupan daripada faktorfaktor jang enam rupa itu.
4272
3. Dan memang demikianlah rumusan dari maksud djenis pendidikan
dan pengadjaran menengah (umum dan vak), jaitu untuk melandjutkan dan
meluaskan pendidikan dan pengadjaran jang diberikan disekolah rendah
untuk mengembangkan tjita2 hidup. serta membimbing kesanggupan. murid
sebagai anggota masjarakat, mendidik tenagatenaga ahli dalam pelbagai
lapangan chusus sesuai dengan bakatnja masingmasing dan kebutuhan
masjarakat dan /atau mempersiapkannja bagi pendidikan dan pengadjaran
tinggi.
Dalam pendjelasannja disebutkan, bahwa jang diutamakan ialah
pendidikan orang2 jang dapat bekerdja, baik sekolah menengah umum
maupun sekolah menengah vak keduaduanja bertudjuan mendidik tenaga 2
ahli jang dapat menunaikan kewadjibannja terhadap Negara. Dan dari
kedua matjam pendidikan menengah itu dipilihlah orang 2 jang tertjakap
untuk mengikuti peladjaran2 diperguruan tinggi. Ketjakapan sebagai bekal
untuk bekerdja boleh dikatakan hanja merupakan suatu faktor; jang merang
kumkan semua faktor jang telah diketemukan dalam bentuk suatu kemam
puau untuk mengamalkan kemanfaatan sebagai machluk social.
Disamping itu ada faktor lain lagi sebagai perangkum jang berupa
tjita2 hidup".
Perlu dibedakan antara tjita2 hidup dan objek daripadanja. Adapun jang
dimaksud disini ialah bukan objeknja, akan tetapi tjita 2 hidup jang
terkandung dalam angan2 dan kesadaran.
Pendidikan dan pengadjaran dengan tegas2 dihubungkan dengan „tjita2
hidup”. Dapat dikatakan, bahwa didalam filsafat pendidikan hubungan
antara tudjuan pendidikan dan tudjuan hidup merupakan suatu soal pokok
dan tjita2 hidup adalah tergolong dalam tudjuan hidup. Sehingga didalam
ketentuan Undangundang no. 4 tahun 1950 jang demikian itu tersimpul
masalahfilsafat pendidikan jang sangat penting.
Meskipun tidak disebut2, dengan sendirinja kedua faktor perangkum
ini tentu djuga mendjadi maksud penting bagi djenis pendidikan pengadjaran
tinggi.
Setjara sambil lalu perlu diperhatikan suatu hal jang tjukup penting,
akan tetapi nampaknja banjak dilupakan bahwa menurut dasar pikiran
Undang2 no. 4 tahun 1950 Sekolah Menengah Atas memberikan peladjaran
jang bulat, dalam arti supaja djuga telah dapat merupakan peladjaran jang
terachir bagi kebanjakan dari para peladjar.
Bersangkutan dengan ini kita teringat kepada waktu ketikaUniversitas 2
Negara, jang oleh karena keadaan bagi kepentingan pendidikan dan penga
djaran jang lajak perlu mengadakan seleksi dalam penerimaan mahasis
wa baru. Diadakannja seleksi itu menimbulkan reaksi, tetapi reaksi
itu sebenarnja bertentangan dengan dasarpikiran Undangundang no. 4
tahun 1950.
4. Begitu pula djenis pendidikan dan pengadjaran tinggi untuk menjem
purnakan dengan memberi kesempatan kepada peladjar untuk mendjadi
prang jang dapat memberi pimpinan didalam masjarakat dan jang dapat
memelihara kemadjuan ilmu dan kemadjuan hidup kemasjarakatan". Didalam
rumusan ini terdapat tambahan faktor2 perintjian atau aspek istimewa dari
pada sumber kekuasaan djiwa akal, jaitu faktor ilmu.
Jang demikian itu mempunjai akibat bagi djenis pendidikan dan pe
ngadjaran tinggi jang sampai dewasa ini nampaknja masih kurang diketahui
4273
dan disadari oleh umum. Faktor ilmu ini menarik dalam lingkungan pen
didikan dan pengadjaran hal sesuatu diluar diri manusia dan faktor 2 jang
telah diketemukan tadi, ialah faktor kenjataan, karena merupakan dasar
dan tudjuan daripada ilmu pengetahuan.
Ini adalah suatu hal jang panting, berhubung dengan mengakibatkan
adanja pembagian pendidikan dan pengadjaran tinggi jang mempunjai sifat
ilmiah dan jang tidak, jang hanja mempunjai sifat kedjuruan praktis. Karena
bawaan daripada sifathakekatnja jang lain itu, maka seperti dirumuskan
dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1950 (jang ditetapkan hanja
beberapa bulan sesudah Undang2 no. 4 tahun 1950 dan merupakan pelak
sanaan daripadanja) Universitas (dalam hal ini Universitas Gadjah Mada)
adalah suatu lembaga, djadi bukan suatu sekolah dalam arti biasa dan
lembaga itu adalah balai nasional ilmu pengetahuan dan kebudajaan bagi
pendidikan dan pengadjaran tinggi.
Selandjutnja dengan adanja dasar kenjataan itu diperkuatlah Pantjasila
didalam mendjadi dasar daripada pendidikan dan pengadjaran, jaitu ketjuali
karena kedudukannja sebagai dasar filsafat Negara djuga karena didalam
masjarakat dan bagi bangsa Indonesia merupakan kenjataan sebagai tjita 2
bangsa. Sebelum bangsa Indonesia bernegara Republik Indonesia, unsur 2 jang
terdapat dalam Pantjasila telah diamalkan didalam adat kebudajaan dan
didalam agama2, sehingga Pantjasila disamping mendjadi dasar filsafat Negara
adalah asas kulturil dan asas religius bagi bangsa, jang saling memper kuat
dalam merupakan dasar trisifat nasional.
III. TUDJUAN PENDID1KAN SEBAGAT PENDJELMAAN DARIPADA
PANTJASILA, DASAR FILSAFAH NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.
Hal jang demikian itu perlu kita pegang karena Pantjasila itu akan
mendjadi pokok pangkal pusat bagi pembitjaraan mengenai tudjuan pen
didikan dalam rangka filsafah pendidikan. Demikian mutlaknja peranan
Pantjasila dalam hal ini, sehingga saja menganggap sudah setepatnja dan
semestinja untuk mengatakan, bahwa tudjuan pendidikan di Negara kita
adalah pendjelmaan dari pada Pantjasila itu.
Mengingat jang telah dikatakan, bahwa Undang2 no. 4 tahun 1950
merupakan pendjelmaan dari pada Undang2 Dasar 1945 atau Undang2
Dasar kita sekarang dan Pantjasila jang dimaksudkan menurut pasal 4
adalah dari Undang2 Dasar itu, maka perlu untuk mengetahui apa jang
tertjantum dalam Undang2 Dasar tentang pendidikan. Hal ini terdapat dalam
pasal31, jang menentukan bahwa Pemerintah mengusahakan dan
menjelenggarakan suatu sistim pengadjaran nasional, jang diatun dengan
Undang2 dan Undang2 ini adalah Undang2 no. 4 tahun 1950.
Dengan demikian kith mengetahui, bahwa sifat terpokok pendidikan
dan pengadjaran di Negara kita adalah nasional, sehingga sifat demokrasi
adalah tambahan daripada Undang2 no. 4 tahun 1950. Hanja tambahan
sebagai perintjian lebih landjut, karena sebagaimana djuga tentunja telah
diketahui, menurut Undang2 Dasar Negara kita berdasarkan djuga atas
4274
„kedaulatan rakjat”, sehingga didalam istilah dan pengertian „nasional”
itu sudah termasuk pula „demokrasi”.
Diatas Undang2 Dasar masih ada hukum dasar Negara, jang membuat
pokok2 pikiran atau dasar2lain daripada Undang2 Dasar jaifu jang dinamakan
Pembukaan: Naskah ini adanja atau ditetapkannja lebih dahulu daripada
Undang2 Dasar 1945, dan malahan didalam Pembukaan itulah ditentukan
akan adanja Undang2 Dasar. Bagian kalimat jang bersangkutan berbunji,
bahwa „disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia jang berkedaulatan rakjat dengan berdasar
kepada: keTuhanan Jang Maha Esa, kemanusiaan jang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksana
an dalam permusjawaratanperwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakjat Indonesia”. Djadi terdapatlah Pantjasila
djuga didalam Pembukaan tidak didalam tubuh Undang2 Dasar sendiri.
Pembukaan Undang2 Dasar 1945 itu memenuhi sjarat2 tertentu bagi
jang didalam ilmu hukum dinamakan pokok kaidah Negara tertentu jang
fundamentil, hukum dasar Negara terpokok dan tertinggi, jang diidjab
kabulkan sebagai dasar2 Negara oleh pembentuk Negara pada waktu suatu
Negara baru didekritkan, dan terlekat pada kelangsungan Negara, maka
buat Negara itu adalah abadi dalam arti dengan djalan hukum tiada
dapat lagi diubah.
Karena Pantjasila termasuk didalam pokok kaidah Negara jang fun
damentil itu, maka Pantjasila didalam mendjadi dasar filsafat Negara adalah
abadi didalam arti dengan djalan hukum tiada dapat lagi diubah.
Djadi misalnja pertentangan mengenai dasar Negara dalam Kon
stitiante dulu itu sesungguhnja tidak perlu terdjadi. Mengenai hal ini
djuga pernah diadakan uraian dalam Seminar Pantjasila pada permulaan
tahun ini.
Maka sebenarnja andai kata didalam Undang2 no. 4. tahun 1950 tentang
dasar2 pendidikan dan pengadjaran disekolah tidak disebut2, unsur2 daripada
Pantjasila tetap mendjadi dasar bagi pendidikan dan pengadjaran disekolah
di Negara Indonesia. Selain daripada atas kedudukannja sebagai dasar
filafat Negara, perlu kita ingat, bahwa jang demikian itu adalah djuga atas
dasar kedudukannja sebagai kenjataan kulturil dan religieus (Lebih Iandjut
tentang hasil2 penjelidikan mengenai Pantjasila dapat dibatja dalam bebe
rapa buku penerbitan Universitas Gadjah Mada).
Ada suatu hal lagi jang penting, jang perlu ditjatat ialah bahwa djustru
karma kedudukannja jang tetap tiada berubah itulah Pantjasila dalam
pokok kaidah Negara jang fundamentil itu, memungkinkan disusun penger
tian tentang tudjuan pendidikan di Negara Indonesia setjara kefilsafatan
pendidikan.
Memang hanja hale atau unsur2 jang tetap atau mutlak atau setepatnja
mendapatkan tempat jang lajak didalam filsafat, bukan ha1 2 atau unsur2 jang
selalu berubah atau insidentil. Dengan lain perkataan berkat Pantjasila jang
ditentukan dalam pokok kaidah Negara jang fundamentil itu, terdapat
sjarat2 jang tjukup, jang memungkinkan pembentukan tudjuan pendidikan
bagi bangsa kita dan diperolehnja pengertian daripadanja jang mempunjai
sifat tetap atau mutlak. Sudah barang tentu sebagaimana halnja dengan
tiap2 tudjuan jang mempunjai sifat tetap atau mutlak, tudjuan pendidikan
jang demikian tadi merupakan suatu tjita2 jang ingin dikedjar dengan
4275
perbuatan untuk mewudjudkan dalam konkretonja. Tiada boleh dua djenis
tudjuan ini tidak diperbedakan, akan tetapi djangan sampai dipisahkan, kare
na merupakan keduatunggalan. Jang situ tjita2 didalam angan2 dan kesa
daran, ingin mendapatkan realisasi, dan karena itu mengarahkan kepada
terwudjudnja jang lain, ialah keadaan konkretonja jang akan tertjapai dalam
bentuk dan tingkat martabat jang tertentu, tergantung dari segala sesuatu
kead