Jilid-17 Depernas 24-Lamp03
C. PERSOALAN MANPOWER DAN PENGGUNAANNJA DALAM
PEMBANGUNAN.
I: ARTI DART KONSEPNJA.
Dengan manpower diartikan tenaga kerdja. Djumlah tenaga kerdja
ini merupakan Labour Force jang dapat ditafsirkan sebagai bagian penduduk
jang menjediakan tenaga kerdjanja untuk menghasilkan barang 2 dan djasa2,
baik madjikan, prang jang bekerdja untuk diri sendiri, dan anggauta keluarga
jang bekerdja tanpa bajaran, maupun pekerdja biasa, baik penganggur mau
pun jang benar2 bekerdja dalam djenis pekerdjaan ini, pada waktu penghitung
an tjatjah djiwa dilakukan". Hendaknja diketahui bahwa , istilah labour
force ini berbeda dengan arti jang terkandung dalam istilah „gainfully occu
pied” jang menundjukkan setiap pekerdja jang memperoleh upah, setjara
langsung atau tidak langsung dengan Mai atau bentuk barang. Untuk
Indonesia nampaknja lebih praktis djika dipakai konsep „gainfully occupied”
karena kebanjakan orang memang tidak sama sekali menganggur, tetapi
mempunjai pekerdjaan jang mendapatkan balas djasa, biarpun sifat dan pe
kerdjaan itu sering „tidak penuh”, artinja orang itu underemployed. Maka
dalam istilah gainfully occupied itu termasuk semua prang jang bekerdja
hanja sebagian penuh.
Meskipun demikian, penting kiranja untuk tetap memakai perkiraan
mengenai labour force, karena pengertian ini akanbertambah pentingnja
dalam sesuatu planning dan proses perkembangan ekonomi.
Besar ketjilnja labour force sesuatu negara ditentukan oleh djumlah
dan susunan umur dari penduduknja. Pada umumnja djumlah ini dapat diten
tukan dengan mengadakan suatu manpower survey, jang pada dewasa ini bagi
kebanjakan underdeveloped countries belum atau sukar dilaksanakannja
setjara seksama. Maka penentuan2 jang ada biasanja hanja merupakan su
atu perkiraan jang didasarkan atas suatu sampling dan bukan atas suatu
census penduduk. Dalam hal ini ILO memberi pedoman bahwa pada umumnja
labour force dinegara2 di South East Asia adalah sebesar + 38% daripada
djumlah penduduknja. Dalam memperhatikan susunan umur penduduk
Indonesia jang normaal, ini berarti bahwa pada tahun 1959 Indonesia mempu
njai suatu labour force sebesar 35 djuta tenaga kerdja (40% dari 87,5 djuta).
Mengingat bahwa 70 — 75 prosen dari penduduk Indonesia hidup disektor
agraria, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa 70 75 prosen dari labour
force (ja'ni ± 25 djuta tenaga kerdja), djuga terdapat disektor agraria,
perikanan dan kehutanan. Konsentrasi penduduk dan tenaga kerdja di
sektor produksi pertanian dan masih terbelakangnja struktur perekonomian
Indonesia menjebabkan terdapatnja masaalah pengangguran dalam bentuk
(a) pengangguran musim (seasonal unemployment), (b) pengangguran siklis
(cyclical unemployment) dan (c) pengangguran strukturil jang tak kentara
(disguised unemployment) dan jang „terbuka”. Persoalan ini merupakan
tantangan bagi suatu pembangunan ekonomi, karena masaalah pengangguran
ini akan mendjadi lebih buruk dengan adanja pertambahan penduduk tiap
tahun djikalau tidak dapat diimbangi dengan kesempatan kerdja baru (new
employment opportunities). Perlu ditjatat pula bahwa dengan berkurangnja
djumlah butahuruf dan tak seimbangnja pertambahan kesempatan kerdja
dengan pertambahan penduduk mendjadikan persoalan pengangguran
4347
bertambah mendjadi pelik. Adanja suatu golongan penganggur jang dapat
membatja dan menulis mempunjai sifat eksplosip, dan pengaruh ini lebih
mudah dapat membahajakan ketenteraman masjarakat. Meskipun tak dapat
disangkal bahwa bagi orang2 jang sudah terdidik ini adalah lebih mudah
untuk menjesuaikan diri terhadap tugas dan kewadjiban sosial jang baru.
Suatu penindjauan pembangunan ekonomi dari sudut perburuhan dan
penjelesaian masalah pengangguran menghendaki adanja suatu manpower
survey jang dapat mentjerminkan keadaan perburuhan jang baik setjara
kwantitatip. Faktor2 kwalitatip meliputi pendidikan, skills dsbnja, sedangkan
faktor2 kwantitatip memberi gambaran mengenai banjaknja masing 2 golongan
tenaga kerdja. Manpower survey adalah penting untuk dapat mengetahui
berapa banjak penganggur terdapat dalam masing 2 golongan jang harus di
tampung dalam suatu djangka waktu jang tertentu.
Masalah pengangguran tidak perk diselesaikan dengan membuat
rentjana tersendiri untuk menampung ketigatiga golongan unemployment
(seasonal, cyclical dan structural), sebab sifat 2nja jang umum adalah sama.
Kesempatan kerdja jang baru dapat mengurangi setiap ketiga matjam unem
ployment. Oleh karena itu jang penting adalah melaksanakan suatu program
investment jang akan membuka kesempatan kerdja baru. Perluasan kesem
patan kerdja baru ini akan memberi harapan menjelesaikan persoalan tenaga
kerdja. Pertama,— karena banjak tenaga kerdja akan dapat dikerahkan dan
ini dapat berarti suatu pengurangan pengangguran, baik penganggur 2 musim
maupun penganggur jang tak kentara. Dan pengerahan tenaga kerdja ini ber
arti djuga pertambahan produksi nasional dan pendapatan per capita. Kedua
— pengerahan tenaga kerdja dalam kegiatan2 ekonomi jang baru itu dapat
mempunjai suatu sifat edukatip, ja'ni membawa keinsjafan bahwa mereka
tak selalu terikat pada pekerdjaan 2 ditapangan agraria. Ketiga,— pengerahan
mereka itu djuga dapat merupakan suatu persiapan untuk suatu mental
evolution jang akan memudahkan mereka dalam menjesuaikan diri dan
menghadapi tugas2 .baru dalam proses pembangunan.
II. „BEBERAPA TJATATAN TAMBAHAN SERTA KESIMPULAN”
Buku jang dikeluarkan oleh Biro Perantjang Negara, jang berkepala
„Laporan Pelaksanaan Rentjana Pembangunan Lima tahun 1956 — 1960”
memuat suatu bab, ja'ni bab V mengenai Keadaan Angkatan Kerdja dan
Penempatan (katja 69 74), jang sudah memuat herbagaibagai keterangan
jang penting mengenai hat ini.
Disini hanja akan disingkatkan beberapa ketentuan pokok:
1. Djumlah penduduk negeri kita dewasa ini tidak seorang jang mengetahui
nja dengan pasti; tetapi untuk keperluan 2 praktis dapatlah kits taksir
kira2 antara 85 djuta dan 89 djuta, bilang sadja 87,5 djuta.
2. Djumlah angkatan kerdja adalah kira 2 40% dari djumlah penduduk
ini ja'ni 35 djuta.
3. Darn djumlah angkatan kerdja jang demikian banjaknja itu jang dewasa
ini menganggur adalah kira2 1,5 djuta, jang setengah penganggur adalah
antara 5 — 8 djuta (tiada seorang jang mengetahuinja dengan pasti pula).
4. Setiap tahun djumlah penduduk bertambah dengan kira 2 600.000 orang.
Ini berarti bahwa setidaktidaknja 300.000 kepala keluarga baru harus
diberi pekerdjaan.
4348
5. Djunilah kesempatan kerdja baru masih djauh kurang daripada keperluan2
ini. Biarpun industri sedjak 1952 1953 tumbuh dengan baik, tetapi
pertumbuhan ini masih djauh dare mentjukupi untuk mengabsorbir
tambahan angkatan kerdja ini. Sedjak 1957 kesempatan kerdja dalam
industri djuga kelihatan agak stationer. Kesempatan 2 kerdja jang lebih
banjak masih menunggukan penanaman2 modal jang seharusnja djauh
lebih besar daripada jang terdapat dalam tahun2 jang achir ini. Semuanja
ini berarti bahwa baik open unemployment maupun disguised unem
ployment senantiasa bertambah.
6. Lapangan kerdja jang dapat menampung tenaga kerdja adalah lapangan
kerdja ketjil, dan berbagaibagai lapangan djasa di kotakota. Lapangan
ini tidak begitu productief, tetapi tjukup elastis sehingga mem punjai
fungsi sosial jang baik djuga. Tetapi semuanja ini hanja bersifat
tambalan belaka.
Tjara2 untuk meluaskan penempatan tenaga;
1. Bentuk sekolah2 pertukangan dan pertanian dimanamana, untuk mendi
dik tenaga kerdja jang skilled. Industri sering masih mengeluh bahwa
biarpun tenaga kasar adalah berkelebihan namun tenaga skilled adalah
kurang sekali. Kekurangan tenaga skilled ini merintangi perkembangan
industri.
2. Lakukan ivestasi jang serba besar dalam elektrifikasi sehingga industri
ketjil dapat berkembang dengan sangat lebih mudahnja. Dewasa ini
kekurangan tenaga Iisterik adalah perintang utama/untuk mengadakan
investasi2 jang ringan untuk mengerdjakan banjak tenaga.
3. Andjurkan penggunaan alat2 produksi jang labour intensief, terutama
dalam industri ringan.
4. Organiser dengan lebih sempurna Pembangunan Masjarakat Desa,
sehingga sektor ini dapat memperkerdjakan lebih banjak orang. Per
luasan kegiatan harus ditudjukan kepada berbagaibagai lapang: per
tanian, keradjinan, pendidikan, pendirian gedung2 dan peralatan umum
(sekolah2, djembatan2, klinik, djalan2,, dBMa). Tjara berusaha harus
menggunakan tjara gugur gunung setjara luas. Pokoknja orang 2 tidak
disuruh mentjari kerdja, tetapi mereka diberi kerdja. Jang penting
dalam hal adalah suatu organisasi sosial jang dapat menjelenggara
kan campagne ini.
Djakarta 31 Oktober 1959.
4349
MENGENAI RANTJANGAN UNDANG2' POKOK. AGRARTA
A. Pendahuluan.
Tjatatan2 ini adalah hasil tindjauan terhadap rantjangan undang 2 pokok
agraria terutama dipandang dari sudut kelengkapannja dan kesesuaian
diantara ketentuan2nja sendiri, jang tertjantum dalam pasal2nja.
Dasar2 pikiran daripada rantjangan undang2 pokok agraria ini terda pat
dalam pendjelasan umum. Maksud daripada tjatatan 2 sementara ini hanja
untuk menjelami arti ketentuan' dalam rantjangan undang2 sendiri guna
membantu keinginan untuk djika perlu memperbaikinja atau melengkapi
kannja. Maka dari itu apabila dikemukakan terlebih dahulu beberapa hasil
penjelidikan, seperti jang pernah diadakan pada Universitas Gadjah Mada
sebelum terbentuk apa2, djadi terlepas dari rantjangan undang2 pokok agraria
ini, jang demikian itu hanja dimaksudkan sebagai tambahan bahan pemi
kiran, dan tidak sebagai alasan2 guna mengadjukan penilaian tertentu ter
hadap pokok2 pikiran daripada rantjangan undang 2. Dari penjelidikan itu
dapat disimpulkan pedoman2 dan hal2 pokok agraria jang seharusnja dima
sukkan kedalam sebuah undang2 pokok agraria sebagai dasar pembangunan
agraria di Indonesia sebagai berikut:
I.
Didalam konsiderans disebut alasan2 formil, materiil, ekonomis, ethis,
idiil fundamentil dan ideologis, jang mendorong diadakannja undang 2
pokok agraria jang baru dan merupakan soal' pokok jang perlu diada
kan aturannja.
II. Undang2 pokok agraria mulai dengan memuat ketentuan 2 asas, dalam
mana tertjantum ethik hukum agraria jang umum dan jang chusus,
begitupun pasal' jang memuat pendjetasan/pemberian isi ketentuan 2
dasar dalam U.U.D.S. jang berhubungan dengan tanah, dengan me
ngingat keadaan, kebutuhan dan kepentingan dalam hal agraria,
III. Disebutkan matjam dan perintjian lembaga 2 agraria, jang seharusnja
diberi tempat dalam hukum agraria, jaitu mengenai tanah 2 resextra
commercium dengan pembagiannja dan tanah 2 jang tidak termasuk
didalamnja.
IV. Disebutkan matjam dan perintjian dari halo atas tanah, dengan hak
menguasai sebagai hak jang tertinggi jang ada ditangan Negara dan
dapat didelegasikan kepada masjarakat2 hukum, hak milik sebagai hak
pokok perseorangan dan hak2 sekunder.
V
Ditegaskan bahwa undang2 pokok agraria berlaku pada saat diundang
kannja, dengan ketentuan bahwa peraturan 2 pelaksanaan jang belum
diganti menurut undang2 pokok agraria ini, diberi interpretasi baru,
sedang bagi peraturan' jang berhubungan dengan kepastian hukum,
misalnja jang mengenai pertjatatan2, pengukuran2 dan lain2 jang ada
untuk sementara hanja berlaku bagi hak2 jang telah dibutuhkan bagi
lalu lintas social ekonomi modern dan bagi orang 2 jang telah membu
tuhkannja.
I.
Sekedar pendjelasan mengenai I.
Adapun alasan2 jang dimaksud dalam I ialah:
a. Faktor formil.
4350
Keadaan hukum agraria tertulis pada waktu ini masih merupakan
keadaan peralihan, keadaan sementara, karena berlakunja berdasarkan
atas peraturan2 peralihan tersebut dalam U.U.D.S.; Konstitutie R.I.S.,
U.U.D. 1945 dan Undang2 Pemerintah Djepang No. 1.
b. Faktor materiil.
Hukum agraria jang sekarang masih berlaku mempunjai sifat dualisme
dan pluralisme.
Dualisme dalam pokoknja dapat diperintji menurut hak dan subjeknja.
le. Menurut haknja.
Disamping hukum agraria jang asli Indonesia, jang mempunjai
dasar kolektip dengan mengandung tjorak privat, ada hukum barat
jang bertjorak pokok privat, dan ada djuga jang mengandung
tjorak kolektip.
Hukum barat jang disamping hukum asli ialah antara lain hak
eigendom, hak opstal, hak erfpacht jang bersifat privat.
Diatas hukum asli ada hukum barat jang bersifat kolektip, ialah
hak domein jang mempunjai. asas publ'ikrechtelijk, privatrechte
lijk dan historis.
2e. Menurut subjeknja.
Adanja perbedaan antara hak atas tanah bagi orang Indonesia asli
dan jang tidak asli (keturunan asing jang mendjadi warganegara).
Adanja orang Timur asing zaman Belanda jang sekarang mendjadi
asing, jang haknja atas tanah masih menurut aturan lama, djadi
sama dengan warganegara Indonesia tidak asli. Adanja pluralisme
dalam hukum asli karena disamping kesamaan ada djuga perbedaan
menurut bagian2 daerah di Indonesia.
c. Faktor idiil
Peraturan hukum agraria belum disesuaikan dengan asas2 daripada hukum
dasar Negara kita, jaitu Pantjasila, jang disamping merupakan asas, djuga
dimaksudkan untuk mewudjudkan kebahagiaan, kesedjahteraan, per
damaian dan kemerdekaan dalam masjarakat dan Negara hukum Indo
nesia jang berdaulat sempurna. Ketjuali itu sedjumlah ketentuan dasar
tersebut dalam U.U.D.S. pasalpasal 7 ajat 1, 8, 16, 25, 26, 27, 32, 33,
34, 37, 38, 43, ajat 1 dan 102, belum mendapat perhatian semestinja.
d. Faktor soal agraria modern.
Jaitu soal agraria jang social, mengenai hubungan pemilik dan bukan
pemilik; jang ekonomis jaitu tanah sebagai alat produksi; jang idiil
fundamentil mengenai kepribadian manusia dan hubungannja dengan
tanah.
e. Faktor ideologis politis.
Ideologis politis kita ada didalam gelombang dunia, karena pada zaman
ini ideologi tidak terbatas pada batas 2 negara. Politis, Indonesia sebagai
negara dan orang Indonesia sebagai manusia tertarik dalam pergolakan
antara ideologi2 baik didalam maupun diluar negeri.
Dua faktor ini pada pokoknja berkisar pada persoalan milik privat
dan milik kolektip.
4351
A.
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
II. Sekedar pcndjelasan mengenai II.
Ethik hukum agraria jang umum:
Dalam prinsipnja dapat dikatakan, bahwa tanah adalah barang sesuatu
jang dibutuhkan manusia sebagai perseorangan maupun sebagai djenis
machluk mulai ada sampai tidak adanja manusia. Hubungan manusia
dengan tanah merupakan suatu hubungan relatip jang bersifat abadi,
karena tidak mungkin akan terdjadi bahwa tidak ada hubungan
manusia dengan tanah.
Dalam hubungan manusia dengan tanah menurut penjelidikan ilmiah
dari sedjarah realita agraria, ada dua matjam sifatnja, jaitu tanah jang
penggunaannja dikuasai perseorangan dan tanah jang berada diluar lalu
lintas ekonomis untuk keperluan bukan perseorangan, jang
penggunaannja tidak boleh dikuasai perseorangan.
Daripada realita agraria tersebut diatas, diusahakan oleh orang untuk
mendapatkan asasnja jang umum universil. Dalam usaha ini dapat
dilihat adanja 3 aliran, jaitu:
a.
aliran atas dasar jang individualistis;
b.
„ „ „
kolektivistis;
c.
„ sebagai penjatuan kedua dasar jang lain itu,
jang dinamakan monistis dualistis.
Menurut sedjarah realita agraria, dari bahan2 jang tersedia, tidak dapat
diketahui mana jang asli sebagai bentuk milik tanah, jang privat ataukah
jang kolektip. Kesimpulan jang dapat diambil dari sedjarah agraria di
Djerman, Skandinavia, Prantjis, Belgia, Negeri Belanda, daerah Alpen,
Europah Timur, Rusia, Tiongkok, India, djuga Indonesia hanja sebagai
berikut:
selamalamanja terdapat hubungan langsung antara manusia dengan
tanah;
hubungan jang tua2 nampaknja kolektip dengan mengandung sifat 2
privat. Tetapi tidak dapat dikatakan mana jang primair, apakah sifat
privat jang terdapat itu sebagai bentuk pertumbuhan ataukah sifat privat
itu sisa dari bentuk asli;
garis perkembangan subjek (perseorangan, kesatuan kolektip tidak
djelas;
sifat frivatkolektip adalah relatip, tidak murni atau mutlak;
ada pendapat, bahwa pertentangan antara pendirian privat dan kolektip
bukan hal jang prinsipiil tetapi hanja soai mempertahankan keadaan atau
mempertjepat pertumbuhan;
menurut keadaan terdapat:
lo. milik privat jang dibatasi;
2o. milik kolektip sebagai landjutan keadaan kuna, tidak murni dan
mengandung sifat2 privat;
3o milik kolektip sebagai hasil revolusi.
Sebaiknja bagi pembangunan hukum agraria di Indonesia, kita mendasar
kan diri atas sifat manusia sebagai dwitunggal, jaitu sebagai individu
dan machluk sosial.
Dan memakai dasar itu sebagai pedoman sebaiknja kita menggunakan sis
tim kolektip dan privat bersamasama, sebab sistim ini bukan sadja sesuai
4352
dengan kenjataan agraria masjarakat Indonesia, tetapi djuga sesuai
dengan pasalpasal 38 ajat 3 dan pasal 26 ajat 3 dan ajat 1. Undang 2
Dasar Sementara.
5. Ketjuali pedoman2 itu seperti telah dibitjarakan dimuka, sebenarnja kita
telah mempunjai beberapa pegangan untuk menjusun bentuk hukum
agraria jang baru, jaitu sebagai berikut:
a. Sudut objektip.
Ditindjau dari sudut tanahnja, maka tanah itu terbatas sehingga
mustahil ada hubungan langsung antara tanah dengan semua ma
nusia.
Djadi dalam mentjari bentuk hukum agraria, kita hanja dapat
menginginkan supaja sebanjak mungkin manusia dapat berhubungan
dengan tanah.
b.
Sudut subjektip.
Manusia mempunjai sifat dwitunggal (monodualistis) jaitu sebagai
individu dan machluk sosial. Atas dasar sifat ini maka dalam prin
sipnja hubungan manusia dengan tanah hanja mempunjai sifat
relatip, artinja kekuasaan manusia atas tanah itu tidak dapat tanpa
batas.
Tidak dapat manusia mendasarkan diri atas sifat diri pribadi sadja,
tetapi harus djuga mengingat sifat sosialnja, sebagai anggota masja
rakat.
c. Sifat negara.
Sifat negara kita, tersimpul didalam hukum dasar kita adalah negara
hukum kebudajaan dan bukan negara hukum jang murni, jang absolut.
Konsekwensi jang luas dari negara hukum kebudajaan harus ter
djelma pula dalam hukum agraria, sehingga didalam hukum agra
ria jang baru harus ada matjam2 status tanah jang dapat mentjukupi
matjam2 kebutuhan dalam suatu negara hukum kebudajaan
d.
Sudut hukum
Berdasarkan Mukaddimah UndangUndang dasar Sementara, hukum
Indonesia:
lo tidak hanja mempunjai sifat jang positivistic jaitu tidak hanja
berdasarkan alas kekuasaan sadja, sebab kita mempunjai asas
kerohanian Pantja Sila dengan faktor2 perikemanusiaan dan Ke
tuhanan Jang Malta Esa, djuga tidak bersifat teokratis sadja,
karena ada faktor perikemanusiaan;
2o tidak hanja bersifat empiris sadja, artinja tidak hanja mendasar
kan diri atas keadaan2 atau pengalaman didalam masjarakat
sadja;
3o tidak hanja bersifat rasionalistis sadja, artinja tidak hanja ber
asal dan ditimbulkan atas dasar pikir.
Djadi kalau kita sifatkan bagaimana tjorak hukum Indonesia, dapat
dikatakan bahwa sifat hukum Indionesia itu realistis, artinja segala
sesuatu sebagaimana keadaan itu dimasukkan sebagai faktor.
Sekarang akan dibitjarakan pegangan 2 jang mendasarkan diri atas
sudut privat jaitu;
d. Harus ada batas2 dari hubungan manusia dengan tanah, hal ini un tuk
menghilangkan keketjewaan2 sebagai konsekwensi dari milik
4353
f.
g.
h.
i.
j.
B.
1.
2.
4354
privat, jaitu supaja tenaga dan hidup orang lain tidak dikuasai. Karena
itu hubungan manusia dengan tanah dengan singkat dapat
dikembalikan pada sifat manusia sebagai dwitunggal, sehingga hu
bungan manusia dengan tanah, ketjuali mempunjai sifat privat djuga
mempunjai sifat kolektip.
Berhubung dengan matjam2 tanah jang diperlukan dalam pegangan
ketiga maka harus ada kemungkinan perpindahan subjek dari perse
orangan kepada masjarakat atau kepada negara. Ketjuali itu harus
pula ada pengurangan pengaruh kedudukan manusia perseorangan
dalam hubungannja dengan tanah, misalnja dalam bentuk subjek
tjampuran, perseorangan dan negara bersama mendjadi subjek.
Perlu menguatkan kedudukan orang2 jang tidak mempunjai hu
bungan langsung dengan tanah.
Ini dapat dilakukan dalam bentuk organisasi. Dan supaja orga
nisasi2 mempunjai kedudukan jang baik terhadap pemilik 2 perse
orangan sebaiknja diberi sifat publik reehtelijk pleb negara. Tetapi
harus didjaga djangan sampai kekuatan organisasi itu melampaui
batas sehingga menimbulkan situasi. jang sebaliknja, bukan pemilik
mendjadi kuat dan pemilik tidak. Karena itu perlu diadakan pem
batasan2 dari kekuatan organisasi 2 jang diberi sifat publikrechtelijk
itu, dalam istilah jang sudah dikenal umum jaitu, organisasi jang
diadakan itu harus mempunjai sifat badan hukum kepentingan.
Ada dasar pegangan pertama jaitu bahwa setiap manusia berhak
memperoleh manfaat dari tanah, maka meskipun ini tidak begitu
bersangkutpaut dengan hak tanah, tetapi perlu dimasukkan dalam
prinsipnja sebagai kepentingan jang dipelihara dalam hukum agraria,
jalah kemungkinan membagi hasil tanah oleh pihak negara bila
diperlukan atau untuk waktuajang mengharuskan.
Dalam hukum agraria perlu diadakan djaminan 2 untuk menghi
langkan unsur2 kekuasaan.
Dari sudut kolektip.
Dalam hukum agraria baru harus diadakan aturan 2 jang men
djamin kepribadian dari pemilik dan pekerdja.
Ethik hukum agraria jang chusus.
Jang merupakan ethik hukum agraria jang chusus dapat kita bagi men
djadi tiga ialah:
a.
Pantjasila sebagaimana tertjantum didalam Mukaddimah U.U.D.S.
b.
Hal2 dan kebebasan dasar manusia Berta asas 2 dasar sebagaimana
tertjantum dalam beberapa pasal dalam U.U.D.S.
c.
Keduasnja selandjutnja diambil dalam hubungannja dengan Pem
bukaan U.U.D. 1945.
Kesimpulan mengenai pedoman bagi hukum agraria berdasarkan atas
Pantjasila dalam hakekatnja ialah sbb:
a. Berdasarkan atas silo Ketuhanan Jang Maha Esa bagi masjarakat
Indonesia hubungan antara manusia dengan tanah mempunjai
sifat kodrat, artinja. tidak dapat dihilangkan oleh siapapun djuga,
djuga tidak oleh negara.
b.
3.
4.
Sila perikemanusiaan memungkinkan didapatnja pedoman bahwa
hubungan antara manusia Indonesia dengan tanah mempunjai
sifat privat dan kolektip sebagai divitunggal.
c. Dari sila kebangsaan dapat dirumuskan pedoman, bahwa:
1. hanja orang Indonesia dapat mempunjai hubungan jang sepe
nuhnja dengan tanah didaerah Indonesia;
2. dengan menggabungkan sila kebangsaan dengan sila perikema
nusiaan jang mempunjai unsur machluk sosial, terdapatlah
unsur hidup internasional, dan oleh karena itu orang asing
dapat diberi kekuasaan atas tanah di Indonesia, sedjauh itu di
butuhkan oleh orang Indonesia, djadi pemberian tanah pada
orang asing itu menurut kepentingan orang Indonesia.
d.
Menurut sila kerakjatan, tiap2 orang Indonesia didalam hubungan
nja dengan tanah, mempunjai hak dan kekuasaan jang sama, se
hingga pedoman ini mengandung hak kekuasaan.
e.
Berdasarkan atas sila keadilan sosial, tiap2 orang mempunjai hak dan
kesempatan jang sama untuk menerima bagian dari manfaat tanah
menurut kepentingan hak hidupnja bagi diri sendiri dan bagi
keluarganja. Hak hidup manusia itu ada 2 matjam jaitu :
a. untuk mempertahankan djenis;
b. untuk mempertahankan individu;
Dengan demikian pedoman jang berdasarkan atas keadilan ini
bukan mergenai hak, tetapi mengenai hasil dari pada tanah.
Hak2 dan kebebasan dasar manusia serta asas 2 dasar sebagaimana
tertjantum dalam beberapa pasal dalam U.U.D.S.:
a. Pasal2 didalam U.U.D.S. sebagai pendjelmaan Pantjasila jang
bersangkutpaut dengan agraria ialah:
1. jang termasuk dalam kebebasan dasar manusia ialah pasal
7 ajat I, pasal 8, pasal 16, pasal 25, pasal 26, pasal 27, pasal 32,
pasal 33 dan pasal 34.
2. jang termasuk dalam asas2 dasar pemerintahan ialah pasal
36, pasal 37, pasal 38 dan pasal 43 ajat I.
Kedua2nja (Mukaddimah dan pasal2 U.U.D.S. tadi) diambil dalam
hubungan dengan Pembukaan U.U.D. 1945.
Pantjasila sebagai asas kerochanian negara merupakan pendjelmaan dari
pada dasar2 jang diletakkan dalam „Pembukaan” UndangUndang dasar
1945 jaitu pernjataan2 jang menjertai Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Bagi politik hukum agraria dapat diperoleh pedoman hukum agraria
sebagai berikut;
Hukum Indonesia:
1. tidak hdnja mempunjai sifat jang positivistis, tidak hanja ber
dasarkan atas kekuasaan negara;
2. tidak hanja mempunjai sifat jang empiris, artinja tidak hanja
mendasarkan did atas keadaan atau pengalaman didalam
masjarakat;
3. tidak hanja mempunjai sifat rasionalistis, artinja tidak hanja
berasal dan ditimbulkan atas dasar pikiran dengan konsekwen
sinja jang mutlak atas pendirian jang natuurrechtelijk nasionalistis.
4355
C.
Kebutuhan dan kepentingan didalam masjarakat Indonesia sebagai
pegangan untuk menjusun hukum agraria.
Mengenai keadaan, kebutuhan dan kepentingan. dalam masjarakat
belum tjukup tersedia bahan2 jang dibutahkan, sehingga belum dapat
diketahui betuls.
a. Akan tetapi dari bahan2 jang ada kiranja dapat ditarik kesimpulan,
bahwa dalam masjarakat Indonesia sekarang ada tendensi sebagai
berikut:
1. Menghindarkan, setidaktidaknja mengurangkan hubungan
langsung antara tanah dengan orang asing. Hal ini ternjata
antara lain dari usaha dipelbagai daerah untuk membagibagi
kan tanah kepada rakjat. Mengenai hubungan tidak langsung
antara tanah dan orang asing, jaitu jang dikuasai setjara sewa
menjewa ada keberatan dari fihak rakjat untuk menjewakan
tanah pada orang asing (perusaahaan pertanian), dan ditjari
bentuk lain umpamanja mengadakan perdjandjian untuk mem
berikan basil tanah.
2. Sebaliknja mendapatkan modus bagi kebutuhan Indonesia
akan bantuan modal asing;
3. Mengadakan usahaa untuk mengembalikan tanah jang dulu
diberikan pada perseorangan kepada rakjat (tanah partikelir,
dan desa perdikan);
4. Mengadakan usaha kearah kolektip jang nampak dalam bentuk
nasionalisasi.
Belum diketahui apakah nasionalisasi itu meresap dan timbul
dari hati rakjat sendiri ataukah hanja karma baru berkobaruja
ideologi sosialisasi dinegara kita. Perlu diketahui bahwa nasi
onalisasi itu tidak terletak dalam prinsipnja pada unsur
kolektip, tetapi dapat dipergunakan sebagai usaha perbaikan
didalam lingkungan privat;
5. Penggunaan tanah oleh rakjat setjara tidak sah dikota maupun
didaerah jang penjelesaiannja nampak suht;
6. Tang didapatkan dalam lingkungan instansi negara jang ber
sangkutan dengan diadakannja pembitjaraan2 dalam panitia 2
jang chusus menjelidiki tentang pembangunan hukum agraria .
Indonesia, dalam many terdapat suatu keinginan untuk mele
njapkan asas domein.
Tetapi belum diketahui benar bagaimana tendensi individuali
sasi ini terhadap sifat kolektip daripada masjarakat hukum
seperti desa dan sebagainja, baik jang teritorial maupun jang
genealogis. Tjorak keadaan kebutuhan dan kepentingan
masjarakat Indonesia harus masih diteliti dengan penjelidikan
jang perk diadakan.
b. Dalam rangka pengumpulan bahan2 itu sedjak tahun 1955 oleh
pihak Universitas Gadjah Mada (Seksi Agraria) sudah mulai
dilakukan angket agraria (1955 mulai di Djawa Timur, 1956 mulai
di Djawa Tengah), jang direntjanakan buat seluruh Indonesia
dengan bantuan Kementerian Dalam Negeri serta Pamong Pradja
dan bantuan (herupa tenaga dan keuangan) dari Kementerian
Agraria.
4356
III. Sekedar pendjelasan mengenai III.
Lembaga2 agraria.
Sebagaimana telah disebutkan diatas, mepurut hasil penjelidikan mengenai
realita agraria didunia mulai djaman dulu, djuga di Indonesia, ada tanah 2
jang diluar lain lintas ekonomis untuk keperluan bukan perseorangan, jang
penggunaannja tidak boleh dikuasai perseorangan.
Adapun matjammatjamnja ialah:
a. tanah untuk keperluan umum (res communes);
b. tanah untuk keperluan negara (res publique);
c. tanah untuk keperluan sutji (res sacre);
Itulah hasil penjelidikan realita agraria pada zaman Romawi.
d. Sesudah keradjaan iniruntuh dan dengan adanja radja2 Eropah sebagai
satu2nja kekuasaan negara jang tertinggi, timbul lembaga baru jaitu res
imperium dengan kekuasaan untuk mengatur dan mempergunakan
tanah.
e. Kemudian guna pengluasan negara2 barat dibenua2 diluar Eropah timbul
lagi suatu hak baru jaitu res dominion atau milik.
f. Sesudah ini timbul lagi hak baru jang lebih tinggi, jaitu res nullius,
mengenai benda jang tidak dihaki oleh siapapun tetapi dipelihara/
didjaga oleh negara untuk keperluan umum.
Meskipun di Indonesia tidak ada perkembangan kenegaraan seperti didunia
barat, namun dari buku2 sedjarah, piagam2 dll. peninggalan zaman kuna
tjukup niemberi bukti, bahwa lembaga 2 agraria seperti didunia barat
dikenal djuga di Indonesia.
IV. Sekedar pendjelasan mengenai IV.
A. Asas domein.
Asas domein jang berdasarkan atas alasan 2 historic, publikrechtelijk dan
privatrechtelijk, serta bertudjuan untuk mentjegah pembukaan tanah tidak
sah, agar dapat memberikan hak atas tanah pada orang asing, untuk
memudahkan penentuan status tiap2 bidang tanah domein, dalam
prakteknja menurut Prof. Van Vollenhoven cs., mendesak hak2 rakjat.
a. Apabila asas domein ditindjau dengan mempergunakan faktor ethik
hukum chusus dan faktor keadaan, kebutuhan serta kepentingan
masjarakat Indonesia, maka:
1. alasan pemerintah Hindia Belanda tidak mengandung unsur 2 jang
tersebut dalam kesimpulan ethik hukum chusus Indonesia. Belanda
mendasarkan diri atas kekuasaan. Unsur sifat kodrat, kerakjatan,
keadilan sosial .dan kebangsaan tidak ada;
2. tudjuannja hanja untuk menguntungkan orang asing dan tudjuan
administratip, tidak jang seperti tersebut dalam U.U.D.S. jang
merupakan kesimpulan atas dasar silasila dari Pantjasila.
3. kalau diukur dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan mas
jarakat Indonesia tidak ada jang mendapat perhatian, ketjuali
hanja kehendak mengembalikan tanah partikelir.
b. Apabila mengingat hal2 tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa asas
domein tidak dapat dipertahankan lagi. Akan tetapi apabila mengingat
4357
ethik hukum umum jang titik pegangannja jalah: bahwa tanah itu ter
batas, dan bahwa hubungan manusia — tanah itu bersifat relatip, maka
dalam menindjau asas domein, kita harus dapat melepaskan diri dari
asal, sebab dan tudjuannja pada zaman Belanda.
c. Apabila dilihat sekarang maka dalam prakteknja asas domein itu ialah:
1.mengenai terdesaknja hakhal rakjat, asal sadja dalam bentuk dan
batas2 tertentu dalam aturan negara bersangkutan dengan pasal 26
ajat 3, kiranja tidak ada keberatan lagi. Kesulitan jang mungkin
akan timbul jalah mengenai tanah jajasan. Mengenai hak
eigendom barat perlu diberi batas2 jang kuat sampai se luas2nja,
hal ini berhubungan dengan soal dualisme;
2.mengenai pembukaan tanah tidak sah sudah selajaknja bahwa
diadakan aturan chusus. Djadi praktek domein dapat diteruskan;
3.mengenai pemberian tanah kepada orang asing, apabila mengingat
dasar perikemanusiaan dalam Pantjasila jang mempunjai unsur
internasional, orang asing dapat diberi kemungkinan memperoleh
tanah menurut kebutuhan dan kepentingan Negara kita dan bukan
sebaliknja, dengan restriksi bahwa mengenai bentuknja hak belum
kita tindjau. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan, bahwa praktek
domein dalam ha12 tersebut diatas dapat diteruskan.
d. Menurut perumusannja asas domein seperti tersebut dalam pasal 1
Agrarisch Besluit bagi Djawa dan Madura dan bagi luar Djawa dan
Madura dalam S 1875 119 a, jang mengeluarkan hak eigendom dan
daerah Swapradja dari asas domein, apabila ditindjau sekarang, sudah
tidak dapat dipertahankan lagi. Adapun mengenai hak eigendom dike
luarkan dari asas domein bertentangan dengan pasal 26 U.U.D.S. Hak
eigendom agraris jang ada dibawah hak tertinggi daripada Negara,
apabila dikehendaki, masih dapat diteruskan.
Daerah Swapradja sekarang tidak dapat dikeluarkan dari asas domein
karena swapradja merupakan bagian dari daerah Republik Indonesia.
Sebagai kesimpulan dari ha12 tersebut diatas dapat dikatakan, bahwa
apabila masih dianggap perlu diadakan hake negara (hak kolektip) atas
tanah, maka perumusannja hendaknja tidak seperti asas domein zaman
Belanda. Tentang adanja 3 matjam tanah menurut praktek domein
dahulu, apabila kita sekarang hendak menjesuaikan diri dengan aturan 2
mengenai tanah dinegara2 modern, masih perlu kiranja ada tanah
domein bebas untuk keperluan umum, keperluan sutji, keperluan
rakjat, disamping tanah domein tidak bebas jang dimiliki oleh
perseorangan.
e. Asas domein dari sudut tjita2nja terlepas dari pada alasan dan tudjuan
pokoknja menginginkan adanja kekuasaan langsung dari Pemerintah
terhadap tanah. Tjita2 (idee) ini kiranja sekarangpun dapat diterima.
B.
Hak menguasai tanah daripada negara.
Apabila idee adanja hubungan langsung antara negara dengan tanah
dapat diterima, harus dipikirkan bagaimana bentuk dari pada hu
bungan langsung itu.
a. Dalam mengadakan hubungan langsung antara negara dengan
tanah, dapat dipilih tiga kemungkinan.
4358
1.
Negara sebagai subjek, jang kita persamakan dengan perseorangan,
sehingga dengan demikian hubungan antara negara dan tanah itu
mempunjai sifat privatrechtelijk, dengan negara sebagai pemilik.
Hak negara adalah hak dominium.
2.Negara sebagai subjek diberi kedudukan tidak sebagai perseorangan
tetapi sebagai negara, djadi sebagai badan kenegaraan, sebagai
badan jang publikrechtelijk. Hak negara adalah hak dominium dju
ga dan disamping itu dapat djuga digunakan istilah hak publique.
3.Negara sebagai subjek, dalam arti tidak sebagai perseorangan dan
tidak sebagai badan kenegaraan, akan tetapi negara sebagai
personifikasi rakjat seluruhnja, sehingga dalam konsepsi ini negara
tidak lepas dari rakjat; negara hanja mendjadi pendiri, mendjadi
pendukung daripada kesatuan rakjat.
Apabila demikian, maka hak negara dapat:
aa. hak communes, kalau negara sebagai personifikasi jang memegang
kekuasaan atas tanah, dan
bb. hak imperium, apabila negara memegang kekuasaan tentang pema
kaian tanah sadja.
b. Dari tiga bentuk diatas itu, apabila ditindjau dari sudut keadaan tudjuan
kita, maka bentuk pertama, jaitu jang privatrechtelijk, negara sebagai
perseorangan, tidak akan sesuai dengan faktor peri kemanusiaan dari
Pantjasila jang menganggap adanja sifat dwitunggal dari perseorangan.
Negara akan diberi sifat individualistis.
Bentuk kedua, jaitu negara diberi kedudukan, jang publik rechtelijk
seluruhnja terhadap tanah, djuga tidak sesuai dengan peri kemanusiaan,
karena dengan demikian negara sebagai pendjelmaan organisasi mach
luk sosial akan terlepas dari warganegaranja, dari manusianja;
Bentuk ketiga, jaitu negara sebagai personifikasi rakjat bersama kiranja
jang paling tepat karena kalau ditindjau dari sudut peri kemanusiaan
sesuai dengan sifat machluk sosial, djuga dengan sifat perseorangan,
jang merupakan kesatuan daripada individuindividunja.
c. Apabila bentuk jang ketiga jang dapat diterima, tinggal memilih dalam
bentuk hak communes atau dalam bentuk hak imperium. Tetapi sebelum
nja hares diselidiki dahulu, apakah hubungan langsung negara tanah
itu memberi keuntungan istimewa atau tidak. Melihat soalsoal modern
tentang agraria ternjata bahwa dalam negaranegara sistim privatrech
telijk, jang memasukkan hubungan negara dengan tanah itu dalam
kekuasaan negara pada umumnja atas dasar hak milik mempunjai
fungsi sosial, ternjata orang tidak dapat menghindarkan diri dari kesu
karankesukaran jang timbul dalam lapangan sosial dan ekonomi.
Tudjuan hukum dan Negara Indonesia sebagaimana tertjantum dalam
Mukaddimah U.U.D.S., jaitu supaja ada kebahagiaan, kesedjahteraan
dan perdamaian, melihat keketjewaankeketjewaan dalam negara jang
hubungannja dengan tanah itu tidak langsung, tidak akan tertjapai.
Apabila menurut teoriteori umum tidak mungkin ada hak milik jang
absolut tentu ada unsur jang relatip, unsur pembatasan. Sebaiknja untuk
mendjamin unsur pembatasan itu diadakan peraturan2 jang tegas.
Kesimpulan:
Baik dalam arti jang negatip, jaitu dalam anti adanja keketjewaan
4359
e.
f.
g.
h.
dalam negara jang tidak mempunjai hubungan dengan tanah, maupun
dalam arti jang positip, jaitu jang berdasarkan atas sifat relatip dari hu
bungan manusia dengan tanah, ada keuntungan istimewa, djikalau ada
hubungan langsung antara negara dengan tanah.
Mengingat keuntungan istimewa, baik jang negatip maupun jang positip,
lebih baik kiranja kalau ada hubungan langsung antara negara dan ta
nah jang paling kuat.
Sesudah adanja hubungan langsung antara negara dengan tanah dapat
diselesaikan, maka sekarang perlu dilihat, dapatkah dalam U.U.D.S.
diketemukan ketentuanketentuan, jang tidak memungkinkan adanja
hubungan langsung ini.
Apabila mengingat pasal 38 ajat 3 dan pasal 26 ajat 1 dapat dikatakan,
bahwa pa3'dlpasal tersebut diatas tidak menentang adanja hubungan
langsung antara negara dengan tanah, malahan sangat sesuai dengan
pasal 26 ajat 3, karena kalau kekuasaan tanah itu ditangan negara, ma
ka fungsi sosialnja akan terdjamin sebaikbaiknja.
Apabila dalam hubungan langsung negara dengan tanah diambil ben tuk
milik, maka untungnja ialah bahwa hak milik itu hak jang paling tinggi
dan ada kesatuan didalamnja, tetapi ruginja ialah bahwa hubungan privat
rechtelijk antara negara dan tanah itu mendjadikan kedudukan negara
tidak tegas. Ketjuali itu akan berarti adanja 2 matjam milik ia lah
kolektip atau komunal dan privat. Kesukaran jang timbul ialah bagaimana
mendjamin kebebasan manusia dan bagaimana menjelesai kan hak
milik perseorangan (pasal 26 ajat 1) dengan pasal 38 U.U.D.S.
Djadi hubungan langsung dalam bentuk milik bukan merupakan penje
lesaian jang sebaikanja, sehingga perlu ditjari sesuatu jang sesuai
dengan teori umum, bahwa tidak ada hubungan jang absolit antara
manusia dan tanah.
Djadi kolektip dan privat harus diambil bersamasama sebagai dwi
tunggal dengan menitikberatkan salah satu dari padanja. Ini adalah
tjotjok dengan sila perikemanusiaan dalam Pantjasila, djuga sesuai de
ngan pasal 38 ajat 3, tjotjok dengan realita serta dapat menghindarkan
did dari keketjewaan jang melekat pada sistim milik privat atau milik
kolektip sadja. Ketjuali itn djuga sesuai dengan 10 pegangan bagi po
litik hukum agraris seperti telah diterangkan dimuka.
Dengan demikian, diantara kemungkinankemungkinan jang telah kita
bitjarakan dimuka, terdapatlah sekarang suatu bentuk jang nam
paknja memenuhi segala sjarat, dan dapat menghindarkan dalam
prinsipnja segala keketjewaan, ialah bentuk „hak menguasai tanah dari
negara”.
1. Kalau negara diberi hak menguasai, apakah ini merupakan pengu
rangan atau penambahan hak bila dibandingkan dengan sebelum
nja, jaitu negara mempunjai hak domein. Asas domein jang mengan
dung sifat jang privatrechtelijk mengandung keketjewaankeke
tjewaan seperti telah diuraikan dengan adanja 2 matjam subjek jang
tidak seimbang, hingga hak milik warganegara ada dibawah hak
milik negara, sedangkan didalam hak menguasai tanah dari negara
tidak ada jang demikian itu, djadi dapat dikatakan tidak mengurangi
hak perseorangan menurut peraturan lama. Dan djuga pada pokok
4360
i.
j.
nja tidak mengurangi hak negara, malah memurnikan karena si
fatnja jang privatrechtelijk dipisahkan.
Sudah dikatakan dahulu, bahwa hak menguasai tanah dari negara
harus meliputi semua tanah, termasuk tanah hak eigendom barat
dan agraris.
Djadi kalau ada kerugian bagi perseorangan, ini akan meliputi jang
mempunjai hak eigendom tersebut, tetapi hanja mengenai beberapa
orang sadja.
Kalau hak eigendom barat dan agraris tidak lagi dipertahankan
atas dasar untuk menghilangkan dualisme, maka dengan sendirinja
kerugian tidak ada.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan, bahwa berdasarkan atas
perhitungan untung rugi didalam hak dan wadjib, dapatlah di
pertanggung djawabkan diadakannja hak menguasai tanah dari
pada negara.
2. Karena hukum itu harus memenuhi kebutuhan dan keadaan masja
rakat, negara dan dunia, apakah sekiranja hak menguasai tanah
dapat memenuhinja ?
Dengan singkat dapat ditundjukkan, bahwa pergolakan dunia
pada waktu ini mengenai soal milik privat dan milik kolektip dapat
kita petjahkan dengan hak menguasai tanah itu, karena dalam hak
ini kita tidak memihak pada salah satu golongan, tetapi berdiri
sendiri dan ditengahtengah.
Kalau mengingat soalsoal agraria modern, jaitu dalam lapangan
sosial, ekonomi dan dalam ideologi, terlepas dari realita pergolakan
dunia, maka dipegangnja kekuasaan atas tanah oleh negara itu se
suai dengan aliran sekarang jang memberi kedudukan penting ke
pada jang disebut „planning”:
Sekarang jang mendjadi perhatian kita ialah bagaimana perumusan
hak menguasai tanah itu. Mengingathalhal jang sudah diuraikan di
muka, bahwa hak menguasai tanah akan meliputi semua tanah, tidak
ada ketjualinja, maka perumusannja dengan singkat dan sesuai dengan
pasal 38 ajat 3 U.U.D.S., misalnja demikian:
„Negara mempunjai hak menguasai atas bumi, air dan kekajaan jang di
kandung didalamnja”.
Ini adalah penegasan dari apa jang tertjantum dalam pasal 38 ajat 3,
dan kalau diadakan sebuah undangundang agraria jang pokok, ini
seharusnja merupakan pasal pertama daripada pasalpasal mengenai
hakhak atas tanah.
Dalam perumusan perlu diatur pula tiara pelaksanaan hak menguasai
itu, ialah pembagian tanah jang termasuk hak negara. Semua bentuk
status tanah jang telah dibitjarakan dimuka jaitu status res imperium, res
kommunes, res publique, res sacrae, res nullius pokoknja semua tanah
jang mempunjai status umum dalam bentuk apa sadja, perlu tetap didalam
kekuasaan dan pengurusan negara. Disamping itu ada tanah jang diberi
kan kepada perseorangan untuk dihaki dengan hak jang paling kuat,
ialah hak
PEMBANGUNAN.
I: ARTI DART KONSEPNJA.
Dengan manpower diartikan tenaga kerdja. Djumlah tenaga kerdja
ini merupakan Labour Force jang dapat ditafsirkan sebagai bagian penduduk
jang menjediakan tenaga kerdjanja untuk menghasilkan barang 2 dan djasa2,
baik madjikan, prang jang bekerdja untuk diri sendiri, dan anggauta keluarga
jang bekerdja tanpa bajaran, maupun pekerdja biasa, baik penganggur mau
pun jang benar2 bekerdja dalam djenis pekerdjaan ini, pada waktu penghitung
an tjatjah djiwa dilakukan". Hendaknja diketahui bahwa , istilah labour
force ini berbeda dengan arti jang terkandung dalam istilah „gainfully occu
pied” jang menundjukkan setiap pekerdja jang memperoleh upah, setjara
langsung atau tidak langsung dengan Mai atau bentuk barang. Untuk
Indonesia nampaknja lebih praktis djika dipakai konsep „gainfully occupied”
karena kebanjakan orang memang tidak sama sekali menganggur, tetapi
mempunjai pekerdjaan jang mendapatkan balas djasa, biarpun sifat dan pe
kerdjaan itu sering „tidak penuh”, artinja orang itu underemployed. Maka
dalam istilah gainfully occupied itu termasuk semua prang jang bekerdja
hanja sebagian penuh.
Meskipun demikian, penting kiranja untuk tetap memakai perkiraan
mengenai labour force, karena pengertian ini akanbertambah pentingnja
dalam sesuatu planning dan proses perkembangan ekonomi.
Besar ketjilnja labour force sesuatu negara ditentukan oleh djumlah
dan susunan umur dari penduduknja. Pada umumnja djumlah ini dapat diten
tukan dengan mengadakan suatu manpower survey, jang pada dewasa ini bagi
kebanjakan underdeveloped countries belum atau sukar dilaksanakannja
setjara seksama. Maka penentuan2 jang ada biasanja hanja merupakan su
atu perkiraan jang didasarkan atas suatu sampling dan bukan atas suatu
census penduduk. Dalam hal ini ILO memberi pedoman bahwa pada umumnja
labour force dinegara2 di South East Asia adalah sebesar + 38% daripada
djumlah penduduknja. Dalam memperhatikan susunan umur penduduk
Indonesia jang normaal, ini berarti bahwa pada tahun 1959 Indonesia mempu
njai suatu labour force sebesar 35 djuta tenaga kerdja (40% dari 87,5 djuta).
Mengingat bahwa 70 — 75 prosen dari penduduk Indonesia hidup disektor
agraria, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa 70 75 prosen dari labour
force (ja'ni ± 25 djuta tenaga kerdja), djuga terdapat disektor agraria,
perikanan dan kehutanan. Konsentrasi penduduk dan tenaga kerdja di
sektor produksi pertanian dan masih terbelakangnja struktur perekonomian
Indonesia menjebabkan terdapatnja masaalah pengangguran dalam bentuk
(a) pengangguran musim (seasonal unemployment), (b) pengangguran siklis
(cyclical unemployment) dan (c) pengangguran strukturil jang tak kentara
(disguised unemployment) dan jang „terbuka”. Persoalan ini merupakan
tantangan bagi suatu pembangunan ekonomi, karena masaalah pengangguran
ini akan mendjadi lebih buruk dengan adanja pertambahan penduduk tiap
tahun djikalau tidak dapat diimbangi dengan kesempatan kerdja baru (new
employment opportunities). Perlu ditjatat pula bahwa dengan berkurangnja
djumlah butahuruf dan tak seimbangnja pertambahan kesempatan kerdja
dengan pertambahan penduduk mendjadikan persoalan pengangguran
4347
bertambah mendjadi pelik. Adanja suatu golongan penganggur jang dapat
membatja dan menulis mempunjai sifat eksplosip, dan pengaruh ini lebih
mudah dapat membahajakan ketenteraman masjarakat. Meskipun tak dapat
disangkal bahwa bagi orang2 jang sudah terdidik ini adalah lebih mudah
untuk menjesuaikan diri terhadap tugas dan kewadjiban sosial jang baru.
Suatu penindjauan pembangunan ekonomi dari sudut perburuhan dan
penjelesaian masalah pengangguran menghendaki adanja suatu manpower
survey jang dapat mentjerminkan keadaan perburuhan jang baik setjara
kwantitatip. Faktor2 kwalitatip meliputi pendidikan, skills dsbnja, sedangkan
faktor2 kwantitatip memberi gambaran mengenai banjaknja masing 2 golongan
tenaga kerdja. Manpower survey adalah penting untuk dapat mengetahui
berapa banjak penganggur terdapat dalam masing 2 golongan jang harus di
tampung dalam suatu djangka waktu jang tertentu.
Masalah pengangguran tidak perk diselesaikan dengan membuat
rentjana tersendiri untuk menampung ketigatiga golongan unemployment
(seasonal, cyclical dan structural), sebab sifat 2nja jang umum adalah sama.
Kesempatan kerdja jang baru dapat mengurangi setiap ketiga matjam unem
ployment. Oleh karena itu jang penting adalah melaksanakan suatu program
investment jang akan membuka kesempatan kerdja baru. Perluasan kesem
patan kerdja baru ini akan memberi harapan menjelesaikan persoalan tenaga
kerdja. Pertama,— karena banjak tenaga kerdja akan dapat dikerahkan dan
ini dapat berarti suatu pengurangan pengangguran, baik penganggur 2 musim
maupun penganggur jang tak kentara. Dan pengerahan tenaga kerdja ini ber
arti djuga pertambahan produksi nasional dan pendapatan per capita. Kedua
— pengerahan tenaga kerdja dalam kegiatan2 ekonomi jang baru itu dapat
mempunjai suatu sifat edukatip, ja'ni membawa keinsjafan bahwa mereka
tak selalu terikat pada pekerdjaan 2 ditapangan agraria. Ketiga,— pengerahan
mereka itu djuga dapat merupakan suatu persiapan untuk suatu mental
evolution jang akan memudahkan mereka dalam menjesuaikan diri dan
menghadapi tugas2 .baru dalam proses pembangunan.
II. „BEBERAPA TJATATAN TAMBAHAN SERTA KESIMPULAN”
Buku jang dikeluarkan oleh Biro Perantjang Negara, jang berkepala
„Laporan Pelaksanaan Rentjana Pembangunan Lima tahun 1956 — 1960”
memuat suatu bab, ja'ni bab V mengenai Keadaan Angkatan Kerdja dan
Penempatan (katja 69 74), jang sudah memuat herbagaibagai keterangan
jang penting mengenai hat ini.
Disini hanja akan disingkatkan beberapa ketentuan pokok:
1. Djumlah penduduk negeri kita dewasa ini tidak seorang jang mengetahui
nja dengan pasti; tetapi untuk keperluan 2 praktis dapatlah kits taksir
kira2 antara 85 djuta dan 89 djuta, bilang sadja 87,5 djuta.
2. Djumlah angkatan kerdja adalah kira 2 40% dari djumlah penduduk
ini ja'ni 35 djuta.
3. Darn djumlah angkatan kerdja jang demikian banjaknja itu jang dewasa
ini menganggur adalah kira2 1,5 djuta, jang setengah penganggur adalah
antara 5 — 8 djuta (tiada seorang jang mengetahuinja dengan pasti pula).
4. Setiap tahun djumlah penduduk bertambah dengan kira 2 600.000 orang.
Ini berarti bahwa setidaktidaknja 300.000 kepala keluarga baru harus
diberi pekerdjaan.
4348
5. Djunilah kesempatan kerdja baru masih djauh kurang daripada keperluan2
ini. Biarpun industri sedjak 1952 1953 tumbuh dengan baik, tetapi
pertumbuhan ini masih djauh dare mentjukupi untuk mengabsorbir
tambahan angkatan kerdja ini. Sedjak 1957 kesempatan kerdja dalam
industri djuga kelihatan agak stationer. Kesempatan 2 kerdja jang lebih
banjak masih menunggukan penanaman2 modal jang seharusnja djauh
lebih besar daripada jang terdapat dalam tahun2 jang achir ini. Semuanja
ini berarti bahwa baik open unemployment maupun disguised unem
ployment senantiasa bertambah.
6. Lapangan kerdja jang dapat menampung tenaga kerdja adalah lapangan
kerdja ketjil, dan berbagaibagai lapangan djasa di kotakota. Lapangan
ini tidak begitu productief, tetapi tjukup elastis sehingga mem punjai
fungsi sosial jang baik djuga. Tetapi semuanja ini hanja bersifat
tambalan belaka.
Tjara2 untuk meluaskan penempatan tenaga;
1. Bentuk sekolah2 pertukangan dan pertanian dimanamana, untuk mendi
dik tenaga kerdja jang skilled. Industri sering masih mengeluh bahwa
biarpun tenaga kasar adalah berkelebihan namun tenaga skilled adalah
kurang sekali. Kekurangan tenaga skilled ini merintangi perkembangan
industri.
2. Lakukan ivestasi jang serba besar dalam elektrifikasi sehingga industri
ketjil dapat berkembang dengan sangat lebih mudahnja. Dewasa ini
kekurangan tenaga Iisterik adalah perintang utama/untuk mengadakan
investasi2 jang ringan untuk mengerdjakan banjak tenaga.
3. Andjurkan penggunaan alat2 produksi jang labour intensief, terutama
dalam industri ringan.
4. Organiser dengan lebih sempurna Pembangunan Masjarakat Desa,
sehingga sektor ini dapat memperkerdjakan lebih banjak orang. Per
luasan kegiatan harus ditudjukan kepada berbagaibagai lapang: per
tanian, keradjinan, pendidikan, pendirian gedung2 dan peralatan umum
(sekolah2, djembatan2, klinik, djalan2,, dBMa). Tjara berusaha harus
menggunakan tjara gugur gunung setjara luas. Pokoknja orang 2 tidak
disuruh mentjari kerdja, tetapi mereka diberi kerdja. Jang penting
dalam hal adalah suatu organisasi sosial jang dapat menjelenggara
kan campagne ini.
Djakarta 31 Oktober 1959.
4349
MENGENAI RANTJANGAN UNDANG2' POKOK. AGRARTA
A. Pendahuluan.
Tjatatan2 ini adalah hasil tindjauan terhadap rantjangan undang 2 pokok
agraria terutama dipandang dari sudut kelengkapannja dan kesesuaian
diantara ketentuan2nja sendiri, jang tertjantum dalam pasal2nja.
Dasar2 pikiran daripada rantjangan undang2 pokok agraria ini terda pat
dalam pendjelasan umum. Maksud daripada tjatatan 2 sementara ini hanja
untuk menjelami arti ketentuan' dalam rantjangan undang2 sendiri guna
membantu keinginan untuk djika perlu memperbaikinja atau melengkapi
kannja. Maka dari itu apabila dikemukakan terlebih dahulu beberapa hasil
penjelidikan, seperti jang pernah diadakan pada Universitas Gadjah Mada
sebelum terbentuk apa2, djadi terlepas dari rantjangan undang2 pokok agraria
ini, jang demikian itu hanja dimaksudkan sebagai tambahan bahan pemi
kiran, dan tidak sebagai alasan2 guna mengadjukan penilaian tertentu ter
hadap pokok2 pikiran daripada rantjangan undang 2. Dari penjelidikan itu
dapat disimpulkan pedoman2 dan hal2 pokok agraria jang seharusnja dima
sukkan kedalam sebuah undang2 pokok agraria sebagai dasar pembangunan
agraria di Indonesia sebagai berikut:
I.
Didalam konsiderans disebut alasan2 formil, materiil, ekonomis, ethis,
idiil fundamentil dan ideologis, jang mendorong diadakannja undang 2
pokok agraria jang baru dan merupakan soal' pokok jang perlu diada
kan aturannja.
II. Undang2 pokok agraria mulai dengan memuat ketentuan 2 asas, dalam
mana tertjantum ethik hukum agraria jang umum dan jang chusus,
begitupun pasal' jang memuat pendjetasan/pemberian isi ketentuan 2
dasar dalam U.U.D.S. jang berhubungan dengan tanah, dengan me
ngingat keadaan, kebutuhan dan kepentingan dalam hal agraria,
III. Disebutkan matjam dan perintjian lembaga 2 agraria, jang seharusnja
diberi tempat dalam hukum agraria, jaitu mengenai tanah 2 resextra
commercium dengan pembagiannja dan tanah 2 jang tidak termasuk
didalamnja.
IV. Disebutkan matjam dan perintjian dari halo atas tanah, dengan hak
menguasai sebagai hak jang tertinggi jang ada ditangan Negara dan
dapat didelegasikan kepada masjarakat2 hukum, hak milik sebagai hak
pokok perseorangan dan hak2 sekunder.
V
Ditegaskan bahwa undang2 pokok agraria berlaku pada saat diundang
kannja, dengan ketentuan bahwa peraturan 2 pelaksanaan jang belum
diganti menurut undang2 pokok agraria ini, diberi interpretasi baru,
sedang bagi peraturan' jang berhubungan dengan kepastian hukum,
misalnja jang mengenai pertjatatan2, pengukuran2 dan lain2 jang ada
untuk sementara hanja berlaku bagi hak2 jang telah dibutuhkan bagi
lalu lintas social ekonomi modern dan bagi orang 2 jang telah membu
tuhkannja.
I.
Sekedar pendjelasan mengenai I.
Adapun alasan2 jang dimaksud dalam I ialah:
a. Faktor formil.
4350
Keadaan hukum agraria tertulis pada waktu ini masih merupakan
keadaan peralihan, keadaan sementara, karena berlakunja berdasarkan
atas peraturan2 peralihan tersebut dalam U.U.D.S.; Konstitutie R.I.S.,
U.U.D. 1945 dan Undang2 Pemerintah Djepang No. 1.
b. Faktor materiil.
Hukum agraria jang sekarang masih berlaku mempunjai sifat dualisme
dan pluralisme.
Dualisme dalam pokoknja dapat diperintji menurut hak dan subjeknja.
le. Menurut haknja.
Disamping hukum agraria jang asli Indonesia, jang mempunjai
dasar kolektip dengan mengandung tjorak privat, ada hukum barat
jang bertjorak pokok privat, dan ada djuga jang mengandung
tjorak kolektip.
Hukum barat jang disamping hukum asli ialah antara lain hak
eigendom, hak opstal, hak erfpacht jang bersifat privat.
Diatas hukum asli ada hukum barat jang bersifat kolektip, ialah
hak domein jang mempunjai. asas publ'ikrechtelijk, privatrechte
lijk dan historis.
2e. Menurut subjeknja.
Adanja perbedaan antara hak atas tanah bagi orang Indonesia asli
dan jang tidak asli (keturunan asing jang mendjadi warganegara).
Adanja orang Timur asing zaman Belanda jang sekarang mendjadi
asing, jang haknja atas tanah masih menurut aturan lama, djadi
sama dengan warganegara Indonesia tidak asli. Adanja pluralisme
dalam hukum asli karena disamping kesamaan ada djuga perbedaan
menurut bagian2 daerah di Indonesia.
c. Faktor idiil
Peraturan hukum agraria belum disesuaikan dengan asas2 daripada hukum
dasar Negara kita, jaitu Pantjasila, jang disamping merupakan asas, djuga
dimaksudkan untuk mewudjudkan kebahagiaan, kesedjahteraan, per
damaian dan kemerdekaan dalam masjarakat dan Negara hukum Indo
nesia jang berdaulat sempurna. Ketjuali itu sedjumlah ketentuan dasar
tersebut dalam U.U.D.S. pasalpasal 7 ajat 1, 8, 16, 25, 26, 27, 32, 33,
34, 37, 38, 43, ajat 1 dan 102, belum mendapat perhatian semestinja.
d. Faktor soal agraria modern.
Jaitu soal agraria jang social, mengenai hubungan pemilik dan bukan
pemilik; jang ekonomis jaitu tanah sebagai alat produksi; jang idiil
fundamentil mengenai kepribadian manusia dan hubungannja dengan
tanah.
e. Faktor ideologis politis.
Ideologis politis kita ada didalam gelombang dunia, karena pada zaman
ini ideologi tidak terbatas pada batas 2 negara. Politis, Indonesia sebagai
negara dan orang Indonesia sebagai manusia tertarik dalam pergolakan
antara ideologi2 baik didalam maupun diluar negeri.
Dua faktor ini pada pokoknja berkisar pada persoalan milik privat
dan milik kolektip.
4351
A.
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
II. Sekedar pcndjelasan mengenai II.
Ethik hukum agraria jang umum:
Dalam prinsipnja dapat dikatakan, bahwa tanah adalah barang sesuatu
jang dibutuhkan manusia sebagai perseorangan maupun sebagai djenis
machluk mulai ada sampai tidak adanja manusia. Hubungan manusia
dengan tanah merupakan suatu hubungan relatip jang bersifat abadi,
karena tidak mungkin akan terdjadi bahwa tidak ada hubungan
manusia dengan tanah.
Dalam hubungan manusia dengan tanah menurut penjelidikan ilmiah
dari sedjarah realita agraria, ada dua matjam sifatnja, jaitu tanah jang
penggunaannja dikuasai perseorangan dan tanah jang berada diluar lalu
lintas ekonomis untuk keperluan bukan perseorangan, jang
penggunaannja tidak boleh dikuasai perseorangan.
Daripada realita agraria tersebut diatas, diusahakan oleh orang untuk
mendapatkan asasnja jang umum universil. Dalam usaha ini dapat
dilihat adanja 3 aliran, jaitu:
a.
aliran atas dasar jang individualistis;
b.
„ „ „
kolektivistis;
c.
„ sebagai penjatuan kedua dasar jang lain itu,
jang dinamakan monistis dualistis.
Menurut sedjarah realita agraria, dari bahan2 jang tersedia, tidak dapat
diketahui mana jang asli sebagai bentuk milik tanah, jang privat ataukah
jang kolektip. Kesimpulan jang dapat diambil dari sedjarah agraria di
Djerman, Skandinavia, Prantjis, Belgia, Negeri Belanda, daerah Alpen,
Europah Timur, Rusia, Tiongkok, India, djuga Indonesia hanja sebagai
berikut:
selamalamanja terdapat hubungan langsung antara manusia dengan
tanah;
hubungan jang tua2 nampaknja kolektip dengan mengandung sifat 2
privat. Tetapi tidak dapat dikatakan mana jang primair, apakah sifat
privat jang terdapat itu sebagai bentuk pertumbuhan ataukah sifat privat
itu sisa dari bentuk asli;
garis perkembangan subjek (perseorangan, kesatuan kolektip tidak
djelas;
sifat frivatkolektip adalah relatip, tidak murni atau mutlak;
ada pendapat, bahwa pertentangan antara pendirian privat dan kolektip
bukan hal jang prinsipiil tetapi hanja soai mempertahankan keadaan atau
mempertjepat pertumbuhan;
menurut keadaan terdapat:
lo. milik privat jang dibatasi;
2o. milik kolektip sebagai landjutan keadaan kuna, tidak murni dan
mengandung sifat2 privat;
3o milik kolektip sebagai hasil revolusi.
Sebaiknja bagi pembangunan hukum agraria di Indonesia, kita mendasar
kan diri atas sifat manusia sebagai dwitunggal, jaitu sebagai individu
dan machluk sosial.
Dan memakai dasar itu sebagai pedoman sebaiknja kita menggunakan sis
tim kolektip dan privat bersamasama, sebab sistim ini bukan sadja sesuai
4352
dengan kenjataan agraria masjarakat Indonesia, tetapi djuga sesuai
dengan pasalpasal 38 ajat 3 dan pasal 26 ajat 3 dan ajat 1. Undang 2
Dasar Sementara.
5. Ketjuali pedoman2 itu seperti telah dibitjarakan dimuka, sebenarnja kita
telah mempunjai beberapa pegangan untuk menjusun bentuk hukum
agraria jang baru, jaitu sebagai berikut:
a. Sudut objektip.
Ditindjau dari sudut tanahnja, maka tanah itu terbatas sehingga
mustahil ada hubungan langsung antara tanah dengan semua ma
nusia.
Djadi dalam mentjari bentuk hukum agraria, kita hanja dapat
menginginkan supaja sebanjak mungkin manusia dapat berhubungan
dengan tanah.
b.
Sudut subjektip.
Manusia mempunjai sifat dwitunggal (monodualistis) jaitu sebagai
individu dan machluk sosial. Atas dasar sifat ini maka dalam prin
sipnja hubungan manusia dengan tanah hanja mempunjai sifat
relatip, artinja kekuasaan manusia atas tanah itu tidak dapat tanpa
batas.
Tidak dapat manusia mendasarkan diri atas sifat diri pribadi sadja,
tetapi harus djuga mengingat sifat sosialnja, sebagai anggota masja
rakat.
c. Sifat negara.
Sifat negara kita, tersimpul didalam hukum dasar kita adalah negara
hukum kebudajaan dan bukan negara hukum jang murni, jang absolut.
Konsekwensi jang luas dari negara hukum kebudajaan harus ter
djelma pula dalam hukum agraria, sehingga didalam hukum agra
ria jang baru harus ada matjam2 status tanah jang dapat mentjukupi
matjam2 kebutuhan dalam suatu negara hukum kebudajaan
d.
Sudut hukum
Berdasarkan Mukaddimah UndangUndang dasar Sementara, hukum
Indonesia:
lo tidak hanja mempunjai sifat jang positivistic jaitu tidak hanja
berdasarkan alas kekuasaan sadja, sebab kita mempunjai asas
kerohanian Pantja Sila dengan faktor2 perikemanusiaan dan Ke
tuhanan Jang Malta Esa, djuga tidak bersifat teokratis sadja,
karena ada faktor perikemanusiaan;
2o tidak hanja bersifat empiris sadja, artinja tidak hanja mendasar
kan diri atas keadaan2 atau pengalaman didalam masjarakat
sadja;
3o tidak hanja bersifat rasionalistis sadja, artinja tidak hanja ber
asal dan ditimbulkan atas dasar pikir.
Djadi kalau kita sifatkan bagaimana tjorak hukum Indonesia, dapat
dikatakan bahwa sifat hukum Indionesia itu realistis, artinja segala
sesuatu sebagaimana keadaan itu dimasukkan sebagai faktor.
Sekarang akan dibitjarakan pegangan 2 jang mendasarkan diri atas
sudut privat jaitu;
d. Harus ada batas2 dari hubungan manusia dengan tanah, hal ini un tuk
menghilangkan keketjewaan2 sebagai konsekwensi dari milik
4353
f.
g.
h.
i.
j.
B.
1.
2.
4354
privat, jaitu supaja tenaga dan hidup orang lain tidak dikuasai. Karena
itu hubungan manusia dengan tanah dengan singkat dapat
dikembalikan pada sifat manusia sebagai dwitunggal, sehingga hu
bungan manusia dengan tanah, ketjuali mempunjai sifat privat djuga
mempunjai sifat kolektip.
Berhubung dengan matjam2 tanah jang diperlukan dalam pegangan
ketiga maka harus ada kemungkinan perpindahan subjek dari perse
orangan kepada masjarakat atau kepada negara. Ketjuali itu harus
pula ada pengurangan pengaruh kedudukan manusia perseorangan
dalam hubungannja dengan tanah, misalnja dalam bentuk subjek
tjampuran, perseorangan dan negara bersama mendjadi subjek.
Perlu menguatkan kedudukan orang2 jang tidak mempunjai hu
bungan langsung dengan tanah.
Ini dapat dilakukan dalam bentuk organisasi. Dan supaja orga
nisasi2 mempunjai kedudukan jang baik terhadap pemilik 2 perse
orangan sebaiknja diberi sifat publik reehtelijk pleb negara. Tetapi
harus didjaga djangan sampai kekuatan organisasi itu melampaui
batas sehingga menimbulkan situasi. jang sebaliknja, bukan pemilik
mendjadi kuat dan pemilik tidak. Karena itu perlu diadakan pem
batasan2 dari kekuatan organisasi 2 jang diberi sifat publikrechtelijk
itu, dalam istilah jang sudah dikenal umum jaitu, organisasi jang
diadakan itu harus mempunjai sifat badan hukum kepentingan.
Ada dasar pegangan pertama jaitu bahwa setiap manusia berhak
memperoleh manfaat dari tanah, maka meskipun ini tidak begitu
bersangkutpaut dengan hak tanah, tetapi perlu dimasukkan dalam
prinsipnja sebagai kepentingan jang dipelihara dalam hukum agraria,
jalah kemungkinan membagi hasil tanah oleh pihak negara bila
diperlukan atau untuk waktuajang mengharuskan.
Dalam hukum agraria perlu diadakan djaminan 2 untuk menghi
langkan unsur2 kekuasaan.
Dari sudut kolektip.
Dalam hukum agraria baru harus diadakan aturan 2 jang men
djamin kepribadian dari pemilik dan pekerdja.
Ethik hukum agraria jang chusus.
Jang merupakan ethik hukum agraria jang chusus dapat kita bagi men
djadi tiga ialah:
a.
Pantjasila sebagaimana tertjantum didalam Mukaddimah U.U.D.S.
b.
Hal2 dan kebebasan dasar manusia Berta asas 2 dasar sebagaimana
tertjantum dalam beberapa pasal dalam U.U.D.S.
c.
Keduasnja selandjutnja diambil dalam hubungannja dengan Pem
bukaan U.U.D. 1945.
Kesimpulan mengenai pedoman bagi hukum agraria berdasarkan atas
Pantjasila dalam hakekatnja ialah sbb:
a. Berdasarkan atas silo Ketuhanan Jang Maha Esa bagi masjarakat
Indonesia hubungan antara manusia dengan tanah mempunjai
sifat kodrat, artinja. tidak dapat dihilangkan oleh siapapun djuga,
djuga tidak oleh negara.
b.
3.
4.
Sila perikemanusiaan memungkinkan didapatnja pedoman bahwa
hubungan antara manusia Indonesia dengan tanah mempunjai
sifat privat dan kolektip sebagai divitunggal.
c. Dari sila kebangsaan dapat dirumuskan pedoman, bahwa:
1. hanja orang Indonesia dapat mempunjai hubungan jang sepe
nuhnja dengan tanah didaerah Indonesia;
2. dengan menggabungkan sila kebangsaan dengan sila perikema
nusiaan jang mempunjai unsur machluk sosial, terdapatlah
unsur hidup internasional, dan oleh karena itu orang asing
dapat diberi kekuasaan atas tanah di Indonesia, sedjauh itu di
butuhkan oleh orang Indonesia, djadi pemberian tanah pada
orang asing itu menurut kepentingan orang Indonesia.
d.
Menurut sila kerakjatan, tiap2 orang Indonesia didalam hubungan
nja dengan tanah, mempunjai hak dan kekuasaan jang sama, se
hingga pedoman ini mengandung hak kekuasaan.
e.
Berdasarkan atas sila keadilan sosial, tiap2 orang mempunjai hak dan
kesempatan jang sama untuk menerima bagian dari manfaat tanah
menurut kepentingan hak hidupnja bagi diri sendiri dan bagi
keluarganja. Hak hidup manusia itu ada 2 matjam jaitu :
a. untuk mempertahankan djenis;
b. untuk mempertahankan individu;
Dengan demikian pedoman jang berdasarkan atas keadilan ini
bukan mergenai hak, tetapi mengenai hasil dari pada tanah.
Hak2 dan kebebasan dasar manusia serta asas 2 dasar sebagaimana
tertjantum dalam beberapa pasal dalam U.U.D.S.:
a. Pasal2 didalam U.U.D.S. sebagai pendjelmaan Pantjasila jang
bersangkutpaut dengan agraria ialah:
1. jang termasuk dalam kebebasan dasar manusia ialah pasal
7 ajat I, pasal 8, pasal 16, pasal 25, pasal 26, pasal 27, pasal 32,
pasal 33 dan pasal 34.
2. jang termasuk dalam asas2 dasar pemerintahan ialah pasal
36, pasal 37, pasal 38 dan pasal 43 ajat I.
Kedua2nja (Mukaddimah dan pasal2 U.U.D.S. tadi) diambil dalam
hubungan dengan Pembukaan U.U.D. 1945.
Pantjasila sebagai asas kerochanian negara merupakan pendjelmaan dari
pada dasar2 jang diletakkan dalam „Pembukaan” UndangUndang dasar
1945 jaitu pernjataan2 jang menjertai Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Bagi politik hukum agraria dapat diperoleh pedoman hukum agraria
sebagai berikut;
Hukum Indonesia:
1. tidak hdnja mempunjai sifat jang positivistis, tidak hanja ber
dasarkan atas kekuasaan negara;
2. tidak hanja mempunjai sifat jang empiris, artinja tidak hanja
mendasarkan did atas keadaan atau pengalaman didalam
masjarakat;
3. tidak hanja mempunjai sifat rasionalistis, artinja tidak hanja
berasal dan ditimbulkan atas dasar pikiran dengan konsekwen
sinja jang mutlak atas pendirian jang natuurrechtelijk nasionalistis.
4355
C.
Kebutuhan dan kepentingan didalam masjarakat Indonesia sebagai
pegangan untuk menjusun hukum agraria.
Mengenai keadaan, kebutuhan dan kepentingan. dalam masjarakat
belum tjukup tersedia bahan2 jang dibutahkan, sehingga belum dapat
diketahui betuls.
a. Akan tetapi dari bahan2 jang ada kiranja dapat ditarik kesimpulan,
bahwa dalam masjarakat Indonesia sekarang ada tendensi sebagai
berikut:
1. Menghindarkan, setidaktidaknja mengurangkan hubungan
langsung antara tanah dengan orang asing. Hal ini ternjata
antara lain dari usaha dipelbagai daerah untuk membagibagi
kan tanah kepada rakjat. Mengenai hubungan tidak langsung
antara tanah dan orang asing, jaitu jang dikuasai setjara sewa
menjewa ada keberatan dari fihak rakjat untuk menjewakan
tanah pada orang asing (perusaahaan pertanian), dan ditjari
bentuk lain umpamanja mengadakan perdjandjian untuk mem
berikan basil tanah.
2. Sebaliknja mendapatkan modus bagi kebutuhan Indonesia
akan bantuan modal asing;
3. Mengadakan usahaa untuk mengembalikan tanah jang dulu
diberikan pada perseorangan kepada rakjat (tanah partikelir,
dan desa perdikan);
4. Mengadakan usaha kearah kolektip jang nampak dalam bentuk
nasionalisasi.
Belum diketahui apakah nasionalisasi itu meresap dan timbul
dari hati rakjat sendiri ataukah hanja karma baru berkobaruja
ideologi sosialisasi dinegara kita. Perlu diketahui bahwa nasi
onalisasi itu tidak terletak dalam prinsipnja pada unsur
kolektip, tetapi dapat dipergunakan sebagai usaha perbaikan
didalam lingkungan privat;
5. Penggunaan tanah oleh rakjat setjara tidak sah dikota maupun
didaerah jang penjelesaiannja nampak suht;
6. Tang didapatkan dalam lingkungan instansi negara jang ber
sangkutan dengan diadakannja pembitjaraan2 dalam panitia 2
jang chusus menjelidiki tentang pembangunan hukum agraria .
Indonesia, dalam many terdapat suatu keinginan untuk mele
njapkan asas domein.
Tetapi belum diketahui benar bagaimana tendensi individuali
sasi ini terhadap sifat kolektip daripada masjarakat hukum
seperti desa dan sebagainja, baik jang teritorial maupun jang
genealogis. Tjorak keadaan kebutuhan dan kepentingan
masjarakat Indonesia harus masih diteliti dengan penjelidikan
jang perk diadakan.
b. Dalam rangka pengumpulan bahan2 itu sedjak tahun 1955 oleh
pihak Universitas Gadjah Mada (Seksi Agraria) sudah mulai
dilakukan angket agraria (1955 mulai di Djawa Timur, 1956 mulai
di Djawa Tengah), jang direntjanakan buat seluruh Indonesia
dengan bantuan Kementerian Dalam Negeri serta Pamong Pradja
dan bantuan (herupa tenaga dan keuangan) dari Kementerian
Agraria.
4356
III. Sekedar pendjelasan mengenai III.
Lembaga2 agraria.
Sebagaimana telah disebutkan diatas, mepurut hasil penjelidikan mengenai
realita agraria didunia mulai djaman dulu, djuga di Indonesia, ada tanah 2
jang diluar lain lintas ekonomis untuk keperluan bukan perseorangan, jang
penggunaannja tidak boleh dikuasai perseorangan.
Adapun matjammatjamnja ialah:
a. tanah untuk keperluan umum (res communes);
b. tanah untuk keperluan negara (res publique);
c. tanah untuk keperluan sutji (res sacre);
Itulah hasil penjelidikan realita agraria pada zaman Romawi.
d. Sesudah keradjaan iniruntuh dan dengan adanja radja2 Eropah sebagai
satu2nja kekuasaan negara jang tertinggi, timbul lembaga baru jaitu res
imperium dengan kekuasaan untuk mengatur dan mempergunakan
tanah.
e. Kemudian guna pengluasan negara2 barat dibenua2 diluar Eropah timbul
lagi suatu hak baru jaitu res dominion atau milik.
f. Sesudah ini timbul lagi hak baru jang lebih tinggi, jaitu res nullius,
mengenai benda jang tidak dihaki oleh siapapun tetapi dipelihara/
didjaga oleh negara untuk keperluan umum.
Meskipun di Indonesia tidak ada perkembangan kenegaraan seperti didunia
barat, namun dari buku2 sedjarah, piagam2 dll. peninggalan zaman kuna
tjukup niemberi bukti, bahwa lembaga 2 agraria seperti didunia barat
dikenal djuga di Indonesia.
IV. Sekedar pendjelasan mengenai IV.
A. Asas domein.
Asas domein jang berdasarkan atas alasan 2 historic, publikrechtelijk dan
privatrechtelijk, serta bertudjuan untuk mentjegah pembukaan tanah tidak
sah, agar dapat memberikan hak atas tanah pada orang asing, untuk
memudahkan penentuan status tiap2 bidang tanah domein, dalam
prakteknja menurut Prof. Van Vollenhoven cs., mendesak hak2 rakjat.
a. Apabila asas domein ditindjau dengan mempergunakan faktor ethik
hukum chusus dan faktor keadaan, kebutuhan serta kepentingan
masjarakat Indonesia, maka:
1. alasan pemerintah Hindia Belanda tidak mengandung unsur 2 jang
tersebut dalam kesimpulan ethik hukum chusus Indonesia. Belanda
mendasarkan diri atas kekuasaan. Unsur sifat kodrat, kerakjatan,
keadilan sosial .dan kebangsaan tidak ada;
2. tudjuannja hanja untuk menguntungkan orang asing dan tudjuan
administratip, tidak jang seperti tersebut dalam U.U.D.S. jang
merupakan kesimpulan atas dasar silasila dari Pantjasila.
3. kalau diukur dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan mas
jarakat Indonesia tidak ada jang mendapat perhatian, ketjuali
hanja kehendak mengembalikan tanah partikelir.
b. Apabila mengingat hal2 tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa asas
domein tidak dapat dipertahankan lagi. Akan tetapi apabila mengingat
4357
ethik hukum umum jang titik pegangannja jalah: bahwa tanah itu ter
batas, dan bahwa hubungan manusia — tanah itu bersifat relatip, maka
dalam menindjau asas domein, kita harus dapat melepaskan diri dari
asal, sebab dan tudjuannja pada zaman Belanda.
c. Apabila dilihat sekarang maka dalam prakteknja asas domein itu ialah:
1.mengenai terdesaknja hakhal rakjat, asal sadja dalam bentuk dan
batas2 tertentu dalam aturan negara bersangkutan dengan pasal 26
ajat 3, kiranja tidak ada keberatan lagi. Kesulitan jang mungkin
akan timbul jalah mengenai tanah jajasan. Mengenai hak
eigendom barat perlu diberi batas2 jang kuat sampai se luas2nja,
hal ini berhubungan dengan soal dualisme;
2.mengenai pembukaan tanah tidak sah sudah selajaknja bahwa
diadakan aturan chusus. Djadi praktek domein dapat diteruskan;
3.mengenai pemberian tanah kepada orang asing, apabila mengingat
dasar perikemanusiaan dalam Pantjasila jang mempunjai unsur
internasional, orang asing dapat diberi kemungkinan memperoleh
tanah menurut kebutuhan dan kepentingan Negara kita dan bukan
sebaliknja, dengan restriksi bahwa mengenai bentuknja hak belum
kita tindjau. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan, bahwa praktek
domein dalam ha12 tersebut diatas dapat diteruskan.
d. Menurut perumusannja asas domein seperti tersebut dalam pasal 1
Agrarisch Besluit bagi Djawa dan Madura dan bagi luar Djawa dan
Madura dalam S 1875 119 a, jang mengeluarkan hak eigendom dan
daerah Swapradja dari asas domein, apabila ditindjau sekarang, sudah
tidak dapat dipertahankan lagi. Adapun mengenai hak eigendom dike
luarkan dari asas domein bertentangan dengan pasal 26 U.U.D.S. Hak
eigendom agraris jang ada dibawah hak tertinggi daripada Negara,
apabila dikehendaki, masih dapat diteruskan.
Daerah Swapradja sekarang tidak dapat dikeluarkan dari asas domein
karena swapradja merupakan bagian dari daerah Republik Indonesia.
Sebagai kesimpulan dari ha12 tersebut diatas dapat dikatakan, bahwa
apabila masih dianggap perlu diadakan hake negara (hak kolektip) atas
tanah, maka perumusannja hendaknja tidak seperti asas domein zaman
Belanda. Tentang adanja 3 matjam tanah menurut praktek domein
dahulu, apabila kita sekarang hendak menjesuaikan diri dengan aturan 2
mengenai tanah dinegara2 modern, masih perlu kiranja ada tanah
domein bebas untuk keperluan umum, keperluan sutji, keperluan
rakjat, disamping tanah domein tidak bebas jang dimiliki oleh
perseorangan.
e. Asas domein dari sudut tjita2nja terlepas dari pada alasan dan tudjuan
pokoknja menginginkan adanja kekuasaan langsung dari Pemerintah
terhadap tanah. Tjita2 (idee) ini kiranja sekarangpun dapat diterima.
B.
Hak menguasai tanah daripada negara.
Apabila idee adanja hubungan langsung antara negara dengan tanah
dapat diterima, harus dipikirkan bagaimana bentuk dari pada hu
bungan langsung itu.
a. Dalam mengadakan hubungan langsung antara negara dengan
tanah, dapat dipilih tiga kemungkinan.
4358
1.
Negara sebagai subjek, jang kita persamakan dengan perseorangan,
sehingga dengan demikian hubungan antara negara dan tanah itu
mempunjai sifat privatrechtelijk, dengan negara sebagai pemilik.
Hak negara adalah hak dominium.
2.Negara sebagai subjek diberi kedudukan tidak sebagai perseorangan
tetapi sebagai negara, djadi sebagai badan kenegaraan, sebagai
badan jang publikrechtelijk. Hak negara adalah hak dominium dju
ga dan disamping itu dapat djuga digunakan istilah hak publique.
3.Negara sebagai subjek, dalam arti tidak sebagai perseorangan dan
tidak sebagai badan kenegaraan, akan tetapi negara sebagai
personifikasi rakjat seluruhnja, sehingga dalam konsepsi ini negara
tidak lepas dari rakjat; negara hanja mendjadi pendiri, mendjadi
pendukung daripada kesatuan rakjat.
Apabila demikian, maka hak negara dapat:
aa. hak communes, kalau negara sebagai personifikasi jang memegang
kekuasaan atas tanah, dan
bb. hak imperium, apabila negara memegang kekuasaan tentang pema
kaian tanah sadja.
b. Dari tiga bentuk diatas itu, apabila ditindjau dari sudut keadaan tudjuan
kita, maka bentuk pertama, jaitu jang privatrechtelijk, negara sebagai
perseorangan, tidak akan sesuai dengan faktor peri kemanusiaan dari
Pantjasila jang menganggap adanja sifat dwitunggal dari perseorangan.
Negara akan diberi sifat individualistis.
Bentuk kedua, jaitu negara diberi kedudukan, jang publik rechtelijk
seluruhnja terhadap tanah, djuga tidak sesuai dengan peri kemanusiaan,
karena dengan demikian negara sebagai pendjelmaan organisasi mach
luk sosial akan terlepas dari warganegaranja, dari manusianja;
Bentuk ketiga, jaitu negara sebagai personifikasi rakjat bersama kiranja
jang paling tepat karena kalau ditindjau dari sudut peri kemanusiaan
sesuai dengan sifat machluk sosial, djuga dengan sifat perseorangan,
jang merupakan kesatuan daripada individuindividunja.
c. Apabila bentuk jang ketiga jang dapat diterima, tinggal memilih dalam
bentuk hak communes atau dalam bentuk hak imperium. Tetapi sebelum
nja hares diselidiki dahulu, apakah hubungan langsung negara tanah
itu memberi keuntungan istimewa atau tidak. Melihat soalsoal modern
tentang agraria ternjata bahwa dalam negaranegara sistim privatrech
telijk, jang memasukkan hubungan negara dengan tanah itu dalam
kekuasaan negara pada umumnja atas dasar hak milik mempunjai
fungsi sosial, ternjata orang tidak dapat menghindarkan diri dari kesu
karankesukaran jang timbul dalam lapangan sosial dan ekonomi.
Tudjuan hukum dan Negara Indonesia sebagaimana tertjantum dalam
Mukaddimah U.U.D.S., jaitu supaja ada kebahagiaan, kesedjahteraan
dan perdamaian, melihat keketjewaankeketjewaan dalam negara jang
hubungannja dengan tanah itu tidak langsung, tidak akan tertjapai.
Apabila menurut teoriteori umum tidak mungkin ada hak milik jang
absolut tentu ada unsur jang relatip, unsur pembatasan. Sebaiknja untuk
mendjamin unsur pembatasan itu diadakan peraturan2 jang tegas.
Kesimpulan:
Baik dalam arti jang negatip, jaitu dalam anti adanja keketjewaan
4359
e.
f.
g.
h.
dalam negara jang tidak mempunjai hubungan dengan tanah, maupun
dalam arti jang positip, jaitu jang berdasarkan atas sifat relatip dari hu
bungan manusia dengan tanah, ada keuntungan istimewa, djikalau ada
hubungan langsung antara negara dengan tanah.
Mengingat keuntungan istimewa, baik jang negatip maupun jang positip,
lebih baik kiranja kalau ada hubungan langsung antara negara dan ta
nah jang paling kuat.
Sesudah adanja hubungan langsung antara negara dengan tanah dapat
diselesaikan, maka sekarang perlu dilihat, dapatkah dalam U.U.D.S.
diketemukan ketentuanketentuan, jang tidak memungkinkan adanja
hubungan langsung ini.
Apabila mengingat pasal 38 ajat 3 dan pasal 26 ajat 1 dapat dikatakan,
bahwa pa3'dlpasal tersebut diatas tidak menentang adanja hubungan
langsung antara negara dengan tanah, malahan sangat sesuai dengan
pasal 26 ajat 3, karena kalau kekuasaan tanah itu ditangan negara, ma
ka fungsi sosialnja akan terdjamin sebaikbaiknja.
Apabila dalam hubungan langsung negara dengan tanah diambil ben tuk
milik, maka untungnja ialah bahwa hak milik itu hak jang paling tinggi
dan ada kesatuan didalamnja, tetapi ruginja ialah bahwa hubungan privat
rechtelijk antara negara dan tanah itu mendjadikan kedudukan negara
tidak tegas. Ketjuali itu akan berarti adanja 2 matjam milik ia lah
kolektip atau komunal dan privat. Kesukaran jang timbul ialah bagaimana
mendjamin kebebasan manusia dan bagaimana menjelesai kan hak
milik perseorangan (pasal 26 ajat 1) dengan pasal 38 U.U.D.S.
Djadi hubungan langsung dalam bentuk milik bukan merupakan penje
lesaian jang sebaikanja, sehingga perlu ditjari sesuatu jang sesuai
dengan teori umum, bahwa tidak ada hubungan jang absolit antara
manusia dan tanah.
Djadi kolektip dan privat harus diambil bersamasama sebagai dwi
tunggal dengan menitikberatkan salah satu dari padanja. Ini adalah
tjotjok dengan sila perikemanusiaan dalam Pantjasila, djuga sesuai de
ngan pasal 38 ajat 3, tjotjok dengan realita serta dapat menghindarkan
did dari keketjewaan jang melekat pada sistim milik privat atau milik
kolektip sadja. Ketjuali itn djuga sesuai dengan 10 pegangan bagi po
litik hukum agraris seperti telah diterangkan dimuka.
Dengan demikian, diantara kemungkinankemungkinan jang telah kita
bitjarakan dimuka, terdapatlah sekarang suatu bentuk jang nam
paknja memenuhi segala sjarat, dan dapat menghindarkan dalam
prinsipnja segala keketjewaan, ialah bentuk „hak menguasai tanah dari
negara”.
1. Kalau negara diberi hak menguasai, apakah ini merupakan pengu
rangan atau penambahan hak bila dibandingkan dengan sebelum
nja, jaitu negara mempunjai hak domein. Asas domein jang mengan
dung sifat jang privatrechtelijk mengandung keketjewaankeke
tjewaan seperti telah diuraikan dengan adanja 2 matjam subjek jang
tidak seimbang, hingga hak milik warganegara ada dibawah hak
milik negara, sedangkan didalam hak menguasai tanah dari negara
tidak ada jang demikian itu, djadi dapat dikatakan tidak mengurangi
hak perseorangan menurut peraturan lama. Dan djuga pada pokok
4360
i.
j.
nja tidak mengurangi hak negara, malah memurnikan karena si
fatnja jang privatrechtelijk dipisahkan.
Sudah dikatakan dahulu, bahwa hak menguasai tanah dari negara
harus meliputi semua tanah, termasuk tanah hak eigendom barat
dan agraris.
Djadi kalau ada kerugian bagi perseorangan, ini akan meliputi jang
mempunjai hak eigendom tersebut, tetapi hanja mengenai beberapa
orang sadja.
Kalau hak eigendom barat dan agraris tidak lagi dipertahankan
atas dasar untuk menghilangkan dualisme, maka dengan sendirinja
kerugian tidak ada.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan, bahwa berdasarkan atas
perhitungan untung rugi didalam hak dan wadjib, dapatlah di
pertanggung djawabkan diadakannja hak menguasai tanah dari
pada negara.
2. Karena hukum itu harus memenuhi kebutuhan dan keadaan masja
rakat, negara dan dunia, apakah sekiranja hak menguasai tanah
dapat memenuhinja ?
Dengan singkat dapat ditundjukkan, bahwa pergolakan dunia
pada waktu ini mengenai soal milik privat dan milik kolektip dapat
kita petjahkan dengan hak menguasai tanah itu, karena dalam hak
ini kita tidak memihak pada salah satu golongan, tetapi berdiri
sendiri dan ditengahtengah.
Kalau mengingat soalsoal agraria modern, jaitu dalam lapangan
sosial, ekonomi dan dalam ideologi, terlepas dari realita pergolakan
dunia, maka dipegangnja kekuasaan atas tanah oleh negara itu se
suai dengan aliran sekarang jang memberi kedudukan penting ke
pada jang disebut „planning”:
Sekarang jang mendjadi perhatian kita ialah bagaimana perumusan
hak menguasai tanah itu. Mengingathalhal jang sudah diuraikan di
muka, bahwa hak menguasai tanah akan meliputi semua tanah, tidak
ada ketjualinja, maka perumusannja dengan singkat dan sesuai dengan
pasal 38 ajat 3 U.U.D.S., misalnja demikian:
„Negara mempunjai hak menguasai atas bumi, air dan kekajaan jang di
kandung didalamnja”.
Ini adalah penegasan dari apa jang tertjantum dalam pasal 38 ajat 3,
dan kalau diadakan sebuah undangundang agraria jang pokok, ini
seharusnja merupakan pasal pertama daripada pasalpasal mengenai
hakhak atas tanah.
Dalam perumusan perlu diatur pula tiara pelaksanaan hak menguasai
itu, ialah pembagian tanah jang termasuk hak negara. Semua bentuk
status tanah jang telah dibitjarakan dimuka jaitu status res imperium, res
kommunes, res publique, res sacrae, res nullius pokoknja semua tanah
jang mempunjai status umum dalam bentuk apa sadja, perlu tetap didalam
kekuasaan dan pengurusan negara. Disamping itu ada tanah jang diberi
kan kepada perseorangan untuk dihaki dengan hak jang paling kuat,
ialah hak