Jilid-17 Depernas 24-Lamp04
PEMANDANGAN MENGENAI PEMBANGUNAN DAN
PEMBIAJAAN PROJEK RAYON DI SUMATERA SE
LATAN DAN PROJEK2 SEDJENIS ITU.
Projek Rayon bisa diartikan, projek pabrik Rayon atau pula Pro
jek Rayon jang selengkaplengkapnja.
Pabrik Rayon sendiri sangat sederhana bila dibandingkan dengan Pro
jek selengkaplengkapnja.
I.Asal sedia pulpnja (cellulose) dan kimiawi jang didapat dengan impor,
dalam satu/dua tahun Pabrik Rayon dapat didirikan de gan
mudah dan mentjari tempatnja pun tidak begitu sukar. Wang
untuk pembiajaan tidak begitu tinggi, hanja tergantung dari im
por pulp dan kimiawi tadi itu.
II.
Mendirikan Projek Rayon jang selengkaplengkapnja djauh
lebih ruwet, persiapan2nja harus teliti, pilihan tempatnja harus
setepattepatnja, pembiajaannja tinggi sekali. Keahlian 2 jang di
perlukan banjak pula.
Projek Rayon jang lengkap, jang kemudian tidak begitu tergantung
dari impor pulp, kimiawi dan sebagainja lagi, akan meliputi beberapa
pabrik diluar pabrik Rayon sendiri.
Pabrik2 jang membutuhkan kaju jang tepat untuk tudjuan itu, harus
dekat dengan pertumbuhan hutankaju itu, dekat air jang banjak, dekat
sumber bahan bakar dan bahan 2 mentah lainnja, dekat djalan raja
dan djalan kereta api, dan djuga tidak djauh dari pelabuhan kapal.
Bila ada suatu tempat jang memenuhi sjarat2 tersebut, maka itu merupa kan
tempat jang ideal, jang mendekati kesempurnaan.
Kaju kemudian dibuat pulp chusus untuk rayon, sehingga tidak
lagi tergantung dari impor. Kebanjakan bahan dasar untuk kimiawi jang
diperlukan dalam projek Rayon itu, ada di Indonesia, sehingga kimiawi
njapun sebaiknja dibuat dalam satu kompleks dengan pabrik pulp dan
rayonnja, sekurang2nja dalam wilajah Indonesia, djuga untuk menghin
darkan impor. Pembersihan air, pengerahan daja elektrik, pembuatam
uap untuk keperluan pabrik dll. dengan kondisi tempat jang baik seperti
termaksud diatas, dapat diadakan dalam kompleks tadi, sehingga eko
nomi perusahaan merupakan jang sungguh ideal.
Salah satu tempat jang hanja memenuhi sjarat 2 termaksud diatas
ada di Sumatera Selatan didekat Hutan Semangus jaitu Hutan Kaju
untuk keperluan Projek, 1k. daerah Sepandjang sungai Lematang an
tara Blimbing dan Udjan Mas.
ke1. dilalui sungai Lematang jang besar.
ke2. dilalui djalan raya MuaraEnimPalembang.
ke3. dilalui djalan keretaapi MuaraEnimPalembang (Kertapati).
ke4. lebih kurang 150 kilometer dari Pelabuhan Palembang (Kerta
pati).
ke5. lebih kurang 40 kilometer dari tengah2 Hutan Semangus.
ke6. lebih kurang 30 kilometer dari tambang batutiara Bukit Asam.
ke7. lebih kurang 30 kilometer dari sumber2 gasalam Talang Akar.
4417
Kami pertjaja bahwa Indonesia mempunjai beberapa tempat lain
jang memenuhi sjarat jang diperlukan untuk mendirikan paberik kompleks
Rayon dan lainlainnja itu.
Indonesia masih luas, djenis kaju jang dapat digunakan untuk pembuatan
rayon tidak hanja satu bahkan beberapa djenis jang tumbuh di Indonesia.
Untuk mendirikan industri kompleks seluas disebutkan tadi akan
diperlukan pembiajaan jang besar sekali, baik jang berupa deviezen mau
pun Rupiahnja.
Untuk menetapkan kemampuannja atau luasnja Projek tersebut kita
dapat menggunakan dasar, beberapa Rayon jang tiap tahun didatang
kan dinegara kita ini. Kemudian membuat rantjangan mitsalnja tentang
hal beberapa bahan mentahnja, beberapa kimiawi, beberapa bahan bakar
beberapa daja elektrik, beberapa uap, beberapa luas hutan dan tanaman
kaju diperlukan, beberapa air dsb. lagi.
I{emudian kesemua itu diperhitungkan keuangannja, selandjutnja
rantjangan pembiajaan2 untuk pabriknja, transportnja, dsb. lagi.
Diambil angka2 bulatnja jang telah dikumpulkan dalam tahun 1956
sewaktu dimulai perhitungan untuk projek Rayon tersebut, maka
diketahui bahwa:
impor seluruh tekstil dan bahanbahannja setahunnja 1k. 100.000 ton;
dari 100.000 ton itu lebih kurang 40% atau 40.000 ton terdiri dari
tekstil dan bahan tekstil Rayon dan lain djenis sifat buatan jang 60%
lagi pertamatama jang berasal dari kapas dan lainlain seratalam.
Bila kita merentjanakan suatu Projek Rayon jang selengkaplengkapnja
dengan kemampuan 40.000 ton Rayon tiap tahun atau tiap hari 1k. 125
ton, maka:
Tiap HA hutan jang tanamannja telah agak homogeen dengan
djenis kaju Rayon, maka dengan tjara penebangan dengan memilih, djadi
tidak sekaligus dihabiskan, bisa memberikan sebanjak 100 cbm. kaju
tiap tahunnja.
Tiap ton serat Rayon memerlukan 1k. 7 cbm kaju, djadi tiap HA
hutan dalam satu tahunnja dapat memberikan 100/7 = 14,3 ton serat, atau
tiap harinja Ik. 1/350 x 14.3000 kg. = 40 kg. Djadi 1.000 HA hutan
dapat diharapkan mampu memberikan bahan serat sebanjak 40 ton seha
rinja.
Selama hutan masih merupakan hutan tjampuran, djadi belum di
kultiveer sehingga merupakan hutan jang agak homogeen, maka kita am
billah taksiran jang agak hati2 dengan mengambil angka 50% dari jang
tersebut diatas.
Dengan demikian dapat kita harapkan setiap hari dari 1.000 HA hanja
sebanjak kaju tjukup untuk 20 ton serat, djadi untuk produksi suatu pro
jek sebesar 125 ton tiap hari, diperlukan hutan seluas 125/20 x 1.000
= 6.250 HA.
Luas hutan tjadangan Semangus jang ditjadangkan untuk projek Ra
yon 1k. ada 100.000 HA. Hutan tua dimana kajunja, menurut usianja
sangat baik buat bahan rayon ada 1k. 60% atau 1k. 60.000 HA dan
selebihnja merupakan belukar dan padang alang 2. Djadi melihat luasnja,
menurut dugaan2 tadi Hutan Semangus dapat didjadikan bahan setiap
4418
hari untuk sebanjak lk. 60.000/6. 250 x 125 ton atau 1.200 ton serat,
djadi tjukup luas untuk memperluas kemampuan projek sampai se
kurang2nja 10 kali jang diimpor tiap tahun sekarang ini.
Ini semua hanja merupakan taksiran setjara akademis. Tentang
selukbeluk pelaksanaan mengeksploitir hutan seluas tjadangan tersebut
tadi, sama sekali tidak ditariktarik hanja jakin akan meminta kesungguhan,
keahlian dan pembiajaan tidak sedikit, lebih2 bila berangsurangsur dila
kukan seleksi dan kultiviring sehingga merupakan hutan2 agak homo
geen. Selain dari itu tentu akan pula diperlukan waktu jang lama, djadi
diminta kesabaran kita sekalian, walaupun seluruh perusahaan tidak perlu
diberhentikan bila telah mulai bekerdja.
Untuk mempersiapkan hutan jang siap sedia nemberikan kaju tiap
harinja sebanjak 125 x 7 cbm, djadi untuk kemampuan sebesar 40.000
ton tiap tahun tersebut diatas itu, dalam waktu singkat, Djawatan Kehu
tanan telah menjatakan tidak sanggup, sebab selain eksploitasi hutan
setjara besarbesaran dengan tiara selektif itu memerlukan peralatan jang
lengkap, pengalamannja pun masih perlu didapatkan. Karena itu untuk
ketentuanketentuan jang lebih mungkin didjaminnja, Djawatan Kehutanan
mengusulkan agar untuk permulaan diambil kemampuan projek jang
lebih kurang dari 125 ton rayon tadi itu, mitsalnja 50 ton tiap harinja
atau 17.500 ton tiap tahunnja untuk mana akan diperlukan kaju sebanjak
50 x 7 = 350 cbm.
Selama itu dengan sendirinja tudjuan eksploitasi hutan sampai dapat
memberikan 850 cbm. dan lebih dari itu, terus dikedjar dengan melaku
kan persiapan2nja.
Selain itu pabrik2nja pun perlu disesuaikan dengan itu, sambil
tidak melepaskan tudjuan semula, bahkan lebih dari itu. Karenanja dalam
rentjana pembangunan kompleks pabrik2 harus diperhitungkan dari per
mulaan perluasan2nja, pertama susunan kompleks dan luasnja untuk tiap2
bagian projek itu dilakukan. Djadi pelaksanaan itu dilakukan berangsur
angsur sekurang2nja memperluas sampai tudjuan semula tertjapai.
Untuk kemampuan projek sebesar 17.000 sampai 20.000 ton rayon
setahunnja termasuk pabrik2 bantuan lainnja ditaksir akan memerlukan
lk. 100 djuta dollar U.S. termasuk pula alat eksploitasi kehutanan. Belum
lagi untuk modal kerdjanja dan atau perluasan 2. Jang terachir ini dimak
sud agar nanti dibiajai dari hasil2 perusahaan sendiri.
Djadi Projek Rayon itu merupakan projek raksasa pula, sebagaimana
hal pembiajaannja. Untuk itu perlu ditjari djalan keluar, dan meneropong
Projek Rayon ini djangan hanja dari sudut rayon, karena sebetulnja pro
jek itu merupakan suatu rentetan projek 2 jang bila semuanja lengkap,
lambatlaun akan melepaskan Indonesia dari genggaman impor rayon,
bahkan bisa menghatsilkannja buat ekspor.
Selain itu angka 40.000. ton tekstil rayon itu jaitu kalkulasi tahun 1956.
Mengingat penggunaan tekstil per capita di Indonesia baru sebanjak 1.k.
11 meter, suatu angka jang rendah sekali maka dengan madjunja pere
konomian rakjat, mereka harus mampuh membeli lebih dari 11 meter per
capita dan selain itu meningkatnja penduduk Indonesia dengan lk. 2 djuta
tiap tahun, maka kebutuhan akan tekstil akan lebih dari 100.000 ton seta
hun dan bagian rayonnja bukan 40.000, tapi lebih dari itu. Kemudian
4419
mengingat kwalitet serat rayon sekarang tidak djauh beda dari serat kapas
maka konsumsi rayon bisa bergeser kedaerah kapas, sehingga mungkin
sekali bagian rayon tidak lagi 40% tapi lebih dari 50%.
Mengingat kemungkinan2 tersebut dan djuga penggunaan rayon ti
dak sebagai bahan pakaian sahadja, maka hari kemudian rayon itu ge
milang sekali. Karena itu besar sekali harapan perkembangan industri
Rayon dab. di Indonesia ini mengingat kondisikondisinja jang baik sekali,
pertamatama soal bahan2 mentahnja, dan jakin Indonesia untuk keper
luan sendiri tidak hanja membutuhkan satu tapi beberapa industrisen
trum rayon. Karena pertimbangan2 diatas kalau suatu projek rayon didi
rikan, jang kedua akan menjusulnja, jang ketiga dan mungkin keempat
tidak pula bisa ditahantahan lagi, dengan sendirinja berangsurangsur
dengan meningkatnja kebutuhan jang dapat diperluas dengan meningkat
nja taraf kehidupan dan kemampuan belandja masjarakat kita.
Apa artinja 11 m. per capita dibanding dengan konsumsi di Djepang
sampai puluhan meter per capitanja.
Sampailah kita sekarang kepada penoropongan pembiajaan projek
raksasa rayon itu. Ada beberapa kemungkinan:
a. Jang terbaik seluruhnja dengan modal Indonesia sendiri
b. Sebagian modal Indonesia sendiri dan sebagian lagi pindjaman luar
negeri.
c. Seluruh pembiajaan Rupiah oleh Indonesia dan seluruh deviezen
dengan pindjaman luar negeri.
d. Usaha bersamasama Indonesia dan Asing.
e. Penanaman modal asing keseluruhannja.
Kemungkinan a. untuk Indonesia sekarang praktis belum mungkin.
—„ —
b. ada kemungkinannja, tapi betul2 perlu ditjari dulu, lagi
pula itu menambah beban hutang terhadap masjarakat.
—„ —
c. Seperti tambahan pembebanan jang lebih berat lagi buat
masjarakat.
— „ —
d. merupakan jang terringan diantara a, b, c, dan d. itu.
Seluruh pembiajaan deviezen didjadikan tanggungan
kapital asing.
Pembiajaan Rupiah didjadikan bagian Indonesia.
—„ —
e. Jang minta sekalian lebih suka tidak lakukan.
Memang kalau Indonesia sekurang2nja untuk seluruh keperluan
deviezen bisa mendapatkan pindjaman luar negeri jang baik sjarat 2nja,
rentenja rendah, djangka waktu pembajarannja lama, tidak ada sjarat 2
lain. jang mengikat kita, itulah jang mungkin terhaik. Diluar kewadjiban 2
tepatmelakukanpembajaran2 tjitjilan dan rente, segala hal industri rayon
itu mendjadi tanggung djawab kita sekalian.
Jang terachir ini merupakan hal kehormatan kita untuk mengatur se
hingga penanaman modal itu mendjadi sukses, djadi projek itu memenuhi
segalagalanja jang kita harapkan.. Sebaliknja dari itu, djalan tersebut ber
arti untuk Indonesia, jang memulai untuk pertama kalinja tanpa sesuatu
pengalaman, alili2 dan kader sendiri dalam suatu perusahaan besar jang
sungguh2 bare, membebani diri dengan tugas jang maha berat. Para pe
4420
tugasnja nanti harus memikul tanggung djawab terhadap nusa dan bangsa
untuk mengolah perusahaan dan Kapital beberapa, miliun itu sekurang
kurangnja djangan sampai merugikan, agar tidak menambah beban ter
hadap masjarakat.
Apakah tindakan demikian itu kita a priori sebutkan djauh diluar
kekuatan dan kemampuan kita, kami bukan seorang Nabi, kami masih
mempunjai kepertjajaan terhadap diri sendiri, tetapi dengan penuh keja
kinan bisa disebutkan tugas itu tugas maha berat, membawa risiko jang
besar sekali; menjimpang dari garis 2 harapan jang minimum, miljar2
Rupiah termasuk deviezennja itu akan merugikan kita. Masih untunglah
kalau kita nanti bisa memberikan hasil jang tjukup untuk rente dan
pentjitjilan hutang tepat pada waktunja.
Dengan menjebutkan demikian itu djanganlah diartikan bahwa pro
jeknja an sich tidak worth while untuk jang miljar2 Rupiah tadi itu. Pro
jek an sich sedemikian pentingnja, urgen dan tinggi prioriteitnja, karena
mengenai „sandang” dan menurut perhitungan akan menguntungkan
bila diselenggarakan dengan keahlian dan setjara teliti. Telah sewadjarnja
djuga djika diadakan pengurangan2 beban2 impor. Selain itu kondisi2 un
tuk pembangkitan tjabang industri tersebut, seperti telah dikemukakan
diatas sangat baiknja, hanja tinggal soal 2: Keuangan, know how, know why
dan pengalaman jang masih belum ada.
Terdorong keinginan dan rasa harusnja penanaman modal jang de
mikian tinggi itu mentjapai sukses maka timbullah pertanjaan pada kami.
Apakah tidak lebih bails, untuk projek pertama ini dalam lapangan
jang baru, Indonesia dalam urusan organisasi perusahaan dan pembiajaan
nja, mengikuti kemungkinan d. tersebut diatas tadi. Bukanlah karena ka
mi lebih suka pada tjara itu, tetapi karena pertimbanganpertimbangan jang
kami uraikan berikut:
Seperti dari angka2 tersebut dimuka tadi, akan ternjata bahwa ke
mampuan sampai 20.000 ton rayon setahun itu, baru akan memenuhi se
bagian ketjil dari seluruh kebutuhan atas tekstil.
Impor sebanjak bulatnja 100.000 ton setahun, sebetulnja belum me
rupakan kenjataannja kebutuhan, jang djauh lebih tinggi dari itu. Kemam
puan impor tekstil terbatas oleh kemampuan deviezen negara, selain itu
kemampuan (daja) belandja rakjat (masjarakat) Indonesia masih terbatas
pula hanja sampai kepada jang sangat diperlukan.
Karena optimisme kami, didasarkan atas urgensi dan prioriteit tekstil,
maka jang 100.000 ton itu dalam waktu tidak lama lagi akan djauh di
lampaui dan dengan sendirinja bagian tekstil rayonnja akan meningkat
pula. Kalau Indonesia betulbetul bermaksud sebanjak mungkin meng
hindarkan diri dari impor, Indonesia mempunjai sjarat 2nja untuk dapat
mentjapai tudjuan termaksud. Maka karena itu suatu industri rayon dengan
kemampuan 20.000 ton setahun hanja merupakan permulaan sadja, tetapi
harus merupakan suatu sukses, belum lagi difikirkan soal ekspornja.
Plantkedua, ketiga dan selandjutnja perlu menjusul.
Memulai suatu projek besar dan baru, jang masih agak asing buat
kita, banjak djenisnja produk jang akan dibuat tetapi merupakan suatu
ren.tetan industri2 jang saling memerlukan, dengan tidak mempunjai pe
4421
ngalaman dan pengetahuan prakteknja, berat sekali, seperti telah dikemu
kakan diatas. Keuanganpun demikian.
Dengan djalan menggunakan kemungkinan d tersebut tadi, segala
matjamnja mendjadi lebih ringan untuk dipikul; kemungkinan mentjapai
sukses sedjak dari permulaan berdjalannja perusahaan djauh lebih besar.
Karena apa?
Karena kalau fihak Asing turut serta dalam penanaman modal dalam
sesuatu perusahaan diluar negerinja, hanja karena menurut perhitungan
nja akan dapat memberikan keuntungan.
Karenanja maka mereka akan mempergunakan ahli 2 jang berpenga
laman chusus dalam perusahaan itu. Kemudian mereka akan bekerdja
sekuat tenaga untuk mendapatkan keuntungan jang lajak. Selain itu mere
kapun dalam melakukan pekerdjaannja akan memegang tinggi kehormatan
negaranja terhadap Indonesia dan Umum luar, terutama tanggung djawab
mereka terhadap uangnja jang dimasukkan dalam projek.
Kalau sekarang Indonesia mendjadi Than Rumah dan selain itu pe
serta dalam tanggung djawab perusahaan, maka Projek demikian buat
kita sekalian tidak hanja merupakan suatu sumber keuntungan materieel
tetapi jang lebih penting, perusahaan itu merupakan suatu sekolah buat
Indonesia theori dan praktek dalam perentjanaan, pembangunan, mengu
sahakan, memimpin dan lainlain lagi. Itu akan memberikan banjak pela
djaran kepada kita jang sungguh 2 memerlukannja. Djadi suatu peladjaran
dibawah pimpinan ahli2 jang berpengalaman jang merupakan sungguh 2
„leermeesters” bunt kita sekalian.
Bila kita menganggap projek demikian sebagai badan didikan maka di
sanalah tempatnja pula untuk dengan sengadja mengadakan kader buat pro
jek2 sedjenis itu, jang kita sendiri kemudian akan dirikan dan djalankan,
Dengan tenaga2 /kader berpengalaman jang dididik oleh leermeester
kita akan lebih mudah dari pada sekarang menghadapi pembangkitan se
suatu projek itu.
Selain itu didikan bukan setjara penindjau atau studytrips, tetapi da
lam bedrijf sendiri mempunjai tanggungdjawab masingmasing, en wel
didaerah wilajah kita sendiri ditengahtengah faktor 2 jang kita sekalian
hadapi. Sungguh2 tjara didikan baik dan. murah jang akan banjak membe
rikan manfaat kepada Indonesia.
Seakanakan djalan itu merupakan penanaman mental djuga (men
tal investment).
Chusus untuk projek jang sangat baru dalam djenisnja itu dan sangat
tehnis chemis sifatnja, maka kami untuk projek permulaan ini memper
timbangkan dengan pertimbangan2 diatas tadi akan baiknja bila diper
gunakan organisasi perusahaan dan pembiajaan dengan tjara d, jang mem
berikan kemungkinan kepada kita dengan risiko jang lebih ketjil, untuk
menjelenggarakan projek kedua, ketiga dst. oleh kita sendiri.
Bentuk „Joint enterprise” ini dalam undang2 Penanaman Modal
Asing tidak ada larangannja setjara „uitdrukkelijk”. Walaupun kami se
pendapat dengan banjak Pemimpin 2 Indonesia, bahwa tjara demikian
itu tidak merupakan prioriteit tinggi, adakalanja bisa mendatangkan ke
ringanan2 dan keuntungan kepada Nusa dan Bangsa, seperti misalnja dengan
pelaksanaan projek2 sematjam l'rojek Rayon termaksud diatas.
4422
Turut sertanja modal asing dalam suatu bedrijf, tidak berupa hutang
tetapi untuk tanggungdjawabnja sendiri. Karenanja masjarakat tidak di
beri tambahan beban. Terhadap uang mereka itu, negara tidak perlu tu
rut bertanggungdjawab, bahkan turut mendapat keuntungan, karena pe
nanaman modalnja, mereka seakanakan mengharuskan diri mendatang
kan keuntungan dari perusahaan. Dengan djalan fikiran ini kami tidak
melepaskan tanggungdjawab kita sendiri, dengan sendirinja fihak Indo
nesia pun harus sepenuhnja pikul tanggungdjawab pula, tetapi dalam dja lan
d itu fihak Asing membantu dengan tanggungdjawabnja dalam menu dju
suksesnja perusahaan jang paling penting dari seluruh penanaman modal.
Djalan demikian buat hemat kami tidak mengurangi kehormatan
Indonesia dan tidak bertentangan dengan U.U. Penanaman Modal Asing,
bahkan ada kalanja membantu mewudjudkan idamidaman kita, atau se
kurangkurangnja memulaikan berputarnja roda pembangunan dalam dju
rusan2 tertentu.
Menurut hemat kami, dapat tidaknja diterima sesuatu ,, joint enter
prise" tergantung dari djenisnja enterprise, dan dari sjarat 2nja joint enter
prise itu. Apa keberatannja sesuatu joint enterprise mengenai suatu projek
pentjetus (gangmaker project) bilamana djangka waktu berlakunja terba
tas: 10 — 15 atau 20 tahun misalnja, tergantung dari sifatnja projek itu.
Disamping projek itu, kita mempunjai kejakinan bahwa masih ada dan
besar lapangannja untuk perluasan2 sehingga tetap terbuka untuk inisia
tif dan kapital kita, tetapi pada waktunja telah mempunjai dasar dan pe
ngalamanpengalaman jang terkumpulpada kader 2 kita jang terdidik da
lam perusahaan pertama itu.
Pengalaman sangat besar harganja, dan bila ' itu dapat ditampung
dengan djalan jang agak ringan tanggungannja — bila njata kemung
kinankemungkinannja kami berpendapat bahwa djalan itu dapat di
tempuh.
Misalnja untuk projek2 jang baru djenisnja dan raksasa permodalan
nja sehingga berat untuk dipikul sendiri pembiajaannja, atau menambah
pembebanan pada masjarakat/chalajak ramai untuk. bertahun 2 bila di
biajai dengan pindjaman besar dari luar negeri, dan sifatnja projek sangat
urgen buat pembangunan negara, maka adakalanja dan besar kemungkinan
nja djalan d itu bisa menguntungkan.
Karena uraian dan pertimbangan2 tadi, maka untuk soalsoal sedjenis
terurai itu, sewadjarnja dipertimbangkan pula penggunaan kemungkinan
djalan d tadi itu, dengan sjarat2 tertentu.
Menurut hemat kami, dengan djalan demikian, jang memberi kesem
patan kepada kapital Asing selama waktu joint enterprise untuk menarik
kembali kapital jang ditanamnja dan keuntungankeuntungannja di Indo
nesia, akan ada kapital asing jang kelebihan dinegaranja jang bersedia di
tanam di Indonesia.
4423 .
RAYON, PROSES PEMBIKINANNJA DAN PROJEK RAYON
DI INDONESIA.
1. Definisi dari istilah „Rayon”.
Perkataan istilah Rayon ialah nama kesatuan dari serat (fibres) bikinan
manusia jang mempunjai sifat „endless fibres” (serat jang tidak putus 2)
jang terutama dipergunakan untuk Filament.
(a) Bentuk Rayon ini tergantung pada tjara komposisi kimianja dan dju ga
tjara prosesnja.
(b) Riwajat perkembangan dari fibres bikinan manusia.
Serat bikinan manusia jang pertama kali diusahakan sebagai industri
terbikin dari N I T R O C E L I U L O S E jang dipergunakan un
tuk mesiu.
Untuk mendapatkan fibre (serat) jang dimaksud, maka N I T R 0 jang
berbahaja itu dipisahkan dengan proses kimia.
Tjara proses seperti jang dimaksud dilakukan pada aehir abad ke19
dan proses ini mendjadi dasar dari sistim produksi industri ketjil un
tuk menghasilkan serat bikinan manusia.
Pada tahun 1900 lahirlah suatu proses baru jang dikenal dengan nama
CUP R A M O N P R O S E S S, dalam industri serat bikinan
manusia.
Proses ini berdasarkan atas penggunaan sifat peretjeran CELL U
L O S E dan mempergunakan COPPER OXIDE AMMONIA. jang
pertama' kali mempergunakan proses tersebut adalah perusahaan
Djerman „BEMBERG” jang kemudian mendjadi suatu perusahaan besar.
Selandjutnja, hampir bersamaan periodenja dengan proses C U P R A
M 0 N tersebut, djuga lahir suatu proses jang disebut dengan nama
„VISCOSE RAYON”.
Akan tetapi setelah beberapa tahun baru manmade fibre ini, menda
pat perhatian kalangan perindustrian setelah kesukaran 2 tehnis dapat
diatasi.
Pada tahun 1923 muntjul proses A C E T I C C E L L U L O S E
dalam dunia industri ini, akan tetapi karena serat jang dihasilkan oleh
proses ini bermatjammatjam sifatnja/bentuknja maka penggunaan
nja sangat terbatas.
Ketiga proses tersebut sebermula mempunjai sifat/persamaan jaitu:
serat jang dihasilkan itu terdiri dari R E G E N E R A T E D C E L
L U L O S E jang bersamaan bentuknja dengan kapas.
Sedangkan serat dari proses A C E T I C C E L L U L O S E, mes
kipun pada proses terachir sekalipun masih terdiri dari ACETIC
CELLULOSE djuga.
Dewasa ini produksi2 serat kunstmatig terbagi atas proses2 tersebut
dibawah:
1. Proses V I S C O S E ..................................90%
2. —,,— C U P R A M O N ...............................3%
3. —,,— ACETIC CELLULOSE .........................7%
4. —,,— NITRO CE I,T,UI,OSF.........................0%
4424
Dari perkembangan terachir, dimulai dari tahun 1930, pelbagai pro
duksi jang keseluruhannja terbikin dari synthetic fibres (serat kimia) su
dah terdapat pada pasaranpasaran.
Serat2 ini tidak dapat diambil perbandingannja dengan CELLULOSE 2
kunstmatig oleh karena dasar sifat/bentuknja jang berlainan sama sekali,
terutama dalam hal sifat penjerapan (absorption) airnja jang sangat sedikit.
Ada dua matjam jang umum dipergunakan untuk serat tekstil bikinan
manusia (artificial) jaitu:
a. Serat filament jang umumnja disebut RAYON jang bersamaan si
fatnja dengan sutera alami jang tidak putus seratnja.
b. Staple fibre atau Staple Rayon jang pandjang seratnja diantara 25
sampai 200 m.m. Sifatnja mendekati serat kapas jang pandjangnja
diantara 20 sampai 40 m.m.
Pada sebermula produsir lebih tjondong untuk membikin filament
fibre untuk dipergunakan sebagai pengganti sutera.
Industri2 di Eropa jang mulai memperhatikan Staple Rayon, baru
timbul pada waktu perang dunia keI, dengan tudjuan sebagai pengganti
kapas, jang sangat kekurangan pada waktu itu.
Kemudian, perkembangannja setjara meluas terdjadi pada waktu pe
rang Dunia keII, terutama di Djerman, Itali dan Djepang jaitu dinega
ranegara jang tidak mempunjai supply bahan kapas dalam masa perang.
Perkembangan dari V I S C O S E R A Y O N jang setjara meningkat
dapat dilihat dari produksi sedunia dalam djangka waktu 35 tahun seperti
tertera dibawah:
Ton
1920
13.000
1930
193.000
1940
894.000
setiap tahun
1950
1.318.000
1955
2.000.000 keatas
Negaranegara penghasil Rayon jang berkaliber besar adalah sebagai
berikut:
Amerika Serikat
500.000 Ton
Djerman
340.000 „
Djepang
250.000 „
Italia
200.000 „
Ratio Filament Rayon dengan Staple Rayon.
Berbedabeda menurut negara2nja dan pada umumnja tergantung pada:
Apakah negara bersangkutan mempunjai atau tidak mempunjai pro
duksi kapas sendiri.
2. Penggunaan Rayon.
Filament Rayon dipergunakan untuk pembikinan pelbagai matjam
produksi sandang a.l. pakaian dalam (underwear), pakaian wanita, keme
dja dalam dn. jang dapat menggantikan bahan sutera.
Permukaannja halus dan glossy.
4425
Dapat dipergunakan seluruhnja dan dapat pula ditjampur dengan serat
lain. e.g. sutera, Acetic Cellulose dll.
STAPLE FIBRES djuga mempunjai lapangan penggunaan jang luas.
Dapat keseluruhannja ditjampur dengan kapas, wol, rami atau Iain 2 serat
kunstmatig. Pada umumnja dipergunakan untuk pakaian wanita, suits,
kemedja, badju dalam, linings pakaian, kain djcndela, selimut, train kursi,
permadani dll.
Bahan ini dapat diatur sedemikian rupa dalam prosesnja, sehingga dapat
dipergunakan menurut kebutuhan jang dikehendaki, a.l. ketebalannja,
pandjang seratnja, permukaannja, sifat kimia dan struktur bentuknja da
pat disesuaikan sebagaimana jang dikehendaki.
Keutamaan dari Rayon ialah bahwa rayon itu mempunjai sifat2:
1. menghisap air (water absorption)
2. tidak luntur (mudah menjerapnja bahan tjelup)
(a) staple fibres mempunjai lobang2 sebanjak 2400 s/d 10.000 (porien)
(b) synthetic fibre hanja kl. 24 lobang2.
3. Kalau ditjelup dapat mengeluarkan warna bersemarak sampai meng
alahkan serat2 lain.
3. Pembikinan VISCOSE RAYON.
Bahan jang dibutuhkan:
1. Cellulose pulp. 2. Caustic Soda. 3. Carbon Disulfide. 4. Sulfuric Acid.
5. Finishing Chemicals.
Cellulose adalah hasil (products) jang didapat dari semua tumbuh2an.
Ieberapa miljard ton setiap tahunnja terdjadi dari proses tumbuh 1
tumbuhan sendiri. Pada umumnja jang mendjadi bahan dasar dari pem
bikinan Collulose pulp ialah k a j u. Selain kaju, dewasa ini ada djuga be
berapa jang dipergunakan orang bahan 2 lain a.l. bambu, djerami, Bagasse
dan tumbuh2an jang hersamaan sifatnja, meskipun demikian penggunaan
utama dari bahan2 tsb. ialah untuk pembikinan kertas, berhubung keba
njakannja sangat berlainan strukturnja dari „Chemical Pulp”, jang mem
punjai sifat2 sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk pem
bikinan Rayon.
Proses pembikinan rayon terdiri dari 6 phase pokok:
1. Penjelenggaraan Alkali, Cellulose, terutama pematangannja.
2. pengolahan VISCOSE.
3. Penjelenggaraan V I S C O S E.
4. Pemintalan VISCOSE sehingga mendjadi Rayon.
5. Pembasuhan dan pemeliharaan setelahnja dari Rayon.
6. Pengeringan dan packing dari benang2 serat.
(Keterangan: Pengeringan dari Rayon ini tidak boleh terlalu kering di
Indonesia, karena suhu udara (humidity) di Indonesia kira 2 30 sampai
40%).
Keenam pokok phase tersebut, masing 2 terbagi pula dalam beberapa
pengolahan dan tiap pengolahan jang dimaksud tidak dapat dikesam
pingkan atau adalah proses jang mutlak dalam menghasilkan Rayon. Phase
pertama s/d ketiga adalah proses pokok jang dapat dipakai untuk produksi
4426
Filament. Rayon, maupun untuk Staple Rayon. Akan tetapi proses 2 phase
pokok terachirnja (4, 5,& 6) berlainan halnja.
4. Pabrik Rayon.
Terdiri dari bahagian2 tersebut dibawah:
1. Pabrik pembikinan rayon sendiri.
2. Pabrik tenaga listrik, jang terdiri dari boileruap (steamboilers),
generator listrik, alat2 pendingin, compsressed air, dan vacuum.
3. Pabrik penjelenggaraan air.
4. Penjaluran air „kotor” (disposal) dengan alat2 pembersihnja.
5. Pabrik mesin (bengkel).
6. Laboratories dan pilot plant (pabrik pertjobaan).
7. Gudanggudang (storage).
8. Kantor.
9. Alat2/tempat bagi kebutuhan buruh (sosial facilities).
10.Perumahan/pemondokan buruh.
I.
SJARATSJARAT POKOK UNTUK PEMBANGUNAN PABRIK.
Pemilihan tempat. Untuk pembangunan pabrik harus memenuhi sjarat
tersebut dibawah:
a.
Tanah jang keras jang dapat dipakai untuk foundation.
b.
Air harus banjak.
c.
Bahan pembakar (fuel) harus tjukup dan bisa didapat pada
tempat2 jang tidak djauh dari pabrik.
d.
Komunikasi jang tjukup, keretaapi, sungai atau ada djalan mobil
jang baik.
e.
Ada tenaga. buruh.
f.
Ada spasi (space) untuk rnemperluas pabrik.
2. Ada bahan mentahnja.
3. Personalia jang terlatih:
a
Tamatan Universitas — jang mendapat latihan istimewa.
b.
Latihan serba tjukup bagi personalia menengah (pendidikan
menengah).
c.
Buruh skilled jang berpengalaman/ada latihan.
4. Djaminan keuangan.
1.
II. PROJEK RAYON DI INDONESIA.
1. Perkembangan projek dari mula2nja s/d keadaan2 terachir ini.
a. Pembangunan projek diusulkan pada Mei 1955.
b.
Usul tersebut berdasarkan atas angka statistik pengiriman teks
til pada tahun 1954. Pengimporan tekstil ini merupakan 1/3 bagian
dari seluruh impor, atau l.k. $ 200.000.000 (US) jang meliputi se
banjak 1.200.000 ton barangbarang tekstil.
Dari djumlah ini 40% terdiri dari benang rayon, product (kain)
rayon, dan barang2 tjampuran rayon dengan bahan lain.
4427
c.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan. angka2 teisebut diatas maka diusulkan supaja pro
duksi terachir dari projek Rayon jang dimaksud bisa mentjapai
sebesar 45.000 ton setahunnja.
d.
Daerah2 jang dianggap memberikan harapan untuk projek ini,
adalah di Sumatera Selatan; a) Djambi, h) Palembang.
e.
Penindjauan/penjelidikan dari daerah Palembang dan penentuan
mengenai tempat.
f.
Pemeriksaan bahan kaju dari hutan Semangus.
Masaalah2 jang harus diselesaikan guna pelaksanaan.
a. Kekurangan Cellulose pulp, obatobatan, bahan untuk pembung
kus/packing, tenaga mahir, dan coal keuangan.
b.
Guna mendjaga kekurangan Cellulose pulp & obatobat telah
diusulkan agar didirikan pabrik pembikinan Cellulose pulp dan
djuga obatobatan, bersamaan dengan pabrik rayon.
c. Dengan ini maka keseluruhan dari projek ini seharusnja terdiri
dari :
1) Rayon, 2) Caustic Soda, 3) Carbon Disulfide, 4) Packing
materials, 5) Penggergadjian, 6) Pilot plant H Laboratori,
7) Cellulose pulp, 8 ) Sulfuric Acid, 9) Chlorine products,
10) Lacquers, 11) plant pembangkit tenaga listrik termasuk
penjelenggaraan air dan auxilliary energy, 12) pabrik pemintalan
untuk 1k. 25% dari produksi atau 30 ton sehari (primair).
Selain dari bangunan2 tersebut djuga perlu dibentuk kantor ad
ministrasi gudang2, bangunan2 untuk kepentingan sosial buruh
personalia (secundair).
Bahan mentah jang bisa didapat di Indonesia.
Kaju untuk Cellulose pulp.
Garam untuk Caustic soda dan Chlorine.
Bahan pembakar: Bambara — Tandjung Enim
Minjak, Sulphur masih belum djelas.
Akan tetapi sulphur in compounds dan sulpher mud untuk pembikinan
Sulphuric.
Acid bisa didapat.
Tempat (site) jang dipilih: Disekitar Muara Enim.
Daerah ini dianggap sangat tepat berhubung dengan sarat2 dibawah ini
telah terpenuhi:
a.
Tanah tinggi dan keras.
b.
Bahan kaju dapat dari hutan Semangus atau dari pohon karet
c.
Batubara (coal) ari Tandjung Enim
d.
Air dari S. Lematang, sungai besar
e.
Pengangkutan: spoor keretaapi ada, begitu pula djalan raya, mobil.
f.
Tjukup luas untulc perkembangan ekspansi.
Kapasitet 45.000 ton setahun: economic prospectnja adalah sebagai
berikut:
a. Menghemat kl. $ 80 djuta, djika diperhitungkan dari djumlah
pengetjilan pengimporan tekstil.
4428
b.
c.
Penghematan selandjutnja masih dapat ditjapai dengan pertjam
puran rayon dengan rami.
Produksi berkelebihan dari pabrik2 obatobatan a.l. caustic soda,
carbon disulfide, sulfuric acid, cellulose pulp, packing materials,
lacquer dan djika diadakan pula proses pembikinan dari bijproducten,
a.l. jang dari Clorine product Sadium Sulfate dll. jang dapat didjual
dalam negeri. Bahanbahan tersebut dan djuga rayon sendiri ini
akan dapat memberikan perkembangan terhadap pembangunan
industri2 penjelesai (follow up industries).
Djuga memberikan kemungkinan untuk menarik para transmigran
dari pulau Djawa ke Sumatera.
III. USULUSUL DALAM PELAKSANAANNJA.
Projek Rayon jang berkapasitet 45.000 ton/setahun itu mempunjai pabrik 2
relasi seperti tersebut diatas.
1. Pelaksanaan dari projek itu H A R U S dimulai dari jang ketjil, kemu
dian baru ke jang besar. Sebabnja harus dilaksanakan sedemikian itu ialah
adanja faktorfaktor tersebut dibawah:
a. Clarification of the financing (Djaminan akan pembiajaan)
b. Kapasitet dari pabrikpabrik pemintalan & tenunan belum mentju kupi.
c. Kekurangan tenaga mahir.
d. Kekurangan tenaga terlatih.
2. Kapasitet dan perluasan dari projek rayon jang dianggap sebaiknja
setjara teratur sebagai berikut:
a. 15 Ton/HARI — tanpa pabrik2 relasi. Hanja perlu pabrik pem
bangkit tenaga listrik sadja.
b. 40 Ton/HARI — tanpa auxilliary plants.
c. 40 Ton/HARI + 50 Ton/HARI — Cellulose pulp — tanpa pabrik
obatobatan.
d. 40 Ton/HARI, 50 ton/HARI — Cellulose pulp plant, — baru
pabrik2 obat2an lainnja perlu.
Dalam segala hat, persiapan jang sempurna harus terlebih dahulu diadakan
sebelum membangun pabrikpabrik tersebut.
Jang dimaksudkan dengan persiapanpersiapan ialah:
a. Persiapan/penjelenggaraan tempat.
b. Kereta api dan djalandjalan (connections)
c. Pabrik penampungan/penjelenggaraan air
d. Sewerage (penggergadjian)
e. Bagian Urusan Kehutanan (bahan)
f.
Pelatihan personalia
g. Kantor administrasi
h. Perumahan Buruh.
Perhatian utama perlu ditudjukan terhadap masaalah pelatihan
personalia jang dibutuhkan tenaganja pada phase pertama dari produksi.
4429
Oleh karena itu, sebelum pabrikpabrik lain dibentuk, harus diada
kan terlebih dahulu suatu PILOT PLANT jang setjukupnja. Ukuran ka
pasitet 1.k. 1 sampai 1½ ton/hari.
Pembiajaan masingmasing plant tidak banjak perbedaannja dan lam
bat laun bea produksi per ton akan mendjadi ketjil, bersamaan dengan
bertambah besarnja kapasitet dari plant.
3.
Keuangan.
Jang dibutuhkan ialah:
a. Uang depisen untuk alatalat (barangbarang modal) dan instalasi.
Ditaksir 1.k. 65%.
b. Rupiah (modal dalam negeri) untuk urusan sebagian besar dari segala
persiapan.
Pembiajaan untuk projek dapat didjalankan dengan tjara:
a. Seluruhnja dibeajai oleh Pemerintah Indonesia, baik mengenai depisen
maupun mata uang dalam negeri.
b. Dengan jointenterprise (tieup), dengan perusahaan asing.
c. Dengan pindjaman (loan) dari luar negeri untuk pembelian alatalat
installasi jang serba tjukupnja, dan jang mengenai persiapanpersiapan
dibeajai dengan Rupiah atau seluruh pekerdjaan dilaksanakan oleh
perusahaan Asing dengan pembiajaan dalam valeta asing (depisen).
4.
Pembajaran kembali pindjaman.
Pembajaran loan dapat dilakukan dengan pelbagai djalan jang sarat
saratnja dapat dimasukkan kedal.am Kontrak.
5.
a.
b.
c.
d.
c.
Angkaangka jang penting: jang direkommen:
Unit projek Rayon jang ekonomis ialah 40 Ton sehari (45.000 Ton/
setahun).
Personalia: l.k. 200 — 300 orang.
Perintjiannja: 1) Chemical engineer — 30 orang
2) Mechanical „
— 6
„
3) Tiaptiap bangunan lain seorang.
4) Personalia administrative.
Bahan Sulphur jang dibutuhkan setahunnja: 60 — 65.000 Ton.
Aspek sosial dari pertumbuhanpertumbuhan relatie bedrijven:
1.k. 200.000 tenaga buruh akan dapat ditampung industry ini.
Taksiran seluruhnja pembiajaan: 1.k. $ 100 djuta terdiri dari 65% de
pisen dan 35% mata uang dalam negeri.
Hasil bahan serat untuk sandang.
1. Untuk mudah — dan singkatnja, disini dikemukakan hanja beberapa
pokok sebagai „uitgangspunt” sadja.
2. Sebagai hasil bumi, bahan serat setelah dipungut, sudah selesai untuk
dapat dipintal ialah kapas. Proses pokok sebelum dipintal hanja me
rupakan „ontpitting” sadja.
4430
3. Rami dihasilkan sebagai batang. Untuk mengambil serat dari batang ini
sehingga dapat dipintal untuk didjadikan benang untuk pakaian mem
butuhkan beberapa matjam pekerdjaan jang tidak mudah.
4. Bahan mentah hasil bumi lainnja ialah kaju, harus melalui pekerdjaan 2
jang lebih „sukar” lagi untuk didjadikan bahan pakaian. Menurut ahli 2
jang bersangkutan hutan2 di Indonesia mengandung banjak matjam
kaju2jang dapat didjadikan bahan mentah untuk rayon.
5. Berdasarkan „bahan2” jang sudah tersedia pada saat ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa kapas akan dapat menutupi sebahagian besar dari
kebutuhan akan bahan pakaian untuk Indonesia, akan tetapi tidak akan
dapat memenuhi kebutuhan seluruhnja.
6. Rami, meskipun hasilnja serat tiap hectare dapat sampai sepuluh
kali lipat djika dibanding dengan kapas, sedang luas tanah jang dapat
ditanami dengan rami djuga herlipat luasnja, mempunjai banjak
kelemahan2 dan mengandung kesukaran2 jang masih harus dipetjah.
7. Menghasilkan rayon merupakan usaha baru sama sekali di Indonesia.
Pada saat ini belum dapat digambarkan, peranan mana achirnja jang
akan dilakukan oleh masing2 dari ketiga bahan pakaian tersebut
diatas. Jang pasti ialah, bahwa, dalam tahun 1964 arti ketigatiganja
sebagai hasil sendiri didalani memenuhi kebutuhan Indonesia akan
bahan pakaian, masih ketjil sekali.
8. Berikut dikemukakan gambaran mengenai hasil kapas dan rami,
dengan pengertian djikalau untuk kedua bahan ini diadakan usaha
jang optimaal.
Kapas.
1. Tanaman kapas 1958 diseluruh Indonesia meliputi luas ± 10.000 ha.
Angka untuk 1959 menundjukkan kemunduran sedang tanaman 1960
kiranja djuga berkisar disekitar 10.000 ha. Ini berarti hasil + 6 djuta
meter pakaian tiap2 tahun dalam tiga tahun termaksud.
2. Kapas mempunjai keuntungan2 sebagai a.l. „cultuurnja” mudah, dapat
ditanam bersama2 dengan lain tanarnan, umurnja pendek, hasilnja
setelah dibuang bidjinja sudah siap untuk dipintal, sebaliknja meng
andung kelemahan2 pula a.l. hasilnja sedikit (1 qt tiap ha), mudah diserang
penjakit dan hama, selandjutnja daerah kapas tadi (Nusateng gara)
letaknja djauh dari pasaran, seterusnja kemelaratan sitani jang pada
umumnja membutuhkan seluruh tenaganja untuk menghasilkan bahan
makanan.
3. Tjara usaha jang diprojektir sekarang ialah pendirian pusat 2 penanaman
dari pemerintah sendiri, jang dipergunakan pula dan terutama untuk
memimpin masjarakat tani sekitarnja, untuk rnengadakan pasilitet
jang diperlukan, akan dapat mengadakan perluasan dengan tjepat,
selandjutnja perbaikan bibit dan tanaman, sehingga hasilnja dapat me
riambah dari 1 mendjadi sampai 2 qt. tiap ha.
4. Djika usaha dilapangan ini dapat didjalankan setjara optimaal, maka
dapat diharapkan akan ditjapai tanaman 100.000 ha, lebih dalam tahun
1964. Disini perlu ditekankan bahwa taksiran hasil jang disampaikan
dalam rapat tg. 8 b.i. adalah keliru. Tanaman seluas ini merupakan
tanaman 64/65 dan hasilnja dapat ditaksir 200.000 qt. kapas bersih se
4431
suai dengan 120 djuta meter pakaian baru dipungut dalam tahun 1965.
Dalam tahun 64 baru akan dipungut hasil }_ 120.000 qt. atau 72 djuta
meter pakaian.
5. Mengenai plafond luas tanaman kapas menurut perkiraan sebagai berikut:
Nusa Tenggara 800.000 ha.
Sulawesi
?
Maluku
?
Kalimantan
?
Lainlain daerah
50.000 ?
Djika untuk sementara diambil angka plafond untuk seluruh Indonesia
1 djuta ha, dengan hasil 1.500.000 qt., plafond pakaian dari kapas
akan berdjumlah 900 djuta meter. Apakah plafond ini akan ditjapai
tergantung dari waktu dan lainlain faktor, umpamanja hasil competisi
dengan rami rayon dB. bahan2 pakaian lainnja.
Rami.
1.Hasilnja banjak sampai dapat 2 ton tiap ha., akan tetapi rata 2 hanja dapat
diharap suatu djumlah jang mendekati satu ton sadja. Meskipun begitu,
djumlah tsb. telah hampir 10 kali lipat djika dibandingkan dengan
kapas. Ketjuali itu tanah jang dapat �
PEMBIAJAAN PROJEK RAYON DI SUMATERA SE
LATAN DAN PROJEK2 SEDJENIS ITU.
Projek Rayon bisa diartikan, projek pabrik Rayon atau pula Pro
jek Rayon jang selengkaplengkapnja.
Pabrik Rayon sendiri sangat sederhana bila dibandingkan dengan Pro
jek selengkaplengkapnja.
I.Asal sedia pulpnja (cellulose) dan kimiawi jang didapat dengan impor,
dalam satu/dua tahun Pabrik Rayon dapat didirikan de gan
mudah dan mentjari tempatnja pun tidak begitu sukar. Wang
untuk pembiajaan tidak begitu tinggi, hanja tergantung dari im
por pulp dan kimiawi tadi itu.
II.
Mendirikan Projek Rayon jang selengkaplengkapnja djauh
lebih ruwet, persiapan2nja harus teliti, pilihan tempatnja harus
setepattepatnja, pembiajaannja tinggi sekali. Keahlian 2 jang di
perlukan banjak pula.
Projek Rayon jang lengkap, jang kemudian tidak begitu tergantung
dari impor pulp, kimiawi dan sebagainja lagi, akan meliputi beberapa
pabrik diluar pabrik Rayon sendiri.
Pabrik2 jang membutuhkan kaju jang tepat untuk tudjuan itu, harus
dekat dengan pertumbuhan hutankaju itu, dekat air jang banjak, dekat
sumber bahan bakar dan bahan 2 mentah lainnja, dekat djalan raja
dan djalan kereta api, dan djuga tidak djauh dari pelabuhan kapal.
Bila ada suatu tempat jang memenuhi sjarat2 tersebut, maka itu merupa kan
tempat jang ideal, jang mendekati kesempurnaan.
Kaju kemudian dibuat pulp chusus untuk rayon, sehingga tidak
lagi tergantung dari impor. Kebanjakan bahan dasar untuk kimiawi jang
diperlukan dalam projek Rayon itu, ada di Indonesia, sehingga kimiawi
njapun sebaiknja dibuat dalam satu kompleks dengan pabrik pulp dan
rayonnja, sekurang2nja dalam wilajah Indonesia, djuga untuk menghin
darkan impor. Pembersihan air, pengerahan daja elektrik, pembuatam
uap untuk keperluan pabrik dll. dengan kondisi tempat jang baik seperti
termaksud diatas, dapat diadakan dalam kompleks tadi, sehingga eko
nomi perusahaan merupakan jang sungguh ideal.
Salah satu tempat jang hanja memenuhi sjarat 2 termaksud diatas
ada di Sumatera Selatan didekat Hutan Semangus jaitu Hutan Kaju
untuk keperluan Projek, 1k. daerah Sepandjang sungai Lematang an
tara Blimbing dan Udjan Mas.
ke1. dilalui sungai Lematang jang besar.
ke2. dilalui djalan raya MuaraEnimPalembang.
ke3. dilalui djalan keretaapi MuaraEnimPalembang (Kertapati).
ke4. lebih kurang 150 kilometer dari Pelabuhan Palembang (Kerta
pati).
ke5. lebih kurang 40 kilometer dari tengah2 Hutan Semangus.
ke6. lebih kurang 30 kilometer dari tambang batutiara Bukit Asam.
ke7. lebih kurang 30 kilometer dari sumber2 gasalam Talang Akar.
4417
Kami pertjaja bahwa Indonesia mempunjai beberapa tempat lain
jang memenuhi sjarat jang diperlukan untuk mendirikan paberik kompleks
Rayon dan lainlainnja itu.
Indonesia masih luas, djenis kaju jang dapat digunakan untuk pembuatan
rayon tidak hanja satu bahkan beberapa djenis jang tumbuh di Indonesia.
Untuk mendirikan industri kompleks seluas disebutkan tadi akan
diperlukan pembiajaan jang besar sekali, baik jang berupa deviezen mau
pun Rupiahnja.
Untuk menetapkan kemampuannja atau luasnja Projek tersebut kita
dapat menggunakan dasar, beberapa Rayon jang tiap tahun didatang
kan dinegara kita ini. Kemudian membuat rantjangan mitsalnja tentang
hal beberapa bahan mentahnja, beberapa kimiawi, beberapa bahan bakar
beberapa daja elektrik, beberapa uap, beberapa luas hutan dan tanaman
kaju diperlukan, beberapa air dsb. lagi.
I{emudian kesemua itu diperhitungkan keuangannja, selandjutnja
rantjangan pembiajaan2 untuk pabriknja, transportnja, dsb. lagi.
Diambil angka2 bulatnja jang telah dikumpulkan dalam tahun 1956
sewaktu dimulai perhitungan untuk projek Rayon tersebut, maka
diketahui bahwa:
impor seluruh tekstil dan bahanbahannja setahunnja 1k. 100.000 ton;
dari 100.000 ton itu lebih kurang 40% atau 40.000 ton terdiri dari
tekstil dan bahan tekstil Rayon dan lain djenis sifat buatan jang 60%
lagi pertamatama jang berasal dari kapas dan lainlain seratalam.
Bila kita merentjanakan suatu Projek Rayon jang selengkaplengkapnja
dengan kemampuan 40.000 ton Rayon tiap tahun atau tiap hari 1k. 125
ton, maka:
Tiap HA hutan jang tanamannja telah agak homogeen dengan
djenis kaju Rayon, maka dengan tjara penebangan dengan memilih, djadi
tidak sekaligus dihabiskan, bisa memberikan sebanjak 100 cbm. kaju
tiap tahunnja.
Tiap ton serat Rayon memerlukan 1k. 7 cbm kaju, djadi tiap HA
hutan dalam satu tahunnja dapat memberikan 100/7 = 14,3 ton serat, atau
tiap harinja Ik. 1/350 x 14.3000 kg. = 40 kg. Djadi 1.000 HA hutan
dapat diharapkan mampu memberikan bahan serat sebanjak 40 ton seha
rinja.
Selama hutan masih merupakan hutan tjampuran, djadi belum di
kultiveer sehingga merupakan hutan jang agak homogeen, maka kita am
billah taksiran jang agak hati2 dengan mengambil angka 50% dari jang
tersebut diatas.
Dengan demikian dapat kita harapkan setiap hari dari 1.000 HA hanja
sebanjak kaju tjukup untuk 20 ton serat, djadi untuk produksi suatu pro
jek sebesar 125 ton tiap hari, diperlukan hutan seluas 125/20 x 1.000
= 6.250 HA.
Luas hutan tjadangan Semangus jang ditjadangkan untuk projek Ra
yon 1k. ada 100.000 HA. Hutan tua dimana kajunja, menurut usianja
sangat baik buat bahan rayon ada 1k. 60% atau 1k. 60.000 HA dan
selebihnja merupakan belukar dan padang alang 2. Djadi melihat luasnja,
menurut dugaan2 tadi Hutan Semangus dapat didjadikan bahan setiap
4418
hari untuk sebanjak lk. 60.000/6. 250 x 125 ton atau 1.200 ton serat,
djadi tjukup luas untuk memperluas kemampuan projek sampai se
kurang2nja 10 kali jang diimpor tiap tahun sekarang ini.
Ini semua hanja merupakan taksiran setjara akademis. Tentang
selukbeluk pelaksanaan mengeksploitir hutan seluas tjadangan tersebut
tadi, sama sekali tidak ditariktarik hanja jakin akan meminta kesungguhan,
keahlian dan pembiajaan tidak sedikit, lebih2 bila berangsurangsur dila
kukan seleksi dan kultiviring sehingga merupakan hutan2 agak homo
geen. Selain dari itu tentu akan pula diperlukan waktu jang lama, djadi
diminta kesabaran kita sekalian, walaupun seluruh perusahaan tidak perlu
diberhentikan bila telah mulai bekerdja.
Untuk mempersiapkan hutan jang siap sedia nemberikan kaju tiap
harinja sebanjak 125 x 7 cbm, djadi untuk kemampuan sebesar 40.000
ton tiap tahun tersebut diatas itu, dalam waktu singkat, Djawatan Kehu
tanan telah menjatakan tidak sanggup, sebab selain eksploitasi hutan
setjara besarbesaran dengan tiara selektif itu memerlukan peralatan jang
lengkap, pengalamannja pun masih perlu didapatkan. Karena itu untuk
ketentuanketentuan jang lebih mungkin didjaminnja, Djawatan Kehutanan
mengusulkan agar untuk permulaan diambil kemampuan projek jang
lebih kurang dari 125 ton rayon tadi itu, mitsalnja 50 ton tiap harinja
atau 17.500 ton tiap tahunnja untuk mana akan diperlukan kaju sebanjak
50 x 7 = 350 cbm.
Selama itu dengan sendirinja tudjuan eksploitasi hutan sampai dapat
memberikan 850 cbm. dan lebih dari itu, terus dikedjar dengan melaku
kan persiapan2nja.
Selain itu pabrik2nja pun perlu disesuaikan dengan itu, sambil
tidak melepaskan tudjuan semula, bahkan lebih dari itu. Karenanja dalam
rentjana pembangunan kompleks pabrik2 harus diperhitungkan dari per
mulaan perluasan2nja, pertama susunan kompleks dan luasnja untuk tiap2
bagian projek itu dilakukan. Djadi pelaksanaan itu dilakukan berangsur
angsur sekurang2nja memperluas sampai tudjuan semula tertjapai.
Untuk kemampuan projek sebesar 17.000 sampai 20.000 ton rayon
setahunnja termasuk pabrik2 bantuan lainnja ditaksir akan memerlukan
lk. 100 djuta dollar U.S. termasuk pula alat eksploitasi kehutanan. Belum
lagi untuk modal kerdjanja dan atau perluasan 2. Jang terachir ini dimak
sud agar nanti dibiajai dari hasil2 perusahaan sendiri.
Djadi Projek Rayon itu merupakan projek raksasa pula, sebagaimana
hal pembiajaannja. Untuk itu perlu ditjari djalan keluar, dan meneropong
Projek Rayon ini djangan hanja dari sudut rayon, karena sebetulnja pro
jek itu merupakan suatu rentetan projek 2 jang bila semuanja lengkap,
lambatlaun akan melepaskan Indonesia dari genggaman impor rayon,
bahkan bisa menghatsilkannja buat ekspor.
Selain itu angka 40.000. ton tekstil rayon itu jaitu kalkulasi tahun 1956.
Mengingat penggunaan tekstil per capita di Indonesia baru sebanjak 1.k.
11 meter, suatu angka jang rendah sekali maka dengan madjunja pere
konomian rakjat, mereka harus mampuh membeli lebih dari 11 meter per
capita dan selain itu meningkatnja penduduk Indonesia dengan lk. 2 djuta
tiap tahun, maka kebutuhan akan tekstil akan lebih dari 100.000 ton seta
hun dan bagian rayonnja bukan 40.000, tapi lebih dari itu. Kemudian
4419
mengingat kwalitet serat rayon sekarang tidak djauh beda dari serat kapas
maka konsumsi rayon bisa bergeser kedaerah kapas, sehingga mungkin
sekali bagian rayon tidak lagi 40% tapi lebih dari 50%.
Mengingat kemungkinan2 tersebut dan djuga penggunaan rayon ti
dak sebagai bahan pakaian sahadja, maka hari kemudian rayon itu ge
milang sekali. Karena itu besar sekali harapan perkembangan industri
Rayon dab. di Indonesia ini mengingat kondisikondisinja jang baik sekali,
pertamatama soal bahan2 mentahnja, dan jakin Indonesia untuk keper
luan sendiri tidak hanja membutuhkan satu tapi beberapa industrisen
trum rayon. Karena pertimbangan2 diatas kalau suatu projek rayon didi
rikan, jang kedua akan menjusulnja, jang ketiga dan mungkin keempat
tidak pula bisa ditahantahan lagi, dengan sendirinja berangsurangsur
dengan meningkatnja kebutuhan jang dapat diperluas dengan meningkat
nja taraf kehidupan dan kemampuan belandja masjarakat kita.
Apa artinja 11 m. per capita dibanding dengan konsumsi di Djepang
sampai puluhan meter per capitanja.
Sampailah kita sekarang kepada penoropongan pembiajaan projek
raksasa rayon itu. Ada beberapa kemungkinan:
a. Jang terbaik seluruhnja dengan modal Indonesia sendiri
b. Sebagian modal Indonesia sendiri dan sebagian lagi pindjaman luar
negeri.
c. Seluruh pembiajaan Rupiah oleh Indonesia dan seluruh deviezen
dengan pindjaman luar negeri.
d. Usaha bersamasama Indonesia dan Asing.
e. Penanaman modal asing keseluruhannja.
Kemungkinan a. untuk Indonesia sekarang praktis belum mungkin.
—„ —
b. ada kemungkinannja, tapi betul2 perlu ditjari dulu, lagi
pula itu menambah beban hutang terhadap masjarakat.
—„ —
c. Seperti tambahan pembebanan jang lebih berat lagi buat
masjarakat.
— „ —
d. merupakan jang terringan diantara a, b, c, dan d. itu.
Seluruh pembiajaan deviezen didjadikan tanggungan
kapital asing.
Pembiajaan Rupiah didjadikan bagian Indonesia.
—„ —
e. Jang minta sekalian lebih suka tidak lakukan.
Memang kalau Indonesia sekurang2nja untuk seluruh keperluan
deviezen bisa mendapatkan pindjaman luar negeri jang baik sjarat 2nja,
rentenja rendah, djangka waktu pembajarannja lama, tidak ada sjarat 2
lain. jang mengikat kita, itulah jang mungkin terhaik. Diluar kewadjiban 2
tepatmelakukanpembajaran2 tjitjilan dan rente, segala hal industri rayon
itu mendjadi tanggung djawab kita sekalian.
Jang terachir ini merupakan hal kehormatan kita untuk mengatur se
hingga penanaman modal itu mendjadi sukses, djadi projek itu memenuhi
segalagalanja jang kita harapkan.. Sebaliknja dari itu, djalan tersebut ber
arti untuk Indonesia, jang memulai untuk pertama kalinja tanpa sesuatu
pengalaman, alili2 dan kader sendiri dalam suatu perusahaan besar jang
sungguh2 bare, membebani diri dengan tugas jang maha berat. Para pe
4420
tugasnja nanti harus memikul tanggung djawab terhadap nusa dan bangsa
untuk mengolah perusahaan dan Kapital beberapa, miliun itu sekurang
kurangnja djangan sampai merugikan, agar tidak menambah beban ter
hadap masjarakat.
Apakah tindakan demikian itu kita a priori sebutkan djauh diluar
kekuatan dan kemampuan kita, kami bukan seorang Nabi, kami masih
mempunjai kepertjajaan terhadap diri sendiri, tetapi dengan penuh keja
kinan bisa disebutkan tugas itu tugas maha berat, membawa risiko jang
besar sekali; menjimpang dari garis 2 harapan jang minimum, miljar2
Rupiah termasuk deviezennja itu akan merugikan kita. Masih untunglah
kalau kita nanti bisa memberikan hasil jang tjukup untuk rente dan
pentjitjilan hutang tepat pada waktunja.
Dengan menjebutkan demikian itu djanganlah diartikan bahwa pro
jeknja an sich tidak worth while untuk jang miljar2 Rupiah tadi itu. Pro
jek an sich sedemikian pentingnja, urgen dan tinggi prioriteitnja, karena
mengenai „sandang” dan menurut perhitungan akan menguntungkan
bila diselenggarakan dengan keahlian dan setjara teliti. Telah sewadjarnja
djuga djika diadakan pengurangan2 beban2 impor. Selain itu kondisi2 un
tuk pembangkitan tjabang industri tersebut, seperti telah dikemukakan
diatas sangat baiknja, hanja tinggal soal 2: Keuangan, know how, know why
dan pengalaman jang masih belum ada.
Terdorong keinginan dan rasa harusnja penanaman modal jang de
mikian tinggi itu mentjapai sukses maka timbullah pertanjaan pada kami.
Apakah tidak lebih bails, untuk projek pertama ini dalam lapangan
jang baru, Indonesia dalam urusan organisasi perusahaan dan pembiajaan
nja, mengikuti kemungkinan d. tersebut diatas tadi. Bukanlah karena ka
mi lebih suka pada tjara itu, tetapi karena pertimbanganpertimbangan jang
kami uraikan berikut:
Seperti dari angka2 tersebut dimuka tadi, akan ternjata bahwa ke
mampuan sampai 20.000 ton rayon setahun itu, baru akan memenuhi se
bagian ketjil dari seluruh kebutuhan atas tekstil.
Impor sebanjak bulatnja 100.000 ton setahun, sebetulnja belum me
rupakan kenjataannja kebutuhan, jang djauh lebih tinggi dari itu. Kemam
puan impor tekstil terbatas oleh kemampuan deviezen negara, selain itu
kemampuan (daja) belandja rakjat (masjarakat) Indonesia masih terbatas
pula hanja sampai kepada jang sangat diperlukan.
Karena optimisme kami, didasarkan atas urgensi dan prioriteit tekstil,
maka jang 100.000 ton itu dalam waktu tidak lama lagi akan djauh di
lampaui dan dengan sendirinja bagian tekstil rayonnja akan meningkat
pula. Kalau Indonesia betulbetul bermaksud sebanjak mungkin meng
hindarkan diri dari impor, Indonesia mempunjai sjarat 2nja untuk dapat
mentjapai tudjuan termaksud. Maka karena itu suatu industri rayon dengan
kemampuan 20.000 ton setahun hanja merupakan permulaan sadja, tetapi
harus merupakan suatu sukses, belum lagi difikirkan soal ekspornja.
Plantkedua, ketiga dan selandjutnja perlu menjusul.
Memulai suatu projek besar dan baru, jang masih agak asing buat
kita, banjak djenisnja produk jang akan dibuat tetapi merupakan suatu
ren.tetan industri2 jang saling memerlukan, dengan tidak mempunjai pe
4421
ngalaman dan pengetahuan prakteknja, berat sekali, seperti telah dikemu
kakan diatas. Keuanganpun demikian.
Dengan djalan menggunakan kemungkinan d tersebut tadi, segala
matjamnja mendjadi lebih ringan untuk dipikul; kemungkinan mentjapai
sukses sedjak dari permulaan berdjalannja perusahaan djauh lebih besar.
Karena apa?
Karena kalau fihak Asing turut serta dalam penanaman modal dalam
sesuatu perusahaan diluar negerinja, hanja karena menurut perhitungan
nja akan dapat memberikan keuntungan.
Karenanja maka mereka akan mempergunakan ahli 2 jang berpenga
laman chusus dalam perusahaan itu. Kemudian mereka akan bekerdja
sekuat tenaga untuk mendapatkan keuntungan jang lajak. Selain itu mere
kapun dalam melakukan pekerdjaannja akan memegang tinggi kehormatan
negaranja terhadap Indonesia dan Umum luar, terutama tanggung djawab
mereka terhadap uangnja jang dimasukkan dalam projek.
Kalau sekarang Indonesia mendjadi Than Rumah dan selain itu pe
serta dalam tanggung djawab perusahaan, maka Projek demikian buat
kita sekalian tidak hanja merupakan suatu sumber keuntungan materieel
tetapi jang lebih penting, perusahaan itu merupakan suatu sekolah buat
Indonesia theori dan praktek dalam perentjanaan, pembangunan, mengu
sahakan, memimpin dan lainlain lagi. Itu akan memberikan banjak pela
djaran kepada kita jang sungguh 2 memerlukannja. Djadi suatu peladjaran
dibawah pimpinan ahli2 jang berpengalaman jang merupakan sungguh 2
„leermeesters” bunt kita sekalian.
Bila kita menganggap projek demikian sebagai badan didikan maka di
sanalah tempatnja pula untuk dengan sengadja mengadakan kader buat pro
jek2 sedjenis itu, jang kita sendiri kemudian akan dirikan dan djalankan,
Dengan tenaga2 /kader berpengalaman jang dididik oleh leermeester
kita akan lebih mudah dari pada sekarang menghadapi pembangkitan se
suatu projek itu.
Selain itu didikan bukan setjara penindjau atau studytrips, tetapi da
lam bedrijf sendiri mempunjai tanggungdjawab masingmasing, en wel
didaerah wilajah kita sendiri ditengahtengah faktor 2 jang kita sekalian
hadapi. Sungguh2 tjara didikan baik dan. murah jang akan banjak membe
rikan manfaat kepada Indonesia.
Seakanakan djalan itu merupakan penanaman mental djuga (men
tal investment).
Chusus untuk projek jang sangat baru dalam djenisnja itu dan sangat
tehnis chemis sifatnja, maka kami untuk projek permulaan ini memper
timbangkan dengan pertimbangan2 diatas tadi akan baiknja bila diper
gunakan organisasi perusahaan dan pembiajaan dengan tjara d, jang mem
berikan kemungkinan kepada kita dengan risiko jang lebih ketjil, untuk
menjelenggarakan projek kedua, ketiga dst. oleh kita sendiri.
Bentuk „Joint enterprise” ini dalam undang2 Penanaman Modal
Asing tidak ada larangannja setjara „uitdrukkelijk”. Walaupun kami se
pendapat dengan banjak Pemimpin 2 Indonesia, bahwa tjara demikian
itu tidak merupakan prioriteit tinggi, adakalanja bisa mendatangkan ke
ringanan2 dan keuntungan kepada Nusa dan Bangsa, seperti misalnja dengan
pelaksanaan projek2 sematjam l'rojek Rayon termaksud diatas.
4422
Turut sertanja modal asing dalam suatu bedrijf, tidak berupa hutang
tetapi untuk tanggungdjawabnja sendiri. Karenanja masjarakat tidak di
beri tambahan beban. Terhadap uang mereka itu, negara tidak perlu tu
rut bertanggungdjawab, bahkan turut mendapat keuntungan, karena pe
nanaman modalnja, mereka seakanakan mengharuskan diri mendatang
kan keuntungan dari perusahaan. Dengan djalan fikiran ini kami tidak
melepaskan tanggungdjawab kita sendiri, dengan sendirinja fihak Indo
nesia pun harus sepenuhnja pikul tanggungdjawab pula, tetapi dalam dja lan
d itu fihak Asing membantu dengan tanggungdjawabnja dalam menu dju
suksesnja perusahaan jang paling penting dari seluruh penanaman modal.
Djalan demikian buat hemat kami tidak mengurangi kehormatan
Indonesia dan tidak bertentangan dengan U.U. Penanaman Modal Asing,
bahkan ada kalanja membantu mewudjudkan idamidaman kita, atau se
kurangkurangnja memulaikan berputarnja roda pembangunan dalam dju
rusan2 tertentu.
Menurut hemat kami, dapat tidaknja diterima sesuatu ,, joint enter
prise" tergantung dari djenisnja enterprise, dan dari sjarat 2nja joint enter
prise itu. Apa keberatannja sesuatu joint enterprise mengenai suatu projek
pentjetus (gangmaker project) bilamana djangka waktu berlakunja terba
tas: 10 — 15 atau 20 tahun misalnja, tergantung dari sifatnja projek itu.
Disamping projek itu, kita mempunjai kejakinan bahwa masih ada dan
besar lapangannja untuk perluasan2 sehingga tetap terbuka untuk inisia
tif dan kapital kita, tetapi pada waktunja telah mempunjai dasar dan pe
ngalamanpengalaman jang terkumpulpada kader 2 kita jang terdidik da
lam perusahaan pertama itu.
Pengalaman sangat besar harganja, dan bila ' itu dapat ditampung
dengan djalan jang agak ringan tanggungannja — bila njata kemung
kinankemungkinannja kami berpendapat bahwa djalan itu dapat di
tempuh.
Misalnja untuk projek2 jang baru djenisnja dan raksasa permodalan
nja sehingga berat untuk dipikul sendiri pembiajaannja, atau menambah
pembebanan pada masjarakat/chalajak ramai untuk. bertahun 2 bila di
biajai dengan pindjaman besar dari luar negeri, dan sifatnja projek sangat
urgen buat pembangunan negara, maka adakalanja dan besar kemungkinan
nja djalan d itu bisa menguntungkan.
Karena uraian dan pertimbangan2 tadi, maka untuk soalsoal sedjenis
terurai itu, sewadjarnja dipertimbangkan pula penggunaan kemungkinan
djalan d tadi itu, dengan sjarat2 tertentu.
Menurut hemat kami, dengan djalan demikian, jang memberi kesem
patan kepada kapital Asing selama waktu joint enterprise untuk menarik
kembali kapital jang ditanamnja dan keuntungankeuntungannja di Indo
nesia, akan ada kapital asing jang kelebihan dinegaranja jang bersedia di
tanam di Indonesia.
4423 .
RAYON, PROSES PEMBIKINANNJA DAN PROJEK RAYON
DI INDONESIA.
1. Definisi dari istilah „Rayon”.
Perkataan istilah Rayon ialah nama kesatuan dari serat (fibres) bikinan
manusia jang mempunjai sifat „endless fibres” (serat jang tidak putus 2)
jang terutama dipergunakan untuk Filament.
(a) Bentuk Rayon ini tergantung pada tjara komposisi kimianja dan dju ga
tjara prosesnja.
(b) Riwajat perkembangan dari fibres bikinan manusia.
Serat bikinan manusia jang pertama kali diusahakan sebagai industri
terbikin dari N I T R O C E L I U L O S E jang dipergunakan un
tuk mesiu.
Untuk mendapatkan fibre (serat) jang dimaksud, maka N I T R 0 jang
berbahaja itu dipisahkan dengan proses kimia.
Tjara proses seperti jang dimaksud dilakukan pada aehir abad ke19
dan proses ini mendjadi dasar dari sistim produksi industri ketjil un
tuk menghasilkan serat bikinan manusia.
Pada tahun 1900 lahirlah suatu proses baru jang dikenal dengan nama
CUP R A M O N P R O S E S S, dalam industri serat bikinan
manusia.
Proses ini berdasarkan atas penggunaan sifat peretjeran CELL U
L O S E dan mempergunakan COPPER OXIDE AMMONIA. jang
pertama' kali mempergunakan proses tersebut adalah perusahaan
Djerman „BEMBERG” jang kemudian mendjadi suatu perusahaan besar.
Selandjutnja, hampir bersamaan periodenja dengan proses C U P R A
M 0 N tersebut, djuga lahir suatu proses jang disebut dengan nama
„VISCOSE RAYON”.
Akan tetapi setelah beberapa tahun baru manmade fibre ini, menda
pat perhatian kalangan perindustrian setelah kesukaran 2 tehnis dapat
diatasi.
Pada tahun 1923 muntjul proses A C E T I C C E L L U L O S E
dalam dunia industri ini, akan tetapi karena serat jang dihasilkan oleh
proses ini bermatjammatjam sifatnja/bentuknja maka penggunaan
nja sangat terbatas.
Ketiga proses tersebut sebermula mempunjai sifat/persamaan jaitu:
serat jang dihasilkan itu terdiri dari R E G E N E R A T E D C E L
L U L O S E jang bersamaan bentuknja dengan kapas.
Sedangkan serat dari proses A C E T I C C E L L U L O S E, mes
kipun pada proses terachir sekalipun masih terdiri dari ACETIC
CELLULOSE djuga.
Dewasa ini produksi2 serat kunstmatig terbagi atas proses2 tersebut
dibawah:
1. Proses V I S C O S E ..................................90%
2. —,,— C U P R A M O N ...............................3%
3. —,,— ACETIC CELLULOSE .........................7%
4. —,,— NITRO CE I,T,UI,OSF.........................0%
4424
Dari perkembangan terachir, dimulai dari tahun 1930, pelbagai pro
duksi jang keseluruhannja terbikin dari synthetic fibres (serat kimia) su
dah terdapat pada pasaranpasaran.
Serat2 ini tidak dapat diambil perbandingannja dengan CELLULOSE 2
kunstmatig oleh karena dasar sifat/bentuknja jang berlainan sama sekali,
terutama dalam hal sifat penjerapan (absorption) airnja jang sangat sedikit.
Ada dua matjam jang umum dipergunakan untuk serat tekstil bikinan
manusia (artificial) jaitu:
a. Serat filament jang umumnja disebut RAYON jang bersamaan si
fatnja dengan sutera alami jang tidak putus seratnja.
b. Staple fibre atau Staple Rayon jang pandjang seratnja diantara 25
sampai 200 m.m. Sifatnja mendekati serat kapas jang pandjangnja
diantara 20 sampai 40 m.m.
Pada sebermula produsir lebih tjondong untuk membikin filament
fibre untuk dipergunakan sebagai pengganti sutera.
Industri2 di Eropa jang mulai memperhatikan Staple Rayon, baru
timbul pada waktu perang dunia keI, dengan tudjuan sebagai pengganti
kapas, jang sangat kekurangan pada waktu itu.
Kemudian, perkembangannja setjara meluas terdjadi pada waktu pe
rang Dunia keII, terutama di Djerman, Itali dan Djepang jaitu dinega
ranegara jang tidak mempunjai supply bahan kapas dalam masa perang.
Perkembangan dari V I S C O S E R A Y O N jang setjara meningkat
dapat dilihat dari produksi sedunia dalam djangka waktu 35 tahun seperti
tertera dibawah:
Ton
1920
13.000
1930
193.000
1940
894.000
setiap tahun
1950
1.318.000
1955
2.000.000 keatas
Negaranegara penghasil Rayon jang berkaliber besar adalah sebagai
berikut:
Amerika Serikat
500.000 Ton
Djerman
340.000 „
Djepang
250.000 „
Italia
200.000 „
Ratio Filament Rayon dengan Staple Rayon.
Berbedabeda menurut negara2nja dan pada umumnja tergantung pada:
Apakah negara bersangkutan mempunjai atau tidak mempunjai pro
duksi kapas sendiri.
2. Penggunaan Rayon.
Filament Rayon dipergunakan untuk pembikinan pelbagai matjam
produksi sandang a.l. pakaian dalam (underwear), pakaian wanita, keme
dja dalam dn. jang dapat menggantikan bahan sutera.
Permukaannja halus dan glossy.
4425
Dapat dipergunakan seluruhnja dan dapat pula ditjampur dengan serat
lain. e.g. sutera, Acetic Cellulose dll.
STAPLE FIBRES djuga mempunjai lapangan penggunaan jang luas.
Dapat keseluruhannja ditjampur dengan kapas, wol, rami atau Iain 2 serat
kunstmatig. Pada umumnja dipergunakan untuk pakaian wanita, suits,
kemedja, badju dalam, linings pakaian, kain djcndela, selimut, train kursi,
permadani dll.
Bahan ini dapat diatur sedemikian rupa dalam prosesnja, sehingga dapat
dipergunakan menurut kebutuhan jang dikehendaki, a.l. ketebalannja,
pandjang seratnja, permukaannja, sifat kimia dan struktur bentuknja da
pat disesuaikan sebagaimana jang dikehendaki.
Keutamaan dari Rayon ialah bahwa rayon itu mempunjai sifat2:
1. menghisap air (water absorption)
2. tidak luntur (mudah menjerapnja bahan tjelup)
(a) staple fibres mempunjai lobang2 sebanjak 2400 s/d 10.000 (porien)
(b) synthetic fibre hanja kl. 24 lobang2.
3. Kalau ditjelup dapat mengeluarkan warna bersemarak sampai meng
alahkan serat2 lain.
3. Pembikinan VISCOSE RAYON.
Bahan jang dibutuhkan:
1. Cellulose pulp. 2. Caustic Soda. 3. Carbon Disulfide. 4. Sulfuric Acid.
5. Finishing Chemicals.
Cellulose adalah hasil (products) jang didapat dari semua tumbuh2an.
Ieberapa miljard ton setiap tahunnja terdjadi dari proses tumbuh 1
tumbuhan sendiri. Pada umumnja jang mendjadi bahan dasar dari pem
bikinan Collulose pulp ialah k a j u. Selain kaju, dewasa ini ada djuga be
berapa jang dipergunakan orang bahan 2 lain a.l. bambu, djerami, Bagasse
dan tumbuh2an jang hersamaan sifatnja, meskipun demikian penggunaan
utama dari bahan2 tsb. ialah untuk pembikinan kertas, berhubung keba
njakannja sangat berlainan strukturnja dari „Chemical Pulp”, jang mem
punjai sifat2 sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk pem
bikinan Rayon.
Proses pembikinan rayon terdiri dari 6 phase pokok:
1. Penjelenggaraan Alkali, Cellulose, terutama pematangannja.
2. pengolahan VISCOSE.
3. Penjelenggaraan V I S C O S E.
4. Pemintalan VISCOSE sehingga mendjadi Rayon.
5. Pembasuhan dan pemeliharaan setelahnja dari Rayon.
6. Pengeringan dan packing dari benang2 serat.
(Keterangan: Pengeringan dari Rayon ini tidak boleh terlalu kering di
Indonesia, karena suhu udara (humidity) di Indonesia kira 2 30 sampai
40%).
Keenam pokok phase tersebut, masing 2 terbagi pula dalam beberapa
pengolahan dan tiap pengolahan jang dimaksud tidak dapat dikesam
pingkan atau adalah proses jang mutlak dalam menghasilkan Rayon. Phase
pertama s/d ketiga adalah proses pokok jang dapat dipakai untuk produksi
4426
Filament. Rayon, maupun untuk Staple Rayon. Akan tetapi proses 2 phase
pokok terachirnja (4, 5,& 6) berlainan halnja.
4. Pabrik Rayon.
Terdiri dari bahagian2 tersebut dibawah:
1. Pabrik pembikinan rayon sendiri.
2. Pabrik tenaga listrik, jang terdiri dari boileruap (steamboilers),
generator listrik, alat2 pendingin, compsressed air, dan vacuum.
3. Pabrik penjelenggaraan air.
4. Penjaluran air „kotor” (disposal) dengan alat2 pembersihnja.
5. Pabrik mesin (bengkel).
6. Laboratories dan pilot plant (pabrik pertjobaan).
7. Gudanggudang (storage).
8. Kantor.
9. Alat2/tempat bagi kebutuhan buruh (sosial facilities).
10.Perumahan/pemondokan buruh.
I.
SJARATSJARAT POKOK UNTUK PEMBANGUNAN PABRIK.
Pemilihan tempat. Untuk pembangunan pabrik harus memenuhi sjarat
tersebut dibawah:
a.
Tanah jang keras jang dapat dipakai untuk foundation.
b.
Air harus banjak.
c.
Bahan pembakar (fuel) harus tjukup dan bisa didapat pada
tempat2 jang tidak djauh dari pabrik.
d.
Komunikasi jang tjukup, keretaapi, sungai atau ada djalan mobil
jang baik.
e.
Ada tenaga. buruh.
f.
Ada spasi (space) untuk rnemperluas pabrik.
2. Ada bahan mentahnja.
3. Personalia jang terlatih:
a
Tamatan Universitas — jang mendapat latihan istimewa.
b.
Latihan serba tjukup bagi personalia menengah (pendidikan
menengah).
c.
Buruh skilled jang berpengalaman/ada latihan.
4. Djaminan keuangan.
1.
II. PROJEK RAYON DI INDONESIA.
1. Perkembangan projek dari mula2nja s/d keadaan2 terachir ini.
a. Pembangunan projek diusulkan pada Mei 1955.
b.
Usul tersebut berdasarkan atas angka statistik pengiriman teks
til pada tahun 1954. Pengimporan tekstil ini merupakan 1/3 bagian
dari seluruh impor, atau l.k. $ 200.000.000 (US) jang meliputi se
banjak 1.200.000 ton barangbarang tekstil.
Dari djumlah ini 40% terdiri dari benang rayon, product (kain)
rayon, dan barang2 tjampuran rayon dengan bahan lain.
4427
c.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan. angka2 teisebut diatas maka diusulkan supaja pro
duksi terachir dari projek Rayon jang dimaksud bisa mentjapai
sebesar 45.000 ton setahunnja.
d.
Daerah2 jang dianggap memberikan harapan untuk projek ini,
adalah di Sumatera Selatan; a) Djambi, h) Palembang.
e.
Penindjauan/penjelidikan dari daerah Palembang dan penentuan
mengenai tempat.
f.
Pemeriksaan bahan kaju dari hutan Semangus.
Masaalah2 jang harus diselesaikan guna pelaksanaan.
a. Kekurangan Cellulose pulp, obatobatan, bahan untuk pembung
kus/packing, tenaga mahir, dan coal keuangan.
b.
Guna mendjaga kekurangan Cellulose pulp & obatobat telah
diusulkan agar didirikan pabrik pembikinan Cellulose pulp dan
djuga obatobatan, bersamaan dengan pabrik rayon.
c. Dengan ini maka keseluruhan dari projek ini seharusnja terdiri
dari :
1) Rayon, 2) Caustic Soda, 3) Carbon Disulfide, 4) Packing
materials, 5) Penggergadjian, 6) Pilot plant H Laboratori,
7) Cellulose pulp, 8 ) Sulfuric Acid, 9) Chlorine products,
10) Lacquers, 11) plant pembangkit tenaga listrik termasuk
penjelenggaraan air dan auxilliary energy, 12) pabrik pemintalan
untuk 1k. 25% dari produksi atau 30 ton sehari (primair).
Selain dari bangunan2 tersebut djuga perlu dibentuk kantor ad
ministrasi gudang2, bangunan2 untuk kepentingan sosial buruh
personalia (secundair).
Bahan mentah jang bisa didapat di Indonesia.
Kaju untuk Cellulose pulp.
Garam untuk Caustic soda dan Chlorine.
Bahan pembakar: Bambara — Tandjung Enim
Minjak, Sulphur masih belum djelas.
Akan tetapi sulphur in compounds dan sulpher mud untuk pembikinan
Sulphuric.
Acid bisa didapat.
Tempat (site) jang dipilih: Disekitar Muara Enim.
Daerah ini dianggap sangat tepat berhubung dengan sarat2 dibawah ini
telah terpenuhi:
a.
Tanah tinggi dan keras.
b.
Bahan kaju dapat dari hutan Semangus atau dari pohon karet
c.
Batubara (coal) ari Tandjung Enim
d.
Air dari S. Lematang, sungai besar
e.
Pengangkutan: spoor keretaapi ada, begitu pula djalan raya, mobil.
f.
Tjukup luas untulc perkembangan ekspansi.
Kapasitet 45.000 ton setahun: economic prospectnja adalah sebagai
berikut:
a. Menghemat kl. $ 80 djuta, djika diperhitungkan dari djumlah
pengetjilan pengimporan tekstil.
4428
b.
c.
Penghematan selandjutnja masih dapat ditjapai dengan pertjam
puran rayon dengan rami.
Produksi berkelebihan dari pabrik2 obatobatan a.l. caustic soda,
carbon disulfide, sulfuric acid, cellulose pulp, packing materials,
lacquer dan djika diadakan pula proses pembikinan dari bijproducten,
a.l. jang dari Clorine product Sadium Sulfate dll. jang dapat didjual
dalam negeri. Bahanbahan tersebut dan djuga rayon sendiri ini
akan dapat memberikan perkembangan terhadap pembangunan
industri2 penjelesai (follow up industries).
Djuga memberikan kemungkinan untuk menarik para transmigran
dari pulau Djawa ke Sumatera.
III. USULUSUL DALAM PELAKSANAANNJA.
Projek Rayon jang berkapasitet 45.000 ton/setahun itu mempunjai pabrik 2
relasi seperti tersebut diatas.
1. Pelaksanaan dari projek itu H A R U S dimulai dari jang ketjil, kemu
dian baru ke jang besar. Sebabnja harus dilaksanakan sedemikian itu ialah
adanja faktorfaktor tersebut dibawah:
a. Clarification of the financing (Djaminan akan pembiajaan)
b. Kapasitet dari pabrikpabrik pemintalan & tenunan belum mentju kupi.
c. Kekurangan tenaga mahir.
d. Kekurangan tenaga terlatih.
2. Kapasitet dan perluasan dari projek rayon jang dianggap sebaiknja
setjara teratur sebagai berikut:
a. 15 Ton/HARI — tanpa pabrik2 relasi. Hanja perlu pabrik pem
bangkit tenaga listrik sadja.
b. 40 Ton/HARI — tanpa auxilliary plants.
c. 40 Ton/HARI + 50 Ton/HARI — Cellulose pulp — tanpa pabrik
obatobatan.
d. 40 Ton/HARI, 50 ton/HARI — Cellulose pulp plant, — baru
pabrik2 obat2an lainnja perlu.
Dalam segala hat, persiapan jang sempurna harus terlebih dahulu diadakan
sebelum membangun pabrikpabrik tersebut.
Jang dimaksudkan dengan persiapanpersiapan ialah:
a. Persiapan/penjelenggaraan tempat.
b. Kereta api dan djalandjalan (connections)
c. Pabrik penampungan/penjelenggaraan air
d. Sewerage (penggergadjian)
e. Bagian Urusan Kehutanan (bahan)
f.
Pelatihan personalia
g. Kantor administrasi
h. Perumahan Buruh.
Perhatian utama perlu ditudjukan terhadap masaalah pelatihan
personalia jang dibutuhkan tenaganja pada phase pertama dari produksi.
4429
Oleh karena itu, sebelum pabrikpabrik lain dibentuk, harus diada
kan terlebih dahulu suatu PILOT PLANT jang setjukupnja. Ukuran ka
pasitet 1.k. 1 sampai 1½ ton/hari.
Pembiajaan masingmasing plant tidak banjak perbedaannja dan lam
bat laun bea produksi per ton akan mendjadi ketjil, bersamaan dengan
bertambah besarnja kapasitet dari plant.
3.
Keuangan.
Jang dibutuhkan ialah:
a. Uang depisen untuk alatalat (barangbarang modal) dan instalasi.
Ditaksir 1.k. 65%.
b. Rupiah (modal dalam negeri) untuk urusan sebagian besar dari segala
persiapan.
Pembiajaan untuk projek dapat didjalankan dengan tjara:
a. Seluruhnja dibeajai oleh Pemerintah Indonesia, baik mengenai depisen
maupun mata uang dalam negeri.
b. Dengan jointenterprise (tieup), dengan perusahaan asing.
c. Dengan pindjaman (loan) dari luar negeri untuk pembelian alatalat
installasi jang serba tjukupnja, dan jang mengenai persiapanpersiapan
dibeajai dengan Rupiah atau seluruh pekerdjaan dilaksanakan oleh
perusahaan Asing dengan pembiajaan dalam valeta asing (depisen).
4.
Pembajaran kembali pindjaman.
Pembajaran loan dapat dilakukan dengan pelbagai djalan jang sarat
saratnja dapat dimasukkan kedal.am Kontrak.
5.
a.
b.
c.
d.
c.
Angkaangka jang penting: jang direkommen:
Unit projek Rayon jang ekonomis ialah 40 Ton sehari (45.000 Ton/
setahun).
Personalia: l.k. 200 — 300 orang.
Perintjiannja: 1) Chemical engineer — 30 orang
2) Mechanical „
— 6
„
3) Tiaptiap bangunan lain seorang.
4) Personalia administrative.
Bahan Sulphur jang dibutuhkan setahunnja: 60 — 65.000 Ton.
Aspek sosial dari pertumbuhanpertumbuhan relatie bedrijven:
1.k. 200.000 tenaga buruh akan dapat ditampung industry ini.
Taksiran seluruhnja pembiajaan: 1.k. $ 100 djuta terdiri dari 65% de
pisen dan 35% mata uang dalam negeri.
Hasil bahan serat untuk sandang.
1. Untuk mudah — dan singkatnja, disini dikemukakan hanja beberapa
pokok sebagai „uitgangspunt” sadja.
2. Sebagai hasil bumi, bahan serat setelah dipungut, sudah selesai untuk
dapat dipintal ialah kapas. Proses pokok sebelum dipintal hanja me
rupakan „ontpitting” sadja.
4430
3. Rami dihasilkan sebagai batang. Untuk mengambil serat dari batang ini
sehingga dapat dipintal untuk didjadikan benang untuk pakaian mem
butuhkan beberapa matjam pekerdjaan jang tidak mudah.
4. Bahan mentah hasil bumi lainnja ialah kaju, harus melalui pekerdjaan 2
jang lebih „sukar” lagi untuk didjadikan bahan pakaian. Menurut ahli 2
jang bersangkutan hutan2 di Indonesia mengandung banjak matjam
kaju2jang dapat didjadikan bahan mentah untuk rayon.
5. Berdasarkan „bahan2” jang sudah tersedia pada saat ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa kapas akan dapat menutupi sebahagian besar dari
kebutuhan akan bahan pakaian untuk Indonesia, akan tetapi tidak akan
dapat memenuhi kebutuhan seluruhnja.
6. Rami, meskipun hasilnja serat tiap hectare dapat sampai sepuluh
kali lipat djika dibanding dengan kapas, sedang luas tanah jang dapat
ditanami dengan rami djuga herlipat luasnja, mempunjai banjak
kelemahan2 dan mengandung kesukaran2 jang masih harus dipetjah.
7. Menghasilkan rayon merupakan usaha baru sama sekali di Indonesia.
Pada saat ini belum dapat digambarkan, peranan mana achirnja jang
akan dilakukan oleh masing2 dari ketiga bahan pakaian tersebut
diatas. Jang pasti ialah, bahwa, dalam tahun 1964 arti ketigatiganja
sebagai hasil sendiri didalani memenuhi kebutuhan Indonesia akan
bahan pakaian, masih ketjil sekali.
8. Berikut dikemukakan gambaran mengenai hasil kapas dan rami,
dengan pengertian djikalau untuk kedua bahan ini diadakan usaha
jang optimaal.
Kapas.
1. Tanaman kapas 1958 diseluruh Indonesia meliputi luas ± 10.000 ha.
Angka untuk 1959 menundjukkan kemunduran sedang tanaman 1960
kiranja djuga berkisar disekitar 10.000 ha. Ini berarti hasil + 6 djuta
meter pakaian tiap2 tahun dalam tiga tahun termaksud.
2. Kapas mempunjai keuntungan2 sebagai a.l. „cultuurnja” mudah, dapat
ditanam bersama2 dengan lain tanarnan, umurnja pendek, hasilnja
setelah dibuang bidjinja sudah siap untuk dipintal, sebaliknja meng
andung kelemahan2 pula a.l. hasilnja sedikit (1 qt tiap ha), mudah diserang
penjakit dan hama, selandjutnja daerah kapas tadi (Nusateng gara)
letaknja djauh dari pasaran, seterusnja kemelaratan sitani jang pada
umumnja membutuhkan seluruh tenaganja untuk menghasilkan bahan
makanan.
3. Tjara usaha jang diprojektir sekarang ialah pendirian pusat 2 penanaman
dari pemerintah sendiri, jang dipergunakan pula dan terutama untuk
memimpin masjarakat tani sekitarnja, untuk rnengadakan pasilitet
jang diperlukan, akan dapat mengadakan perluasan dengan tjepat,
selandjutnja perbaikan bibit dan tanaman, sehingga hasilnja dapat me
riambah dari 1 mendjadi sampai 2 qt. tiap ha.
4. Djika usaha dilapangan ini dapat didjalankan setjara optimaal, maka
dapat diharapkan akan ditjapai tanaman 100.000 ha, lebih dalam tahun
1964. Disini perlu ditekankan bahwa taksiran hasil jang disampaikan
dalam rapat tg. 8 b.i. adalah keliru. Tanaman seluas ini merupakan
tanaman 64/65 dan hasilnja dapat ditaksir 200.000 qt. kapas bersih se
4431
suai dengan 120 djuta meter pakaian baru dipungut dalam tahun 1965.
Dalam tahun 64 baru akan dipungut hasil }_ 120.000 qt. atau 72 djuta
meter pakaian.
5. Mengenai plafond luas tanaman kapas menurut perkiraan sebagai berikut:
Nusa Tenggara 800.000 ha.
Sulawesi
?
Maluku
?
Kalimantan
?
Lainlain daerah
50.000 ?
Djika untuk sementara diambil angka plafond untuk seluruh Indonesia
1 djuta ha, dengan hasil 1.500.000 qt., plafond pakaian dari kapas
akan berdjumlah 900 djuta meter. Apakah plafond ini akan ditjapai
tergantung dari waktu dan lainlain faktor, umpamanja hasil competisi
dengan rami rayon dB. bahan2 pakaian lainnja.
Rami.
1.Hasilnja banjak sampai dapat 2 ton tiap ha., akan tetapi rata 2 hanja dapat
diharap suatu djumlah jang mendekati satu ton sadja. Meskipun begitu,
djumlah tsb. telah hampir 10 kali lipat djika dibandingkan dengan
kapas. Ketjuali itu tanah jang dapat �