Jilid-17 Depernas 24-Bab-146
B A B 146.
§ 1747. PIDATO J.M. MENTERI INTI DISTRIBUSI DIHADAPAN DEWAN
PERANTJANG NASIONAL
Dewasa ini, Pemerintah melandaskan kegiatankegiatan dilapangan
perekonomian atas prinsip ekonomi terpimpin.
Pasal 33, UNDANGUNDANG DASAR KITA, merupakan dasar
juridis bagi pelaksanaan ekonomi terpimpin, dan berbunji sebagai berikut:
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan.
b. Tjabangtjabang produksi jang penting bagi Negara dan jang mengua
sai hadjat hidup orang banjak dikuasai oleh Negara.
c. Bumi dan air dan kekajaan alam jang terkandqng didalamnja dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran
rakjat.
MANIFESTO POLITIK jang diutjapkan oleh P.J.M. Presiden
Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1959 adalah suatu pernjataan dari pada
dasar politis bagi pelaksanaan ekonomi terpimpin.
Disitu dinjatakan, bahwa:
„Penemuan Kembali Revolusi Rita”, Kern. Penerangan halaman:
24, 25, 26, 27, 29 dan 38.
a. Alatalat produksi dan distribusi harus diretool.
b. Semua alatalat vital dalam produksi dan distribusi harus dikuasai
atau sedikitnja diawasi oleh Pemerintah.
c. Badanbadan ekonomi harus diretool.
d. Segala tenaga dan segala modal jang terbukti progressif akan kita adjak
dan akan kita ikutsertakan dalam pembangunan Indonesia. Djadi
djuga tenaga dan modal bukan asli jang sudah menetap di Indonesia
dan jang menjetudjui, lagi pula sanggup membantu terlaksananja
program Kabinet Kerdja, akan mendapat tempat dan kesempatan
jang wadjar dalam usahausaha kita untuk memperbesar produksi
dilapangan perindustrian dan pertanian.
„Funds and forces” bukanasli itu dapat disalurkan kearah pemba
ngunan Perindustrian, misalnja dalam sektor industri menengah, jang
masih terbuka bagi inisiatip partikelir.
e. Kita harus mengadakan ordening dan herordening total.
Herordening ekonomis bermaksud agar supaja seluruh susunan ekonomi
nasional didjadikan pantjatan kearah ekonomi „adil dan makmur”, jang
akan direalisasikan kelak. Didalam herordening ekonomi
ini, maka kehidupan ekonomis bangsa sudah akan dipimpin, ekonomi
bangsa didjadikan ekonomi terpimpin.
f. Modal asing bukan Belanda harus mentaati ketentuanketentuan Re
publik.
Pada umumnja ekonomi terpimpin adalah lawan dari pada ekono
mi liberal, jang sembojannja „laisezfaire” telah terkenal itu. Dalam alam "
ekonomi liberal, Pemerintah bukannja sadja dikehendaki supaja djangan
4030
tjampur tangan dalam segalaurusan perekonomian, melainkan djuga di
kehendaki supaja. Mendjauhkan diri dari bidang tersebut. Dengan de
mikian, maka kegiatankegiatan perseorangan disegala bidang ekonomi
mendapat tempat utama. Oleh karena dalam suatu masjarakat selalu ter
dapat kekuatan ekonomis jang tidak seimbang, baik antara pengusaha dan
buruh, atau produsen dan konsumen, maupun antara produsen dan pro
dusen, serta antara konsumen dan konsumen, maka dalam iklim ekonomi
liberal, fihak jang ekohomis lemah senantiasa dirugikan; sebaliknja,
fihak jang ekonomis kuat selalu dapat memperoleh keuntungan se
besarbesarnja. Djadi, oleh sebab itu, maka ekonomi liberal tidak akan
berhasil mendatangkan kemakmuran jang adil dan merata bagi segenap
lapisan masjarakat.
Dengan ekonomi terpimpin berlainan halnja. Dalam rangka ekonomi
terpimpin, Pemerintah wadjib menguasai, sedikitnja mengawasi
dan mengatur setjara aktip bidang ekonomi pada umumnja, dan
sektorsektor ekonomi jang penting bagi Negara dan jang mengua
sai hadjat hidup orang banjak pada chususnja. Dengan demikian,
maka kegiatankegiatan Pemerintah dibidang ekonomi pada umumnja
mendapat tempat utama. Oleh karena maksud dari Pemerintah ialah su
paja seluruh susunan ekonomi nasional didjadikan pantjatan kearah ekono
mi „adil dan makmur”, maka fihak jang ekonomis lemah akan tidak lagi
senantiasa dirugikan; sebaliknja fihak jang ekonomis kuat akan ti
dak lagi diberi kesempatan untuk menggaruk kekajaan 'ten koste'
daripada umum.
§ 1748. Ekonomi terpimpin ini sedang dan akan direalisasikan baik di
lapanganlapangan moneter, produksi, pembangunan dan distribusi.
Dilapangan moneter, kebidjaksanaan Pemerintah dalam mendjalan
kan politik perkreditan njata dapat dilihat dari segala pengumuman
pengumurnan paPOK, suatu badan jang chusus ditugaskan untuk me
nampung dan memutuskan segala akibat jang disebabkan karena tindakan
moneter pada 25 Agustus 1959, dimana kegiatan ekonomi dengan
tegas sematamata hendak ditudjukan ke sektorsektor produksi,
distribusi dan eksporimpor. Disamping itu, Pemerintah tegastegas
hendak menggiatkan dan memperbesar pengaruh bank dalam eko
nomi Indonesia, untuk mempermudah Pemerintah dalam mengendali
kan djalannja perkreditan (anus ruang). „Nota Keuangan Negara” 1960,
halaman I/3.
Berhubung dengan Ekonomi Terpimpin ini adalah suatu pertanjaan
jang mendjadi pokok persoalan ialah: ,,sampai berapa djauh Pemerintah
memberikan kesempatan kepada usahausaha swasta chususnja dilapangan
produksi, pembangunan (industri) dan distribusi. Didalam Nota Keuangan
1960 pun Pemerintah telah memberikan antjerantjer mengenai hal ini
untuk bidang industri, perdagangan (impor dan ekspor), perhubungan
Laut dan Darat.
Sebentar saja akan uraikan sedikit tentang hal ini dibidang distribusi.
Dalam iklim ekonomi terpimpin, lapangan saja jaitu lapangan Dis
tribusi mempunjai peranan penting sekali dalam perkembangan pereko
nomian Negara. Peranan tersebut lebihlebih njata pentingnja berhubung
4031
dengan program pertama dari Pemerintah, jakni: „memperlengkapi san
dangpan.gan rakjat dalam waktu sesingkatsingkatnja”.
§ 1749. Untuk dapat merealisasikan program tersebut, maka Peme
rintah telah dan akan menguaaai setidaktidaknja mengawasi dan
mengatur setjara aktip bidang Distribusi, agar pembagian barang
barang vitaal jaitu bahanhahan pokok untuk keperluan hidup seharihari
dapat dilaksan.akan dengan seadiladilnja dan untuk produksi dengan
sebaikbaiknja.
Barangbarang jang sangat diperlukan dan jang harus didistribusikan,
setjara simplistic, dapat dibagi atas:
a. Bahanhahan pokok untuk memenuhi kehidupan rakjat seharihari dan
b. Bahanbahan lainnja jang djuga diperlukan untuk kelantjaran pere
konomian rakjat.
Sudah terang bahanbahan jang dimaksud belakangan ini, mempu
njai hubungan jang erat dengan bahanbahan jang dimaksud terlebih
dahulu.
Pertamatama akan kami tindjau keadaan bahanbahan pokok pada
umumnja.
a. Bahanbahan pokok.
Bahanbahan pokok jang dimaksudkan disini ialah:
1. Beras; 2. Gula; 3. Garam; 4. Tekstil kasar; 5. Terigu; 6. Minjak
kelapa 7. Minjak tanah; dan 8. Ikan asin.
§ 1750. Beras.
Produksi beras adalah sekitar 8, 1/8,2 djuta ton ditambah dengan
import sebanjak lebih dari 800 ribu ton setahunnja. Djadi, mengingat
kwantumnja produksi + impor berdjumlah sekitar 8,9/9 djuta ton, maka
setjara teoritis orang Indonesia dalam tahun 1959 ini sudah dapat meng
konsumir lebih dari 100 kg beras per djiwa setahunnja.
Apabila pada angka tersebut ditambahkan basil produksi polowidjo,
ialah: djagung 2,7 djuta ton equivalent beras, ketela, 4,4 djuta ton equi
valent beras, jang merupakan kirakira 80 kg polowidjo equivalent
beras per djiwa per tahun, maka konsumsi per djiwa per tahun
akan makanan pokok tersebut mendjadi disekitar 180 kg equivalent
beras, ja'ni + 100 kg beras + 80 kg polowidjo equivalent beras. Dengan
demikian, maka angka tersebut sudah melebihi angka jang ditetapkan oleh
Lembaga Makanan Rakjat; Lembaga ini menetapkan 160 kg equivalent
beras (90 kg beras F 70 kg polowidjo) sebagai „Standaard Quantum”.
Kalau 100 kg beras pertahun per djiwa diambil sebagai pedoman
dalam produksi beras dalam negeri, maka pada waktu sekarang negeri
kita masih harus mengimpor 10% dari totale produksi beras. Djadi kita
belum selfsupporting dalam hal beras; sudah dalam hal polowidjo.
Untuk 800 ribu ton beras Pemerintah harus mengeluarkan kurang
lebih 100 djuta US dollar plus subsidi dalam rupiah sebesar kurang lebih
1,2 miljard rupiah, karena harga beras jang didatangkan dari luar negeri
adalah lebih tinggi dari pada harga beras J.U.B.M.
4032
§ 1751. Gula.
Produksi gula adalah 840.000 ton, sedang konsumsinja adalah
sekitar 700.000 ton (termasuk untuk stock sebesar 50.000 ton), dan si
sanja diekspor.
(untuk angka konsumsi per djiwa per hari diambil 35 gr).
§ 1752. Garam.
Produksi garam adalah 300.000 ton setahunnja; konsumsi berkisar
antara 225.000 — 250.000 ton setiap tahun (dalam angka tersebut sudah
dihitung pemakaian garam untuk industri).
(Konsumsi garam per djiwa/bulan ditetapkan 250 gr)
§ 1753.. Tekstil kasar.
Apabila dianggap untuk memenuhi kebutuhan per djiwa per tahun
10 meter,. maka akan kita perlukan mengimpor tekstil (ready) sebanjak
500 a 600 djuta meter setahunnja, sedang kekurangannja akan harus
ditutup oleh hasil produksi dalam negeri sebanjak 200 sampai 300
djuta meter tiap tahun, jang bahan kapas dan benang tenunnja untuk
lebih dari 90% hares datang dari Luar Negeri.
Berdasarkan perhitungan kurs lama US. $ = Rp. 11.40, impor tek
stil sebanjak tersebut diatas tadi, memerlukan 1,25 miljard rupiah (dalam
kurs baru harus diempat kalikan);
sedang produksi dalam negeri berasal dari pengerdjaan benang tenun jang
djuga diimpor menelan ongkos kurang lebih 1 miljard rupiah.
Dewasa ini, impor „gerede textiel” + benang tenun + kapas ditam
bah dengan „finished goods” dalam negeri hanja dapat mentjukupi 5
sampai 6 meter per djiwa per tahun;
angka ini adalah sangat rendah dan oleh karenanja perlu mendapat per
hatian istimewa.
§ 1754. Terigu.
Kwantum terigu jang hares diimpor adalah 120.000 ton dan ini
sudah boleh dianggap tjukup untuk memenuhi kebutuhan.
§ 1755. Minjak kelapa (jang berasal dari kopra).
Produksi kopra adalah 720;000 ton setahunnja, sedang konsum
si dalam negeri 420.000 ton; sisanja diekspor.
(Kebutuhan akan minjak kelapa per djiwa per tahun adalah 5 kg.
menurut tjatatan F.A.O.)
§ 1756. Minjak tanah.
Produksi minjak bumi adalah 16 djuta ton setahunnja, sedang da
lam negeri mengkonsumir sebesar 3 djuta ton, djadi kira2 20% dari.
.djumlah produksi. Konsumsi. ini tiap tahun bertambah dengan ,10%;
djadi untuk menghitung termijn kwantum kerosin jang sekarang berdjum
lah 1,2 djuta kg ton, seharusnja ditambah dengan 10%. Tetapi kini ter
njata, bahwa konsumsi dalam tahun ini (sampai saat ini) masih sama
dengan konsumsi dalam bulan Djuli tahun 1958.
Soal produksi, distribusi dan harga sedang dalam penjelesaian.
4033
§ 1757. Ikan asin.
Atas dasar angka2 1957 impor ikan asin berdjumlah kurang le
bih 28.000 ton setahun,jang berarti kira2 70 djuta rupiah.
Persediaan produksi animale proteinen (jang berasal dari daging,
ikan, telor, dll) ditambah dengan impor berdjumlah seluruhnja 315.000
ton. Ind berarti bahwa tersedia 10.1 gr animale protein per djiwa
setiap hari, SEDANG ANGI{A TERSEBUT SEHARUSNJA 15,6
gr; dengan demikian produksi animale proteinen, termasuk ikan asin ma
sih kurang.Lagi pula kenjataan adalah bahwa rata 2 tiap orang hanja me
makai 4 gr protein hewani per hard. Bagaimanapun untuk memenuhi
keperluan 15 gr. protein hewani sehari per capita atas dasar tahun 1957,
masih diperlukan 150.000 ton protein ialah kira2 same dengan 500.000 ton
ikan atau daging.
Djadi dilihat dari sudut konsumsi, maka kebutuhan bahan pokok
tersebut diatas pada umumnja dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri
impor, ketjuali tekstil jang agak kurang.
Berhuhung dengan besarnja kwanta impor dari beras, tekstil dan
ikan (asin) maka produksi dalam negeri dari bahan 2 pokok tersebut per
lu sekali distimulir. (Slogan B.T,I.)
§ 1758. b. Selain dari bahan2 tersebut diatas, diperlukan djuga bahan2
lain jang biasanja dimasukkan dalam Rentjana Impor, chusus jang berhu
bungan langsung dengan distribusi, ja'ni jang diperlukan untuk pelan
tjar perhubungan2 Laut, Darat serta Udara dan untuk memperlan
tjar perindustrian pada umumnja.
Sekarang kita akan tindjau flow dari barang2 dan faktor2 jang
mempengaruhi kelantjaran distribusi.
1. Jang panting sekali sekarang ini, ialah bahwa barangbarang
itu harus mengalir setjara continu. Dan continu flow of goods ini
dapat dilaksanakan, kalau ada pada kita suatu apparatur jang tjukup
baik.
Dalam hal ini, dapat diterangkan, bahwa masih ada banjak keku
rangan dalam apparatur distribusi ini, jang terdapat dipelbagai lapang
an angkutan, baik Laut, Daratan, maupun Udara.
Sekalipun barang2 jang diperlukan ada tjukup djumlahnja, namun
kalau perhubungan tidak baik, maka distribusi sudah barang tentu djuga
tidak akan berdjalan lantjar.
2. Sistim distribusi jang sedjak beberapa tahun berdjalan, sebe
narnja didasarkan atas prinsip2 liberalekonomis. Dengan demikian, maka
personil jang „menghandle” distribusiapparat itu, mempunjai. djalan
fikiran jang sesuai dengan prinsip2 liberal ekonomis tadi.
Oleh karena itu, maka dalarrI keadaan dimana terdapat „hot money”
jang sangat besar djumlahnja, kepada pemegang „hot money” ini diberi
kan kesempatan sebesarbesarnja untuk bergerak dengan leluasa, djuga
dilapangan distribusi, sehingga menimliulkan pelbagai manipulasi di
lapangan perdagangan dengan segala akibat jang buruk seperti kita
alami.
Berhuhung dengan apa jang dimadjukar tadi, maka jang diperlukan
sekali ialah:
4034
(a) perbaikan dan penertiban dilapangan pengangkutan baik di Laut,
Darat, maupun di Udara; jang sekalian merupakan tulangpunggung
dari tiap usaha distribusi.
(b) Indonesianisasi (lihat lampiran) Usaha2 perdagangan pada umum
nja karena seperti diketahui usaha2 perdagangan besar, menengah
dan etjeran, berada dalam tangan bangsa asing.
(c) merobah sistim distribusi jang lama dan mendasarkannja
atas PRINSIP sosialisasi, jakni supaja lebih banjak bahan pokok
berada didalam tangan dan pengawasan Pemerintah, dengan
maksud agar tertjapai penjebarannja jang seadiladilnja. Ben
tuk Organisasi jang sebaikbaiknja untuk mentjapai tudjuan itu ada
lah Koperasi.
§ 1759. Berhubung dengan apa jang dimadjukan diatas, maka telah
diputuskan:
a.
Beberapa bahan impor jang penting (tekstil, benang tenun,
kapas, terigu, kertas, semen, besi beton dan binddraad, tinplate, guni dan
tali guni, serta cambriks, tjengkeh dan pupuk) diselenggarakan oleh Pe
merintah dengan saluran P.T.P.T. Negara, dan saluran 2 distribusi se
terusnja diselenggarakan sedemikian rupa hingga memperpendek dja
lan distribusi dan menghindarkan kemungkinan2 untuk manipulasi.
Sistim penjaluran dari pada barang2 impor penting ini sedang dalam ta
raf pelaksanaan.
Lambatlaun djuga dilapangan ekspor digunakan prinsip sosialisasi.
§ 1760. b. Baban pokok jang tadi disebutkan itu seperti beras dan
lainlainnja, lambatlaun diurus dan diatur oleh Pemerintah sebagai be
rikut:
Beras — J.U.B.M. (tetap G. to G.)
gula
— Departemen Perdagangan.
garam — P.G.S.N./Departemen Perdagangan.
tekstil — Dep. Perdagangan/Dep: Perindustrian.
terigu — Dep. Perdagangan.
Djadi jang sudah lengkap ada didalam tangan Pemerintah ialah:
beras, gala, garam, tekstil dan terigu; sedang diusahakan supaja berada
didalam tangan Pemerintah ialah: Kopra (minjak kelapa) dengan kan
tor kopra sebagai handling agent dari Departemen Perdagangan. Me
ngenai minjak tanah (bensin dan lain basil minjak bumf) kini sedang
dalam taraf pembitjaraan (handling agent dari Pemerintah adalah: Kantor
minjak), ikan asin adalah produksi spesial, jang memerlukan penindjauan
lebih djauh. Bagi pengangkutan terutama pengangkutan Darat, Pemerin
tah menguasai impor dan distribusi spareparts.
§ 1761. c. Dalam sistim distribusi jang baru, bentuk Organisasi jang
sebaikbaiknja adalah Koperasi. Hal ini sangat perlu djuga berhubung
dengan pengumuman Pemerintah No. 1, tertanggal 2 September 1959
tentang pelaksanaan dari pada pengumuman Menteri Perdagangan ter
tanggal 15 Mei 1959 dan P.P. No. 10 tahun 1959 mengenai toko 2/warung2
etjeran bangsa asing diluar. ibukota_ daerah tinggkat I dan II serta Kare
4035
sidenan. Selain dari itu, hal ini perlu sekali, berhubung dengan pertim
banganpertimbangan daripada Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan
UndangUndang Koperasi jang telah dikeluarkan pada tanggal 27 No
pember 1959.
Pertimban.ganpertimbangan ini berbunji:
1. bahwa perlu menjesuaikan fungsi Koperasi sehagaimana dalam pokok 2
nja diatur dalam Undangundang Koperasi dengan djiwa dan se
mangat Undangundang Dasar 1945 dan Manifesto Presiden Repu
blik Indonesia tgl. 17 Agustus 1959, dimana Koperasi harus diberi
peranan sedemikian rupa sehingga gerakan serta penjelenggaraannja
benarbenar dapat merupakan:
(a) alat untuk melaksanakan Iskonomi Terpimpin jang berdasarkan
sosialisme Indonesia,
(b) sendi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia;
(c) dasar untuk mengatur perekonomian. rakjat guna mentjapai taraf
hidup jang lajak dalam susunan masjarakat adil dan makmur
jang demokratis.
2. bahwa Pemerintah wadjib mengambil sikap jang aktip. dalam mem
bina gerakan Koperasi berdasarkan azas2 Demokrasi Terpimpin.
3. bahwa perlu diadakan Peraturan Pemerintah untuk menjesuaikan
pelaksanaan Undangundang Dasar 1945 dan Manifesto Presiden
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1959 untuk menumbuhkan,
m.endorong, membimbing, melindungi dan mengawasi perkembangan
gerakan Koperasi, sehingga terdjamin, terpelihara dan terpupuknja
dinamika haik dikalangan masjarakat sendiri maupun dalam kalangan
petugas negara, serta terselenggaranja Koperasi setjara serentak,
intensip berentjana dan terpimpin.
Dalam waktu jang singkat akan diadakan — telah dimulai dibebera
pa tempat di Djawal3arat dan DjawaTengah dan sedikit hari lagi di Dja
karta — tokotoko SandangPangan bagi Pegawai negeri dan bagi
chalajak ramai; umpamanja para pegawai negeri dapat memperoleh
bahanbahan pokok tersebut tadi dengan harga jang ditentukan oleh
Pemerintah; dengan demikian tokotoko SandangPan.gan ini bisa berlaku
sebagai priceleaders.
§ 1762. Dalam rangka Ekonomi 'Terpimpin, Pemerintah harus her
tindak dalam lapangan harga.
Tudjuan pengendalian harga dengan menetapkan harga maksimum
daripada barang, djasa dan sewa ialah:
a. untuk kepentingan konsumen agar mereka tidak membajar harga ba
rang, djasa dan serta terlampau tinggi;
b. untuk kepentingan produsen, mengingat kontinuitet perusahaan;
c. untuk mentjapai keadaan tenang dilapangan harga. Dapat dipisahkan
disini 2 matjam penetapan harga barangbarang;
1. untuk barangbarang impor;
2. untuk barangbarang bikinan dalam negeri.
4036
1.
Penetapan harga barang impor.
Dipakai disini sistim „kalkulasischema”. Oleh karena faktorfaktor
jang diperhitungkan diluar negeri tidak dapat dipengaruhi, maka se
bagai dasar dipakai „landed cost” ditambah dengan marge keuntung
an bagai rantairantai perdagangan.
2. Penetapan harga barang bikinan dalam negeri.
Disini dipakai sistim pemberian „keuntungan jang lajak bagi pengu
saha” diatas biaja pokok daripada barang jang bersangkutan
Pada penetapart harga barangbarang bikinan dalam begeri didjalan
kan sistim „voor dan nacalculatie” dan pula sebagian terbesar berlaku
untuk pabrikpabrik jang besar jang dapat mempengaruhi harga ba
rangbarang sematjam itu (priceleaders).
Berhubung dengan persoalan pemberian kesempatan kepada usaha
usaha swasta dibidang perdagangan dalam rangka ekonomi terpimpin,
maka dilapangan ekspor — impor, Pemerintah sambil menunggu hasil
pekerdjaan Depernas — menjatakan dalam Nota Keuangan bagianbagian
mana, jang masih terbuka bagi usaha2 swasta.
Antara lain tindakantindakan tersebut ialah:
§ 1763. Menertibkan djalannja Ekspor sebagai berikut:
a. Bahanbahan/barangbarang jang dihasilkan oleh Negara, dieks
por sendiri oleh Badan badan jang dibentuk dan/atau ditundjuk
oleh Negara;
b. Produsenprodusen besar bukan Pemerintah, diandjurkan sedapat
mungkin mengekspor bahan2/barang2 produksinja sendiri. Apabila
diinginkan dapat bahan2/barang2 produksi itu diserahkan ekspornja
kepada P.T. P.T. Negara dan/atau eksportir swasta lainnja;
c. Hasilhasil bumi lainnja diserahkan ekspornja kepada PT PT Ne gara
dan eksportir swasta lainnja,
§ 1764. Menertibkan tjaratjara perdagangan lokal dan sedapat mung
kin memperpendek rangkaian perdagangan antara produsen dan eks
portir, dengan maksud mendjaga mutu bahan/barang jang diekspor dan
menghilangkan tindakantindakan spekulasi.
Tjaratjaranja untuk menjehatkan perdagangan ini ialah:
a. membentuk perserikatan2 eksportir swasta untuk satu djenis atau
gabungan djenis2 bahan/barang ekspor; misalnja: perserikatan eks
portir karet, kopi dan sebagainja. Pimpinan dari perserikatan 2 ini di
tundjuk oleh Pemerintah dan policy serta pengawasan Pemerintah .
dilakukan melalui pimpinan2 itu;
b.' mengadakan suatu „richtprijsstop” mengenai harga bahan2/barang2
ekspor didalam negeri. „Richtprijsstop” ini disesuaikan dengan har
ga bahan2/barang2 ekspor itu dipasaran luar negeri, sehingga dengan
demikian dapat dihindarkan adanja „disparitet ” harga dan spekulasi
dapat dihilangkan atau setidaktidaknja dikurangi;
c. Jang ditundjuk untuk menghantir „Richtprijsstop” tersebut diatas
adalah makelar2 jang disumpah dan diangkat oleh Pemerintah.
Dalam bidang Impor diambil tindakan2 sebagai berikut:
4037
a. Bahan2/barang2 jang sapgat penting dan vital, dimana termasuk ba
han2 untuk sandang dan pangan, impornja ditugaskan kepada PT PT
Negara;
b. Bahan2/barang2 lain impornja ditugaskan kepada importir 2 swasta dan
PT PT Negara.
Dalam rangka Ekonomi Terpimpin maka adalah suatu keharusan,
bahwa barang2/bahan2 pokok terutama dibidang sandang dan pangan ha
rus dikuasai impornja oleh Pemerintah untuk mendjamin tjukupnja per
sediaan dan continuitet flow of goods ini. Walaupun dalam rangka policy
impor. sekarang semua barang2/bahan2 jang diimpor mempunjai sifat2 vital
untuk kelangsungan produksi didalam Negeri, namun sebagian impor dari
barang2 ini kemudian masih dapat dipertjajakan pada importirimportir
swasta.
§ 1765. Dibidang perhubungan Darat, diusahakan penertihan retoo
ling dan herorderning beserta penambahan dan perbaikan daripada alat 2
(equipment) jang ada.
Untuk membimbing usaha2 dilapangan Angkutan Darat, dalam waktu
jang singkat akan dibentuk Dewan Angkutan Darat.
Sekedar saja akan memberikan gambaran situasi dibidang perhu
bungan Darat ini.
Umum.
a. Unsur2 jang menetapkan kebidjaksanaan Angkutan Darat dan P.T.T.
ialah 1. pembangunan, 2. produksi, 3. perdagangan, 4. pertahanan
dan 5. pemerintahan (civil administration).
b. Dalam menjusun kebidjaksanaan diperhatikan pula segi 2 ekonomi,
politik, pertahanan dan sosial.
c. Kebidjaksanaankehidjaksanaan pokok ialah:
1. angkutan mempunjai fungsi sosial ekonomis;
2. pemerintah harus menguasai, mengatur dan mengawasi alat 2
angkutan, ruang angkutan dan fasilitet2nja;
3. „flexibility” dalam ruang angkutan hares didjamin;
4. perusahaan angkutan diselenggarakan setjara „bedrijfsekonomis.
d. Dalam pelaksanaannja:
1. djaring djalanan kereta api sementara tidak diperluas;
2. kereta api diberi prioritet dalam hal angkutan barang;
3. kereta api mengangkut penumpang hanja untuk djarak djauh;
4. angkutan didjalan (highway) diperluas mengingat sifatnja jang
„flexible” itu. Untuk mendjamin flexibility diidzinkan perusa
haan2 angkutan swasta.
§ 1766. Beberapa pendjelasan sekitar Djawatan Kereta Api.
a. Djawatan Kereta Api adalah perusahaan angkutan darat jang terbesar
sebagaimana dapat digambarkan dari angka 2 jang dibulatkan dibawah
ini:
1. djalan kereta api — 6.096 route kilometer,
6,274 track kilometer.
73% dari djalanan itu didapat di Djawa.
4038
2. investasi modal — Rp. 200 djuta.
3. ongkos exploitasi — Rp. 950 djuta/tahun.
4. ongkos pegawai — Rp. 500 djuta/tahun.
5. djumlah pegawai — 78.000 orang.
Sudah tentu masjarakat berhak untuk mengharapkan dajaangkutan
c.q. pelajananangkutan jang memuaskan. Karena berbagai sebab jang
bertalian dengan totalitet persoalan ekonomi, keuangan dan produksi,
hal jang diharapkan tadi sering tak tertjapai.
Departemen Perhubungan Darat & PTT tak akan berhenti pada
kenjataan2 tadi, tetapi akan terus menjelesaikan segala persoalan jang meng
halangi angkutan kereta api kearah tepat, aman, tjepat dan murah.
b. Daja angkutan.
Dajaangkutan DKA tergantung dari:
1.
tjarakerdja DKA jang masih dapat disempurnakan.
2.
keadaan dari materiil DKA jang kurang baik.
Dengan demikian dajaangkutan jang sekarang ada tidak dapat di
djadikan ukuran mutlak apalagi dianggap puntjak kemampuan DKA.
Namun, sebagai pegangan pada perhitungan2 dibidang dajaangkutan
DKA dapatlah dipakai angka2 bulat jang pernah ditjapai DKA pada tahun
1955:
1. angkutan barang (freight)setahun = 5½ djuta ton atau 900 djuta ton
kilometer
2. angkutan penumpang setahun = 140 djuta orang atau 5000 djuta
penumpang kilometer.
Disamping itu DKA mengangkut pula begasi, paket dan pos. Se
lain dengan keretaapi DKA menjelenggarakan pula angkutan dengan bis,
truck dan kapal tambangan (ferryboats).
c.
Kebutuhan angkutan.
Berkelebihan kiranja untuk menerangkan disini bahwa kebutuhan
akan akomodasiangkutan barang dan penumpang itu tergantung pada
perkembangan dibidang lain, sepertinja produksi, industrialisasi, urbani
sasi; taraf dan kebiasaan hidup dan seterusnja.
Kenjataan telah menundjukkan bahwa kebutuhan ini djauh melebihi
dajaangkutan DKA. Berapa kelebihan kebutuhan itu pada scat sekarang
ini belum dapat ditentukan dengan pasti, sebab pola pembagian tugas
angkutan dan lalulintas masih diatur.
Kenjataan lain pula adalah bahwa djurang antara dajaangkutan dan
kebutuhankebutuhan tadi makin lama makin lebar dan makin
dalam. Hal ini akan digambarkan dalam pasal „desintegrasi”.
d.
Desintegrasi.
Sebagai tjontoh dari salahsatu desintegrasi akan dikemukakan kea
daan bakal pelanting (rolling stock) DKA jang memiliki: 1050 lok. (122 diesel),
22651 gerobak dan 3435 kereta & bagasi. Lebih tua dari 30 tahun
ada 93% gerobak dan 79% kereta dan 60% lok.
Dengan materiil seperti diatas, dengan kesulitan mendatangkan spa
reparts, dan kesulitan bahankerdja, DKA menghadapi tunggakan dalam
4039
revisiperiodik bakal pelanting. Mengingat bahwa revisiperiodik dari
bakal pelanting itu adalah sjarat mutlak bagi keamanan tehnis dari pema
kaian kereta, gerobak dan lok, gedjalagedjala diatas terang menudju ke
suatu desintegrasi.
Membiarkan keadaan tersebut berarti dengan sadar menudju kelum
puhan ekonomi.
e. Tindakantindakan segera dan kebidjaksanaan pada djangka pendek.
Untuk mengatasi keadaan materiil jang digambarkan tadi Depar
temen Perhubungan Darat & PTT memusatkan tenaga dan uang jang
tersedia dalam djumlah jang sangat terbatas itu kepada:
1. menghilangkan tunggakan revisiperiodik bakalpelanting dan me
ngembalikan keamanantehnis;
2. mengganti materiil jang sudah usang dan membahajakan.
Untuk memenuhi program sandangpangan Pemerintah dan untuk
meringankan bahan angkutan maka DKA akan memusatkan daja
angkutannja pada angkutan barang. Angkutan penumpang sampai
djarak lebihkurang 200 km akan digeserkan ke angkutan bermotor.
f.
Kebidjaksanaan djangka pandjang.
Untuk menentukan kebutuhan akan akomodasiangkutan setjara
total dan untuk menentukan pembagian tugas kepada angkutan kereta
api, angkutan bermotor, dsb. perlu diadakan penelitian jang seksama.
Kebidjaksanaan djangka pandjang. akan tergantung dari hasil pe
nelitian atau „survey” itu. Tetapi dapatlah dibubuhkan disini bahwa
pada dasarnja angkutan didjalan raya mempunjai sifat „lebih
flexible” dari pada angkutan diatas rel.
§ 1767. Beberapa pendjelasan sekitar angkutanbermotor didja
lan raya.
a. Keadaan.
Tjatatan jang dapat dikumpulkan hingga kini menundjukkan pem
bagian keadaan dalam djumlah bulat sebagai berikut:
1, bis dan truk dengan dajaangkut sampai 2 ton
— 40.000 buah;
2. bis dan truk dengan dajaangkut lebih 2 ton
— 30.000 buah;
3. lainlainnja
— 80.000 buah;
Menurut taksiran usianja ada dari 45 kebawah dan 40% dari
kendaraan tsb. terutama 1 dan 2 dapat dianggap telah melam
paui batas usiaekonominja. Peremadjaan kendaraanbermotor se
mentara ini tidak berdjalan sebagaimana mestinja.
Untuk memelihara kendaraan bermotor jang masih effisien keadaan
nja dengan menitikberatkan pada „commercialvehicles” spareparts
jang harus diimpor akan berharga minimum 40 djuta US dollars
setahun.
b. Tindakan segera.
Mengusahakan pernasukan spareparts dengan tertib. Penertiban
dirasakan perlu sekali mengingat devisen jang terbatas dan untuk meng
hindari spekulasi.
4040
c. Pokokpokok kebidjaksanaan.
1. Rasionalisasi djenis dan ukuran kendaraanbermotor, standarisasi.
pabrikat kendaraanbermotor;
2. perioritet kepada pemasukan „commercialvehicles”;
3. Pelaksanaan rentjana pembuatan spareparts kendaraanbermotor di
Indonesia;
4. dieselisasi dari motormotor pada truk dan bis untuk penghematan
pemakaian bahanbakar, penurunan bahanbahan, ongkosongkos
eksploitasi dan pemeliharaan kendaraan bermotor;
5. penggeseran angkutan penumpang dari keretaapi kedjalan
raya.
6. koordinasi angkutan dengan memberi kesempatan fungsionil kepada
semua pesertapelaksana program sandangpangan dari Kabinet
Kerdja.
§ 1768. Dibidang perhubungan Laut djuga diadakan penertiban, re
tooling dan herordening beserta penambahan dan perbaikan dari pada
alatalat jang ada. Djuga untuk perhubungan Laut dalam waktu jang sing
kat akan dibentuk Dewan Angkutan Laut, jang rentjana peraturan Pre
sidennja telah diterima oleh Kabinet.
Dibidang ini kebidjaksanaan Pemerintah dalam rangka Ekonomi
Terpimpin pada garis besarnja adalah sebagai berikut:
§ 1769. PEMBAGIAN TUGAS OPERASL
a. Pelajaran samudera atau antarnegara diselenggarakan oleh usa
ha Pemerintah, partikulir nasional atau usaha tjampuran partikulir
dan Pemerintah dan djika perlu diperkenankan djuga kerdja sama de
ngan fihak asing.
b. Pelajaran interinsulair pokok diselenggarakan oleh perusahaan
pelajaran milik Negara ialah P.T. PELNI.
c. Pelajaran pantai/regional diselenggarakan oleh maskapaimas
kapai pelajaran regional nasional dibawah kekuasaan/pengawasan
Pemerintah Daerah Swatantra tingkat I dengan dibantu oleh Pelni.
Dengan ini diartikan, bahwa Pemerintah Daerah dan Pelni, djika diang
gap perlu, memiliki sahamsaham. Statutair harus ditetapkan adanja
komisaris Pemerintah dan Pelni dengan tugas tertentu. Pemerintah
Daerah menetapkan djumlahnja perusahaan pelajaran dalam
daerahnja. Dalam penetapan ini Pemerintah Daerah dibantu oleh
Departemen Perhubungan Laut dan PELNI.
Djika djumlah perusahaan pelajaran jang ada pada waktu ini mele
bihi djumlah jang ditetapkan, maka diadakan pergabungan dari be
berapa perusahaan pelajaran.
d. Pelajaran daerah (lokal) diselenggarakan oleh perusahaan pela
jaran swasta. jang diberi idzin usaha oleh Pemerintah Daerah Swa
tantra Tingkat I berdasarkan Peraturanperaturan Departemen Per
hubungan Laut.
Pada permulaan dinjatakan pembatasan:
1. Kemungkinan berlajar hanja dalam wilajah suatu daerah.
4041
2. Pada prinsipnja kapalkapal jang digunakan tidak boleh mele
bihi 100 BRT dengan tjatatan, bahwa untuk daerah lautan terten
tu dapat diberikan perketjualian oleh Departemen Perhubungan
Laut.
§ 1770. RUANGAN KAPAL.
Djumlah tenaga kapal jang berbendera Indonesia dan dalam char
ter oleh Perusahaanperusahaan pelajaran nasional masih djauh dari pada
mentjukupi. Maka dari itu masih perlu diusahakan penambahan tenaga
milik sendiri, ,dengan:
a. Pembikinap kapal barn didalam negeri,
b. Pembelian kapal asing baru atau „second hand”,
c. Men,,charter" kapalkapal berbendera asing.
Pelaksanaan hal tersebut diatas harus dilakukan setjara effisien mung
kin dan ditetapkan sebagai berikut:
1. Semua kapal sampai dengan 700 Dwt. harus dibikin dan dibeli dida
lam Negeri, angka mana dapat dipertinggi sesuai dengan kesanggupan
dan kemampuan galangangalangan kapal.
2. Semua pembelian kapal dari bar negeri untuk pelajaran dalam
negeri dilakukan hanja oleh Pemerintah dengan prosedur menurut
P.P No. 26/1958. Pembelian dari Luar Negeri untuk pelajaran
samudera oleh partikulir dapat dipertimbangkan setjara insidentil.
3. „Charterpurchase” jang sedang berdjalan serta diselenggarakan oleh
perusahaan pelajaran partikulir nasional diberi kemungkinan untuk
diaandjutkan. „Charterpurchase” jang belum ada realisasinja dihen
tikan.
§ 1771. PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL.
Sistim trajek serta peraturan perizinan perusahaan pelajaran sebagai
pelaksanaan P.P. No. 47/157 untuk menudju effisiensi dan penjesuaian
dengan kebidjaksanaan baru perlu ditindjau kembali dan dimana perlu
diadakan perobahan dalam P.P.nja sendiri.
Kapalkapal milik Negara seperti P.G.S.N., D.A.A.D. dan lain
lain diikutsertakan dalam pelaksanaan program pertama dari Kabinet
Kerdja.
Kapalkapal jang telah dipesan oleh Pemerintah dan sekarang sedang
dalam pembangunan akan dipergunakan oleh perusahaanperusahaan
pelajaran jang telah disesuaikan menurut ketentuan tersebut Ic, PELNI
dan DJAKARTA LLOYD.
Berhubung dengan persoalan kestabilan harga jang berhubungan
erat dengan naiknja produksi bahanbahan pokok didalam negeri dan
dengan lantjarnja djalan pengangkutan, maka disini diandjurkan beberapa
hal mengenai pengangkutan laut.
Pada waktu K.P.M. masih ada (tahun 1957), situasi
K.P.M.
96 kapal dengan 190.000 Bruto ton
PELNI
41 kapal dengan 60.000 Bruto ton
T o t a l 137 kapal dengan 250.000 Bruto ton
4042
Sesudah K.P.M. tidak ada, situasi 18 Nopember 1959:
Total armada Pantai + Samudera
milik nasional 169 kapal — 166.108 D.W.T.
charter
21 kapal — 116.097 D.W.T.
190 kapal — 282.205 D.W.T.
Milik Nasional (PELNI + Usaha Pelajaran Nasional Swasta) sekarang
mempunjai:
Pantai
163 kapal — 134.480
Samudera
6 kapal — 31.628 D.W.T.
Total
169 kapal 166.108 D.W.T.
Jang akan datang Gekontrakteerd:
Gekontrakteerd
97 kapal — 91.960 D.W.T. (achir tahun 1961)
Dalam pembitjaraan
27 kapal — 66.250 D.W.T.
234 kapal — 324.318 D.W.T. (achir 1961)
Sehingga pada achir 1961 diharapkan untuk:
pelajaran samudera
8 kapal =. 51.000 D.W.T.
pelajaran pantai interinsulair + regional 235 kapal = 273.000 D.W.T.
Kalau diambil sebagai pedoman volume perdagangan dalam negeri
antaralain tahun 1957 sebesar 6 djuta ton setahun, dan 600.000 ton.dari
padanja. diangkut dengan perahuperahu dan kapalkapal ketjil, maka
diperlukan tenaga kapal 360.000 D.W.T.
Jang akan diharapkan pada achir 1961 ada 273.000 D.W.T., sehingga
masih kekurangan 100.000 D.W.'I'., jang dapat dicharter.
Dibidang perhubungan Udara diadakan usahausaha untuk mener
tibkan dan memperbaiki hubungan' Udara. Dalam hal ini diterangkan,
bahwa pada umumnja djumlah pesawat udara adalah relatief. tjukup be
sar, sedangkan djumlah tenaga ahli (pilots dan lainlain tenaga tehnis)
masih kurang, *) sehingga jang sangat diperlukan ialah penambahan
tena
ga tehnis dan penambahan alatalat tehnis untuk penerbangan sipil.
*)Situasi sekarang adalah: Keadaan pada saat ini:
Armada
: 20 pesawat Dakota.
8 pesawat Convair 240
8 pesawat Convair 340
3 pesawat Convair 440
Disamping itu ada 13 pesawat De Havilland Heron
jang telah tidak dapat dipergunakan lagi dan ada dalam
proces pendjualan.
Awak pesawat : 105. penerbang
32 djuru radio udara.
16 djuru mesin udara
Ahli tehnik: ± 200 orang.
4043
Produksi rata2: terbang ratarata 2L djam/sehari pesawat.
2575351 ton km./bulan
28345 orang diangkut/bulan
390598 kg. barang/bulan
Djaringdjaring: tempattempat besar paling sedikit 1 kali sehari. Ke
luar Negeri sampai Bangkok, Manila, Singapore dan
Kuala Lumpur.
Sekianlah uraian saja tentang prinsipprinsip jang digunakan dalam
sistim distribusi sekarang ini Berta persoalanpersoalan jang bersangkut
paut dengan pekerdjaan distribusi itu. Pada umumnja distribusi tidak da
pat dilepaskan daripada segi empat: Produksi, Pembangunan, Keuangan
dan Distribusi.
Seperti ditiap usaha baik ketjil maupun besar djuga usaha distribusi
tergantung dari pada faktor: Barang; alat; dan manusia.
Pemerintah berusaha untuk memperbanjak barang dan memperbaiki
alat.
Tetapi sekalipun barang dan alat telah tersedia, basil pekerdjaan
tidak akan memuaskan djika manusia itu tidak mempunjai tjukup keah
lian untuk bekerdja dengan efficien dan djudjur beserta penuh semangat
perdjuangan menudju ke tertjapainja masjarakat „adil dan makmur”.
4044
Daftar perbandingan djumlah/banjaknja pedagang 2
ketjil
asing dan nasional diseluruh ,Indonesia.
Daerah K.P.D.N.
DAERAH LUAR DJAWA
1. Atjeh
2. Medan
3. Sibolga
4. Gunung Sitoli
5. Padang
6. Bengkalis
7. Pakan Baru
8. Rengat
9. Tandjung Pinang
10. Pangkal Pinang
11. Djambi
12. Palembang
13. Bengkulu
14. Telok Betung
15. Pontianak
16. Bandjarmasin
17. Samarinda
18. Menado
19. Gorontalo
20. Donggala
21. Makasar
22. BauBau
23. Ternate
24. Ambon
25. Tual
26. Denpasar
27. Mataram
28. Waingapu
29. Endo
30. Kupang
31. Bima
Djumlah
Asing
Dalam Luar
Kota
Kota
37
1.176
1.048
3.769
47
293
80
50
882
123
320
310
247
324
8.706
1.106
2
812
1.224
990
1.872
228
739
500
289
880
198
446
353
889
120
77
77
10.701
Nasional
Tjatatan
3.000
15.000
1.000
5.000
1.000
1.000
1.000
1.000
500
1.500
2.000
1.000
750
6.000
5.000
3.000
2.000
1.000
500
5.000
500
500
4.000
200
2.000
2.000
500
500
1.000
1.000
68.450
Dari asing be
lum ada angka
jang masuk
“
4045
Daerah K.P.D.N.
DI DJAWA
32. Serang
33. Bogor
34. Bandung
35. Purwakarta
36. Tjirebon
37. Pekalongan
38. Semarang
39. Pati
40. Purwokerto
41. Magelang
42. Jogjakarta
43. Madiun
44. Surakarta
45. Bodjonegoro
46. Kediri
47. Surabaja
48. Madura
49. Malang
50. Djembar
Djumlah
Djawa/Madura
Asing
Dalam
Kota
283
381
360
1.976
448
102
976
735
702
223
226
1.430
6.827
327
785
16.141
Djumlah
Luar
8.706
Djawa
Djumlah semua:
24.847
Nasional
Luar
Kota
(Taksiran)
67
1.000
472
826
641
84
545
401
183
277
517
24
202
161
118
651
1.428
89
155
2.347
9.188
Tjatatan
2.000
7.000
2.000
2.000
10.000
3.000
1.000
1.500
10.000
5.000
3.000
1.500
5.000
6.000
30.000
4.000
8.500
5.000
107.500
10.701
68.450
19.889 .175.950
Djakarta, 1 September 1959.
4046
BESARNJA OMZET DAN PROSENTASE PERUSAHAAN² ASING
PERDAGANGAN KETJIL DI INDONESIA
(Omzet Terhitung 1 djuta Rph)
Angka2 Sementara
Status 1 Djuni 1959
Golongan Bangsa
TIONGHOA
INDIA/PAKISTAN
BELANDA
INGGRIS/AMERIKA
DJERMAN/SWISS
EROPA LAINNJA
ASIA LAINNJA
IND./TIONGHOA
IND./ASING LAINNJA
LAINLAIN
DJAWA & MADURA
1955
%
1956
%
3.231
79.2
3.904
79,7
244
6,—
209
4,2
54
1,3
61
1,2
179
4,8
314
6,4
X
—
X
—
113
155
154
22
9
4.079
X=Angka² tidak tersedia
2,8
1,4
3,8
0,5
0,2
100
145
165
175
19
9
4.901
3,—
1,3
3,6
0,4
0,2
100
1955
1.196
122
—
186
—
X
6
5
86
3
1.604
OMZET JANG DIPERHITUNGKAN
SUMATERA
DAERAH LAINNJA
%
1956
%
1955
%
1956
%
74,6
1.405
65,9
612
91,9
571
85,3
7,6
159
7,5
6
0,9
7
0,9
—
—
—
—
—
—
—
22,—
469
22,—
43
6,5
104
13,2
0,3
—
—
—
0,4
3,7
0,2
X
6
9
80
3
2.131
0,3
0,4
3,7
0,2
100
—
5
X
—
—
666
0,7
—
100
—
5
X
—
—
787
0,6
100
BAGIAN RESEARCH & STATISTIK
DJUMLAH INDONESIA
1955
%
1956
%
5.039 79,4 5.980 76,5
372
4,3
375
4,8
54
0,8
61
0,8
426
8,3
887 11,3
—
—
113
66
159
108
12
6349
1,8
1,—
2,5
1,7
0,2
100
145
76
184
99
12
7.819
1,8
1,0
2,3
1,3
0,2
100
BESARNJA OMZET DAN PROSENTASE PERUSAHAAN ASING
PERGOLONGAN DI INDONESIA
(Omzet Terhitung 1 djuta Rph)
Angka² Sementara
Status 1 Djuni 1959
DJUMLAH
PERDAGANGAN
BESAR
1955
1956
PERDAGANGAN
MENENGAH
1955
1956
PERDAGANGAN
KETJIL
1955
1956
1955
1956
DJAWA & MADURA
10.519
10.403
12.951
14.464
4.079
4.091
27.549
29.768
SUMATERA
29.201
30.147
12.773
13.321
1.604
2.131
43.878
45.599
DAERAH LAINNYA
2.252
1.800
1.637 1.754
666
787
4.555
4.341
DJUMLAH INDONESIA
42.272
42.350
27.361
29.539
6.249
7.819
75.982
79.708
55,6%
53,1%
37,1%
37,1%
8,4%
9,8%
100%
100%
BESARNJA OMZET DAN PKOSENTASE. PERUSAHAAN2 ASING PER GOLONGAN DI INDONESIA
(Terhitung 1 Djuta Rph)
Angka2 Sementara Status: 1 Djuni 1959
__Ina./Astng Wnnja (308) —
BESARNJA OMZET DAN PKOSENTASE. PERUSAHAAN2 ASING PER GOLONGAN DI INDONESIA
(Terhitung 1 Djuta Rph)
Angka2 Sementara Status: 1 Djuni 1959
__Ina./Astng Wnnja (308) —
§ 1747. PIDATO J.M. MENTERI INTI DISTRIBUSI DIHADAPAN DEWAN
PERANTJANG NASIONAL
Dewasa ini, Pemerintah melandaskan kegiatankegiatan dilapangan
perekonomian atas prinsip ekonomi terpimpin.
Pasal 33, UNDANGUNDANG DASAR KITA, merupakan dasar
juridis bagi pelaksanaan ekonomi terpimpin, dan berbunji sebagai berikut:
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan.
b. Tjabangtjabang produksi jang penting bagi Negara dan jang mengua
sai hadjat hidup orang banjak dikuasai oleh Negara.
c. Bumi dan air dan kekajaan alam jang terkandqng didalamnja dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran
rakjat.
MANIFESTO POLITIK jang diutjapkan oleh P.J.M. Presiden
Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1959 adalah suatu pernjataan dari pada
dasar politis bagi pelaksanaan ekonomi terpimpin.
Disitu dinjatakan, bahwa:
„Penemuan Kembali Revolusi Rita”, Kern. Penerangan halaman:
24, 25, 26, 27, 29 dan 38.
a. Alatalat produksi dan distribusi harus diretool.
b. Semua alatalat vital dalam produksi dan distribusi harus dikuasai
atau sedikitnja diawasi oleh Pemerintah.
c. Badanbadan ekonomi harus diretool.
d. Segala tenaga dan segala modal jang terbukti progressif akan kita adjak
dan akan kita ikutsertakan dalam pembangunan Indonesia. Djadi
djuga tenaga dan modal bukan asli jang sudah menetap di Indonesia
dan jang menjetudjui, lagi pula sanggup membantu terlaksananja
program Kabinet Kerdja, akan mendapat tempat dan kesempatan
jang wadjar dalam usahausaha kita untuk memperbesar produksi
dilapangan perindustrian dan pertanian.
„Funds and forces” bukanasli itu dapat disalurkan kearah pemba
ngunan Perindustrian, misalnja dalam sektor industri menengah, jang
masih terbuka bagi inisiatip partikelir.
e. Kita harus mengadakan ordening dan herordening total.
Herordening ekonomis bermaksud agar supaja seluruh susunan ekonomi
nasional didjadikan pantjatan kearah ekonomi „adil dan makmur”, jang
akan direalisasikan kelak. Didalam herordening ekonomi
ini, maka kehidupan ekonomis bangsa sudah akan dipimpin, ekonomi
bangsa didjadikan ekonomi terpimpin.
f. Modal asing bukan Belanda harus mentaati ketentuanketentuan Re
publik.
Pada umumnja ekonomi terpimpin adalah lawan dari pada ekono
mi liberal, jang sembojannja „laisezfaire” telah terkenal itu. Dalam alam "
ekonomi liberal, Pemerintah bukannja sadja dikehendaki supaja djangan
4030
tjampur tangan dalam segalaurusan perekonomian, melainkan djuga di
kehendaki supaja. Mendjauhkan diri dari bidang tersebut. Dengan de
mikian, maka kegiatankegiatan perseorangan disegala bidang ekonomi
mendapat tempat utama. Oleh karena dalam suatu masjarakat selalu ter
dapat kekuatan ekonomis jang tidak seimbang, baik antara pengusaha dan
buruh, atau produsen dan konsumen, maupun antara produsen dan pro
dusen, serta antara konsumen dan konsumen, maka dalam iklim ekonomi
liberal, fihak jang ekohomis lemah senantiasa dirugikan; sebaliknja,
fihak jang ekonomis kuat selalu dapat memperoleh keuntungan se
besarbesarnja. Djadi, oleh sebab itu, maka ekonomi liberal tidak akan
berhasil mendatangkan kemakmuran jang adil dan merata bagi segenap
lapisan masjarakat.
Dengan ekonomi terpimpin berlainan halnja. Dalam rangka ekonomi
terpimpin, Pemerintah wadjib menguasai, sedikitnja mengawasi
dan mengatur setjara aktip bidang ekonomi pada umumnja, dan
sektorsektor ekonomi jang penting bagi Negara dan jang mengua
sai hadjat hidup orang banjak pada chususnja. Dengan demikian,
maka kegiatankegiatan Pemerintah dibidang ekonomi pada umumnja
mendapat tempat utama. Oleh karena maksud dari Pemerintah ialah su
paja seluruh susunan ekonomi nasional didjadikan pantjatan kearah ekono
mi „adil dan makmur”, maka fihak jang ekonomis lemah akan tidak lagi
senantiasa dirugikan; sebaliknja fihak jang ekonomis kuat akan ti
dak lagi diberi kesempatan untuk menggaruk kekajaan 'ten koste'
daripada umum.
§ 1748. Ekonomi terpimpin ini sedang dan akan direalisasikan baik di
lapanganlapangan moneter, produksi, pembangunan dan distribusi.
Dilapangan moneter, kebidjaksanaan Pemerintah dalam mendjalan
kan politik perkreditan njata dapat dilihat dari segala pengumuman
pengumurnan paPOK, suatu badan jang chusus ditugaskan untuk me
nampung dan memutuskan segala akibat jang disebabkan karena tindakan
moneter pada 25 Agustus 1959, dimana kegiatan ekonomi dengan
tegas sematamata hendak ditudjukan ke sektorsektor produksi,
distribusi dan eksporimpor. Disamping itu, Pemerintah tegastegas
hendak menggiatkan dan memperbesar pengaruh bank dalam eko
nomi Indonesia, untuk mempermudah Pemerintah dalam mengendali
kan djalannja perkreditan (anus ruang). „Nota Keuangan Negara” 1960,
halaman I/3.
Berhubung dengan Ekonomi Terpimpin ini adalah suatu pertanjaan
jang mendjadi pokok persoalan ialah: ,,sampai berapa djauh Pemerintah
memberikan kesempatan kepada usahausaha swasta chususnja dilapangan
produksi, pembangunan (industri) dan distribusi. Didalam Nota Keuangan
1960 pun Pemerintah telah memberikan antjerantjer mengenai hal ini
untuk bidang industri, perdagangan (impor dan ekspor), perhubungan
Laut dan Darat.
Sebentar saja akan uraikan sedikit tentang hal ini dibidang distribusi.
Dalam iklim ekonomi terpimpin, lapangan saja jaitu lapangan Dis
tribusi mempunjai peranan penting sekali dalam perkembangan pereko
nomian Negara. Peranan tersebut lebihlebih njata pentingnja berhubung
4031
dengan program pertama dari Pemerintah, jakni: „memperlengkapi san
dangpan.gan rakjat dalam waktu sesingkatsingkatnja”.
§ 1749. Untuk dapat merealisasikan program tersebut, maka Peme
rintah telah dan akan menguaaai setidaktidaknja mengawasi dan
mengatur setjara aktip bidang Distribusi, agar pembagian barang
barang vitaal jaitu bahanhahan pokok untuk keperluan hidup seharihari
dapat dilaksan.akan dengan seadiladilnja dan untuk produksi dengan
sebaikbaiknja.
Barangbarang jang sangat diperlukan dan jang harus didistribusikan,
setjara simplistic, dapat dibagi atas:
a. Bahanhahan pokok untuk memenuhi kehidupan rakjat seharihari dan
b. Bahanbahan lainnja jang djuga diperlukan untuk kelantjaran pere
konomian rakjat.
Sudah terang bahanbahan jang dimaksud belakangan ini, mempu
njai hubungan jang erat dengan bahanbahan jang dimaksud terlebih
dahulu.
Pertamatama akan kami tindjau keadaan bahanbahan pokok pada
umumnja.
a. Bahanbahan pokok.
Bahanbahan pokok jang dimaksudkan disini ialah:
1. Beras; 2. Gula; 3. Garam; 4. Tekstil kasar; 5. Terigu; 6. Minjak
kelapa 7. Minjak tanah; dan 8. Ikan asin.
§ 1750. Beras.
Produksi beras adalah sekitar 8, 1/8,2 djuta ton ditambah dengan
import sebanjak lebih dari 800 ribu ton setahunnja. Djadi, mengingat
kwantumnja produksi + impor berdjumlah sekitar 8,9/9 djuta ton, maka
setjara teoritis orang Indonesia dalam tahun 1959 ini sudah dapat meng
konsumir lebih dari 100 kg beras per djiwa setahunnja.
Apabila pada angka tersebut ditambahkan basil produksi polowidjo,
ialah: djagung 2,7 djuta ton equivalent beras, ketela, 4,4 djuta ton equi
valent beras, jang merupakan kirakira 80 kg polowidjo equivalent
beras per djiwa per tahun, maka konsumsi per djiwa per tahun
akan makanan pokok tersebut mendjadi disekitar 180 kg equivalent
beras, ja'ni + 100 kg beras + 80 kg polowidjo equivalent beras. Dengan
demikian, maka angka tersebut sudah melebihi angka jang ditetapkan oleh
Lembaga Makanan Rakjat; Lembaga ini menetapkan 160 kg equivalent
beras (90 kg beras F 70 kg polowidjo) sebagai „Standaard Quantum”.
Kalau 100 kg beras pertahun per djiwa diambil sebagai pedoman
dalam produksi beras dalam negeri, maka pada waktu sekarang negeri
kita masih harus mengimpor 10% dari totale produksi beras. Djadi kita
belum selfsupporting dalam hal beras; sudah dalam hal polowidjo.
Untuk 800 ribu ton beras Pemerintah harus mengeluarkan kurang
lebih 100 djuta US dollar plus subsidi dalam rupiah sebesar kurang lebih
1,2 miljard rupiah, karena harga beras jang didatangkan dari luar negeri
adalah lebih tinggi dari pada harga beras J.U.B.M.
4032
§ 1751. Gula.
Produksi gula adalah 840.000 ton, sedang konsumsinja adalah
sekitar 700.000 ton (termasuk untuk stock sebesar 50.000 ton), dan si
sanja diekspor.
(untuk angka konsumsi per djiwa per hari diambil 35 gr).
§ 1752. Garam.
Produksi garam adalah 300.000 ton setahunnja; konsumsi berkisar
antara 225.000 — 250.000 ton setiap tahun (dalam angka tersebut sudah
dihitung pemakaian garam untuk industri).
(Konsumsi garam per djiwa/bulan ditetapkan 250 gr)
§ 1753.. Tekstil kasar.
Apabila dianggap untuk memenuhi kebutuhan per djiwa per tahun
10 meter,. maka akan kita perlukan mengimpor tekstil (ready) sebanjak
500 a 600 djuta meter setahunnja, sedang kekurangannja akan harus
ditutup oleh hasil produksi dalam negeri sebanjak 200 sampai 300
djuta meter tiap tahun, jang bahan kapas dan benang tenunnja untuk
lebih dari 90% hares datang dari Luar Negeri.
Berdasarkan perhitungan kurs lama US. $ = Rp. 11.40, impor tek
stil sebanjak tersebut diatas tadi, memerlukan 1,25 miljard rupiah (dalam
kurs baru harus diempat kalikan);
sedang produksi dalam negeri berasal dari pengerdjaan benang tenun jang
djuga diimpor menelan ongkos kurang lebih 1 miljard rupiah.
Dewasa ini, impor „gerede textiel” + benang tenun + kapas ditam
bah dengan „finished goods” dalam negeri hanja dapat mentjukupi 5
sampai 6 meter per djiwa per tahun;
angka ini adalah sangat rendah dan oleh karenanja perlu mendapat per
hatian istimewa.
§ 1754. Terigu.
Kwantum terigu jang hares diimpor adalah 120.000 ton dan ini
sudah boleh dianggap tjukup untuk memenuhi kebutuhan.
§ 1755. Minjak kelapa (jang berasal dari kopra).
Produksi kopra adalah 720;000 ton setahunnja, sedang konsum
si dalam negeri 420.000 ton; sisanja diekspor.
(Kebutuhan akan minjak kelapa per djiwa per tahun adalah 5 kg.
menurut tjatatan F.A.O.)
§ 1756. Minjak tanah.
Produksi minjak bumi adalah 16 djuta ton setahunnja, sedang da
lam negeri mengkonsumir sebesar 3 djuta ton, djadi kira2 20% dari.
.djumlah produksi. Konsumsi. ini tiap tahun bertambah dengan ,10%;
djadi untuk menghitung termijn kwantum kerosin jang sekarang berdjum
lah 1,2 djuta kg ton, seharusnja ditambah dengan 10%. Tetapi kini ter
njata, bahwa konsumsi dalam tahun ini (sampai saat ini) masih sama
dengan konsumsi dalam bulan Djuli tahun 1958.
Soal produksi, distribusi dan harga sedang dalam penjelesaian.
4033
§ 1757. Ikan asin.
Atas dasar angka2 1957 impor ikan asin berdjumlah kurang le
bih 28.000 ton setahun,jang berarti kira2 70 djuta rupiah.
Persediaan produksi animale proteinen (jang berasal dari daging,
ikan, telor, dll) ditambah dengan impor berdjumlah seluruhnja 315.000
ton. Ind berarti bahwa tersedia 10.1 gr animale protein per djiwa
setiap hari, SEDANG ANGI{A TERSEBUT SEHARUSNJA 15,6
gr; dengan demikian produksi animale proteinen, termasuk ikan asin ma
sih kurang.Lagi pula kenjataan adalah bahwa rata 2 tiap orang hanja me
makai 4 gr protein hewani per hard. Bagaimanapun untuk memenuhi
keperluan 15 gr. protein hewani sehari per capita atas dasar tahun 1957,
masih diperlukan 150.000 ton protein ialah kira2 same dengan 500.000 ton
ikan atau daging.
Djadi dilihat dari sudut konsumsi, maka kebutuhan bahan pokok
tersebut diatas pada umumnja dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri
impor, ketjuali tekstil jang agak kurang.
Berhuhung dengan besarnja kwanta impor dari beras, tekstil dan
ikan (asin) maka produksi dalam negeri dari bahan 2 pokok tersebut per
lu sekali distimulir. (Slogan B.T,I.)
§ 1758. b. Selain dari bahan2 tersebut diatas, diperlukan djuga bahan2
lain jang biasanja dimasukkan dalam Rentjana Impor, chusus jang berhu
bungan langsung dengan distribusi, ja'ni jang diperlukan untuk pelan
tjar perhubungan2 Laut, Darat serta Udara dan untuk memperlan
tjar perindustrian pada umumnja.
Sekarang kita akan tindjau flow dari barang2 dan faktor2 jang
mempengaruhi kelantjaran distribusi.
1. Jang panting sekali sekarang ini, ialah bahwa barangbarang
itu harus mengalir setjara continu. Dan continu flow of goods ini
dapat dilaksanakan, kalau ada pada kita suatu apparatur jang tjukup
baik.
Dalam hal ini, dapat diterangkan, bahwa masih ada banjak keku
rangan dalam apparatur distribusi ini, jang terdapat dipelbagai lapang
an angkutan, baik Laut, Daratan, maupun Udara.
Sekalipun barang2 jang diperlukan ada tjukup djumlahnja, namun
kalau perhubungan tidak baik, maka distribusi sudah barang tentu djuga
tidak akan berdjalan lantjar.
2. Sistim distribusi jang sedjak beberapa tahun berdjalan, sebe
narnja didasarkan atas prinsip2 liberalekonomis. Dengan demikian, maka
personil jang „menghandle” distribusiapparat itu, mempunjai. djalan
fikiran jang sesuai dengan prinsip2 liberal ekonomis tadi.
Oleh karena itu, maka dalarrI keadaan dimana terdapat „hot money”
jang sangat besar djumlahnja, kepada pemegang „hot money” ini diberi
kan kesempatan sebesarbesarnja untuk bergerak dengan leluasa, djuga
dilapangan distribusi, sehingga menimliulkan pelbagai manipulasi di
lapangan perdagangan dengan segala akibat jang buruk seperti kita
alami.
Berhuhung dengan apa jang dimadjukar tadi, maka jang diperlukan
sekali ialah:
4034
(a) perbaikan dan penertiban dilapangan pengangkutan baik di Laut,
Darat, maupun di Udara; jang sekalian merupakan tulangpunggung
dari tiap usaha distribusi.
(b) Indonesianisasi (lihat lampiran) Usaha2 perdagangan pada umum
nja karena seperti diketahui usaha2 perdagangan besar, menengah
dan etjeran, berada dalam tangan bangsa asing.
(c) merobah sistim distribusi jang lama dan mendasarkannja
atas PRINSIP sosialisasi, jakni supaja lebih banjak bahan pokok
berada didalam tangan dan pengawasan Pemerintah, dengan
maksud agar tertjapai penjebarannja jang seadiladilnja. Ben
tuk Organisasi jang sebaikbaiknja untuk mentjapai tudjuan itu ada
lah Koperasi.
§ 1759. Berhubung dengan apa jang dimadjukan diatas, maka telah
diputuskan:
a.
Beberapa bahan impor jang penting (tekstil, benang tenun,
kapas, terigu, kertas, semen, besi beton dan binddraad, tinplate, guni dan
tali guni, serta cambriks, tjengkeh dan pupuk) diselenggarakan oleh Pe
merintah dengan saluran P.T.P.T. Negara, dan saluran 2 distribusi se
terusnja diselenggarakan sedemikian rupa hingga memperpendek dja
lan distribusi dan menghindarkan kemungkinan2 untuk manipulasi.
Sistim penjaluran dari pada barang2 impor penting ini sedang dalam ta
raf pelaksanaan.
Lambatlaun djuga dilapangan ekspor digunakan prinsip sosialisasi.
§ 1760. b. Baban pokok jang tadi disebutkan itu seperti beras dan
lainlainnja, lambatlaun diurus dan diatur oleh Pemerintah sebagai be
rikut:
Beras — J.U.B.M. (tetap G. to G.)
gula
— Departemen Perdagangan.
garam — P.G.S.N./Departemen Perdagangan.
tekstil — Dep. Perdagangan/Dep: Perindustrian.
terigu — Dep. Perdagangan.
Djadi jang sudah lengkap ada didalam tangan Pemerintah ialah:
beras, gala, garam, tekstil dan terigu; sedang diusahakan supaja berada
didalam tangan Pemerintah ialah: Kopra (minjak kelapa) dengan kan
tor kopra sebagai handling agent dari Departemen Perdagangan. Me
ngenai minjak tanah (bensin dan lain basil minjak bumf) kini sedang
dalam taraf pembitjaraan (handling agent dari Pemerintah adalah: Kantor
minjak), ikan asin adalah produksi spesial, jang memerlukan penindjauan
lebih djauh. Bagi pengangkutan terutama pengangkutan Darat, Pemerin
tah menguasai impor dan distribusi spareparts.
§ 1761. c. Dalam sistim distribusi jang baru, bentuk Organisasi jang
sebaikbaiknja adalah Koperasi. Hal ini sangat perlu djuga berhubung
dengan pengumuman Pemerintah No. 1, tertanggal 2 September 1959
tentang pelaksanaan dari pada pengumuman Menteri Perdagangan ter
tanggal 15 Mei 1959 dan P.P. No. 10 tahun 1959 mengenai toko 2/warung2
etjeran bangsa asing diluar. ibukota_ daerah tinggkat I dan II serta Kare
4035
sidenan. Selain dari itu, hal ini perlu sekali, berhubung dengan pertim
banganpertimbangan daripada Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan
UndangUndang Koperasi jang telah dikeluarkan pada tanggal 27 No
pember 1959.
Pertimban.ganpertimbangan ini berbunji:
1. bahwa perlu menjesuaikan fungsi Koperasi sehagaimana dalam pokok 2
nja diatur dalam Undangundang Koperasi dengan djiwa dan se
mangat Undangundang Dasar 1945 dan Manifesto Presiden Repu
blik Indonesia tgl. 17 Agustus 1959, dimana Koperasi harus diberi
peranan sedemikian rupa sehingga gerakan serta penjelenggaraannja
benarbenar dapat merupakan:
(a) alat untuk melaksanakan Iskonomi Terpimpin jang berdasarkan
sosialisme Indonesia,
(b) sendi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia;
(c) dasar untuk mengatur perekonomian. rakjat guna mentjapai taraf
hidup jang lajak dalam susunan masjarakat adil dan makmur
jang demokratis.
2. bahwa Pemerintah wadjib mengambil sikap jang aktip. dalam mem
bina gerakan Koperasi berdasarkan azas2 Demokrasi Terpimpin.
3. bahwa perlu diadakan Peraturan Pemerintah untuk menjesuaikan
pelaksanaan Undangundang Dasar 1945 dan Manifesto Presiden
Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1959 untuk menumbuhkan,
m.endorong, membimbing, melindungi dan mengawasi perkembangan
gerakan Koperasi, sehingga terdjamin, terpelihara dan terpupuknja
dinamika haik dikalangan masjarakat sendiri maupun dalam kalangan
petugas negara, serta terselenggaranja Koperasi setjara serentak,
intensip berentjana dan terpimpin.
Dalam waktu jang singkat akan diadakan — telah dimulai dibebera
pa tempat di Djawal3arat dan DjawaTengah dan sedikit hari lagi di Dja
karta — tokotoko SandangPangan bagi Pegawai negeri dan bagi
chalajak ramai; umpamanja para pegawai negeri dapat memperoleh
bahanbahan pokok tersebut tadi dengan harga jang ditentukan oleh
Pemerintah; dengan demikian tokotoko SandangPan.gan ini bisa berlaku
sebagai priceleaders.
§ 1762. Dalam rangka Ekonomi 'Terpimpin, Pemerintah harus her
tindak dalam lapangan harga.
Tudjuan pengendalian harga dengan menetapkan harga maksimum
daripada barang, djasa dan sewa ialah:
a. untuk kepentingan konsumen agar mereka tidak membajar harga ba
rang, djasa dan serta terlampau tinggi;
b. untuk kepentingan produsen, mengingat kontinuitet perusahaan;
c. untuk mentjapai keadaan tenang dilapangan harga. Dapat dipisahkan
disini 2 matjam penetapan harga barangbarang;
1. untuk barangbarang impor;
2. untuk barangbarang bikinan dalam negeri.
4036
1.
Penetapan harga barang impor.
Dipakai disini sistim „kalkulasischema”. Oleh karena faktorfaktor
jang diperhitungkan diluar negeri tidak dapat dipengaruhi, maka se
bagai dasar dipakai „landed cost” ditambah dengan marge keuntung
an bagai rantairantai perdagangan.
2. Penetapan harga barang bikinan dalam negeri.
Disini dipakai sistim pemberian „keuntungan jang lajak bagi pengu
saha” diatas biaja pokok daripada barang jang bersangkutan
Pada penetapart harga barangbarang bikinan dalam begeri didjalan
kan sistim „voor dan nacalculatie” dan pula sebagian terbesar berlaku
untuk pabrikpabrik jang besar jang dapat mempengaruhi harga ba
rangbarang sematjam itu (priceleaders).
Berhubung dengan persoalan pemberian kesempatan kepada usaha
usaha swasta dibidang perdagangan dalam rangka ekonomi terpimpin,
maka dilapangan ekspor — impor, Pemerintah sambil menunggu hasil
pekerdjaan Depernas — menjatakan dalam Nota Keuangan bagianbagian
mana, jang masih terbuka bagi usaha2 swasta.
Antara lain tindakantindakan tersebut ialah:
§ 1763. Menertibkan djalannja Ekspor sebagai berikut:
a. Bahanbahan/barangbarang jang dihasilkan oleh Negara, dieks
por sendiri oleh Badan badan jang dibentuk dan/atau ditundjuk
oleh Negara;
b. Produsenprodusen besar bukan Pemerintah, diandjurkan sedapat
mungkin mengekspor bahan2/barang2 produksinja sendiri. Apabila
diinginkan dapat bahan2/barang2 produksi itu diserahkan ekspornja
kepada P.T. P.T. Negara dan/atau eksportir swasta lainnja;
c. Hasilhasil bumi lainnja diserahkan ekspornja kepada PT PT Ne gara
dan eksportir swasta lainnja,
§ 1764. Menertibkan tjaratjara perdagangan lokal dan sedapat mung
kin memperpendek rangkaian perdagangan antara produsen dan eks
portir, dengan maksud mendjaga mutu bahan/barang jang diekspor dan
menghilangkan tindakantindakan spekulasi.
Tjaratjaranja untuk menjehatkan perdagangan ini ialah:
a. membentuk perserikatan2 eksportir swasta untuk satu djenis atau
gabungan djenis2 bahan/barang ekspor; misalnja: perserikatan eks
portir karet, kopi dan sebagainja. Pimpinan dari perserikatan 2 ini di
tundjuk oleh Pemerintah dan policy serta pengawasan Pemerintah .
dilakukan melalui pimpinan2 itu;
b.' mengadakan suatu „richtprijsstop” mengenai harga bahan2/barang2
ekspor didalam negeri. „Richtprijsstop” ini disesuaikan dengan har
ga bahan2/barang2 ekspor itu dipasaran luar negeri, sehingga dengan
demikian dapat dihindarkan adanja „disparitet ” harga dan spekulasi
dapat dihilangkan atau setidaktidaknja dikurangi;
c. Jang ditundjuk untuk menghantir „Richtprijsstop” tersebut diatas
adalah makelar2 jang disumpah dan diangkat oleh Pemerintah.
Dalam bidang Impor diambil tindakan2 sebagai berikut:
4037
a. Bahan2/barang2 jang sapgat penting dan vital, dimana termasuk ba
han2 untuk sandang dan pangan, impornja ditugaskan kepada PT PT
Negara;
b. Bahan2/barang2 lain impornja ditugaskan kepada importir 2 swasta dan
PT PT Negara.
Dalam rangka Ekonomi Terpimpin maka adalah suatu keharusan,
bahwa barang2/bahan2 pokok terutama dibidang sandang dan pangan ha
rus dikuasai impornja oleh Pemerintah untuk mendjamin tjukupnja per
sediaan dan continuitet flow of goods ini. Walaupun dalam rangka policy
impor. sekarang semua barang2/bahan2 jang diimpor mempunjai sifat2 vital
untuk kelangsungan produksi didalam Negeri, namun sebagian impor dari
barang2 ini kemudian masih dapat dipertjajakan pada importirimportir
swasta.
§ 1765. Dibidang perhubungan Darat, diusahakan penertihan retoo
ling dan herorderning beserta penambahan dan perbaikan daripada alat 2
(equipment) jang ada.
Untuk membimbing usaha2 dilapangan Angkutan Darat, dalam waktu
jang singkat akan dibentuk Dewan Angkutan Darat.
Sekedar saja akan memberikan gambaran situasi dibidang perhu
bungan Darat ini.
Umum.
a. Unsur2 jang menetapkan kebidjaksanaan Angkutan Darat dan P.T.T.
ialah 1. pembangunan, 2. produksi, 3. perdagangan, 4. pertahanan
dan 5. pemerintahan (civil administration).
b. Dalam menjusun kebidjaksanaan diperhatikan pula segi 2 ekonomi,
politik, pertahanan dan sosial.
c. Kebidjaksanaankehidjaksanaan pokok ialah:
1. angkutan mempunjai fungsi sosial ekonomis;
2. pemerintah harus menguasai, mengatur dan mengawasi alat 2
angkutan, ruang angkutan dan fasilitet2nja;
3. „flexibility” dalam ruang angkutan hares didjamin;
4. perusahaan angkutan diselenggarakan setjara „bedrijfsekonomis.
d. Dalam pelaksanaannja:
1. djaring djalanan kereta api sementara tidak diperluas;
2. kereta api diberi prioritet dalam hal angkutan barang;
3. kereta api mengangkut penumpang hanja untuk djarak djauh;
4. angkutan didjalan (highway) diperluas mengingat sifatnja jang
„flexible” itu. Untuk mendjamin flexibility diidzinkan perusa
haan2 angkutan swasta.
§ 1766. Beberapa pendjelasan sekitar Djawatan Kereta Api.
a. Djawatan Kereta Api adalah perusahaan angkutan darat jang terbesar
sebagaimana dapat digambarkan dari angka 2 jang dibulatkan dibawah
ini:
1. djalan kereta api — 6.096 route kilometer,
6,274 track kilometer.
73% dari djalanan itu didapat di Djawa.
4038
2. investasi modal — Rp. 200 djuta.
3. ongkos exploitasi — Rp. 950 djuta/tahun.
4. ongkos pegawai — Rp. 500 djuta/tahun.
5. djumlah pegawai — 78.000 orang.
Sudah tentu masjarakat berhak untuk mengharapkan dajaangkutan
c.q. pelajananangkutan jang memuaskan. Karena berbagai sebab jang
bertalian dengan totalitet persoalan ekonomi, keuangan dan produksi,
hal jang diharapkan tadi sering tak tertjapai.
Departemen Perhubungan Darat & PTT tak akan berhenti pada
kenjataan2 tadi, tetapi akan terus menjelesaikan segala persoalan jang meng
halangi angkutan kereta api kearah tepat, aman, tjepat dan murah.
b. Daja angkutan.
Dajaangkutan DKA tergantung dari:
1.
tjarakerdja DKA jang masih dapat disempurnakan.
2.
keadaan dari materiil DKA jang kurang baik.
Dengan demikian dajaangkutan jang sekarang ada tidak dapat di
djadikan ukuran mutlak apalagi dianggap puntjak kemampuan DKA.
Namun, sebagai pegangan pada perhitungan2 dibidang dajaangkutan
DKA dapatlah dipakai angka2 bulat jang pernah ditjapai DKA pada tahun
1955:
1. angkutan barang (freight)setahun = 5½ djuta ton atau 900 djuta ton
kilometer
2. angkutan penumpang setahun = 140 djuta orang atau 5000 djuta
penumpang kilometer.
Disamping itu DKA mengangkut pula begasi, paket dan pos. Se
lain dengan keretaapi DKA menjelenggarakan pula angkutan dengan bis,
truck dan kapal tambangan (ferryboats).
c.
Kebutuhan angkutan.
Berkelebihan kiranja untuk menerangkan disini bahwa kebutuhan
akan akomodasiangkutan barang dan penumpang itu tergantung pada
perkembangan dibidang lain, sepertinja produksi, industrialisasi, urbani
sasi; taraf dan kebiasaan hidup dan seterusnja.
Kenjataan telah menundjukkan bahwa kebutuhan ini djauh melebihi
dajaangkutan DKA. Berapa kelebihan kebutuhan itu pada scat sekarang
ini belum dapat ditentukan dengan pasti, sebab pola pembagian tugas
angkutan dan lalulintas masih diatur.
Kenjataan lain pula adalah bahwa djurang antara dajaangkutan dan
kebutuhankebutuhan tadi makin lama makin lebar dan makin
dalam. Hal ini akan digambarkan dalam pasal „desintegrasi”.
d.
Desintegrasi.
Sebagai tjontoh dari salahsatu desintegrasi akan dikemukakan kea
daan bakal pelanting (rolling stock) DKA jang memiliki: 1050 lok. (122 diesel),
22651 gerobak dan 3435 kereta & bagasi. Lebih tua dari 30 tahun
ada 93% gerobak dan 79% kereta dan 60% lok.
Dengan materiil seperti diatas, dengan kesulitan mendatangkan spa
reparts, dan kesulitan bahankerdja, DKA menghadapi tunggakan dalam
4039
revisiperiodik bakal pelanting. Mengingat bahwa revisiperiodik dari
bakal pelanting itu adalah sjarat mutlak bagi keamanan tehnis dari pema
kaian kereta, gerobak dan lok, gedjalagedjala diatas terang menudju ke
suatu desintegrasi.
Membiarkan keadaan tersebut berarti dengan sadar menudju kelum
puhan ekonomi.
e. Tindakantindakan segera dan kebidjaksanaan pada djangka pendek.
Untuk mengatasi keadaan materiil jang digambarkan tadi Depar
temen Perhubungan Darat & PTT memusatkan tenaga dan uang jang
tersedia dalam djumlah jang sangat terbatas itu kepada:
1. menghilangkan tunggakan revisiperiodik bakalpelanting dan me
ngembalikan keamanantehnis;
2. mengganti materiil jang sudah usang dan membahajakan.
Untuk memenuhi program sandangpangan Pemerintah dan untuk
meringankan bahan angkutan maka DKA akan memusatkan daja
angkutannja pada angkutan barang. Angkutan penumpang sampai
djarak lebihkurang 200 km akan digeserkan ke angkutan bermotor.
f.
Kebidjaksanaan djangka pandjang.
Untuk menentukan kebutuhan akan akomodasiangkutan setjara
total dan untuk menentukan pembagian tugas kepada angkutan kereta
api, angkutan bermotor, dsb. perlu diadakan penelitian jang seksama.
Kebidjaksanaan djangka pandjang. akan tergantung dari hasil pe
nelitian atau „survey” itu. Tetapi dapatlah dibubuhkan disini bahwa
pada dasarnja angkutan didjalan raya mempunjai sifat „lebih
flexible” dari pada angkutan diatas rel.
§ 1767. Beberapa pendjelasan sekitar angkutanbermotor didja
lan raya.
a. Keadaan.
Tjatatan jang dapat dikumpulkan hingga kini menundjukkan pem
bagian keadaan dalam djumlah bulat sebagai berikut:
1, bis dan truk dengan dajaangkut sampai 2 ton
— 40.000 buah;
2. bis dan truk dengan dajaangkut lebih 2 ton
— 30.000 buah;
3. lainlainnja
— 80.000 buah;
Menurut taksiran usianja ada dari 45 kebawah dan 40% dari
kendaraan tsb. terutama 1 dan 2 dapat dianggap telah melam
paui batas usiaekonominja. Peremadjaan kendaraanbermotor se
mentara ini tidak berdjalan sebagaimana mestinja.
Untuk memelihara kendaraan bermotor jang masih effisien keadaan
nja dengan menitikberatkan pada „commercialvehicles” spareparts
jang harus diimpor akan berharga minimum 40 djuta US dollars
setahun.
b. Tindakan segera.
Mengusahakan pernasukan spareparts dengan tertib. Penertiban
dirasakan perlu sekali mengingat devisen jang terbatas dan untuk meng
hindari spekulasi.
4040
c. Pokokpokok kebidjaksanaan.
1. Rasionalisasi djenis dan ukuran kendaraanbermotor, standarisasi.
pabrikat kendaraanbermotor;
2. perioritet kepada pemasukan „commercialvehicles”;
3. Pelaksanaan rentjana pembuatan spareparts kendaraanbermotor di
Indonesia;
4. dieselisasi dari motormotor pada truk dan bis untuk penghematan
pemakaian bahanbakar, penurunan bahanbahan, ongkosongkos
eksploitasi dan pemeliharaan kendaraan bermotor;
5. penggeseran angkutan penumpang dari keretaapi kedjalan
raya.
6. koordinasi angkutan dengan memberi kesempatan fungsionil kepada
semua pesertapelaksana program sandangpangan dari Kabinet
Kerdja.
§ 1768. Dibidang perhubungan Laut djuga diadakan penertiban, re
tooling dan herordening beserta penambahan dan perbaikan dari pada
alatalat jang ada. Djuga untuk perhubungan Laut dalam waktu jang sing
kat akan dibentuk Dewan Angkutan Laut, jang rentjana peraturan Pre
sidennja telah diterima oleh Kabinet.
Dibidang ini kebidjaksanaan Pemerintah dalam rangka Ekonomi
Terpimpin pada garis besarnja adalah sebagai berikut:
§ 1769. PEMBAGIAN TUGAS OPERASL
a. Pelajaran samudera atau antarnegara diselenggarakan oleh usa
ha Pemerintah, partikulir nasional atau usaha tjampuran partikulir
dan Pemerintah dan djika perlu diperkenankan djuga kerdja sama de
ngan fihak asing.
b. Pelajaran interinsulair pokok diselenggarakan oleh perusahaan
pelajaran milik Negara ialah P.T. PELNI.
c. Pelajaran pantai/regional diselenggarakan oleh maskapaimas
kapai pelajaran regional nasional dibawah kekuasaan/pengawasan
Pemerintah Daerah Swatantra tingkat I dengan dibantu oleh Pelni.
Dengan ini diartikan, bahwa Pemerintah Daerah dan Pelni, djika diang
gap perlu, memiliki sahamsaham. Statutair harus ditetapkan adanja
komisaris Pemerintah dan Pelni dengan tugas tertentu. Pemerintah
Daerah menetapkan djumlahnja perusahaan pelajaran dalam
daerahnja. Dalam penetapan ini Pemerintah Daerah dibantu oleh
Departemen Perhubungan Laut dan PELNI.
Djika djumlah perusahaan pelajaran jang ada pada waktu ini mele
bihi djumlah jang ditetapkan, maka diadakan pergabungan dari be
berapa perusahaan pelajaran.
d. Pelajaran daerah (lokal) diselenggarakan oleh perusahaan pela
jaran swasta. jang diberi idzin usaha oleh Pemerintah Daerah Swa
tantra Tingkat I berdasarkan Peraturanperaturan Departemen Per
hubungan Laut.
Pada permulaan dinjatakan pembatasan:
1. Kemungkinan berlajar hanja dalam wilajah suatu daerah.
4041
2. Pada prinsipnja kapalkapal jang digunakan tidak boleh mele
bihi 100 BRT dengan tjatatan, bahwa untuk daerah lautan terten
tu dapat diberikan perketjualian oleh Departemen Perhubungan
Laut.
§ 1770. RUANGAN KAPAL.
Djumlah tenaga kapal jang berbendera Indonesia dan dalam char
ter oleh Perusahaanperusahaan pelajaran nasional masih djauh dari pada
mentjukupi. Maka dari itu masih perlu diusahakan penambahan tenaga
milik sendiri, ,dengan:
a. Pembikinap kapal barn didalam negeri,
b. Pembelian kapal asing baru atau „second hand”,
c. Men,,charter" kapalkapal berbendera asing.
Pelaksanaan hal tersebut diatas harus dilakukan setjara effisien mung
kin dan ditetapkan sebagai berikut:
1. Semua kapal sampai dengan 700 Dwt. harus dibikin dan dibeli dida
lam Negeri, angka mana dapat dipertinggi sesuai dengan kesanggupan
dan kemampuan galangangalangan kapal.
2. Semua pembelian kapal dari bar negeri untuk pelajaran dalam
negeri dilakukan hanja oleh Pemerintah dengan prosedur menurut
P.P No. 26/1958. Pembelian dari Luar Negeri untuk pelajaran
samudera oleh partikulir dapat dipertimbangkan setjara insidentil.
3. „Charterpurchase” jang sedang berdjalan serta diselenggarakan oleh
perusahaan pelajaran partikulir nasional diberi kemungkinan untuk
diaandjutkan. „Charterpurchase” jang belum ada realisasinja dihen
tikan.
§ 1771. PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL.
Sistim trajek serta peraturan perizinan perusahaan pelajaran sebagai
pelaksanaan P.P. No. 47/157 untuk menudju effisiensi dan penjesuaian
dengan kebidjaksanaan baru perlu ditindjau kembali dan dimana perlu
diadakan perobahan dalam P.P.nja sendiri.
Kapalkapal milik Negara seperti P.G.S.N., D.A.A.D. dan lain
lain diikutsertakan dalam pelaksanaan program pertama dari Kabinet
Kerdja.
Kapalkapal jang telah dipesan oleh Pemerintah dan sekarang sedang
dalam pembangunan akan dipergunakan oleh perusahaanperusahaan
pelajaran jang telah disesuaikan menurut ketentuan tersebut Ic, PELNI
dan DJAKARTA LLOYD.
Berhubung dengan persoalan kestabilan harga jang berhubungan
erat dengan naiknja produksi bahanbahan pokok didalam negeri dan
dengan lantjarnja djalan pengangkutan, maka disini diandjurkan beberapa
hal mengenai pengangkutan laut.
Pada waktu K.P.M. masih ada (tahun 1957), situasi
K.P.M.
96 kapal dengan 190.000 Bruto ton
PELNI
41 kapal dengan 60.000 Bruto ton
T o t a l 137 kapal dengan 250.000 Bruto ton
4042
Sesudah K.P.M. tidak ada, situasi 18 Nopember 1959:
Total armada Pantai + Samudera
milik nasional 169 kapal — 166.108 D.W.T.
charter
21 kapal — 116.097 D.W.T.
190 kapal — 282.205 D.W.T.
Milik Nasional (PELNI + Usaha Pelajaran Nasional Swasta) sekarang
mempunjai:
Pantai
163 kapal — 134.480
Samudera
6 kapal — 31.628 D.W.T.
Total
169 kapal 166.108 D.W.T.
Jang akan datang Gekontrakteerd:
Gekontrakteerd
97 kapal — 91.960 D.W.T. (achir tahun 1961)
Dalam pembitjaraan
27 kapal — 66.250 D.W.T.
234 kapal — 324.318 D.W.T. (achir 1961)
Sehingga pada achir 1961 diharapkan untuk:
pelajaran samudera
8 kapal =. 51.000 D.W.T.
pelajaran pantai interinsulair + regional 235 kapal = 273.000 D.W.T.
Kalau diambil sebagai pedoman volume perdagangan dalam negeri
antaralain tahun 1957 sebesar 6 djuta ton setahun, dan 600.000 ton.dari
padanja. diangkut dengan perahuperahu dan kapalkapal ketjil, maka
diperlukan tenaga kapal 360.000 D.W.T.
Jang akan diharapkan pada achir 1961 ada 273.000 D.W.T., sehingga
masih kekurangan 100.000 D.W.'I'., jang dapat dicharter.
Dibidang perhubungan Udara diadakan usahausaha untuk mener
tibkan dan memperbaiki hubungan' Udara. Dalam hal ini diterangkan,
bahwa pada umumnja djumlah pesawat udara adalah relatief. tjukup be
sar, sedangkan djumlah tenaga ahli (pilots dan lainlain tenaga tehnis)
masih kurang, *) sehingga jang sangat diperlukan ialah penambahan
tena
ga tehnis dan penambahan alatalat tehnis untuk penerbangan sipil.
*)Situasi sekarang adalah: Keadaan pada saat ini:
Armada
: 20 pesawat Dakota.
8 pesawat Convair 240
8 pesawat Convair 340
3 pesawat Convair 440
Disamping itu ada 13 pesawat De Havilland Heron
jang telah tidak dapat dipergunakan lagi dan ada dalam
proces pendjualan.
Awak pesawat : 105. penerbang
32 djuru radio udara.
16 djuru mesin udara
Ahli tehnik: ± 200 orang.
4043
Produksi rata2: terbang ratarata 2L djam/sehari pesawat.
2575351 ton km./bulan
28345 orang diangkut/bulan
390598 kg. barang/bulan
Djaringdjaring: tempattempat besar paling sedikit 1 kali sehari. Ke
luar Negeri sampai Bangkok, Manila, Singapore dan
Kuala Lumpur.
Sekianlah uraian saja tentang prinsipprinsip jang digunakan dalam
sistim distribusi sekarang ini Berta persoalanpersoalan jang bersangkut
paut dengan pekerdjaan distribusi itu. Pada umumnja distribusi tidak da
pat dilepaskan daripada segi empat: Produksi, Pembangunan, Keuangan
dan Distribusi.
Seperti ditiap usaha baik ketjil maupun besar djuga usaha distribusi
tergantung dari pada faktor: Barang; alat; dan manusia.
Pemerintah berusaha untuk memperbanjak barang dan memperbaiki
alat.
Tetapi sekalipun barang dan alat telah tersedia, basil pekerdjaan
tidak akan memuaskan djika manusia itu tidak mempunjai tjukup keah
lian untuk bekerdja dengan efficien dan djudjur beserta penuh semangat
perdjuangan menudju ke tertjapainja masjarakat „adil dan makmur”.
4044
Daftar perbandingan djumlah/banjaknja pedagang 2
ketjil
asing dan nasional diseluruh ,Indonesia.
Daerah K.P.D.N.
DAERAH LUAR DJAWA
1. Atjeh
2. Medan
3. Sibolga
4. Gunung Sitoli
5. Padang
6. Bengkalis
7. Pakan Baru
8. Rengat
9. Tandjung Pinang
10. Pangkal Pinang
11. Djambi
12. Palembang
13. Bengkulu
14. Telok Betung
15. Pontianak
16. Bandjarmasin
17. Samarinda
18. Menado
19. Gorontalo
20. Donggala
21. Makasar
22. BauBau
23. Ternate
24. Ambon
25. Tual
26. Denpasar
27. Mataram
28. Waingapu
29. Endo
30. Kupang
31. Bima
Djumlah
Asing
Dalam Luar
Kota
Kota
37
1.176
1.048
3.769
47
293
80
50
882
123
320
310
247
324
8.706
1.106
2
812
1.224
990
1.872
228
739
500
289
880
198
446
353
889
120
77
77
10.701
Nasional
Tjatatan
3.000
15.000
1.000
5.000
1.000
1.000
1.000
1.000
500
1.500
2.000
1.000
750
6.000
5.000
3.000
2.000
1.000
500
5.000
500
500
4.000
200
2.000
2.000
500
500
1.000
1.000
68.450
Dari asing be
lum ada angka
jang masuk
“
4045
Daerah K.P.D.N.
DI DJAWA
32. Serang
33. Bogor
34. Bandung
35. Purwakarta
36. Tjirebon
37. Pekalongan
38. Semarang
39. Pati
40. Purwokerto
41. Magelang
42. Jogjakarta
43. Madiun
44. Surakarta
45. Bodjonegoro
46. Kediri
47. Surabaja
48. Madura
49. Malang
50. Djembar
Djumlah
Djawa/Madura
Asing
Dalam
Kota
283
381
360
1.976
448
102
976
735
702
223
226
1.430
6.827
327
785
16.141
Djumlah
Luar
8.706
Djawa
Djumlah semua:
24.847
Nasional
Luar
Kota
(Taksiran)
67
1.000
472
826
641
84
545
401
183
277
517
24
202
161
118
651
1.428
89
155
2.347
9.188
Tjatatan
2.000
7.000
2.000
2.000
10.000
3.000
1.000
1.500
10.000
5.000
3.000
1.500
5.000
6.000
30.000
4.000
8.500
5.000
107.500
10.701
68.450
19.889 .175.950
Djakarta, 1 September 1959.
4046
BESARNJA OMZET DAN PROSENTASE PERUSAHAAN² ASING
PERDAGANGAN KETJIL DI INDONESIA
(Omzet Terhitung 1 djuta Rph)
Angka2 Sementara
Status 1 Djuni 1959
Golongan Bangsa
TIONGHOA
INDIA/PAKISTAN
BELANDA
INGGRIS/AMERIKA
DJERMAN/SWISS
EROPA LAINNJA
ASIA LAINNJA
IND./TIONGHOA
IND./ASING LAINNJA
LAINLAIN
DJAWA & MADURA
1955
%
1956
%
3.231
79.2
3.904
79,7
244
6,—
209
4,2
54
1,3
61
1,2
179
4,8
314
6,4
X
—
X
—
113
155
154
22
9
4.079
X=Angka² tidak tersedia
2,8
1,4
3,8
0,5
0,2
100
145
165
175
19
9
4.901
3,—
1,3
3,6
0,4
0,2
100
1955
1.196
122
—
186
—
X
6
5
86
3
1.604
OMZET JANG DIPERHITUNGKAN
SUMATERA
DAERAH LAINNJA
%
1956
%
1955
%
1956
%
74,6
1.405
65,9
612
91,9
571
85,3
7,6
159
7,5
6
0,9
7
0,9
—
—
—
—
—
—
—
22,—
469
22,—
43
6,5
104
13,2
0,3
—
—
—
0,4
3,7
0,2
X
6
9
80
3
2.131
0,3
0,4
3,7
0,2
100
—
5
X
—
—
666
0,7
—
100
—
5
X
—
—
787
0,6
100
BAGIAN RESEARCH & STATISTIK
DJUMLAH INDONESIA
1955
%
1956
%
5.039 79,4 5.980 76,5
372
4,3
375
4,8
54
0,8
61
0,8
426
8,3
887 11,3
—
—
113
66
159
108
12
6349
1,8
1,—
2,5
1,7
0,2
100
145
76
184
99
12
7.819
1,8
1,0
2,3
1,3
0,2
100
BESARNJA OMZET DAN PROSENTASE PERUSAHAAN ASING
PERGOLONGAN DI INDONESIA
(Omzet Terhitung 1 djuta Rph)
Angka² Sementara
Status 1 Djuni 1959
DJUMLAH
PERDAGANGAN
BESAR
1955
1956
PERDAGANGAN
MENENGAH
1955
1956
PERDAGANGAN
KETJIL
1955
1956
1955
1956
DJAWA & MADURA
10.519
10.403
12.951
14.464
4.079
4.091
27.549
29.768
SUMATERA
29.201
30.147
12.773
13.321
1.604
2.131
43.878
45.599
DAERAH LAINNYA
2.252
1.800
1.637 1.754
666
787
4.555
4.341
DJUMLAH INDONESIA
42.272
42.350
27.361
29.539
6.249
7.819
75.982
79.708
55,6%
53,1%
37,1%
37,1%
8,4%
9,8%
100%
100%
BESARNJA OMZET DAN PKOSENTASE. PERUSAHAAN2 ASING PER GOLONGAN DI INDONESIA
(Terhitung 1 Djuta Rph)
Angka2 Sementara Status: 1 Djuni 1959
__Ina./Astng Wnnja (308) —
BESARNJA OMZET DAN PKOSENTASE. PERUSAHAAN2 ASING PER GOLONGAN DI INDONESIA
(Terhitung 1 Djuta Rph)
Angka2 Sementara Status: 1 Djuni 1959
__Ina./Astng Wnnja (308) —