Jilid-17 Depernas 24-Lamp06
T E N A G A L I S T R I K
BAGIAN PERTAMA
PERENTJANAAN DAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK
1.
PERANAN TENAGA LISTRIK DALAM PEMBANGUNAN.
Bahwasanja peranan tenaga listrik dalam pembangunan dianggap
sangat penting, dapat ditandaskan kembali kesimpulan 2 Musjawarah
Nasional Pembangunan tahun 1957, jang antara lain berbunji sebagai
berikut:
Kelistrikan adalah:
a. sjarat mutlak untuk perindustrian,
b. alat jang amat besar faedahnja dalam perkembangan hidup modern
baik hidup kenegaraan maupun hidup perseorangan.
Seminar. dengan rasa tjemas mendengar tentang kesulitan 2 dalam ke
harusan industri2 dan usaha2 pembangunan lainnja, untuk membangkit
kan dan memelihara listriknja sendiri.
Sebab2 terpaksanja usaha2 produksi ini membangkitkan tenaga lis
triknja sendiri, terutama adalah karena kapasitet jang sekarang dapat
diberikan oleh P.L.N. masih sangat terbatas, disamping belum merata
nja aparat distribusi diseluruh wilajah.
Hal jang demikian, dipandang dari sudut teknis ekonomis adalah
sukar dipertanggungdjawabkan.
Sebaliknja, Pemerintah wadjar dan bahkan perlu memberi perhati
an serta asuhannja jang sebaik 2nja, terutama mengenai soa12 jang me
njangkut pembiajaan pada umumnja dan depisen pada chususnja, sehing
ga dengan demikian, semua usaha2 jang produktif dapat berdjalan dan
berkembang sebagaimana kita inginkan. Tersedianja listrik jang tjukup
dan murah merupakan dorongan jang langsung kepada swadaja dari rak
jat guna pertaiian tjara2 kerdja, peninggian dajaguna kerdja, serta mem
perluas usaha2 dalam bidang pertanian, perindustrian dsb.nja.
Oleh sebab itu, seminar menganggap sangat perlu agar pemerintah
memberikan fasilitas2 jang seluasnja2 kepada P.L.N., sehingga P.L.N. dapat
memberikan ekadharmanja jang tjukup dan sempurna guna kelangsungan
hidup industri2 dan pembangunan2 lainnja.
2.
PANDANGAN 2 DARI SUDUT SOSIAL/EKONOMIS/PERTAHA
NAN NEGARA.
Dengan meningkatnja taraf ketjerdasan dan djumlah penduduk, maka
kebutuhan .akan tenaga listrik setjara relatip meningkat pula. Njatalah
bahwa pembangunan dan perluasan pemakaian kelistrikan harus dilaku
kan setjara maksimal. Pembangunan pertahanan negara jang sempurna
sangat tergantung pada industri 2 berat, dan industri2 berat ini memerlukan
tenaga listrik jang banjak pula. Adanja tenaga listrik jang banjak dan
industri2 berat, membuka pula lapangan kerdja jang sangat luas bagi
masjarakat. Oleh sebab' itu, betapa penting artinja pengusahaan listrik jang
merupakan unsur inti dari perkembangan kemakmu ran dan pertahanan
negara, sudahlah djelas. Tenaga listrik mempujai
4531
pengaruh2 pembiakan (multilplying effect) bagi pertumbuhan usaha 2
ekonomi dibidang2 lain jang besar sekali. Tetapi disamping dasar2 perhi
tungan pengusahaan .listrik jang bersifat sosial ekonomi, perlu pula di
dasarkan atas pertimbangan2 segi ekonomi perusahaan., sehingga peru
sahaanperusahaan listrik setjara keseluruhannja, dapat mendjamin
dirinja sendiri untuk pemhiajaan exploitasi, pembaharuan dan sebagai
nja jang diperlukan.
Berhubung dengan sifat2nja jang vital dan merupakan unsur inti
ini, serta sesuai dengan U.U.D. 1945,. Pasal 33, maka kebidjaksanaan
dari usaha2 pembangkitan dan penjebaran serta tarip tenaga listrik perlu
dikuasai olch Negara, sedangkan dalam pengusahaannja sejogianja
memperhatikan kemampuan dan swadjaja rakjat sehingga kesemuanja
mendjadi tjambuk dari pembangunan masjaralcat pada umumnja jang
merata.
3.
INPENTARISASI DAN STATISTIK.
Seminar mengemukakan perlunja dengan segera dilakukan inpen
tarisasi dari sumher2 tenaga konvensionil diseluruh Indonesia.
Untuk ini perlu segera dilakukan eksplorasi dari sumber 2 itu, guna
men.dapatkan lokalisasi dan penilaian jang teliti terhadap:
1. potensial teoritis,
2. potensial teknis,
3. potensial ekonomis,
4. potensial terpasang.
Pula perlu ditentukan tingkat prioritet pengusahaannja.
Untuk pelaksanaannja, harus segera dihentuk regu 2 penjelidik (sur
vey teams) terdiri dari Kementerian P.U. & T./P.L.N. dan Kemente
rian Perindustrian Dasar/Pertambangan, dengan bantuan fihak Angkatan
Perang,11adan2 dan Perguruan2 Tinggi jang bersangkutan.
Disampimg itu, perlu diikuti dan dipeladjari dengan seksama per
kembangan penggunaan tenaga modern (termasuk tenaga nuclear) guna
pembangkitan tenaga listrik, dan perlu dilakukan inpentarisasipenda
huluan dari sumber2 tenaga modern itu oleh Djawatan Geologi, bersama
sama dengan Lembaga Tenaga Atom, Kementerian P.U. & T/P.L.N.
dan Perguruan2 Tinggi jang bersangkutan.
Untuk penjusunan perentjanaan pembangkitan tenaga listrik tjara
saksama, maka selain inpentarisasi tadi, diperlukan statistik jang teliti,
teratur dan mutachir (up to date) mengenai pemakaian dan permintaan
tenaga listrik.
Pula diperlukan perkiraan jang teliti mengenai perkembangan kebu
tuhan akan tenaga listrik atas dasar statistik itu, dengan penindjauan
pada perkembangan industri dan bertambahnja keperluan untuk penera
ngan dan rumah tangga.
Disamping Biro Pusat Statistik, maka Seminar mengemukakan perlu
nja Kementerian P.U. & T/P.L.N. menjusun dan mengumumkan angka 2
pembangkitan dan pemakaian tenaga listrik, bukan hanja dari P.L.N sadja,
tetapi djuga dari luar P.L.N.
4532
4.
SASARAN (TARGET) DAN RENTJANA PEMBANGUNAN.
Seminar menginsafi, bahwa pelaksanaan rentjana pembangunan
bertalian erat dengan keadaan keuangan Negara, chususnja dalam sek
tor depisen, serta dengan tersedianja tenaga 2 jang terdidik, terlatih dan
berkepribadian nasional.
Seminar berpendapat, bahwa untuk mendorong industrialisasi harus
disediakan tenaga listrik setjukuptjukupnja.
Dengan mengutamakan kebutuhan tenaga listrik untuk industri
(termasuk traksi), tanpa melupakan keperluan untuk penerangan dan ru
mah tangga, maka seminar berkejakinan bahwa:
pada tahun 1965 harus tersedia 1.000.000 KW.
pada tahun 1970 harus tersedia 2.000.000 KW.
Untuk mentjapai sasaran ini, maka dalam djangka pendek perlu di
bangun pusat2 listrik tenaga uap jang mempergunakan batubara dalam ne
geri sebagai bahan bakar. Bersamaan dengan itu dibangun pula pusat 2
listrik tenaga air untuk djangka pandjang. Pusat 2 listrik tenaga diesel dan
lain jang memakai minjak sebagai bahan bakar, chusus untuk keadaan
darurat, untuk tempat2 dimana tidak ada kemungkinan lain dan untuk
keperluan segera, perlu djuga dibangun.
Perlu diterangkan disini bahwa penggunaan batubara mempunjai
alasan2 antara lain sbb.:
1. Untuk memadjukan exploitasi batubara, jang dapat membuka
lapangan kerdja jang Iuas. Perlu diketahui bahwa pada umumnja
batubara Indonesia masih muda, sehingga sementara ini peng .
gunaannja jang tepat adalah, untuk tudjuan bahan bakar. Per
sediaan batubara adalah sangat besar djumlahnja, sehingga
penggunaan dari kekajaan ini perlu segera dilakukan untuk
memperoleh manfaat jang sebesarbesarnja.
2. Menghemat pemakaian minjak bumi, jang merupakan sumber
depisen.
3. Dengan bertambahnja penggunaan batubara, harga bahan ini
akan menurun, jang nantinja merupakan bahan bakar jang paling
ekonomis. Untuk melaksanakan ini, soal pengangkutan batubara
hendaknja mendjadi perhatian chusus.
Lokalisasi pusat2 tenaga listrik ini dipeladjari dan ditentukan menurut
kebutuhan industri.
Serempak dengan pembangunan pusat2 pembangkitan tenaga listrik
itu, maka pada industri' ini dan untuk keperluan penerangan dan rumah
tangga harus diberi fasilitas2 untuk melaksanakan perkembangan 2nja
hingga tenaga listrik ini dapat digunakan serasi pada waktunja.
5.
PERSOALAN TARIP DAN PEMBAGIAN PEMAKAIAN TENAGA
LISTRIK.
Menginsjafi bahwa pembangunan tenaga listrik adalah sjarat mutlak
guna pembangunan perindustrian semesta, maka seminar berpendapat
bahwa tarip tidak boleh merupakan penghalang bagi maksud tersebut.
Dalam hubungan itu, seminar mengharapkan agar tarip listrik di
gunakan sebagai alat oleh Pemerintah untuk mempertjepat pembangunan
4533
tenaga listrik jang direntjanakan dan disampingnja djuga memperhatikan
fungsi sosialnja.
Dalam mendjalankan kebidjaksanaan mengenai tarip hendaknja pe
merintah berpedoman pada hal2 sbb.:
1. Exploitasi perusahaan harus dapat dibiajai sendiri.
2. Untuk rakjat harus diadakan tarip jang dapat dibajar.
3. Mentjiptakan beberapa matjam tarip dengan tudjuan untuk me
ninggikan dajaguna dengan tjara memperbaiki faktor muatan se
besar mungkin.
Pada saat sekarang ini hanja 30% dari pemakaian listrik seluruhnja
digunakan untuk industri, traksi, telekomunikasi dan lain usaha produktip,
dan menginsjafi pula bahwa persediaan tenaga listrik jang tjukup adalah
sjarat mutlak untuk industrialisasi, maka seminar menjarankan agar dalam
merentjanakan pembangunan kelistrikan tegas ditudjukan untuk memberi
djatah jang sebesar mungkin kepada perindustrian dan lain sektor jang
produktip.
Seminar berbesar hati dengan prasaran J.M. Menteri P.U. & T. bahwa
dalam djangka waktu pendek pemakaian industri dsb.nja itu akan di
usahakan mentjapai 70%.
Untuk mentjapai maksud ini, sangat diharapkan usaha jang maksimal
dari fihak industri maupun P.L.N. dimana industri diharapkan untuk
menambah regu kerdja serta mempergunakan listrik dimana behannja
rendah.
6. INDUSTRI ALAT2 LISTRIK DI INDONESIA.
Seminar sependapat dengan Menteri Inti Pembangunan dan Menteri
P.U. & T.; bahwa pembangunan industri alat 2 listrik perlu segera dimulai,
agar Indonesia dalam mentjukupi kebutuhannja akan alat 2 listrik, tidak
selalu tergantung pada luar negeri. Demikian pula hal itu adalah penting
sekali demi penghematan depisen, kenaikan skill dan knowhow para
tehnisi kita, dan pembukaan lapangan kerdja industri jang baru.
Selain dari pada itu usaha tersebut adalah djalan untuk dapat meng
adakan pembangunan tenaga listrik jang pesat sekali dikemudian had un
tuk dapat mentjukupi kebutuhan masjarakat.
Seminar menjokong sepenuhnja rentjana Menteri P.U. & T. untuk da
lam djangka waktu.pendek mendirikan bengkel besar Y.L.N. jang dalam
taraf pertama mengerdjakan reperasi 2 herat dari perlengkapan 2 listrik jang
telah ada didalam negeri, jang selandjutnja akan dikembangkan mendjadi
pabrik2 alat2 listrik.
Seminar mengharapkan agar Pemerintah dapat mendirikan dan mem
perkembangkan industri alat2 bagi keperluan2 listrik, dan dalam hal ini
mengikutsertakan segala „Funds and Forces” dari pengusaha swasta
nasional dalam pengusahaan industri2 tsb.
Dalam hal ini seminar mengharapkan supaja segera diusahakan:
1. Expliotasi dari tambang tembaga dan industri pemurniannja.
2. Lekas terselenggaranja projek alumunium.
3. Mempertjepat penjelcnggaraan projek' besi badja.
4. Industri segala matjam kabel2 listrik dan kawat listrik.
4534
5.
6.
7.
Industri alat2 perlengkapan untuk instalasi listrik.
Industri keramik listrik dan bahan2 isolasi lainnja.
Produksi dari mesin2 listrik seperti motor listrik, generator, trans
formator dsb,nja.
8.
Menambah djumlah pabrik2 semen.
Untuk mendapat alat2 listrik maka semua instansi sangat diharapkan
sebelum mengimpor alat2 tsb., lebih mengutamakan pemesanan kepada
industri2 dalam negeri, antara lain perusahaan2 jang sekarang dibawah ling
kungan BAPPIT. Hal ini adalah sangat penting artinja untuk mendorong
industri alat2 listrik dalam negeri. Usaha2 jang demikian. ini, perlu didam
pingi oleh laboratoria Pusat P.L.N., Perguruan Tinggi, Keymenterian Per
industrian, dan oleh Dewan Normalisasi Indonesia (D.N.L)
7.
KELISTRIKAN DESA DAN MIKROHYDROLISTRIK.
Seminar dengan gembira menjambut perhatianjang sedemikian luas
terhadap soal kelistrikan desa dan mengharap agar tenaga listrik betul 2
dapat dirasakan oleh rakjat.
Seminar berpendapat bahwa kelistrikan desa bertudjuan mening
gikan daja produksi desa2 baik dalam lapangan pertanian maupun indus tri
serta pula guna meninggikan taraf hidup dan mendorong swadaja rak jat
pada umumnja.
Mengingat mahalnja biaja pembangunan untuk pembangkitan satuan 2
ketjil, maka satuan2 jang demikian itu hanja dapat dilakukan melulu bagi
desa2 jang dalam djangka pendek belum menundjukkan kemungkinan
penjambungan kepada djaring2 umum. Bagi desa2 jang diharapkan adanja
perkembangan setjara tjepat serta mempunjai kemungkinan penjambung
an kepada djaring2 umum, maka perlu dipertimbangkan penjambungan
tersebut, atau sekaligus pemasangan satuan jang besar.
Seminar merasa gembira dengan adanja spontaniteit Dinas 2 P.U.
Daerah untuk membantu dalam melakukan penjelidikan mengenai kemung
kinan mikrohydrolistrik jang telah meliputi lebih dari seratus tempat.
Seminar mengharapkan agar pertjobaan2 jang dilakukan Kementerian
P.U. & T./P.L.N.'dikelima tempat „pilot project” berhasil baik, sehingga
akan merupakan tambahan tenaga jang berharga.
Dalam hal ini, hendaknja diperhatikan soal2 dajaguna, dan selain itu
perlu pula disadari proporsinja dalam pembangunan listrik setjara kese
luruhannja.
Mengingat bentuk perumahan2 didesa, maka dalam djangka pendek
perlu diadakan tambahan peraturan tentang pemasangan instalasi rumah
jang sederhana, dan jang dilihat dari sudut tehnis serta pengamanan dapat
dipertanggungdjawabkan.
Dengan demikian biaja instalasi rumah 2 untuk keperluan rakjat dapat
diringankan,.
Hendaknja diperhatikan adanja persediaan jang tjukup akan alat 2
jang diperlukan guna penjambungan perumahan2 rakjat tsb.; supaja pe
kerdjaan dapat didjalankan dengan lantjar dan pembajaran oleh rakjat
dapat diatur dengan seringanringannja.
Seminar menganggap perlu melatih kader 2 listrik dalam rangka usaha2
P.M.D. (Pembangunan Masjarakat Desa).
4535
6.
A.
PENGUSAHAAN LISTRIK.
Mengenai pengusahaan listrik, Seminar mendengar dua pendapat
jang belum dipertemukan ialah:
1. bahwa pengusahaan listrik dalam seluruhnja (pembangkitan,
penjaluran dan distribusi) hanja dilakukan/diselenggarakan oleh
Negara.
2. bahwa dalam seminar dikemukakan harapan agar Negara dapat
hendaknja rnengikutsertakan segala funds and forces jang ada
pada pengusaha swasta nasional.
Seminar disamping itu berpendirian, bahwa pada pokoknja hanja
Negaralah jang menjelenggarakan pengusaha listrik. Walaupun de
mikian; dalam Seminar diharapkan, agar pengusahaan 2 listrik di
tempattempat jang belum dapat diselenggarakan Negara dalam djang
ka pendek diserahkan kepada/diselenggarakan oleh pengusaha swas
ta nasional.
B. Seminar merasa tjemas akan tiadanja koordinasi dalam pembangunan
tenaga listrik, terutama antara Kementerian P.U. & T., Kementerian 2
Perindustrian, Kementerian Perhubungan Darat dan P.T.T. dsb.nja
baik dalam pembangkitan maupun pemakaiannja. Demi kelan
tjaran pembangunan negeri jang sehat dan effisien chususnja dibi
dang kelistrikan maka Seminar berpendapat perlu diadakan suatu
koordinasi jang sebaikbaiknja. Untuk itu adalah sangat tepat bila
mana diadakan suatu Badan Koordinasi antar Kementerian, jang terdiri
antara lain dari Wakilwakil Kementerian P.U. & T., Ke
menterian/Perhubungan Darat/P.T.T., Kementerian Dalam Negeri,
fihak pengusaha swasta nasional dan lainlainnja.
Badan tersebut diatas dapat berbentuk suatu Dewan tenaga Listrik
atau Panitia Negara Urusan Tenaga Listrik.
4536
BAGIAN KEDUA
TEKNOLOGI TENAGA LISTRIK.
1. PERKIRAAN SUMBER TENAGA:
(a). Dengan melihat adanja bermatjam 2 tjara teknis dan ekonomis un tuk
menentukan besarnja sumber tenaga listrik jang tersedia, Semi nar
berpendapat bahwa dalam bidang ini perlu ditentukan tjara dan ,
standard tertentu dalam menghitung tenaga jang tersedia dalam suatu
sumber jang belum diusahakan. Untuk itu, diandjurkan supaja da
lam waktu singkat oleh Kementerian Pekerdjaan Umum dan Tenaga
dipeladjari standard tsb.
(b). Tugas itu meliputi:
(1) Standard menentukan teknik perkiraan besarnja tenaga jang ter
simpan dalam suatu bidang (minjak, batubara), dan potensial de
bit dari pengaliran dan tinggi terdjun suatu sungai, jang selandjut
nja akan disebut potensial teoretis.
(2) Standard menentukan kemungkinan pengusahaan teknis sumber
sumber listrik tersimpan tsb. dengan ilmu teknik jang dikenal
pada waktu itu, jang selandjutnja akan disebut potensial tek
nis.
(3) Standard penentuan kemungkinan pengusahaan ekonomis sum
bersumber tenaga tersimpan tsb., jang selandjutnja akan dise
but potensial ekonomis.
a). Sesuai dengan kemadjuan teknik eksplorasi, maka djumlah poten sial
theoretic dan demikian djuga lain 2nja akan berubah, hingga perlu
potensial ditindjau setjara berkala (dan menundjukkan instan si jang
melakukan perkiraan dan tahunnja).
b). Pada potensial teknik dalam bidang listrik thermis supaja terutama
dibahas bersama tjara2. teknik pertambangan, teknik pengangkutan
dan penjimpanan. Adalah sangat berbeda apakah penambangan batu
bara ini misalnja merupakan penambangan terbuka (open it) ataupun
dengan terowongan (galleries).
Demikian djuga apakah pengangkutan melalui daratan atau air. Dalam
bidang hydro terutama dibahas bersama teknik dari djaring 2 pembagi
listrik, sedang untuk djumlah airnja diperhatikan kehutuhan 2 lain
(misalnja irigasi, navigasi dsb.).
c). Pada potensial ekonomis, terutama dibahas djumlah konsumen dan
matjamnja konsumen, untuk penentuan banjaknja usaha jang ekono
mis dapat dipertanggungdjawabkan
d). Hendaknja dibahas pula mengenai korelasi antara potensial teoretis,
potensial teknis dan potensial ekonomis, supaja dibedakan antara
sumber teknis dan aplikasi dari sumber itu.
e). Menurut perkiraan kasar sekarang, Indonesia mempunjai tjadangan
tenaga kompensionil (tenaga air, minjak, batubara) jang djumlahnja
hanja dapat membawa masjarakat Indonesia kepada taraf kemakmu
ran jang sangat terbatas. Karen itu Seminar mengandjurakan agar
4537
dilakukan usaha2 setjepat2nja untuk mengadakan eksplorasi tjadang
an dari bahan tenaga atom dan lain bahan tidak konvensionil. Tugas
ini dapat dibebankan kepada Djawatan Geologi dengan mengharapkan
bantuan Angkatan Udara R.I. untuk penjelidikan dari Udara.
(d). Perlu dikemukakan bahwa dua dari beberapa aspek jang sangat pen
ting dalam bidang teknologi, adalah:
a. mengusahakan sumber2 daja baru,
b. pembangunan serta penjempurnaan komunikasi.
„Aerial survey” memungkinkan kita untuk mengerdjakan segala
matjam pekerdjaan perentjanaan (pembuatan peta jang teliti, penje
lidikan bahan2 pertambangan dsb.nja): Singkatnja, dari daerah jang
dahulunja dikira mustahil dibangun atau diusahakan, maka dengan tjara
„Airborne magnitic survey” dapat diketahui isi kekajaan alamnja.
2.
PENINDJAUAN PUSAT2 PEMBANGKIT DARI SUDUT TEKNIS DAN
EKONOMIS.
Setelah membahas pemilihan pusat' pembangkit tenaga listrik di
pandang dari sudut teknis ekonomis, Seminar berpendapat bahwa pemi
lihan besarnja, matjam, djumlah unit dan lain ketentuan'teknis ekonomis
tidak dapat ditentukan setjara umum, melainkan harus didasarkan atas
beberapa faktor jang untuk tiap pusat pembangkit dapat berlainan.
Faktor2 jang menentukan ketentuan2 tersebut ialah:
1. Fungsi dari pusat pembangkit tenaga listrik.
Pusat pembangkit jang akan digunakan sebagai pemikul beban dasar,
akan berlainan dari pemikul beban puntjalc ataupun dari pusat pem
bangkit tersendiri.
(b). Besar seluruhnja dari daja jang dibutuhkan:
Harus ditindjau djuga perkembangan kebutuhan tenaga listrik dan
apakah ini harus ditampung dalam kemungkinan perluasan pusat pem
bangkit.
(c). Penempatan pusat pembangkit tenaga listrik:
Penempatan pusat pembangkit ditentukan oleh daerah pemakai te
naga listrik dan sumber2 enersi (tenaga air, bahan bakar padat, tjair
dan gas, tenaga atom dsb.) jang dapat digunakan. Daerah pemakai
tenaga listrik itu menentukan perlu tidaknja Pusat Pembangkit itu
dihubungkan dengan djaring2 jang sudah aria atau telah diren
tjanakan. Sifat pemakaian tenaga listrik (apakah industri besar/ketjil,
rumah tangga atau kombinasi antara dua ini) dan tjara pemakaian te
naga listrik, besarnja perobahan2 serta kemungkinan perkembangan
semua memberi pengaruh.
(d). Urgensi dari pembangkit tenaga listrik.
Dalam pada itu harus diperhitungkan djuga waktu jang dibutuhkan
untuk survey dan lain pekerdjaan pendahuluan serta waktu untuk
pembangunan sendiri, sebelum memutuskan pemilihan suatu pusat
Pembangkit.
4538
(e). Sifat2 dari mesin2 penggerak dan besarnja unit.
Faktor ini djika ditindjau lebih mendalam akan ternjata luas sekali.
Turbine air, turbine uap biasa, turbine uap untuk reaktor atom, tur
bine gas dan diesel semua mempunjai sifat2 chas. Sifat 2 ini menentu
kan a.l. besar maksimum dari unit2 jang untuk ke 5 matjam tsb. ber
lainan. Karakteristik mesin2 serta responsi atas suatu perobahan be
ban (besar/ketjil) jang tjepat serta pun kemungkinan untuk bekerdja
bergandeng dengan mesin2 jang sudah ada dan jang telah direntjanakan,
mempengaruhi djuga besarnja unit.
Djika tadi ditindjau dari sudut teknis, sekarang factor ini ditindjau
dari sudut ekonomis: Harga satuan tenaga listrik jang dibangkit (jang
setjara kasar terdiri dari bunga modal, penjusutan, harga bahan bakar
dan biaja pengawasan), banjaknja kebutuhan akan skilled personel,
menentukan apakah pemilihan suatu matjam pusat pembangkit se
tjara ekonomis dapat dipertanggungdjawabkan, ataukah harus di
dasarkan atas pertimbangan2 lain. Dalam pada itu kalimat dalam salah
satu prasaran, jang mengatakan bahwa efficiensy dari mesin 2 diesel di
atas 1000 KW kini telah diimbangi atau dilebihi oleh mesin 2 turbine gas
jang dapat menggunakan minjak residu ataupun gas alam seba gai
bahan bakar, perlu dipeladjari lebih landjut karena dari suatu
perhitungan terang dapat dilihat bahwa letak batasnja djauh lebih
tinggi daripada 1000 KW. Keuntungan turbin gas adalah dilain bi
dang ialah a.l. sedikitnja membutuhkan air pendingin, ketjilnja ukuran
untuk daja tertentu dll. Flexibility terhadap bahan bakar jang ada pada
misalnja ketel uap (dapat pakai batubara atau minjak residu) suatu
sipat jang baik, akan tetapi sering akan menaikkan harga mesin.
Suatu hal jang sangat penting adalah terdjaminnja bahan bakar untuk
pusat2 pembangkit thermis, dan debit air untuk pusat pembangkit de
ngan tenaga air.
Dengan naiknja pusat pembangkit, pengangkutan bahan bakar harus
setaraf pula dengan itu.
Reliability dan djuga waktu antara dua revisi, penting untuk exploit
tasi. Ini a.l. ikut menentukan djumlah unit jang akan dipasang. Pada
umumnja dapat dikatakan bahwa djumlah unit minimal memberikan
harga pembelian jang minimal djuga, tetapi djumlah unit lebih besar
menaikkan flexibility dan reliability.
Pemilihan djumlah unit minimal (djadi unit jang besar 2) lebih penting
untuk turbine uap dan gas, karena disini efficiensi agak banjak ter
gantung dari besarnja unit.
Beberapa sudut tentang ini ditindjau lagi setjara lebih mendalam da
lam lampiran.
Melihat gedjala, bahwa pada suatu ketika dihari kemudian tenaga
atom akan diperlukan sebagai penambah tenaga konpensionil maka
seminar berpendapat, bahwa sebaiknjalah perkembangan teknologi
installasi tenaga atom diikuti dengan intensip.
Djika dalam waktu dekat Indonesia merentjanakan pendirian Pusat
tenaga jang besar, jaitu diatas 50 KW dan jang agak djauh tempat
nja dari sumber2 minjak dan batubara, maka perlu diperhatikan djuga
4539
penanaman modal dalam alat2 pengangkutan untuk mengangkut mi
njak dan batubara itu:
Dalam hal demikian dapatlah penanaman modal untuk Pusat pem
bangkit tenaga atom lebih menguntungkan daripada penanaman mo
dal untuk pusat pembangkit kopensionil ditambah dengan alat 2 trans
port.
3.
PROJEKPROJEK MIKRO.
Seminar berpendapat, bahwa:
(a). Dari sudut fungsinja pada saat sekarang dan dalam waktu dekat ini,
pusat2 pembangkit mikro dapat memberikan manfaat pada masjara
kat jang djauh letaknja daril djaring2 penjalur dari pusat2, pembang
kit dan jang dalam waktu dekat tidak ada kemungkinan penjambu
ngannja.
(b).Pertimbangan akan pemasangan pusat2 mikro harus berdasarkan pa da
usaha untuk menaikkan taraf hidup, dengan usaha merangsang
(stimuleren) industri2 desa, pertanian dan peternakan.
(c). Dalam hal ini tidaklah perlu ditjapai penjempurnaan teknis jang formil.
Penjelidikan teknologis untuk menggunakan konstruksi2 sederhana,
sentral mikro dan pelaksanaan pembangunannja hendaknja dimulai
daril sekarang.
(d).Sungguhpun usaha2 tersebut akan memberikan tenaga listrik tamba han
jang berharga; namun dalam rangka usaha elektrifikasi semesta, hasil
tersebut hanjalah merupakan bagian jang terlalu ketjil, disam ping
mutu hasilnja adalah kurang sempurna.
Oleh sebab itu hendaknja perhatian tidaklah terlalu tertudju pada
persoalan ini, terutama didalam penggunaan depisen.
4.
PANDANGAN TERHADAP DJARING2 DAN SALURAN2 PENG
GANDENG.
(a). Daerah pembangkitan.
Seminar berpendapat, bahwa mengingat faktor teknis dan ekonomis,
untuk mengusahakan pembangkitan, penjaluran dan pembagian
tenaga listrik jang sebaikbaiknja, dipandang perlu tetap diadakan
daerah2 pembangkitan jang tertentu.
Dengan perkataan daerah pembangkitan, dimaksudkan suatu daerah
tertentu dimana persoalan teknis pembangkitan dan penjaluran tenaga
listrik berhubung dengan letak geografisnja ataupun tjorak pembangkit
an dan penjaluran tenaga listrik, dapat diserahkan pada satu pimpinan.
(b). Djaringdjaring.
Dalam suatu daerah pembangkitan seminar berpendapat, bahwa un
tuk mendjamin tersedianja tjadangan dan kelangsungan pemberian
tenaga dengan alat2 jang minimal, perlu diadakan interkoneksi jang
intensip.
Seminar berpendapat, bahwa dalam suatu daerah pembangkitan per
lu diadakan sistim2 primer jang merupakan tulang punggung dan se
kunder sebagai penjaluran selandjutnja. Sistim2 ini supaja menggu
4540
nakan tegangan2 tertentu menurut kebiasaan dan norma Internasio nal
menurut I.E.C. untuk memungkinkan tukar menukar alat 2. Hendaknja
diperhatikan pula kemungkinan2 untuk meninggikan tegangan dengan
menggunakan perlengkapan jang lama dengan perobahan2 minimal.
Selain itu djaring2 dalam suatu daerah pembangkitan harus mempunjai
sistim pengamanan jang tjukup baik untuk mendjamin kelangsungan
pemberian tenaga, mengingat besarnja akibat 2 dari putusnja aliran.
Seminar dengan tjemas menundjuk pada kenjataan, bahwa djaring 2
jang ada sekarang di Indonesia, sudah terlalu tua, terlampau ketjil
dajanja, dan tidak sesuai lagi pengamannja.
(c). Saluran penggandeng (koppellijn).
Bila diantara beberapa daerah pembangkitan terdapat:
(1). peak tidak bersamaan,
(2). kelebihan tenaga,
(3). kemungkinan saling memakai tjadangan,
maka mereka dapat bekerdja tolongmenolong dengan mengadakan
saluran2 penggandeng (tie line = koppellijn) dari daerah satu kedaerah
jang lain. Tetapi perlu pula diingat bahwa:
(1). Saluran2 penggandeng jang pada umumnja djaraknja terlalu hesar
membawa kemungkinan bertambahnja gangguan sehingga
menambah persoalan pengamanan (protection),
(2). Ada kerugian2 tenaga dalam saluran penggandeng,
(3). Pembiajaan pembangunan saluran penggandeng ini seringkali
setaraf dengan pembiajaan pembuatan satu pusat pembangkit
tenaga listrik.
Maka untuk kebanjakan daerah2 pembangkitan jang sudah ada di Djawa
sekarang seminar menganggap bahwa saluran penggandeng belumlah
mendesak.
(d). Pengaruh tenaga listrik terhadap telekomunikasi.
Dalam hubungan hal2 tersebut diatas, Seminar berpendapat, bahwa
dalam perentjanaan sistim djala2 dan interkonekasi perlu memper
hitungkan pula kemungkinan2 gangguan jang membahajakan saluran2
Telekomunikasi jang berdekatan.
Sebagai pedoman dapat dipakai petundjuk2:
Comites consultatifs internatioaux Telephonique et Telegra
phique (C.C.I.F. et C.C.I.T.) Rome Edition 1937 mengenai:
Directives concerning the protection of the communication
lines against the adverse effects of electrical power lines.
Mengenai persoalan2 jang serba sulit ini perlu segera diadakan penje
lidikan2 dan pertjobaan2 bersama antara Perguruan Tehnik Ting
gi, P.L.N., D.K.A. dan F.T.T.
Selandjutnja seminar mengandjurkan dalam pelaksanaannja
pembangunan tenaga listrik diadakan kerdja soma seerateratnja
antara P.L.N. dan P.T.T. agar kemungkinan 2 saling mengganggu
dapat dihindarkan.
4541
USAHA2 MEMPERKETJIL BIAJA2 PEMBANGKITAN DAN PE
NJALURAN.
Biaja pembangkitan.
Seminar berpendapat hahwa guna menekan biaja pembangkitan dan
penjaluran tenaga listrik serendahrendahnja perlu diperhatikan hal 2
sebagai berikut:
Teknis:
(a). Mengurangi kerugian2 dalam saluran (12 R) dengan pemeliharaan
dan pemeriksaan kawat2 serta sambungan2nja.
(b). Mengusahakan factor muatan (load factor) jang tjukup tinggi.
(c). Pengaturan dan perbaikan Cos 0 jang dapat diatur clari pihak pe
makai, maupun dari fihak pembangkitan dan penjaluran sendiri.
Ekonomis:
(a). Menggunakan mesin2 atau perlengkapan pembangkit listrik
jang relatip murah harganja atas dasar perhitungan komersiiI.
(b). Pemeliharaan keadaan hydrologis dengan memelihara hutan
hutan dan menanam kembali jang sudah gundul oleh Djawatan
kehutanan.
(c). Harga2 dan biaja2 untuk mendatangkan bahan bakar (fasilitas
transpor).
(d). Dimana mungkin supaja pusat2 pembangkit ditempatkan se
dekatdekatnja dengan sumber bahan bakar, dipandang dari segi
kelangsungannja dan dalam batas2 perhitungan ekonomis jang
dapat dipertanggungdjawabkan.
(e). Mempertinggi kemahiran dan keachlian para petugas, sehingga
tertjapai suatu tjara kerdja jang effektip.
(f). Standardisasi, dan normalisasi.
6. PERSOALAN TEKNIK TEGANGAN TINGGI DAN LABORA
TORIUMNJA.
(a). Tegangan tinggi di Indonesia.
Dalam menentukan besarnja tegangan dalam sesuatu kawat pengan
tar biasa dipakai pertimbangan2 pelbagai segi a.l.:
(1). perhituhgan2 ekonomis, dengan mengingat kerugian 2 jang di
perkenankan,
(2). djarak transmisi,
(3). besarnja daja jang disalurkan,
(4). persoalan2 lain jang berkenaan dengan tegangan tinggi.
Meskipun demikian, Seminar berpendapat bahwa dalam menentu
kan besarnja tegangan jang dipakai, perlu djuga diperhatikan halhal
tersebut dibawah ini:
a) Tegangantegangan jang lazim dipefgunakan diluar negeri,
b) Kemungkinan perluasan djaring2 pada waktu2 jang akan datang. Hal
ini perlu, karena:
5.
4542
1. Pemilihan diluar tegangan? jang lazim dipakai . memba wa
akibat pembelian alatalat jang lebih mahal dan su karnja
reserve.
2. Tidak diperhitungkannja kemungkinan untuk perluasan
djaringdjaring pada waktu jang akan datang dapat meng
akibatkan terlalu banjaknja matjam tegangan jang dipakai
untuk transmisi.
Kini di Indonesia telah dipergunakan tegangan2 transmisi 30 kV dan
70 kV. Dengan dibangunnja pusatpusat Pembangkit besar, akan
dipergunakan pula 150 kV.
Dapat digambarkan, bahwa bila dalam waktu jang akan datang terla
lu banjak matjammatjam tegangan transmisi dipergunakan, maka ke
tjuali dipandang dari penjediaan „reserve” kurang menguntungkan,
djuga „interchangeability” alatalat berkurang.
Untuk mendapatkan tegangan mengenai perkembangan diwaktu jang
akan datang, amat perlu adanja suatu „overall plan ” mengenai djaring
djaring di Indonesia.
(b). Pemakaian alat2 modern.
Dalam tahun2 belakangan ini telah banjak didapat penemuanpene
muan terbaru dalam lapangan penggunaan tenaga listrik, seperti tek
nik pengaturan dsb. Seminar berpendapat, bahwa tjara 2 pemakaian
terbaru hendaknja supaja dimulai dipergunakan setjara luas di Indo
nesia dengan berangsurangsur.
Pemakaian elektrokimia (dan galvanoteknik) perlu dirangsang teruta
ma untuk raffinering tembaga kotor (logam tua) untuk didjadikan
tembaga elektrolitis.
Hal2 tsb. diatas mempunjai tudjuan sbb.:
1). Setjara annum telah didapat kesatuan pendapat, bahwa Indone
sia harus bergerak kearah industrialisasi. Dalam hal ini Semi
nar berpendapat, bahwa industri' jang didirikan harus djuga ber
sifat modern dengan dajaguna dan effisiensi jang tinggi. Untuk ini,
mulai dipergunakannja pendapatan2 dan tjara2 produksi baru
akan mendorong kearah tudjuan mi.
2). Dengan mempergunakan alat2 baru, para pekerdja di Indonesia
mulai terlatih dengan alat2 modern, sehingga bila didatangkan alat2
modern mereka tidak akan tjanggung lagi.
(c). Soal fasilitas pendidikan (research centre dan laborato
rium tegangan tinggi).
Mengingat, bahwa:
— Indonesia pada waktu ini harus mengimpor alat 2 listrik tegangan
tinggi jang perlu diperiksa memenuhi sjarat atau tidaknja.
— Alat2 perlengkapan tegangan tinggi jang dipakai djuga memerlu
kan pemeriksaan sewaktu2 maupun setjara berkala.
— Untuk menstimulir industri alat2 listrik didalam negeri harus dapat
diadakan pertjobaan2. untuk bimbingan industriindustri tsb.,
4543
fasilitas penjelidikan tegangan tinggi. Dengan mengingat bahwa
matjam fasilitas tsb., dapat digolongkan menurut tudjuannja, un
tuk keperluan a.l.
— pendidikan
— pekerdjaan routine perusahaan
— pekerdjaan perkembangan perusahaan
— penjelidikan
maka dalam taraf pertama, diandjurkan kerdjasama erat antara P.L.N.,
Perguruan Tinggi Teknik dan Kementerian Perindusttrian untuk ter
laksananja suatu fasilitas penjelidikan tegangan tinggi, dengan per
lengkapan tjukup untuk mentjoba alat2 dengan tegangan kerdja 300
KV.
lni didasarkan pertimbangan, bahwa baik kalangan pendidikan, P.L.N
maupun pihak2 perindustrian membutuhkan salah satu atau lebih ma
tjam fasilitas2 tsb. diatas, sedangkan disamping itu perlu pula diingat
kemampuan keuangan negara.
'
Fempat jang paling menguntungkan untuk laboratorium tsb. adalah
jang dekat dengan Balai Penjelidikan Bahan2 dan Institut Teknologi
Bandung, jang kebetulan merupakan tempat jang paling dekat pula
dari pembangkit2 jang ada di DjawaBarat.
Dalam taraf kedua perlu difikirkan suatu pendirian laboratorium jang
berdiri sendiri, jang berhak, dan mampu memberi sertifikat tentang
m.utu.
Dalam pada itu perlu pada waktu jang singkat mengerahkan bebe
rapa sardjana/mahasiswa tingkat terachir untuk memperdalam teknik
laboratorium tegangan tinggi.
7. INDUSTRI ALAT2 LISTRIK.
(a). Dengan meningkatnja industralisasi dan permintaan tenaga listrik
jang diharapkan akan terdjadi dalam waktu jang singkat, maka
kebutuhan untuk alat2 listrik baik untuk pemakaian maupun produk
si tenaga listrik akan terus meningkat. Proses elektrifikasi akan lebih
tjepat bila didalam negeri dimulai dengan serius dan sistematis indus
tri alat2 listrik (bahan2 isolator, pemutus arcs, kawat2, kabel2, motor/
generator dll.).
Industri2 dalam negeri jang sudah ada (alat2 penghubung tegangan ren
dah, isolator tegangan rendah, alat2 pemakai dll.) akan mendapat rang
sangan jang besar bila ada fasilitas penjelidikan jang mentjobanja dan
memberi bimbingan, sedang sjarat2 diturunkan sampai batas jang
masih mungkin.
Madjunja industri alat2 listrik akan sangat dipertjepat bila ada kesem
patan mulai dengan produksi lisensi atau assembling. Dalam taraf ini
para ahli mendapat knowhow dengan tjepat, sedangkan tambahan
kesempatan bekerdja tak pula kurang pentingnja. Sebagai tjontoh da
pat dikemukakan disini pabrik semen Gresik, assembling Gaya Mo
tor dll.
Kelangsungan pemasukan bahan baku dari luar negeri harus didja min
untuk kelantjaran dan kemadjuan industri2 tsb.
4544
Dengan dimulainja projek2 badja dan besi, pembuatan bahan 2 mag
netis perlu difikirkan.
(b). Pemakaian kaju.
Dalam pembangunan sistim listrik di Indonesia untuk menghemat
pembiajaan, perlu dipergunakan segala kemungkinan jang ada di In
donesia.
Pemakaian kaju jang sering tampak diluar negeri untuk tiang2
transmisi2, di Indonesia sendiri belum dilakukan setjara umum, pada
hal Indonesia mempunjai berbagai matjam kaju dalam djumlah jang
tjukup banjak. Karena itu penjelidikan jang serius dalam soal pema
kaian kaju ini perlu segera dilaksanakan untuk mempeladjari segala
kemungkinan penggunaannja setjara besar2an. Dalam hal ini perlu
diadakan saluran pertjobaan dari 30 KV atau 70 KV dengan beker
dja lama dengan bagian penjelidikan kaju dari Djawatan Kehutanan,
Regional Housing Centre, serta djawatan 2 lainnja. Soa12 impregnering
dan pengawetan perlu diselidiki setjara sistematis.
Bersama dengan itu perlu diadakan penjelidikan untuk megusahakan
pengangkutan jang praktis dari tiang2 kaju mulai dari tempat2 asalnja
(misalnja hutan2 dipedalaman Kalimantan, dsb.) sampai ditempat
pemasangan dipulaupulau lainnja. Kalau perlu dengan memesan
kapalkapal chusus jang dapat dikombinasikan dengan pengangkutan
bahan bakar batubara dari tempat2 pertambangan kepusat2 pembang
kitan thermis jang membutuhkannja.
8.
ANDJURAN.
Untuk meneruskan dasardasar jang telah ditjapai hingga sekarang
dan agar. langkahlangkah selandjutnja bisa dilaksanakan, diperlukan
adanja suatu badan sebagai berikut:
LEMBAGA TEKNOLOGI LISTRIK INDONESIA
Jang bertudjuan antara.lain:
a. menghimpun tenagatenaga ahli atau jang menaruh minat dalam
teknik listrik,
b. mengusahakan perkembangan Teknologi Listrik dalam bidang jang
seluasluasnja dengan mengadakan:
1. Seminar,
2. Symposium,
3. Penerbitan2,
4. Pameian,
dan lainlain.
Sebagai langkah pertama kepada Panitya PelaksanaSeminar Teknik
Tenaga Listrik dipertjajakan untuk mengusahakan berdirinja Pani
tia Persiapannja.
4545
BAGIAN KETIGA.
PENDIDIKAN, KERDJASAMA DAN PENJELIDIKAN.
1. PENDIDIKAN.
Kebutuhan akan tenagatenaga elektroteknik.
(a). Matjammatjam tenaga elektroteknik.
Berkenaan dengan matjam2 tenaga elektroteknik jang dirasa perlu
bagi pembangunan negara, seminar berpendapat bahwa dibidang pen
didikan hendaknja dididik tiga matjam tenaga2 elektroteknik, jalah:
(1). tenaga elektroteknik tingkat pertama;
(2). tenaga elektroteknik tingkat menengah;
(3). tenaga elektroteknik tingkat tinggi.
Selandjutnja seminar berpendapat bahwa hendaknja pendidikan tek
nik perlu dirasionalisasi dan didemokratisir, dan setelah itu penghargaan
terhadap tenaga2 teknik ditindjau kembali.
(b). Djumlah.
Seminar berpendapat bahwa djumblah tenaga2 elektroteknik jang di
butuhkan oleh negara belum dapat dipastikan pada saat ini, akan tetapi me
ngingat rentjana lima tahun jang djuga meliputi pembangunan tenaga
listrik dan elektrifikasi, dan djuga dengan berorientasi kepada negara 2 lain,
baik jang sudah madju dalam pembangunannja maupun jang masih dalam
taraf perkembangan, maka kebutuhan akan tenaga2 elektroteknik besar sekali.
Sebagai patokan seminar berpendapat bahwa dalam djangka waktu
dua tahun perguruan2 teknik hares menghasilkan setahunnja:
100 tenaga elektroteknik tingkat tinggi;
800 tenaga elektroteknik tingkat menengah;
1500 tenaga elektroteknik tingkat pertama.
(e). Mutu.
Mengenai mutu dan banjaknja matapeladjaran seminar berpendapat
supaja tiap2 pendidikan hendaknja disesuaikan dengan kebutuhan dan tu
djuan pembangunan sekarang dan kemudian hari.
Supaja dapat bekerdja dengan effisien, koordinasi vertikal antara pen
didikan tenaga2 elektroteknik tingkat pertama, tingkat menengah dan
tingkat tinggi perlu diadakan.
Tjara2nja mengisi kebutuhan.
(1). Matjam2 pendidikan elektroteknik.
Seminar berpendapat supaja:
a). Matjam2 pendidikan teknik diadakan sesuai dengan matjam2 tenaga2
elektroteknik, djadi:
1). pendidikan elektroteknik tingkat pertama;
2). pendidikan elektroteknik tingkat menengah;
3). pendidikan elektroteknik tingkat tinggi.
4546
b). Pendidikan dalam industri bergantung kepada kebutuhan dan tu
djuan dengan memakai pendidikan klasikal sebagai dasar.
(2). Sistim pendidikan dan kurikulum.
a). Sistim pendidikan.
Setelah mengadakan orientasi pada negara2 jang sedang membangun
atau jang sudah madju, dan mengingat kebutuhan negara dewasa ini, maka
Seminar berpendapat bahwa bagian terbesar dari sardjana 2 elektroteknik jang
kita butuhkan adalah sardjana2 jang dapat segera menggunakan tek nik
disamping mengikuti perkembangan dan kemadjuan elektroteknik.
Disamping itu pula diperhatikan pendidikan sardjanasardjana. Elek
troteknik untuk development dan research fundamentil jang djumlahnja
tidak besar.
Mengingat hal tersebut, Seminar berpendapat bahwa sebaiknja dipa
kai sistim pendidikan bertaraf. Ini berarti bahwa pada taraf ke1 didi
dik sardjana2 jang dibutuhkan dalam djumlah besar dan pada taraf sete
rusnja dalam djumlah terbatas dididik sardjanasardjana untuk research dan
development.
b). Kurikulum.
Untuk melaksanakan pendidikan taraf pertama, Seminar berpendapat
supaja kurikulum disusun sedemikian rupa, hingga mempunjai dasar jang
luas.
Setjara tingkat demi tingkat kemudian menudju kepada kedjuruan
(spesialisasi), jang disesuaikan dengan kebutuhan. negara.
c). Pokok2 isi matapeladjaran2 dibagian. Elektro Teknik, I.T.B.
1).Mengingat luasnja kemungkinan projektering kawat 2 transmisi baru di
Indonesia, maka soal projektering dan dimensionering saluran transmisi
perlu ditjakup dalam kuliah2 kawat2 transmisi a. 1. mengenai per
hitunganperhitungan ekonomis,
BAGIAN PERTAMA
PERENTJANAAN DAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK
1.
PERANAN TENAGA LISTRIK DALAM PEMBANGUNAN.
Bahwasanja peranan tenaga listrik dalam pembangunan dianggap
sangat penting, dapat ditandaskan kembali kesimpulan 2 Musjawarah
Nasional Pembangunan tahun 1957, jang antara lain berbunji sebagai
berikut:
Kelistrikan adalah:
a. sjarat mutlak untuk perindustrian,
b. alat jang amat besar faedahnja dalam perkembangan hidup modern
baik hidup kenegaraan maupun hidup perseorangan.
Seminar. dengan rasa tjemas mendengar tentang kesulitan 2 dalam ke
harusan industri2 dan usaha2 pembangunan lainnja, untuk membangkit
kan dan memelihara listriknja sendiri.
Sebab2 terpaksanja usaha2 produksi ini membangkitkan tenaga lis
triknja sendiri, terutama adalah karena kapasitet jang sekarang dapat
diberikan oleh P.L.N. masih sangat terbatas, disamping belum merata
nja aparat distribusi diseluruh wilajah.
Hal jang demikian, dipandang dari sudut teknis ekonomis adalah
sukar dipertanggungdjawabkan.
Sebaliknja, Pemerintah wadjar dan bahkan perlu memberi perhati
an serta asuhannja jang sebaik 2nja, terutama mengenai soa12 jang me
njangkut pembiajaan pada umumnja dan depisen pada chususnja, sehing
ga dengan demikian, semua usaha2 jang produktif dapat berdjalan dan
berkembang sebagaimana kita inginkan. Tersedianja listrik jang tjukup
dan murah merupakan dorongan jang langsung kepada swadaja dari rak
jat guna pertaiian tjara2 kerdja, peninggian dajaguna kerdja, serta mem
perluas usaha2 dalam bidang pertanian, perindustrian dsb.nja.
Oleh sebab itu, seminar menganggap sangat perlu agar pemerintah
memberikan fasilitas2 jang seluasnja2 kepada P.L.N., sehingga P.L.N. dapat
memberikan ekadharmanja jang tjukup dan sempurna guna kelangsungan
hidup industri2 dan pembangunan2 lainnja.
2.
PANDANGAN 2 DARI SUDUT SOSIAL/EKONOMIS/PERTAHA
NAN NEGARA.
Dengan meningkatnja taraf ketjerdasan dan djumlah penduduk, maka
kebutuhan .akan tenaga listrik setjara relatip meningkat pula. Njatalah
bahwa pembangunan dan perluasan pemakaian kelistrikan harus dilaku
kan setjara maksimal. Pembangunan pertahanan negara jang sempurna
sangat tergantung pada industri 2 berat, dan industri2 berat ini memerlukan
tenaga listrik jang banjak pula. Adanja tenaga listrik jang banjak dan
industri2 berat, membuka pula lapangan kerdja jang sangat luas bagi
masjarakat. Oleh sebab' itu, betapa penting artinja pengusahaan listrik jang
merupakan unsur inti dari perkembangan kemakmu ran dan pertahanan
negara, sudahlah djelas. Tenaga listrik mempujai
4531
pengaruh2 pembiakan (multilplying effect) bagi pertumbuhan usaha 2
ekonomi dibidang2 lain jang besar sekali. Tetapi disamping dasar2 perhi
tungan pengusahaan .listrik jang bersifat sosial ekonomi, perlu pula di
dasarkan atas pertimbangan2 segi ekonomi perusahaan., sehingga peru
sahaanperusahaan listrik setjara keseluruhannja, dapat mendjamin
dirinja sendiri untuk pemhiajaan exploitasi, pembaharuan dan sebagai
nja jang diperlukan.
Berhubung dengan sifat2nja jang vital dan merupakan unsur inti
ini, serta sesuai dengan U.U.D. 1945,. Pasal 33, maka kebidjaksanaan
dari usaha2 pembangkitan dan penjebaran serta tarip tenaga listrik perlu
dikuasai olch Negara, sedangkan dalam pengusahaannja sejogianja
memperhatikan kemampuan dan swadjaja rakjat sehingga kesemuanja
mendjadi tjambuk dari pembangunan masjaralcat pada umumnja jang
merata.
3.
INPENTARISASI DAN STATISTIK.
Seminar mengemukakan perlunja dengan segera dilakukan inpen
tarisasi dari sumher2 tenaga konvensionil diseluruh Indonesia.
Untuk ini perlu segera dilakukan eksplorasi dari sumber 2 itu, guna
men.dapatkan lokalisasi dan penilaian jang teliti terhadap:
1. potensial teoritis,
2. potensial teknis,
3. potensial ekonomis,
4. potensial terpasang.
Pula perlu ditentukan tingkat prioritet pengusahaannja.
Untuk pelaksanaannja, harus segera dihentuk regu 2 penjelidik (sur
vey teams) terdiri dari Kementerian P.U. & T./P.L.N. dan Kemente
rian Perindustrian Dasar/Pertambangan, dengan bantuan fihak Angkatan
Perang,11adan2 dan Perguruan2 Tinggi jang bersangkutan.
Disampimg itu, perlu diikuti dan dipeladjari dengan seksama per
kembangan penggunaan tenaga modern (termasuk tenaga nuclear) guna
pembangkitan tenaga listrik, dan perlu dilakukan inpentarisasipenda
huluan dari sumber2 tenaga modern itu oleh Djawatan Geologi, bersama
sama dengan Lembaga Tenaga Atom, Kementerian P.U. & T/P.L.N.
dan Perguruan2 Tinggi jang bersangkutan.
Untuk penjusunan perentjanaan pembangkitan tenaga listrik tjara
saksama, maka selain inpentarisasi tadi, diperlukan statistik jang teliti,
teratur dan mutachir (up to date) mengenai pemakaian dan permintaan
tenaga listrik.
Pula diperlukan perkiraan jang teliti mengenai perkembangan kebu
tuhan akan tenaga listrik atas dasar statistik itu, dengan penindjauan
pada perkembangan industri dan bertambahnja keperluan untuk penera
ngan dan rumah tangga.
Disamping Biro Pusat Statistik, maka Seminar mengemukakan perlu
nja Kementerian P.U. & T/P.L.N. menjusun dan mengumumkan angka 2
pembangkitan dan pemakaian tenaga listrik, bukan hanja dari P.L.N sadja,
tetapi djuga dari luar P.L.N.
4532
4.
SASARAN (TARGET) DAN RENTJANA PEMBANGUNAN.
Seminar menginsafi, bahwa pelaksanaan rentjana pembangunan
bertalian erat dengan keadaan keuangan Negara, chususnja dalam sek
tor depisen, serta dengan tersedianja tenaga 2 jang terdidik, terlatih dan
berkepribadian nasional.
Seminar berpendapat, bahwa untuk mendorong industrialisasi harus
disediakan tenaga listrik setjukuptjukupnja.
Dengan mengutamakan kebutuhan tenaga listrik untuk industri
(termasuk traksi), tanpa melupakan keperluan untuk penerangan dan ru
mah tangga, maka seminar berkejakinan bahwa:
pada tahun 1965 harus tersedia 1.000.000 KW.
pada tahun 1970 harus tersedia 2.000.000 KW.
Untuk mentjapai sasaran ini, maka dalam djangka pendek perlu di
bangun pusat2 listrik tenaga uap jang mempergunakan batubara dalam ne
geri sebagai bahan bakar. Bersamaan dengan itu dibangun pula pusat 2
listrik tenaga air untuk djangka pandjang. Pusat 2 listrik tenaga diesel dan
lain jang memakai minjak sebagai bahan bakar, chusus untuk keadaan
darurat, untuk tempat2 dimana tidak ada kemungkinan lain dan untuk
keperluan segera, perlu djuga dibangun.
Perlu diterangkan disini bahwa penggunaan batubara mempunjai
alasan2 antara lain sbb.:
1. Untuk memadjukan exploitasi batubara, jang dapat membuka
lapangan kerdja jang Iuas. Perlu diketahui bahwa pada umumnja
batubara Indonesia masih muda, sehingga sementara ini peng .
gunaannja jang tepat adalah, untuk tudjuan bahan bakar. Per
sediaan batubara adalah sangat besar djumlahnja, sehingga
penggunaan dari kekajaan ini perlu segera dilakukan untuk
memperoleh manfaat jang sebesarbesarnja.
2. Menghemat pemakaian minjak bumi, jang merupakan sumber
depisen.
3. Dengan bertambahnja penggunaan batubara, harga bahan ini
akan menurun, jang nantinja merupakan bahan bakar jang paling
ekonomis. Untuk melaksanakan ini, soal pengangkutan batubara
hendaknja mendjadi perhatian chusus.
Lokalisasi pusat2 tenaga listrik ini dipeladjari dan ditentukan menurut
kebutuhan industri.
Serempak dengan pembangunan pusat2 pembangkitan tenaga listrik
itu, maka pada industri' ini dan untuk keperluan penerangan dan rumah
tangga harus diberi fasilitas2 untuk melaksanakan perkembangan 2nja
hingga tenaga listrik ini dapat digunakan serasi pada waktunja.
5.
PERSOALAN TARIP DAN PEMBAGIAN PEMAKAIAN TENAGA
LISTRIK.
Menginsjafi bahwa pembangunan tenaga listrik adalah sjarat mutlak
guna pembangunan perindustrian semesta, maka seminar berpendapat
bahwa tarip tidak boleh merupakan penghalang bagi maksud tersebut.
Dalam hubungan itu, seminar mengharapkan agar tarip listrik di
gunakan sebagai alat oleh Pemerintah untuk mempertjepat pembangunan
4533
tenaga listrik jang direntjanakan dan disampingnja djuga memperhatikan
fungsi sosialnja.
Dalam mendjalankan kebidjaksanaan mengenai tarip hendaknja pe
merintah berpedoman pada hal2 sbb.:
1. Exploitasi perusahaan harus dapat dibiajai sendiri.
2. Untuk rakjat harus diadakan tarip jang dapat dibajar.
3. Mentjiptakan beberapa matjam tarip dengan tudjuan untuk me
ninggikan dajaguna dengan tjara memperbaiki faktor muatan se
besar mungkin.
Pada saat sekarang ini hanja 30% dari pemakaian listrik seluruhnja
digunakan untuk industri, traksi, telekomunikasi dan lain usaha produktip,
dan menginsjafi pula bahwa persediaan tenaga listrik jang tjukup adalah
sjarat mutlak untuk industrialisasi, maka seminar menjarankan agar dalam
merentjanakan pembangunan kelistrikan tegas ditudjukan untuk memberi
djatah jang sebesar mungkin kepada perindustrian dan lain sektor jang
produktip.
Seminar berbesar hati dengan prasaran J.M. Menteri P.U. & T. bahwa
dalam djangka waktu pendek pemakaian industri dsb.nja itu akan di
usahakan mentjapai 70%.
Untuk mentjapai maksud ini, sangat diharapkan usaha jang maksimal
dari fihak industri maupun P.L.N. dimana industri diharapkan untuk
menambah regu kerdja serta mempergunakan listrik dimana behannja
rendah.
6. INDUSTRI ALAT2 LISTRIK DI INDONESIA.
Seminar sependapat dengan Menteri Inti Pembangunan dan Menteri
P.U. & T.; bahwa pembangunan industri alat 2 listrik perlu segera dimulai,
agar Indonesia dalam mentjukupi kebutuhannja akan alat 2 listrik, tidak
selalu tergantung pada luar negeri. Demikian pula hal itu adalah penting
sekali demi penghematan depisen, kenaikan skill dan knowhow para
tehnisi kita, dan pembukaan lapangan kerdja industri jang baru.
Selain dari pada itu usaha tersebut adalah djalan untuk dapat meng
adakan pembangunan tenaga listrik jang pesat sekali dikemudian had un
tuk dapat mentjukupi kebutuhan masjarakat.
Seminar menjokong sepenuhnja rentjana Menteri P.U. & T. untuk da
lam djangka waktu.pendek mendirikan bengkel besar Y.L.N. jang dalam
taraf pertama mengerdjakan reperasi 2 herat dari perlengkapan 2 listrik jang
telah ada didalam negeri, jang selandjutnja akan dikembangkan mendjadi
pabrik2 alat2 listrik.
Seminar mengharapkan agar Pemerintah dapat mendirikan dan mem
perkembangkan industri alat2 bagi keperluan2 listrik, dan dalam hal ini
mengikutsertakan segala „Funds and Forces” dari pengusaha swasta
nasional dalam pengusahaan industri2 tsb.
Dalam hal ini seminar mengharapkan supaja segera diusahakan:
1. Expliotasi dari tambang tembaga dan industri pemurniannja.
2. Lekas terselenggaranja projek alumunium.
3. Mempertjepat penjelcnggaraan projek' besi badja.
4. Industri segala matjam kabel2 listrik dan kawat listrik.
4534
5.
6.
7.
Industri alat2 perlengkapan untuk instalasi listrik.
Industri keramik listrik dan bahan2 isolasi lainnja.
Produksi dari mesin2 listrik seperti motor listrik, generator, trans
formator dsb,nja.
8.
Menambah djumlah pabrik2 semen.
Untuk mendapat alat2 listrik maka semua instansi sangat diharapkan
sebelum mengimpor alat2 tsb., lebih mengutamakan pemesanan kepada
industri2 dalam negeri, antara lain perusahaan2 jang sekarang dibawah ling
kungan BAPPIT. Hal ini adalah sangat penting artinja untuk mendorong
industri alat2 listrik dalam negeri. Usaha2 jang demikian. ini, perlu didam
pingi oleh laboratoria Pusat P.L.N., Perguruan Tinggi, Keymenterian Per
industrian, dan oleh Dewan Normalisasi Indonesia (D.N.L)
7.
KELISTRIKAN DESA DAN MIKROHYDROLISTRIK.
Seminar dengan gembira menjambut perhatianjang sedemikian luas
terhadap soal kelistrikan desa dan mengharap agar tenaga listrik betul 2
dapat dirasakan oleh rakjat.
Seminar berpendapat bahwa kelistrikan desa bertudjuan mening
gikan daja produksi desa2 baik dalam lapangan pertanian maupun indus tri
serta pula guna meninggikan taraf hidup dan mendorong swadaja rak jat
pada umumnja.
Mengingat mahalnja biaja pembangunan untuk pembangkitan satuan 2
ketjil, maka satuan2 jang demikian itu hanja dapat dilakukan melulu bagi
desa2 jang dalam djangka pendek belum menundjukkan kemungkinan
penjambungan kepada djaring2 umum. Bagi desa2 jang diharapkan adanja
perkembangan setjara tjepat serta mempunjai kemungkinan penjambung
an kepada djaring2 umum, maka perlu dipertimbangkan penjambungan
tersebut, atau sekaligus pemasangan satuan jang besar.
Seminar merasa gembira dengan adanja spontaniteit Dinas 2 P.U.
Daerah untuk membantu dalam melakukan penjelidikan mengenai kemung
kinan mikrohydrolistrik jang telah meliputi lebih dari seratus tempat.
Seminar mengharapkan agar pertjobaan2 jang dilakukan Kementerian
P.U. & T./P.L.N.'dikelima tempat „pilot project” berhasil baik, sehingga
akan merupakan tambahan tenaga jang berharga.
Dalam hal ini, hendaknja diperhatikan soal2 dajaguna, dan selain itu
perlu pula disadari proporsinja dalam pembangunan listrik setjara kese
luruhannja.
Mengingat bentuk perumahan2 didesa, maka dalam djangka pendek
perlu diadakan tambahan peraturan tentang pemasangan instalasi rumah
jang sederhana, dan jang dilihat dari sudut tehnis serta pengamanan dapat
dipertanggungdjawabkan.
Dengan demikian biaja instalasi rumah 2 untuk keperluan rakjat dapat
diringankan,.
Hendaknja diperhatikan adanja persediaan jang tjukup akan alat 2
jang diperlukan guna penjambungan perumahan2 rakjat tsb.; supaja pe
kerdjaan dapat didjalankan dengan lantjar dan pembajaran oleh rakjat
dapat diatur dengan seringanringannja.
Seminar menganggap perlu melatih kader 2 listrik dalam rangka usaha2
P.M.D. (Pembangunan Masjarakat Desa).
4535
6.
A.
PENGUSAHAAN LISTRIK.
Mengenai pengusahaan listrik, Seminar mendengar dua pendapat
jang belum dipertemukan ialah:
1. bahwa pengusahaan listrik dalam seluruhnja (pembangkitan,
penjaluran dan distribusi) hanja dilakukan/diselenggarakan oleh
Negara.
2. bahwa dalam seminar dikemukakan harapan agar Negara dapat
hendaknja rnengikutsertakan segala funds and forces jang ada
pada pengusaha swasta nasional.
Seminar disamping itu berpendirian, bahwa pada pokoknja hanja
Negaralah jang menjelenggarakan pengusaha listrik. Walaupun de
mikian; dalam Seminar diharapkan, agar pengusahaan 2 listrik di
tempattempat jang belum dapat diselenggarakan Negara dalam djang
ka pendek diserahkan kepada/diselenggarakan oleh pengusaha swas
ta nasional.
B. Seminar merasa tjemas akan tiadanja koordinasi dalam pembangunan
tenaga listrik, terutama antara Kementerian P.U. & T., Kementerian 2
Perindustrian, Kementerian Perhubungan Darat dan P.T.T. dsb.nja
baik dalam pembangkitan maupun pemakaiannja. Demi kelan
tjaran pembangunan negeri jang sehat dan effisien chususnja dibi
dang kelistrikan maka Seminar berpendapat perlu diadakan suatu
koordinasi jang sebaikbaiknja. Untuk itu adalah sangat tepat bila
mana diadakan suatu Badan Koordinasi antar Kementerian, jang terdiri
antara lain dari Wakilwakil Kementerian P.U. & T., Ke
menterian/Perhubungan Darat/P.T.T., Kementerian Dalam Negeri,
fihak pengusaha swasta nasional dan lainlainnja.
Badan tersebut diatas dapat berbentuk suatu Dewan tenaga Listrik
atau Panitia Negara Urusan Tenaga Listrik.
4536
BAGIAN KEDUA
TEKNOLOGI TENAGA LISTRIK.
1. PERKIRAAN SUMBER TENAGA:
(a). Dengan melihat adanja bermatjam 2 tjara teknis dan ekonomis un tuk
menentukan besarnja sumber tenaga listrik jang tersedia, Semi nar
berpendapat bahwa dalam bidang ini perlu ditentukan tjara dan ,
standard tertentu dalam menghitung tenaga jang tersedia dalam suatu
sumber jang belum diusahakan. Untuk itu, diandjurkan supaja da
lam waktu singkat oleh Kementerian Pekerdjaan Umum dan Tenaga
dipeladjari standard tsb.
(b). Tugas itu meliputi:
(1) Standard menentukan teknik perkiraan besarnja tenaga jang ter
simpan dalam suatu bidang (minjak, batubara), dan potensial de
bit dari pengaliran dan tinggi terdjun suatu sungai, jang selandjut
nja akan disebut potensial teoretis.
(2) Standard menentukan kemungkinan pengusahaan teknis sumber
sumber listrik tersimpan tsb. dengan ilmu teknik jang dikenal
pada waktu itu, jang selandjutnja akan disebut potensial tek
nis.
(3) Standard penentuan kemungkinan pengusahaan ekonomis sum
bersumber tenaga tersimpan tsb., jang selandjutnja akan dise
but potensial ekonomis.
a). Sesuai dengan kemadjuan teknik eksplorasi, maka djumlah poten sial
theoretic dan demikian djuga lain 2nja akan berubah, hingga perlu
potensial ditindjau setjara berkala (dan menundjukkan instan si jang
melakukan perkiraan dan tahunnja).
b). Pada potensial teknik dalam bidang listrik thermis supaja terutama
dibahas bersama tjara2. teknik pertambangan, teknik pengangkutan
dan penjimpanan. Adalah sangat berbeda apakah penambangan batu
bara ini misalnja merupakan penambangan terbuka (open it) ataupun
dengan terowongan (galleries).
Demikian djuga apakah pengangkutan melalui daratan atau air. Dalam
bidang hydro terutama dibahas bersama teknik dari djaring 2 pembagi
listrik, sedang untuk djumlah airnja diperhatikan kehutuhan 2 lain
(misalnja irigasi, navigasi dsb.).
c). Pada potensial ekonomis, terutama dibahas djumlah konsumen dan
matjamnja konsumen, untuk penentuan banjaknja usaha jang ekono
mis dapat dipertanggungdjawabkan
d). Hendaknja dibahas pula mengenai korelasi antara potensial teoretis,
potensial teknis dan potensial ekonomis, supaja dibedakan antara
sumber teknis dan aplikasi dari sumber itu.
e). Menurut perkiraan kasar sekarang, Indonesia mempunjai tjadangan
tenaga kompensionil (tenaga air, minjak, batubara) jang djumlahnja
hanja dapat membawa masjarakat Indonesia kepada taraf kemakmu
ran jang sangat terbatas. Karen itu Seminar mengandjurakan agar
4537
dilakukan usaha2 setjepat2nja untuk mengadakan eksplorasi tjadang
an dari bahan tenaga atom dan lain bahan tidak konvensionil. Tugas
ini dapat dibebankan kepada Djawatan Geologi dengan mengharapkan
bantuan Angkatan Udara R.I. untuk penjelidikan dari Udara.
(d). Perlu dikemukakan bahwa dua dari beberapa aspek jang sangat pen
ting dalam bidang teknologi, adalah:
a. mengusahakan sumber2 daja baru,
b. pembangunan serta penjempurnaan komunikasi.
„Aerial survey” memungkinkan kita untuk mengerdjakan segala
matjam pekerdjaan perentjanaan (pembuatan peta jang teliti, penje
lidikan bahan2 pertambangan dsb.nja): Singkatnja, dari daerah jang
dahulunja dikira mustahil dibangun atau diusahakan, maka dengan tjara
„Airborne magnitic survey” dapat diketahui isi kekajaan alamnja.
2.
PENINDJAUAN PUSAT2 PEMBANGKIT DARI SUDUT TEKNIS DAN
EKONOMIS.
Setelah membahas pemilihan pusat' pembangkit tenaga listrik di
pandang dari sudut teknis ekonomis, Seminar berpendapat bahwa pemi
lihan besarnja, matjam, djumlah unit dan lain ketentuan'teknis ekonomis
tidak dapat ditentukan setjara umum, melainkan harus didasarkan atas
beberapa faktor jang untuk tiap pusat pembangkit dapat berlainan.
Faktor2 jang menentukan ketentuan2 tersebut ialah:
1. Fungsi dari pusat pembangkit tenaga listrik.
Pusat pembangkit jang akan digunakan sebagai pemikul beban dasar,
akan berlainan dari pemikul beban puntjalc ataupun dari pusat pem
bangkit tersendiri.
(b). Besar seluruhnja dari daja jang dibutuhkan:
Harus ditindjau djuga perkembangan kebutuhan tenaga listrik dan
apakah ini harus ditampung dalam kemungkinan perluasan pusat pem
bangkit.
(c). Penempatan pusat pembangkit tenaga listrik:
Penempatan pusat pembangkit ditentukan oleh daerah pemakai te
naga listrik dan sumber2 enersi (tenaga air, bahan bakar padat, tjair
dan gas, tenaga atom dsb.) jang dapat digunakan. Daerah pemakai
tenaga listrik itu menentukan perlu tidaknja Pusat Pembangkit itu
dihubungkan dengan djaring2 jang sudah aria atau telah diren
tjanakan. Sifat pemakaian tenaga listrik (apakah industri besar/ketjil,
rumah tangga atau kombinasi antara dua ini) dan tjara pemakaian te
naga listrik, besarnja perobahan2 serta kemungkinan perkembangan
semua memberi pengaruh.
(d). Urgensi dari pembangkit tenaga listrik.
Dalam pada itu harus diperhitungkan djuga waktu jang dibutuhkan
untuk survey dan lain pekerdjaan pendahuluan serta waktu untuk
pembangunan sendiri, sebelum memutuskan pemilihan suatu pusat
Pembangkit.
4538
(e). Sifat2 dari mesin2 penggerak dan besarnja unit.
Faktor ini djika ditindjau lebih mendalam akan ternjata luas sekali.
Turbine air, turbine uap biasa, turbine uap untuk reaktor atom, tur
bine gas dan diesel semua mempunjai sifat2 chas. Sifat 2 ini menentu
kan a.l. besar maksimum dari unit2 jang untuk ke 5 matjam tsb. ber
lainan. Karakteristik mesin2 serta responsi atas suatu perobahan be
ban (besar/ketjil) jang tjepat serta pun kemungkinan untuk bekerdja
bergandeng dengan mesin2 jang sudah ada dan jang telah direntjanakan,
mempengaruhi djuga besarnja unit.
Djika tadi ditindjau dari sudut teknis, sekarang factor ini ditindjau
dari sudut ekonomis: Harga satuan tenaga listrik jang dibangkit (jang
setjara kasar terdiri dari bunga modal, penjusutan, harga bahan bakar
dan biaja pengawasan), banjaknja kebutuhan akan skilled personel,
menentukan apakah pemilihan suatu matjam pusat pembangkit se
tjara ekonomis dapat dipertanggungdjawabkan, ataukah harus di
dasarkan atas pertimbangan2 lain. Dalam pada itu kalimat dalam salah
satu prasaran, jang mengatakan bahwa efficiensy dari mesin 2 diesel di
atas 1000 KW kini telah diimbangi atau dilebihi oleh mesin 2 turbine gas
jang dapat menggunakan minjak residu ataupun gas alam seba gai
bahan bakar, perlu dipeladjari lebih landjut karena dari suatu
perhitungan terang dapat dilihat bahwa letak batasnja djauh lebih
tinggi daripada 1000 KW. Keuntungan turbin gas adalah dilain bi
dang ialah a.l. sedikitnja membutuhkan air pendingin, ketjilnja ukuran
untuk daja tertentu dll. Flexibility terhadap bahan bakar jang ada pada
misalnja ketel uap (dapat pakai batubara atau minjak residu) suatu
sipat jang baik, akan tetapi sering akan menaikkan harga mesin.
Suatu hal jang sangat penting adalah terdjaminnja bahan bakar untuk
pusat2 pembangkit thermis, dan debit air untuk pusat pembangkit de
ngan tenaga air.
Dengan naiknja pusat pembangkit, pengangkutan bahan bakar harus
setaraf pula dengan itu.
Reliability dan djuga waktu antara dua revisi, penting untuk exploit
tasi. Ini a.l. ikut menentukan djumlah unit jang akan dipasang. Pada
umumnja dapat dikatakan bahwa djumlah unit minimal memberikan
harga pembelian jang minimal djuga, tetapi djumlah unit lebih besar
menaikkan flexibility dan reliability.
Pemilihan djumlah unit minimal (djadi unit jang besar 2) lebih penting
untuk turbine uap dan gas, karena disini efficiensi agak banjak ter
gantung dari besarnja unit.
Beberapa sudut tentang ini ditindjau lagi setjara lebih mendalam da
lam lampiran.
Melihat gedjala, bahwa pada suatu ketika dihari kemudian tenaga
atom akan diperlukan sebagai penambah tenaga konpensionil maka
seminar berpendapat, bahwa sebaiknjalah perkembangan teknologi
installasi tenaga atom diikuti dengan intensip.
Djika dalam waktu dekat Indonesia merentjanakan pendirian Pusat
tenaga jang besar, jaitu diatas 50 KW dan jang agak djauh tempat
nja dari sumber2 minjak dan batubara, maka perlu diperhatikan djuga
4539
penanaman modal dalam alat2 pengangkutan untuk mengangkut mi
njak dan batubara itu:
Dalam hal demikian dapatlah penanaman modal untuk Pusat pem
bangkit tenaga atom lebih menguntungkan daripada penanaman mo
dal untuk pusat pembangkit kopensionil ditambah dengan alat 2 trans
port.
3.
PROJEKPROJEK MIKRO.
Seminar berpendapat, bahwa:
(a). Dari sudut fungsinja pada saat sekarang dan dalam waktu dekat ini,
pusat2 pembangkit mikro dapat memberikan manfaat pada masjara
kat jang djauh letaknja daril djaring2 penjalur dari pusat2, pembang
kit dan jang dalam waktu dekat tidak ada kemungkinan penjambu
ngannja.
(b).Pertimbangan akan pemasangan pusat2 mikro harus berdasarkan pa da
usaha untuk menaikkan taraf hidup, dengan usaha merangsang
(stimuleren) industri2 desa, pertanian dan peternakan.
(c). Dalam hal ini tidaklah perlu ditjapai penjempurnaan teknis jang formil.
Penjelidikan teknologis untuk menggunakan konstruksi2 sederhana,
sentral mikro dan pelaksanaan pembangunannja hendaknja dimulai
daril sekarang.
(d).Sungguhpun usaha2 tersebut akan memberikan tenaga listrik tamba han
jang berharga; namun dalam rangka usaha elektrifikasi semesta, hasil
tersebut hanjalah merupakan bagian jang terlalu ketjil, disam ping
mutu hasilnja adalah kurang sempurna.
Oleh sebab itu hendaknja perhatian tidaklah terlalu tertudju pada
persoalan ini, terutama didalam penggunaan depisen.
4.
PANDANGAN TERHADAP DJARING2 DAN SALURAN2 PENG
GANDENG.
(a). Daerah pembangkitan.
Seminar berpendapat, bahwa mengingat faktor teknis dan ekonomis,
untuk mengusahakan pembangkitan, penjaluran dan pembagian
tenaga listrik jang sebaikbaiknja, dipandang perlu tetap diadakan
daerah2 pembangkitan jang tertentu.
Dengan perkataan daerah pembangkitan, dimaksudkan suatu daerah
tertentu dimana persoalan teknis pembangkitan dan penjaluran tenaga
listrik berhubung dengan letak geografisnja ataupun tjorak pembangkit
an dan penjaluran tenaga listrik, dapat diserahkan pada satu pimpinan.
(b). Djaringdjaring.
Dalam suatu daerah pembangkitan seminar berpendapat, bahwa un
tuk mendjamin tersedianja tjadangan dan kelangsungan pemberian
tenaga dengan alat2 jang minimal, perlu diadakan interkoneksi jang
intensip.
Seminar berpendapat, bahwa dalam suatu daerah pembangkitan per
lu diadakan sistim2 primer jang merupakan tulang punggung dan se
kunder sebagai penjaluran selandjutnja. Sistim2 ini supaja menggu
4540
nakan tegangan2 tertentu menurut kebiasaan dan norma Internasio nal
menurut I.E.C. untuk memungkinkan tukar menukar alat 2. Hendaknja
diperhatikan pula kemungkinan2 untuk meninggikan tegangan dengan
menggunakan perlengkapan jang lama dengan perobahan2 minimal.
Selain itu djaring2 dalam suatu daerah pembangkitan harus mempunjai
sistim pengamanan jang tjukup baik untuk mendjamin kelangsungan
pemberian tenaga, mengingat besarnja akibat 2 dari putusnja aliran.
Seminar dengan tjemas menundjuk pada kenjataan, bahwa djaring 2
jang ada sekarang di Indonesia, sudah terlalu tua, terlampau ketjil
dajanja, dan tidak sesuai lagi pengamannja.
(c). Saluran penggandeng (koppellijn).
Bila diantara beberapa daerah pembangkitan terdapat:
(1). peak tidak bersamaan,
(2). kelebihan tenaga,
(3). kemungkinan saling memakai tjadangan,
maka mereka dapat bekerdja tolongmenolong dengan mengadakan
saluran2 penggandeng (tie line = koppellijn) dari daerah satu kedaerah
jang lain. Tetapi perlu pula diingat bahwa:
(1). Saluran2 penggandeng jang pada umumnja djaraknja terlalu hesar
membawa kemungkinan bertambahnja gangguan sehingga
menambah persoalan pengamanan (protection),
(2). Ada kerugian2 tenaga dalam saluran penggandeng,
(3). Pembiajaan pembangunan saluran penggandeng ini seringkali
setaraf dengan pembiajaan pembuatan satu pusat pembangkit
tenaga listrik.
Maka untuk kebanjakan daerah2 pembangkitan jang sudah ada di Djawa
sekarang seminar menganggap bahwa saluran penggandeng belumlah
mendesak.
(d). Pengaruh tenaga listrik terhadap telekomunikasi.
Dalam hubungan hal2 tersebut diatas, Seminar berpendapat, bahwa
dalam perentjanaan sistim djala2 dan interkonekasi perlu memper
hitungkan pula kemungkinan2 gangguan jang membahajakan saluran2
Telekomunikasi jang berdekatan.
Sebagai pedoman dapat dipakai petundjuk2:
Comites consultatifs internatioaux Telephonique et Telegra
phique (C.C.I.F. et C.C.I.T.) Rome Edition 1937 mengenai:
Directives concerning the protection of the communication
lines against the adverse effects of electrical power lines.
Mengenai persoalan2 jang serba sulit ini perlu segera diadakan penje
lidikan2 dan pertjobaan2 bersama antara Perguruan Tehnik Ting
gi, P.L.N., D.K.A. dan F.T.T.
Selandjutnja seminar mengandjurkan dalam pelaksanaannja
pembangunan tenaga listrik diadakan kerdja soma seerateratnja
antara P.L.N. dan P.T.T. agar kemungkinan 2 saling mengganggu
dapat dihindarkan.
4541
USAHA2 MEMPERKETJIL BIAJA2 PEMBANGKITAN DAN PE
NJALURAN.
Biaja pembangkitan.
Seminar berpendapat hahwa guna menekan biaja pembangkitan dan
penjaluran tenaga listrik serendahrendahnja perlu diperhatikan hal 2
sebagai berikut:
Teknis:
(a). Mengurangi kerugian2 dalam saluran (12 R) dengan pemeliharaan
dan pemeriksaan kawat2 serta sambungan2nja.
(b). Mengusahakan factor muatan (load factor) jang tjukup tinggi.
(c). Pengaturan dan perbaikan Cos 0 jang dapat diatur clari pihak pe
makai, maupun dari fihak pembangkitan dan penjaluran sendiri.
Ekonomis:
(a). Menggunakan mesin2 atau perlengkapan pembangkit listrik
jang relatip murah harganja atas dasar perhitungan komersiiI.
(b). Pemeliharaan keadaan hydrologis dengan memelihara hutan
hutan dan menanam kembali jang sudah gundul oleh Djawatan
kehutanan.
(c). Harga2 dan biaja2 untuk mendatangkan bahan bakar (fasilitas
transpor).
(d). Dimana mungkin supaja pusat2 pembangkit ditempatkan se
dekatdekatnja dengan sumber bahan bakar, dipandang dari segi
kelangsungannja dan dalam batas2 perhitungan ekonomis jang
dapat dipertanggungdjawabkan.
(e). Mempertinggi kemahiran dan keachlian para petugas, sehingga
tertjapai suatu tjara kerdja jang effektip.
(f). Standardisasi, dan normalisasi.
6. PERSOALAN TEKNIK TEGANGAN TINGGI DAN LABORA
TORIUMNJA.
(a). Tegangan tinggi di Indonesia.
Dalam menentukan besarnja tegangan dalam sesuatu kawat pengan
tar biasa dipakai pertimbangan2 pelbagai segi a.l.:
(1). perhituhgan2 ekonomis, dengan mengingat kerugian 2 jang di
perkenankan,
(2). djarak transmisi,
(3). besarnja daja jang disalurkan,
(4). persoalan2 lain jang berkenaan dengan tegangan tinggi.
Meskipun demikian, Seminar berpendapat bahwa dalam menentu
kan besarnja tegangan jang dipakai, perlu djuga diperhatikan halhal
tersebut dibawah ini:
a) Tegangantegangan jang lazim dipefgunakan diluar negeri,
b) Kemungkinan perluasan djaring2 pada waktu2 jang akan datang. Hal
ini perlu, karena:
5.
4542
1. Pemilihan diluar tegangan? jang lazim dipakai . memba wa
akibat pembelian alatalat jang lebih mahal dan su karnja
reserve.
2. Tidak diperhitungkannja kemungkinan untuk perluasan
djaringdjaring pada waktu jang akan datang dapat meng
akibatkan terlalu banjaknja matjam tegangan jang dipakai
untuk transmisi.
Kini di Indonesia telah dipergunakan tegangan2 transmisi 30 kV dan
70 kV. Dengan dibangunnja pusatpusat Pembangkit besar, akan
dipergunakan pula 150 kV.
Dapat digambarkan, bahwa bila dalam waktu jang akan datang terla
lu banjak matjammatjam tegangan transmisi dipergunakan, maka ke
tjuali dipandang dari penjediaan „reserve” kurang menguntungkan,
djuga „interchangeability” alatalat berkurang.
Untuk mendapatkan tegangan mengenai perkembangan diwaktu jang
akan datang, amat perlu adanja suatu „overall plan ” mengenai djaring
djaring di Indonesia.
(b). Pemakaian alat2 modern.
Dalam tahun2 belakangan ini telah banjak didapat penemuanpene
muan terbaru dalam lapangan penggunaan tenaga listrik, seperti tek
nik pengaturan dsb. Seminar berpendapat, bahwa tjara 2 pemakaian
terbaru hendaknja supaja dimulai dipergunakan setjara luas di Indo
nesia dengan berangsurangsur.
Pemakaian elektrokimia (dan galvanoteknik) perlu dirangsang teruta
ma untuk raffinering tembaga kotor (logam tua) untuk didjadikan
tembaga elektrolitis.
Hal2 tsb. diatas mempunjai tudjuan sbb.:
1). Setjara annum telah didapat kesatuan pendapat, bahwa Indone
sia harus bergerak kearah industrialisasi. Dalam hal ini Semi
nar berpendapat, bahwa industri' jang didirikan harus djuga ber
sifat modern dengan dajaguna dan effisiensi jang tinggi. Untuk ini,
mulai dipergunakannja pendapatan2 dan tjara2 produksi baru
akan mendorong kearah tudjuan mi.
2). Dengan mempergunakan alat2 baru, para pekerdja di Indonesia
mulai terlatih dengan alat2 modern, sehingga bila didatangkan alat2
modern mereka tidak akan tjanggung lagi.
(c). Soal fasilitas pendidikan (research centre dan laborato
rium tegangan tinggi).
Mengingat, bahwa:
— Indonesia pada waktu ini harus mengimpor alat 2 listrik tegangan
tinggi jang perlu diperiksa memenuhi sjarat atau tidaknja.
— Alat2 perlengkapan tegangan tinggi jang dipakai djuga memerlu
kan pemeriksaan sewaktu2 maupun setjara berkala.
— Untuk menstimulir industri alat2 listrik didalam negeri harus dapat
diadakan pertjobaan2. untuk bimbingan industriindustri tsb.,
4543
fasilitas penjelidikan tegangan tinggi. Dengan mengingat bahwa
matjam fasilitas tsb., dapat digolongkan menurut tudjuannja, un
tuk keperluan a.l.
— pendidikan
— pekerdjaan routine perusahaan
— pekerdjaan perkembangan perusahaan
— penjelidikan
maka dalam taraf pertama, diandjurkan kerdjasama erat antara P.L.N.,
Perguruan Tinggi Teknik dan Kementerian Perindusttrian untuk ter
laksananja suatu fasilitas penjelidikan tegangan tinggi, dengan per
lengkapan tjukup untuk mentjoba alat2 dengan tegangan kerdja 300
KV.
lni didasarkan pertimbangan, bahwa baik kalangan pendidikan, P.L.N
maupun pihak2 perindustrian membutuhkan salah satu atau lebih ma
tjam fasilitas2 tsb. diatas, sedangkan disamping itu perlu pula diingat
kemampuan keuangan negara.
'
Fempat jang paling menguntungkan untuk laboratorium tsb. adalah
jang dekat dengan Balai Penjelidikan Bahan2 dan Institut Teknologi
Bandung, jang kebetulan merupakan tempat jang paling dekat pula
dari pembangkit2 jang ada di DjawaBarat.
Dalam taraf kedua perlu difikirkan suatu pendirian laboratorium jang
berdiri sendiri, jang berhak, dan mampu memberi sertifikat tentang
m.utu.
Dalam pada itu perlu pada waktu jang singkat mengerahkan bebe
rapa sardjana/mahasiswa tingkat terachir untuk memperdalam teknik
laboratorium tegangan tinggi.
7. INDUSTRI ALAT2 LISTRIK.
(a). Dengan meningkatnja industralisasi dan permintaan tenaga listrik
jang diharapkan akan terdjadi dalam waktu jang singkat, maka
kebutuhan untuk alat2 listrik baik untuk pemakaian maupun produk
si tenaga listrik akan terus meningkat. Proses elektrifikasi akan lebih
tjepat bila didalam negeri dimulai dengan serius dan sistematis indus
tri alat2 listrik (bahan2 isolator, pemutus arcs, kawat2, kabel2, motor/
generator dll.).
Industri2 dalam negeri jang sudah ada (alat2 penghubung tegangan ren
dah, isolator tegangan rendah, alat2 pemakai dll.) akan mendapat rang
sangan jang besar bila ada fasilitas penjelidikan jang mentjobanja dan
memberi bimbingan, sedang sjarat2 diturunkan sampai batas jang
masih mungkin.
Madjunja industri alat2 listrik akan sangat dipertjepat bila ada kesem
patan mulai dengan produksi lisensi atau assembling. Dalam taraf ini
para ahli mendapat knowhow dengan tjepat, sedangkan tambahan
kesempatan bekerdja tak pula kurang pentingnja. Sebagai tjontoh da
pat dikemukakan disini pabrik semen Gresik, assembling Gaya Mo
tor dll.
Kelangsungan pemasukan bahan baku dari luar negeri harus didja min
untuk kelantjaran dan kemadjuan industri2 tsb.
4544
Dengan dimulainja projek2 badja dan besi, pembuatan bahan 2 mag
netis perlu difikirkan.
(b). Pemakaian kaju.
Dalam pembangunan sistim listrik di Indonesia untuk menghemat
pembiajaan, perlu dipergunakan segala kemungkinan jang ada di In
donesia.
Pemakaian kaju jang sering tampak diluar negeri untuk tiang2
transmisi2, di Indonesia sendiri belum dilakukan setjara umum, pada
hal Indonesia mempunjai berbagai matjam kaju dalam djumlah jang
tjukup banjak. Karena itu penjelidikan jang serius dalam soal pema
kaian kaju ini perlu segera dilaksanakan untuk mempeladjari segala
kemungkinan penggunaannja setjara besar2an. Dalam hal ini perlu
diadakan saluran pertjobaan dari 30 KV atau 70 KV dengan beker
dja lama dengan bagian penjelidikan kaju dari Djawatan Kehutanan,
Regional Housing Centre, serta djawatan 2 lainnja. Soa12 impregnering
dan pengawetan perlu diselidiki setjara sistematis.
Bersama dengan itu perlu diadakan penjelidikan untuk megusahakan
pengangkutan jang praktis dari tiang2 kaju mulai dari tempat2 asalnja
(misalnja hutan2 dipedalaman Kalimantan, dsb.) sampai ditempat
pemasangan dipulaupulau lainnja. Kalau perlu dengan memesan
kapalkapal chusus jang dapat dikombinasikan dengan pengangkutan
bahan bakar batubara dari tempat2 pertambangan kepusat2 pembang
kitan thermis jang membutuhkannja.
8.
ANDJURAN.
Untuk meneruskan dasardasar jang telah ditjapai hingga sekarang
dan agar. langkahlangkah selandjutnja bisa dilaksanakan, diperlukan
adanja suatu badan sebagai berikut:
LEMBAGA TEKNOLOGI LISTRIK INDONESIA
Jang bertudjuan antara.lain:
a. menghimpun tenagatenaga ahli atau jang menaruh minat dalam
teknik listrik,
b. mengusahakan perkembangan Teknologi Listrik dalam bidang jang
seluasluasnja dengan mengadakan:
1. Seminar,
2. Symposium,
3. Penerbitan2,
4. Pameian,
dan lainlain.
Sebagai langkah pertama kepada Panitya PelaksanaSeminar Teknik
Tenaga Listrik dipertjajakan untuk mengusahakan berdirinja Pani
tia Persiapannja.
4545
BAGIAN KETIGA.
PENDIDIKAN, KERDJASAMA DAN PENJELIDIKAN.
1. PENDIDIKAN.
Kebutuhan akan tenagatenaga elektroteknik.
(a). Matjammatjam tenaga elektroteknik.
Berkenaan dengan matjam2 tenaga elektroteknik jang dirasa perlu
bagi pembangunan negara, seminar berpendapat bahwa dibidang pen
didikan hendaknja dididik tiga matjam tenaga2 elektroteknik, jalah:
(1). tenaga elektroteknik tingkat pertama;
(2). tenaga elektroteknik tingkat menengah;
(3). tenaga elektroteknik tingkat tinggi.
Selandjutnja seminar berpendapat bahwa hendaknja pendidikan tek
nik perlu dirasionalisasi dan didemokratisir, dan setelah itu penghargaan
terhadap tenaga2 teknik ditindjau kembali.
(b). Djumlah.
Seminar berpendapat bahwa djumblah tenaga2 elektroteknik jang di
butuhkan oleh negara belum dapat dipastikan pada saat ini, akan tetapi me
ngingat rentjana lima tahun jang djuga meliputi pembangunan tenaga
listrik dan elektrifikasi, dan djuga dengan berorientasi kepada negara 2 lain,
baik jang sudah madju dalam pembangunannja maupun jang masih dalam
taraf perkembangan, maka kebutuhan akan tenaga2 elektroteknik besar sekali.
Sebagai patokan seminar berpendapat bahwa dalam djangka waktu
dua tahun perguruan2 teknik hares menghasilkan setahunnja:
100 tenaga elektroteknik tingkat tinggi;
800 tenaga elektroteknik tingkat menengah;
1500 tenaga elektroteknik tingkat pertama.
(e). Mutu.
Mengenai mutu dan banjaknja matapeladjaran seminar berpendapat
supaja tiap2 pendidikan hendaknja disesuaikan dengan kebutuhan dan tu
djuan pembangunan sekarang dan kemudian hari.
Supaja dapat bekerdja dengan effisien, koordinasi vertikal antara pen
didikan tenaga2 elektroteknik tingkat pertama, tingkat menengah dan
tingkat tinggi perlu diadakan.
Tjara2nja mengisi kebutuhan.
(1). Matjam2 pendidikan elektroteknik.
Seminar berpendapat supaja:
a). Matjam2 pendidikan teknik diadakan sesuai dengan matjam2 tenaga2
elektroteknik, djadi:
1). pendidikan elektroteknik tingkat pertama;
2). pendidikan elektroteknik tingkat menengah;
3). pendidikan elektroteknik tingkat tinggi.
4546
b). Pendidikan dalam industri bergantung kepada kebutuhan dan tu
djuan dengan memakai pendidikan klasikal sebagai dasar.
(2). Sistim pendidikan dan kurikulum.
a). Sistim pendidikan.
Setelah mengadakan orientasi pada negara2 jang sedang membangun
atau jang sudah madju, dan mengingat kebutuhan negara dewasa ini, maka
Seminar berpendapat bahwa bagian terbesar dari sardjana 2 elektroteknik jang
kita butuhkan adalah sardjana2 jang dapat segera menggunakan tek nik
disamping mengikuti perkembangan dan kemadjuan elektroteknik.
Disamping itu pula diperhatikan pendidikan sardjanasardjana. Elek
troteknik untuk development dan research fundamentil jang djumlahnja
tidak besar.
Mengingat hal tersebut, Seminar berpendapat bahwa sebaiknja dipa
kai sistim pendidikan bertaraf. Ini berarti bahwa pada taraf ke1 didi
dik sardjana2 jang dibutuhkan dalam djumlah besar dan pada taraf sete
rusnja dalam djumlah terbatas dididik sardjanasardjana untuk research dan
development.
b). Kurikulum.
Untuk melaksanakan pendidikan taraf pertama, Seminar berpendapat
supaja kurikulum disusun sedemikian rupa, hingga mempunjai dasar jang
luas.
Setjara tingkat demi tingkat kemudian menudju kepada kedjuruan
(spesialisasi), jang disesuaikan dengan kebutuhan. negara.
c). Pokok2 isi matapeladjaran2 dibagian. Elektro Teknik, I.T.B.
1).Mengingat luasnja kemungkinan projektering kawat 2 transmisi baru di
Indonesia, maka soal projektering dan dimensionering saluran transmisi
perlu ditjakup dalam kuliah2 kawat2 transmisi a. 1. mengenai per
hitunganperhitungan ekonomis,