HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS ADIWIYATA DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI EKSTRINSIK PESERTA DIDIK DI SMPN 36 SURABAYA.

(1)

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS ADIWIYATA DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI EKSTRINSIK PESERTA DIDIK

DI SMPN 36 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

MIFTAKHUL KHOIR NIM. D03211018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM

2015


(2)

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS ADIWIYATA DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI EKSTRINSIK PESERTA DIDIK

DI SMPN 36 SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi salah satu persyaratan

Dalam menyelesaikan program sarjana Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

MIFTAKHUL KHOIR NIM.D03211018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Dunia pendidikan bersifat dinamis dan akan selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Hal ini mengaharuskan lembaga pendidikan untuk selalu berinovasi dalam meningkatakan mutu pendidikan yang ada di dalam lembaga pendidikan tersebut. mutu suatu lembaga pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh manajemen suatu lembaga itu sendiri, bagaimana proses manajemen suatu lembaga pendidikan dapat meningkatkan mutu, pemerintah mengeluarkan program adiwiyata sebagai wujud program dalam meningkatkan mutu pendidikan sekaligus untuk melestarikan lingkungan. Sekolah yang sudah menerapkan adiwiyata akan menampilkan tatanan lingkungan yang bersih, hijau dan nyaman. Sehingga kondisi tersebut dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk lebih giat belajar dilingkungan sekolah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen sekolah berbasis adiwiyata di SMP Negeri 36 Surabaya, Bagaimana bentuk motivasi peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya dan bagaimana hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik. Pembahasan ini diharapkan berguna sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi peserta didik dan guru dalam pengembangan program adiwiyata serta menjadikan warga sekolah ikut aktif dalam pelestarian lingkungan.

Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif dengan model korelasional. Dalam penelitian ini populasinya berjumlah siswa yang kemudian diambil sampel 20%. Jadi sampel yang penulis ambil adalah 172 siswa. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yang pertama variabel bebas yaitu manajemen sekolah berbasis adiwiyata dan variabel terikat yakni peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik. Untuk teknik analisis data, penulis menggunakan analisis korelasi, yaitu pearson correlation product moment untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik diperoleh dari hasil nilai pearson correlation dan dari tabel output didapatkan nilai ρ = 0.541, jika dilihat pada tabel interpretasi koefisien korelasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan hubungannya antara kedua variabel tersebut adalah sedang.


(7)

Kata Kunci: Manajemen Sekolah Berbasis Adiwiyata, Motivasi ekstrinsik.

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengajuan ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Motto... v

Halaman Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Abstrak ... ix

Daftar isi ... x

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8


(8)

E. Batasan Masalah... 10

F. Penelitian Relevan ... 10

G. Definisi Operasional... 11

H. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II : LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Manajemen ... 15

1. Pengertian Manajemen ... 17

2. Fungsi-Fungsi Manajemen ... 17

B. Sekolah Berbasis Adiwiyata ... 20

1. Pengertian Sekolah Adiwiyata ... 20

2. Tujuan Program Adiwiyata ... 28

3. Prinsip Dasar Adiwiyata ... 29

4. Komponen- komponen Adiwiyata ... 30

C. Peningkatan Motivasi ekstrinsik ... 32

1. Pengertian Motivasi ... 32

2. Jenis-Jenis dan Faktor Motivasi ... 34

3. Fungsi Motivasi ... 38

4. Ciri-Ciri Peserta didik termotivasi ... 39

D. Hubungan manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik ... 40

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44


(9)

B. Tempat dan Waktu penelitian ... 45

C. Variabel Penelitian ... 45

D. Indikator Variabel ... 46

E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 49

F. Tekhnik Pengumpulan data ... 52

G. Instrumen Penelitian ... 55

H. Tekhnik Analisis data ... 58

I. Hipotesis Penelitian ... 61

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek penelitian di SMPN 36 Surabaya 1. Sejarah Berdiri dan Letak Geografis ... 62

2. Struktur Organisasi Sekolah ... 65

3. Data Guru dan Karyawan ... 65

4. Data Peserta didik ... 67

5. Sarana dan Prasarana ... 68

B. Penyajian Data Hasil penelitian 1. Manajemen Sekolah Berbasis Adiwiyata di SMPN 36 Surabaya ... 72

2. Bentuk Motivasi Ekstrinsik Peserta Didik di SMPN 36 Surabaya ... 78

3. Hubungan Manajemen Sekolah Berbasisi Adiwiyata dengan Peningkatan Motivasi Ekstrinsik Peserta Didik di SMPN 36 Surabaya ... 81


(10)

a. Uji Validitas ... 81 b. Uji Reliabilitas ... 83 c. Uji Normalitas ... 84

C. Analisis Data

1. Analisis Data Manajemen sekolah Berbasis Adiwiyata di

SMPN 36 Surabaya ... 87 2. Analisis Data Bentuk Motivasi Ekstrinsik Peserta Didik

di SMPN 36 Surabaya ... 96 3. Analisis Data Hubungan Manajemen Sekolah Berbasisi

Adiwiyata dengan Peningkatan Motivasi Ekstrinsik

Peserta Didik di SMPN 36 Surabaya ... 105

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 110 B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator variabel Aspek Manajemen sekolah berbasis

adiwiyata ... 47

Tabel 3.2 Indikator Aspek Motivasi Ekstrinsik peserta didik dalam belajar ... 48

Tabel 3.3 Jumlah keseluruhan peserta didik di SMPN 36 Surabaya tahun 2014 ... 49

Tabel 3.4 Jumlah pengambilan sampel dari tiap kelas ... 51

Tabel 3.5 Table penilaian favorable dan Unfavorable ... 53

Tabel 3.6 Interprestasi Koefisien Korelasi. ... 60

Tabel 4.1 Data Tim Pengelolaan Adiwiyata di SMP negeri 36 Surabaya ... 65

Tabel 4.2 Jumlah Peserta didik di SMP negeri 36 Surabaya ... 68

Tabel 4.3 Sarana dan prasarana SMP Negeri 36 Surabaya ... 68

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Butir Manajemen Sekolah Berbasis adiwiyata dan motivasi ekstrinsik peserta didik ... 82

Tabel 4.5 Hasil Uji reliabilitas skala variabel manajemen sekolah berbasis adiwiyata dan motivasi ekstrinsik peserta didik ... 83

Tabel 4.6 Hasil uji normalitas sebaran manajemen sekolah berbasis adiwiyata ... 84

Tabel 4.7 Hasil korelasi skala manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan motivasi ekstrinsik peserta didik ... 86

Tabel 4.8 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang kesenangan dengan mapel PLH ... 88

Tabel 4.9 Distribusi jawaban reseponden peserta didik yang tidak ikut dengan pelestarian lingkungan di sekolah ... 89

Tabel 4.10 Distribusi jawaban reseponden peserta didik yang senang membuat karya seni dengan memakai barang daur ulang ... 89


(12)

Tabel 4.11 Distribusi jawaban reseponden peserta didik yang setuju

dengan adanya penghijauan ... 90 Tabel 4.12 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang tidak

berpartisipasi mengikuti kegiatan lingkungan hidup ... 91 Tabel 4.13 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang adanya

tempat sampah di sekolah terpisah (organik/anorganik). ... 91 Tabel 4.14 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang ketidak

ikutsertaan dalam kegiatan Pengelolaan limbah ... 92 Tabel 4.15 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang

semangat atau giat giat ikut melestarikan lingkungan ... 92 Tabel 4.16 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang Sarana

di sekolah ... 93 Tabel 4.17 Distribusi jawaban reseponden peserta didik tentang ruang

kelas yang memiliki sumber belajar ... 94 Tabel 4.18 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai jika

Jika sarana lingkungan hidup disekolah ... 94 Tabel 4.19 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai

adanya poin pendidikan lingkungan hidup di visi dan misi ... 95 Tabel 4.20 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai untuk

semangat mengikuti pelajaran ... 97 Tabel 4.21 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai siswa

yang tidak suka membaca buku di tempat yang teduh ... 98 Tabel 4.22 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai

Sekolah adiwiyata itu bagus ... 98 Tabel 4.23 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai

kenyamanan nyaman belajar ... 99 Tabel 4.24 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai


(13)

Tabel 4.25 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai pernyataan seringkali saya malas jika pada saat jam belajar

udara terasa ... 100 Tabel 4.26 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai

pernyataan belajar merupakan kesenangan siswa ... 101 Tabel 4.27 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai

Fasilitas sekolah ... 102 Tabel 4.28 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai

pelajaran PLH merupakan kesenangan bagi siswa ... 102 Tabel 4.29 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai

suasana sekolah panas dan tandus ... 103 Tabel 4.30 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai

pernyataan suasana sekolah yang nyaman ... 104 Tabel 4.31 Distribusi jawaban reseponden peserta didik mengenai


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Foto hasil dokumentasi kegiatan peserta didik saat

pembelajaran PLH ... 79 Gambar 4.2 Foto hasil dokumentasi kegiatan peserta didik saat


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : BUKTI KONSULTASI

LAMPIRAN II : SURAT TUGAS

LAMPIRAN II : SURAT KETERANGAN PENELITIAN FAKULTAS

LAMPIRAN III : SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI SMPN 36

SURABAYA

LAMPIRAN IV : DAFTAR INTERVIEW

LAMPIRAN V : DAFTAR ANGKET

LAMPIRAN VI : STRUKTUR ORGANISASI SMPN 36 SURABAYA

LAMPIRAN VII : DATA GURU DAN KARYAWAN

LAMPIRAN VIII : TABEL DATA VARIABEL X DAN Y

LAMPIRAN IX : KEBIJAKAN SEKOLAH ADIWIYATA


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan semakin berkembang dengan adanya berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta di tantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. Dengan adanya pendidikan di dunia diharapkan semua manusia mendapatkan pendidikan secara merata, khususnya bagi peserta didik di sekolah. Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain; guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam proses pembelajaran di sekolah menempatkan kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik adalah faktor lingkungan. Menurut Semiawan lingkungan adalah segala sesuatu di luar diri individu (eksternal) dan merupakan sumber informasi yang diperolehnya melalui panca inderanya. Salah satu lingkungan yang terbukti sangat berperan dalam pembentukan kepribadian murid adalah sekolah.1 Lingkungan Sekolah adalah ruang bagi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

1


(17)

2

Terkait dengan masalah lingkungan, ada beberapa masalah lingkungan yang makin hari makin bertambah banyak dan beragam. Kegiatan pengembangan dan pesatnya kemajuan tekhnologi di berbagai bidang telah dan akan terus menimbulkan dampak posotif maupun negatif pada lingkungan, yaitu berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang pada akhirnya akan berakibat pada penurunan kualitas lingkungan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mempengaruhi kelesetarian lingkungan hidup. Terkait dengan masalah lingkungan yang makin hari makin bertambah banyak dan beragam tersebut maka dianjurkan untuk sekolah menerapkan manajemen atau pengelolaan sekolah berbasis adiwiyata.

Dengan adanya manajemen atau pengelolaan program adiwiyata khususnya di lingkungan sekolah, yakni ruang dimana peserta didik melaksanakan kegiatan pembelajaran. Agar lingkungan yang ada dan sudah mengalami penurunan kualitas tersebut tidak menjadi semakin parah akan diadakan pemulihan lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut pembangunan nasional diarahkan untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Salah satu unsur dalam konsep pembangunan berkelanjutan tersebut adalah pendidikan lingkungan hidup (environmental education).

Pendidikan lingkungan hidup merupakan program pendidikan untuk membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab terhadap alam dan terlaksananya


(18)

3

pembangunan yang berkelanjutan. Tujuanya yaitu agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup.

Secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Dalam upaya mempercepat pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup khususnya jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, untuk mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup maka pada tanggal 21 Februari 2006 telah dicanangkan Program Adiwiyata.2

Program Adiwiyata adalah satu program Kementerian Lingkungan Hidup yang merupakan implementasi Permen Lingkungan Hidup No. 02 th 2009. Program ini merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup (KLH).3 Tujuan dari program adiwiyata yaitu untuk menciptakan kondisi sekolah yang baik dan ideal untuk

2http://badan lingkungan hidup.surabaya. go.id

diakses pada tanggal 5 november 2014, pukul 18.00.

3http://.menlh.go.id,


(19)

4

menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran bagi warga sekolah. Berkaitan dengan tujuan dari program adiwiyata tersebut maka organisasi sekolah hendaknya menerapkan program adiwiyata dengan sebaik mungkin, guna terlaksananya iklim yang kondusif dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran setiap peserta didik atau siswa mempunyai suatu tujuan yang harus dicapai didalamnya, baik tujuan pendek maupun tujuan jangka penjang yang dapat membuat diri mereka mempunyai suatu perubahan yang terjadi setelah mereka mengikuti sebuah proses pendidikan yang diberikan oleh guru mereka. Seorang guru selayaknya memberikan sebuah dorongan atau motivasi yang harus dapat memberikan motivasi terhadap diri mereka untuk meningkatkan prestasi di dalam belajar mereka.

Motifasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang berarti bergerak atau

bahasa Inggrisnya “to move”. Kata motifasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi, motivasi merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku dan di dalam perbuataannya itu mempunyai tujuan tertentu.

Menurut Malayu motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan


(20)

5

segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.4 Motivasi (motivasion) dalam manajemen hanya ditujukkan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Sumber daya manusia dalam pendidikan salah satunya adalah peserta didik.

Dalam meningkatkan minat belajar peserta didik seorang guru mempunyai andil didalamnya yang mana memberikan suatu arahan untuk dapat bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa. Bagaimana untuk dapat meningkatkan prestasi belajar ? Salah satu bentuk untuk meningkatkan prestasi belajar yaitu dengan memberikan motivasi kepada siswa. Dengan adanya motivasi yang diberikan kepada siswa harapannya dapat untuk meningkatkan prestasi mereka di sekolah.

Motivasi merupakan sisi perilaku yang di tampilkan seseorang. Orang – orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar dari pada yang tidak. Motivasi juga didevinisikan keinginan melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memenuhi kebutuhan individu.5 Terdapat dua jenis motivasi yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.6 Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dipengaruhi oleh faktor faktor

4

Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. (Bumi Aksara, Jakarta, 2005), hal 143.

5

Robbins, Prinsip-Prinsip Perlaku organisasi, (Jakarta: Erlangga,2002), hal 55.

6


(21)

6

dari luar situasi belajar (resides in some factor outside the learning situation).7 Motivasi ini timbul karena dorongan, sehingga siswa mau melakukan sesuatu misalnya, seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat dikelasnya. Jadi, ia mau melakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi karena diperintah orang tuanya agar mendapat peringkat kelas.

Dalam hal ini diberikan paparan berupa motivasi kepada siswa yaitu motivasi yang berasal dari tempat belajar atau lingkungan yang bersih, hijau dan nyaman untuk suatu nilai positif dalam meningkatkan motivasi belajar mereka. Bagi siswa yang mempunyai suatu motivasi dalam belajar akan membangun suatu aktivitas yang positif. Disini akan diberikan suatu informasi mengenai bagaimana Hubungan peningkatan motivasi belajar siswa dengan penerapan pengelolaan lingkungan berbasis adiwiyata. Manajemen merupakan proses pengelolaan atau penyelenggaraan. Pengelolaan sekolah berbasis adiwiyata telah diterapkan di SMPN 36 Surabaya. Sehingga terdapat tatanan sekolah yang hijau, bersih dan

nyaman di lingkungan sekolah tersebut. Dari pengamatan di lapangan masih banyak sekolah yang kurang

maksimal dalam penerapan program adiwiyata bahkan masih ada juga sekolah yang belum menerapkan program adiwiyata. Pada umumnya sekolah yang menerapkan adiwiyata menggunakan system green school atau lingkungan hijau yakni dengan penanaman banyak pohon di lingkungan sekolah. Dengan adanya

7Ibid.


(22)

7

banyak pepohonan di Sekolah lingkungan akan menjadi sejuk sehingga siswa akan merasa nyaman belajar di lingkungan sekolah. Berbeda dengan sekolah yang belum menerapkan, lingkungan sekolah ini akan lebih gersang sehingga udara akan terasa panas dan siswa kurang termotivasi untuk belajar di sekolah.

Sehubungan dengan hal tersebut, SMP Negeri 36 Surabaya merupakan salah satu sekolah yang sudah mengelola atau memanajemen program adiwiyata. Hal ini dibuktikan dengan adanya penghijauan di sekitar luar ruangan kelas di sekolah tersebut, selain itu banyak slogan-slogan yang menghimbau kepada seluruh warga SMP Negeri 36 Surabaya untuk bersama-sama melestarikan lingkungan hidup dan bersama-sama menjaga dan mengelola program adiwiyata yang ada di sekolah tersebut. Sehingga secara tidak langsung program adiwiyata memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan motivasi peserta didik siswa.

Di SMPN 36 Surabaya telah memulai program adiwiyata pada tahun 2006 dan sudah mengimplementasikannya pada kegiatan sekolah, sehingga tatanan sekolah di SMPN 36 terlihat bagus dan nyaman bagi warga sekolah, khususnya peserta didik yang berada pada lingkungan tersebut. tatanan lingkungan yang bersih dan nyaman menimbulkan munculnya motivasi ekstrinsik bagi peserta didik.

Pentingnya motivasi ekstrinsik bagi siswa karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi ekstrinsik siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajarnya.


(23)

8

Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.8 Selain itu keberhasilan seorang siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang hijau, bersih dan nyaman akan menunjang motivasi siswa lebih giat belajar di lingkungan sekolah.

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang : ”HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS ADIWIYATA DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI

EKSTRINSIK PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 36 SURABAYA.”

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang ada, maka ditemukan masalah yang dapat peneliti rumuskan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen sekolah berbasis adiwiyata di SMP Negeri 36 Surabaya?

2. Bagaimana bentuk motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya?

3. Adakah hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya?

8


(24)

9

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang peneliti kemukakan diatas peneliti mempunyai tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui manajemen sekolah berbasis adiwiyata di SMP Negeri 36 Surabaya.

2. Untuk mengetahui motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya.

3. Untuk mengetahui hubungan antara manajemen sekolah adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan, khususnya pada bidang program studi manajemen pendidikan. Adapun manfaat dari penelitan ini ada dua yaitu secara teoritis dan praktis.

1. Secara teoritis

a. Dengan mengetahui tentang hubungan manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya, Maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan teoritis khususnya dalam masalah motivasi ekstrinsik peserta didik.

b. Dapat menambah kepustakaan sebagai bantuan dan studi banding bagi mahasiswa dimasa mendatang.


(25)

10

2. Secara praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi semua warga sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam pengeloalaan program adiwiyata terhadap peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik.

E. Batasan masalah

Penelitian ini dibatasi untuk mencegah terjadinya pembahasan yang terlalu luas. Batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan meneliti tentang bagaimana hubungan manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMP Negeri 36 Surabaya.

2. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah siswa, guru pembimbing, guru kelas dan kepala sekolah di SMP Negeri 36 Surabaya.

F. Penelitian Yang Relevan

Tinjauan pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Setelah melakukan penelusuran, tulisan tentang manajemen sekolah berbasis adiwiyata pernah di bahas dalam :

Abdul Halim, Judul penelitian ini adalah Peran Kepala Sekolah dalam mewujudkan Sekolah adiwiyata (Studi kasus pada kepala sekolah dasar negeri petemon XIII Surabaya). Dalam penelitian ini Peneliti menganalisis tentang


(26)

11

pengelolaan program adiwiya sebagai upaya penyelamatan sumber daya alam. sebagai perwujudan program adiwiyata Pendidikan lingkungan hidup diyakini sebagai salah satu alternatif solusi yang efektif dan efisien dalam upaya meningkatkan pengetahuan dalam fungsi lingkungan hidup. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai yaitu interview, observasi, dan dokumentasi.9

Abdul Kohar Ismail, Judul penelitian ini adalah Kebijakan Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di SDN Kandangan III Surabaya. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis tentang bagaimana pengelolaan dan apakah dampak yang dihasilkan oleh penerapan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai yaitu interview, observasi, dan dokumentasi.10

Dari peneliti yang terdahulu menjelaskan tentang sistem pengelolaan dan implikasinya saja, sehingga ini menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti dari segi hubungan manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMPN 36 Surabaya.

G. Devinisi Operasional

Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Manajemen Sekolah Berbasis Adiwiyata Dengan Peningkatan Motivasi Ekstrinsik Peserta Didik Di SMPN 36

9

Abdul Halim, judul skripsi: peran kepala sekolah dalam mewujudkan sekolah adiwiyata (studi kasus pada kepala sekolah dasar negeri petemon XIII Surabaya), IAIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas tarbiyah, 2011.

10

Abdul Kohar ismail, Judul Skripsi : Kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di SDN Kandangan III Surabaya, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Tarbiyah, 2011.


(27)

12

Surabaya”. Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang judul skripsi ini

dan menghindari salah pengertian dalam memahaminya maka penulis perlu menguraikan beberapa istilah untuk memperjelas maksud dari beberapa definisi yang terkandung dalam judul skripsi ini, antara lain :

1. Manajemen adalah Pimpinan atau direksi yang bertanggung jawab atas jalanya perusahaan dan organisasi; Penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.11

2. Sekolah adiwiyata adalah Sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan yang indah. Dengan adanya program adiwiyata diharapkan seluruh masyarakat di sekitar sekolah agar dapat menyadari bahwa lingkungan yang hijau adalah lingkungan yang sehat bagi kesehatan tubuh.12

3. Motivasi ekstrinsik adalah sebab sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran atau pendapat, sesuatu yang jadi pokok.13 motivasi yang dipengaruhi oleh faktor faktor dari luar situasi belajar (resides in some factor outside the learning situation).14 Motivasi ini timbul karena paksaan, sehingga ia mau melakukan sesuatu, misalnya, seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat dikelasnya. Jadi, ia mau melakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi karena diperintah orang tuanya agar mendapat peringkat kelas.

11

Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Badan pengembangan dan pembinaan bahasa kementrian pendidikan dan kebudayaan, hal 274.

12

http://badan lingkungan hidup surabaya.go.id, diakses pada tanggal 19 november 2014, pukul 18.00.

13

Kamus Bahasa Indonesia, Op.cit.,283.

14


(28)

13

4. SMPN 36 Surabaya

adalah suatu lembaga pendidikan yang dikategorikan salah satu pendidikan umum dengan pengelolaan program adiwiyata yang berkembang. SMPN 36 Surabaya ini beralamat di jl. Kebonsari sekolahan no. 15 Surabaya.

Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud Manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan motivasi ekstrinsik adalah pengelolaan program adiwiyata (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan), kaitanya dalam mempengaruhi peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan diungkapkan hasil penelitian skripsi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian secara eksplisit dan sistematis, penelitian ini disusun berdasarkan beberapa bab dan setiap bab terbagi menjadi sub bab, adapun sistematika pembahasan adalah sebgai berikut :

Bab I: Pendahuluan pada bab ini dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistem sistematika pembahasan dari hasil penelitian itu sendiri.

Bab II : Kajian Teori pada bab ini mengemukakan landasan teori tentang Hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik : Manajemen, Pengertian Manajemen, Manajemen menurut para ahli, Fungsi-Fungsi Manajemen. Sekolah berbasis adiwiyata, pengertian sekolah adiwiyata, tujuan sekolah adiwiyata, prinsip-prinsip dan komponen program adiwiyata. Motivasi ekstrinsik, pengertian motivasi,


(29)

14

jenis-Jenis motivasi, fungsi motivasi, konsep motivasi ekstrinsik. Hubungan Manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik.

Bab III : Bab ini memaparkan metode penelitian yang mencakup ; jenis dan pendekatan penelitian, variabel, indikator variabel , instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan teknik analisis data.

Bab IV : Laporan Hasil Penelitian pada bab ini menjelaskan tentang penyajian data dan tekhnik analisis data yang meliputi; penyajian data yang terdiri dari gambaran umum, penyajian data tentang manajemen sekolah berbasis adiwiyata di SMPN 36 Surabaya dan analisis data mengenai hubungan manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMPN 36 Surabaya.

Bab V : Penutup dalam bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan dari penulisan serta saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan.


(30)

15

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep dasar Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia maneggiareyang berarti “mengendalikan,” terutamanya

“mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manusyang berati “tangan”.

Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti

“kepemilikan kuda” yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni

mengendalikan kuda, dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.1 Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Secara umum manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil yang diinginkan dengan tujuan dari usaha-usaha manusia dan sumber daya lainnya. Namun dalam perspektif yang lebih luas, manajemen adalah suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui

1


(31)

16

kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.2

Sebagai bahan perbandingan ada baiknya kita melihat beberapa pendapat lainnya tentang definisi manajemen:

a. Menurut Malayu Hasibuan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan.3

b. Menurut Hani Handoko Manajemen yaitu bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan.4

c. Menurut Gordon dalam Bafadal “Menyatakan bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu.5

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa istilah Manajemen mengandung beberapa pengertian yaitu: manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur, manajemen sebagai pelaksanaan dari fungsi perencanaan dan manajemen sebagai metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.

2

Syarifuddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2005), hal.41-42.

3

Hasibuan,Malayu SP, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 2000), hal.2.

4

Handoko T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi II, Cetakan keempat belas, (Yogyakarta: BPFE, 2000), hal.10.

5

Ibrahim Bafadal, Peningkatan profesionalisme guru sekolah dasar dalam kerangka manajemen, peningkatan mutu berbasis sekolah, (Salatiga: Bumi aksara, 2004), hal.39.


(32)

17

2. Fungsi Fungsi Manajemen6

Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang selalu melekat dalam proses manajemen dan dijadikan acuan manajer dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi manajemen yang paling mendasar adalah planning

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan

controlling (pengawasan). Di bawah ini dijelaskan fungsi manajemen sebagai berikut :

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha menghubung-hubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain, kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan dateng yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Atau dengan kata lain, perencanaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan waktu untuk mencapai tujuan.

Dalam melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan di sekolah diperlukan identifikasi aspek lingkungan, identifikasi peraturan perundang-undangan, penetapan tujuan dan sasaran lingkungan sekolah serta penetapan program lingkungan untuk pencapaiannya. Semisal pada perencanaan manajemen di SMPN 25 yang merencanakan program adiwiyata dengan poin perencanaaan terwujudnya lingkungan sehat dan bersih di sekolah.

6Ibid


(33)

18

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja, menetapkan wewenang relatif serta tanggung jawab masing-masing individu atas komponen kerja, dan menyediakan lingkungan kerja yang tepat dan sesuai. Dengan kata lain, pengorganisasian adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengatur manusia atau karyawan atau pegawai. Pada sistem ini, organisasi mengembangkan kemampuan dan mekanisme yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran PLH di sekolah.

Pada kegiatan mengorganisasi sekolah membagi tim pelaksanaan manajemen program adiwiyata menjadi beberapa tim pengelolaan lingkungan yang meliputi koordinator perawatan taman, koordinator hutan sekolah, koordinator green house dan lain-lain.

c. Actuating (Penggerakan)

Actuating adalah menempatkan semua anggota pada kelompok agar kerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi. Atau dengan kata lain, penggerakan artinya kegiatan yang berhubungan dengan memotivasi atau memberi semangat kepada karyawan atau pegawai. Pada kegiatan actuating pemeriksaan dan tindakan koreksi dilaksanakan oleh organisasi untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja lingkungan sekolah.


(34)

19

Pelaksanaan actuating pada sekolah yang menerapkan perencanaan sekolah dengan poin perencanaaan terwujudnya lingkungan sehat dan bersih, seperti pada contoh fungsi planning, semisal tim adiwiyata yang sudah terbagi melaksanakan tugas mengkaji kondisi lingkungan sekolah, kebijakan sekolah, sarana dan prasarana sekolah dll. Dan kegiatan penggerakan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah yaitu memotivasi tim koordinator pengelolaan adiwiyata dan ikut serta dalam pelaksaanaan program tersebut.

d. Controlling (Pengawasan)

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang akan dicapai (standard), apa yang sedang dilakukan pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilamana perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan menurut rencana, yaitu sesuai dengan standar. Atau dengan kata lain, pengawasan adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengendalikan atau mengawasi setiap pekerjaan serta melakukan tindakan koreksi. Pada tahap ini Hasil dari proses pemeriksaan dan tindakan koreksi tersebut dijadikan masukan bagi manajemen dalam menerapkan prinsip pengkajian dan penyempurnaan, yaitu berupa kajian ulang manajemen yang dilaksanakan organisasi setiap beberapa bulan sekali.

Dalam kegiatan controlling atau pengawasan ini pihak manajemen sekolah mengevaluasi kegiatan adiwiyata yang sudah dilaksanakan oleh sekolah apakah sesuai dengan perencanaan atau kurang sesuai. Jika pelaksanaan kurang sesuai maka dapat diperbaiki.


(35)

20

Pada manajemen sekolah berbasis adiwiyata pelaksanaan ke-empat fungsi manajemen diatas digunakan untuk mencapai tujuan program adiwiyata. Tujuan progam adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik.

B. Sekolah berbasis Adiwiyata

1. Pengertian Sekolah Berbasis Adiwiyata

Sekolah adalah suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk pengajaran para peserta didik di bawah pengawasan para guru. Sekolah merupakan komunitas masyarakat yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, dan tata usaha dan karyawan yang di dalamnya merupakan salah satu medium efektif bagi pembelajaran dan penyadaran warga sekolah. Dalam sebuah negara mempunyai model sistem pendidikan formal yang mana hal ini sifatnya wajib. Selain itu sistem ini jugalah yang membuat para siswa bisa mengalami kemajuan dengan melalui serangkaian kegiatan di sekolah tersebut.

Salah satu kegaiatan yang dicanangkan sekolah adalah program adiwiyata, berdasarkan program peraturan menteri lingkungan hidup No.02 th 2009, program ini merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup.7

7Ibid.


(36)

21

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Dalam pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para stakeholders, menggulirkan Program Adiwiyata ini dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.8

Kata lingkungan mengandung arti atau meliputi banyak hal seperti: pendidikan, pendidik, keluarga, sekolah, masyarakat, adat-istiadat, dan situasi umum. Dibawah ini akan diuraikan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian lingkungan, diantaranya:

a Menurut Poerwadarminta lingkungan adalah “semua yang mempengaruhi tingkahlaku mereka dan interaksi antara mereka.9

b Novak dan Gowing dalam Ali mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar

dengan istilah “millien” yang berarti konteks terjadinya pengalaman belajar.

8

Ibid.

9


(37)

22

Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.10 c Menurut Hamalik lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar kita

yang ada hubungannya dan pengaruh terhadap diri kita. Dalam arti yang spesifik lingkungan adalah hal-hal atau sesuatu yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Berpengaruh artinya bermakna, dan berperan terhadap pertumbuhan serta perkembangan peserta didik.11

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis berpendapat bahwa lingkungan adalah segala yang berada diluar dari individu yang dapat mempengaruhi perkembangan. Ada bagian lingkungan yang tidak dapat diubah atau dipengaruhi misalnya iklim dan ada pula bagian lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi untuk kepentingan anak didik misalnya makanan, pakaian, rumah, lingkungan belajar, dan sebagainya. Adapun jenis lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaranya.

UNESCO mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran.12

a Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik, biologi, sosio ekonomi, dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.

10

Ali, Muhammad. 2002. Penelitian Pendidikan Proses dan Strategis. Bandung : Angkasa.hal 6

11

Oemar Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti.hal 140

12


(38)

23

b Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam suatu kelompok masyarakat.

c Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan pada hakikatnya mendekatkan dan memadukan peserta didik dengan lingkunganya, agar mereka memiliki rasa cinta, peduli, dan tanggung jawab terhadap lingkunganya. Inilah sebenarnya yang disebut life skill, sehingga pembelajaran membekali peserta didik dengan berbagai keterampilan untuk bisa hidup dan mempertahankan lingkunganya, serta mengembangkan diri secara optimal.

Menurut Zakiyah Daradjat dan kawan-kawan, dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.13 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah semua yang tampak di sekeliling kita dan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku kita. Lingkungan hidup yang dimaksut adalah lingkungan alam atau lingkungan fisik sekolah yaitu lingkungan tempat belajar peserta didik. Terdapat dua aspek pokok lingkungan fisik peserta didik ,yaitu :

13


(39)

24

1. Lingkungan fisik sekolah

Lingkungan fisik yang merupakan lingkungan belajar peserta didik yang sangat penting. Peserta didik menginginkan belajar dalam gedung dan perlengkapan fisik yang bagus serta dapat dibanggakan, dengan demikian ada kesenangan untuk bersekolah. Gedung sekolah dan perlengkapan fisik yang bagus tidak saja merupakan tempat belajar, akan tetapi merupakan bagian penting dalam kehidupan peserta didik dimana dia belajar, berolah raga dan berkreasi.14

Adapun lingkungan fisik meliputi :

a. Kondisi bangunan dan lokasi sekolah Dalam mendirikan suatu bangunan sekolah haruslah dipenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Harus memenuhi kebutuhan pendidikan yang didasarkan pada umur anak dan kebutuhan pendidik.

2) Harus dapat memenuhi perkembangan progam pendidikan di masa yang akan datang yang mungkin berupa perubahan

3) cara mengajar dan peralatan guru. Harus memenuhi syarat-syarat kesehatan, keamanan dan nyaman.

4) Memenuhi perluasan gedung

5) Dekat dengan perumahan penduduk

14


(40)

25

6) Dekat dengan tanah lapang atau taman, jika tidak mempunyai aula olah raga atau lapangan olah raga.15

b. Fasilitas dan sarana umum

Untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar disekolah diperlukan fasilitas dan sarana umum yang memadai. Dalam hal ini adalah untuk memberi kenyamanan dan kemudahan pada semua warga sekolah, yaitu dengan adanya gedung sekolah yang bagus, tempat ibadah, perpustakaan, laboratorium, kamar mandi, toilet, taman sekolah, dan lain-lain.16

2. Lingkungan sosial di sekolah

Lingkungan sosial sekolah yakni tempat dimana warga sekolah saling berinteraksi dan melakukan sesuatu secara bersama-sama antar sesama maupun dengan lingkungannya. Adapun lingkungan sosial meliputi :

a Sikap dan penampilan guru

Faktor yang paling besar pengaruhnya dalam proses pendidikan yang ada di sekolah adalah seorang guru, sehingga guru di sini mempunyai andil yang sangat besar mengarahkan anak didik dimana harus dibawa, oleh sebab itu sikap dan penampilan seorang guru harus bisa menjadi panutan bagi anak didiknya.

15Ibid.,

16

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 2.


(41)

26

b Sikap dan perilaku siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.

Siswa mempunyai sifat atau perilaku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan tertentu, karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar ia kembali ke dalam kelompoknya.17

c Masyarakat

Sebagai salah satu lingkungan terjadinya pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya segala kegiatan yang menyangkut masalah pendidikan. Dilihat dari materi jelaslah bahwa kegiatan pendidikan di masyarakat bersifat informal yang terdiri dari generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri, adapun materi itu berupa kegiatan keagamaan, sosial serta kegiatan positif lainnya. Oleh karena itu bahan apa yang diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadi

17Ibid.


(42)

27

harus disesuaikan dengan keadaan dan tuntutan masyarakat dimana kegiatan itu berlangsung.

Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan secara langsung. Pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri dan keagamaan di dalam masyarakat.18 Melalui pendidikan inilah masyarakat mengajarkan bagaimana cara bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan dua aspek diatas dapat disimpulkan bahwa pada aspek lingkungan fisik sekolah dan aspek lingkungan sosial sangat berpengaruh pada proses pembelajaran peserta didik. Pada aspek lingkungan fisik sekolah disebutkan bahwa sarana dan prasarana penunjang sangatlah berperan penting dalam proses kegiatan peserta didik. Dengan lingkungan fisik sekolah yang nyaman dan kondisional disertai dengan sarana dan prasarana yang lengkap peserta didik akan lebih giat dan termotivasi dalam proses pembelajaran.

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung terlaksananya kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan.19

18Ibid.,

hal,18.

19www.badan lingkungan hidup.com,


(43)

28

Dengan mengacu pada kebijakan maka program adiwiyata bisa dimanajemen sebaik mungkin guna terlaksanakanya sekolah berbasis adiwiyata.

2. Tujuan Program Adiwiyata

Tujuan adalah visi yang akan dicapai dan menjadi implementasi atau penjabaran dari misi dan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu, di bawah ini terdapat dua tujuan dari program adiwiyata yaitu :

1. Tujuan Umum

Membentuk sekolah peduli dan berbudaya lingkungan yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang

2. Tujuan Khusus

Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan utama Program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Kegiatan adiwiyata dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran siswa berbasis lingkungan hidup dan pengelolaan lingkungan sekolah yang sesuai dengan ketentuan program adiwiyata. Semisal di SMPN 36 Surabaya menerapkan


(44)

29

program adiwiyata yang dituangkan dalam visi sekolah yang berbunyi

“Menumbuhkan budaya hidup bersih, sehat serta terbentuk karakter peduli dalam

melestarikan, mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan”. Dilihat dari

misi tersebut maka SMPN 36 telah menerapkan kegiatan utama dari program adiwiyata.

3. Prinsipprinsip Dasar Program Adiwiyata

Dalam pelaksanaan program adiwiyata terdapat dua prinsip yang harus disertakakan dalam setiap perencanaan. Adapun prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaan program adiwiyata adalah sebagai berikut :20

a. Partisipatif, artinya komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan peran dan tanggungjawabnya. Semisal pada program terwujudnya lingkungan sehat dan bersih di SMPN 25 Surabaya semua warga sekolah berpartisipasi dalam pelaksanaan program tersebut.

b. Berkelanjutan, artinya seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan komprehensif. Kegiatan yang sudah dijalankan seperti pada contoh poin prinsip partisipasif dilaksanakan secara terus-menerus sehingga menjadi budaya yang baik disekolah.

Dengan program adiwiyata, maka pemerintah telah memberikan penghargaan bahwa sekolah telah berhasil mendidik para siswa menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Penghargaan adiwiyata

20Ibid.


(45)

30

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan melalui lembaga pendidikan formal mulai Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas se Indonesia.

4. Komponen – komponen Adiwiyata

Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan empat komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah : 21

a. Kebijakan Berwawasan Lingkungan

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan model pengelolaan sekolah yang mendukung dilaksanakannya pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yakni Partisipatif dan Berkelanjutan. Semisal pada SMPN 25, visi dan misi di sekolah tersebut terdapat komponen pengelolaan lingkungan.

b. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para peserta didik dapat dilakukan melalui kurikulum belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari. Semisal di sebuah sekola menerapkan Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.

21Ibid.


(46)

31

c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

Untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat di sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya. Semisal sekolah menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis partisipatif di sekolah.

d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

Dalam mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Semisal Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah.

Ke-empat komponen tersebut adalah indikator program adiwiyata atau sebagai tolak ukur pengelolaan program adiwiyata di sebuah sekolah. Pada umumya tampilan sekolah yang melakasanakan program adiwiyata akan terlihat pada kondisi fisik lingkungan sekolah. Kondisi fisik sekolah yang sudah menerapkan program adiwiyata akan lebih indah, bersih dan nyaman.

Kesimpulan dari teori diatas bahwa manajemen sekolah berbasis adiwiyata adalah pengelolaan sekolah yang menerapkan program berbasis lingkungan atau adiwiyata. Program ini dikelola sehingga sekolah dapat menghasilkan sumber daya manusia yang mencintai lingkungan.


(47)

32

C. Peningkatan Motivasi Ekstrinsik

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang berarti bergerak atau

bahasa Inggrisnya “to move”. Kata motifasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi, motifasi merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku dan di dalam perbuataannya itu mempunyai tujuan tertentu.

Motivasi merupakan sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi Menurut Walker dalam buku Ahmad Rohani mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik bilamana orang atau individu mempunyai motivasi untuk melakukanya; dan latihan kadang-kadang menghasilkan perubahan-perubahan dalam motivasi yang mengakibatkan perubahan dalam prestasi.22

Motivasi juga didefinisikan sebagai sisi perilaku yang ditampilkan seseorang. Orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak. Namun definisi ini berisfat relatif dan hanya memberikan sedikit penjelasan pada kita. Sebuah definisi yang lebih deskriptif mengatakan

22


(48)

33

bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.23

Motivasi menurut beberapa ahli :

a. Menurut Sadirman motivasi adalah daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.24 Dan motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

b. Menurut Hamalik Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.25

c. Menurut Mulyasa Pengertian Motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi.26

d. Liang Gie mengatakan, bahwa motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu.27

23

Robbins, Prinsip-prinsip perilaku organisasi, hal 55.

24

Sardiman.A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 17

25

Oemar Hamalik, Administrasi dan supervise pengembangan kurikulum, (Bandung: CV Mandar Maju,1992), hal.173.

26

Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Kompetensi Dan Aplikasinya, (Bandung: Rosdakarya, 2003) hal.112.

27


(49)

34

e. Nasution mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu”.28

Dari beberapa devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan segala daya penggerak di dalam diri individu yang muncul terhadap kegiatan yang akan menjamin kelangsungan dalam aktifitas dan mengarahkan pada kegiatan belajar pula sehingga terwujudnya tujuan kegiatan belajar yang dikehendaki. Dorongan seseorang dalam belajar merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi segala harapan dan dorongan inilah yang menjadi pencapaian tujuan tersebut.

2. Jenis – Jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Ada jenis motivasi yang timbul dari dalam individu dan ada motivasi yang muncul dari luar individu. Menurut Sardiman ada berbagai jenis motivasi, yaitu:29

a Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contoh Seorang siswa melakukan belajar karena didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

28

Nasution, kegiatan belajar mengajar, (Jakarta: Gramedia, 1995), hal.73

29

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : C.V. Rajawali, 2006), hal.89.


(50)

35

b Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Contoh peserta didik yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tentu saja akan menambah ragam dan memperkaya sumber belajar lain di kelas. Peserta didik menjadi tidak hanya duduk-duduk di kelas dan belajar seperti biasa. Banyak variasi yang dapat dilakukan guru bila menggunakan sumber belajar berupa lingkungan. Ini akan membantu peserta didik mengatasi kebosanan belajar di kelas.30

Terdapat dua motivasi dilihat dari jenisnya yakni motivasi intrinsik (motivasi dari dalam individu) dan motivasi ekstrinsik (motivasi dari luar individu), berkaitan dengan pembahasan penulis akan membahas tentang motivasi ekstrinsik peserta didik.

Menurut Sadirman motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar Individu adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.31 Oleh karena. itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan

30

www.penelitiantindakankelas.com, diakses pada tanggal 8 desember 2014, pada pukul 07.00.

31


(51)

36

berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

Dalam teori motivasi terdapat sumber sumber motivasi intrinsik dan ekstrinsik. sumber motivasi ekstrinsik mencakup: perubahan keadaan lingkungan, atau orang lain. Sedangkan yang intrinsik mencakup dirinya sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan atau menghindari sesuatu.32 Dalam keseharianya, hubungan antara sumber ekstrinsik dan sumber intrinsik pada umumnya saling terkait. Artinya apabila seseorang akan mudah termotivasi oleh stimulus-stimulus yang berasal dari luar dirinya apabila orang itu mengaktifkan sumber sumber ekstrinsiknya.

Motivasi dari luar (ekstrinsik) secara langsung dapat diinternalisasikan ke dalam dirinya (intrinsiknya)33 ada yang menolaknya terlebih dahulu lalu kemudian baru dapat diterimanya. Motivasi yang bersumber dari luar memiliki sifat yang mendukung suatu perilaku, sedangkan motivasi yang bersumber dari dalam lebih bersifat menentukan.

Peranan motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sangat penting dalam proses belajar mengajar. Karena kedua motivasi dapat membangkitkan, menggairahkan kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab dalam membangkitkan motivasi ekstrinsik pada siswa serta dengan

32

Ubaydillah, AN, Bagaimana memotivasi orang lain, www.e-psikologi.com, diakses pada tanggal 5 november 2014, pukul 18.00.


(52)

37

memberikan dorongan dan rangsangan kepada siswa agar dalam diri siswa timbul motivasi untuk belajar.

Motivasi ekstrinsik juga perlu digunakan dalam proses belajar mengajar karena dari sekian banyak mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa setiap hari disekolah, tidaklah selalu menarik. Sehingga tidak realistis untuk selalu mengharapkan siswa selalu mempunyai motivasi intrinsik agar antusias melakukan hal-hal yang disukai setiap hari. Apalagi keadaan siswa dinamis, berubah ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar yang kurang menarik bagi peserta didik sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Jadi, motivasi ekstrinsik di sekolah bisa diberikan melalui tatanan lingkungan sekolah yang hijau, bersih dan nyaman. Dengan tatanan lingkungan yang sedemikian rupa dan dipadukan dengan optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik (student- centered activies) merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar. Iklim yang demikian akan mendorong terciptanya masyarakat belajar di sekolah, karena iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses


(53)

38

belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.34

Menurut Widayatun ada faktor-faktor yang pendorong motivasi yaitu :35 a Faktor fisik dan proses mental.

b Faktor hereditas, lingkungan (environmental). c Faktor intrinsik individu.

d Fasilitas (sarana dan prasarana). e Situasi dan kondisi.

f Program dan aktivitas. g Media audio-visual.

Dari beberapa faktor pendorong diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat didorong oleh tujuh faktor tersebut. Pada poin b dan e pada faktor diatas dijelaskan bahwa faktor lingkungan dan faktor situasi dan kondisi ikut menjadi pemicu meningkatnya motivasi ekstrinsik peserta didik.

3. Fungsi Motivasi

Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Adapun fungsi motivasi diantaranya :36

34

Mulyasa, Manajemen pendidikan karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal.19.

35

Widayatun, T. R, Ilmu Prilaku, (Jakarta: CV. Sagung Seto,1999), hal. 115.

36

Sardiwan, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. raja Grafindo Persada,1996), hal. 84.


(54)

39

a Mendorong manusia untuk berbuat, jadi motivasi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuanya.

c Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4. Ciri-Ciri Peserta Didik Yang Termotivasi

Orang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri orang tersebut. Ciri-ciri orang termotivasi anatara lain tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, selalu merasa ingin membuat prestasinya semakin meningkat. Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda – beda. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif –motif lainnya. Motif yang paling kuat adalah motif yang menjadi sebab utama tingkah laku individu pada saat tertentu. Motif yang lemah hampir tidak mempunyai pengaruh pada tingkah laku individu. Motif yang kuat pada suatu saat akan menjadi sangat lemah karena ada motif lain yang lebih kuat pada saat itu.


(55)

40

Menurut Martin Handoko, untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa ciri-cirinya sebagai berikut :37

a. Kuatnya kemauan untuk berbuat

b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar

c. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Sardiman memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang termotivasi diantaranya:38 a Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama dan tidak berhenti sebelum selesai).

b Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d Lebih senang belajar mandiri.

e Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif). f Sering mencari dan memecahkan soal-soal.

g Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini. h Dapat mempertahankan pendapatnya.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti dia telah memiliki motivasi yang kuat dalam proses belajar. Ciri-ciri tersebut akan menjadi penting karena dengan motivasi yang kuat peserta didik akan bisa belajar dengan baik, lebih mandiri dan tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis.

37

Martin Handoko, Motivasi daya penggerak tingkah laku. (Yogyakarta : Kanisius,1992) hal.59.

38

A, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001) hal.81.


(56)

41

D. Hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan

peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik

Secara umum manajemen merupakan ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam manajemen sekolah berbasis adiwiyata di terapkan pengelolaan lingkungan hidup dengan berdasarkan program pemerintah yaitu program adiwiyata.

Manajemen sekolah berbasis adiwiyata dilaksanakan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dengan fungi manajemen tersebut program adiwiyata dilaksanakan dengan prinsip partisipatif dan berkelanjutan sehingga semua warga sekolah ikut dalam pelaksanaan manajemen sekolah berbasis adiwiyata.

Adiwiyata bermakna tempat yang baik dan ideal dimana diperoleh ilmu pengetahuan, norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan berkelanjutan. Adapun tujuan dari program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggungjawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik. Adiwiyata bertujuan agar menciptakan


(57)

42

kondisi lingkungan yang baik bagi sekolah dan untuk menjadi tempat atau lingkungan pembelajaran yang nyaman bagi peserta didik.39

Tempat atau lingkungan yang nyaman akan meningkatkan motivasi peserta didik di sekolah. Peserta didik akan lebih giat dalam proses belajar sehingga mereka akan lebih mudah dalam mencapai tujuannya. Adiwiyata juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar sehingga peserta didik akan lebih mengenal lingkungan dan dapat melestarikan lingkungan dengan baik.

Dalam sekolah efektif, perhatian khusus diberikan kepada penciptaan dan pemeliharaan iklim dan budaya yang kondusif untuk belajar.40 Dengan kondisi lingkungan fisik sekolah yang kondusif maka dapat menumbuhkan minat peserta didik untuk lebih giat belajar di sekolah. Lingkungan yang kondusif-akademik, baik secara fisik maupun non-fisik. Lingkungan fisik sekolah ini mempengaruhi kondisi eksternal peserta didik.

Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan fisik lingkungan yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya :41

1) Ruang di sekitar sekolah bersih, tidak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.

39

www.badan Lingkungan hidup. diakses pada tanggal 5 november 2014, pukul 18.00.

40

Mulyasa, Manajemen & kepemimpinanan Kepala sekolah, (Jakarta: Bumi aksara, 2012), hal 90.

41


(58)

43

2) Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata.

3) Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku dan sebagainya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi eksternal di lingkungan sekolah yang nyaman, bersih dan tertib dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Kondisi eskternal ini kurang lebih akan mempengaruhi motivasi ekstrinsik peserta didik.

Peningkatan motivasi ekstrinsik ditandai dengan meningkatnya minat belajar peserta didik untuk belajar di lingkungan sekolah. Dengan lingkungan yang kondusif peserta didik akan lebih giat untuk mencapai tujuanya, yaitu dengan adanya motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. motivasi intrinsik yakni motivasi dalam diri seseorang sedangkan motivasi ekstrinsik yakni dorongan dari luar individu, semisal peserta didik akan lebih giat belajar disekolah karena lingkungan yang bersih dan nyaman. Lingkungan ini akan menjadi pemicu kepada peserta didik untuk lebih giat dan termotivasi untuk belajar disekolah.


(59)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam mencari, mengembangkan, dan menggunakan kebenaran suatu pengetahuan.1

Metode juga merupakan suatu cara atau jalan, usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu penelitian atau pengetahuan ilmiah. Usaha tersebut dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk research.

Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan data ilmiah untuk tujuan penulisan karya tulis ilmiah.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Hamidi pendekatan kuantitatif dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti.2 Penelitian kuantitatif memperhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik.

1

Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Roke Sarasin, 2000), hal. 5.

2

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press,2004), hal. 14-16.


(60)

45

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif kuantitatif dimana data yang diperoleh dinyatakan dalam bentuk angka dengan jenis pendekatan korelasi yaitu menguji hubungan antar variable. Deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang berusaha untuk menjawab masalah yang ada berdasarkan angka-angka dan analisis menggunakan statistik.3 Maka dari itu peneliti akan menganalisis data yang telah diperoleh, yang berkaitan dengan Hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik di SMPN 36 Surabaya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 36 Surabaya, yang beralamat di Jalan Kebonsari Sekolahan No 15 Surabaya. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 28 november 2014 sampai tanggal 8 januari 2015.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiono variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4

Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

3

Sugiyono,metode pendekatan kuantitatif kualitatif dan r&d, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 13.

4Ibid


(61)

46

1. Variebel Independen atau Variabel Bebas

Menurut Sugiyono adalah “Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat)”.5

Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel independen (X) adalah Manajemen Sekolah berbasis Adiwiyata.

2. Variabel Independen atau Variabel Terikat

Pengertian variabel depeden menurut Sugiyono “Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (bebas).6 Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel dependen (Y) adalah Peningkatan Motivasi Ekstrinsik Peserta didik.

D. Indikator Variabel

Dalam suatu penelitian, penentuan variabel sangat diperlukan, karena variabel tersebut dapat menentukan alur hubungan yang akan diteliti. Pada indikator variabel manajemen sekolah berbasis adiwiyata (x) aspek yang dijadikan acuan adalah prinsip dasar adiwiyata, karena prinsip dasar adiwiyata adalah hal yang meliputi dalam setiap kegiatan program adiwiyata. Pada aspek kolom dimensi terdapat dua prinsip adiwiyata yakni partisipatif yaitu semua warga sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, staf, dan peserta didik ikut berpartisipasi dalam kegiatan adiwiyata dan berkelanjutan yaitu dilakukan secara terus-menerus agar dapat menjadi budaya lingkungan yang baik disekolah, indikator sebagai penjabaran dari dimensi, selanjutnya nomor angket favorable

5

Ibid.


(62)

47

dan unfavorable di isi berdasarkan nomor pernyataan angket. Untuk mengetahui aspek apa saja yang diukur dalam skala manajemen sekolah berbasis adiwiyata, dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1

Indikator variabel Aspek Manajemen sekolah berbasis adiwiyata.

Dimensi indikator Nomor angket Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Partisipatif Semua warga

sekolah ikut dalam pelaksanaan

program adiwiyata.

1,3,4,8, 2,5,7 7

2. Berkelanjutan -Program adiwiyata dilaksanakan dan diterapkan secara berlanjut

-program adiwiyata dilaksanakan terus menerus sehingga menjadi budaya sekolah yang baik.

6,9,10,12 11 5


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

109

Lingkungan di SMP negeri 36 Surabaya adalah sesuatu yang mempengaruhi motivasi peserta didik untuk lebih giat belajar di sekolah hal ini dapat terlihat pada peserta didik yang pada waktu jam pelajaran kosong mereka menyempatkan diri untuk membaca di tempat yang teduh yang disediakan oleh sekolah, sesuai dengan pendapat Poerwadarminta yang menyebutkan bahwa lingkungan adalah semua yang mempengaruhi tingkahlaku mereka dan interaksi antara mereka.21 Kesimpulan dari hal disamping yaitu tingkah laku peserta didik seperti rasa nyaman, dan senang disekolah dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Manajemen sekolah berbasis adiwiyata sangatlah diperlukan oleh lembaga-lembaga sekolah yang ingin meningkatkan mutu peserta didiknya dan sekaligus ikut serta dalam menjaga keutuhan lingkungan seperti yang diterapkan pada SMP negeri 36 Surabaya ini. Dengan adanya program adiwiyata selain memberikan mata pelajaran PLH juga akan mempengaruhi tatanan sekolah, sekolah yang sudah menerapkan program adiwiyata akan nampak lebih indah dengan banyak pohon dan tanaman, sehingga akan menimbulkan efek sejuk dan nyaman pada lingkungan sekolah. kondisi yang nyaman dan baik bagi peserta didik sehingga mereka dapat belajar lebih giat dan bersemangat.

Seperti halnya di SMP Negeri 36 Surabaya yang telah melaksanakan pengelolaan sekolah berbasis adiwiyata, dengan tatanan lingkungan sekolah yang sudah mencerminkan program adiwiyata seperti, banyaknya tanaman hijau

21


(2)

110

disekolah dan penghijauan diarea sekolah dan penataan-penataan lain yang berhubungan dengan adiwiyata. Sehingga dengan kondisi lingkungan berbasis adiwiyata tersebut dapat memicu semangat peserta didik untuk lebih meningkatkan motivasi untuk belajar di sekolah.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

111

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari analisis data diatas , maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Manajemen sekolah berbasis adiwiyata di SMP negeri 36 Surabaya telah dapat dilaksanakan dengan baik, hal itu terlihat dari diterapkanya ke-empat komponen adiwiyata mulai dari kebijakan berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, sampai Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan. 2. Bentuk motivasi ekstrinsik peseta didik salah satunya karena faktor lingkungan,

dapat berupa semangat belajar di luar ruangan sekolah dan dapat terlihat pada kondisi lingkungan fisik sekolah yang baik hal ini terlihat karena kondisi fisik lingkungan SMP negeri 36 bagus dan banyak tanaman, pohon sebagai bentuk penghijauan lingkungan, selain itu terdapat slogan-slogan yang menghimbau agar senantiasa melaksanakan program adiwiyata dengan sebaik-baiknya semisal pada slogan “Hemat Listrik dan Air untuk Bumi kita” dan lain-lain. Dari kondisi lingkungan seperti ini akan memicu peserta didik untuk lebih senang berada di lingkungan sekolah dan juga mengejari peserta didik untuk mencintai lingkungan dimana tempat mereka tinggal.

3. Dari hasil beberapa uji, mulai dari validitas, reliabilitas dan normalitas serta uji hipotesis yang dilakukan dengan melihat pada variabel hubungan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik, hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis yang menyebutkan


(4)

112

bahwa Ha dengan nilai 0.000 < 0.05, ini menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara manajemen sekolah berbasis adiwiyata dengan peningkatan motivasi ekstrinsik peserta didik.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka penulis mencoba memberikan saran atau masukan yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas bagi :

1. Bagi peserta didik

Diharapkan peserta didik agar lebih mencintai lingkungan karena hal itu berdampak pada kondisi lingkungan disekitarnya.

2. Bagi sekolah

Diharapkan sekolah lebih meningkatkan program adiwiyata sehingga dapat menjadi sekolah yang ikut kedalam daftar sekolah dengan program adiwiyata yang terbaik di jawa timur.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan bisa lebih megembangkan tema adiwiyata selain dari bentuk implementasi adiwiyata itu sendiri.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali Muhammad. 2002. Penelitian Pendidikan Proses Dan Strategis. Bandung: Angkas.

Azwar, S. 2002. Penyusunan Skala Psiokologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bafadal Ibrahim. 2004. Peningkatan profesionalisme guru sekolah dasar dalam

kerangka manajemen, peningkatan mutu berbasis sekolah. Salatiga:

Bumi aksara.

Darajdat Zakiyah,et.al.1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah Syaiful .2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Ernie dkk. 2009 . Pengantar Manajemen. Jakarta : Kencana.

Hamalik Oemar. 1992. Administrasi dan supervise pengembangan kurikulum. Bandung: CV Mandar Maju.

______________. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti.

Hamidi.2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal

dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Hasibuan, Malayu SP. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN.

Handoko Martin. 1992. Motivasi daya penggerak tingkah laku. Yogyakarta: Kanisius.

Handoko T, Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Penerbit BPFE Edisi II. Cetakan empat Belas.

Husein, Umar.2000. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mulyasa.2012. Manajemen & kepemimpinanan Kepala sekolah. Jakarta: Bumi aksara.

_______.2006. Manajemen Berbasis Kompetensi Dan Aplikasinya. Bandung: Rosdakarya.


(6)

________. 2012 . Manajemen pendidikan karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nasution. 1995. Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.

Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rohani Ahmad.2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka cipta.

Syarifuddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres. Sthepen Robbins.2002. Prinsip-Prinsip Perlaku organisasi,. Jakarta: Erlangga. Sonjia Poernomo.1990. Kesehatan Sekolah di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sudjiono Anas.1989. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono.2013. Metode Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sadili samsudin. 2006. Manajemen SDM. Bandung: Pustaka Setia.

Semiawan. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Yogyakarta: UNY.ro Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: C.V.

Rajawali.

________. 2006 . Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: CV. Rajawali. ________.1996. Interaksi Dan Motivasi Belajr Mengajar. Jakarta: PT. raja Grafindo

Persada.

Sudjiono Anas. 1989.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Widayatun, T. R.1999. Ilmu Prilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.

www. Badan Lingkungan Hidup Surabaya. go.id, diakses pada tanggal 5 november 2014, pukul 18.00.

Ubaydillah, AN. “Bagaimana memotivasi orang lain” http://www.epsikologi.com, diakses 5 november 2014, pukul 18.00.