(, 2.01 MB) BUKU FINAL 031114
Buku panduan pengawasan
dan kumpulan peraturan
pengendalian pencemaran lingkungan
Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah
provinsi jawa barat
(2)
PENYUSUN: Sub bidang pembinaan Bidang pengendalian pencemaran lingkungan
Bplhd provinsi jawa barat
APRESIASI
UNTUK SUBSTANSI:
Ruly fatwani, aep saepuloh, fitria rakhmawati, titin sumiati, mitha pratiwi, prima puspita sari, sofiyan hadi, indah dewi puspita, hery herawan.
UNTUK ARAHAN: Anang sudarna Suharsono Didi adji siddik Resmiani
Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian pencemaran lingkungan
Cetakan 1, 2014
DITERBITKAN OLEH:
Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat
(3)
iii
KATA PENGANTAR
Perbedaan jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri akan berdampak kepada perbedaan dalam pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Untuk itu perlu upaya peningkatan pemahaman kepada aparat pengawas lingkungan hidup mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri agar tepat dalam menerapkan berbagai peraturan dalam melakukan pengendalian pencemaran lingkungan yang dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan secara langsung ataupun tidak langsung oleh aparat pengawas lingkungan hidup daerah untuk mengetahui ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap peraturan dalam melakukan pengendalian pencemaran lingkungan. Dalam melakukan pengawasan, pengawas dituntut untuk mempelajari industri yang akan diawasi dan peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan hal tersebut. Oleh karena itu, bagi pengawas diperlukan teknik pengawasan yang baik dan benar yang sesuai dengan kaidah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
(4)
iv
Pedoman pengawasan pengendalian pencemaran industri ini merupakan panduan untuk memudahkan pengawas lapangan dalam mengawasi kinerja pengelolaan lingkungan pada industri untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang diperlukan di dalam melakukan pengawasan. Pedoman ini berisi prinsip-prinsip pengendalian pencemaran dari sumber-sumber limbah yang dihasilkan, strategi pengawasan proses produksi, potensi pencemaran, persyaratan teknis, dan peraturan yang harus ditaati.
Bandung, Oktober 2014 Penyusun,
(5)
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ... 2
1.3 Sasaran ... 3
BAB II GAMBARAN UMUM ... 4
2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri ... 4
2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan ... 6
2.2.1 Potensi Pencemaran Air ... 6
2.2.2 Potensi Pencemaran Udara ... 7
2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3) ... 9
2.3 Pengelolaan Lingkungan ... 23
2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air ... 23
2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara ... 25
2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) ... 32
BAB III STRATEGI PENGAWASAN ... 46
3.1 Persiapan Pengawasan ... 46
3.2 Pelaksanaan Pengawasan ... 47
3.3 Format Berita Acara Pengawasan ... 50
(6)
vi
3.5 Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan ... 84
3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan ... 84
3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan ... 84
3.5.3 Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak) Pengawasan ... 85
3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi ... 86
BAB IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP ... 87
4.1 Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional ... 87
4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 87
4.1.2 Pengelolaan Sampah ... 87
4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air ... 88
4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) ... 90
4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3) ... 91
4.1.6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati 93 4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan ... 94
4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer ... 95
4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara ... 96
4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut ... 97
4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 98
4.1.12 Data dan Informasi ... 113
4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum ... 113
4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia ... 115
4.1.15 Kapasitas Kelembagaan ... 116
4.1.16 Perjanjian Internasional ... 121
4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat ... 123
(7)
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pencemaran Lingkungan ... 5
Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3 ... 33
Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3 ... 34
(8)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha ... 6
Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri ... 8
Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Sektor Manufaktur ... 9
Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri ... 17
Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri ... 18
Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas ... 19
Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi ... 21
Tabel 8 Peraturan Limbah Cair ... 24
Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara ... 26
Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara ... 27
Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi ... 30
Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 ... 34
Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 ... 35
Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara 38 Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar ... 39
Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal ... 41
Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 ... 43
Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan ... 46
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan dari sektor industri yang terjadi akhir-akhir ini mendesak pemerintah untuk secara serius meningkatkan efektivitas pengawasan lingkungan untuk mengetahui tingkat ketaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup dalam menjamin kelestarian fungsi lingkungan dari hasil kegiatan usaha atau kegiatan industri. Peran pemerintah berkewajiban menetapkan kebijakan dan peraturan, pembinaan, dan bersama-sama melakukan pengawasan. Sementara pelaku usaha berkewajiban memenuhi ketentuan perundang-undangan lingkungan sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta peraturan turunannya.
Kegiatan pengawasan penaatan merupakan amanat Pasal 71 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa “Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”. Untuk itu penguatan sistem dan perangkat pengawasan lingkungan yang efisien dan efektif menjadi suatu keharusan.
(10)
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas menyebutkan bahwa tujuan pengawasan lingkungan hidup adalah untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap:
1) Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup;
2) Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin terkait.
Kegiatan pengawasan ini diperlukan agar penanggung jawab kegiatan menaati semua ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup, persyaratan dalam berbagai izin (izin usaha, izin pembuangan limbah, dll) serta persyaratan mengenai semua media lingkungan (air, udara, tanah, kebisingan, getaran) yang seharusnya tercantum dalam perizinan yang telah dimiliki. Buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan pengawasan pemerintah kabupaten/kota untuk
meningkatkan ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan hidup. 1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud pembuatan buku pedoman ini adalah sebagai panduan dalam melaksanakan pengawasan penaatan pengelolaan lingkungan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
(11)
Tujuan pembuatan buku pedoman ini diantaranya adalah:
Menyajikan informasi mengenai potensi pencemaran lingkungan,
dan pengelolaan lingkungannya; Menyajikan informasi tentang rangkaian kegiatan pengawasan
mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca pengawasan; Memberikan pemahaman kepada para pengawas dalam memantau
dan mengevaluasi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan. Selanjutnya Berita Acara tersebut dijadikan acuan dalam menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan izin/dokumen lingkungan, pengelolaan dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara, pengelolaan dan pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3).
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan buku pedoman ini yaitu untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu kegiatan dan/atau usaha dalam pengelolaan lingkungan serta upaya tindak lanjut yang harus dilakukan.
(12)
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri
Salah satu dampak aktivitas industridari sisi lingkungan hidup adalah terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh kita semua, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri tersebut. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan, misalnya lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk, pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat dalam rencana kegiatan, buruknya kualitas AMDAL, tidak adanya pengolahan limbah yang baik, dan lain sebagainya.
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik, apabila dibuang ke lingkungan sekitar dapat mengakibatkan masuknya bahan-bahan pencemar termasuk logam berat dan bahan berbahaya lainnya ke tanah dan saluran-saluran air warga sekitar sampai ke sumber air masyarakat. Pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh aktivitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar pabrik. Selain itu pencemaran lingkungan yang juga terjadi berupa polusi udara, dimana polusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin produksi pabrik yang membuang emisinya melalui cerobong, terutama perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kegiatan pembakaran.
(13)
Gambar 1 Pencemaran Lingkungan
(Sumber: Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup, Pusdiklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012)
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dari aktivitas industri, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Adapun prinsip pengelolaan limbah industri dapat dilakukan melalui pendekatan teknis dan non teknis, pendekatan teknis berhubungan dengan peraturan-peraturan, kajian sistem produksi dalam industri tersebut yang meliputi sistem, produk, servis maupun proses. Sedangkan pendekatan non teknis dengan peningkatan kesadaran lingkungan masyarakat dan industri dalam menyikapi masalah pencemaran.
(14)
2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan 2.2.1 Potensi Pencemaran Air
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 6 Tahun 1999, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sumber-sumber limbah cair tersebut dapat berasal dari seluruh proses kegiatan yang meliputi limbah cair domestik, limbah cair dari proses produksi bagi kegiatan industri, perhotelan dan dari kegiatan klinis bagi kegiatan rumah sakit. Sumber dan kegiatan yang menghasilkan limbah cair berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha
No. Jenis
Usaha/Kegiatan
Sumber Air Limbah Kegiatan yang Menghasilkan Air
Limbah
1. Rumah Sakit Sarana Perawatan Ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang operasi dan IPI, ruang kamar bersalin, ruang rawat bedah, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang Intensive Care Unit (ICU). Sarana Penunjang Ruang farmasi,
laboratorium, ruang sterilisasi, ruang instalasi gizi, ruang jenazah, instalasi gizi/dapur, laundry
Sarana umum Ruang kantor, fasilitas sosial 2. Keramik Sarana produksi Proses persiapan bahan baku, penanganan dan penyimpanan, shaping glate preparation, off gas treatment, dan pengeringan. 3. Pupuk Sarana produksi Proses oksidasi parsial untuk memproduksi karbon dioksida, ceceran air bekas cuci atau buangan dari absorber, blowdown, kompresor,dll.
Sarana penunjang Laboratorium
4. Pulp dan kertas Sarana produksi Proses chemical making , ruang proses pemutihan,
(15)
No. Jenis Usaha/Kegiatan
Sumber Air Limbah Kegiatan yang Menghasilkan Air
Limbah
pulp making, dan black liquor thickening.
5. Peleburan besi dan baja
Sarana penunjang Laboratorium dan ruang proses pendinginan.
6. Hotel Fasilitas kamar Kamar mandi dan toilet meliputi washtafel, shower/bathtub,
pembersihan kamar mandi. Fasilitas umum Dapur dan restoran,
meliputi pencucian bahan masakan, peralatan masak dan peralatan makan. Laundry, kolam berenang, alat pendingin (ac dan refrigerator), dan alat pemadam kebakaran 7. Tekstil Sarana produksi Proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji, pengelantangan,
pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan. Sarana utilitas Pencucian sarana dan
peralatan serta blowdown. 8. Minyak Sawit Sarana produksi Sterilisasi, pemurnian, dan
pemisahan inti sawit dengan cangkang.
9. Semen Sarana umum Utilitas, pencucian kendaraan dan alat berat, domestik.
2.2.2 Potensi Pencemaran Udara
Emisi udara adalah komponen-komponen yang dihasilkan dari suatu pembakaran yang dikeluarkan langsung dari sumbernya. Sumber emisi udara utama usaha dan/atau kegiatan biasanya berasal dari pengoperasian boiler (ketel uap) dan genset. Genset pada umumnya bersifat sebagai cadangan (stand by) ketika aliran listrik padam. Parameter pencemar udara yang dihasilkan dari ruang pembakaran boiler dan genset bergantung pada bahan bakar yang digunakan. Potensi pencemaran berdasarkan jenis industri dapat dilihat pada Tabel 2.
(16)
Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri No. Jenis Industri Sumber pencemaran Potensi emisi
1. Rumah Sakit Genset Incinerator
CO, NOx, SOx, Partikulat, Partikulat, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ti, Opasitas
2. Keramik Kiln, utilitas (genset, boiler)
NOx, SOx, TSP, HF, Opasitas, CO 3. Pupuk Pabrik pupuk ammonium
sulfat ZA:
Drier scrubber, saturator, exhaust gas scrubber, unit asam sulfat, dan gas turbin
Total partikel, NH3, SO2, NO2
Pabrik pupuk urea: Primary reformer, prilling tower, dan gas turbine/waste heat boiler.
NO2, NH3, total partikel
Pabrik pupuk fosfat: Penyimpanan bahan ball mill, unit reaksi, unit granulasi
Total partikel dan fluor
Pabrik pupuk majemuk NPK:scrubber
Total partikel, fluor, dan amoniak
Utilitas: Power boiler SO2, NO2 4. Pulp dan kertas Boiler, incinerator, turbin
generator
SO2, Cl2, ClO2, CO, NO2. SO2, partikulat
5. Peleburan besi dan baja
Unit DR Plant (cerobong pabrik besi spons dan cerobong pabrik hyl), proses peleburan, rolling mill, rotary kiln, dan boiler.
SO2, NO2, dan partikulat
6. Hotel Genset, boiler SO2, CO, NOx, dan jelaga 7. Elektronik Persiapan plat, electroless
plating, imaging, electroplating, tahap akhir, dan tes
Partikulat, uap asam, VOC, uap organik, ammonia, CFC
8. Tekstil Mesin penyempurnaan, stentering, proofing, dry cleaning, proses
pencucian, boiler, pencelupan dan pencetakan, pelepasan dan penyempurnaan crosslink.
TSP, NOx, SOx, Minyak dan Mist, Solven, VOC, CO2, Amonia, Formaldehid, CO, dan uap asam.
9. Semen Kiln plant/stack kiln, packling, coal mill, dan finish mill.
(17)
2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)merupakan bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Limbah B3 Menurut Karakteristiknya antara lain :
1. Mudah meledak (misal : bahan peledak); 2. Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solven); 3. Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator); 4. Beracun (misal: HCN, Cr(VI)) ;
5. Menyebabkan infeksi (limbah bakteri/rumah sakit); 6. Bersifat korosif (misal: asam kuat).
7. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik {karsinogenik, mutagenik dan teratogenik (merkuri, turunan benzena), bahan radioaktif (uranium, plutonium,dll)}.
Adapun sumber limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) spesifik dari berbagai sektor dapat dilihat pada Tabel 3- Tabel 7.
Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Sektor Manufaktur
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
1. Pupuk - Proses produksi ammonia, urea/asam sulfat - IPAL yang
mengolah efluen dari proses produksi di atas
Sumber spesifik - Katalis bekas
- sludge proses produksi - limbah laboratorium - sludge dari IPAL - Karbon aktif bekas - Alumina ball
Sumber Tidak Spesifik: - Limbah PCB
- Pelumas bekas - Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll)
(18)
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll)
2. Peleburan/pengolaha n besi dan baja
- Proses peleburan besi/baja - Proses casting
besi/baja - Proses besi/baja:
rolling, drawing, sheeting
- Coke
manufacturing - IPAL yang
mengolah efluen dari coke
oven/blast furnace
Sumber Spesifik - Ash, dross, slag dari
furnace
- Debu, residu, dan/atau sludge dari fasilitas pengendali pencemaran udara
- Sludge dari IPAL - Pasir foundry dan debu
cupola
- Simulsi minyak dari pendingin pelumas - Sludge ammonia - Sludge dari proses
rolling
Sumber Tidak Spesifik: - Slag
- Millscale - Debu EAF - Pelumas bekas - Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll)
- Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll)
3. Tekstil - Proses finishing tekstil
- Proses dyeing bahan bahan tekstil - Proses printing
bahan tekstil - IPAL yang
mengolah efluen proses kegiatan di atas
Sumber Spesifik: - Sludge dari IPAL yang
mengandung logam berat
- Pelarut bekas (cleaning) - Fire retardant
(SB/senyawa brom organic)
Sumber Tidak Spesifik: - Fly ash dan bottom ash - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
limbah B3 (kaleng cat, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) 4. Manufaktur dan
Perakitan kendaraan dan Mesin
- Seluruh proses yang berhubungan dengan fabrikasi dan finishing logam, manufaktur mesin, dan suku cadang dan perakitan,
Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Pelarut bekas dan
cairan pencuci (organik dan anorganik) - Residu proses produksi - Sludge dari IPAL Sumber Tidak Spesifik:
(19)
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah termasuk kegiatan
pengecatan - IPAL yang
mengolah efluen dari proses di atas
- Potongan PCB tersolder - Scrub timah solder - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng cat, drum, dll)
- Tinner bekas - Coolant radiator - sludge painting - pelumas bekas - kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) 5. Elektroplating dan
galvanis
- semua proses yang berkaitan dengan kegiatan pelapisan logam termasuk proses perlakuan phospating, etching, polishing chemical conversion coating, anodizing
- pre treatment: pickling degreasing, stripping, cleaning, grinding, sand blasting weld cleaning depainting - IPAL yang
mengolah efluen proses
elektroplating dan galvanis
Sumber spesifik: - Sludge pengolahan dan
pencucian
- Larutan pengolah bekas - Larutan asam
(pickling) - Dross, slag - Pelarut bekas
(terklorinasi) - Larutan bekas proses
degreasing - Sludge dari IPAL - Residu dan larutan
batch - Mill scale - Abu timah - HCl
Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Aki bekas
- E-waste (computer, printer, dll) - Lampu TL bekas 6. Cat (varnish dan
bahan pelapis lain)
- MFDP cat - IPAL yang
mengolah efluen proses yang berkaitan dengan cat
Sumber Spesifik: - Sludge cat - Pelarut bekas - Sludge dari IPAL - Filter bekas - Produk off-spec - Residu proses destilasi - Cat anti korosi (Pb, Cr) - Debu/sludge dari unit
pengendalian pencemaran udara - Sludge proses painting - Solvent based
- Water based
Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan)
(20)
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah - E-waste (computer,
printer, dll) 7. Batere Sel Kering - MFDP batere sel
kering - IPAL yang
mengolah efluen proses produksi batere
Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Residu proses produksi - Batere bekas, off spec,
dan kadaluarsa - Sludge dari IPAL - Metal powder - Dust, slag, ash Sumber Non Spesifik: - Batere kadaluarsa - BM sedotan/sapuan - Abu insinerator - Minyak pembersih
solar
- Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,
printer, dll) 8. Batere Sel Basah - MFDP batere sel
kering - IPAL yang
mengolah efluen proses batere
Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Batere bekas
kadaluarsa dan off spec - Sludge dari IPAL - Larutan asa/alkali - Dross
- Lead powder
Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,
printer, dll) 9. Komponen
elektronik/peralatan elektronik
- Manufaktur dan perakitan komponen, serta peralatan elektronik - IPAL yang
mengolah efluen proses
Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Pelarut bekas
- Merkuri
contractors/switch - Lampu fluorosens (Hg) - Coated glass
- Larutan etching untuk printed circuit - Caustic stripping
(photoresist) - Residu solder dan
fluxnya
(21)
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah - PBC breaking - Thinner dan flux - Solder waste - Phosphating waste - Polyol
Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi limbah (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,
printer, dll) 10. Farmasi - MFDP produk
farmasi - IPAL yang
mengolah efluen proses manufaktur dan produksi farmasi
Sumber Spesifik: - Sludge dari fasilitas
produksi - Pelarut bekas - Produk off spec
kadaluarsa dan sisa - Sludge dari IPAL - Peralatan dan kemasan
bekas
- Residu proses produksi dan formulasi
- Absorben dan filter (karbon aktif)
- Residu proses destilasi, evaporasi dan reaksi - Limbah laboratorium - Residu dari proses
insinerasi
Sumber Non Spesifik: - Katalis bekas - Fly ash
- Limbah laboratorium - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,
printer, dll) 11.
Sabun-detergen/produk pembersih
desinfaktan/kosmetik
- Proses manufaktur dan formulasi produk
Sumber Spesifik: - Residu produksi dan
konsentrat
- Filter dan absorben bekas
- Pelarut bekas
- Konsentrat off spec dan kadaluarsa
- Limbah laboratorium - Sludge dari IPAL Sumber Non Spesifik:
(22)
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah - Batubara
- Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,
printer, dll) 12. Gelas
keramik/Enamel
- Manufakturing dan formulasi produk gelas dan keramik/enamel
Sumber Spesifik: - Bubuk gelas-terlapis
logam
- Emulsi minyak - Residu dari proses
etching
- Hg (glass switches) - Debu/sludge dari
peralatan pencemaran udara
- Residu opal glass-As - Bronzing dan
decolorizing agent-As Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3
- Kemasan kimia kadaluarsa - Kemasan
terkontaminasi B3 (majun, sarung tangan) - Filter oli bekas
- Serbuk gergaji bekas - Reject product 13. Chemical industry - Degreasing,
descalling, phosphating, derusting passivation, refinishing Sumber Spesifik: - Alkali, pelarut
asam/larutan oksidator yang terkontaminasi logam, minyak, gemuk - Residu dari kegiatan
pembersihan
Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 ( kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E- waste (computer,
printer, dll)
- Limbah laboratorium (botol bekas)
- Lampu TL - Aki bekas
(23)
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah 14. Semua jenis industri
yang menghasilkan/mengg unakan listrik - Proses replacement, refilling,
reconditioning atau retrofitting dari transformer dan capasitor
Sumber Spesifik: - Asbestos
Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - E-waste (computer,
printer, dll) - Lampu TL - Aki bekas 15. Semua jenis industri
konstruksi
- AC, atap, insulation Sumber Spesifik: - Asbestos
Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - E-waste (computer,
printer, dll) - Lampu TL - Aki bekas 16. Bengkel pemeliharaan
kendaraan
- Pemeliharaan mobil, motor, kereta api, pesawat, termasuk body repair
Sumber Spesifik: - Pelumas bekas - Pelarut (cleaning
degreasing) - Limbah cat - Asam - Batere bekas
Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas
- Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,
printer, dll)
17. Plastik - Sumber Spesifik:
- Solvent bekas
Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,
printer, dll)
18. Sepatu - Sumber Spesifik:
- Solvent bekas
Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)
- E-waste (computer, printer, dll)
(24)
No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah - Limbah
laboratorium/medis
19. Ban - Sumber Spesifik:
- Sludge/oil separator Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)
- E-waste (computer, printer, dll)
20. Rayon - Sumber Spesifik:
- Katalis bekas - Fly ash
Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)
- E-waste (computer, printer, dll)
- Limbah laboratorium (botol bekas)
- Lampu TL - Aki bekas 21. Kaca - Pembakaran silica
dalam gas furnace - Boiler
- VCM Plant
Sumber Spesifik: - Dust checker - Sludge dari IPAL - Fly ash dan bottom ash - Residu proses produksi - Katalis bekas
Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan
LB3 (kaleng, jerigen, drum)
- Kemasan
terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, kerak lem)
- E-waste (computer, printer, dll) - Limbah
(25)
Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri No.
Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
1. Boiler yang
menggunakan bahan bakar batubara
Boiler 1. Fly ash batubara
2. Bottom ash batubara 2. Agar-agar Workshop, kantor Lihat Tabel 5
3. Gula Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik
Lihat Tabel 5
4. Jamu Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik
Lihat Tabel 5
5. Karet Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik
Lihat Tabel 5
6. Kina Proses produksi Ampas kina/residu destilasi
Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik
Lihat Tabel 5
7. Makanan dan minuman (kecap, saos, air mineral, minuman ringan, makanan ringan, kerupuk, pengalengan makanan, cold storage)
Proses produksi Sludge Workshop kantor,
gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik
Lihat Tabel 5
8. Minyak goreng Proses produksi - Spent earth
- Sludge minyak/lemak Workshop kantor,
gudang bahan kimia, laboratorium,
poliklinik
Lihat Tabel 5
9. Pakan ternak Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium
Lihat Tabel 5
10. Penyamakan kulit Proses produksi IPAL
Limbah
trimming/shaving/bufing Sludge IPAL dari proses tanning dan finishing Kerak cat
Workshop,kantor Lihat Tabel 5 11. Peternakan
/Penggemukan hewan
Workshop Kantor
Lihat Tabel 5 12. Plywood (kayu lapis) Proses produksi Kerak lem, sisa lem
IPAL Sludge IPAL Workshop, kantor,
gudang bahan kimia
Lihat Tabel 5 13. Rokok Proses produksi Tinta bekas
(26)
No.
Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah
Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium,
poliklinik
Lihat Tabel 5
14. Sawit dan tapioka Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, klinik
Lihat Tabel 5
15. Teh Workshop, kantor,
gudang bahan kimia
Lihat Tabel 5 16. Tepung terigu dan
tapioka
Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium
Lihat Tabel 5
17. Kertas Proses produksi Sisa tinta printing
Kemasan bekas tinta printing
Sludge tinta converting Sludge tinta coragated IPAL Sludge IPAL (proses
kimia/biologi) Workshop, kantor,
gudang bahan kimia
Lihat Tabel 5 18. Pulp Proses Produksi Dregs dan Grits
IPAL Suldge IPAL Workshop, kantor,
gudang bahan kimia, poliklinik
Lihat Tabel 5
19. MSG Workshop, kantor,
gudang bahan kimia
Lihat Tabel 5 20. Gula rafinasi IPAL Sludge IPAL
Workshop, kantor, gudang bahan kimia
Lihat Tabel 5
Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri
No. Sumber limbah Jenis limbah
1. Workshop 1. Pelumas bekas
2. Filter bekas 3. Aki bekas
4. Majun terkontaminasi LB3 5. Serbuk gergaji terkontaminasi LB3 6. Solar bekas
2. Gudang bahan kimia 1. Kemasan bekas bahan kimia 2. Bahan kimia kadaluarsa 3. Laboratorium 1. Limbah laboratorium cair
2. Limbah laboratorium padat 4. Klinik/poliklinik 1. Limbah klinis
(27)
Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas
No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah 1. Emas dan tembaga Proses produksi/
pengolahan ore, Workshop,
perkantoran dan perumahan,
laboratorium, utilitas (PLTU dll)
Spesifik
- Tailing
- Limbah fire assay (ceramic, flux, cupell) - Bahan kimia kadaluarsa - Limbah laboratorium
Non Spesifik
- Oli bekas - Grease bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Hose bekas
- Majun/ material terkontaminasi
- Kemasan terkontaminasi limbah B3
- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Fly ash and Bottom ash - Limbah medis/infeksius 2. PLTU/PLTG/
PLTGU/PLTD
Spesifik
- Sludge IPAL
- Limbah laboratorium Non Spesifik
- Oli bekas - Grease bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai - Hose bekas
- Majun/ material terkontaminasi
- Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)
- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Fly ash and Bottom ash - Limbah medis/infeksius 3. EP Migas Eksplorasi dan
produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL
Tangki penyimpanan Workshop
Perkantoran dan
Spesifik
- Slop minyak/ minyak kotor
- Oily water - Sludge minyak - Lumpur bor - Karbon aktif - Absorben bekas
(28)
No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah perumahan
Laboratorium
- Sludge IPAL
- Tanah terkontaminasi minyak
Non Spesifik
- Oli bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai
- Bahan kimia bekas dan kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptan, silica gel, resin, dll) - Material terkontaminasi
B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll) - Kemasan terkontaminasi
limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)
- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Limbah medis/infeksius 4. Pengolahan migas Eksplorasi dan
produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL
Tangki penyimpanan Workshop
Perkantoran dan perumahan
Laboratorium
Unit dissolve air flotation
Spesifik
- Katalis bekas - Oily water - Sludge minyak - Karbon aktif bekas - Filter bekas - Sludge IPAL
- Tanah terkontaminasi minyak
- Limbah laboratorium Non Spesifik
- Oli bekas - Filter bekas - Aki bekas - Baterai
- Bahan kimia bekas dan kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptn, resin, dll)
- Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll) - Kemasan terkontaminasi
limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan
(29)
No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah bahan kimia)
- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Limbah medis/infeksius 5. Distribusi Workshop
Perkantoran Tangki
Spesifik
Sludge minyak dan tanah terkontaminasi minyak Non Spesifik
- Oli bekas - Oil off spec
- Minyak kotor/ slop oil - Filter bekas
- Aki bekas - Baterai
- Majun / material terkontaminasi
- Kemasan terkontaminasi LB3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)
- E- waste (catridge, toner bekas, monitor, dll) - Lampu TL bekas - Limbah medis
Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah
1. Hotel Operasional/perkantoran - Catridge, toner printer
- Solvent bekas - Lampu TL bekas - Baterai bekas - E-waste Utilitas/ kegiatan pendukung - Oli bekas
- Sisa kemasan chemical, bahan kimia laundry - Majun bekas
- Filter oli bekas, filter solar bekas
- Kemasan bahan kimia, drum solvent, kaleng cat
- Aki bekas, baterai bekas
- Asbes - Sludge IPAL 2. Rumah sakit Operasional/perkantoran - Limbah medis
- Lampu TL bekas - Catridge - Jarum suntik
(30)
No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah reagen
- Kaleng bertekanan - Limbah laboratorium
Utilitas - Aki bekas
- Oli bekas]
- Filter oli dan solar bekas
- Sisa kemasan bahan kimia
- Abu insinerator - Sludge IPAL 3. Pengolahan
Limbah B3
Penghasil LB3 dan pengumpul LB3
- Sludge
- Sarung tangan bekas, masker, kain majun - Kaleng kemasan
kimia terkontaminasi - Lampu TL bekas - Abu ex dust collector
(abu furnace) - Sludge scrubber - Aki bekas
- Air chemical bekas - Air separator
- Sludge IPAL, WWT Cake, sludge cake - Oli bekas - Abu insinerator - Filter oli bekas, filter
solar dan udara - Sludge oil - Slop oil - Katalis bekas - Absorber - Residu
- Contaminated goods, Expired product - Powder spray - Catridge printer
bekas
- Lab waste ( organik solvent dan bekas uji coba)
- Solid cake/ padatan - Elektronik bekas - Poor slag - Bag filter - Separator - Dross
- Steel shot & steel grit - Coolant & waste
water
- Moulding resin - Used grease
- Valsvar corrocoat powder
(31)
No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah
- Unused carbon - Cutting PCB - Used Electrolyte - Blaster dust shot grit - Mill scale
- Contaminated soil - Thinner
- TCE
- Hydrocarbon - Hydraulic oil
- Used contaminated rags
- Sludge water base brush
- Used solvent brush cleaner
- Sludge compound - Ash compound - Dry glue
- Laboratory waste 4. Kawasan
industri
Operasional/ perkantoran - Sludge IPAL - Lampu TL bekas - Kemasan bekas
limbah lab - Lab waste - Catridge printer Utilitas/kegiatan pendukung - Kain majun
- Sand blasting - Oil coolant - Oil tank cleaning - Limbah pickling - Pelumas bekas
2.3 Pengelolaan Lingkungan
2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air
Seluruh usaha dan atau kegiatan memiliki kewajiban dalam pengelolaan air limbah menggunakan teknologi proses pengolahan air limbah (IPAL) agar outlet IPALnya selalu memenuhi standar baku mutu yang dipersyaratkan. Secara umum kewajiban usaha dan atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran air adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga baku mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;
(32)
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan;
c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut;
d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair kepada laboratorium terakreditasi sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan;
e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada OPD Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, yang tembusannya disampaikan kepada Gubernur dan Menteri, serta instansi lainnya yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan mengenai kualitas efluen air limbah yang boleh dibuang ke lingkungan untuk usaha dan kegiatan adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Peraturan Limbah Cair No Jenis Usaha/
Kegiatan
Peraturan terkait Kewajiban Parameter 1. Rumah Sakit KepMenLH Nomor:
Kep-58/MENLH/12/1995
Fisika: Suhu
Kimia: pH, BOD5, COD, TSS, NH3 bebas, PO4, Biologi: MPN-Kuman
Golongan Koli/100mL Radioaktivitas: 32P, 35S,
45Ca, 51Cr, 67Ga, 85Sr, 99Mo, 113Sn, 125I, 131I, 192Ir, 201Ti
2. Keramik PerMenLH Nomor: 16 Tahun 2008
TSS, Timbal (Pb), Kobalt (Co), Kadmium (Cd), Krom total (Cr), pH 3. Pupuk KepMenLH Nomor:
Kep51/MENLH/10/1995
COD, TSS, Minyak dan Lemak, NH2-N, TKN, pH 4. Pulp dan kertas - KepMenLH
Nomor:Kep-51/MENLH/10/1995 - KepGub No.6/1999
Lampiran II.5
(33)
No Jenis Usaha/ Kegiatan
Peraturan terkait Kewajiban Parameter 5. Hotel KepMenLH Nomor:
Kep-52/MENLH/10/1995
BOD, COD, TSS, pH 6. Tekstil - KepMenLH
-
Nomor:Kep-51/MENLH/10/1995 - KepGub
No.6/1999Lampiran II.9
BOD, COD, TSS, Fenol total, Krom total, Amonia total (NH3-N), Sulfida sebagai S, Minyak dan Lemak, pH
7. Minyak Sawit KepMenLH Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995
BOD, COD, TSS, Minyak dan lemak, Amonia (NH3-N), pH
8 Industri tidak spesifik
KepGub No.6/1999 Lampiran III
Fisika: Temperatur, TSS, TDS
Kimia: pH, Fe, Mn, Ba, Cu, Zn, Cr+6, Cr, Cd, Hg, Pb, Sn, As, Se, Ni, Co, CN, H2S, F, Cl2, NH3-N, NO3 -N, NO2-N, BOD5, COD, Senyawa Aktif Biru Metilen, Fenol, Minyak Nabati, Minyak Mineral, Radiaktivitas
2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara skala nasional adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan peraturan tingkat Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006. Untuk mengurangi pencemaran udara hingga mencapai tingkat yang tidak membahayakan atau mencemari lingkungan udara ambien dan memenuhi baku mutu emisi udara adalah dengan menggunakan alat atau teknologi pengendalian pencemaran udara. Alat pengendali pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.
(34)
Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara
No Nama Alat Cara kerja Gambar
1. Wet Scrubber Arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan liquid pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkan atau dengan metode kontak lainnya. Kemampuan alat ini terbatas menyisihkan partikel < 0.3 mikron.
2. Gravity Settling Chamber
Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler adalah gas yang mengandung partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers). 3. Siklon Peralatan mekanis yang
digunakan untuk menyisihkan partikel dengan ukuran > 5 mikron dengan efisiensi penyisihan 50-90%. Prinsip kerja siklon yaitu dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan inersia dari udara/gas buangan. Udara yang mengandung partikulat menyebabkan partikel terlempar ke luar, membentur dinding, dan bergerak turun ke dasar siklon.
Dalam aplikasi di dunia industri, siklon sering digunakan sebagai pre-cleaner untuk alat kontrol polusi udara yang lebih rumit seperti electrostatic
precipitator atau baghouses. 4. Electrostatic
Precipitator (EP)
Alat pengendali pencemar partikulat yang didasari pada konsep presipitasi akibat gaya elektrostatik. EP sangat efektif sebagai pengendali partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikron. Pemberian muatan listrik oleh precipitator discharge electrode disebut sebagai corona discharge. Partikel diberikan muatan negatif
(35)
No Nama Alat Cara kerja Gambar
(negative charging) sehingga menimbulkan gaya
elektrostatis. Gaya ini akan berinteraksi sehingga partikulat akan mengalami presipitasi pada sistem pengumpul (berbentuk plat atau tabung) yang bermuatan positif. Setelah menempel pada bidang pengumpul maka akan terjadi discharging muatan hingga kolektor ternetralisir oleh jumlah partikulat bermuatan yang menempel.
5. Fabrik filter/ Baghouse
Unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui mekanisme impaksi,
intersepsi dan difusi. Fabric filter menggunakan bahan filter tertentu seperi nilon atau wol untuk menyisihkan partikel dari aliran gas
Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara
No Alat Cara Kerja Gambar
1. Adsorber Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses tertahannya pencemar gas yang terdapat dalam aliran gas buang pada suatu permukaan padat. Adsorben adalah permukaan padat yang mampu menarik molekul gas pencemar (seperti karbon aktif, silica gel, activated alumina), adsorbat adalah molekul gas pencemar yang tertahan pada permukaan padat (seperti senyawa organik volatil, thinner cat, pelarut / solvents).
(36)
No Alat Cara Kerja Gambar
2. Absorber/ scrubber
Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip absorpsi. Absorpsi adalah mekanisme dimana satu atau lebih zat pencemar dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan cara melarutkannya dalam cairan.
3. Kondenser Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip kondensasi, yaitu proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kondenser bentuknya sederhana, relatif murah dan biasanya menggunakan air atau udara untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap. Umumnya digunakan sebelum adsorber, absorber, atau insinerator untuk mengurangi total massa gas buang yang akan diolah. 4. Unit
pembakaran/ combustion
Unit pengendali yang bekerja dengan prinsip okidasi, digunakan untuk mengendalikan senyawa organik volatil (VOC) dan atau senyawa-senyawa beracun. Pada temperatur yang cukup tinggi dan waktu tinggal yang cukup, senyawa organik dapat dioksidasi membentuk CO2 dan uap air. Oksidasi senyawa organik yang mengandung klorin dan florin atau sulfur dapat berupa HCl, HF, Cl2 atau SO2.
Secara umum kewajiban usaha dan/atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran udara dalam peraturan terkait emisi sumber tidak bergerak adalah sebagai berikut:
(37)
a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang berlaku;
b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin;
c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi (CEMs).
d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 (enam) bulan atau lebih;
e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6 (enam) bulan;
f. Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;
g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil;
h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;
i. Melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi dilampau serta rincian upaya penanggulangannya kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri.
(38)
Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi
No. Sumber Emisi
Peraturan Terkait
Parameter
1. Boiler/ketel uap PerMenLH Nomor 07 Tahun 2007
Bahan bakar Minyak: Partikulat, SO2, NO2, Opasitas
Bahan bakar gas: SO2, NO2
Bahan bakar batu bara: partikulat, SO2, NO2, Opasitas
2. Genset PermenLH Nomor 13 Tahun 2009
Kapasitas ≤570 KWth
Bahan bakar minyak dan gas NO2, CO
Kapasitas ≤570 KWth
Bahan bakar minyak dan gas: total partikulat, SO2, NO2, CO 3. Pembangkit
tenaga termal (PLTU)
PermenLH Nomor 21 Tahun 2008
SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas
4. Kegiatan industri besi dan baja
KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IB
Penanganan bahan baku, tanur oksigen basa, tanur busur listrik, dapur pemanas, dapur proses pelunakan baja: Total partikel Proses celup lapis metal: Total partikel, HCl
5. Kegiatan industri pulp dan kertas
KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IIB
Tungku recovery, tanur putar pembakaran, tangki pelarutan lelehan, digester: Total partikel, Total sulfur tereduksi
Unit pemutihan: Cl2, ClO2 6 Kegiatan
industri semen
KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IVB
Total partikel, SO2, NO2, Partikulat
7. Kegiatan
industri lain-lain
KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran VB
NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, Opasitas, Partikel, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd, Zn, Pb
8. Kegiatan industri pupuk
PermenLH Nomor 133 Tahun 2004
Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2, NO2
9. Kegiatan industri keramik
PermenLH Nomor 17 Tahun 2008
Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF Semua sumber selain kiln: Total partikulat
Semua sumber: Opasitas 10. Incinerator KEP - 03 /
BAPEDAL / 09 / 1995
Partikel, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, TI, dan Opasitas
Ketentuan teknis cerobong emisi diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yaitu:
(39)
1. Persyaratan cerobong
Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 (delapan) kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 (dua) kali diameter dari aliran atas (hilir) dan bebas dari gangguan aliran seperti bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah diameter ekivalen (De) dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
De: diameter ekivalen
L : panjang penampang cerobong W : lebar penampang cerobong
Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
De: diameter ekivalen
D : diameter dalam cerobong bawah d : diameter dalam cerobong atas
2. Persyaratan lubang pengambilan sampel
Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang pengambilan sampel dengan persyaratan:
a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm; b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat
flange yang dilengkapi dengan baut;
(40)
3. Persyaratan pendukung
Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya: a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi
b. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan sebagai berikut:
Dapat mendukung beban minimal 500 kg;
Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;
Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah 1,2 m dan melingkari cerobong;
Pagar pengaman setinggi 1 m;
Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel; Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang
digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.
Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang
pengambilan sampel.
2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :
a. Penghasil Limbah B3; b. Pengumpul Limbah B3; c. Pengangkut Limbah B3; d. Pemanfaat Limbah B3; e. Pengolah Limbah B3; f. Penimbun Limbah B3.
(41)
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan. Mekanisme pengelolaan limbah B3 melalui manifest dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3
Lingkup kegiatan pengelolaan limbah B3 terdiri daripengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
(42)
Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3
Adapun kewenangan dalam perizinan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Pengelolaan
Limbah B3
Perizinan Pengawasan
Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota
Penyimpanan √ √ √
Pengumpulan √ √ √ √ √ √
Pengangkutan √ √
Pemanfaatan √ √
Pengolahan √ √
Penimbunan √ √
Catatan: izin pengumpulan oli bekas di pusat
KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGURANGAN
PENYIMPANAN
PENGUMPULAN
PENGANGKUTAN
PEMANFAATAN
PENGOLAHAN
(43)
Fasilitas pengelolaan Limbah B3, yaitu sebagai berikut: a. Tempat Penyimpanan Limbah B3 (TPS LB3)
Seluruh kegiatan usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib memiliki Tempat penyimpanan Limbah B3 baik berbentuk gudang penyimpanan limbah B3 maupun sludge pond apabila limbah B3 berupa sludge. Check list form evaluasi TPS LB3 dapat dilihat pada Tabel13.
Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 CHECKLIST
TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3
NAMA PERUSAHAAN SEKTOR
INDUSTRI :
Contoh: Peleburan Timah Hitam
PT. ABCDE LOKASI : Kab/Kota...
TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN: NO KETENTUAN YA TIDAK KET
PENGEMASAN
1 apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai
dengan bentuk limbah B3?
2 apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai
dengan karakteristik limbah B3?
3 apakah pengemasan limbah B3 dilengkapi dengan
simbol label limbah B3?
4 apakah penempatan limbah B3 disesuaikan dengan
jenis dan karakteristik limbah B3?
5 apakah kondisi kemasan limbah B3 bebas karat?
6 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak bocor?
7 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak meluber?
BANGUNAN DAN PENYIMPANAN
8 apakah bagian luar bangunan diberi papan nama?
9 apakah bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan?
10 apakah limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar
matahari?
11 apakah bangunan mempunyai sistem ventilasi?
12
apakah bangunan memiliki saluran dan bak penampung tumpahan (jika menyimpan limbah B3
(44)
13 apakah penyimpanan menggunakan sistem blok / sel 14 apakah masing-masing blok/sel dipisahkan gang/tanggul? 15 apakah kemasan/limbah limbah B3 diberi alas / pallet?
16 apakah tumpukan limbah B3 maksimal 3 lapis?
17 apakah limbah B3 disimpan sesuai dengan masa penyimpanan dalam izin?
(jika baru mengajukan izin, tidak perlu diisi)
PEMANTAUAN
18 adakah logbook/catatan untuk mencatat keluar masuk
limbah limbah B3?
19 apakah jumlah dan jenis limbah B3 sesuai dengan
yang tercatat di logbook/catatan?
PENGELOLAAN LANJUTAN
20
apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap limbah B3 yang disimpan? (diserahkan ke pihak
ketiga/dimanfaatkan internal)
LAIN-LAIN
21 tersediakah alat tanggap darurat yang mudah
dijangkau?
22 tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?
23 apakah memiliki SOP penyimpanan?
24 apakah memiliki SOP tanggap darurat?
25
tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap
darurat)
26
apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan
baik?
TOTAL YA
TOTAL TIDAK
PROSENTASE PENTAATAN LB3 100%
Keterangan:
(45)
b. Pemanfaatan Limbah B3
Seluruh kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup, kecuali untuk pemanfaatan sebagai reuse atau penggunaan kembali pada proses yang sama. Pemanfaatan limbah B3 berdasarkan Permen LH No. 2 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 terdiri dari 3 jenis, yaitu reuse, recycle, dan recovery, yaitu sebagai:
1. Substitusi bahan bakar
Checklist form pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 14 dengan isi disesuaikan dengan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan tersebut. Selain check list pengawas juga memeriksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam checklist pemanfaatan serta memeriksa log book pemanfaatan limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan mengecek kesesuainnya dengan izin. Jika ketentuan izin mewajibkan pengukuran emisi, maka periksa:
Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium (sertifikat hasil analisa)
Laboratorium yang mengukur wajib terakreditasi dan
teregistrasi di KLH
Periksa kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang berlaku
Periksa kesesuaian frekuensi pengukuran yang dilakukan dengan izin yang berlaku
Periksa hasil pengukuran emisi dan bandingkan dengan baku mutu emisi yang berlaku baik berdasarkan ketentuan izin maupun berdasarkan peraturan yang berlaku.
(46)
Tabel 14Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara CHECKLIST
PEMANFAATAN FLY ASH&BOTTOM ASH BATUBARA
NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :
PT. ABCDE LOKASI : Kab./Kota TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN: NO KETENTUAN YA TIDAK KET
PENAATAN UMUM
1 apakah dilakukan pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash sekurang-kurangnya 1
bulan sekali atau sesuai izin?
2 apakah hasil pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam izin?
3 apakah dilakukan analisa kandungan logam berat
total fly ash dan bottom ash?
4 apakah hasil analisa kandungan logam berat total fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam izin (cek sertifikat hasil uji)
apakah penyimpanan fly ash dan bottom ash dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti: 5
a. Bentuk dan kualitas tempat penyimpanan
6 c. Kesesuaian tempat penyimpanan dgn limbah
yang disimpan
7 d. Dilengkapi simbol dan label
8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)
9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan
prosedur tanggap darurat?
10 Fasilitas pemanfaatan batas-batas fisik yang jelas
dan dilengkapi dengan pintu darurat
PENAATAN KHUSUS
11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan sesuai
dengan izin?
12 apakah spesifikasi teknis pemanfaatan sesuai
dengan izin?
LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas) 13 apakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai
dan mudah dijangkau?
14 apakah kebersihan / housekeeping terkelola
dengan baik?
TOTAL YA
TOTAL TIDAK
(47)
2. Substitusi bahan baku
Contoh substitusi ini adalah pemanfaatan sebagai paving block, batako, semen dan lain-lain. Checklist pemanfaatan substitusi bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15 jika belum ada checklist yang spesifik maka pengawas wajib membuat checklist berdasarkan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian periksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam checklist pemanfaatan dan periksa loog book pemanfaatan limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan cek kesesuainnya dengan izin.
3. Jenis lainnya setelah melalui penelitian dari kajian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan.
Tabel 15Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar CHECKLIST
PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKAR
NAMA PERUSAHAAN SEKTOR
INDUSTRI :
PT. ...
LOKASI : Kab./Kota ...
TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN:
NO KETENTUAN YA TIDAK KET
PENAATAN UMUM
1 apakah dilakukan uji karakteristik minyak pelumas bekas minimal 1 bulan sekali atau sesuai izin?
2 apakah Hasil uji karakteristik minyak pelumas
bekas dan atau proses pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam izin? (cek sertifikat hasil uji)
3 apakah dilakukan uji dampak terhadap proses
energi yang dihasilkan sebagai akibat perubahan karakteristik?
apakah penyimpanan minyak pelumas bekas dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti: 4
a. Bentuk dan kualitas kontainer sesuai izin 5 b. Resistensi terhadap air dan bahan kimia lain
(48)
6 c. Kesesuaian bahan kontainer dengan isi
kontainer
7 d. Dilengkapi simbol dan label
8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari) 9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan
prosedur tanggap darurat dan penanganan tumpahan?
10 apakah fasilitas pemanfaatan memiliki
batas-batas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu darurat?
PENAATAN KHUSUS
11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan
minyak pelumas bekas sesuai dengan izin? apakah Informasi kriteria pemanfaatan sesuai dengan izin?, seperti:
12
a. Pelaporan kualitas udara emisi (Frekuensi
sesuai izin)
13
b. Pelaporan udara ambien (frekuensi setahun
sekali)
14 c. Jumlah oli bekas yang dihasilkan (ton/bulan) 15
d. Jumlah oli bekas yang dimanfaatkan
(ton/bulan)
16 e. Menyebutkan semua sumbernya
apakah spesifikasi teknis pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai izin?, seperti:
17 a. Terdapat spray nozzle
18
b. Flow rate pelumas bekas ke combustion
chamber sesuai izin
19
c. Aliran pelumas bekas (temperatur combustion
chamber >950°C)
20
d. Flow rate dan volume total pelumas bekas
tercatat harian
21
e. Wajib diemisikan tunggal pada cerobong
pembakaran
22
f. pelumas bekas tidak digunakan selama start up
dan shut down
23
g. tidak memasukkan pelumas bekas diluar
ketentuan dalam izin
24
h. tidak mencampur dengan limbah B3 lain
selama proses recovery energy
LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas) 25 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang
sesuai dan mudah dijangkau?
26 memiliki SOP tanggap darurat?
27 apakah kebersihan / housekeeping terkelola
dengan baik?
TOTAL YA
TOTAL TIDAK
(49)
c. Pengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi, fisika, kimia, biologi dan cara lainnya sesuai dengan
perkembangan teknologi. Untuk pengolahan secara thermal,
pengamatan lapangan mengikuti checklist pada Tabel 16 dan untuk pengolahan lainnya, pengamatan lapangan dapat mengikuti checklist pada Tabel 16 dengan mengacu pada izin pengolahan yang dimaksud.
Tabel 16Checklist Pengolahan Secara Thermal CHECKLIST
PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA THERMAL (INSINERATOR)
NAMA PERUSAHAAN SEKTOR
INDUSTRI :
PT.
LOKASI : Kab./Kota
TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN:
NO KETENTUAN YA TIDAK KET
PENAATAN UMUM 1
apakah selama pengakutan tidak terjadi
ceceran?
2
apakah Jenis limbah yang dibakar sesuai
dengan yang tercantum dalam izin? 3 apakah pengoperasian insinerator sesuai izin?
PENAATAN KHUSUS 4
apakah dilakukan pengukuran suhu gas bakar
di burning chamber?
5
apakah dilakukan pencatatan jumlah dan
komposisi limbah yang dibakar? (cek log book)
8
apakah komposisi limbah yang dibakar sesuai
izin?
6
apakah suhu ruang bakar I saat insinerator
beroperasi 600-800 °C (atau sesuai izin)? 7
apakah suhu ruang bakar II saat insinerator
beroperasi 900-1100 °C (atau sesuai izin)?
9
apakah efisiensi pembakaran terpenuhi? (Cek
sertifikat hasil uji)
10
apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap abu sisa pembakaran? (diserahkan ke pihak ke-3/landfill)
(50)
PEMANTAUAN
11 apakah memiliki logbook/pencatatan keluar masuk limbah yang dibakar dan abu insinerator?
LAIN-LAIN 12
tersediakah alat tanggap darurat yang mudah
dijangkau?
13
tersediakah fasilitas P3K yang mudah
dijangkau?
14
apakah memiliki SOP pengoperasian
insinerator ?
15 apakah memiliki SOP tanggap darurat?
16
tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap darurat)
17
apakah kebersihan / housekeeping terkelola
dengan baik?
TOTAL YA
TOTAL TIDAK
PROSENTASE PENTAATAN LB3
Pemeriksaaan pengolahan menggunakan insinerator meliputi: Log book limbah B3 yang dibakar dalam insinerator
Kesesuaian jenis limbah B3 yang dibakar dengan izin yang berlaku Housekeeping di sekitar fasilitas insinerator
Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium terakreditasi dan teregistrasi di KLH (sertifikat hasil analisis) selama satu tahun Kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang
berlaku/peraturan yang berlaku
Kesesuaian frekuensi pengukuran dengan izin yang berlaku
Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi: Ketentuan izin lainnya yang belum tercantum dalam checklist
Kesesuaian jenis limbah B3 yang diolah dengan perizinan yang berlaku
Jenis dan jumlah limbah B3 yang diolah setiap siklusnya untuk satu tahun terakhir
(51)
d. Penimbunan Limbah B3
Penimbunan limbah B3 dapat berupa landfill kategori I, kategori 2, dan kategori 3. Hal tersebut tergantung dari jenis limbah B3 yang akan ditimbun dan hasil uji analisis total logam berat limbah B3 yang akan ditimbun. Checklist penimbunan limbah B3 dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17Checklist Penimbunan Limbah B3 CHECKLIST
PENIMBUNAN LIMBAH B3
NAMA PERUSAHAAN SEKTOR
INDUSTRI :
PT. LOKASI : Kab./Kota
TIM PENILAI :
TGL PENILAIAN:
NO KETERANGAN YA TIDAK KET
DATA PENAATAN
1 apakah Jenis limbah B3 yang ditimbun sesuai
dengan izin ?
2 apakah jenis limbah yang ditimbun memenuhi
bakumutu TCLP?
3 terdapat sumur pantau minimal 3 buah (1 upstream
dan 2 downstream)?
RANCANG BANGUN FASILITAS PENIMBUNAN 4 apakah lapisan dasar (sub base) adalah tanah
lempung yang dipadatkan dengan permeabilitas 1 x 10-9 m/det?
5 apakah permeabilitas dari sistem pendeteksi
kebocoran (k) = 1 x 10-4 m/det?
6 apakah ketebalan minimum lapisan geomembran
HDPE 1,5 mm
7 apakah permeabilitas lapisan tanah penghalang k =
1 x 10-9 m/det
8 apakah lapisan pelindung adalah tanah setempat dg
tebal 20 cm dan dilapisi geotextile?
BAK PENGUMPUL LINDI
9 apakah berada di area lokasi landfill dan memiliki 1
unit pompa?
10 apakah konstruksi pondasi, lantai dan dinding dari
beton?
11 apakah air lindi diolah di IPAL ?
12 apakah melakukan uji kualitas lindi dalam bak
(52)
13 apakah melakukan uji kualitas air tanah pada sumur
pantau rona awal?
14 apakah Baku Mutu air tanah ditetapka sesuai
dengan rona awal?
15 apakah pengujian dilakukan oleh laboratorium pihak ketiga yang independen dan terakreditasi? (cek sertifikat hasil uji)
16 apakah melakukan uji kualitas air lindi setiap 3
bulan/sesuai izin?
17 apakah melakukan pencatatan arus jumlah limbah B3 yang keluar dan masuk tempat penimbunan? (cek log book)
LAIN-LAIN
18 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai
dan mudah dijangkau?
19 apakah memiliki SOP tanggap darurat? 20
apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan
baik?
TOTAL YA
TOTAL TIDAK
PROSENTASE PENTAATAN LB3
Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi: Ketentuan izin penimbunan lainnya jika terdapat ketentuan teknis
yang belum tercantum dalam checklist,
Akreditasi dan registrasi KLH dari laboratorium yang melakukan analisis kualitas air lindi
Jumlah parameter air lindi yang diukur dibandingkan dengan perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku
Frekuensi pengukuran air lindi dibandingkan dengan perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku
Pemenuhan kualitas air lindi terhadap baku mutu air lindi berdasarkan izin atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku.
Jenis dan jumlah limbah B3 yang ditimbun selama satu tahun terakhir dalam log book
(53)
Jenis limbah yang ditimbun dan kesesuaian dengan izin penimbunan yang dimiliki
(54)
BAB III
STRATEGI PENGAWASAN
Strategi dalam melaksanakan pengawasan terdiri dari beberapa tahapan, antara lain tahap persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, dan penyusunan berita acara, serta tindak lanjut hasil pengawasan.
3.1 Persiapan Pengawasan
Hal-hal yang harus disiapkan dan dipelajari sebelum melaksanakan pengawasan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan
No. Kegiatan Persiapan Uraian kegiatan
1. Administrasi Surat penugasan, tanda pengenal, format berita acara (BA pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA pengambilan sampel, BA pengambilan foto/video, BA penolakan pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA penolakan pengambilan sampel, BA penolakan pengambilan foto/video).
2. Peraturan/dokumen/ referensi terkait
Riwayat ketaatan usaha dan/atau kegiatan objek pengawasan, izin-izin terkait, peraturan terkait, dokumen lainnya.
3. Kuesioner dan Check list Membuat kuesioner dan chek list sebagai panduan untuk mengumpulkan informasi dan pemeriksaan secara berurutan.
4. Perlengkapan inspeksi Alat pencatat, kamera/handycam, perlengkapan keselamatan kerja, alat sampling, GPS, sarana transportasi, dan perlengkapan lain yang dianggap perlu.
5. Koordinasi Melakukan koordinasi dengan KLH, OPD Lingkungan hidup kabupaten/kota, laboratorium terakreditasi, dan kegiatan usaha yang akan didatangi .
(55)
3.2 Pelaksanaan Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan merupakan rangkaian pekerjaan untuk memperoleh bahan keterangan mendalam tentang suatu usaha dan/atau kegiatan diantaranya berupa: proses kegiatan, ketaatan terhadap peraturan maupun persyaratan atau kewajiban yang tercantum dalam izin, dan evaluasi terhadap cara pengelolaan lingkungan. Rangkaian kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Gambar 4. Selain rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan juga pengambilan dokumentasi yang merupakan bagian penting dalam kegiatan pengawasan untuk dijadikan alat bukti dalam menguatkan temuan di lapangan.
Gambar 4 Kegiatan Pengawasan
Adapun penjelasan dari rangkaian kegiatan tersebut tercantum pada Tabel 19.
Tabel 19 Mekanisme Pengawasan
No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan
1. Pertemuan Pendahuluan Pertemuan dengan pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan membahas maksud dan tujuan pelaksanaan pengawasan pihak-pihak yang akan dihubungi objek yang akan dikunjungi data/dokumen yang harus dilengkapi. Data-data yang harus dilengkapi:
Penyusunan BAP Pengamatan TPS LB3 Pengamatan sumber emisi & fasilitas PPU
Pengamatan IPAL Pengamatan proses kegiatan
(1)
123 republik Indonesia dan Sekretariat Konvensi Basel mengenai
Pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan beracun serta pembuangannya tentang pembentukan pusat regional konvensi basel untuk pelatihan dan alih teknologi bagi Asia Tenggara.
4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat
Berikut ini adalah daftar peraturan perundang-undangan skala provinsi bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan pengelolaan sampah berdasarkan tahun pembuatan:
1) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.
2) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
3) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2005 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
6) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013.
(2)
124
7) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Perikanan.
8) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
9) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara.
10)Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Air Tanah.
11) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025.
12)Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah Di Jawa Barat.
13)Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pengurusan Hutan Mangrove Dan Hutan Pantai.
14)Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum Lingkungan.
15)Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum Lingkungan.
16)Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 23 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Jawa Barat.
(3)
125 17)Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 56 Tahun 2012
tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca.
18)Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung.
19)Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk, Sungai Cilamaya dan Sungai Bekasi.
20)Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 78 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 21)Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor 660.31/Sk/694-BKPMD/82 Tahun 1982 tentang Tata Cara Pengendalian dan Kriteria Pencemaran Lingkungan Akibat Industri. 22)Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor
660.3/Kep.1197-Bplhd/2004 tentang Pembentukan Pos Pengaduan Kasus Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup.
23)Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.3/46/BPLHD Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemaran di Jawa Barat (Air).
24)Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 660.31/58/BPLHD Tahun 2010 tentang Pengendalian Pencemaran Air di DAS Cilamaya.
(4)
(5)
ix
DAFTAR PUSTAKA
Hamrat H., dan Bambang P., 2007. Pengawasan Industri dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Panduan Penataan Pengelolaan Lingkungan Industri Minyak Sawit. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Elektronika. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Hotel. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Kendaraan Bermotor (Otomotif). Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Keramik. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Peleburan Besi dan Baja. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Pulp dan Kertas. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Pupuk. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Rumah Sakit. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Semen. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pedoman Pengawasan Kegiatan Industri Tekstil. Jakarta: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
(6)
x Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Pedoman Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Deputi Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dan Sampah.
Pusdiklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012, Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup.
Wahyuni, Sri. 2014. Pengawasan Pengendalian Pencemaran Udara. Bandung: Pelatihan Aparatur Pengawas Kabupaten/Kota.