25
No Jenis Usaha
Kegiatan Peraturan terkait
Kewajiban Parameter
5. Hotel
KepMenLH Nomor: Kep-
52MENLH101995
BOD, COD, TSS, pH 6.
Tekstil
- KepMenLH
- Nomor:Kep-
51MENLH101995 -
KepGub No.61999Lampiran
II.9
BOD, COD, TSS, Fenol total, Krom total, Amonia
total NH3-N, Sulfida sebagai S, Minyak dan
Lemak, pH
7.
Minyak Sawit
KepMenLH Nomor: Kep- 51MENLH101995
BOD, COD, TSS, Minyak
dan lemak, Amonia NH3- N, pH
8
Industri tidak spesifik
KepGub No.61999
Lampiran III
Fisika: Temperatur, TSS, TDS
Kimia: pH, Fe, Mn, Ba,
Cu, Zn, Cr
+6
, Cr, Cd, Hg, Pb, Sn, As, Se, Ni, Co, CN,
H
2
S, F, Cl
2
, NH
3
-N, NO
3
- N, NO
2
-N, BOD5, COD, Senyawa
Aktif Biru
Metilen, Fenol, Minyak Nabati, Minyak Mineral,
Radiaktivitas
2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara skala nasional adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan peraturan tingkat Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 11 Tahun 2006. Untuk mengurangi pencemaran udara hingga mencapai tingkat yang tidak membahayakan atau mencemari
lingkungan udara ambien dan memenuhi baku mutu emisi udara adalah dengan menggunakan alat atau teknologi pengendalian pencemaran
udara. Alat pengendali pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.
26
Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara
No Nama Alat
Cara kerja Gambar
1. Wet Scrubber
Arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan liquid pencuci
dengan cara menyemprotkan, mengalirkan atau dengan
metode kontak lainnya. Kemampuan alat ini terbatas
menyisihkan partikel 0.3 mikron.
2. Gravity
Settling Chamber
Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler adalah
gas yang mengandung partikulat dialirkan melalui
suatu ruang chamber dengan kecepatan rendah
sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat
untuk mengendap secara gravitasi ke bagian
pengumpul debu dust collecting hoppers.
3. Siklon
Peralatan mekanis yang digunakan untuk menyisihkan
partikel dengan ukuran 5 mikron dengan efisiensi
penyisihan 50-90. Prinsip kerja siklon yaitu
dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan inersia dari
udaragas buangan. Udara yang mengandung partikulat
menyebabkan partikel terlempar ke luar, membentur
dinding, dan bergerak turun ke dasar siklon.
Dalam aplikasi di dunia industri, siklon sering
digunakan sebagai pre- cleaner untuk alat kontrol
polusi udara yang lebih rumit seperti electrostatic
precipitator atau baghouses.
4. Electrostatic
Precipitator EP Alat pengendali pencemar
partikulat yang didasari pada konsep presipitasi akibat gaya
elektrostatik. EP sangat efektif sebagai pengendali
partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikron.
Pemberian muatan listrik oleh precipitator discharge
electrode disebut sebagai corona discharge. Partikel
diberikan muatan negatif
27
No Nama Alat
Cara kerja Gambar
negative charging sehingga menimbulkan gaya
elektrostatis. Gaya ini akan berinteraksi sehingga
partikulat akan mengalami presipitasi pada sistem
pengumpul berbentuk plat atau tabung yang bermuatan
positif. Setelah menempel pada bidang pengumpul maka
akan terjadi discharging muatan hingga kolektor
ternetralisir oleh jumlah partikulat bermuatan yang
menempel.
5. Fabrik filter
Baghouse Unit pengendali pencemaran
udara yang disisihkan melalui mekanisme impaksi,
intersepsi dan difusi. Fabric filter menggunakan bahan
filter tertentu seperi nilon atau wol untuk menyisihkan
partikel dari aliran gas
Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara
No Alat
Cara Kerja Gambar
1. Adsorber
Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip
adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses tertahannya
pencemar gas yang terdapat dalam aliran gas buang pada
suatu permukaan padat. Adsorben adalah permukaan
padat yang mampu menarik molekul gas pencemar
seperti karbon aktif, silica gel, activated alumina,
adsorbat adalah molekul gas pencemar yang tertahan
pada permukaan padat seperti senyawa organik
volatil, thinner cat, pelarut solvents.
28
No Alat
Cara Kerja Gambar
2. Absorber
scrubber Unit pengendali gas yang
menggunakan prinsip absorpsi. Absorpsi adalah
mekanisme dimana satu atau lebih zat pencemar
dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan
cara melarutkannya dalam cairan.
3. Kondenser
Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip
kondensasi, yaitu proses penyisihan gas pencemar
dengan cara merubah fasa dari fasa gas ke fasa cair.
Kondenser bentuknya sederhana, relatif murah
dan biasanya menggunakan air atau udara untuk
mendinginkan dan mengkondensasikan uap.
Umumnya digunakan sebelum adsorber, absorber,
atau insinerator untuk mengurangi total massa gas
buang yang akan diolah.
4. Unit
pembakaran combustion
Unit pengendali yang bekerja dengan prinsip
okidasi, digunakan untuk mengendalikan senyawa
organik volatil VOC dan atau senyawa-senyawa
beracun. Pada temperatur yang cukup tinggi dan waktu
tinggal yang cukup, senyawa organik dapat dioksidasi
membentuk CO2 dan uap air. Oksidasi senyawa
organik yang mengandung klorin dan florin atau sulfur
dapat berupa HCl, HF, Cl2 atau SO2.
Secara umum kewajiban usaha danatau kegiatan dalam pengendalian pencemaran udara dalam peraturan terkait emisi sumber tidak bergerak
adalah sebagai berikut:
29
a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang
berlaku; b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir
volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin;
c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi CEMs.
d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2 dua kali selama periode operasi setiap tahunnya
bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 enam bulan atau lebih;
e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1 satu kali selama periode operasi setiap tahunnya
bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6 enam bulan;
f. Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;
g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil;
h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada BupatiWalikota, dengan tembusan
Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 satu kali dalam 3 tiga bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 satu kali dalam 6
enam bulan; i. Melaporkan kejadian tidak normal danatau keadaan darurat yang
mengakibatkan baku mutu emisi dilampau serta rincian upaya penanggulangannya kepada BupatiWalikota, dengan tembusan
Gubernur dan Menteri.
30
Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi
No. Sumber
Emisi Peraturan
Terkait Parameter
1. Boilerketel uap
PerMenLH Nomor 07 Tahun 2007
Bahan bakar Minyak: Partikulat, SO2, NO2, Opasitas
Bahan bakar gas: SO2, NO2 Bahan bakar batu bara: partikulat,
SO2, NO2, Opasitas
2. Genset
PermenLH Nomor 13 Tahun 2009
Kapasitas ≤570 KWth
Bahan bakar minyak dan gas NO2, CO
Kapasitas ≤570 KWth
Bahan bakar minyak dan gas: total partikulat, SO2, NO2, CO
3. Pembangkit
tenaga termal
PLTU PermenLH Nomor
21 Tahun 2008 SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas
4. Kegiatan
industri besi dan baja
KepMenLH Nomor 13
Tahun 1995
Lampiran IB Penanganan bahan baku, tanur
oksigen basa, tanur busur listrik, dapur
pemanas, dapur
proses pelunakan baja: Total partikel
Proses celup lapis metal: Total partikel, HCl
5. Kegiatan
industri pulp
dan kertas KepMenLH Nomor
13 Tahun
1995 Lampiran IIB
Tungku recovery,
tanur putar
pembakaran, tangki
pelarutan lelehan, digester: Total partikel,
Total sulfur tereduksi Unit pemutihan: Cl2, ClO2
6 Kegiatan
industri semen KepMenLH Nomor
13 Tahun
1995 Lampiran IVB
Total partikel, SO2, NO2, Partikulat 7.
Kegiatan industri lain-lain
KepMenLH Nomor 13
Tahun 1995
Lampiran VB NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, Opasitas,
Partikel, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd, Zn, Pb
8. Kegiatan
industri pupuk PermenLH Nomor
133 Tahun 2004 Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2,
NO2 9.
Kegiatan industri keramik
PermenLH Nomor 17 Tahun 2008
Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF Semua sumber selain kiln: Total
partikulat Semua sumber: Opasitas
10. Incinerator
KEP -
03 BAPEDAL 09
1995 Partikel, SO2, NO2, HF, CO, HCl,
CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, TI, dan Opasitas
Ketentuan teknis cerobong emisi diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yaitu:
31
1. Persyaratan cerobong Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 delapan
kali diameter cerobong dari aliran bawah hulu dan 2 dua kali diameter dari aliran atas hilir dan bebas dari gangguan aliran seperti
bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah
diameter ekivalen De dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: De: diameter ekivalen
L : panjang penampang cerobong W : lebar penampang cerobong
Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: De: diameter ekivalen
D : diameter dalam cerobong bawah d : diameter dalam cerobong atas
2. Persyaratan lubang pengambilan sampel Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang
pengambilan sampel dengan persyaratan: a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm;
b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat flange yang dilengkapi dengan baut;
c. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.
32
3. Persyaratan pendukung Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya:
a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi b. Lantai kerja landasan pengambilan sampel dengan ketentuan
sebagai berikut:
Dapat mendukung beban minimal 500 kg;
Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;
Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah 1,2 m dan melingkari cerobong;
Pagar pengaman setinggi 1 m;
Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel;
Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang
digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.
Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang pengambilan sampel.
2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun LB3