PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN TINGKAT RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDARABAH DI BMT NURUL JANNAH GRESIK.

(1)

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN TINGKAT

RASIO

NON PERFORMING FINANCING

(NPF) TERHADAP

PEMBIAYAAN

MUD}A>RABAH

DI BMT NURUL JANNAH GRESIK

SKRIPSI

OLEH :

ANISATUL MAHMUDAH

NIM : C04211010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN TINGKAT

RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP

PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH

DI BMT NURUL JANNAH GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Studi Strata Satu

Ilmu Ekonomi Islam

Oleh :

Anisatul Mahmudah

NIM : C04211010

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

SURABAYA


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah Di BMT Nurul Jannah Gresik” ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan rasio Non Performing Financing (NPF) secara simultan serta secara parsial terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik pada tahun 2009 hingga 2013.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskrptif kuantitatif melalui survey lapangan (field research). Teknik pengumpulan data dengan survey lapangan, studi pusaka, dan wawancara. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan bulanan dengan periode pengamatan Januari 2009 hingga Desember 2013 (60 data pengamatan). Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t).

Dari hasil pengujian statistik untuk uji simultan yakni uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung 55,695 dan F tabel 3,16 sehingga F hitung> F tabel,

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (sign.< α) artinya variabel DPK dan NPF

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan mud}a>rabah. Berdasarkan uji koefisien determinasi berganda (R2) diperoleh nilai R square

sebesar 0,662, artinya sumbangan variabel DPK dan NPF terhadap pembiayaan mud}a>rabah sebesar 66,2%, sedangkan sisanya 33,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

Sedangkan hasil uji parsial yakni uji t menunjukkan nilai t hitung sebesar

10,419 dan t tabel sebesar 2,002 sehingga t hitung > t tabel (10,419 >2,002), dengan

signifikansi variabel DPK adalah 0,000 (sign.< α), dan koefisien beta sebesar

+0,883, artinya variabel DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan mud}a>rabah. Pada variabel NPF nilai t hitung adalah 2,801

dan t tabel 2,002 (2,801>2,002) dengan signifikansi sebesar 0,007 (sign.< α), dan

koefisien beta sebesar -0,273, artinya variabel NPF secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan mud}a>rabah. Berdasarkan pada koefisisen beta variabel DPK merupakan variabel yang paling dominan yang mempengaruhi pembiayaan mud}a>rabah (karena nilai koefisien beta DPK > NPF).

Kata Kunci: Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Pembiayaan Mud}a>rabah.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Hasil Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori.. ... 12

1. Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT) ... 12

2. Pembiayaan Mud}a>rabah... 15

3. Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 23


(8)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 33

C. Kerangka Konseptual ... 41

D. Hipotesis ... .. ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel Penelitian. ... 46

D. Variabel Penelitian ... 47

E. Definisi Operasional ... 48

F. Data dan Sumber Data... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 51

1. Uji Asumsi Klasik ... 52

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 55

3. Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 56

4. Uji Hipotesis... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 59

1. Lokasi Penelitian ... 59

a. Sejarah BMT Nurul Jannah Gresik ... 59

b. Visi dan Misi BMT Nurul Jannah ... 61

c. Struktur Organisasi dan Struktur Kelembagaan ... 62

d. Program Kerja Divisi Ma>l dan Tamwil ... 66

e. Jenis Produk BMT Nurul Jannah ... 68

f. Jumlah Anggota atau Nasabah BMT Nurul Jannah ... 70

g. Pelaksanaan Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Gresik ... 71 2. Gambaran Umum Pembiayaan Mud}a>rabah


(9)

BMT Nurul Jannah Gresik ... 74

3. Gambaran Umum Dana Pihak Ketiga (DPK) BMT Nurul Jannah Gresik ... 76

4. Gambaran Umum Rasio NPF Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Gresik ... 78

B. Analisis Data ... 80

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 80

2. Pembuktian Hipotesis Pengaruh Variabel Bebas terhadapVariabel Terikat ... 84

a. Regresi Liner Berganda ... 84

b. Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 85

c. Uji Simultan (Uji F) ... 87

d. Uji Parsial (Uji t) ... 88

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Simultan DPK dan NPF terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Gresik ... 91

B. Pengaruh Parsial DPK dan NPF terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Gresik ... 92

1. Pengaruh DPK terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah ... 92

2. Pengaruh NPF terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah ... 95

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah Anggota dan Perkembangan DPK BMT Nurul Jannah ... 6

2.1 Kategori NPF berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah ... 33

2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 39

3.1 Variabel Penelitian ... 48

4.1 Struktur Organisasi BMT Nurul Jannah ... 64

4.2 Struktur Kelembagaan BMT Nurul Jannah ... 65

4.3 Spesifikasi Jumlah Staff BMT Nurul Jannah ... 66

4.4 Jumlah Anggota BMT Nurul Jannah ... 70

4.5 Perkembangan Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Periode 2009-2013 ... 75

4.6\ Perkembangan DPK BMT Nurul Jannah Periode 2009-2013 ... 76

4.7 Perkembangan Rasio NPF Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Periode 2009-2013... 78

4.8 Hasil Uji Normalitas ... 80

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81

4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 82

4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 83

4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 84

4.13 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 86

4.14 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 87


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Perkembangan Rasio NPF Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul

Jannah ... 8

2.1. Skema Pembiayaan Mud}a>rabah ... 23

2.3. Kerangka Konseptual ... 42

4.1. Program Penyaluran Dana ZIS BMT Nurul Jannah ... 67

4.2. Alur Pengajuan Pembiayaan BMT Nurul Jannah ... 74

4.3. Grafik Perkembangan Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Periode Januari 2009- Desember 2013 ... 75

4.4. Grafik Perkembangan DPK BMT Nurul Jannah Periode Januari 2009- Desember 2013 ... 77

4.5. Grafik Perkembangan Rasio NPF Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Periode Januari 2009- Desember 2013 ... 79


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia lembaga keuangan yang berbasis syariah mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya lembaga keuangan syariah baik lembaga perbankan syariah, maupun lembaga keuangan syariah non bank. Sistem keuangan syariah di Indonesia lengkap dengan adanya 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), 43 perusahaan asuransi syariah (takafful), dan lebih dari 5500 Baitul Ma>l wa Tamwil (BMT).1 Keberhasilan keuangan syariah tidak terlepas dari peran serta dari lembaga keuangan mikro syariah, salah satunya adalah Baitul Ma>l wa Tamwil (BMT), karena BMT sangat penting menjangkau transaksi syariah yang tidak bisa dilayani oleh fasilitas perbankan.2

Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT) adalah lembaga yang terdiri dari dua fungsi, yaitu, baitul ma>l yang lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti, zakat, infaq, shadaqah, dan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam. Prinsip

1 Tim Muslim Daily, “Konsep BMT Indonesia adalah Solusi Pengentasan Kemiskinan”, dalam

http://muslimdaily.net/berita/ekonomi/konsep-bmt-indonesia-adalah-solusi-pengentasan-kemiskinan-dunia.html, diakses pada 28 September 2014.


(13)

2

operasionalnya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli, ija>rah, dan titipan (wadi>’ah). BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta pelaku usaha kecil yang mengalami hambatan dengan perbankan.3

Kegiatan pokok BMT sebagai pelayan masyarakat, pada dasarnya sama dengan perbankan yaitu berperan sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana. Melalui lembaga keuangan, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. BMT menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan.4 Kualitas lembaga

keuangan syariah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen lembaga untuk melaksanakan perannya.

Salah satu lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi yang selain merupakan organisasi bisnis juga memiliki peran sosial adalah BMT Nurul Jannah Gresik. BMT Nurul Jannah, sebagai lembaga keuangan mikro dengan badan hukum No.489/BH/KWK.13/VII/98 tumbuh selama 16 tahun dan berupaya memberdayakan masyarakat mikro untuk tetap mengembangkan usahanya khususnya masyarakat yang berada di wilayah Gresik Kota dan Kabupaten.5 Sebagai organisasi bisnis, BMT dijalankan secara professional, sehingga mencapai

3 Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010), 363.

4 Nur Buchori, Koperasi Syariah (Sidoarjo: Kelompok Masmedia Buana Pustaka, 2009), 28. 5 Dokumen BMT Nurul Jannah Gresik, 3.


(14)

3

tingkat efisien yang mampu memberikan bagi hasil yang kompetitif kepada para s}a>hibul ma>l serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya. Sedangkan aspek sosialnya BMT berorientasi pada menjangkau lapisan masyarkat yang paling bawah dengan menciptakan distribusi kekayaan kepada segenap lapisan masyarakat.6

BMT Nurul Jannah Gresik sebagai lembaga intermediary menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan yang terdiri dari simpanan mud}a>rabah, simpanan pendidikan, simpanan haji, dan simpanan qurban, sedangkan dana yang yang telah dihimpun tersebut kemudian disalurkan pada sektor-sektor produktif melalui produk pembiayaan (pembiayaan yang ada di BMT meliputi, pembiayaan mud}a>rabah, pembiayaan mura>bah}ah, dan qard} al-hasan).7 Pembiayaan merupakan

aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Pembiayaan dibagi menjadi empat prinsip yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap.8

Salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh BMT Nurul Jannah Gresik adalah pembiaayan dengan prinsip bagi hasil atau Lost and Profit Sharing (PLS), yaitu pembiayaan mud}a>rabah. Menurut Syafii Antonio, pembiayaan mud}a>rabah adalah akad kerjasama permodalan usaha di mana koperasi (BMT Nurul Jannah) sebagai pemilik modal (s}a>hib al-ma>l) menyetorkan modalnya

6 Muhammad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT (Yogyakarta: Citra Media, 2006), 6.

7 Tim Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL), UIN Sunan Ampel Surabaya Prodi Ekonomi Syariah di

BMT Nurul Jannah Gresik, (2014), 17.

8 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


(15)

4

kepada anggota, atau calon anggota, sebagai pengusaha (mud}arib) untuk melakukan kegiatan usaha sesuai akad dengan ketentuan pembagian keuntungan dibagi bersama sesuai kesepakatan (nisbah) dan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal sepanjang bukan merupakan kelalaian penerima pembiayaan.

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mud}a>rabah atau musha>rakah) merupakan ciri pokok yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional. Pembiayaan mud}a>rabah merupakan produk yang berpotensi sangat besar dalam menciptakan keseimbangan sektor moneter, karena produk ini melibatkan dua pihak yang sedang bergerak mengelola sektor usaha yang memberikan nilai tambah pada perekonomian. Oleh karena itu, pembiayaan mud}a>rabah sangat mendorong sektor rill (sektor manufaktur dan sektor jasa) untuk berkembang.9 Peningkatan sektor rill akan berdampak pada peningkatan kondisi ekonomi negara yang diikuti dengan peningkatan perekonomian masyarakat. Selain itu mud}a>rabah pada hakikatnya adalah sebuah kerjasama yang saling menguntungkan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa pekerjaan atau harta (modal). Kerjasama dengan prinsip mud}a>rabah mencerminkan karakter dalam masyarakat ekonomi yang Islami karena Islam memandang manusia mempunyai kedudukan yang sama, tidak kenal perbedaan kelas, manusia saling membantu satu sama lain dan melakukan kerjasama ekonomi.10 Islam

9 Muhammad Akhyar Adnan, Dari Murabahah menuju Musyarakah, Upaya Mendorong Optimalisasi

Sektor Riel”, Jurnal Akutansi & Auditing Indonesia (JAAI), Volume 9:2 (Desember, 2005), 63.

10


(16)

5

menganjurkan umatnya untuk bekerjasama kepada siapa saja dengan tetap memegang prinsip syariah, sesuai dengan sabda Rasulullah,

َ نَ َ خَتََي ْ َاَ م ِ ْ َ ْ ِلا َل َ ِ ُدَي

(

ى خ ا ه

)

Allah akan menolong dua orang yang berserikat selama mereka tidak saling berkhianat. (HR. Bukhari).11

Kemampuan BMT dalam memberikan pembiayaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan BMT dalam menyerap dana.12 Pertumbuhan setiap bank maupun BMT sangat dipengaruhi oleh kemampuan menghimpun dana dari masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan hal yang paling utama. Tanpa dana yang cukup, bank atau BMT tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain, BMT menjadi tidak berfungsi sama sekali. Dana itu sendiri adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu BMT dalam kegiatan operasionalnya. Dana-dana yang dimiliki oleh lembaga keuangan dapat diperoleh dari tiga sumber. Dana tersebut berasal dari lembaga itu sendiri yaitu dana pihak kesatu, dana yang bersumber dari lembaga atau pihak lain yaitu dana pihak kedua, dan dana yang bersumber dari masyarakat yaitu dana pihak ketiga.13

Pada lembaga keuangan syariah, dana simpanan masyarakat atau biasa disebut dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan jumlah dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank atau BMT.14 Dana yang dihimpun dari masyarakat

11 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),136. 12 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), 47. 13 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ,2006), 46. 14 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT bumi Aksara, 2011), 45.


(17)

6

atau dana pihak ketiga, disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito baik dengan prinsip wadi>’ah maupun prinsip mud}a>rabah.

Selain dana menjadi hal penting dalam kegiatan BMT, namun dana juga dapat menjadi suatu permasalahan bagi BMT, karena apabila dana yang terhimpun dari dana pihak ketiga (masyarakat) terus bertambah, maka akan banyak terdapat dana idle (menganggur), apabila dana tersebut tidak disalurkan kembali kepada masyarakat. Oleh karena itu salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank atau BMT dalam penyaluran kredit atau pembiayaan, adalah sifat usaha bank atau BMT sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber dana bank atau BMT berasal dari masyarakat sehingga secara moral harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.15

DPK yang berhasil dihimpun oleh BMT Nurul Jannah pada setiap tahun mengalami peningkatan. Berikut ini adalah perkembangan DPK dan jumlah anggota dari penghimpunan dana di BMT Nurul Jannah Gresik.

Tabel 1.1.

Jumlah Anggota, dan Perkembangan DPK BMT Nurul Jannah Gresik

Tahun Anggota

pendanaan Total DPK

2009 2278 6.678.433.000

2010 2585 8.842.571.000

2011 2876 12.057.140.000

2012 3871 17.080.168.000

2013 4231 24.006.397.000

Sumber : Data Primer diperoleh16

15 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, 2005), 349.


(18)

7

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anggota pendanaan yang terdiri dari, simpanan mud}a>rabah, simpanan pendidikan, simpanan haji, dan simpanan qurban, mengalami kenaikan pada setiap tahunnya, dan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun juga terus mengalami peningkatan. Adapun pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2009 hingga 2013 pembiayaan mud}a>rabah yang disalurkan berturut-turut adalah 8.433.934.000, 10.763.950.000, 16.274.801.000, 20.325.696.00, 23.880.800.000 (lampiran 1).

Menurut Lukman Dendawijaya, mengemukakan bahwa dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank, dan kegiatan perkreditan mencapai 70%-80%.17 Maka

berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh BMT akan mepengaruhi penyaluran pembiayaan mud}a>rabah. Semakin banyak dana yang dihimpun maka kemampuan BMT dalam memberikan pembiayaan mud}a>rabah akan mengalami peningkatan pula.

Selain Dana Pihak ketiga (DPK) yang dapat mempengaruhi penyaluran pembiayaan, terdapat faktor lain, yaitu adanya resiko kredit atau resiko pembiayaan bermasalah. Suatu pembiayaan yang disalurkan akan berpotensi mengalami pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah diartikan sebagai pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan


(19)

8

dan macet.18 Pembiayaan bermasalah dalam bank syariah disebut dengan NPF (Non Performing Financing). Non Performing Financing (NPF) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank atau BMT dalam mengendalikan risiko kegagalan pengembalian pembiayaan oleh nasabah.19 Semakin tinggi NPF semakin tinggi pula resiko kredit yang

ditanggung bank atau BMT. Rasio Non Performing Financing untuk pembiayaan mud}a>rabah dapat diperoleh dari presentase pembiayaan mud}a>rabah bermasalah terhadap total pembiayaan mud}a>rabah yang disalurkan. Adapaun tingkat rasio NPF untuk pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik berfluktuatif dari setiap tahunnya.

Sumber: Laporan keuangan BMT Nurul Jannah (data diolah) Gambar 1.1. Perkembangan Rasio NPF BMT Nurul Jannah Gresik

Meskipun pembiayaan mud}a>rabah yang disalurkan terus meningkat, namun besarnya rasio NPF pembiayaan mud}a>rabah mengalami naik turun, dan

18 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah (Jakarta : Sinar Grafika,

2012), 66.

19 Teguh Pudjo Mulyono, Manajemen Perkreditan Edisi Tiga (Yogyakarta: BPFE, 2001), 56.

1.9

4.1 3.9 3.9

5.5

0 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011 2012 2013


(20)

9

cenderung meningkat pula. Besarnya pembiayaan bermasalah ini akan dijadikan penilaian terhadap kondisi kesehatan operasional lembaga BMT. Dalam perbankan kriteria NPF ditetapkan maksimal adalah ≤ 5%. Menurut Direktur Inkopsyah (Induk Koperasi Syariah), Arisson Hendry, meskipun batas maksimal NPF BMT adalah 12%, akan tetapi BMT dapat mengacu pada aturan perbankan (NPF maksimal 5%), karena semakin rendah NPF hal tersebut semakin baik.20 Dengan demikian dapat diindikasikan ketika banyak pembiayaan bermasalah, maka akan berakibat pada menurunnya penyaluran pembiayaan.

Melihat pembiayaan mud}a>rabah sangat menguntungkan bagi perekonomian, BMT sebagai s}a>hib al-ma>l, maupun bagi mud}arib sebagai pengelola, maka diperlukan suatu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga (DPK), dan rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan mud}a>rabah pada BMT Nurul Jannah Gresik tahun 2009-2013. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik.

20Berita Republika,“Inkopsyah Proyeksikan NPF 2,7 persen akhir 2009”, dalam

” http://m.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/berita/09/08/04/66665-inkopsyah-proyeksikan-npf-2-7-persen-akhir-2009, diakses pada 30 September 2014.


(21)

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan rasio Non Performing Financing

(NPF) berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik?

2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan tingkat rasio Non Performing

Financing (NPF) berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah ditemukan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

tingkat rasio Non Performing Financing (NPF) secara simultan terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

tingkat rasio Non Performing Financing (NPF), secara parsial terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik.


(22)

11

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aspek teoritis (Keilmuan)

Yaitu menjadi salah satu skripsi yang dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik. Dan juga menambah pengetahuan, wawasan, serta informasi mengenai analisis kesehatan BMT, khususnya mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pembiayaan

mud}a>rabah.

2. Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan informasi dan bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja BMT Nurul Jannah Gresik, khususnya yang berkaitan dengan penyaluran pembiayaan mud}a>rabah. b. Memberikan kontribusi pada lembaga keuangan syariah khususnya yang


(23)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT)

a. Pengertian Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT)

Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang terdiri dari 2 fungsi utama yaitu:1

1) Baitul Ma>l (rumah harta) : menerima titipan dana zakat, infaq, dan shadaqah, serta mengoptimalkan pendistribusiannya.

2) Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta): melakukan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan cara mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sebagai organisasi sosial. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakin simpan pinjam. Usaha ini sama seperti perbankan yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya pada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan.

1 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,


(24)

13

Selain itu, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lainnya. Pada dataran hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah koperasi, baik koperasi serba usaha, maupun koperasi simpan pinjam. b. Fungsi dan Tujuan BMT

Tujuan didirikannya BMT adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan dalam rangka mencapa tujuannya, BMT berfungsi:2

1) Memobilisasi, mengorganisir, mendorong, dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota.

2) Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih professional, dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

3) Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

4) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara agniya sebagai s}a>hib al-ma>l dengan dhu’afa sebagai mud}arib, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, dll.

5) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pemilik dana (s}a>hib al-ma>l), baik sebagai pemodal maupun

2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) (Yogyakarta: UII Press,


(25)

14

penyimpan dengan pengguna dana (mud}arib) untuk usaha produktif.

c. Prinsip Operasional BMT

Dalam Menjalankan usahanya BMT menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Prinsip bagi hasil : prinsip ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemodal dengan pengelola dana. Pembagian hasil ini dilakukan antara BMT dengan pengelola dana dan antara BMT dengan penyedia dana (penabung).

2) Sistem jual beli: sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT melakukan pembelian barang yang sesuai dengan keinginan nasabah, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah margin. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana.

3) Sistem non-profit: sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja.


(26)

15

2. Pembiayaan Mud}a>rabah a. Pengertian Pembiayaan

Yang dimaksud dengan pembiayaan, berdasarkan pasal 1 butir 25 UU No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1) Transaksi bagi hasil berupa pembiayaan mud}a>rabah dan

pembiayaan musha>rakah.

2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ija>rah atau sewa beli dalam bentuk Ija>rah Muntahiya bit Tamlik (IMBT)

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mura>bah}ah, salam dan istishna’.

4) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ija>rah untuk transaksi multijasa.

Dalam SOP KJKS-UJKS, pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut.3

3 “Standart Operasional Pelaksanaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan

Syariah Koperasi”, 4.http://www.smecda.com/files/Dep_Pembiayaan/8_SOP_KJKS.pdf, diakses pada 30 September 2014, 4.


(27)

16

Hertanto Widodo menjelaskan pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT kepada nasabah berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT dengan nasabah dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang disepakati.4

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah fasilitas penyediaan dana untuk mendukung kegiatan investasi yang telah direncanakan atau untuk memenuhi kebutuhan pihak yang merupakan defisit unit.

Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan yang berprinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan, bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui bunga. Sedangkan bagi lembaga keuangan syariah berupa bagi hasil.5

Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal yaitu:6

a) Pembiayaan produktif: yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi, dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

4 Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) (Bandung:

Mizan, 1999), 83.

5 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 72-73.

6 Ismail Nawawi, Perbankan Syariah Isu-Isu Manajemen Fiqh Muamalah Pengkayaan Teori


(28)

17

b) Pembiayaan konsumif: yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

b. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi 2 yaitu tujuan untuk tingkat makro dan tujuan untuk tingkat mikro.7

1) Secara makro pembiayaan bertujuan untuk: peningkatan ekonomi umat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktivitas, membuka lapangan kerja baru, terjadi distribusi pendapatan (artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya).

2) Secara mikro tujuan pembiayaan adalah: upaya mengoptimalkan laba, pendayagunaan sumber ekonomi (artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia dan sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber manusianya ada dan sumber daya modal tidak ada, maka diperlukan adanya pembiayaan), penyaluran kelebihan dana dari pihak surplus kepada yang defisit.

7 Veithzal Rivai et.al., Islamic Banking, sebuah Teori Konsep dan Aplikasi (Jakarta: PT Bumi


(29)

18

Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagai mana diatas, pembiayaan secara umum memiliki fungsi:

1) Meningkatkan daya guna uang (dana yang mengendap di bank tidaklah idle (diam) dan disalurkan utuk usaha-usaha yang bermanfaat)

2) Meningkatkan peredaran uang (melalui pembiayaan, peredaran uang akan lebih berkembang karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berwirausaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif).

3) Menimbulkan kegairahan berwirausaha

4) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, karena melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah. c. Pengertian Pembiayaan Mud}a>rabah

Mud}a>rabah atau atau qirad} termasuk salah satu bentuk akad syirkah (perkongsian). Istilah mud}a>rabah digunakan oleh orang Irak, sedangkan orang Hijaz menyebutnya dengan istilah qirad}. Dengan demikian, mud}a>rabah dan qirad} adalah dua istilah untuk maksud yang sama. Menurut bahasa, qirad} ( ا ْ ) diambil dari kata ْ ْ yang berarti ) ْ ْ ( potongan, sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya untuk diberikan kepada usaha pengusaha agar mengusahakan harta tersebut, dan pengusaha akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh. Bisa juga diambil dari kata ( ق ْ ) yang berarti


(30)

19

( ا ق ْ ) kesamaan, sebab pemilik modal dan pengusaha memiliki hak yang sama terhadap laba.8

Sedangkan pengertian dari pembiayaan mud}a>rabah adalah sebagai berikut:

1) Menurut Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis, mud}a>rabah dapat didefinisikan sebagai sebuah perjanjian di antara paling sedikit 2 pihak, dimana 1 pihak, pemilik modal (s}a>hib al-ma>l atau rabb al-ma>l) mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain, yaitu pengusaha (mud}arib) untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha.9

2) Menurut Afzalur Rahman, sebagaimana dikutip oleh Gemala Dewi, shirkah mud}a>rabah atau qirad}, yaitu berupa kemitraan antara tenaga dan harta, dimana seseorang (pihak pertama/ supplier/ pemilik modal/ s}a>hibul ma>l) memberikan hartanya kepada pihak lain (pihak kedua /pemakai /pengelola/ mud}arib), yang digunakan untuk bisnis dengan ketentuan bahwa keuntungan (laba) yang diperoleh akan dibagi oleh masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan. Bila terjadi kerugian maka dibebankan pada pemilik harta, tidak pada pengelola.10

8 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), 223.

9 Latifa M. Algaoud dan Mervyn K.Lewis, Perbankan Syariah; Prinsip, Praktik, dan Prospek

(Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta, 2004), 66.

10 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia (Jakarta : Prenada Media Group, 2006),


(31)

20

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mud}a>rabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih, dimana pihak pertama (s}a>hibul ma>l) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mud}arib) yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan dalam kontrak, sedangkan bila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola.

Pembiayaan mud}a>rabah merupakan wahana utama bagi perbankan syariah termasuk BMT untuk memobilisasi dana masyarakat yang terhimpun dalam jumlah besar dan untuk menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha.11

Secara umum, landasan dasar syariah, mud}a>rabah lebih mencerminkan untuk melaksanakan usaha, hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini,

Q.S Al-Muzzammil: 20



 



 





....

Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.12

11 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah (Yogyakarta: UII Pers,

2002), 32.

12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan (Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2006),


(32)

21

Q.S Al-Jumuah: 10

                          

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.13

Q.S Al-Baqarah: 198

                

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.14

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah

ْ َ

ِ ِا َ

ِ ْ

ٍ ْ َ ُ

ْ َ

ِ ْ ِ َ

َ َ

َ َ

ُ ْ ُ َ

ِ َ

َل َ

ُ

ِ ْ َ َ

َ َ َ

ٌ َ َ

َ ِ ْ ِ

ُ َ َ ََ ْا

ُ ْ ََ ْا

لاِ

ٍ َ َ

َقُماْ َ

ُ َ َ

ُ َ ْ َ َ

ِ َُ اْ

ِ ِ َلاِ

ِي َ ِا

َ

ِ ْ ََ ِا

Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan, melakukan qiradh (memberi modal dengan orang lain), dan yang mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk diperjualkan.” (HR. Ibnu Majah No.2280, Kitab At-Tijarah)15

13 Ibid., 554. 14 Ibid., 31.


(33)

22

Adapun rukun dan syarat sah mud}a>rabah adalah sebagai berikut:16

1) Rukun mud}a>rabah ada 4 yaitu:

a) Al-aqidani (dua orang yang beraqad), yaitu s}a>hibul ma>l, dan mud}arib

b) Objek mud}a>rabah, berupa modal dan kerja c) Ija>b qabu>l atau serah terima

d) Nisbah keuntungan

2) Syarat- syarat mud}a>rabah sesuai dengan rukun yang dikemukakan di atas adalah:

a) Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil

b) Mengenai modal disyaratkan: berbentuk uang, jelas jumlahnya, tunai, dan diserahkan sepenuhnya kepada mud}arib (pengelola). Oleh karenanya jika modal itu berbentuk barang. Menurut ulama fiqh tidak dibolehkan, karena sulit menentukan keuntungannya.

c) Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil keuntungan dagang itu.

16 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2008),


(34)

23

Berikut ini adalah mekanisme pembiayaan mud}a>rabah di bank syariah atau di BMT.

Gambar 2.1. Skema Pembiayaan Mud}a>rabah 3. Dana Pihak Ketiga

a. Manajemen Pendanaan

Manajemen dana merupakan upaya yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan pada aktivitas financing.17 Manajemen dana adalah ilmu, seni dan proses penarikan

dan pengumpulan dana yang optimal.18

Upaya penghimpunan dana harus dirancang dengan baik untuk menarik minat masyarakat untuk menjadi anggota di BMT. Prinsip utama dalam manajemen funding ini adalah kepercayaan. Artinya

17 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah Edisi Revisi (Jakarta: Graha Ilmu, 2013), 109. 18 Ismail Nawawi, Bank Syariah..., 461.

MODAL 100%

Bagian keuntungan Y Bagian

keuntungan X

s}a>hibul ma>l

Pengusaha/

mud}arib

Akad mud}a>rabah

Proyek / Usaha

Keuntungan

MODAL


(35)

24

kemauan masyarakat untuk menaruh dananya pada BMT sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT itu sendiri.

Sumber dana BMT pada prinsipnya dikelompokkan menjadi 3 bagian, yakni dana pihak pertama (modal), dana pihak kedua (pinjaman pihak luar), dan dana pihak ketiga (simpanan atau tabungan).19

1) Dana pihak pertama (DP1)

Dana pihak pertama sangat diperlukan BMT terutama pada saat pendirian. Tetapi dana ini dapat terus dikembangkan, seiring dengan perkembangan BMT. Sumber dana pihak pertama meliputi, a) Simpanan pokok khusus (modal penyertaan), yaitu simpanan modal penyertaan, yang dapat dimiliki oleh individu maupun lembaga dengan jumlah penyimpanan tidak harus sama. Simpanan hanya dapat ditarik setelah jangka waktu 1 tahun melalui musyawarah tahunan. Atas simpanan ini, penyimpan akan mendapatkan porsi sisa hasil usaha atau laba pada tiap akhir tahun secara proporsional dengan modalnya.

b) Simpanan pokok, merupakan simpanan yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT. Besarnya pokok harus sama. Simpanan pokok tidak dapat ditarik, jika ditarik maka keanggotaan dinyatakan berhenti.


(36)

25

c) Simpanan wajib, merupakan sumber modal yang mengalir terus setiap waktu. Besar kecilnya tergantung pada kebutuhan permodalan dan anggotanya.

2) Dana Pihak Kedua (DP II), yaitu dana yang bersumber dari pinjaman pihak luar. Nilai dana ini tidak terbatas, tergantung pada kemampuan BMT masing-masing dalam menanamkan kepercayaan pada investor. Pihak luar yang dimaksud adalah bank syariah (BMI, BRIS, BPRS, BNIS) maupun lembaga antar BMT, seperti puskopsyah atau Inkopsyah.

3) Dana Pihak Ketiga (DP III). Dana ini merupakan simpanan sukarela atau tabungan dari para anggota BMT. Jumlah dan sumber dana ini sangat luas dan tidak terbatas. Dilihat dari cara pengembaliannya sumber dana ini dapat dibagi menjadi dua yakni simpanan lancar (tabungan), dan simpanan tidak lancar (deposito). b. Pengertian Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki, hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan sebagai penghimpun dana dari masyarakat.20 Dana pihak ketiga dalam perbankan syariah terbagi atas giro, tabungan dan deposito. Sedangkan pada BMT dana pihak ketiga dibagai menjadi 2 jenis, yaitu tabungan (simpanan lancar) dan


(37)

26

deposito (simpanan tidak lancar), yang dilkukan dengan menggunakan prinsip wadi>’ah maupun mud}a>rabah.21

1) TabunganWadi>’ah,

Wadi’ah artinya adalah titipan. Jadi prinsip tabungan wadi’ah merupakan akad penitipan uang pada BMT, dimana BMT harus menjaga dan merawat dengan baik serta mengembalikannya saat penitip (muwadi’) menghendakinya. Prinsip wadiah ada 2 yaitu wadi>’ah yad d}omanah (BMT dapat memanfaatkan simpanan dari penitip) dan wadi>’ah yad amanah (BMT tidak dapat memanfaatkan simpanan dari penitip)

2) Tabungan Mud}a>rabah

Adalah tabungan yang penyetorannya dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Mud}a>rabah merupakan akad kerjasama modal dari pemilik dana (s}a>hibul ma>l) degan pengelola dana (mud}arib) atas dasar bagi hasil. Dalam hal ini BMT bertindak sebagai mud}arib sedangkan anggota atau nasabah bertindak sebagai s}a>hibul ma>l. Variasi jenis tabungan yang berakad mud}a>rabah dapat dikembangkan ke dalam berbagai variasi tabungan, seperti:

a) Tabungan haji: tabungan khusus yang menampung keinginan masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji dalam jangka panjang.


(38)

27

b) Tabungan qurban : tabungan untuk para s}a>hibul qurban, yaitu produk yang disediakan untuk membantu masyarakat dalam merencanakan ibadah qurbannya.

c) Tabungan pendidikan: tabungan yang disediakan untuk membantu masyarakat dalam menyediakan kebutuhan dana pendidikan di masa yang akan datang.

3) Deposito Mud}a>rabah

Adalah simpanan anggota yang pengambilannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo. Jangka waktu yang dimaksud meliputi: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

Dana pihak ketiga yang disingkat DPK merupakan sumber dana bank yang utama dan yang terbesar, karena hal ini sesuai dengan fungsi bank atau BMT sebagai penghimpun dana dari pihak masyarakat yang kelebihan dana. Menurut Lukman Dendawijawa, mengemukakan bahwa dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank, dan kegiatan perkreditan (dalam lembaga keuangan syariah, disebut pembiayaan) mencapai 70%-80%. Apabila pertumbuhan DPK menunjukkan kecendrungan yang menurun, maka akan memperlemah kegiatan operasional bank. Sehingga semakin banyak DPK yang berhasil dihimpun oleh bank, maka akan semakin banyak pula pembiayaan yang dapat disalurkan.


(39)

28

Besar kecilnya dana yang berhasil dihimpun oleh suatu lembaga keuangan merupakan ukuran dalam menilai tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank atau lembaga keuangan tersebut. Dan tingkat kepercayaan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kinerja bank atau lembaga yang bersangkutan.22

4. Non Performing Financing (Pembiayaan Bermasalah) a. Pengertian Non Performing Financing

Pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah dikenal dengan istilah Non Performing Financing (NPF), sedangkan dalam perbankan konvensional dikenal dengan istilah Non Performing Loan (NPL), merupakan salah satu resiko yang dihadapi oleh bank atau lembaga keuangan lainnya dalam penyaluran pembiayaan. NPF adalah resiko tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut resiko pembiayaan. Resiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai pembiayaan yang termasuk dalam kategori bermasalah atau Non Performing Financing (NPF).23 Non Performing Financing (NPF)

adalah suatu rasio keuangan bank yang menggambarkan besarnya tingkat pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang disalurkan. Untuk NPF pembiayaan mud}a>rabah secara matematis dapat dirumuskan berikut,

22 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi Pertama (Bogor: Ghalia Indonesia, 2000),

85.


(40)

29

Keterangan :

NPF m : rasio pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah KL : pembiayaan mud}a>rabah dalam kategori kurang lancar D : pembiayaan mud}a>rabah dalam kategori diragukan M : pembiayaan mud}a>rabah dalam kategori macet

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) KJKS-UJKS, mendefinisikan pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan dimana terdapat suatu penyimpangan dalam pembayaran kembali pembiayaan yang berakibat terjadi kelambatan dalam pengembalian, atau kemungkinan terjadinya kerugian bagi koperasi.24

NPF adalah rasio keuangan untuk mengukur kinerja lembaga keuangan dari segi pembiayaan yang diberikannya pada nasabah.25 Jadi NPF menghitung berapa % (persen) pembiayaan yang bermasalah (kurang lancar, diragukan, macet) dibandingkan dengan total pembiayaan yang diberikan. Semakin besar NPF maka semakin buruk kinerja lembaga keuangan, karena berarti banyak kredit atau pembiayaan yang tidak dapat ditagih, yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan. Ketentuan BI yang menyatakan bank / KJKS berkinerja baik mencatat pembiayaan bermasalah maksimal adalah 5% (mengacu pada angka yang dipersyaratkan BI pada NPF).

24“Standart Operasional Pelaksanaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan

Syariah Koperasi”…, 129.


(41)

30

Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam BMT sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan BMT yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pemberian pembiayaan, lemahnya pengawasan, dan permodalan yang tidak cukup. Sedangkan faktor eksernal adalah faktor yang berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan seperti, bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian, perubahan teknologi,dll.26

Penanganan terhadap pembiayaan bermasalah perlu dilakukan dengan cara:27

1) Preventif (Pencegahan)

a) Pemahaman dan pelaksanaan proses pembiayaan yang benar, menyangkut internal (koperasi) dan eksternal (mitra dan lingkupnya).

b) Pemantauan dan pembinaan pembiayaan

c) Memahami faktor yang menjadi penyebab pembiayaan bermasalah

26 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah…,73.

27Standart Operasional Pelaksanaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan


(42)

31

2) Kuratif (Penyelesaian): melakukan analisis-evaluasi ulang mengenai aspek (manajemen, pemasaran, produksi, keuangan, agunan).

b. Kategori Pembiayaan Bermasalah

Berdasarkan ketentuan pasal 9 PBI No.8/21/PBI/2006/ tentang kualitas aktiva bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diubah dengan PBI No.9/9/PBI/2007 dan PBI No. 10/24/PBI/2008, kualitas pembiayaan dinilai berdasarkan aspek-aspek28: Prospek usaha, kinerja (performance) nasabah, kemampuan membayar.

Atas dasar penilaian aspek-aspek tersebut kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 golongan yaitu lancar (L) atau golongan I, dalam perhatian khusus (DPK) atau golongan II, kurang lancar (KL) atau golongan III, diragukan (D) atau golongan IV, macet (M) atau golongan V.

Adapun kriteria komponen-komponen dari aspek penetapan penggolongan kualitas pembiayaan diatur dalam lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No.8/22/DPbS tanggal 18 Oktober 2006 tentang penilaian aktiva produktif bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diubah


(43)

32

dengan SEBI No. 10/36/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 (SEBI No. 8/22/DPbS).29

Pada koperasi jasa keuangan syariah kriteria pembiayaan bermasalah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia NO.35.3/PER/M.KUKM/X/2007 tentang pedoman pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi jasa keuangan syariah dan unit jasa keuangan syariah dan juga tercantum dalam Standart Operasional UJKS dan KJKS, dimana didalamnya menyebutkan bahwa kualitas pembiayaan pada koperasi terdiri atas, pembiayaan lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.

1) Lancar: pembiayaan mud}a>rabah dikatakan lancar jika pembayaran pokok tepat waktu.

2) Kurang lancar: pembiayaan mud}a>rabah dikatakan kurang lancar jika terjadi tunggakan pembayaran pokok sampai dengan 3 bulan atau 90 hari.

3) Diragukan: pembiayaan mud}a>rabah dikatakan diragukan jika terjadi tunggakan pembayaran pokok antara 3 – 6 bulan.

4) Macet: pembiayaan mud}a>rabah dikatakan macet jika terdapat tunggakan pembayaran pokok lebih dari 6 bulan.


(44)

33

Secara ringkas kategori NPF berdasarkan pada kemampuan bayar nasabah terdapat pada tabel berikut.

Tabel 2.1.

Kategori NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah

Jenis pembiayaan

Kategori yang diperhitungkan dalam NPF

Kurang lancar Diragukan Macet

mud}a>rabah Tunggakan angsuran pokok s.d. 90 hari / 3 bulan

Tunggakan angsuran pokok pembiayaan > 90 s.d. 180 hari (3-6 bulan)

Tunggakan >

180 hari, atau 6 bulan

Sumber : SOP KJKS UJKS, 242. B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian ini berjudul Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Tingkat Rasio Non Performing Finacing (NPF) terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi.

1. Penelitian oleh Aan Afrianti (2010),30 yang berjudul “Strategi KJKS dalam Menekan Non Performing Financing (Studi Kasus Pada KJKS Arrahmah Cinere)”, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembagan NPF pada KJKS Arrahmah, dan juga mengetahui strategi apa yang dilakukan oleh KJKS untuk menekan Non Performing Financing. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat NPF tahun 2006 sebesar 3,3 %, tahun 2007 sebesar 3%, dan pada tahun 2008

30 Aan Afrianti “Strategi KJKS dalam Menekan Non Performing Financing (Studi Kasus Pada


(45)

34

sebesar 2,3%. Rasio NPF tersebut ≤ 5%, yang ditetapkan oleh BI. Adapun strategi yang digunakan dalam menekan NPF yaitu selalu mematuhi SOP pengajuan pembiayaan yang telah ditetapkan perusahaan, memberikan hadiah bagi anggota yang pembiayaanya lancar, sering melakukan kunjungan ke anggota, melakukan binaan terhadap usaha anggota, dan sering bersilaturrahmi dengan anggota.

2. Penelitian oleh Mochammad Irfansyah (2007),31 yang berjudul “Pengaruh Jumlah Pembiayaan Yang Disalurkan Terhadap Tingkat Rasio Non Performing Financing (Studi Kasus pada PT Bank DKI Syariah)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh total pembiayaan yang disalurkan (pembiayaan mud}a>rabah, musha>rakah, mura>bah}ah, istis}na, salam, ija>rah, dan pinjaman qardu>l hasan) terhadap tingkat rasio Non Performing Financing. Sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu wawancara dengan pihak bank, sedangkan data sekunder adalah data berupa laporan keuangan selama 3 periode dari tahun 2005-2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi sederhana, dan korelasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,84, dapat diketahui bahwa tingkat hubungan antara pembiayaan yang disalurkan terhadap rasio NPF cukup tinggi, sedangkan hasil dari uji regresi linier sederhana didapatkan hasil persamaan regresi Y = -0,0039 + 0,0000067X. Dari persamaan tersebut

31 Mohammad Irfansyah, “Pengaruh Jumlah Pembiayaan Yang Disalurkan Terhadap Tingkat

Rasio Non Performing Financing (Studi Kasus pada PT. Bank DKI Syariah)” (Skripsi--,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,2007 ).


(46)

35

dapat disimpulkan bahwa jumlah pembiayaan yang disalurkan memiliki keterkaitan atau hubungan yang positif terhadap rasio Non Performing Financing, artinya setiap perubahan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan merubah tingkat rasio Non Performing Financing.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ustad Fatah Al-Hakim (2006),32 yang berjudul “Pengaruh Tingkat Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pemberian Pembiayaan Tahun 2003-2004 Pada BMT Bangun Amratani Salaman Magelang”. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi linier. Uji hipotesis dengan menggunakan uji t hitung dan uji F hitung. Hasil penelitian dengan

menggunakan analisis korelasi diketahui bahwa koefisien korelasi antara Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan pembiayaan adalah 0,305 dengan signifikansi sebesar 0,147. Nilai r hitung (0,305) < r tabel (0,404), hal ini

berarti hubungan antara DPK terhadap pembiayaan adalah lemah atau rendah. Sedangkan berdasarkan pada analisis regresi linier diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0,093. Hal ini berarti 9,3% pemberian pembiayaan dipengaruhi oleh DPK sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Sedangkan hasil uji hipotesis dengan uji t hitung, diperoleh

nilai t hitung sebesar 1,504 < dari t tabel (1,717), ini berarti tidak signifikan.

Dengan demikian DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian

32Ustad Fatah Al Hakim, “Pengaruh Tingkat Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap

Pemberian Pembiayaan Tahun 2003-2004 Pada BMT Bangun Amratani Salaman Magelang” (Skripsi--, STAIN Surakarta, 2006).


(47)

36

pembiayaan. Dari uji F hitung diperoleh nilai sebesar 2,262 dengan tingkat

signifikan 0,147. Oleh karena nilai F hitung (2,262) < F tabel (3,443) maka

dapat disimpulkan bahwa DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Yani Figriyanti (2010),33 yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Kredit pada PT. BNI (Persero) Tbk”. Berdasarkan analisis statistik diketahui korelasi antara variabel X dan variabel Y yaitu sebesar 0,967 berarti terjadi korelasi positif yang artinya apabila DPK naik akan menyebabkan penyaluran kredit naik, juga sebaliknya. Nilai koefisien determinasi sebesar 93,51% mengandung pengertian bahwa DPK mempengaruhi penyaluran kredit. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Andraeny (2011)34, yang berjudul

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Tingkat Bagi Hasil dan Non Performing Financing terhadap Volume Pembiayaan yang Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan tahun 2006-2010 dengan periode bulanan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang telah dipublikasikan pada website. Teknik analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS) dengan software SmartPLS 2.0. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa DPK

33 Yani Figriyanti, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada PT. BNI

(Persero) Tbk” Jurnal Ekonomi dan Bisnis—perpustakaan pusat UNIKOM, 2010.

34Dita Andraeny, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Tingkat Bagi Hasil dan Non Performing

Financing terhadap Volume Pembiayaan yang Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia” Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011 Universitas Syiah Kuala Bnda Aceh, -- (Juli, 2011).


(48)

37

berpengaruh positifdan signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil, hal ini dijelaskan dari hasil t hitung sebesar 48,665 > dari t tabel yaitu

1,67. Pada variabel bagi hasil diperoleh t hitung sebesar 5,919 yang lebih

besar dari t tabel yaitu 0,115, sehingga variabel bagi hasil berpengaruh

positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan pada variabel NPF diperoleh nilai t hitung sebesar 0,073 lebih kecil dari t tabel yaitu 1,67 sehingga dapat disimpulkan bahwa NPF tidak berpengaruh

signifikan terhadap pembiayaanberbasis bagi hasil.

6. Penelitian yang dilakaukan oleh Imam Mukhlish (2011),35 yang berjudul “Penyaluran Kredit Bank ditinjau dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Rasio Non Performing Loans”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang jumlah Dana Pihak Ketiga dan tingkat rasio Non Performing Loans terhadap penyaluran kredit. Obyek penelitian dilakukan di Bank BRI, data diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan dari tahun 2000-2009. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis regresi dinamis versi error correction model (ECM). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) baik dari jangka pendek maupun jangka panjang tidak berpengaruh terhadap kredit yang disalurkan. Sedangkan variabel NPL dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit,

35 Imam Mukhlish, “Penyaluran Kredit Bank ditinjau dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Tingkat


(49)

38

sedangkan dalam jangka panjang NPL tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Aqidah Asri Suwarsi (2008)36, yang berudul Pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR) Rate Of Return On Loan Ratio (RRLR) Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Penyaluran Pembiayaan. Penelitian ini dilakukan di Bank Mandiri Syariah. Data yng digunakan adalah data sekunder berupa data laporan keuangan periode Januari 2004 hingga Desember 2006 yang telah dipublikasikan (36 data bulanan). Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Loan to Asset Rasio berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan. Variabel Rate Of Return On Loan Ratio tidak berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan. Vaiabel Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan. Sedangkan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.

Persamaan penelitian saya dengan penelitian terdahulu adalah, sama-sama menggunakan variabel dana pihak ketiga pada penelitian Fatah (2006), dan Yani (2010). Sedangkan perbedaannya adalah, pada penelitian saya terdapat 2 variabel bebas yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Non

36Aqidah Asri Suwarsi, “Pengaruh Loan to Asset Rasio Rate Of Return On Loan Ratio Capital

Adequacy Ratio dan Non Performing Financing terhadap Penyaluran Pembiayaan” (Skripsi--,Universitas Muhammadiyah Magelang, Magelang 2008).


(50)

39

Performing Financing (NPF) pada variabel terikat, penelitan saya fokus pada pembiayaan mud}a>rabah. Perbedaan selanjutnya, jenis penelitian yang digunakan, penelitian saya merupakan penelitian kuantitatif sedangkan penelitian Aan (2007), adalah kualitatif. Pada penelitian yang sudah ada, metode analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana, sedangkan pada penelitian saya menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji hipotesis menggunkan uji t dan uji F. Sedangkan obyek penelitian pada penelitian saya bertempat di BMT Nurul Jannah Gresik, pada penelitian sebelumnya dilakukan di bank konvensional. Lebih lengkapnya mengenai perbedaan dan persamaan penelitian terdapat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Variabel

penelitian

Metode Analisis Data

Hasil

1. Aan

Afrianti (2010) (Kualitat if) Strategi KJKS dalam Menekan Non Performing Financing (Studi Kasus Pada KJKS Arrahmah Cinere)

- Metode

deskriptif

Tingkat NPF tahun 2006-2008 sebesar 3,3 %, 3%, 2,3%. Rasio

NPF tersebut ≤ 5%,

yang ditetapkan oleh BI.

Strategi yang digunakan dalam menekan NPF yaitu selalu mematuhi SOP pengajuan

pembiayaan yang telah ditetapkan perusahaan,

memberikan hadiah bagi anggota yang pembiayaanya lancar, sering melakukan kunjungan ke anggota, melakukan binaan


(51)

40

terhadap usaha anggota, dan sering bersilatur rahmi dengan anggota.

2. Mocham

mad Irfansyah (2007) (Kuantita tif) Pengaruh Jumlah Pembiayaan Yang Disalurkan Terhadap Tingkat Rasio Non Performing Financing (Studi Kasus pada PT Bank DKI Syariah) X = Pembiayaa n Y = Tingkat Rasio Non Performing Financing Regresi linier sederhana jumlah pembiayaan yang disalurkan memiliki keterkaitan atau hubungan yang positif terhadap rasio Non Performing Financing, artinya setiap perubahan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan merubah tingkat rasio Non Performing Financing.

3. Ustad

Fatah Al-Hakim (2006) (Kuantita tif) Pengaruh Tingkat Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pemberian Pembiayaan Tahun 2003-2004 Pada BMT Bangun Amratani Salaman Magelang X= DPK Y= Pembiayaa n Regresi linier sederhana DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan..

4. Yani

Figriyant i (2010) (Kuantita tif) Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada PT. BNI (Persero) Tbk X= DPK Y= Kredit Korelasi sederhana korelasi antara variabel X dan variabel Y yaitu sebesar 0,967 berarti terjadi korelasi positif yang artinya apabila DPK naik akan menyebabkan penyaluran kredit naik, juga sebaliknya. Nilai koefisien determinasi sebesar 93,51% mengandung pengertian bahwa DPK mempengaruhi penyaluran kredit.

5 Dita

Andraen y (2011)

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Tingkat Bagi Hasil dan Non

Performing

X1 = DPK

X2 = Bagi

Hasil

X3 = NPF

Partial Least Square (PLS) dengan software DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Variabel Bagi Hasil


(52)

41

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam

Financing terhadap Volume Pembiayaan yang Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia Y = Pembiayaa n Bagi Hasil SmartPLS 2.0. berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan pada Variabel NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaanberbasis bagi hasil.

6 Imam

Mukhlish (2011) (Kuantita tif)

Penyaluran Kredit Bank ditinjau dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Rasio Non Performing Loans di Bank BRI

X1 = DPK

X2 = NPF

Y = Kredit

analisis regresi dinamis versi error correction model (ECM)

Dalam jangka pendek maupun jangka panjang DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Variabel NPL berpengaruh negative dan signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan dalam jangka panjang NPL tidak

berpengaruh terhadap penyaluran kredit

7 Aqidah

Asri Suwarsi (2008)

Pengaruh Loan to Asset Rasio Rate Of Return On Loan Ratio Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Financing terhadap Penyaluran Pembiayaan

X1 = LAR

X2 =

RRLR

X3 = CAR

X4 = NPF

Y= Pembiayaa n Regresi Linier Berganda

Variabel LAR dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan Variabel RRLR tidak berpengaruh

signifikan terhadap pembiayaan. Variabel NPF Berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan.


(53)

42

penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.37 Kerangka konseptual kausal menggunakan

kalimat: “jika sebabnya begini maka berakibat begini”.38 Untuk mengetahui

masalah yang akan dibahas, perlu adanya kerangka konseptual yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengaruh secara parsial Pengaruh secara simultan

Gambar 2.3. Kerangka konseptual

37 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif) (Jakarta:

Gaung Persada Perss, 2008), 55.

38 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D (Bandung: Alfabeta, 2009),

283.

X1: Dana Pihak Ketiga (DPK)

X2: Non Performing Financing (NPF)

Y: Pembiayaan


(54)

43

D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji secara empiris.39 Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menolak atau menerima hipotesis tersebut. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut.

Berdasarkan atas uji statistiknya, rumusan hipotesis dapat dibedakan atas 2 jenis hipotesis, yaitu sebagai berikut:40

1. Hipotesis 0 atau Hipotesis Nihil

Hipotesis 0, disimbolkan H0 adalah hipotesis yang dirumuskan

sebagai suatu pernyataan yang akan diuji. Disebut hipotesis nol karena hipotesis ini tidak memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis sebenarnya. Hipotesis nol dapat dinyatakan sebagai berikut: H0: tidak terdapat pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y.

2. Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja

Hipotesis alternatif, disimbolkan Ha atau H1 adalah hipotesis

yang dirumuskan sebagai lawan dari hipotesis nol. Hipotesis alternatif dapat dinyatakan sebagai berikut:

H1 : terdapat pengaruh anatara variabel X terhadap variabel Y.

39 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 31. 40 Ibid.,33.


(55)

44

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai kesimpulan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan variabel

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan variabel Dana

Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik. 2. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik. H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel Dana

Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menitik beratkan pada pengujian hipotesis, data yang digunakan harus terukur dan akan menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan.1 Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena pendekatan kuantitatif lebih mengarahkan masalah menjadi suatu hubungan kausalitas, sehingga hubungan antar variabel dapat dijelaskan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kausal yang berdasar pada kejadian sebab akibat.2

Terdapat dua format penelitian kuantitatif yaitu format deskriptif dan format eksplanasi. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan format deskriptif yaitu bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut.3

1

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Media Group, 2009), 211.

2 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif (Jakarta: Rajawali

Pers, 2008), 93.


(57)

46

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BMT Nurul Jannah Gresik, yang berlokasi di Jl. Jend.A. Yani No.07 Gresik. Telepon (031) 031-3973959, Fax. 031- 3973955. Waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2014 – Desember 2014.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas atas karakteristik tertentu.4 Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa jumlah manusia, gejala-gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah laku dan sebagainya yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh laporan keuangan bulanan BMT Nurul Jannah Gresik dari tahun 1997 hingga tahun 2014.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.5 Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bulanan BMT Nurul Jannah Gresik mulai dari tahun 2009 hingga 2013, sebanyak 60 bulan (tahun 2009 bulan Januari sampai tahun 2013 bulan Desember). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Non Probability Random Sampling, dengan teknik

purposive sampling, artinya sampel dipilih agar dapat mewakili populasinya.

4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Cetakan Ke-19 (Bandung:

Alfabeta, 2013),80.


(58)

47

Sampel dipilih menurut aturan umum bahwa pengambilan sampel disyaratkan minimal 5 periode untuk tiap independen.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu:

1. Variabel Independen (Variabel bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab berubahnya variabel dependen atau variabel terikat.6 Variabel independen disimbolkan dengan X

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah : X1 : Dana Pihak Ketiga (DPK)

X2 : Non Performing Financing (NPF)

2. Variabel dependen (Variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel terikat. Variabel dependen disimbolkan dengan Y. Variabel dependen yaitu :

Y : Pembiayaan Mud}a>rabah

Secara rinci variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif


(59)

48

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

Variabel Indikator

X1 : Dana Pihak Ketiga (DPK) Total simpanan yang dihimpun oleh BMT Nurul

Jannah yang meliputi, tabungan mud}a>rabah,

tabungan pendidikan, tabungan haji, dan tabungan qurban.

X2: Non Performing Financing

(NPF) Pembiayaan kategori Kurang lancar (KL), Diragukan (D), dan mud}a>rabah bermasalah dengan

Macet (M). Untuk mengetahui rasio NPF dengan

rumus perbandingan pembiayaan mud}a>rabah

bermasalah terhadap pembiayaan mud}a>rabah yang

disalurkan.

Y: Pembiayaan Mud}a>rabah Total pembiayaan mud}a>rabah yang disalurkan oleh

BMT Nurul Jannah Gresik.

E. Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik”, maka istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah:

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam mata uang rupiah. Dalam penelitian ini Dana Pihak Ketiga (DPK) yang digunakan adalah seluruh simpanan atau tabungan yang berhasil dihimpun oleh BMT Nurul Jannah Gresik yang meliputi simpanan mud}a>rabah, simpanan pendidikan, simpanan haji, dan simpanan qurban. DPK dinyatakan dalam rupiah.

2. Non Performing Financing (NPF) pembiayaan mud}a>rabah disebut juga pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan dengan klasifikasi kurang lancar (KL), diragukan (D) dan macet (M). NPF dapat


(1)

100

1. Bagi penelitian selanjutnya

a. Diharapkan dapat menambah variabel independen lainnya untuk memperkaya kajian ini yang disesuaikan dengan keadaan perekonomian saat ini, seperti bagi hasil, suku bunga inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), dan lain sebagainya. b. Periode penelitian ini dimulai pada tahun 2009-2013, diharapkan peneliti lain menggunakan periode data yang lebih akurat, dengan jumlah data yang lebih banyak dan rentang waktu yang lebih panjang sehingga memungkinkan hasil penelitian menjadi lebih baik.

c. Peneliti lain diharapkan dapat menggunakan metode lain yang lebih lengkap dan akurat sehingga dapat diperoleh kesimpulan yang lebih valid.

2. Bagi pihak BMT Nurul Jannah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan evaluasi dalam mengelola BMT menjadi lebih baik lagi terutama dalam menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan.

3. Bagi masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi para calon nasabah dalam mengetahui kinerja BMT yang berkaitan dengan perannya sebagai lembaga intermediasi serta dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan para calon nasabah dalam memilih BMT mana yang akan dijadikan sebagai tempat menyimpan uangnya dengan aman.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Algaoud, M. Latifa dan Mervyn K.Lewis, Perbankan Syariah; Prinsip, Praktik, dan Prospek Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta, 2004.

Algifari, Analisis Teori Regresi. Yogyakarta, BPFE, 2000.

Antonio, Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2005. Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka

Alfabet,2006.

Buchori, Nur. Koperasi Syariah. Sidoarjo: Kelompok Masmedia Buana Pustaka, 2009.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif . Jakarta: Kencana Media Group, 2009.

Darmawi, Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT bumi Aksara, 2011.

Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan, Edisi Pertama. Bogor: Ghalia Indonesia, 2000.

---. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan. Jakarta: Maghfiroh

Pustaka, 2006.

Dewi, Gemala. Hukum Perikatan Islam di Indonesia . Jakarta : Prenada Media Group, 2006.

Diana, Ilfi Nur. Hadits-Hadits Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press, 2008.

Djamil, Faturrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah. Jakarta : Sinar Grafika, 2012.

Firdaus, Muhammad. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.


(3)

Ghazali, Abdul Rahman. Fiqh Muamalat. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010.

Hamidi, Muhammad Luthfi. Jejak-Jejak Ekonomi Syariah. Jakarta: Senayan Abadi Publish, 2003.

Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kaulitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.

Huda, Nurul dan Muhammad Heykal. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Erlangga, 2009.

Ilmi, Makhalul. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Pers, 2002.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Perss, 2008.

Karim, Adiwarman. Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008.

Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.

---, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006.

Lungan, Richard. Aplikasi Statistika Dan Hitung Peluang. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006.

Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif . Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

---, Lembaga Ekonomi Syariah. Jakarta: Graha Ilmu, 2005.


(4)

Nawawi, Ismail. Perbankan Syariah Isu-Isu Manajemen Fiqh Muamalah

Pengkayaan Teori Menuju Praktik. Sidoarjo : CV. Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat,2008.

Priyanto, Dwi. Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta: MediaKom,2008.

Ridwan, Muhammad. Sistem dan Prosedur Pendirian BMT . Yogyakarta: Citra Media, 2006.

Rivai, Veithzal . Islamic Banking, sebuah Teori Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Santoso, Singgih. SPSS 10.5 (Statistical Product and Service Solution). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2000.

Santosa, Purbayu Dwi dan Ashari. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS Yogyakarta: ANDI, 2005.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005.

Siregar, Sofian. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Cetakan Ke-19. Bandung: Alfabeta, 2013.

---. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta, 2009.

Suliyanto. Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS (Yogyakarta: CV. ANDI Offset, 2006.

Syafei, Rachmat. Fiqh Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.

Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press, 2005.


(5)

Tim Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL), UIN Sunan Ampel Surabaya Prodi Ekonomi Syariah di BMT Nurul Jannah Gresik, 2014.

Widodo, Hertanto. Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Bandung: Mizan, 1999.

Jurnal

Adnan, Muhammad Akhyar “Dari Murabahah menuju Musyarakah Upaya Mendorong Optimalisasi Sektor Riel”, Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia

(JAAI), Vol.9:2. Desember, 2005.

Yani Figriyanti, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada PT. BNI (Persero) Tbk” (Jurnal—perpustakaan pusat UNIKOM, 2010).

Skripsi

Afrianti, Aan “Strategi KJKS dalam Menekan Non Performing Financing (Studi

Kasus Pada KJKS Arrahmah Cinere)” (Skripsi--,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,2010).

Mohammad Irfansyah, “Pengaruh Jumlah Pembiayaan Yang Disalurkan Terhadap

Tingkat Rasio Non Performing Financing (Studi Kasus pada PT. Bank DKI

Syariah)” (Skripsi--,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,2007 ).

Ustad Fatah Al Hakim, “Pengaruh Tingkat Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Terhadap Pemberian Pembiayaan Tahun 2003-2004 Pada BMT Bangun

Amratani Salaman Magelang” (Skripsi--, STAIN Surakarta, 2006). Internet

Berita Republika,“Inkopsyah Proyeksikan NPF 2,7 persen akhir 2009”, dalam ”http://m.republika.co.id

/berita/bisnis-syariah/berita/09/08/04/66665-inkopsyah-proyeksikan-npf-2-7-persen-akhir-2009, diakses pada 30

September 2014.


(6)

http://www.smecda.com/files/Dep_Pembiayaan/8_SOP_KJKS.pdf, diakses

pada 30 September 2014.

Tim Muslim Daily, “Konsep BMT Indonesia adalah Solusi Pengentasan Kemiskinan

Dunia”, dalam http://muslimdaily.net/berita/ekonomi/konsep-bmt-indonesia-adalah-solusi-pengentasan-kemiskinan-dunia.html, diakses pada 29 September


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisi pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dan non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan yang disalurkan serta imlekasinya pada return on assets (ROA) di Bank Muamalat Indonesia

2 38 96

Analisis pengaruh inflasi srtifikat bank Indonesia Syariah (SBIS), non performing financing (NPF) dan dana pihak ketiga (DPK) terhadap pembiayaan murabahah pada bank Syariah di Indonesia (periode januari 2007--maret 2011)

6 43 157

Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Suariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA), Periode Januari 2009-2012

1 14 151

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.

6 103 122

Pengaruh dana pihak ketiga (dpk), pendapatan Margin, non performing financing (npf) , dan Financing to deposit ratio (fdr) terhadap Pembiayaan murabahah - Perbanas Institutional Repository

0 0 18