PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PENYEGAR TAHUN 2016
PENGEMBANGAN TANAMAN
TAHUNAN DAN PENYEGAR
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN TANAMAN PENYEGAR
TAHUN 2016
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karuniaNya maka dapat dilakukan penyusunan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Penyegar 2016.
Untuk implementasi program tersebut, pada tahun anggaran 2016 dialokasikan dana untuk kegiatan peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi dan kegiatan pendukung lainnya melalui kegiatan pengembangan di daerah sentra tanaman penyegar.
Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Penyegar Tahun 2016 secara garis besar memuat acuan pengelolaan kegiatan maupun anggaran bagi para pelaksana di pusat, provinsi dan utamanya kabupaten sebagai penerima manfaat kegiatan.
Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan pembangunan perkebunan khususnya dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas Tanaman Penyegar nasional.
Jakarta, 31 Maret 2016 Direktur Jenderal
Ir. Gamal Nasir, MS Nip. 19560728 198603 1 001
(3)
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Sasaran Nasional 3
C. Tujuan 4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
6
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
6 B. Spesifikasi Teknis 12
III. PELAKSANAAN KEGIATAN 19
A. Ruang Lingkup 19
B. Pelaksana Kegiatan 22 C. Lokasi, Jenis dan Volume 26
D. Simpul Kritis 28
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN
40
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
(4)
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
44
VII. PEMBIAYAAN 47
VIII. PENUTUP 48
(5)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lokasi Pengembangan Kakao Tahun 2016
50
Lampiran 2. Lokasi Pengembangan Kopi Tahun 2016
54
Lampiran 3. Lokasi Pengembangan teh Tahun 2016
56
Lampiran 4. Pemberdayaan dan Kelembagaan Tahun 2016
57
Lampiran 5. Lokasi Kegiatan Integrasi Tanaman dengan ternak Tahun 2016
60
Lampiran 6. Koordinasi Pelaksanaan KegiatanTahun 2016
63
Lampiran 7. Standar Mutu Benih Kakao 64 Lampiran 8. Standar Mutu Benih kopi 67 Lampiran 9. Standar Mutu Benih Teh 69 Lampiran 10. Rencana Kerja Dana Tugas
Pembantuan
70
Lampiran 11. Laporan Realisasi Fisik dan
Keuangan Dana Tugas Pembantuan 71 Lampiran 12 Rencana Kerja Dana Tugas
Pembantuan Ditjen. Perkebunan
(6)
Lampiran 13. Laporan Realisasi Fisik dan
Keuangan Dana Tugas Pembantuan 73 Lampiran 14. Surat Pernyataan 74
(7)
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Komoditas tanaman penyegar (kakao, kopi, teh) merupakan komoditas sosial, dalam arti usaha perkebunan tersebut hampir 95% diusahakan oleh perkebunan rakyat dengan melibatkan sekitar 2 juta KK.
Indonesia sebagai produsen tanaman
penyegar termasuk dalam 3 (tiga) besar di dunia (kakao dan kopi) dan nomor 7 (tujuh) besar dunia (teh). Dengan kondisi
politik ekonomi yang cukup stabil,
menjadikannya berpeluang besar sebagai pemasok kebutuhan bahan baku baik untuk industri domestik maupun global.
Kegiatan pengembangan tanaman
penyegar pada tahun 2016 dilaksanakan
melalui kegiatan Tugas Pembantuan.
Adapun kegiatan utamanya berupa
peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi dan perluasan tanaman.
Di tingkat lapangan terdapat berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan pengembangan tanaman penyegar di Indonesia antara lain :
1) penurunan tingkat produktivitas yang disebabkan sebagian besar tanaman tua, kurang perawatan dan serangan hama penyakit,
(8)
2) rendahnya mutu hasil karena penanganan pasca panen yang belum
sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan, 3) sebagian besar hasil tanaman penyegar yang dihasilkan masih belum, 4) meningkatnya harga agro input seperti pupuk dan pestisida, 5) masih
terbatasnya kemitraan antara
pengusaha/industri dengan petani
pekebun, 6) akses terhadap permodalan untuk pengembangan komoditi ini masih terbatas.
Memperhatikan kondisi serta permasalahan yang terjadi, maka kebijakan dan strategi dalam pengembangan tanaman penyegar diarahkan pada :
1) Peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman penyegar berkelanjutan melalui perbaikan mutu tanaman,
penerapan Good Agricultural Practices
(GAP), pengendalian OPT dan
penyediaan benih unggul bermutu serta sarana produksi.
2) Peningkatan mutu melalui penerapan
SNI, dan penerapan Good Handling
Practices (GHP)
3) Pengembangan SDM untuk petani dan
petugas. Salah satu model
pemberdayaan petani dan kelembagaan yang dikembangkan adalah melalui
(9)
Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE) berdasarkan manajemen kemitraan.
4) Pengembangan kelembagaan dan
kemitraan usaha antara petani dan pengusaha yang saling menguntungkan
dan berkelanjutan perlu segera
dibangun dan dikembangkan,
5) Perlindungan hak untuk produk-produk
suatu komoditas yang memiliki
spesifikasi lokasi (Indikasi Geografis/IG) Melalui dana Tugas Pembantuan (TP) provinsi dan kabupaten tahun 2016 dianggarkan kegiatan yang meliputi: 1)
Pengembangan Tanaman Penyegar
(Intensifikasi, Peremajaan, Perluasan dan Integrasi dengan ternak) 2) Pemberdayaan Pekebun Tanaman Penyegar (Pelatihan
Penumbuhan Kebersamaan/Dinamika
Kelompok, dan Pelatihan Penguatan Kelembagaan di wilayah pengembangan tanaman penyegar, 4) Koordinas (Indikasi Geografis, Penguatan Substasiun)
B.Sasaran Nasional
1. Sasaran kegiatan:
a) Pengembangan tanaman penyegar
adalah perbaikan tanaman melalui
peremajaan, intensifikasi dan
perluasan kebun serta integrasi dengan ternak.
(10)
b) Indikasi Geografis (IG) adalah
terlaksananya sosialisasi dan
fasilitasi sertifikasi Indikasi
Geografis (IG) komoditas tanaman penyegar
c) Pemberdayaan Petani dan
Penguatan Kelembagaan adalah
terlaksananya pemberdayaan petani yang tergabung dalam kelompok tani tanaman penyegar.
C.Tujuan
Tujuan dari kegiatan pengembangan
tanaman penyegar Tahun 2016 dan
kegiatan pendukung lainnya adalah :
1. Meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman penyegar
melalui penerapan teknologi budidaya dan perluasan areal.
2. Meningkatkan pendapatan petani
tanaman penyegar di lokasi kegiatan.
3. Mendukung pengembangan kawasan
tanaman penyegar.
4. Memfasilitasi proses sertifikasi Indikasi
Geografis(IG) komoditas tanaman
penyegar.
5. Meningkatkan pengetahuan,
(11)
6. Menumbuhkan kelembagaan petani yang produktif dan berfungsi melayani anggotanya.
(12)
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman penyegar (kakao, kopi dan teh) dilakukan melalui pendekatan teknis seperti yang dilakukan selama ini dan pendekatan sosial budaya yang mampu memotivasi perubahan sikap, perilaku dan peran serta petani yang
disinergiskan dengan program
pembangunan dan pengembangan pertanian di kabupaten/ kota.
Paket bantuan merupakan hibah yang pelaksanaan pengadaannya dilakukan dengan kontraktual dan mengacu pada Perpres 54 tahun 2010 serta Pedoman Pengadaan dan Pengelolaan Barang dan Jasa lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.
Kegiatan Indikasi Geografis (IG)
difokuskan pada komoditi tanaman penyegar yang memiliki potensi indikasi geografis, merupakan daerah sentra produksi tanaman penyegar menghasilkan produk yang mempunyai karakteristik, citarasa dan aroma yang spesifik diminati oleh konsumen dalam maupun luar negeri.
(13)
Pemberdayaan pekebun tanaman penyegar dilaksanakan melalui Sistem
Kebersamaan Ekonomi (SKE)
berdasarkan manajemen kemitraan,
yaitu pengelolaannya dijalankan dengan pendekatan filosofi kemitraan atau dalam suasana penuh persahabatan baik antar individu, kelompok maupun antar
kelembagaan petani dengan mitra
usaha. Pemberdayaan pekebun tanaman penyegar, dilaksanakan dalam bentuk
pelatihan (baik pelatihan untuk
petugas/Fasda maupun petani) dan
pendampingan kepada petani/
kelompok tani.
Pelaksanaan kegiatan diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada. Selanjutnya secara spesifik dijabarkan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) oleh kabupaten/kota sesuai dengan kondisi petani dan budaya setempat.
1) Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
a) Merupakan daerah sentra produksi
tanaman penyegar, secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat
untuk pengembangan budidaya
(14)
b)Lahan milik petani, berada dalam satu wilayah atau hamparan serta tidak dalam sengketa dan tidak melanggar peraturan yang berlaku.
2) Petani sasaran
Calon Petani (CP) sasaran sebagai penerima bantuan adalah anggota kelompok tani yang telah diseleksi dan selanjutnya ditetapkan sebagai petani peserta penerima bantuan
dengan surat keputusan bupati/
walikota atau kepala dinas
kabupaten/kota setempat yang
membidangi perkebunan, dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Berdomisili di wilayah kegiatan
atau mempunyai/menguasai lahan di lokasi kegiatan yang dibuktikan dengan identitas seperti KTP/Kartu
Keluarga (KK) atau
identitas/keterangan lainnya.
- Bersedia melaksanakan kegiatan
dan mengikuti ketentuan sesuai
dengan aturan yang telah
ditetapkan, serta merawat kebun dengan baik.
- Tergabung dalam kelompok tani
sasaran yang sudah ada dan aktif, jumlah anggota 20 - 25 orang petani atau disesuaikan dengan
(15)
kondisi lingkungan dan usahataninya.
Untuk kegiatan yang dananya
ditampung pada DIPA provinsi, maka penetapan petani peserta penerima bantuan dilaksanakan oleh kepala dinas yang membidangi perkebunan provinsi setempat atas usulan kepala
dinas kabupaten/kota yang
membidangi perkebunan.
3) Standar Teknis
Pengembangan Tanaman Kakao a) Intensifikasi Kakao dilakukan
pada kebun kakao kurang
terpelihara, jumlah populasi lebih dari 70%, produktivitas rendah, terserang hama penyakit utama atau kebun yang membutuhkan pemeliharaan intensif (tanaman
belum menghasilkan /TBM)
maupun pada kebun-kebun pasca kegiatan intensifikasi tahap I,
rehabilitasi dan peremajaan
maupun perluasan.
b) Peremajaan Kakao dilakukan pada kebun-kebun kakao yang tidak produktif karena tanaman tua dan atau terkena serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) berat.
(16)
c) Integrasi tanaman kakao dengan ternak dilaksanakan pada areal kakao yang produktif di daerah
sentra kakao dengan ternak
(kambing) yang disesuaikan
dengan kondisi setempat dan spesifikasinya mengacu kepada ketentuan dari dinas terkait,
menggunakan pendekatan
intensif.
d) Penguatan Substasiun
dilaksanakan di 4 (empat)
provinsi yaitu Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Barat.
Pengembangan Tanaman Teh a) Intensifikasi teh
Intensifikasi teh adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas melalui pemangkasan, pemberian pupuk dan pengendalian OPT.
Persyaratan kebun kegiatan
intensifikasi adalah kebun yang
merupakan hamparan/
berkelompok dengan kondisi :
(1) Jumlah tegakan atau populasi >60% dari jumlah standar;
(2) Produktivitas rendah yang
(17)
(tanaman menghasilkan/TM)
atau kebun yang
membutuhkan pemeliharaan intensif (TBM).
b) Rehabilitasi
Rehabilitasi teh adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas
tanaman teh melalui
pemangkasan, pemberian pupuk dan pengendalian OPT serta pengutuhan populasi tanaman dengan penyulaman benih.
Persyaratan kebun yang
mendapat kegiatan rehabilitasi adalah kebun dengan kondisi :
(1) Jumlah tegakan atau populasi <60% dari jumlah standar;
(2) Produktivitas rendah yang
masih memungkinkan untuk ditingkatkan.
Pengembangan Tanaman Kopi
Intensifikasi kopi arabika dan
intensifikasi kopi robusta dilakukan pada kebun yang jumlah populasinya di atas 70% dan masih produktif namun produktivitas rendah yang
masih memungkinkan untuk
(18)
membutuhkan pemeliharaan intensif (TBM)
B. Spesifikasi Teknis
B.1 Pengembangan Tanaman Kakao
1)Benih: Benih yang digunakan pada
kegiatan peremajaan dan
perluasan adalah benih unggul dan
bersertifikat sesuai dengan
Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 50 tahun 2015 tentang
produksi sertifikasi dan
pengawasan benih tanaman
perkebunan dan peraturan
pendukung turunannya yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perkebunan atas nama Menteri Pertanian.
2) Pupuk: Pupuk NPK dan organik
yang digunakan adalah yang
efektif, terdaftar mendapat izin dari Menteri Pertanian.
3) Pengendali OPT:
- fungisida yang digunakan
adalah fungisida yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.
- Feromon: pengendalian hama
PBK yang digunakan adalah yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri
(19)
Pertanian. Feromon digunakan untuk kegiatan intensifikasi sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
4) Gunting pangkas digunakan untuk
memangkas batang atau cabang.
5) Substasiun: Penguatan Substasiun
dilaksanakan dalam 1 (satu) paket
kegiatan pada 4 provinsi di
Sulawesi (Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara).
B.2 Pengembangan Tanaman Teh Intensifikasi Teh
a.Pupuk: pupuk yang digunakan
adalah pupuk NPK dan yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.
b.Feromon: feromon disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan
yang efektif, terdaftar dan
mendapat izin dari Menteri
Pertanian dengan dosis sesuai anjuran.
c.Herbisida: herbisida yang
digunakan adalah herbisida yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan
(20)
dosis sesuai anjuran.
d.Knapsack Sprayer: knapsack
sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida.
e.Alat Pangkas: alat pangkas
digunakan untuk memangkas
tanaman teh dan memelihara bidang petik.
Rehabilitasi Teh
a. Benih Teh
Benih teh yang digunakan adalah
benih dalam polibeg dengan
kriteria sebagai berikut :
1) Menggunakan varietas unggul
seri GMB yang telah dilepas
melalui Keputusan Menteri
Pertanian.
2) Perbanyakan bahan tanam
dilakukan dengan cara cutting atau setek tanaman induk yang berasal dari kebun sumber benih yang sudah ditetapkan instansi yang berwenang.
3) Cutting/setek yang akan
digunakan harus sudah
disertifikasi oleh instansi yang berwenang (BBP2TP, BP2MP, IP2MB, Balai Sertifikasi dan
(21)
Pengujian Mutu Bernih
Tanaman Perkebunan
(BSPMBTP) atau UPTD
Perbenihan).
4) Spesifikasi teknis benih teh
sesuai dengan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 50 tahun 2015 tentang produksi
sertifikasi dan pengawasan
benih tanaman perkebunan dan
peraturan pendukung
turunannya yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perkebunan atas nama Menteri Pertanian
5) Benih yang siap tanam sebelum
disalurkan harus sudah
disertifikasi oleh instansi yang berwenang
b. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk NPK dan organik yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.
c. Pengendali OPT: feromon untuk
pengendalian hama Empoasca
yang digunakan adalah yang
efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.
Herbisida yang digunakan adalah herbisida yang efektif, terdaftar
(22)
dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.
d. Knapsack Sprayer yang digunakan
untuk aplikasi pestisida.
e. Alat Pangkas digunakan untuk
memangkas tanaman teh dan memelihara bidang petik.
B.3 Pengembangan Tanaman Kopi Intensifikasi Tanaman Kopi
a. Pupuk organik, yang efektif,
terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.
b. Pengendali OPT yang digunakan
adalah pengendali OPT yang
efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran.
c. Gunting Pangkas digunakan untuk
memangkas batang atau cabang tanaman kopi.
d.Khusus untuk Provinsi Papua,
paket bantuan kegiatan
intensifikasi kopi arabika terdiri
dari gunting pangkas, sekop,
parang, knapsack sprayer,pupuk
organik – kompos, pengendali OPT
(23)
B.4 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Penyegar
a. Pemilihan Peserta
1) Peserta Pelatihan Penumbuhan
Kebersamaan/Dinamika
Kelompok adalah
petani/pekebun tanaman
penyegar yang tergabung
dalam satu kelompok. Peserta pelatihan Dinamika Kelompok seluruh anggota kelompok tani
(bukan perwakilan dari
beberapa kelompok tani).
2) Peserta Pelatihan Penguatan
Kelembagaan adalah pengurus
kelompok tani/kelembagaan
petani komoditi tanaman
penyegar yang telah mengikuti
Pelatihan Penumbuhan
Kebersamaan /Dinamika
Kelompok dan/atau yang telah mengikuti Pelatihan Penguatan Kelembagaan tahun 2015.
b. Pelatih/Fasilitator
1) Pelatih/fasilitator dalam
Pelatihan Penumbuhan
Kebersamaan/Dinamika
Kelompok adalah minimal
(24)
2) Pelatih/fasilitator dalam
Pelatihan Penguatan
Kelembagaan adalah minimal Fasda II.
B.5 Indikasi Geografis
Kegiatan Indikasi Geografis (IG)
tanaman penyegar merupakan
rangkaian kegiatan lanjutan tahun 2015.
Untuk provinsi yang mendapatkan
fasilitasi kegiatan IG lanjutan
rangkaian kegiatannya meliputi : rapat persiapan, pertemuan dalam
rangka penyerahan sertifikat,
pembahasan dan penyusunan
(25)
III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1.Pelaksanaan Fisik
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pengembangan tanaman penyegar meliputi persiapan, identifikasi dan seleksi CP/CL serta
penetapan kelompok sasaran;
pengadaan benih dan sarana produksi; pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan; monitoring, evaluasi dan pelaporan.
1)Persiapan a) Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan dalam rangka menyamakan persepsi, membangun
komitmen, transparansi dan
akuntabilitas pelaksanaan kegiatan,
sosialisasi dilakukan kepada
petugas dan petani/kelompok tani.
b)Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) dan Petunjuk Teknis
(Juknis)
Berdasarkan Pedoman Teknis yang disusun oleh Pusat, maka dinas
yang membidangi perkebunan
provinsi menyusun Juklak kegiatan
pengembangan tanaman kakao.
Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten menyusun
(26)
Juknis kegiatan pengembangan tanaman kakao.
c) Pembentukan Tim Teknis tingkat
Provinsi dan Kabupaten/kota
Dalam melaksanakan kegiatan
pengembangan tanaman kakao,
dinas yang membidangi perkebunan membentuk tim teknis baik di
tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota.
2)Identifikasi dan Seleksi CP/CL serta Penetapan Kelompok Sasaran
Dinas kabupaten/kota yang
membidangi perkebunan bersama-
sama dengan dinas perkebunan
provinsi melakukan identifikasi,
inventarisasi CP/CL dan penetapan kelompok sasaran. Untuk kegiatan yang dananya pada DIPA Provinsi,
maka penetapan petani
peserta/kelompok sasaran oleh kepala
dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan atas usulan kepala dinas
kabupaten/kota yang membidangi
perkebunan
3)Proses Pengadaan
Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya 172
(27)
Tahun 2014 dan yang terakhir dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah serta
Pedoman Pengadaan. Khusus untuk Papua dan Papua Barat mengacu pada Perpres No. 84 Tahun 2012. Disamping itu juga mengacu pada pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan;
4)Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan.
Pengawalan dan pendampingan perlu dilakukan untuk menjamin bantuan diterima oleh petani/kelompok tani dan kegiatan dilaksanakan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan,
sehingga bantuan benar- benar dapat dirasakan oleh masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Pengawalan dan pendampingan
dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan dan Dinas
Propinsi/Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan dan instansi terkait.
5)Pelaporan
Pelaporan kegiatan dilaksanakan
(28)
membidangi perkebunan di tingkat kabupaten ke dinas yang membidangi
perkebunan di tingkat provinsi,
selanjutnya dari provinsi dilaporkan ke tingkat pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan) dan dilaporkan secara berkala.
B. Pelaksana Kegiatan
1)Kegiatan Pusat
Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kakao di Pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan) meliputi :
a)Menyiapkan Pedoman Teknis
Pengembangan Tanaman Kakao.
b)Melakukan sosialisasi kegiatan
bersama dinas provinsi dan dinas kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.
c)Melakukan konsultasi dan
koordinasi perencanaan
pelaksanaan kegiatan.
d)Melakukan pemantauan,
monitoring, evaluasi dan
pengendalian kegiatan.
e)Menyusun laporan akhir kegiatan.
2)Kegiatan Provinsi
a)Menetapkan tim teknis provinsi,
melalui surat keputusan kepala
(29)
perkebunan.
b)Menyusun Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) sesuai kondisi daerah. c)Melakukan sosialisasi, identifikasi,
seleksi CP/CL dan penetapan
kelompok sasaran berdasarkan
usulan dari dinas kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.
d)Melakukan konsultasi dan
koordinasi kepada instansi terkait.
e)Melaksanakan pengadaan benih dan
sarana produksi untuk kegiatan pengembangan tanaman penyegar.
f) Melakukan bimbingan, pembinaan,
pengawalan dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan.
g)Melakukan monitoring dan evaluasi
kegiatan.
h)Membuat Berita Acara Serah
Terima (BAST) Barang Pengadaan
Dana Tugas Pembantuan (TP)
propvinsi untuk belanja MAK 526
i) Menyiapkan dan menyampaikan
laporan perkembangan kegiatan
pengembangan tanaman kakao
secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar.
(30)
3)Kegiatan Kabupaten/Kota
a)Menetapkan tim teknis kabupaten,
melalui surat keputusan kepala
dinas yang membidangi
perkebunan.
b)Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis)
sesuai kondisi daerah.
c)Melakukan sosialisasi, identifikasi,
seleksi CP/CL dan penetapan
kelompok sasaran oleh pemerintah
daerah kabupaten atau dinas
kabupaten yang membidangi
perkebunan dengan terlebih dahulu
dikoordinasikan dengan dinas
provinsi yang membidangi
perkebunan. Jika kegiatan
merupakan TP provinsi maka
penetapan kelompok sasaran oleh pemerintah daerah provinsi atau dinas provinsi yang membidangi
perkebunan atas usulan dinas
kabupaten yang membidangi
perkebunan.
d)Melakukan konsultasi dan
koordinasi kepada instansi terkait.
e)Melakukan bimbingan, pembinaan,
pengawalan dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan.
f) Melakukan monitoring dan evaluasi
(31)
g)Membuat Berita Acara Serah Terima (BAST) barang pengadaan
Dana tugas Pembantuan (TP)
Satker mandirimuntuk belanja MAK 526.
h)Menyiapkan dan menyampaikan
laporan perkembangan kegiatan
pengembangan tanaman kakao
secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada dinas provinsi yang membidangi perkebunan cq Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar.
4)Kelompok Tani
a) Menyusun dan mengusulkan
Rencana Usaha Kelompok (RUK).
b)Penetapan jadual pelaksanaan
kegiatan yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah.
c) Melaksanakan kegiatan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan.
d)Memanfaatkan paket bantuan
secara benar.
e)Menyusun dan menyampaikan
laporan pelaksanaan kegiatan
kelompok kepada dinas kabupaten
/kota yang membidangi
(32)
f) Kelompok tani calon penerima bantuan berperan aktif untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan.
C. Lokasi, Jenis dan Volume Pengembangan Tanaman Kakao
1)Lokasi kegiatan pengembangan kakao
tahun 2016 tersebar pada daerah
sentra pengembangan kakao
(terlampir).
2)Jenis dan Volume
Jenis dan volume bantuan yang diberikan kepada petani per hektar sebagai berikut:
kegiatan intensifikasi tanaman
kakao jenis dan volume bantuan yang diberikan adalah pupuk NPK sebanyak 450 kg pupuk organik 275 kg, feromon sebanyak 6 set (untuk
tanaman menghasilkan) dan
gunting pangkas sebanyak 1 unit.
kegiatan peremajaan tanaman
kakao jenis dan volume bantuan yang diberikan adalah benih unggul siap tanam 1.000 batang, pupuk NPK 100 kg, pupuk organik 250 kg,pestisida 1 liter
(33)
Pengembangan Tanaman Teh Lokasi, Jenis dan Volume
a) Lokasi kegiatan pengembangan
tanaman teh tersebar di Provinsi
Jawa Barat dan tersebar di
kabupaten/kota sentra teh
(Lampiran ).
b) Jenis dan Volume
-Untuk kegiatan intensifikasi teh, jenis dan volume bantuan yang diberikan per hektar adalah pupuk NPK 200 kg/ha, pupuk organik 200
kg/ha, feromon 8 paket/ha,
herbisida 2 liter/ha, power sprayer 0.07 unit/ha.
-Untuk kegiatan rehabilitasi teh, jenis dan volume bantuan yang diberikan per hektar adalah benih teh siap salur 5.000 batang/ha, pupuk NPK 200 kg/ha, pupuk organik 150 kg/ha, feromon 8 paket/ha, herbisida 1 liter/ha, power sprayer 0.07 buah/ha, gaet 1 unit/ha.
Pengembangan Tanaman Kopi Lokasi, Jenis dan Volume
- Lokasi kegiatan pengembangan kopi
tahun 2016 tersebar pada daerah sentra pengembangan kopi (terlampir pada Lampiran 2).
(34)
- Jenis dan volume bantuan yang diberikan kepada petani per hektar sebagai berikut:
Intensifikasi Kopi Arabika dan Robusta Pupuk Organik dengan volume 900 kg/ha;Pengendali OPT 25 paket/ha Gunting pangkas 1 unit/ha
D. Simpul Kritis
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pengembangan tanaman penyegar,
diprediksi adanya simpul kritis sebagai berikut:
1) Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh
tim pusat dan tim teknis provinsi
kabupaten/kota kurang tertib,
kurang efektif dan kurang optimal;
2) Identifikasi CP/CL kurang tepat
sasaran, baik persyaratan petani maupun persyaratan lahan;
3) Proses pengadaan melalui
kontraktual (lelang) kemungkinan
terjadinya sanggah yang akan
mengakibatkan proses pengadaan
mundur/terlambat sehingga
berpengaruh terhadap realisasi fisik dan keuangan;
4) Musim hujan (waktu tanam) yang
tidak menentu menjadi penghambat
waktu penanaman di lokasi
(35)
5) Penyediaan benih kurang tepat jumlah dan tepat waktu, sehingga
terjadi kekurangan dan
keterlambatan dalam penyaluran.
3.2. Pemberdayaan Pekebun dan Penguatan Kelembagaan
A.Ruang Lingkup
1)Pelatihan Penumbuhan Kebersamaan/
Dinamika Kelompok tanaman
penyegar di kabupaten/kota
sebagaimana dalam Lampiran 4.
2)Pelatihan Penguatan Kelembagaan
tanaman penyegar di kabupaten/kota sebagaimana Lampiran 5. Pelatihan
penguatan kelembagaan Lengkap
terdiri dari 5 jenis pelatihan yaitu Strategi Pengembangan Kelembagaan Petani (SPKP), Manajemen Kemitraan Budidaya (MKBD), Kepemimpinan dan
Komunikasi (KK), Administrasi
Pembukuan dan Program Tabungan (APPT), dan Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga (PERT). Pelatihan
penguatan kelembagaan Lanjutan
terdiri dari 3 jenis pelatihan yaitu Kepemimpinan dan Komunikasi (KK), Administrasi Pembukuan dan Program Tabungan (APPT), dan Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga (PERT).
3)Kegiatan pemberdayaan petani yang
(36)
buku Pedoman Pemberdayaan Petani dan Kelembagaan, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2011.
4)Pelaksanaan pelatihan diawali dengan
program rencana kegiatan termasuk penyusunan jadwal, pelatih, materi, dan lain – lain.
5)Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas
yang membidangi perkebunan Provinsi atau Kabupaten/Kota .
6)Pendampingan proses pemberdayaan
petani oleh Tim Asistensi dan/atau Tim Fasda.
7)Pembinaan, pengawalan, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
8)Pembuatan laporan.
B.Pelaksana Kegiatan
Secara umum organisasi pelaksana
kegiatan dengan uraian tugasnya adalah sebagai berikut :
1)Pusat
a)Menyusun Pedoman Teknis
Pemberdayaan Pekebun Tanaman Penyegar Tahun 2016;
b)Melakukan sosialisasi ke provinsi
dan kabupaten/kota dalam rangka menyamakan persepsi pelaksanaan kegiatan;
(37)
c)Melakukan koordinasi, bimbingan,
pembinaan dan pengawalan
kegiatan;
d)Melakukan monitoring dan
evaluasi;
e)Menyusun laporan.
2)Provinsi
a)Menyusun Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak);
b)Koordinasi dengan
pelatih/fasilitator;
c)Bersama-sama dengan pelatih/
fasilitator menyusun materi dan modul pelatihan;
d)Melakukan koordinasi dengan
kabupaten tentang kegiatan
pelatihan petani (Dinamika
Kelompok dan Penguatan
Kelembagaan);
e)Melakukan bimbingan, pembinaan
dan pengawalan kegiatan;
f) Melakukan monitoring dan
evaluasi;
g)Menyusun laporan kegiatan.
3)Kabupaten/Kota
a)Menyusun Petunjuk Teknis
(38)
b)Melakukan inventarisasi, identifikasi dan menetapkan calon peserta pelatihan;
c)Koordinasi dengan
pelatih/fasilitator;
d)Bersama-sama dengan pelatih/
fasilitator menyusun materi dan modul pelatihan;
e)Melaksanakan kegiatan Pelatihan
Penumbuhan Kebersamaan /
Dinamika Kelompok, Pelatihan
Penguatan Kelembagaan;
f) Melakukan monitoring dan
evaluasi;
g)Menyusun laporan kegiatan.
C.Lokasi, Jenis dan Volume
1) Lokasi, jenis kegiatan dan volume
peserta Pelatihan Penumbuhan
Kerbersamaan / Dinamika Kelompok tahun 2016 seperti dalam Lampiran.
2)Lokasi kegiatan dan volume peserta
Pelatihan Petani Penguatan
Kelembagaan tahun 2016 seperti
dalam Lampiran 6
D.Simpul Kritis
1) Kurangnya Koordinasi antara
Direktorat Tanaman tahunan dan
Penyegar, Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota dan
(39)
2) Pemilihan petani/kelompok tani
peserta Pelatihan Penumbuhan
Kebersamaan bukan merupakan
kelompok tani yang utuh,namun
perwakilan dari beberapa kelompok tani.
3) Pemilihan petani peserta Pelatihan
Penguatan Kelembagaan bukan
pengurus kelompok tani yang telah mendapatkan pelatihan penumbuhan
kelembagaan dan/atau belum
mengikuti Pelatihan Penguatan
Kelembagaan tahun 2015.
4) Lokasi kelompok tani sasaran,
kelompok tani yang menjadi sasaran kegiatan tidak berada dalam satu wilayah/desa.
3.3. Integrasi Tanaman Penyegar – Ternak
A.Ruang Lingkup
1) Kegiatan integrasi tanaman kakao
dengan ternak tahun 2016
dilaksanakan di provinsi Sulawesi
Selatan (Kab. Bukukumba, kab.
Soppeng), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kab. Konawe, Kab. Kolaka Timur),
Provinsi Maluku Utara (Kab.
Halmahera Tengah, Kab. Halmahera Selatan), Provinsi Sulawesi Barat
(40)
(Kab. Majene, Kab. Polewali Mandar), Provinsi DI.Yogyakarta.
2) Kegiatan integrasi tanaman kakao
dengan ternak meliputi persiapan, penyusunan juklak,juknis, pertemuan kelompok tani, pengadaan ternak kambing, alat pengolah limbah kakao, kandang dan tanaman hijauan ternak, pengawalan, pembinaan, pelaporan.
3) Kelompok sasaran adalah
petani/kelompok tani yang berada di lokasi sentra produksi kakao yang dijadikan lokasi Integrasi tanaman kakao dan ternak.
B. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan Integrasi Tanaman Kakao dengan Ternak adalah :
1)Tingkat Pusat :
Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
a)Membuat pedoman teknis
pelaksanaan kegiatan integrasi
tanaman kakao dengan ternak.
b)Sosialisasi pedoman ke daerah.
c)Pembinaan koordinasi dan
pengawalan kegiatan,
d)Monitoring dan evaluasi,
(41)
2)Tingkat Provinsi
Dilaksanakan oleh Dinas yang
membidangi bidang perkebunan
dengan tugas-tugas sebagai berikut :
a) Membentuk tim penanggung jawab
kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak,
b)Melakukan koordinasi dengan dinas
yang membidangi peternakan,
c) Membuat petunjuk pelaksanaan
kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak,
d)Sosialisasi petunjuk pelaksanaan
kegiatan,
e)Pengadaan ternak kambing,
pengadaan alat pengolah limbah kakao, pengadaan kandang dan pengadaan tanaman hijau ternak,
f) Pembinaan teknis, koordinasi, dan
pengawalan kegiatan,
g) Membuat Berita Acara Serah
Terima (BAST) Barang Pengadaan
Dana Tugas Pembantuan (TP)
untuk belanja MAK 526 (format terlampir).
h)Monitoring dan evaluasi,
i)Penyusunan dan pembahasan
laporan.
3)Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan
(42)
Perkebunan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
a) Membentuk tim penanggung jawab
kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak,
b)Melakukan koordinasi dengan dinas
yang membidangi peternakan,
c) Membuat petunjuk teknis
pelaksanaan kegiatan,
d)Melakukan sosialisasi kepada
petani/kelompok tani calon
penerima bantuan dalam rangka
penyamaan persepsi dalam
pelaksanaan kegiatan,
e)Melakukan inventarisasi,
identifikasi dan seleksi calon
petani/kelompok tani,
f) Menetapkan calon petani dan calon
lokasi kegiatan,
g) Bimbingan, pengawalan,
monitoring dan Evaluasi kegiatan,
h)Membuat Berita Acara Serah
Terima (BAST) Barang Pengadaan
Dana Tugas Pembantuan (TP)
satker mandiri (format terlampir)
i) Penyusunan laporan kegiatan.
j) Lokasi, Jenis dan Volume
Lokasi, jenis dan volume kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak seperti pada lampiran
(43)
C. Simpul Kritis
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak, diprediksi adanya simpul-simpul kritis sebagai berikut:
1) Ketersediaan bibit kambing kurang
sesuai spesifikasi teknis;
2) Kurangnya kemampuan petani dalam
budidaya ternak.
3.4. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan
Tanaman Penyegar (Indikasi Geografis) A. Ruang Lingkup
1)Kegiatan fasilitasi indikasi geografis
ini difokuskan pada komoditi
tanaman penyegar yang memiliki
potensi indikasi geografis yaitu
komoditas kopi.
2)Wilayah Provinsi/Kabupaten yang
memiliki potensi indikasi geografis tanaman penyegar.
3)Kegiatan merupakan lanjutan
meliputi 1) persiapan, 2)
Pendaftaran ke Ditjen HaKI
Kementerian Hukum dan HAM, 3) pemeriksaan substansi dan cetak sertifikat,4) pengambilan sertifikat),
(44)
sertifikat,6) pembahasan dan penyusunan laporan.
B. Pelaksana Kegiatan
Secara umum organisasi pelaksanaan kegiatan dengan uraian tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Pusat
Direktorat Tanaman Tahunan dan
Penyegar, Ditjen Perkebunan
bekerjasama dengan instansi terkait dengan tugas :
a)Menyusun Pedoman Teknis
b)Melakukan konsultasi, koordinasi
dan pelaksanaan kegiatan dengan pihak terkait;
c)Melakukan sosialisasi kegiatan;
d)Melakukan pembinaan,
pengawalan Monev, konsultasi dan koordinasi, Indikasi Geografis
(IG) tanaman penyegar ke
Provinsi/Kab./Kota.
2) Provinsi/Kabupaten/Kota
a) Menyusun Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak/Juknis).
(45)
c) Melakukan konsultasi, koordinasi dan pelaksanaan kegiatandengan pihak terkait.
d) Melakukan pembinaan,
pengawalan, pendampingan,
Indikasi geografis.
e) Fasilitasi pertemuan dalam
rangka penyerahan sertifikat IG.
f) Melakukan penyusunan laporan.
C. Lokasi, Jenis dan Volume
Lokasi, jenis dan volume kegiatan
indikasi geografis (IG) tanaman
penyegar TA. 2016 dapat dilihat pada lampiran 7.
D. Simpul Kritis
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan indikasi geografis tanaman penyegar, terdapat simpul-simpul kritis sebagai berikut:
1)Kurangnya sosialisasi dan koordinasi antar stakeholders.
2)Tidak lengkapnya dokumen (data,
peta, dll) dalam pengusulan Indikasi Geografis.
(46)
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN KEPADA PETANI
Proses pengadaan dan penyaluran kegiatan pengembangan tanaman penyegar (kakao, kopi dan teh) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Penetapan kelompok sasaran berdasarkan
Keputusan Kepala Dinas Propinsi (TP Propinsi) atas usulan Kepala Dinas
Kabupaten yang membidangi
perkebunan atau Bupati/Walikota /
Kepala Dinas Kabupaten yang
membidangi perkebunan
(TP Kabupaten)
2. Prosedur pengadaan dan penyaluran
mengacu pada Perpres No. 54 Tahun
2010 beserta perubahannya yang
terakhir dirubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
serta Pedoman Pengadaan. Khusus untuk Papua dan Papua Barat mengacu pada Perpres No. 84 Tahun 2012.
Disamping itu juga mengacu pada
pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan;
3. Pelaksanaan Lelang/Pengadaan barang
dan jasa harus selesai pada bulan
(47)
4. Penyaluran paket bantuan kepada petani diupayakan pada awal tahun 2016 untuk daerah yang memungkinkan dan atau menjelang awal musim penghujan tahun 2016 dengan berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan.
(48)
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
A.Pembinaan
Pembinaan kelompok dilakukan secara
berkesinambungan, sehingga mampu
mengembangkan usahanya secara
mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan pembinaan lanjutan yang bersumber dari dana APBD dan atau masyarakat.
Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi
kaedah pengelolaan sesuai prinsip
pelaksanaan pemerintahan yang baik dan bersih, maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip :
1. Mentaati ketentuan peraturan dan
perundangan;
2. Membebaskan diri dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN);
3. Menjunjung tinggi keterbukaan
informasi, transformasi dan
demokratisasi;
4. Memenuhi asas akuntabilitas.
B. Pengendalian
Pengendalian kegiatan pengembangan
tanaman penyegar dilakukan dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan. Oleh karena itu pengendalian dilakukan sejak
(49)
dari perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan.
C. Pengawalan dan Pendampingan
Pengawalan dan pendampingan perlu
dilakukan untuk menjamin bantuan
diterima oleh petani/kelompok tani dan
kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan, sehingga bantuan
benar- benar dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam meningkatkan
(50)
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2012, tanggal 3 Oktober 2012 tentang Pedoman Sistem
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembangunan Pertanian.
Dinas yang membidangi perkebunan
kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan:
1. Pelaporan
Laporan berisi tentang :
Rencana kerja dana tugas pembantuan
(form terlampir);
Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai
indikator kinerja;
Perkembangan kelompok sasaran
dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;
Permasalahan yang dihadapi dan
upaya penyelesaian di tingkat provinsi dan kabupaten;
Format laporan menggunakan format
yang telah ditentukan (form
terlampir).
Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/kelompok
(51)
areal (target dan realisasi), waktu
pelaksanaan, perkembangan,
permasalahan dan upaya pemecahan
masalah. Laporan Akhir Kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini.
2. Waktu penyampaian laporan:
a. Laporan Monev dibuat per bulan
dengan ketentuan:
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan provinsi ditujukan
kepada Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Direktorat Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling
lambat setiap tanggal 7 bulan laporan.
b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per
triwulan, ditujukan kepada Direktorat
Tanaman Rempah dan Penyegar
Direktorat Jenderal Perkebunan,
disampaikan paling lambat setiap
tanggal 5 bulan laporan.
c. Laporan Akhir ditujukan kepada
Direktorat Tanaman Rempah dan
(52)
Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2016.
(53)
VII. PEMBIAYAAN
Pembiayaan Pengembangan Tanaman
Penyegar Tahun 2016 bersumber dari dana
APBN yang dialokasikan pada DIPA
Provinsi/Kabupaten sebagai dana Tugas Pembantuan (TP).
(54)
VIII. PENUTUP
Penyusunan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Penyegar Tahun 2016 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan pengembangan tanaman kakao.
Pedoman Teknis ini akan ditindaklanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh
Kabupaten. Diharapkan dengan adanya
Pedoman Teknis ini, kegiatan Pengembangan Tanaman Penyegar Tahun 2016 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(55)
(56)
Lampiran 1
Lokasi Pengembangan Tanaman Kakao Tahun 2016
NO PROVINSI KABUPATEN LUAS
(HA) Intensifikasi Tanaman Kakao
1 ACEH 1 Pidie 250
2 Aceh Timur 200
2 SUMUT 3 Simalungun 100
4 Deli Serdang 100
3 SUMBAR 5 Pasaman 100
6 Pasaman Barat 400
4 BENGKULU 7 Bengkulu Utara 400
8 Kepahiyang 100
5 BANTEN 9 Lebak 100
10 Pandeglang 300
11 Serang 200
6 DIY 12 Gunung Kidul 100
13 Kulon Progo 100
7 BALI 14 Tabanan 200
15 Badung 200
8 NTB 16 Lombok Utara 600
17 Lombok Timur 500
9 NTT 18 Ende 850
19 Sikka 800
20 Manggarai Barat 100
(57)
22 Flores Timur 250
23 Sumba Barat Daya 100
10 SULSEL 24 Luwu Utara 2,000
25 Bulukumba 3,000
26 Soppeng 6,000
27 Sinjai 500
28 Bone 500
29 Luwu 500
30 Bantaeng 500
11 SULBAR 31 Majene 3,000
32 Mamuju Utara 2,000
33 Polewali Mandar 6,000
34 Mamasa 1,000
35 Mamuju 6,000
12 SULTENG 36 Buol 500
37 Sigi 1,000
38 Donggala 500
39 Poso 2500
40 Parigi Moutong 2500
41 Toli-Toli 1,000
42 Toja Una-Una 500
43 Banggai 2000
44 Morowali Utara 500
13 SULTRA 45 Muna 1,000
46 Kolaka Utara 5,000
47 Bombana 3,000
48 Konawe 2,000
49 Kolaka 2,000
(58)
51 Muna Barat 500
52 Buton 200
14 SULUT 53 Bolaang Mongondow 1,000
54
Bolaang Mongondow
Utara 500
55
Bolaang Mongondow
Selatan 500
15 GORONTALO 56 Pohuwato 500
57 Gorontalo 200
58 Boalemo 500
16 KALBAR 59 Sanggau 100
17 KALTIM 60 Berau 200
18 MALUKU 61 Maluku Tengah 200
62 Seram Bagian Barat 300
19 MALUT 63 Halmahera Selatan 1,500
64 Halmahera Barat 800
65 Halmahera Utara 500
66 Halmahera Tengah 300
67 Kep. Sula 700
(59)
NO PROVINSI KABUPATEN LUAS (HA) Peremajaan Tanaman Kakao
1 NTT 1 Sikka 200
2 Nagekeo 100
2 SULSEL 3 Luwu Utara 1,500
4 Soppeng 500
5 Bulukumba 300
7 Sinjai 400
3 SULBAR 8 Majene 500 9 Polewali Mandar 350
10 Mamuju 700
4 SULTENG 11 Sigi 300
12 Poso 300
13 Donggala 200
14 Banggai 400
15 Parigi Mautong 300
16 Tojo Una Una 200
17 Morowali Utara 200
18 Morowali 200
19 Sigi 300 5 SULTRA 20 Kolaka Utara 500
21 Bombana 500
22 Kolaka Timur 500 6 SULUT 23 Bolaang Mongondow 100 7 GORONTALO 24 Pohuwato 100
25 Boalemo 150
8 MALUT 26 Halmahera Selatan 200 27 Halmahera Barat 200 28 Kep. Sula 200 9 BALI 29 Badung 100
(60)
Lampiran 2
Lokasi Pengembangan Tanaman Kopi Tahun 2016
NO PROVINSI KABUPATEN LUAS
(HA) INTENSIFIKASI KOPI ARABIKA
1 ACEH 1 Aceh Tengah 100
2 BALI 2 Buleleng 100
3 Badung 100
4 Bangli 100
3 PAPUA 5 Paniai 100
6 Dogiai 100
4 SULBAR 7 Mamasa 100
5 JABAR 8 Bandung Barat dan Garut 525
(tunggakan tahun 2015)
9 Majalengka 100
(tunggakan tahun 2015)
10 Bandung Barat 50
11 Kab. Bandung 250
6 SUMUT 12 Simalungun 2300
13 Humbang Hasundutan 2300
14 Dairi 1500
15 Mandailing Natal 800
16 Tapanuli Utara 500
PERLUASAN KOPI ARABIKA 100
(61)
NO PROVINSI KABUPATEN LUAS (HA) INTENSIFIKASI KOPI ROBUSTA
1 ACEH 1 Pidie 150
2 RIAU 2 Kepulauan Meranti 140
3 SUMSEL 3 Muara Enim 100
4 LAMPUNG 4 Lampung Barat 400
5 Tanggamus 400
6 Lampung Timur 200
5 JATENG 7 Kab. Semarang 100
8 Kendal 100
5 BALI 9 Tabanan 800
6 NTB 10 Bima 100
(62)
Lampiran 3
Lokasi Pengembangan Tanaman Teh Tahun 2016
NO PROVINSI KABUPATEN LUAS
(HA) INTENSIFIKASI T E H
1 JABAR 1 Bandung 500
2 Sukabumi 100
3 Cianjur 100
4 Garut 400
5 Tasikmalaya 500
6 Purwakarta 200
7 Bandung Barat 200
8 Majalengka 200
2 JATENG 9 Banjarnegara 200
10 Pekalongan 100
11 Batang 100
3 DIY 12 Kulonprogo 135
REHABILITASI TEH
1 JABAR 1 Garut 100
2 Bandung Barat 100
3 Majalengka 100
4 Tasikmalaya 150
5 Purwakarta 100
(63)
Lampiran 4
Lokasi, Jenis Kegiatan dan Volume Peserta Pelatihan Penguatan Kelembagaan
NO PROVINSI KABUPATEN Jumlah
(Orang) Pelatihan Penumbuhan Kebersamaan (DK)
1 KALBAR 1 Bengkayang 200
2 SULTENG 2 Kota Palu 200
3 Banggai 600
4 Tojo Una Una 350
5 Morowali 300
3 SULSEL 6 Enrekang 200
7 Bantaeng 100
4 SUMUT 8 Simalungun 2000
9 Dairi 1500
10 Tapanuli Utara 500
11 Mandailing Natal 500
(64)
NO PROVINSI KABUPATEN Jumlah (Orang) Pelatihan Penguatan Kelembagaan Lanjutan
1 SULTRA 1 Kolaka 120
2 Kolaka Utara 120
3 Konawe 150
4 Muna 120
5 Muna Barat 120
2 SULTENG 6 Donggala 108
7 Sigi 120
8 Toli-Toli 120
9 Buol 36
3 SULBAR 10 Mamuju Tengah 120
11 Majene 120
4 SULSEL 12 Pinrang 90
5 ACEH 13 Pidie Jaya 60
6 NTT 14 Ende 60
7 GORONTALO 15 Pohuwato 120
16 Boalemo 60
8 SULUT 17 Bolaang Mongondow 90
18
Bolaang Mongondow
Utara 60
(65)
NO PROVINSI KABUPATEN Jumlah (Orang) Pelatihan Penguatan Kelembagaan
1 JATIM 1 Blitar 30
2 DIY 2 Kulon Progo 30
3 Gunung Kidul 30
3 KALBAR 4 Bengkayang 30
4 SUMUT 5 Simalungun 240
6 Dairi 180
7 Tapanuli Utara 60
8 Mandailing Natal 60
(66)
Lampiran 5
Lokasi, jenis dan volume kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak tahun 2016
No. Lokasi
Provinsi/Kab.
Jenis Kegiatan Fisik Volume
1 Prov. Sulawesi
Selatan 1. Kab. Bulukumba
f) Bantuan Ternak
Sapi.
36 ekor
g) Bantuan Alat
Pengolah Limbah Kakao
3 Set
Bantuan kandang 12 unit
i) Bantuan Benih
Tanaman Hijauan Ternak.
12 paket
2.Kab. Soppeng j) Bantuan Ternak
Kambing.
144 ekor
k) Bantuan Alat
Pengolah Limbah Kakao
3 set
Bantuan kandang 24 unit
m) Bantuan Benih
Tanaman Hijauan Ternak.
24 Paket
2. Prov. Sulawesi
Tenggara
1. Kab. Konawe
n) Bantuan Ternak
Kambing.
144 ekor
o) Bantuan Alat
Pengolah Limbah Kakao
3 Set
Bantuan kandang 24 unit
q) Bantuan Benih
Tanaman Hijauan Ternak.
24 paket
2. Kab.Kolaka Timur
r) Bantuan Ternak
Kambing.
144 ekor
(67)
Pengolah Limbah Kakao
Bantuan kandang 24 unit
u) Bantuan Benih
Tanaman Hijauan Ternak.
24 paket
3. Prov. Maluku
Utara
1. Kab. Halteng
v) Bantuan Ternak
Kambing.
144 ekor
w) Bantuan Alat
Pengolah Limbah Kakao
3 Set
Bantuan kandang 24 unit
y) Bantuan Benih
Tanaman Hijauan Ternak.
24 paket
2. Kab.Halsel z) Bantuan Ternak
Kambing.
144 ekor
aa) Bantuan Alat
Pengolah Limbah Kakao
3 Set
bb) Bantuan kandang 24 unit
cc) Bantuan Benih
Tanaman Hijauan Ternak.
24 paket
4. Prov. Sulawesi
Barat
1. Kab. Majene
dd) Bantuan Ternak
Kambing.
144 ekor
ee) Bantuan Alat
Pengolah Limbah Kakao
3 Set
Bantuan kandang 24 unit
gg) Bantuan Benih
Tanaman Hijauan Ternak.
24 paket 2. Kab.Polewali
Mandar
hh) Bantuan Ternak
Kambing.
144 ekor
ii) Bantuan Alat
Pengolah Limbah Kakao
3 Set
(68)
kk) Bantuan Benih Tanaman Hijauan Ternak.
24 paket
5. Prov.
DI.Yogyakarta
ll) Bantuan Ternak
Kambing.
264 ekor
mm) Bantuan kandang 8 unit
nn) Bantuan Bibit
Lamtoro (hijauan makanan ternak)
4.000 Btg
(69)
Lampiran 6
Lokasi, komoditas dan volume kegiatan Indikasi Geografis (IG) tanaman rempah dan penyegar TA. 2016
No Provinsi Kabupaten Komoditas Volume Kegiatan Baru
1 Sumatera Utara
Tapanuli
Selatan Kopi 1 keg Madina Kopi 1 keg Kegiatan Lanjutan
1 NTB # Provinsi Kopi Robusta
(70)
Lampiran 7
Standar Mutu Benih Kakao Siap Tanam
(Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 90/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.).
No Kriteria Standar Mutu Benih
Benih dalam polibeg (Seedling)
1. Umur Benih 3 sd 6 bulan
2. Tinggi Benih 40 sd 50 cm
3. Warna Daun Hijau segar
4. Jumlah Daun Minimal 10 lembar
5. Diameter Batang Minimal 5 mm
6. Kesehatan Bebas OPT
Benih dalam polibeg (Okulasi)
1. Umur Benih 3 sd 6 bulan (setelah sambung)
2. Tinggi Benih 30 sd 40 cm
3. Warna Daun Hijau segar
4. Jumlah Daun Minimal 6 lembar
5. Diameter Batang Minimal 0,3 mm
6. Kesehatan Bebas OPT
Benih dalam polibeg (Sambung Pucuk)
1. Umur Benih 3 sd 6 bulan (setelah sambung)
2. Tinggi Benih 40 sd 50 cm
3. Warna Daun Hijau segar
4. Jumlah Daun Minimal 6 lembar
5. Diameter Batang Minimal 0,4 mm
(71)
Standar Mutu Benih Kakao (Entres)
(Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 90/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.))
No Tolok Ukur Standar Entres kakao
A. Standar mutu benih kakao dalam bentuk entres
1 Klon/Varietas Bina/Anjuran
2 Asal Usul Entres Kebun Benih
Bersertifikat 3
Bukti asal usul benih No. Faktur
pengiriman tanggal
Ada
4 Tanggal pengambilan Maksimal 5 Hari
5 Kemasan
Kontak karton/peti kayu/gabus/batang pisang
6 Perlakuan Bekas potongan diberi
paraffin/lilin
B. Keragaan Entres
1 Mutu Genetik
Kemurnian 100 %
2 Mutu Fisik
a. Kesegaran Fisik Tidak Keriput/Segar
b. Panjang Entres 15 sd 20 cm
(72)
d. Warna Batang Hijau kecoklatan
e. Daya Simpan ± 5 Hari setelah panen
3 Kesehatan Bebas VSD
4 Isi Kemasan Sesuai dengan ukuran
kemasan
5 Perlakuan Bekas potongan diberi
(73)
Lampiran 8
Standar Mutu Benih Kopi
Benih Kopi Kegiatan Peremajaan dan Perluasan Tanaman Kopi Berkelanjutan
Tahun 2016
Standar Mutu Siap Tanam berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 89/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kopi ( Coffea sp)
No Kriteria Standar mutu
1.
2.
3.
Benih dalam Polibeg (Semaian)
- Umur Benih - Tinggi Benih - Warna Daun - Jumlah Daun - Diameter Btg - Kesehatan
Benih dalam Polibeg (setek) - Umur Benih
- Tinggi Benih - Warna Daun - Jumlah Daun - Diameter Btg - Kesehatan Benih dalam Polibeg (sambung pucuk)
- Umur Benih - Tinggi Benih - Warna Daun - Jumlah Daun
Minimal 5 bulan 25 – 30 cm Hijau segar
Minimal 5 Pasang daun Minimal 8 mm
Bebas OPT
Minimal 5 bulan 20 – 25 cm Hijau segar
Minimal 5 Pasang daun Minimal 8 mm
Bebas OPT
Minimal 5 bulan 30 – 35 cm Hijau segar
(74)
4.
- Diameter Btg - Kesehatan
Benih dalam Bentuk Entres - Kesegaran Fisik - Jumlah Ruas - Warna Cabang - Kesehatan
Minimal 8 mm Bebas OPT Tidak Keriput 3 – 4 mata ruas Hijau - Hijau Gelap Bebas Penggerek Cabang
(75)
Lampiran 9
Spesifikasi Teknis Benih
1.Benih dalam bentuk setek
a)Kemurnian
b)Fisik
c)Panjang Setek
d)Warna Batang
e)Kesehatan : : : : : 100 %
Tidak layu,segar dan berdaun mulus
± 5 cm (± 0,5 cm diatas daun, 4-5 cm dibawah ketiak daun dengan kemiringan potongan ± 45 º )
Hijau tua dan mengkilap Bebas hama dan penyakit
2.Benih dalam Polibeg
a) Asal Benih
b) Umur Benih
c) Tinggi Benih
d) Warna Daun
e) Jumlah Daun
f) Diameter Batang
g) Kesehatan
h) Kenampakan
visual
i) Sistem Perakaran
j) Perlakuan : : : : : : : : : : Benih Bina 8 bulan
Minimum 25 cm Hijau tua segar Min 5 helai Min 3 mm
Bebas hama dan penyakit
Benih tumbuh sehat,
kekar dan berdaun
normal (jagur) Baik
Telah mengalami
adaptasi terhadap sinar
matahari minimum 1
(76)
Lampiran 10
Form – 01 Ditjen Perkebunan
RENCANA KERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA 2016 KABUPATEN ... DATA UMUM :
Nomor Satker :
Satker :
Nama KPA : Bendaharawan : Alamat Kantor : Telp. Kantor : Fax Kantor : Nama / No. HP
Contact Person
:
DATA RENCANA KINERJA
No. KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
(77)
Lampiran 11
Form – 02 Ditjen Perkebunan
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN DANA TUGAS PEMBANTUAN TA 2016
DI KABUPATEN ...
NAMA SATKER : ... LAPORAN BULAN : ...
KODE KEGIATAN
PAGU DIPA REALISASI S/D BULAN INI
Kendala Utama (Masalah)
Solusi Fisik Anggaran Keuangan Fisik
Satuan (Ribu Rp.)
(Ribu
Rp.) % Satuan %
Catatan: Dilaporkan per tiga bulan, paling lambat pada tanggal 5 bulan April, Juli, dan Oktober serta pada akhir Desember 2016
(78)
Lampiran 12
Form – 01 Ditjen Perkebunan
RENCANA KERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA 2016 KABUPATEN ... DATA UMUM :
Nomor Satker :
Satker :
Nama KPA : Bendaharawan : Alamat Kantor : Telp. Kantor : Fax Kantor : Nama / No. HP
Contact Person
:
DATA RENCANA KINERJA
No. KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
(79)
Lampiran 13
Form – 02 Ditjen Perkebunan
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN DANA TUGAS PEMBANTUAN TA 2016
DI KABUPATEN ...
NAMA SATKER : ... LAPORAN BULAN : ...
KODE KEGIATAN
PAGU DIPA REALISASI S/D BULAN INI
Kendala Utama (Masalah)
Solusi Fisik Anggaran Keuangan Fisik
Satuan (Ribu Rp.)
(Ribu
Rp.) % Satuan %
Catatan: Dilaporkan per tiga bulan, paling lambat pada tanggal 5 bulan April, Juli, dan Oktober serta pada akhir Desember 2016
(80)
Lampiran 14
SURAT PERNYATAAN
Nomor :
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : ...
NIP : ...
Pangkat/ Gol : ...
Jabatan : Kepala Dinas ... Selaku Kuasa
Pengguna Barang Direktorat
Jenderal Perkebunan Kode Satker 018.
Atas nama Pemerintah Daerah ... dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menerima barang yang diperoleh dari Belanja Tanah Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526111), Belanja Peralatan dan Mesin Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526112), Belanja Gedung dan Bangunan Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat(526113), Belanja Jalan
Irigasi Jembatan (JIJ) Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda (526114), Belanja Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526115), Belanja Barang Penunjang Kegiatan DK dan TP Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526211), Belanja Barang Penunjang TP Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526212), Belanja Barang Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526311) sesuai daftar terlampir untuk selanjutnya akan diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah.
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
..., ... 2016 a.n Gubernur ... Kepala Dinas ...
Nama Pangkat/
(81)
(1)
Lampiran 10
Form – 01 Ditjen Perkebunan
RENCANA KERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA 2016 KABUPATEN ... DATA UMUM :
Nomor Satker :
Satker :
Nama KPA :
Bendaharawan :
Alamat Kantor :
Telp. Kantor :
Fax Kantor :
Nama / No. HP Contact Person
:
DATA RENCANA KINERJA
No. KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
(2)
Form – 02 Ditjen Perkebunan
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN DANA TUGAS PEMBANTUAN TA 2016
DI KABUPATEN ...
NAMA SATKER : ... LAPORAN BULAN : ...
KODE KEGIATAN
PAGU DIPA REALISASI S/D BULAN INI
Kendala Utama (Masalah)
Solusi Fisik Anggaran Keuangan Fisik
Satuan (Ribu Rp.)
(Ribu
Rp.) % Satuan %
Catatan: Dilaporkan per tiga bulan, paling lambat pada tanggal 5 bulan April, Juli, dan Oktober serta pada akhir Desember 2016
(3)
Lampiran 12
Form – 01 Ditjen Perkebunan
RENCANA KERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA 2016 KABUPATEN ... DATA UMUM :
Nomor Satker :
Satker :
Nama KPA :
Bendaharawan :
Alamat Kantor :
Telp. Kantor :
Fax Kantor :
Nama / No. HP Contact Person
:
DATA RENCANA KINERJA
No. KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
(4)
Form – 02 Ditjen Perkebunan
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN DANA TUGAS PEMBANTUAN TA 2016
DI KABUPATEN ...
NAMA SATKER : ... LAPORAN BULAN : ...
KODE KEGIATAN
PAGU DIPA REALISASI S/D BULAN INI
Kendala Utama (Masalah)
Solusi Fisik Anggaran Keuangan Fisik
Satuan (Ribu Rp.)
(Ribu
Rp.) % Satuan %
Catatan: Dilaporkan per tiga bulan, paling lambat pada tanggal 5 bulan April, Juli, dan Oktober serta pada akhir Desember 2016
(5)
Lampiran 14
SURAT PERNYATAAN Nomor : Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : ...
NIP : ...
Pangkat/ Gol : ...
Jabatan : Kepala Dinas ... Selaku Kuasa
Pengguna Barang Direktorat
Jenderal Perkebunan Kode Satker 018.
Atas nama Pemerintah Daerah ... dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menerima barang yang diperoleh dari Belanja Tanah Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526111), Belanja Peralatan dan Mesin Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526112), Belanja Gedung dan Bangunan Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat(526113), Belanja Jalan
Irigasi Jembatan (JIJ) Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda (526114), Belanja Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526115), Belanja Barang Penunjang Kegiatan DK dan TP Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526211), Belanja Barang Penunjang TP Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526212), Belanja Barang Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526311) sesuai daftar terlampir untuk selanjutnya akan diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah.
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
..., ... 2016 a.n Gubernur ... Kepala Dinas ...
Nama Pangkat/
(6)