Pemerolehan kata ulang Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama pada kasus Kukuh Arya Renanto anak umur lima tahun

(1)

PEMEROLEHAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA

SEBAGAI BAHASA PERTAMA PADA KASUS

KUKUH ARYA RENANTO ANAK UMUR LIMA TAHUN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:

Ekaristi Margarita

061224041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

ii

 


(3)

iii

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

iv

 


(5)

 

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

• Yesus Kristus yang manis untuk berkat yang luar biasa di hidupku

• Bapak Yohanes Supangat dan Ibu Theresia Kirminah untuk doa dan

cinta yang luar biasa

• Ekaristi Margaria untuk semangat, ejekan dan doanya

• Kukuh Arya Renanto, pelita kecil di rumah untuk celoteh-celoteh kecil

nan indah

• Adrianus Chrisnata Datu Kusuma untuk hari-hari penuh cinta, doa, dan

dukungan yang tak ternilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

vi 

 

The best and the most beautiful things in this world, cannot be seen, nor touched, but are felt in the bottom of our heart.

Sewaktu menghadapi peristiwa penting dalam hidup, sebaiknya tidak cepat-cepat menjatuhkan penilaian. Biarlah waktu ikut menunjukkan maknanya.

~ Teha Sugiyo  

Kerjakanlah segala sesuatu dengan senang hati karena hasilnya pun akan jauh menyenangkan.

~ Ekaristi Margarita  

         


(7)

vii 

 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(8)

viii

ABSTRAK

Margarita, Ekaristi. 2013. Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur Lima Tahun.

Skripsi Program Sarjana (S1). Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma

Kajian pemerolehan bahasa anak pada kasus Kukuh Arya Renanto dalam penelitian ini mempunyai dua tujuan: (a) mendeskripsikan pemerolehan kata ulang bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama berdasarkan tuturan Kukuh; (b) mendeskripsikan urutan pemerolehan kata ulang itu, baik urutan berdasarkan frekuensi pemunculan maupun urutan waktu pemerolehannya.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti sendiri menjadi instrumen kunci (key instrument), baik dalam proses pengumpulan data maupun analisisnya. Karena itu peneliti menggunakan metode observasi berperan serta, participant observation (Moleong, 2006:164). Peneliti berperan serta dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari subjek untuk memperoleh data.

Penelitian ini mengambil subjek bernama Kukuh Arya Renanto anak umur lima tahun. Data berupa tuturan Kukuh yang dikumpulkan secara alamiah melalui proses pengamatan, pencatatan, dan perekaman. Alat yang digunakan adalah buku, alat tulis, serta MP4. Data diambil selama 3 bulan yang dibagi menjadi tiga tahap pengambilan data, yakni tahap I bulan Maret 2012 pada saat Kukuh berumur (5;2), tahap II bulan April 2012 pada saat Kukuh berumur (5;3), dan tahap III bulan Mei 2012 saat Kukuh berumur (5;4).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur lima tahun Kukuh dapat menghasilkan (1) tiga jenis kata ulang, yakni: (a) kata ulang utuh/seluruh, (b) kata ulang sebagian dan (c) kata ulang salin suara. Pemerolehan kata ulang yang dihasilkan Kukuh sebanyak 68 tuturan. Tuturan kata ulang utuh/seluruh berjumlah 47 tuturan, kata ulang sebagian berjumlah 15 tuturan, dan kata ulang salin suara 6 tuturan.

Urutan pemerolehan kata ulang berdasarkan frekuensi pemunculan ditemukan tuturan kata ulang utuh/seluruh yang mendapatkan peluang terbesar dari tuturan yang dihasilkan Kukuh. Urutan pemerolehan selanjutnya dalam bentuk kata ulang sebagian, dan terakhir kata ulang salin suara. Berdasarkan urutan waktu pemerolehan, kata ulang utuh/seluruh diperoleh paling awal daripada dua jenis kata ulang yang lain. Hampir setiap harinya Kukuh memproduksi kata ulang jenis ini walaupun sebagian besar masih monomorfemik. Kata ulang utuh/ seluruh juga termasuk paling produktif daripada dua kata ulang yang lain.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orangtua agar lebih memperhatikan perkembangan bahasa anak-anak mereka dengan baik


(9)

ix

sejak usia dini. Dengan demikian anak akan memperoleh kemampuan berbahasanya dengan lebih baik. Selain itu, bagi para peneliti yang lain yang berminat melakukan penelitian yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa agar penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dan sumbangan pemikiran, pengetahuan dan pengalaman demi perkembangan bahasa anak Indonesia.

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(10)

x

ABSTRACT

Margarita, Ekaristi. 2013. Acquisition of Word Reduplications in Indonesia Language as the First language in Case of Kukuh Arya Renanto Five Years Old as the Subject. As thesis of bachelor degrees programme (S1). Yogyakarta : PBSID, Sanata Dharma University.

The objectives of this research from Kukuh Arya Renanto’s language acquisition are (1) to describe the acquisition of word reduplications in Indonesia language as the first language based on Kukuh’s speech (2) to describe the sequence of word reduplications in language acquisition; whether the frequency of appearance and the time acquisition.

In this research, the researcher uses qualitative approach and she becomes the key instrument in data collecting process and data analysis. Consequently, the researcher uses participant observation method (Moleong, 2006: 164). The researcher contributes to the environment and the social life of the subject to collect the data.

The subject of this research is Kukuh Arya Renanto (5 years old). The data is Kukuh’s speech that collected by observation, review, and recording. The researcher uses some instruments such as: note book, pen, and sound recorder device. The data was taken around three month and divided into three stages; the first stage was on March 2012 when Kukuh was in 5.2 years old, the second stage was on April 2012 when Kukuh was in 5.3 years old, and the third stage was on May 2012 when Kukuh was in 5.4 years old.

The result of this research shows that in 5 years old, Kukuh is be able to produce (1) three kinds of word reduplication, (a) repeated word intact, (b) a portion of word reduplication, (c) re-copy word sounds. The total of acquisition of word reduplications produced by Kukuh is 68 speeches. The frequency of repeated word intact is 47 speeches, the frequency of a portion of word reduplication is 15 speeches, and the frequency of re-copy word sound is 6 speeches.

The sequence of acquisition word reduplications based on appearance frequency, the researcher classified into three categories. The highest frequency of appearance is repeated word intact. The medium frequency of appearance is a portion of word reduplication. The lowest frequency of appearance is re-copy word sound. Based on the time of acquisition, repeated word intact was gotten early than others. Almost every day, the subject ( Kukuh ) produces repeated word intact, although almost of them still in mono morphemic form and repeated word intact is most productive than others.

The researcher hopes this research inspire to the parents in order to give good attention in their children’s language acquisition. The children will get


(11)

xi

 

language competence well. And also to other researchers that take similar study, it can be a resource for the sake of Indonesia children’s language development.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(12)

xii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pertama Pada Kasus KukuhArya Renanto Anak Umur Lima Tahun” ini. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berisi tentang Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur Lima Tahun. Berawal dari kecintaan penulis pada anak-anak penulis memilih seorang anak bernama Kukuh Arya Renanto sebagai objek sekaligus subjek dalam penelitian ini.

Sebagai wujud syukur atas selesainya penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada :

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Kaprodi PBSID Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membimbing dan mendukung terselesainya penyusunan skripsi.

2. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan Drs. G. Sukadi, selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar dan setia membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

3. Para dosen PBSID, Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., Drs. J. Prapta. Diharja, S.J., M.Hum., L. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., Drs. P. Hariyanto, Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd., Dr Slamet Soewandi, M.Pd., Drs. Y. Karmin. M.Pd., dan semua dosen MKK dan MKDK yang telah sabar dan setia membagi ilmu pada penulis.


(13)

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(14)

xiv 

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTO ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR SKEMA ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4


(15)

xv 

 

1.5 Batasan Istilah ... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.7 Sistematika Penyajian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1Penelitian Yang Relevan ... 10

2.2 Kajian Teori ... 12

2.2.1 Hakikat Pemerolehan Bahasa ... 12

2.2.2 Hakikat Pemerolehan Bahasa Pertama ... 13

2.2.3 Tahap Pemerolehan Bahasa ... 18

2.2.4 Hakikat Kata Ulang ... 21

2.2.5 Anak Usia Lima Tahun ... 26

2.2.6 Konteks Data Tuturan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Subjek Penelitian ... 29

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 30

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.4 Instrumen Penelitian ... 32

3.5 Teknik Analisis Data ... 32

3.5.1 Kodifikasi Data (Coding) ... 34

3.5.2 Penggunaan Konteks dalam Tuturan Kukuh ... 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xvi 

 

3.6 Trianggulasi ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Deskripsi Temuan Penelitian Kata-kata Ulang ... 40

4.1.1 Urutan Berdasarkan Frekuensi Pemunculannya ... 42

4.1.2 Urutan Pemerolehan Berdasarkan Waktu ... 44

4.2 Hasil Analisis Pemerolehan Kata Ulang ... 46

4.3 Hasil Analisis Urutan Pemerolehan Kata Ulang ... 52

4.4 Trianggulasi ... 54

BAB V PENUTUP ... 57

5.1 Kesimpulan Penelitian ... 57

5.2 Implikasi Temuan ... 58

5.3 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN 1 ... 63

LAMPIRAN 2 ... 72

LAMPIRAN 3 ... 85


(17)

xx 

 

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kata Ulang yang Terdapat dalam Tuturan Kukuh ... 41

2. Frekuensi Pemunculan Kata Ulang ... 43

3. Urutan Waktu Pemerolehan (UWP) Kata Ulang ... 45

4. Data Penelitian ... 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(18)

xxi 

 

DAFTAR SKEMA

Halaman 1. Makna Bentuk Reduplikasi ... 25 2. Organisasi Data Tuturan ... 33 3. Indikator Data Tuturan ... 37


(19)

xxi 

 

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Penelitian ... 63 2. Analisis Kata Ulang ... 72 3. Trianggulasi ... 85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan pemerolehan bahasa telah menjadi suatu kenyataan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam membahas masalah kebahasaan yang digunakan penduduk dalam berinteraksi pada masyarakat kita sekarang. Pemerolehan bahasa pertama tidak dapat diabaikan dalam setiap usaha memahami perilaku berbahasa masyarakat yang majemuk bahasanya, yang terbuka komunikasinya dengan masyarakat lain, yang mempunyai sejarah perkembangan masyarakat dan bangsanya sebagai suatu bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mempunyai satu bahasa sebagai bahasa nasional di samping berbagai bahasa suku oleh masing-masing suku pendukung bangsanya, serta berbagai peristiwa lain yang membidani kenyataan kedwibahasaan dalam masyarakat (Kamaruddin, 1989:1).

Pemerolehan bahasa merupakan proses yang serupa dengan yang dilalui oleh anak dalam kemampuan bahasa pertamanya (Krashen, 1989:241). Pemerolehan bahasa biasanya tidak sadar bahwa ia tengah memperoleh bahasa, tetapi hanya sadar bahwa ia tengah menggunakan bahasa untuk komunikasi. Ada beberapa hal yang membedakan pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua pertama bersifat spontan


(21)

2

dan jarang dirancang, sedangkan pemerolehan bahasa kedua umumnya dirancang.

Pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama bagi seorang anak saat ini menjadi salah satu kajian penting karena mendasari proses pembelajaran bahasa dalam proses belajar mengajar di kelas. Lebih dari itu, kajian ini dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi anak dalam interaksinya di kemudian hari. Cara-cara yang dilakukan si anak dalam mempelajari bahasa pertamanya kiranya menjadi salah satu pedoman bagi guru dalam menyikapi proses pembelajaran yang tepat di kelas. Menurut Tarigan (1988:7), setiap anak secara khusus mempergunakan berbagai siasat dalam “belajar” bahasa. Bagaimana cara anak-anak memperoleh bahasa pertama, seharusnya menjadi ancang-ancang bagi guru dalam menentukan cara mengajar.

Proses pemerolehan bahasa bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam perkembangannya, anak dituntut untuk mengerti dan memahami bahasa masyarakat di sekitarnya. Hal ini digambarkan oleh Darjowidjojo (1991:86) di bawah ini:

Anak harus mendengarkan contoh dari orang dewasa, mencerna, membuat hipotesis, merevisi hipotesis untuk kemudian mendapatkan bentuk yang diterima oleh masyarakat. Dalam usaha menguasai bahasa, mereka menerima masukan yang sering kali tidak teratur. Mereka harus memilah-milah mana yang benar, mana yang salah, kemudian membuat hipotesis, mencocokannya dengan data baru yang masuk, kalau ada yang berbeda, mereka harus merevisinya.

Walaupun belum mengikuti norma kebahasaan sebagaimana layaknya orang dewasa, pada setiap jenjang usia anak mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(22)

dinamika perubahan akibat dari interaksi yang terus menerus antara fungsi kognitif si anak dan lingkungan lingual dan bukan lingual (Piaget via

Kaswanti, 1991:99).

Penelitian tentang pemerolehan bahasa anak masih terbatas di Indonesia. Salah satu ahli yang meneliti pemerolehan bahasa anak yakni Prof. Soendjono Dardjowidjojo dari Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya Jakarta. Fokus penelitian Dardjowidjojo mencakup semua aspek tata bahasa, mulai dari perkembangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, hingga pragmatik dan wacana, selama lima tahun pertama kehidupan cucunya Echa.

Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis akan menguraikan kekayaan bahasa yang diperoleh anak umur lima tahun. Dalam penelitian ini, peneliti akan menyoroti pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama Kukuh Arya Renanto. Kukuh adalah anak laki-laki Indonesia yang ketika penelitian diadakan tengah berusia lima tahun dua bulan. Dia lahir di Yogyakarta pada tanggal 29 Januari 2007 dengan sehat. Kukuh adalah anak yang aktif dan lincah. Dia selalu berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya dengan kemampuan bahasanya. Dalam sekilas pengamatan peneliti, Kukuh mempunyai penguasaan verbal yang cukup baik. Untuk berkomunikasi Kukuh menggunakan bahasa Indonesia karena dibiasakan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia oleh orang tua asuhnya (Paman dan Bibinya). Hal ini disebabkan oleh pengaruh perkembangan jaman, yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai


(23)

4

bahasa sehari-hari. Namun, karena pengaruh lingkungannya, peneliti juga menemukan adanya pengaruh bahasa daerah (Jawa) dalam tuturan Kukuh.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, khususnya pemerolehan kata ulang. Peneliti sangat tertarik dengan pemerolehan kata ulang karena peneliti ingin mengetahui bentuk kata ulang yang sudah dapat diperoleh anak umur lima tahun. Selain itu penelitian tentang pemerolehan bahasa anak masih terbatas dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada dalam latar belakang masalah, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Kata ulang apa sajakah yang sudah diperoleh anak Kukuh Arya Renanto saat berumur 5 tahun?

2. Bagaimana urutan pemerolehan kata ulang pada anak Kukuh Arya Renanto saat berumur 5 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini ada dua hal. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kata ulang yang sudah diperoleh anak Kukuh Arya Renanto saat berumur 5 tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(24)

2. Mendeskripsikan urutan pemerolehan kata ulang pada anak Kukuh Arya Renanto saat berumur 5 tahun.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Deskripsi data hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yang terkait dengan penelitian ini. Pihak yang dimaksud adalah orang tua anak pra sekolah dasar, guru pra sekolah dasar atau taman kanak-kanak khususnya TK Kanisius Kintelan Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pertama, manfaat bagi orang tua. Deskripsi data hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur tentang bagaimana mendampingi dalam pemerolehan bahasa pertama anak umur lima tahun baik orang tua Kukuh sendiri atau orang tua anak pra sekolah lainnya. Sehingga orang tua diharapkan dapat memperhatikan perkembangan kemampuan berbahasa anak-anak mereka dengan lebih baik lagi sesuai dengan perkembangan biologis anak.

Kedua, manfaat bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Deskripsi data hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur tentang pendidikan pemerolehan bahasa atau pembelajaran pemerolehan bahasa pertama sebagai pedoman bagi mahasiswa calon guru. Dengan demikian literatur bagi mahasiswa calon pengajar bahasa dan sastra Indonesia semakin bertambah.


(25)

6

2. Manfaat Praktis

Deskripsi data hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis bagi pihak guru Taman Kanak-kanak Kanisius Kintelan dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) USD Yogyakarta.

Pertama bagi pihak guru Taman Kanak-kanak Kanisius Kintelan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas harus memperhatikan perkembangan pemerolehan bahasa pertama siswa, hambatan-hambatan yang dialami guru serta pemecahan masalah untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pemerolehan bahasa pertama tersebut.

Kedua, bagi pihak mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Setiap mahasiswa yang merupakan calon guru bahasa dan sastra Indonesia harus mahir dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan hal ini setiap mahasiswa calon guru bahasa dan sastra harus memahami penggunaan bahasa pertama pada siswa.

1. 5 Batasan Istilah

1. Pemerolehan adalah proses, cara, perbuatan memperoleh. (KBBI, 2008: 980). Pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyelesaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran perilaku tata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(26)

bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut (Kiparsky via Tarigan, 1984:243).

2. Pemerolehan bahasa pertama. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal dengan pertumbuhan yang wajar, paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Itulah bahasa pertama, bahasa asli, bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupannya (Stillings via Tarigan, 1988). PBI bersifat primer, “pertama” dari segi urutan dan kegunaan, karena pada umumnya suatu bahasa adalah “pertama” begitu juga “pemerolehannya”, kalau tidak ada bahasa lain yang diperoleh sebelumnya (Tarigan, 1988:84). Pemerolehan bahasa pertama setiap anak normal pertumbuhan pikirannya belajar bahasa pertama, bahasa ibu pada tahun-tahun pertama hidupnya, dan proses ini terjadi hingga kira-kira umur anak 5 tahun (Subyakto, 1988:65). Subjek Kukuh memenuhi prasyarat ini, dalam arti dia tidak memiliki bahasa lain sebelum bahasa Indonesia dan dalam penelitian ini Kukuh berumur 5 tahun. 3. Kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi

(KBBI, 2008:63).

4. Konteks data tuturan. Dalam proses pemerolehan bahasa anak, peranan konteks sangatlah penting dalam usaha memaknai tuturan. Para pakar berpendapat bahwa kontekslah yang menumbuhkan bahasa anak. Karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik. Pragmatik ialah komponen bahasa yang


(27)

8

berkenaan dengan penggunaan bahasa di dalam komunikasi yang senyatanya, termasuk di dalamnya kaidah yang mengatur fungsi bahasa (Levinson via Subagyo, 1998).

5. Anak usia lima tahun

Batasan usia lima tahun dalam penelitian ini yakni rentang usia lima tahun dua bulan sampai lima tahun empat bulan (5:2-5:4). Pada usia lima tahun, ketika anak-anak memasuki usia pra sekolah dasar mereka mulai belajar struktur tata bahasa yang lebih rumit.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Pemerolehan bahasa terjadi apabila anak yang belum pernah belajar bahasa apapun kemudian belajar untuk pertama kalinya. Pada awalnya anak akan mencoba menirukan orang tuanya. Lambat laun dia akan mulai memperoleh bahasa dimulai dari kata per kata kemudian mulai menyusun kata menjadi sebuah kalimat. Sedikit demi sedikit anak akan mulai bertanya dan menanggapi ucapan orang tuanya.

Penelitian ini menekankan pada bentuk kata ulang yang sudah diperoleh subjek dan urutan pemerolehannya. Peneliti membatasi penelitian ini pada kasus anak usia lima tahun bernama Kukuh Arya Renanto, anak Indonesia yang pada saat penelitian ini dilakukan tengah berumur lima tahun dua bulan hingga lima tahun empat bulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(28)

1. 7 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini terdiri atas lima bagian yakni Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV dan Bab V. Bab I merupakan pendahuluan. Bagian ini berisi masalah-masalah teknis yang mendasari dan mengarahkan penyusunan penelitian ini. Masalah teknis yang dimaksud adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah penelitian, masalah penelitian, pembatasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II merupakan landasan teori. Bagian ini memaparkan tentang penelitian yang relevan dan kajian teori.

Bab III merupakan metodologi penelitian. Bagian ini memaparkan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, lokasi penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan trianggulasi.

Bab IV berisi tentang hasil analisis dan pembahasan. Pada bab ini menguraikan deskripsi kata ulang yang sudah dikuasai oleh Kukuh anak usia lima tahun, deskripsi urutan pemerolehan bahasa pada anak Kukuh dan urutan kata ulang yang dikuasai lebih dulu.

Bab V berisi tentang penutup. Pada bab ini menguraikan kesimpulan dari temuan penelitian, implikasi temuan bagi pembelajaran bahasa Indonesia, dan saran.


(29)

10

BAB II LANDASAN TEORI

2. 1 Penelitian yang Relevan

Berikut ini dikaji hasil penelitian yang relevan atau yang berkisar pada masalah yang sejenis dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang dipilih di sini adalah penelitian Budi Santoso (2009) yang berjudul

“Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun dalam Lingkungan Keluarga”. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Objek penelitian ini adalah pemerolehan bahasa anak, yakni bahasa Indonesia. Subjek penelitiannya adalah Arya Pranata Jauhar Nawawi seorang anak berusia tiga tahun tujuh bulan. Data yang digunakan untuk analisis kajian ialah data autentik yang diperoleh melalui hasil observasi. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) panjang ayat yang digunakan anak usia tiga tahun dalam bertutur. (2) penguasaan kalimat yang digunakan anak usia tiga tahun dalam bertutur. (3) ujaran setiap giliran tutur yang digunakan anak usia tiga tahun dalam bertutur.

Hasil dari penelitian “Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun dalam Lingkungan Keluarga” dilihat dari sisi kajian pemerolehan bahasa adalah pertama, berdasarkan panjang ayat anak usia tiga tahun dalam bertutur pada umumnya mengucapkan kata-kata secara terpenggal. Serta penguasaan bahasa yang dikuasai anak diperoleh melalui tahapan-tahapan tertentu. Kedua, anak umur tiga tahun sudah mampu menyusun kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(30)

dalam bertutur meskipun masih sangat sederhana dan terbatas. Ketiga, berdasarkan jumlah ujaran setiap giliran tutur dibuktikan anak usia tiga tahun dalam bertutur hanya menjawab pertanyaan dari lawan tutur.

Penelitian kedua adalah penelitian Yohanna Ramadyanti (2010) yang berjudul “Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Arsya Anak Usia Empat Tahun”. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu (1) mendeskripsikan kalimat majemuk setara bahasa Indonesia dalam tuturan Arsya, (2) mendeskripsikan kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia dalam tuturan Arsya, (3) mendeskripsikan urutan pemerolehan kalimat majemuk tersebut.

Penelitian ini mengambil subjek yang bernama Arsya anak usia empat tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia empat tahun Arsya dapat menghasilkan (1) empat jenis kalimat majemuk setara, (2) delapan jenis kalimat majemuk bertingkat, (3) urutan waktu pemerolehan kalimat majemuk berdasarkan frekuensi pemunculan menunjukkan bahwa kalimat majemuk bertingkat yang paling sering muncul dengan jumlah 13 tuturan.

Penelitian ketiga, yakni penelitian Anastasia Desmana Wardhani (2008) yang berjudul “Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Raka Anak Usia Dua Tahun”. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni mendeskripsikan pemerolehan kalimat dalam tuturan Raka dan mendeskripsikan urutan pemerolehan kalimat tersebut.


(31)

12

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian mengambil subjek yang bernama Raka anak usia dua tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada anak usia dua tahun Raka dapat membuat berbagai macam kalimat. Selain itu, ada empat jenis makna kalimat yang sudah dikuasai oleh Raka. Keempat jenis kalimat itu yaitu, kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan kalimat eksklamatif.

Ketiga penelitian di atas dianggap relevan dengan penelitian ini karena sama-sama bersifat kualitatif dan mendeskripsikan perkembangan pemerolehan bahasa. Dari ketiga penelitian ini, peneliti mendapat inspirasi untuk mencoba melakukan penelitian yang sama. Hal ini dilakukan karena penelitian seperti ini jarang dan pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama pada anak umur lima tahun perlu dukungan dan dampingan dari orang tua dan guru.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Hakikat Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyelesaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran perilaku tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(32)

dari bahasa tersebut, (Kiparsky via tarigan, 1984:243). Dardjowidjojo (2010:225) juga mengatakan bahwa pemerolehan adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibu. Dapat dikatakan pemerolehan adalah proses memperoleh bahasa yang terjadi secara alamiah, biasanya terjadi di lingkungan keluarga. Pemerolehan dipakai untuk menguasai bahasa ibu atau bahasa pertama. Proses penguasaan bahasa melalui belajar bahasa biasanya terjadi pada bahasa asing. Belajar bahasa berarti tahu tentang “bahasa”, mengetahui kaidah bahasanya. Karena itu, pemerolehan berlangsung dalam situasi alamiah, sedangkan belajar dalam kondisi formal. Kanak-kanak dilahirkan dengan pengetahuan bahasa. Sistem kognitifnya dipengaruhi untuk mengembangkan suatu tata bahasa yang akan menggabungkan segala kesemestaan linguistik.

Pemerolehan bahasa yang dialami oleh seorang anak dapat meliputi bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik. Bidang fonologi mempelajari tentang bunyi, bidang morfologi mempelajari tentang rangkaian kata, bidang semantik mempelajari tentang makna, dan bidang sintaksis tentang pembentukan kalimat.

2.2.2 Hakikat Pemerolehan Bahasa Pertama

Batasan-batasan tentang pemerolehan bahasa yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dari keberagaman itu mempunyai kandungan arti yang berbeda pula. Dalam (KBBI 2011:980) pemerolehan diartikan proses,


(33)

14

cara atau perbuatan memperoleh. Menurut (Soendjono Dardjowidjojo, 2010) istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris

acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language).

Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah suatu proses yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai ia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang baik serta paling sederhana dari bahasa (Tarigan dalam Prastyaningsih, 2001:9). Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa diartikan sebagai suatu proses yang pertama kali dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan bahasa sesuai dengan potensi kognitif yang dimiliki dengan didasarkan atas ujaran yang diterima secara alamiah.

Dapat dikatakan juga bahwa pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik dan kosakata yang luas. Dalam hal ini pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan bahasa anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(34)

mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.

Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk membahas penguasaan bahasa pertama di kalangan anak-anak karena proses tersebut terjadi tanpa sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua (second language learning)

dilaksanakan dengan sadar. Pemerolehan bahasa kedua adalah saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu dia menguasai batas tertentu bahasa pertama.

Pada pemerolehan bahasa mengenal beberapa tahapan pemerolehan bahasa itu sendiri, pemerolehan bahasa pertama didapatkan seorang anak dari ibunya atau lingkungan yang dekat dengan anak tersebut, sedangkan bahasa kedua didapatkan seseorang dengan proses pembelajaran. Pemerolehan bahasa kedua tidak sama dengan bahasa pertama, pada pemerolehan bahasa pertama seorang anak belum menguasai bahasa apa pun dan perkembangan pemerolehan bahasa ini seiring dengan perkembangan fisik dan psikhisnya. Selain itu pemerolehan bahasa pertama dilakukan secara informal dan digunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dilakukan secara formal dan bahasa kedua tersebut tidak dipakai dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitarnya.

Bahasa pertama merupakan bahasa ibu, bahasa yang diperoleh seseorang saat masa kanak-kanak pada awal pemerolehan bahasa. Oleh karena itu pada umumnya bahasa pertama merupakan bahasa daerah.


(35)

16

Pemerolehan bahasa kedua dilakukan dengan proses. Kefasihan seorang anak untuk menggunakan dua bahasa sangat tergantung adanya kesempatan untuk menggunakan kedua bahasa itu. Jika kesempatan banyak maka kefasikan bahasanya semakin baik (Chaer, 1994:66).

Tak jarang pada masa kanak-kanak, mereka menggunakan kedua bahasa secara bersamaan hal ini disebut kedwibahasaan. Dalam (KBBI, 2011:349) kedwibahasaan mempunyai arti perihal pemakaian dua bahasa (seperti bahasa daerah di samping bahasa nasional). Menurut Robert Lado dalam bukunya Pranowo (1996:6) kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimanapun tingkatnya oleh seseorang. Pendapat ini semakin menguatkan pendapat Bloomfield dalam bukunya Pranowo (1996:7) bahwa kedwibahasaan adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur, sedangkan Nababan dalam bukunya Sosiolinguistik Suatu Pengantar (1984:27-28) mengemukakan lebih terperinci yakni orang yang menggunakan dua bahasa disebut dwibahasawan atau orang yang berdwibahasa. Kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain disebut bilingulisme dan kesanggupan atau kemampuan seseorang berdwibahasa yaitu memakai dua bahasa, disebut dengan

bilingulitas.

Ada dua tipe pemerolehan bahasa oleh anak-anak dwibahasawan yakni pemerolehan secara serentak (simultaneous acquistion) dan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

berurutan (successive acquisition). Pemerolehan secara serentak adalah pemerolehan seorang anak yang usianya yang ketiga sudah menguasai kedua bahasa. Sedangkan pemerolehan secara berurutan jika seorang anak menguasai salah satu bahasa dikuasai sebelum usianya yang ketiga.

Dalam pemerolehan kedua bahasa seorang anak, terdapat tiga lingkungan yang perlu disebutkan yakni: lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga. Lingkungan sekolah memungkinkan seorang anak menjadi dwibahasawan baik karena program pendidikan yang disusun maupun karena keragaman murid-muridnya. Faktor keragaman murid dalam arti keragaman suku dan bahasa daerah murid sangat memungkinkan anak-anak memakai bahasa sekolah sebagai bahasa komunikasi mereka.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, anak-anak yang memiliki bahasa daerah memanfaatkan bahasa nasional (bahasa Indonesia) untuk berkomunikasi dengan teman-temannya yang berbahasa daerah berbeda. Di lingkungan masyarakat, (Gal, 1979 dalam Soewandi,1995:22) melaporkan bahwa petani-petani kaya di Hongaria mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar bahasa Jerman di daerah penutur bahasa Jerman selama satu tahun. Sebaliknya petani-petani itu juga menerima anak-anak Jerman yang ingin belajar bahasa Hongaria.

Pada tingkat keluarga, ada lima strategi yang dapat digunakan untuk membentuk dwibahasawan pada anak. Yang pertama, “satu orang, satu bahasa” bapak berbahasa Indonesia kepada anak-anaknya dan ibu berbahasa Jawa kepada mereka. (Soewandi, 1995:22). Yang kedua, orang


(37)

18

tua selalu berbahasa daerah di rumah (termasuk di lingkungan tetangga), tetapi di luar (di sekolah, di dalam pekerjaan dan di lingkungan masyarakat yang lebih luas) memakai bahasa lain. Ketiga, (Zierer 1977:22 dalam Soewandi 1995:22) seorang dwibahasawan Jerman-Spanyol yang tinggal di Peru, sampai pada usianya kedua tahun sepuluh bulan orang tua selalu berbahasa Jerman kepada anaknya. Baru setelah dirasakan dapat berbahasa Jerman, ia diizinkan bermain dengan teman-temannya yang berbahasa Spanyol.Yang keempat, berupa penggunaan dua bahasa secara bergantian baik di lingkungan keluarga maupun di luar. Bahasa mana yang dipilih bergantung pada topik, situasi, person dan tempat (Grosjean 1982:174 dalam Soewandi 1995:22). Strategi kelima, berupa pemilahan bahasa menurut waktunya yakni bahasa yang satu dipakai pada waktu pagi, dan bahasa yang lain pada waktu sore atau bahasa yang satu dipakai pada hari-hari kerja, dan bahasa yang lain pada hari-hari-hari-hari libur.

2.2.3 Tahap Pemerolehan Bahasa

Menurut Soendjono Dardjowidjojo ada beberapa tahap pemerolehan bahasa yakni, Tahap meraban (pralinguistik) pertama, pada tahap ini selama bulan-bulan pertama kehidupan, bayi hanya menangis, mendekut, menjerit dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

Tahap meraban (pralinguistik) kedua, atau disebut juga tahap kata omong-omong. Awal tahap ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan.

Tahap satu kata, yang dimulai pada usia satu tahun anak mulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata). Kata ini, bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu (Dardjowidjojo, 2003:246).

Tahap Dua Kata, anak akan mulai menguasai Ujaran Dua Kata

(Two Word Utterance) sekitar umur dua tahun. Anak akan mulai dengan dua kata diselingi jeda, seolah-olah dua kata itu terpisah. Misalnya ujaran /mama bobok/. Anak tidak akan mengucapkan /mamabobok/ tetapi /mama/bobok/. Jeda ini makin lama makin pendek sehingga ujaran yang dihasilkan menjadi ujaran yang normal. Setelah beberapa lama anak akan mengelurkan ujaran tiga kata atau lebih setelah menguasai ujaran dua kata.

Pada tahap III adalah pengembangan tata bahasa. Usia yang merupakan saat keluarnya kanak-kanak dari Tahap II sangat berbeda-beda. Ada kanak-kanak yang memasuki tahap III pada usia tiga tahun; ada pula yang masih tetap mempergunakan ucapan-ucapan dua-kata secara eksklusif sampai melewati usianya yang ketiga.

Pada tahap IV, yaitu tata bahasa pra-dewasa. Kanak-kanak mulailah struktur-struktur tata bahasa yang lebih rumit, banyak diantaranya yang melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dan


(39)

20

komplementasi, relativisasi dan konjungsi. Mereka menghasilkan kalimat “saya melihat kamu duduk”.

Pada akhir masa kanak-kanak, setiap orang yang tidak mendapatkan rintangan apa-apa, sebenarnya telah mempelajari semua sarana sintaksis bahasa ibunya dan ketrampilan-ketrampilan performasi yang menandai untuk memahami dan menghasilkan bahasa yang biasa dan perbendaharaan kata yang bertambah, sehingga disebut Tahap Kompetensi Penuh. Berikut disajikan Tabel 1 Tahap Perkembangan Bahasa.

Tabel 1

Tahap Perkembangan Bahasa

Usia Tahap Perkembangan Bahasa

0.0-0.5 Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama

0.5-1.0 Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua

1.0-2.0 Tahap Linguistik I: Kalimat Satu Kata

2.0-3.0 Tahap Linguistik II: Kalimat Dua Kata

3.0-4.0 Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa

4.0-5.0 Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Pra Dewasa

5.0- Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

2.2.4 Hakikat Kata Ulang

Kata ulang adalah hasil pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya. Proses pengulangan ini disebut reduplikasi (Ramlan, 1997:63). Dalam (KBBI 2011:633) kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi.

Setiap kata ulang memiliki bentuk dasar. Satuan yang diulang disebut bentuk dasar atau environment-nya. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Misalnya, berdesak-desakkan bentuk dasarnya berdesakan. Bentuk dasar bagi kata ulang penting bagi penentuan golongan pengulangan. Kata kebiru-biruan dari bentuk dasar kebiruan, maka bentuk pengulangan sebagian. Jika dikatakan

kebiru-biruan dari bentuk dasar biru, maka termasuk golongan pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. (Ramlan, 1997:68).

Menurut (Ramlan, 2009), pengulangan digolongkan menjadi empat golongan :

1. Pengulangan seluruh, ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa penambahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya :

sepeda sepeda-sepeda buku buku-buku sekali sekali-sekali


(41)

22

pembangunan pembangunan-pembangunan pengertian pengertian-pengertian

2. Pengulangan sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Bentuk dasar tidak diulang seluruhnya dan hampir semua bentuk dasarnya berupa bentuk kompleks. Yang berupa bentuk tunggal, hanyalah:

laki lelaki

tamu tetamu

berapa beberapa

pertama pertama-tama segala segala-gala

Apabila, bentuk dasar berupa bentuk kompleks, kemungkinan-kemungkinan bentuknya sebagai berikut:

a. Bentuk meN-. Misalnya:

mengambil mengambil-ambil membaca membaca-baca menjalankan menjalan-jalankan

b. Bentuk di-. Misalnya:

ditarik ditarik-tarik

ditanami ditanam-tanami disodorkan disodor-sodorkan

c. Bentuk ber-. Misalnya:

berjalan berjalan-jalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

bermain bermain-main berlarut berlarut-larut

d. Bentuk ter-. Misalnya:

terbatuk terbatuk-batuk terjatuh terjatuh-jatuh

e. Bentuk ber-an. Misalnya:

berlarian berlari-larian berdekatan berdekat-dekatan

f. Bentuk –an. Misalnya:

minum minum-minuman sayur sayur-sayuran

g. Bentuk ke-. Misalnya:

kedua kedua-dua

3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, yakni pengulangan terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama mendukung satu fungsi. Misalnya :

kereta kereta-keretaan rumah rumah-rumahan putih keputih-putihan luas seluas-luasnya tinggi setinggi-tingginya


(43)

24

4. Pengulangan dengan pengubahan fonem, yakni kata yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem. Misalnya :

gerak gerak-gerik. serba serba-serbi lauk lauk-pauk sayur sayur-mayur

Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI, 2003), reduplikasi atau pengulangan adalah proses penurunan kata dengan perulangan, baik secara utuh maupun secara sebagian. Menurut bentuknya, reduplikasi dapat dibagi menjadi empat kelompok yakni:

1. Perulangan utuh, misalnya:

rumah-rumah, buku-buku, gunung-gunung

2. Perulangan salin suara, misalnya:

warna-warni, corat-coret, sayur-mayur

3. Perulangan sebagian, misalnya:

Orang-orang tua, rumah-rumah sakit, surat-surat kabar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(44)

4. Perulangan yang disertai pengafiksan.

Bangun-bangunan, main-mainan, padi-padian.

Makna reduplikasi dapat digambarkan dengan diagram di bawah ini, diikuti oleh maknanya masing-masing:

Skema 1

Makna Bentuk Reduplikasi

Keanekaan 1. ketaktunggalan sejenis

kekolektifan

Makna Reduplikasi berbagai

Rupa 2. Kemiripan

Cara

Gorys Keraf dalam Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia, 1991, berpendapat bahwa kata ulang adalah kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan kata, dan dapat dibagi sebagai berikut:

a. Dwipurwa yaitu vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah, seperti: tetangga, leluhur, leluasa. b. Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh) reduplikasi atas seluruh


(45)

26

c. Dwilingga salin suara yaitu reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih, seperti: gerak-gerik, sayur-mayur.

d. Kata ulang berimbuhan yaitu reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua, seperti: bermain-main, tarik-menarik.

e. Kata ulang semu yakni kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi, seperti: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.

Dalam penulisan ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan jenis pengulangan Ramlan (2009: 69) yakni (a) pengulangan seluruh/utuh, (b) pengulangan sebagian, (c) pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, (d) pengulangan dengan perubahan fonem, seperti pada kata bolak-balik, namun jenis terakhir ini oleh Dardjowidjojo (2000:191) disebut reduplikasi salin suara. Karena itu peneliti memilih jenis yang keempat dari istilah Dardjowidjojo.

2.2.5 Anak Usia Lima Tahun

Anak usia lima tahun, anak-anak mulai memasuki usia pra sekolah dasar mereka mulai belajar struktur tata bahasa yang lebih rumit. Menurut Piaget dalam Suparno, anak usia lima tahun masuk dalam periode praoperasional yakni anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).

2.2.6 Konteks Data Tuturan

Dalam proses pemerolehan bahasa anak, peranan konteks sangatlah penting dalam usaha memaknai tuturan. Para pakar berpendapat bahwa kontekslah yang menumbuhkan bahasa anak.


(47)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai : (1) Jenis Penelitian, (2) Subjek Penelitian, (3) Teknik Pengumpulan Data, (4) Instrumen Penelitian, (5) Teknik Analisis Data, (6) Trianggulasi. Keenam hal tersebut akan dijelaskan secara terperinci dalam setiap subbab berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto (1990:309) penelitian deskripstif merupakan penelitian mengenai keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan dengan “apa adanya” suatu variabel, gejala atau suatu keadaan. Artinya dalam melakukan suatu penelitian, peneliti menjadi instrumen kunci (key instrument) baik dalam proses pengumpulan data maupun analisis datanya. Peneliti berperan dalam memperoleh data yang bersifat alamiah. Kealamiahan itu tampak pada data penelitian yang berupa tuturan-tuturan Kukuh dalam konteks kesehariannya. Konteks alamiah keseharian Kukuh tersebut sebagai sumber data tuturan langsung yang mencerminkan aktivitas berbahasa Kukuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi berperan serta (participant observation).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(48)

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak umur lima tahun bernama Kukuh Arya Renanto. Lahir di Yogyakarta 29 Januari 2007. Sejak usia lima bulan Kukuh diasuh oleh Paman dan Bibinya (kakak dari ibu kandung Kukuh). Kukuh dirawat oleh Paman dan Bibi serta kedua anak perempuannya. Mereka berasal dari keluarga menengah. Beralamat di Pujokusuman MG I/476 Yogyakarta dan bersekolah di TK Kanisius Kintelan Yogyakarta yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.

Kukuh (5:2) saat mengikuti lomba drumband mewakili sekolahnya.

Dalam kesehariannya Kukuh sering menggunakan bahasa pertamanya yakni bahasa Indonesia. Kukuh menggunakan bahasa Indonesia saat berada di rumah dan saat berkomunikasi dengan


(49)

teman-30

teman bermainnya. Namun, karena tempat tinggal Kukuh berada di lingkungan yang masih kental menggunakan bahasa Jawa, Kukuh terkadang ikut terbawa menggunakan bahasa Jawa. Hal inilah yang membuat Kukuh terkadang mencampur kedua bahasa yakni bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari.

Kukuh merupakan anak yang aktif, suka bermain, dan antusias dalam belajar segala hal. Kemampuan berkomunikasi dengan orang disekitarnya pun lancar dan aktif. Dia selalu memberi respon pada sesuatu yang dilihatnya dan berusaha menanyakan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti untuk mengobservasi objek penelitian yakni, tempat tinggal Kukuh Arya Renanto yang beralamat di Pujokusuman MGI/476 RT 22 RW 05 Kelurahan Keparakan Kecamatan Mergangsan Yogyakarta.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, peneliti sendiri bertindak sebagai instrumen kunci (key instrument), baik dalam pegumpulan data maupun dalam menganalisis data. Karena itu penelitian ini menggunakan metode observasi (participant observation). Peneliti mengobservasi dan berperan serta sebagai pengamat dalam lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

keseharian Kukuh Arya Renanto. Ada beberapa alasan peneliti memanfaatkan pengamatan untuk mengumpulkan data. Pertama seorang anak kecil berusia lima tahun akan sangat sulit jika diteliti dengan model tes dan wawancara. Kedua, melalui pengamatan memungkinkan peneliti mengetahui data yang berupa ujaran yang dihasilkan secara alamiah. Ketiga, peneliti dapat memberikan perhatian penuh kepada subjek penelitian. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (via

Moleong, 2006 : 174) mempertegas alasan pemanfaatan pengamatan tersebut. Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman langsung, memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, menacatat peristiwa dan perilaku tindak tutur yang terjadi pada subjek, dan juga mampu memahami situasi-situasi rumit.

Usaha pengumpulan data dilakukan melalui pencatatan lapangan secara teliti dengan kegiatan pencatatan serta kegiatan pengamatan langsung terhadap tuturan yang dihasilkan oleh anak Kukuh. Pengumpulan data ini dilakukan mulai bulan Maret 2012 sampai Mei 2012. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data adalah :

1. Observasi

2. Wawancara dengan orang tua subjek (Paman dan Bibi subjek) 3. Keterlibatan peneliti dengan subjek penelitian

4. Pencatatan dan perekaman 5. Transkrip data pencatatan 6. Pengkodean.


(51)

32

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri melalui wawancara kepada orang-orang yang dekat dengan Kukuh, pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengajak subjek penelitian berkomunikasi untuk merespon kemampuan berbicaranya. Peneliti memberikan pancingan kepada subjek agar subjek dapat menghasilkan ujaran secara alami. Ujaran yang dihasilkan secara alami itu juga diamati dan direkam untuk memperoleh data.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah teknik bagaimana data yang sudah dikumpulkan melalui pengamatan dan pencatatan, kemudian ditranskrip untuk dianalisis berdasarkan kriteria analisis yang telah ditetapkan di atas. Analisis data tuturan Kukuh mengikuti prosedur sebagai berikut:

a. Tahap pertama adalah klasifikasi data. Data tuturan yang terkumpul diklasifikasikan menurut jenis-jenis kata ulang. b. Tahap kedua mengidentifikasi data. Setelah mengklasifikasikan

tuturan menurut jenis-jenis kata ulangnya, prosedur berikutnya peneliti mengidentifikasikan tuturan-tuturan Kukuh, menurut komponen-komponen dari masing-masing jenis kata ulang mencakup: kata ulang seluruh/utuh, kata ulang sebagian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

kata ulang salin suara. Komposis atau proses kata ulang dengan indikator seperti yang digariskan dalam 2.2.4.

c. Tahap ketiga adalah mendeskripsikan data. Setiap komponen dari ketiga aspek kata ulang, diamati penggunaannya dalam tuturan subjek. Tuturan mana yang mengandung kata ulang seluruhnya, kata ulang sebagian, dan kata ulang salin-suara. Bagan organisasi datanya dapat digambarkan sebagai berikut.

Skema 2

Organisasi Data Tuturan

Pengamatan yang dilakukan melalui proses yang panjang sebelum akhirnya menghasilkan sebuah hipotesis atau teori yang diharapkan.

Penekanan penelitian pemerolehan ini seperti yang tergambar dalam formula berikut ini:

D A T A

Kata Ulang

Kata Ulang Seluruh/Utuh

Kata Ulang Sebagian

Kata Ulang Salin-suara

Data Hipotesis D H2 . . . . Teori yang diharapkan


(53)

34

Formula tersebut diadaptasi dari model Kibrik yang dikutip Widharyanto (2000:115). Intinya adalah bahwa untuk menemukan teori pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua Kukuh yang diharapkan. Langkah-langkah penelitian yang ditempuh peneliti melalui suatu proses panjang yang berkesinambungan. Langkah-langkah itu adalah menganalisis data 1, diikuti dengan pembuatan abstraksi atau hipotesis 2, hipotesis dihadapkan pada data 3, dan dilanjutkan dengan revisi hipotesis 2 menjadi hipotesis 3, dan begitu seterusnya sampai data terakhir dan hipotesis itu tidak mengalami revisi lagi atau hingga data itu memberikan makna untuk ditarik kesimpulan akhir.

3.5.1 Kodifikasi Data (Coding)

Kode merupakan singkatan atau simbol yang diterapkan pada sekelompok kata dalam hal ini tuturan Kukuh yang terdapat dalam catatan-catatan lapangan maupun hasil rekaman. Maksudnya pemberian kode terhadap setiap tuturan dalam interaksi dengan Kukuh, sesuai dengan kategorinya. Sebagaimana dikatakan Miles & Huberman (1992), kode merupakan kategori-kategori yang dikembangkan dari permasalahan penelitian yang ditemukan selama berada di lapangan penelitian.

Dalam analisis ini, deskripsi pemeroleh kata ulang Kukuh akan diamati menurut aspek-aspek pemerolehannya, mengikuti kode-kode sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

Kode I : Pengulangan seluruh/utuh, pengulangan seluruh bentuk dasarnya.

Kode II : Pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.

Kode III : Pengulangan dengan perubahan fonem atau pengulangan salin suara.

Apabila disajikan data utuh, maka kode untuk data [I,(1)] dapat dibaca “data pemerolehan kata ulang seluruh/utuh dengan urutan tuturan pertama”.

3.5.2 Penggunaan Konteks dalam Tuturan Kukuh

Analisis tuturan anak tidak dapat dipisahkan dari konteks yang menyertainya. Kontekslah yang menumbuhkan bahasa anak. Analisis konteks membantu dalam usaha memaknai tuturan. Karena itu, setelah mendeskripsikan tuturan berdasarkan ketiga jenis kata ulang, penulis akan mendeskripsikan juga konteks pemunculan sebuah atau sekelompok tuturan subjek Kukuh.

Kartomiharjo (1992:13) mengelompokkan konteks ke dalam delapan jenis yang berpengaruh dalam penafsiran makna sebuah tuturan seseorang. Konteks tersebut adalah konteks situasional, konteks tempat dan waktu, konteks topik, saluran yang dipergunakan, kode, bentuk pesan berikut isinya, konteks nada pembicaraan.

Konteks tempat (setting) mencakup: ruang keluarga, kamar tidur, kamar mandi, dapur, halaman, sedang di perjalanan, di sekolah dan di


(55)

36

tempat permainan. Begitu pun menyangkut konteks speaking, di mana memunculkan topik-topik pembicaraan tertentu pada Kukuh. Di samping itu tuturan Kukuh juga dipengaruhi oleh adanya konteks situasi dan konteks waktu.

Dalam penelitian ini penulis hanya akan memilih menggunakan empat macam konteks yang mempengaruhi tuturan Kukuh yakni konteks topik, konteks waktu dan tempat serta konteks situasi sosialnya. Konteks topik menyangkut keseluruhan masalah yang dibicarakan atau pokok yang diceritakan dalam tuturan keseharian subjek Kukuh. Konteks waktu dan tempat mengacu pada kapan dan di mana pembicaraan atau cerita itu berlangsung. Konteks situasi menunjuk pada kondisi sosial sesaat yang meliputi subjek dan partisipan di dalamnya yang sifatnya situasional.

Pemilihan konteks ini didasarkan pada data tuturan subjek Kukuh. Dari data yang ada diketahui bahwa tuturan-tuturan Kukuh yang ternyata tidak terlalu melibatkan banyak konteks sebagaimana layaknya tuturan orang dewasa. Tuturan Kukuh seperti kebanyakan tuturan anak sebaya lainnya, kalimatnya pendek-pendek, topiknya diceritakan secara singkat-singkat dan cepat berganti atau berpindah ke topik berikutnya.

Pengamatan selama proses penelitian membuktikan bahwa satu konteks tertentu bisa memunculkan beberapa tuturan sekaligus, demikian juga sebaliknya sebuah tuturan yang mengandung kata ulang bisa dihasilkan dari beberapa konteks. Kombinasi antara keempat konteks ini dalam tuturan subjek Kukuh, sudah dapat membantu peneliti dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(56)

menginterpretasikan suatu wacana yang baik (Kartomiharjo, 1992:15). Apabila diskemakan, maka deskripsi pemerolehan kata ulang dalam tuturan Kukuh dapat diungkap dengan indikator sebagai berikut.

Skema 3

Indikator Data Tuturan Kukuh

Topik

Waktu

Tempat

Situasi

Di samping itu, pengembangan piranti wacana untuk anak pada umumnya berbentuk percakapan antara anak dan orang dewasa atau anak dengan anak lainnya. Percakapan seperti ini dapat berjalan lancar, menurut Dardjowidjojo (2000:47) didukung adanya tiga faktor.

Pertama, pendengarnya adalah orang dekat seperti ayah, ibu, pakde, bude, nenek, kakak adik, atau sepupu sebaya lainnya. Mereka mengenal anak dengan perilakunya sehingga dapat memahami apa yang dikatakannya.

Kedua, pendengar memberikan dukungan konversasional kepada anak. Tidak jarang dalam suatu percakapan, orang dewasa memberikan

K O N T E K S

Data Tuturan


(57)

38

dukungan yang berupa kalimat untuk memancing atau membimbing kelanjutan pembicaraan. Kalimat seperti Habis itu, ke mana Si Kancil pergi?, Lalu diapain singa jahat itu?, dan Terus?

Ketiga, hal yang dibicarakan umumnya berkaitan dengan hal sini dan kini (konsep here and now). Keberadaan dan kekonkretan benda serta rujukan pada peristiwa atau perbuatan yang sedang berlangsung memudahkan anak untuk berbicara. Sedangkan pada orang dewasa, “bantuan-bantuan” seperti ini boleh dikatakan tidak ada. Pembicara dewasa dapat secara independen meneruskan pembicaraan.

3.6 Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 330).

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton via

Moleong, 1987: 331). Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikaitkannya sepanjang waktu; (4) membandingkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(58)

keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan suatu isi dokumen yang berkaitan.

Jadi trianggulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadiaan dan hubungan dari berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan trianggulasi, peneliti dapat mengoreksi atau me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teknik.


(59)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada subbab ini peneliti mendeskripsikan temuan pemerolehan kata ulang tuturan Kukuh Arya Renanto, anak usia lima tahun. Data diambil ketika Kukuh berumur lima tahun. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan perekaman. Secara operasional urutan penyajiannya sebagai berikut: (1) deskripsi temuan penelitian kata-kata ulang, (2) analisis pemerolehan kata ulang, (3) analisis urutan pemerolehannya, dan (4) trianggulasi. Keseluruhan bab ini diakhiri dengan kesimpulan terhadap hasil penelitian. Data dan konteks tuturan selengkapnya terdapat dalam lampiran 1.

4.1 Deskripsi Temuan Penelitian Kata-kata Ulang

Pada sub bab ini peneliti mendeskripsikan temuan penelitian kata ulang Kukuh. Data diambil selama Kukuh berusia lima tahun. Pengambilan data berupa perekaman dan pencatatan saat Kukuh Arya Renanto berumur lima tahun dua bulan (5;2) sampai lima tahun empat bulan (5;4). Data tersebut diambil dalam konteks alamiah keseharian yang dialami subjek ketika sedang bermain, bersantai, belajar di rumah, bercerita ataupun saat-saat senggang waktunya. Pemanfaatan konteks dalam deskripsi ini dimaksudkan untuk membantu pemaknaan tuturan yang terdapat dalam tuturan Kukuh Arya Renanto.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

Deskripsi dari temuan penelitian tersebut akan disajikan dalam tabel 1 yang memuat ketiga jenis kata ulang perolehan Kukuh, sedangkan deskripsi tuturan beserta konteks masing-masing terdapat pada bagian lampiran sesuai rujukan kode dari setiap tabelnya.

Tabel 1

Kata Ulang yang Terdapat dalam Tuturan Kukuh

Jenis Kata Ulang Cuplikan Data Tuturan Rujukan Kode

Utuh/ Seluruh

[cepet-cepet, pelan-pelan, jalan-jalan, tiap-tiap, gambar-gambar, bangun-bangun, baris-baris, gede-gede, gelap-gelap, main-main, padam-padam,

panjang-panjang, berat-berat, banyak-banyak, sampai-sampai,

rusak-rusak, agar-agar, bagus-bagus, jauh-jauh, basah-basah, teman-teman, marah-marah, putih-putih, makan-makan, susah-susah, ngitung-ngitung, lupa-lupa, keren-keren, gede-gede, kotak-kotak, gatal-gatal, pelan-pelan, repot-repot, beres-beres, nyamuk-nyamuk, rapi-rapi, tunggu-tunggu, kapok-kapok, duduk-duduk, garis-garis, sore-sore, gelap-gelap, lilin-lilin, pegang-pegang,


(61)

42

goyang, lewat-lewat, berkat-berkat]

Sebagian

[unyek-unyekan, ngiming-ngimingi, hujan-hujanan, diinjak-injak, dimakan-makan, rebut-rebutan, nginjak-nginjaki, ditiup-tiupin, buku-bukunya,

berbagi-bagi, bersama-sama, berkumpul-kumpul, ditarik-tarik, diputar-putar,

menghitung-hitung]

II. 1-15

Salin Suara

[nyonya-nyanyi,

warna-warni, wira-wiri, kopat-kapit, kolang-kaling]

III. 1-6

4.1.1 Urutan Kata Ulang berdasarkan Frekuensi Pemunculannya.

Pada sub bagian ini peneliti akan mengurut-urutkan data temuan penelitian menurut kata ulang dalam tuturan subjek Kukuh berdasarkan frekuensi pemunculannya. Frekuensi ini mengacu pada tingkat keseringan munculnya kata ulang dalam tuturan Kukuh disertai aspek kebenaran, seperti yang disyaratkan dalam 3.5 Teknik Analisis Data. Lebih lanjut, penentuan urutan berdasarkan frekuensi pemunculan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat produktivitas pemerolehan kata ulang dalam produksi Kukuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

Kata ulang tersebut masih diperincikan lagi ke dalam jenis kata ulang, meliputi kata ulang seluruh/utuh, kata ulang sebagian, kata ulang salin suara.

Pengurutan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan jenis kata ulang mana dari ketiga jenis kata ulang tersebut yang paling tinggi frekuensi pemunculannya dalam tuturan Kukuh umur lima tahun. Frekuensi pemunculan tertinggi akan menunjukkan tingkat penguasaan kata ulang oleh subjek Kukuh.

Urutan pemunculan dari setiap aspek kata ulang di atas akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel, sedangkan untuk menentukan frekuensi pemunculan akan dinyatakan dalam persentase (%), seperti di bawah ini.

Tabel 2

Frekuensi Pemunculan Kata Ulang (%)

Frekuensi Pemunculan Kata Ulang Total Kata Ulang

Rujukan Kode Utuh/Seluruh Sebagian Salin Suara

70% 20% 10% 68

I 47, II 1-15, III 1-6

Untuk menentukan frekuensi pemunculan dari setiap jenis kata ulang di atas, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Frekuensi pemunculan kata ulang utuh/ seluruh diperoleh dari jumlah data data kata ulang utuh/seluruh dibagi jumlah data kata ulang seluruhnya dikalikan seratus persen (47 dibagi 68 dikalikan 100%), hasilnya 70%.


(63)

44

b. Frekuensi pemunculan kata ulang sebagian diperoleh dari jumlah data data kata ulang sebagian dibagi jumlah data kata ulang seluruhnya dikalikan seratus persen (15 dibagi 68 dikalikan 100%), hasilnya 20%. c. Frekuensi pemunculan kata ulang salin suara diperoleh dari jumlah

data data kata ulang salin suara dibagi jumlah data kata ulang seluruhnya dikalikan seratus persen (6 dibagi 68 dikalikan 100%), hasilnya 10%.

4.1.2 Urutan Pemerolehan Berdasarkan Waktu (UWP)

Pada subbab ini peneliti akan mengurutkan temuan data kata ulang Kukuh Arya Renanto umur lima tahun berdasarkan urutan waktu pemerolehan (UWP). Urutan waktu yang dimaksudkan dalam penulisan ini mengacu pada elemen atau satuan gramatikal mana yang diperoleh lebih awal mendahului yang lain dalam produksi Kukuh melalui tuturan-tuturannya. Berdasarkan urutan waktu ini pula, penulis mencermati pengaruhnya terhadap pemerolehan bentuk-bentuk yang kompleks dalam tuturan yang dihasilkan Kukuh. Urutan waktu ini sekaligus menggambarkan pelaksanaan penelitian yang sejalan dengan usia pemerolehan kata ulang di atas.

Data penelitian dikumpulkan selama tiga bulan yang dibagi dalam tiga tahap penelitian, tahap (1) tanggal 7-31 Maret 2012 pada saat Kukuh berumur lima tahun dua bulan (5;2), tahap (2) data diambil bulan April

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(64)

ketika Kukuh berumur lima tahun tiga bulan (5;3), tahap (3) berlangsung pada bulan Mei 2012 ketika Kukuh berumur lima tahun empat bulan (5;4).

Urutan waktu pemerolehan dari ketiga jenis kata ulang Kukuh selama tahap pengambilan data, dapat terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3

Urutan Waktu Pemerolehan (UWP) Kata Ulang

Tahap/Umur Kata Ulang

UWP I (5;2)

UWP II (5;3)

UWP III (5;4)

Total Kata Ulang

Utuh/Seluruh 19 18 10 47

Sebagian 3 5 7 15

Salin Suara 2 2 2 6

Total: 24 25 18 68

Dari tabel di atas diketahui bahwa urutan waktu pemerolehan (UWP) kata ulang Kukuh umur lima tahun, dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Urutan waktu pemerolehan (UWP) kata ulang utuh/ seluruh, tahap 1 ketika Kukuh berumur lima tahun dua bulan (5;2) diperoleh 19 tuturan, tahap 2 ketika Kukuh berumur lima tahun tiga bulan (5;3) diperoleh 18 tuturan, tahap 3 ketika Kukuh berumur lima tahun empat bulan (5;4) diperoleh 10 tuturan, dengan jumlah total tuturan kata ulang utuh/seluruh sebanyak 47 tuturan.

b. Urutan waktu pemerolehan (UWP) kata ulang sebagian, tahap 1 ketika Kukuh berumur lima tahun dua bulan (5;2) diperoleh 3 tuturan, tahap 2 ketika Kukuh berumur lima tahun tiga bulan (5;3) diperoleh 5 tuturan,


(65)

46

tahap 3 ketika Kukuh berumur lima tahun empat bulan (5;4) diperoleh 7 tuturan, dengan jumlah total tuturan kata ulang sebagian sebanyak 15 tuturan.

c. Urutan waktu pemerolehan (UWP) kata ulang salin suara, tahap 1 ketika Kukuh berumur lima tahun dua bulan (5;2) diperoleh 2 tuturan, tahap 2 ketika Kukuh berumur lima tahun tiga bulan (5;3) diperoleh 2 tuturan, tahap 3 ketika Kukuh berumur lima tahun empat bulan (5;4) diperoleh 2 tuturan, dengan jumlah total tuturan kata ulang salin suara sebanyak 6 tuturan.

Deskripsi angka dalam tabel di atas dapat memberikan gambaran UWP kata ulang pada setiap tahap sesuai tingkat usia biologis Kukuh. Dengan demikian diketahui bahwa UWP kata ulang utuh/seluruh 47 tuturan, sebagian 15 tuturan, dan salin suara 6 tuturan dengan total 68 tuturan.

4.2 Hasil Analisis Pemerolehan Kata Ulang

Dalam sub bab ini akan dianalisis pemerolehan kata ulang temuan selama tiga tahap pengambilan data. Data terhimpun sejumlah 68 tuturan diperinci menjadi, (i) kata ulang utuh/seluruh 47 tuturan terdapat pada kode I; (ii) kata ulang sebagian 15 tuturan kode II; (iii) kata ulang salin suara terhimpun 10 tuturan kode III. Berdasarkan temuan data, diketahui bahwa kata ulang utuh/seluruh mempunyai peluang tinggi diproduksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(66)

Kukuh daripada dua kata ulang lain. Hal ini terbukti dari perbedaaan jumlah ketiganya.

Temuan sejenis dibuktikan juga oleh Dardjowidjojo (2000:190) pada subjek Echa. Dikatakan, bentuk yang paling sering muncul adalah bentuk yang merupakan reduplikasi total. Peneliti ini menyertakan beberapa contoh tuturan Echa seperti lihat-lihat, tulis-tulis, bakar-bakar.

Pada Kukuh terlihat jelas produktivitas pemerolehan kata ulang ini. Dapat dipastikan bahwa setiap tahap pengambilan data, tercatat peningkatan jumlah tuturan yang mengandung kata ulang utuh/seluruh. Sejak usia 5;2 Kukuh kelihatan tidak sukar memunculkan bentuk kata ulang utuh, bila ia bermaksud memberi penekanan tertentu.

Kata ulang seluruh/utuh mudah ditemukan dalam bahasa Indonesia yang mempunyai bentuk-bentuk seperti buku-buku, hari-hari. Dalam pengamatan terhadap Kukuh pun terlihat pemakaian bentuk yang mengalami proses pengulangan secara konsisten. Berikut, data tuturan yang diambil tanggal 7 Maret 2012.

(1) KU: [Jare Bu Guru gosok gigi gak cepet-cepet Be] (Kukuh menjelaskan kepada Pakdenya).

Lalu muncul lagi bentuk perulangan penuh.

(2) [...pelan-pelan aja..] (menjelaskan bagaimana menggosok gigi) Pemakaian kata ulang berikut ini janggal kedengarannya. Kukuh sebenarnya membutuhkan suatu bentuk yang bermakna sering. Misalnya,


(67)

48

“setiap”. Namun, oleh Kukuh diciptakan kata ulang baru yakni “tiap-tiap” yang diambil tanggal 10 Maret 2012.

(3) KU: [gak boleh tiap-tiap hari] (maksudnya setiap hari)

Dua bulan kemudian fenomena di atas terulang (20 Mei 2012). Kukuh sebenarnya ingin mengatakan “terima berkat” namun oleh Kukuh diciptakan kata ulang baru yakni berkat-berkat.

(4) KU: [Nanti berkat-berkat Kukuh sendiri aja lho De..]

Bentuk pengulangan kadang dipergunakan Kukuh mengandung maksud meminta izin dari Budenya diambil tanggal 16 Maret 2012.

(5) KU: [..., nanti kalau udah gede-gede hujannya boleh De?] (maksudnya hujan deras)

Sebulan kemudian tanggal 24 April 2012 bentuk ini diulangi lagi namun kali ini dalam bentuk pertanyaan dan terlihat perbedaan maksudnya.

(6) KU: [...kalau udah gede sekolahnya pake tas gede-gede ya, Mba?] (maksudnya besar)

Dua tuturan di atas memperlihatkan bahwa Kukuh sungguh memahami makna kata yang diulang itu, dan bisa dipergunakan untuk berbagai kepentingan. Fenomena yang sama juga muncul dalam tuturan tanggal 17 Maret 2012.

(7) KU: [....Selak gelap-gelap lho..] (maksudnya malam hari) Dua bulan kemudian tanggal 11 Mei 2012 bentuk ini diulangi lagi namun kali ini terlihat perbedaannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(68)

(8) KU: [ wah...kalau gelap-gelap gini Kukuh gak bisa nggarap PR] (maksudnya gelap karena mati listrik)

Data tuturan tanggal 19 Maret 2012 bersama Budenya memperlihatkan pemakaian kata ulang dalam frekuensi yang cukup tinggi, Kukuh mempergunakan beberapa kata ulang untuk menceritakan kejadian menarik yang sudah dialaminya.

(9) KU: [De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota] BU: Iya to? Main apa?]

(10) KU: [Main padam-padam De..]

(11) KU: [aku di depan pegang selang panjang-panjang //] (12) KU: [berat-berat lho De..]

Ketika dalam perjalanan ke Sragen tanggal 25 Maret 2012, Kukuh bertanya pada Budenya:

(13) KU: [De, kok ora sampai-sampai to?]

Tuturan tanggal 1,2,9,10 April 2012 masih memperlihatkan fenomena yang sama, pemunculan bentuk kata ulang seluruh.

(14) KU: [gak boleh basah-basah nanti bolanya cepet rusak!] (15) KU: [De, tadi teman-teman aku banyak yang nangis lho..] (16) KU: [mengko nek marah-marah terus...]

(17) KU:[...rambutnya putih-putih..] (18) KU:[wah semua makan-makan]

Ketika menyaksikan festival layang-layang di pantai (tanggal 22 April 2012), tercetus tuturan sebagai berikut:


(69)

50

(19) KU: [..itu lho yang sebelah sana, keren-keren layangannya..] Pemakaian bentuk kata ulang utuh tersebut menunjukkan bahwa Kukuh sudah memahami makna kata “keren-keren”. Pemahamannya terbukti dari kemampuan Kukuh mendeskripsikan layang-layang yang ada di pantai tersebut dengan sebuah kata ulang yang tepat.

Bentuk kata ulang juga digunakan Kukuh untuk memberi ciri tertentu (26 April 2012).

(20) KU: [...besok hari Jumat ya// berarti Kukuh pake kotak-kotak] Pengulangan bentuk kotak-kotak di atas mau menunjukkan ciri seragam hari Jumat di sekolahnya.

Di samping itu, bentuk kata ulang juga sering kali dimanfaatkan Kukuh untuk mengungkapkan apa yang sedang dialaminya (27 April 2012).

(21) KU: [...aduh gatal-gatal semua...]

Kata ulang sebagian yang dituturkan oleh Kukuh sering menggunakan afiks prefiks {di-} pada bentuk diinjak-injak, dimakan-makan, ditiup-tiupin yang terekam pada tanggal 8,12,29 April 2012. Bentuk kata ulang sebagian yang terakhir ini tuturan Kukuh dirangkaikan dengan afiks gabungan {di-+-in} yang oleh orang dewasa tidak digunakan. Dari data rekaman dideskripsikan Kukuh mencoba memberi tahu kakaknya cara meniup pada luka.

(22) KU: [....gak boleh diinjak-injak Be?] (23) KU: [kok gak dimakan-makan to?...]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(70)

(24) KU: [ditiup-tiupin gini terus mba..]

Sebulan kemudian muncul lagi bentuk kata ulang sebagian seperti di atas yakni ditarik-tarik dan diputar-putar. Kedua tuturan tersebut oleh Kukuh dituturkan bernada imperatif.

(25) KU: [Ojo ditarik-tarik ntar putus!]

(26) KU: [...gini lho diputar-putar biar seneng hamsternya!]

Di samping itu muncul juga kata ulang yang dirangkaikan dengan afiks prefiks {ber-} pada bentuk berbagi-bagi, bersama-sama, berkumpul-kumpul yang tercatat pada tanggal 5, 6 Mei 2012.

(27) KU: [...harus berbagi-bagi sama temen..] (28) KU: [Ho’o gitu Bi bersama-sama mainnya] (29) KU: [Semua berkumpul-kumpul di rumah Kukuh]

Kata ulang salin suara masih terbatas pada bentuk nyonya-nyanyi, warna-warni, wira-wiri, kopat-kapit, dan kolang-kaling, yang masing-masing tercatat pada tanggal 8&28 Maret, 13&26April, 12&14 Mei 2012. Untuk bentuk nyonya-nyanyi, wira-wiri dan kopat-kapit Kukuh masih dipengaruhi bahasa Jawa.

(30) KU: [De King, nyonya-nyanyi aja..] (Kukuh protes karena Budenya terus bernyanyi sepanjang perjalanan.

Tuturan kata ulang salin suara yang muncul dua kali yakni warna warni pada 28 Maret dan 13 April 2012.

(31) KU: [...bintangnya boleh warna-warni?// ooo, jadi bisa warna-warni mba?]


(71)

52

Tuturan tersebut bermaksud menyampaikan pertanyaan kepada kakaknya tentang gambar yang sedang dia buat menggunakan pewarna [..bintangnya boleh warna-warni?]. Di samping itu pemanfaatan bentuk yang sama digunakan Kukuh untuk menebak maksud kakaknya [ooo, jadi bisa warna-warni mba?].

4.3 Hasil Analisis Urutan Pemerolehan Kata Ulang

Urutan pemerolehan kata ulang Kukuh dianalisis berdasarkan dua kriteria utama: (a) frekuensi pemunculan, (b) urutan waktu pemerolehan (UWP).

Berdasarkan frekuensi pemunculan dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis kata ulang yakni kata ulang utuh/seluruh, kata ulang sebagian dan kata ulang salin suara. Dari ketiga jenis kata ulang di atas, kata ulang utuh/seluruh merupakan jenis kata ulang dengan frekuensi pemunculan tertinggi, yakni 47 tuturan (70%), kemudian disusul kata ulang sebagian 15 tuturan (20%) dan terakhir kata ulang salin suara 6 tuturan (10%).

Berdasarkan urutan waktu pemerolehan (UWP), diketahui bahwa dari ketiga jenis kata ulang yang dituturkan Kukuh, pemerolehan pertama adalah kata ulang utuh/seluruh, lalu kata ulang sebagian dan yanng terakhir kata ulang salin suara. Dapat diketahui bahwa kata ulang utuh/seluruh paling tinggi baik berdasarkan frekuensi maupun urutan waktu pemerolehan (UWP).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(72)

Pemunculan kata ulang utuh/seluruh termasuk paling produktif daripada dua kata ulang yang lain. Hampir setiap tahap pengambilan data ditemukan kata ulang ini dan ada peningkatan secara frekuentatif. Ada banyak stimulus di sekitarnya yang memungkinkan Kukuh memunculkan bentuk ini. Kesibukan kecil memberi tahu kakaknya cara meniup pada luka dapat memunculkan bentuk kata ulang ditiup-tiupin: “Ditiup-tiupin

gini terus gini mba.” (II.8).

Kesimpulan ini juga dikemukakan Dardjowidjojo berdasarkan temuannya pada Echa. Bentuk yang paling sering muncul adalah bentuk yang merupakan reduplikasi total (2000:190-191). Dardjowidjojo juga menyertakan tuturan Echa tersebut: pojok-pojok, mutar-mutar, main-main, liat-liat, tulis-tulis.

Di samping itu muncul juga kata ulang sebagian seperti berbagi-bagi, bersama-sama, berkumpul-kumpul, diinjak-injak, dimakan-makan, ditiup-tiupin, ditarik-tarik, dan dipegang-pegang. Dituturkan ketika sedang atau sudah melakukan apa yang termuat dalam makna bentuk tersebut.

Misalnya, Kukuh berceloteh bentuk diputar-putar sambil memperagakan mainan hamster peliharaannya yang diputar-putar. “Bukan gitu mba, gini lho diputar-putar bias seneng hamsternya”.

Penggunaan kata ulang salin suara khususnya bentuk warna-warni diperoleh 2 tuturan dengan makna yang berubah-ubah. Bentuk warna-warni yang pertama mengungkapkan pertanyaan tentang warna-warna


(1)

82  Kode

Data Data Kata Ulang

Jenis Kata Ulang

Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan

afiks

Salin Suara II.(4) Nek dikasih semen gak boleh

diinjak-injak Be?

Diinjak-injak √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar injak, bentuk dasar injak tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk di-.

II.(5) Kok gak dimakan-makan to? Kamu dah kenyang ya?

Dimakan-makan √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar makan, bentuk dasar makan tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk di-.

II.(6) Ora rebut-rebutan mengko sobek layangane..

Rebut-rebutan √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar rebut, bentuk dasar rebut tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk akhiran –an.

II.(7) Tadi Regan nginjak-nginjaki

topi Diana lho..

Nginjak-nginjaki √ Kata ulang tersebut

mendapat interferensi bahasa Jawa.

II.(8) Ditiup-tiupin gini terus mba// ntar gak sakit lagi..

Ditiup-tiupin √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar tiup, bentuk dasar tiup tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk di-.


(2)

83  Kode

Data Data Kata Ulang Seluruh Sebagian Pembubuhan Keterangan afiks

Salin Suara II.(9) Buku-bukunya Kukuh udah

banyak ya mba..

Buku-bukunya √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar buku, bentuk dasar buku tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk -nya.

II.(10) Wee.. ora entuk Bi, harus

berbagi-bagi sama teman..

Berbagi-bagi √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar bagi, bentuk dasar bagi tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk ber-.

II.(11) Hoo gitu Bi bersama-sama mainnya..

Bersama-sama √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar sama, bentuk dasar sama tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk ber-.

II.(12) Semua berkumpul-kumpul di rumah Kukuh.

Berkumpul-kumpul

√ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar kumpul, bentuk dasar kumpul tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk ber-.


(3)

84  Kode

Data Data Kata Ulang

Jenis Kata Ulang

Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan

afiks

Salin Suara

II.(13) Ojo ditarik-tarik ntar putus.. Ditarik-tarik √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar tarik, bentuk dasar tarik tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk di-.

II.(14) Bukan gitu mba, gini lho

diputar-putar biar seneng hamsternya..

Diputar-putar √ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar putar, bentuk dasar putar tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk di-.

II.(15) Gak mau mba, Kukuh capek

menghitung-hitung terus..

Menghitung-hitung

√ Pengulangan sebagian dari

bentuk dasar hitung, bentuk dasar hitung tidak diulang

seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk men-.

III.(2) Mba, bintangnya boleh

warna-warni? Warna-warni

√ Pengulangan warna-warni dibentuk dari bentuk dasar

warna yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem /i/

III.(4) Wah, mba Ria ki wira-wiri terus ki...

Wira-wiri √ Pengulangan wira-wiri

dibentuk dari bentuk dasar wiri yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem /a/


(4)

85  PEMEROLEHAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA PADA KASUS KUKUH ARYA RENANTO ANAK

(Peneliti Ekaristi Margarita)

™ Nama Trianggulator : Irsasri, S.Pd., M.Pd.

™ Hasil Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian

1. Dalam teori pemerolehan bahasa, aspek umur seseorang merupakan

salah satu unsur yang mempengaruhi keberhasilan berbahasa.

2. Kasus Kukuh Arya Renanto dapat menjadi salah satu indikator

pembuktian teori pemerolehan bahasa dalam penelitian ini.

3. Data yang didapat peneliti sudah dicatat dan ditranskrip sesuai dengan

kaidah.

4. Data tuturan sudah dikelompokkan dalam bentuk-bentuk kalimat.

5. Ditemukan unsur lain yang dapat mendukung keabsahan data dalam

penelitian yaitu interferensi gramatikal.

6. Kasus Kukuh Arya Renanto masih ada kekurangan data yang empiris

yaitu sejauh mana pengaruh bahasa pertama pada orang tua.

7. Perlu dijelaskan kondisi sehari-hari bahasa orang tua yang dapat

diterima baik secara sadar maupun tidak sadar oleh anak (Kukuh Arya Renanto).

8. Pada data tuturan kata ulang sebagian dan tuturan kata ulang salin

suara sangat kental interferensi bahasa pertama orang tuanya atau pola struktur dari bahasa Jawa.

9. Perlu dicantumkan pula bagaimana proses pembentukan kata-kata

tersebut oleh “si anak”, pada tabel hendaknya dilengkapi pula dengan tanggapan atau pengamatan peneliti jadi tidak hanya konteks tuturan dan data tuturannya (kalau memungkinkan).


(5)

(6)

BIODATA

Ekaristi Margarita lahir di Jakarta Utara, 25 Juni 1987. Anak pertama dari pasangan Bapak Yohanes Supangat dan Ibu Theresia Kirminah. Ia tinggal di Pujokusuman MG I/476, Keparakan, Mergangsan, Yogyakarta. Tahun 1994 mengawali studi di bangku TK Pujokusuman, Yogyakarta. Tahun 1996-2001 duduk di bangku SD Kanisius Kintelan. Studi dilanjutkan tahun 2001-2003 di bangku SLTP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta. Tahun 2003-2005 melanjutkan studi di SMA Santa Maria Marsudirini Yogyakarta. Karya tulis yang dihasilkan

semasa SMA berjudul “Upaya Masyarakat Tenganan Mempertahankan Budaya

Asli”. Setelah menamatkan studi di sekolah menengah kemudian tahun 2006 melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Untuk mendapatkan gelar sarjana

pendidikan ia menempuh skripsi dengan judul “Pemerolehan Kata Ulang sebagai