Pola pikir siswa dalam menyelesaikan persoalan Hukum Newton berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya

(1)

KOGNITIFNYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

OLEH:

MARCELLINE RITA YUNIANTI NIM: 121424018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

KOGNITIFNYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

OLEH:

MARCELLINE RITA YUNIANTI NIM: 121424018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah didalam Tuhan” (Kolose 3: 20)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Alm. Ibu Yoseffa Lamiyah, ibuku tercinta yang selalu menjadi semangatku.

2. Bpk. Matheus Pardiyanto dan Ibu Andriana Bartini kedua orang tuaku tercinta yang memberikan segalanya untukku.

3. Kakak-kakakku Chatarina Purwanti, Fransisca Sri Dwi Astuti, Thomas Ari Yudiyanto dan Aluisius Ari Setyanto serta adikku Caecilia Rahayu Noviawati yang selalu mendukung dalam bentuk apapun.

4. Keluarga besar mbah Pawiro dan mbah Muryadi 5. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2012


(6)

(7)

(8)

vii ABSTRAK

POLA PIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN HUKUM NEWTON BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAYA

KOGNITIFNYA Marcelline Rita Yunianti Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton; (2) perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton; (3) perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.

Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 di SMA Marsudirini Muntilan dengan sampel 20 orang siswa kelas X. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner gaya belajar dan gaya kognitif, soal mengenai Hukum Newton dan wawancara siswa. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan hasil penyelesaian soal oleh setiap siswa yang dikelompokkan berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) terdapat Terdapat enam pola pikir siswa dalam penyelesaian soal berkaitan dengan hukum Newton yaitu pola FD-Visual, FD-Kinestetik, FD-Auditif, FI-Visual, FD dan Visual; (2) terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton dan tipe auditif miliki kemampuan yang paling baik dibandingkan tipe yang lain; (3) terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe Field Dependent dapat menyelesaikan persoalan lebih baik daripada tipe Field Independent.


(9)

viii

ABSTRACT

STUDENT’S PATTERN OF THINGKING IN RESOLVING NEWTON’S

LAW ISSUES BASED LEARNING STYLES AND COGNITIVE STYLE Marcelline Rita Yunianti

Universitas Sanata Dharma 2017

This research intended to describe: (1) the mindset of students in solving problems concerning Newton's laws; (2) the difference in the mindset of students who have different learning styles in solving problems concerning Newton's laws; and (3)the difference in the mindset of students who have different cognitive styles in solving problems concerning Newton's laws.

This research design is descriptive qualitative. The study was conducted in November, 2016 in SMA Marsudirini Muntilan with a sample of 20 students of class X. The research instruments used were a questionnaire learning styles, cognitive styles, questions about Newton's Laws, and interview students. Analyses were performed by describing the results of problem solving by each student are grouped based on learning styles and cognitive styles.

The results show that: (1) there are six mindset of students in problem solving related to Newton's law of the pattern of Visual, Kinesthetic, FD-auditory, FI-Visual, FD and Visual; (2) there is a difference in the mindset of students who have different learning styles in solving problems concerning Newton's law and have the type of auditory abilities better than most other types; and (3) there is a difference in the mindset of students who have different cognitive styles in solving problems concerning Newton's laws. The Field Dependent type can solve the problem better than the Field Independent types.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti hunjukkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

POLA PIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN HUKUM NEWTON BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAJA KOGNITIFNYA.

Peneliti menyadari bahwa selama menjalankan keseluruhan kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih peneliti persembahkan secara khusus kepada:

1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing yang memberikan banyak masukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

2. Bapak Drs. Severinus Domi, M. Si., yang berkenan menjadi validator atas instrumen dalam penelitian ini

3. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M. Si., selaku dosn pembimbing akademik yang memberikan motivasi dan membimbing selama masa study.

4. Segenap Dosen Pendidikan Fisika yang berkenan memberikan pengajaran yang sangat bermanfaat selama masa study.

5. Dra. Sr. M. Rosalia, OSF., selaku Kepala Sekolah SMA Marsudiri yang berkenan memberikan ijin penelitian di sekolah tersebut.

6. Ibu Priskilla Mawarti, S. Pd., selaku guru mata pelajaran Fisika yang berkenan membimbing dan memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas beliau.

7. Orang tua peneliti, ibu Alm. Yoseffa Lamiyah, bapak Matheus Pardiyanto dan ibu Andriana Bartini yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan study dengan lancar.


(11)

x

8. Segenap staf Sekretariat JPMIPA yang membantu peneliti dalam membuat surat ijin dan urusan administrasi lainnya selama masa study.

9. Siswa-siswa kelas XA SMA Marsudirini Muntilan yang membantu peneliti sebagai subyek penelitian.

10.Sahabat dan teman-teman yang membantu selama proses penyusunan skripsi ini, Francisca Mei Retnowati, Momo, Helena, Maria Anggun, Delvi, Hanna.

11.Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Fisika 2012 Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan masukan-masukan dan semangat bagi peneliti.

12.Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, peneliti sangat mengharapkan kritik da saran yang membangun bagi peneliti agar dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 23 Februari 2017 Penulis


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4


(13)

xii BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pola Pikir ... 6

B. Gaya Belajar ... 7

C. Gaya Kognitif ... 14

D. Pemecahan Masalah ... 17

E. Hukum Newton ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 20

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

C. Subyek Penelitian ... 20

D. Instrumen Penelitian... 21

E. Pengumpulan Data ... 23

F. Metode Analisis Data ... 23

BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 27

B. Data dan Hasil Penelitian ... 28

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 45

D. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V. KESIMPULAN DANN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kombinasi Gaya Belajar Siswa... 14

Tabel 2.2. Perbedaan Karakteristik Individu FD dan FI ... 17

Tabel 3.1. Kisi-kisi kuisioner gaya belajar siswa ... 21

Tabel 3.2. kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa ... 22

Tabel 3.3. Kisi-kisi soal mengenai hukum Newton ... 23

Tabel 3.4. Probabilitas Pola Pikir yang Ditemukan ... 26

Tabel 4.1. Distribusi Gaya Belajar Siswa Kelas XA ... 28

Tabel 4.2. Distribusi Gaya Kognitif Siswa Kelas XA ... 28

Tabel 4.3. Hasil Penyelesaian Soal Siswa Beserta Gaya Belajar dan Gaya Kognitifnya ... 45

Tabel 4.4. Pola Pikir Siswa Berdasarkan Kombinasi Gaya Belajar dan Gaya Kognitifnya ... 50


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian ... 61

Lampiran 2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 62

Lampiran 3. Pengantar Validasi Instrumen ... 63

Lampiran 4. Validasi Kuisioner Gaya Belajar ... 65

Lampiran 5. Validasi Kuisioner Gaya Kognitif ... 68

Lampiran 6. Validasi Soal Hukum Newton ... 70

Lampiran 7. Daftar Hadir Siswa ... ... 71

Lampiran 8. Analisis Data Kuisioner Gaya Belajar Siswa ... 72

Lampiran 9. Analisis Data Kuisioner Gaya Kognitif Siswa ... 73

Lampiran 10. Contoh Hasil Kuisioner Gaya Belajar ... 74

Lampiran 11. Contoh Hasil Kuisioner Gaya Kognitif ... 75

Lampiran 12. Contoh Hasil Penyelesaian Soal Siswa ... 77


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hingga kini mata pelajaran Fisika masih menjadi momok bagi siswa. Menurut Mundilarto (Ant: 2005), perolehan nilai rata-rata untuk pelajaran Fisika masih rendah mengidentifikasikan proses pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wiyanto et al (2006), aktivitas yang paling dominan bagi guru di dalam pembelajaran adalah berceramah atau menjelaskan, sedangkan bagi siswa adalah mendengarkan dan mencatat. Guru lebih memperhatikan penyelesaian materi daripada pencapaian kompetensi siswa.

Kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan Fisika tergantung dari pola pikirnya (kerangka berpikir). Pola pikirlah yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu (Khuzaeva, 2014). Pola pikir yang menggerakkan, mendorong atau yang menjadi landasan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Oleh sebab itu, untuk merubah tindakan seseorang maka terlebih dahulu harus mengubah pola pikirnya.

Pola pikir setiap siswa pastilah berbeda-beda. Dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan, guru perlu mengetahui bagaimana pola pikir siswa tersebut. Pola pikir siswa yang dapat


(17)

memecahkan persoalan dengan baik dapat diterapkan kepada siswa dengan kemampuan yang lebih rendah.

Menurut Kartikasari (2015) pola pikir seseorang dipengaruhi oleh gaya kognitif dan gaya belajar siswa. Gaya kognitif merupakan cara individu mempersepsi dan menyusun maklumat mengenai persekitarannya. Namun seseorang dengan gaya kognitif sama belum tentu memiliki kemampuan berpikir yang sama. Sedangkan cara terbaik seseorang untuk memperoleh informasi disebut gaya belajar. Gaya belajar ini tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang.

Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pola pikir siswa SMA dalam menyelesaikan suatu persoalan tentang Hukum Newton. Persoalan tentang hukum Newton dipilih karena diperlukan kemampuan analisis yang tepat dan kompleks untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Diharapkan dengan diketahuinya pola pikir siswa, guru dapat mempengaruhi pola pikir siswa agar dapat menyelesaikan persoalan yang diberikan.

Untuk mempermudah menganalisis pola pikir siswa, siswa perlu dikategorikan dalam kelompok tertentu terlebih dahulu. Dalam penelitian ini siswa dikategorikan dalam gaya belajar yang sama dan gaya kognitif yang sama. Dengan penelitian ini juga dapat diketahui apakah gaya belajar maupun gaya kognitif dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Jika diketahui bahwa gaya belajar maupun gaya kognitif siswa berpengaruh


(18)

pada pola pikirnya, maka guru melakukan variasi metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kedua aspek tersebut.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diteliti berdasarkan latar belakang di atas adalah: 1. Bagaimana pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai

hukum Newton?

2. Apakah siswa dengan gaya belajar yang berbeda memiliki pola pikir yang berbeda pula dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton?

3. Apakah siswa dengan gaya kognitif yang berbeda memiliki pola pikir yang berbeda pula dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton?

C. Batasan Masalah

Penentuan pola pikir dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya saja dan tidak melihat faktor lain yang mempengaruhi pola pikir siswa selama proses penelitian. Baik itu faktor internal maupun faktor eksternal kecuali yang berkaitan dengan gaya belajar dan gaya kognitif siswa.


(19)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah di atas adalah:

1. Mengetahui pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.

2. Mengetahui perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. 3. Mengetahui perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif

berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi Siswa

Setelah mengetahui bagaimana pola pikirnya, diharapkan siswa mampu mengkoreksi diri untuk memperbaiki pola pikirnya agar hasil belajar dapat meningkat. Siswa dengan hasil belajar kurang baik dapat mencontoh pola pikir siswa lain yang hasil belajarnya baik.

2. Bagi Pendidik

Dengan mengetahui pola pikir siswa, diharapkan pendidik dapat mengunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk membantu memperbaiki pola pikir siswa yang hasil belajarnya kurang baik.


(20)

F. Batasan Istilah 1. Pola Pikir

Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk bertindak.

2. Gaya Belajar

Gaya belajar ialah kebiasaan belajar siswa dengan tujuan untuk mempermudah proses belajar guna mencapai prestasi belajar.

3. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual ialah suatu cara belajar yang dipengaruhi oleh kemampuan melihat (menyaksikan langsung / visual).

4. Gaya Belajar Auditif

Gaya belajar auditif ialah suatu gaya belajar yang menekankan kemampuan mendengar informasi pelajaran yang disampaikan secara lisan.

5. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik ialah cara belajar yang disertai dengan upaya menggerakkan organ tubuh.

6. Gaya Kognitif

Gaya kognitif merupakan cara individu mengolah informasi yang akan mempengaruhi tindakan kognitifnya.


(21)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pola Pikir

Berpikir didefinisikan sebagai proses menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi yang melibatkan interaksi secara komplek antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Solso, dalam Susanto, 2008). Proses berpikir meliputi tiga komponen pokok, yaitu: (1) berpikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi di dalam mental atau pikiran seseorang, tidak tampak, tidak dapat disimpulkan berdasarkan perilaku yang tampak, (2) berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif. Pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan digabungkan dengan informasi sekarang sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang dihadapi, dan (3) aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah.

Kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh pola pikirnya. Menurut Bloom (dalam Kartikasari, 2015) pola pikir merupakan inti dari pikiran manusia dimana fungsi otak sebagai pembuat keputusan tentang diterima atau tidaknya suatu masukan. Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk bertindak. Pola pikir


(22)

seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya gaya belajar dan gaya kognitifnya.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diartikan bahwa pola pikir ialah cara berpikir seseorang dalam memproses informasi. Pola pikir ini yang kemudian mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menyelesaikan suatu persoalan.

B. Gaya Belajar

1. Pengertian Gaya Belajar

Dariyo (2013: 124) menjelaskan bahwa gaya belajar ialah suatu cara individu untuk mempelajari dan menguasai suatu materi pelajaran guna mencapai prestasi belajar. Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, khas dan tidak bisa disamaratakan dengan yang lainnya.

Menurut Gunawan (2003:139), gaya belajar merupakan cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Nasution (dalam Pamela, 2012: 11) menjelaskan bahwa gaya belajar merupakan cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar ialah kebiasaan belajar siswa dengan tujuan untuk mempermudah proses belajar guna mencapai prestasi belajar.


(23)

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Upaya untuk mengenali dan mengkategorikan cara belajar yang dilakukan para ahli dirangkum oleh Gunawan (2003:139-140) kedalam tujuh pendekatan, yaitu sebagai berikut:

a. Pendekatan yang dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey & Mumford, Gregorc, Butler dan McCarthy. Pendekatan ini berdasarkan pada pemrosesan informasi, yaitu menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memroses informasi yang baru.

b. Pendekatan yang dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lowrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis, Grey-Wheelright, Holland, dan Geering. Pendekatan ini berdasarkan pada kepribadian yang menentukan tipe karakter yang berbeda. c. Pendekatan yang dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan

Messick. Pendekatan ini berdasar pada modalitas sensori yang menunjukkan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. d. Pendekatan yang dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.

Pendekatan ini berdasar pada lingkungan dengan menentukan respon berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.

e. Pendekatan yang dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, Merril. Pendekatan ini berdasarkan


(24)

interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain.

f. Pendekatan yang dikembangkan oleh Gardner dan Handy. Pendekatan ini berdasarkan pada kecerdasan untuk menentukan bakat yang berbeda.

g. Pendekatan yang dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, Hermann. Pendekatan ini berdaasarkan pada wilayah otak untuk menentukan dominasi relatif dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.

Dari berbagai pendekatan di atas, yang kini sering digunakan ada tiga, yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori yaitu visual, auditori dan kinestetik (VAK). Dari hasil survey diketahui bahwa terdapat 29% orang visual, 34% auditori dan 37% kinestetik.

b. Profil kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner yang menkategorikan delapan kecerdasan manusia yaitu: linguistik, logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, spasial, dan kinestetik.

c. Preferensi kognitif yang dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc membagi kemampuan mental menjadi empat kategori yaitu: Konkret-Sekuensial, Abstrak- Sekuensial, Konkret-Acak dan Abstrak-Acak.


(25)

Dalam penelitian ini secara khusus akan digunakan pendekatan berdasarkan preferensi sensori (VAK) yang sudah sering digunakan. Berikut macam-macam gaya belajar berdasarkan preferensi sensori (VAK):

a. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual ialah suatu cara belajar yang dipengaruhi oleh kemampuan melihat (menyaksikan langsung) dengan mata sendiri terhadap informasi yang dipelajarinya (Dariyo, 2013). Tipe pembelajar visual akan mudah merekam informasi pelajaran setelah (selama) proses mengamati, melihat atau membaca materi pelajaran tersebut.

Ciri-ciri individu yang mempunyai gaya belajar visual adalah sebagai berikut (Suyono & Hariyanto : 2011):

 Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar

 Mudah mengingat dengan asosiasi visual

 Lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan

 Pembaca yang cepat dan tekun, memiliki hobby membaca  Biasa berbicara dengan cepat, karena tidak merasa perlu

mendengarkan esensi pembicaraannya

 Kesulitan untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika dituliskan, dan sering meminta bantuan orang lain untuk mengulangi instruksi verbal tersebut


(26)

 Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain  Pengeja yang baik, kata demi kata

 Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya atau tidak, sudah atau belum

 Mempunyai kebiasaan rapi dan teratur karena itu yang akan dilihat orang

 Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi

 Memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik

 Teliti terhadap rincian hal-hal kecil yang harus dilakukan  Biasanya tidak terganggu oleh suara ribut

 Lebih menyukai seni visual daripada seni musik. b. Gaya Belajar Auditif

Gaya belajar auditif ialah suatu gaya belajar yang menekankan kemampuan mendengar informasi pelajaran yang disampaikan secara lisan (Dariyo, 2013). Kemampuan daya ingat pada individu yang auditif akan lebih efektif jika ia mendengarkan informasi pengetahuan tersebut secara langsung atau tidak langsung. Mendengar langsung artinya individu mendapatkan stimulus suara yang didengar pada saat itu. Sedangkan mendengar tidak langsung, bila individu mendengar stimulus suara dari rekaman tape recorder.


(27)

Berikut ciri-ciri individu dengan gaya belajar auditif (Suyono & Hariyanto: 2011):

 Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat

 Berbicara kepada diri sendiri saat belajar dan bekerja  Senang membaca dengan keras dan mendengarkannya  Berbicara dengan irama terpola

 Biasa jadi pembicara yang fasih

 Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat membaca

 Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar

 Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

 Merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam berbicara

 Mudah terganggu oeh keributan (sulit berkonsentrasi)  Lebh suka gurauan lisan daripada komik

 Lebih menyukai seni musik daripada seni lukis, atau seni tiga dimensi.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik ialah cara belajar yang disertai dengan upaya menggerakkan organ tubuh, terutama dengan mencatat


(28)

informasi pelajaran yang sedang dipelajarinya agar ia mampu mengingat (menguasai) mata pelajaran tersebut dengan baik (Dariyo, 2013). Daya ingatnya akan terbantu dengan mencatat langsung apa saja yang perlu dipelajari.

Berikut ciri-ciri individu dengan gaya belajar kinestetik (Suyono & Hariyanto: 2011):

 Selalu berorienasi pada fisik dan banyakk gerak  Banyak menggunakan isyarat tubuh

 Menggunakan jari sebagai penunjuk saat membaca  Menghafal dengan cara berjalan dan melihat  Menanggapi perhatian fisik

 Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama  Menyentuh orang lain untuk mendapat perhatian  Ingin melakukan segala sesuatu

 Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain  Berbicara dengan perlahan

 Suka belajar memanipulasi (mengembangkan data atau fakta) dan praktik

 Tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah datang ke tempat tersebut

 Kemungkinan memiliki tulisan yang jelek  Menyukai permainan yang membuat sibuk


(29)

 Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai manifestasi penghayatan terhadap apa yang dibaca.

Seseorang bisa jadi memiliki lebih dari satu gaya belajar. Gabungan gaya belajar tersebut terdiri dari dua atau ketiga gaya belajar sekaligus. Seperti dikemukakan oleh Porter dan Hernacki dalam Suyono dan Haryanto (2011: 149-150), penelitian lebih lanjut dari Dana Markova dikenal kombinasi gaya belajar seperti pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kombinasi Gaya Belajar Siswa

Gaya Belajar A V K

A - VAK KAV

V AVK - KVA

K AKV VKA -

Oleh sebab itu seseorang bisa memadukan ketiga gaya belajar dengan salah satu gaya belajar yang dominan seperti pada tabel di atas.

C. Gaya Kognitif

Menurut Basey (2009, dalam Ngilawijan, 2013), gaya kognitif merupakan proses kontrol atau gaya yang merupakan manajemen diri, sebagai perantara secara situasional untuk menentukan aktivitas sadar sehingga digunakan seorang pebelajar untuk mengorganisasi dan


(30)

mengatur, menerima dan menyebarkan informasi dan akhirnya menentukan perilaku dari pebelajar tersebut. Menurut Tiffani (2015), gaya kognitif merupakan tindakan menerima, menganalisis, dan merespon suatu tindakan kognitif.

Dapat simpulkan bahwa gaya kognitif merupakan cara individu mengolah informasi yang akan mempengaruhi tindakan kognitifnya.

Gaya Kognitif merujuk pada cara seseorang memproses, menyimpan maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya (Susanto, 2008). Gaya kognitif cenderung stabil sepanjang waktu. Oleh sebab itu, guru perlu mengetahui gaya kognitif siswa untuk merancang pembelajaran yang sesuai.

Menurut Rahman dalam (Rahmatina et al, 2014), para pakar pendidikan mengklasifikasikan gaya kognitif berdasarkan tiga kategori, yaitu: (1) perbedaaan gaya kognitif secara psikologis, meliputi: gaya kognitif field dependent dan field independent, (2) perbedaan gaya kognitif secara konseptual tempo, meliputi: gaya kognitif impulsif dan gaya kognitif refleksif, (3) perbedaan gaya kognitif berdasarkan cara cara berpikir, meliputi: gaya kognitif intuitif-induktif dan logik deduktif.

Witkin dan Goodenough (Danili & Reid, dalam Ngilawajan, 2013) mendefinisikan karakteristik utama dari gaya kognitif Field Independent- Dependent adalah sebagai berikut:


(31)

Individu dengan gaya kognitif ini adalah individu yang dengan mudah dapat ‘bebas’ dari persepsi yang terorganisir dan segera dapat memisahkan suatu bagian dari kesatuannya. Seseorang menanggapi suatu tugas cenderung berpatokan pada isyarat dari dalam diri mereka sendiri. Mereka yang memiliki gaya kognitif ini lebih bersifat analitis, dan dapat memilah stimulus berdasarkan situasi, sehingga persepsinya hanya sebagian kecil terpengaruh ketika ada perubahan situasi.

2. Gaya Kognitif Field Dependent

Individu dengan gaya kognitif ini kurang atau tidak bisa memisahkan sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan cenderung segera menerima bagian atau konteks yang dominan. Mereka akan mengalami kesulitan dalam membedakan stimulus melalui situasi yang dimiliki sehingga persepsinya mudah dipengaruhi oleh manipulasi dari situasi sekelilingnya.

Berikut perbedaan karakteristik antara gaya kognitif Field Dependent dan Field Independent menurut Rofiq (dalam Rifqiyana : 2015):

Tabel 2.2. perbedaan karakteristik individu FD dan FI

No Field Dependent Field Independent

1 Berorientasi sosial Berorientasi personal

2 Mengutamakan motivasi eksternal Mengutamakan motivasi internal 3 Lebih terpengaruh oleh penguatan

eksternal

Lebih terpengaruh oleh penguatan internal


(32)

4 Memandang obyek secara global dan menyatu dengan lingkungan sekitar

Memandang obyek terdiri dari bagian-bagian diskrit dan terpisah dari lingkungan 5 Berpikir secara global Berpiki secara analitis 6 Cenderung memilih profesi yang

mengutamakan keterampilan sosial dan humaniora

Cenderung memilih profesi yang mengutamakan kemampuan untuk menganalisis

Dalam proses berpikir, informasi yang diterima sesuai gaya kognitif setiap individu. Sedangkan keputusan mengenai diterima atau tidaknya informasi tersebut ditentukan oleh pola pikir seseorang. Gaya belajar berperan penting dalam proses perolehan informasi. Yaitu cara ternyaman seseorang untuk memperoleh informasi.

D. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan penggunaan keseluruhan proses berpikir yang meliputi mengingat, membentuk konsep-konsep melalui deduktif maupun induktif, sehingga individu menemukan suatu pengetahuan (Khairani, 2013). Selain itu dalam pemecahan masalah juga terdapat tingkah laku trial end error (suatu perbuatan coba-coba).

Terdapat dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan, yakni: (1) Strategi menyeluruh, dimana persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruhan itu, dan (2)


(33)

strategi detailistis yang memandang persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba pecahkan bagian-bagian demi bagian-bagian.

Dalam pemecahan masalah, terdapat dua macam cara berpikir yang berperan untuk pembuatan keputusan, yaitu:

1. Berpikir Kreatif, adalah berpikir yang memberikan perspektif baru atau menangkap peluang baru sehingga memunculkan ide-ide baru yang belum pernah ada. Kreatif merupakan sebuah kombinasi baru, yaitu kumpulan gagasan baru hasil dari gagasan-gagasan lama. Menggabungkan beberapa gagasan menjadi sebuah ide baru yang lebih baik.

2. Berpikir Analitis, adalah berpikir yang menggunakan sebuah tahapan atau langkah-langkah logis. Langkah berpikir analitis ialah dengan menguji sebuah pernyataan atau bukti dengan standar objektif, melihat bawah permukaan sampai akar-akar permasalahan, menimbang atau memutuskan atas dasar logika.

Kedua cara di atas tidak saling bertentangan namun saling melengkapi sesuai konteksnya.

E. Hukum Newton 1. Hukum I Newton

Hukum I Newton berbunyi:

“Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang mula-mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap.”


(34)

Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

∑ � = 0 ... (1) Hukum I Newton juga menggambarkan bahwa suatu benda akan cenderung mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya. Oleh sebab itu hukum I Newton disebut juga hukumkelembaman. 2. Hukum II Newton

Hukum II Newton berbunyi:

“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda.”

Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

� =

∑ �

� atau

∑ � = ��

... (2)

3. Hukum III Newton

Hukum III Newton berbunyi sebagai berikut:

“Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah”.

Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

����� = −������ ...(3) Misalnya: jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A, yang besarnya sama namun arahnya berlawanan.


(35)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini tidak menggunakan angka atau skor, sehingga analisisnya pun tidak menggunakan statistik. Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Suparno (2010:133), riset ini mempunyai seting alamiah sebagai sumber langsung data dan peneliti adalah merupakan instrumen kunci. Informasi dan pengungkapan detail sangat penting dalam riset ini. Penelitian ini menggunakan sampel yang sedikit dan kasus tertentu saja.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan November-Desember 2016. Penetapan waktu penelitian dengan harapan bahwa siswa sudah memperoleh pembelajaran mengenai hukum Newton di sekolah. Sedangkan tempat penelitian akan dilakukan di SMA Marsudirini Muntilan.

C. Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan dengan subyek penelitian merupakan siswa SMA kelas X SMA Marsudirini Muntilan.


(36)

D. Instrumen Penelitian

1. Intrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa kategori, yaitu: (1)instrumen gaya belajar siswa, (2)instrumen gaya kognitif siswa, dan (3)instrumen pola pikir siswa. Untuk mengetahui gaya belajar siswa digunakan kuisioner (terlampir) dan lembar wawancara sebagai konfirmasi. Berikut merupakan kisi-kisi kuisioner mengenai gaya belajar siswa:

Tabel 3.1. Kisi-kisi kuisioner gaya belajar siswa Gaya

Belajar

Indikator No item

Positif Negatif Auditif 1. Lebih tertarik pada aktivitas

yang berhubungan audio (suara) 2. Lebih mudah belajar dengan

mendengarkan.

1, 3, 4, 13, 16, 18

6, 5

Visual 1. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar.

5, 6, 9, 11, 14, 17, 19

3,

Kinestetis 1. Lebih mudah belajar dengan disertai aktivitas fisik.

7, 2, 8, 12, 15, 20


(37)

Untuk mengetahui gaya kognitif siswa, digunakan kuisioner yang disusun berdasarkan ciri-ciri untuk masing-masing gaya kognitif. Berikut kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa:

Tabel 3.2. kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa Model Gaya

Konitif

Indikator Nomor

item Field

Dependent

1. Kurang atau tidak bisa memisahkan sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan cenderung segera menerima bagian atau konteks yang dominan.

2. Lebih berorientasi sosial.

2, 4, 7, 8, 9, 12, 13, 15

Field

Independent

1. Menanggapi suatu tugas cenderung berpatokan pada isyarat dari dalam diri mereka sendiri.

2. Lebih bersifat analitis, dan memandang obyek terdiri dari bagian-bagian diskrit dan terpisah dari lingkungan

1, 3, 5, 6, 10, 11, 14, 16

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui pola pikir siswa adalah lembar soal mengenai hukum Newton dan lembar wawancara. Bahan wawancara tergantung pada hasil pengerjaan soal siswa. Berikut merupakan kisi-kisi soal hukum Newton yang diujikan:


(38)

Tabel 3.3. Kisi-kisi soal mengenai hukum Newton No Kisi-kisi

1. Menggambarkan gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda berdasarkan hukum Newton.

2. Memahami konsep gaya gesek stasis dan gaya gesek kinetis 3 Menganalisis percepatan benda yang bergerak di bidang miring

2. Validitas

Validitas terhadap instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan meminta penilaian ahli, apakah memang tes sudah sesuai dengan isi yang mau dites.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner untuk mengetahui gaya belajar dangaya kognitif siswa. Selain itu untuk mengetahui pola pikir siswa, siswa akan mengerjakan soal yang berkaitan dengan hukun Newton. Wawancara juga dilakukan sebagai konfirmasi atas informasi yang sudah didapat peneliti dari hasil kuisioner dan pengerjaan soal.

F. Metode Analisis Data

Data dalam riset kualitatif adalah semua hal, barang, tulisan, dan benda yang dikumpulkan peneliti untuk dapat menjelaskan persoalan yang


(39)

sedang didalami. Data dalam penelitian ini berupa lembar kuisioner, hasil pengerjaan soal siswa, record wawancara, foto dan transkrip individu. 1. Kategorisasi coding

Pada proses ini hasil pengerjaan siswa dianalisis beserta dengan transkrip data yang sudah dibuat. Data-data yang sudah ditranskrip dan hasil pengejaan siswa tersebut diberi tanda (coding, kode). Data-data yang sama kodenya , disatukan, sehingga dapat diketahui pola yang sering muncul.Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Data kuisioner gaya belajar siswa

Data kuisioner chek list ini terdiri dari 20 item pernyataan. Terdapat 8 item pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif untuk masing-masing kategori. Analisis kuisioner ini adalah sebagai berikut:

 Skor 4 untuk jawaban sangat setuju  Skor 3 untuk jawaban setuju  Skor 2 untuk jawaban tidak setuju  Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

Skor yang diperoleh siswa diolah dengan menjumlahkan skor untuk setiap kategori gaya belajar. Skor maksimal untuk tiap kategori adalah 8 × = 3 .


(40)

b. Data kuisioner gaya kognitif siswa

Analisis untuk data kuisioner gaya kognitif siswa sama dengan analisis untuk data kuisioner gaya belajar siswa. Kuisioner terdiri dari 16 pernyataan dengan 8 pernyataan untuk masing-masing kategori. Skor maksimal untuk masing-masing kategori adalah 32. Skor tertinggi untuk salah satu kategori menunjukkan gaya kognitif yang dimiliki siswa tersebut.

c. Data hasil pengerjaan tes hukum Newton

Dari data hasil pengerjaan soal, dianalisi pola pikir siswa berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya. Siswa dengan gaya kognitif dan gaya belajar yang sama di analasis langkah pengerjaan soal dan hasil akhirnya. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui pola pikir yang terbaik yang diterapkan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.

2. Penarikan kesimpulan

Dari analisis data di atas dapat diperoleh sebuah konsep mengenai pola pikir siswa dengan gaya belajar dan gaya kognitif tertentu. Hasil peyelesaian soal siswa dikelompokkan dalam gaya belajar dan gaya kognitif yang sama, sehingga akan muncul beberapa kombinasi untuk pola tersebut.


(41)

Tabel 3.4 di bawah ini merupakan kemungkinan pola pikir siswa yang ditemukan dalam penelitian berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya:

Tabel 3.4. Probabilitas Pola Pikir yang Ditemukan

Gaya kognitif

Gaya belajar

Field Dependent

Field

Independent

Visual FD, Visual FI, Visual

Auditif FD, Auditif FI, Auditif

Kinestetis FD. Kinestetis FI, Kinestetis

Penarikan kesimpulan didasarkan pada konsep yang ditemukan pada masing-masing pola pikir yang terlihat.


(42)

27 BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksakan di SMA Marsudirini yang terletak di kecamatan Muntilan, kabupaten Magelang. Subyek penelitian ialah 20 siswa kelas XA di SMA tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan treatment khusus terhadap subyek penelitan. Oleh sebab itu, penelitian dilaksanakan setelah siswa memperoleh pembelajaran mengenai Hukum Newton yaitu pada akhir semester gasal. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 November 2016, yaitu pada saat mata pelajaran Fisika berlangsung pada jam pelajaran ke-5.

Pada penelitian ini siswa diminta mengerjakan satu soal mengenai hukum Newton selama 10-15 menit. Setelah itu siswa mengisi kuisioner mengenai gaya belajar dan gaya kognitif siswa. Selama mengerjakan soal suasana tenang dan kondusif.

Sementara siswa mengisi kuisioner, peneliti melihat hasil pekerjaan siswa untuk kemudian memilih 7 siswa untuk diwawancarai. Pemilihan subyek yang diwawancarai berdasarkan hasil pekerjaan soal yang baik, sedang, dan kurang baik. Wawancara diakukan setelah semua siswa selesai mengisi kuisioner.


(43)

B. Data Hasil Penelitian 1. Gaya belajar

Tabel 4.1 di bawah ini merupakan distribusi gaya belajar yang dimiliki siswa kelas XA:

Tabel 4.1. Distribusi Gaya Belajar Siswa Kelas XA

Gaya Belajar Jumlah Siswa

Visual 13 orang

Auditif 2 orang

Kinestetik 3 orang

Tidak teridentifikasi 2 orang

(lampiran 8) Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa di kelas tersebut cenderung memiliki gaya belajar visual. Namun demikian ada pula siswa yang tidak teridentifikasi gaya belajarnya karena memiliki skor yang sama untuk setiap kategori.

2. Gaya kognitif

Tabel 4.2 di bawah ini merupakan distribusi gaya kognitif yang dimiliki siswa kelas XA (lampiran 9):

Tabel 4.2. Distribusi Gaya Kognitif Siswa Kelas XA

Gaya Kognitif Jumlah Siswa

Field Dependent 17 orang Field Independent 2 orang Tidak teridentifikasi 1 orang


(44)

Dari hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa cenderung memiliki gaya kognitif Field Dependent yang lebih terpengaruh oleh penguatan eksternal.

3. Hasil Pemecahan Masalah

Untuk melihat pola pikirnya, siswa mengerjakan satu soal yang berkaitan dengan hukum Newton. Berikut ini merupakan penjabaran untuk pemecahan masalah yang dilakukan tiap siswa:

a. Siswa X01

Siswa ini sebenarnya memahami konsep dengan baik. Langkah pengerjaannya pun diawali dengan menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada benda. Hanya saja siswa tidak melakukan perhitungan lebih lanjut atas soal tersebut. Gambar 4.1 di bawah ini menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X01:


(45)

b. Siswa X02

Berdasarkan gambar 4.2 dibawah ini, dapat diketahui bahwa siswa belum memahami konsep soal. Perhitungan yang dilakukan pun sebatas trial and error.

Gambar 4.2. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X02 c. Siswa X03

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa siswa ini belum memahami konsep hukum Newton.


(46)

d. Siswa X04

Siswa ini menuliskan hal-hal yang diketahui dari soal terlebih dahulu. Kemudian menggambarkan vektor gaya berat benda tanpa memberi keterangan yang lengkap dari gambar tersebut. Perhitungan pertama yang dilakukan adalah mencari besar gaya normal yang bekerja pada benda. Konsep perhitungan gaya normal ini sudah benar, hanya saja siswa belum sampai pada menemukan nilai dari gaya normal tersebut. Gambar 4.4 di bawah ini menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X04:

Gambar 4.4. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X04 e. Siswa X05

Siswa ini melakukan perhitungan dengan metode trial and error. Dari hasil tersebut terlihat siswa belum memahami lambang-lambang besaran Fisika. Analisis persoalan dengan gambar yang dilakukan siswa juga tidak tepat. Gambar 4.5 di bawah ini menunjukkan hasil pekerjaan siswa X05:


(47)

Gambar 4.5. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X05 f. Siswa X06

Siswa melakukan langkah pengerjaan yang baik. Diawali dengan menggambarkan peristiwa beserta gaya-gaya yang bekerja pada benda. Kemudian siswa menganalisis besarnya gaya yang bekerja di bidang x untuk mendapatkan besar gaya Normal benda. Siswa berasumsi bahwa semua benda yang terletak di bidang miring akan meluncur dan menyimpulkan bahwa satu-satunya persoalan yang ditanyakan adalah percepatan benda. Hal tersebut terlihat dari kutipan wawancara berikut:

P : “ nah ini tolong diceritakan dong ini soalnya tentang apa, yang ditanyakan apa, gitu, maksud dari soalnya ini apa gitu.”

S : “ini yang ditanyakan itu percepatan yang dialami kotak. Kotaknya itu di atas bidang miring. Alasnya 40 cm sama aja 0,4 m sama tingginya 30 cm atau 0,3m. Yang disini 0,5 (sambil menunjuk sisi miring pada gambar hasil pengerjaannya). Ehm, µsnya 0,3 µknya 0,15. Pakai yang µk karena bendanya kan bakal bergerak.”

P : “ oh ya...kenapa bendanya bergerak?”

S : “ karena di soal jika kotak meluncur (sambil menunjuk kalimat pada soal). Pertanyaannya kan jika


(48)

kotak meluncur berapa percepatannya, itu berartikan bendanya bergerak.”

Selain itu dari hasil pekerjaan siswa juga terlihat bahwa siswa beranggapan selalu ada gaya dari luar selain gaya berat benda yang mengakibatkan benda bergerak. Siswa juga mengatakan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan soal adalah karena perhitungan sulit maka tidak didapatkan hasil akhirnya. Gambar 4.6 di bawah ini menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X06:

Gambar 4.6. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X06 g. Siswa X07

Siswa ini cukup mengerti konsep Hukum Newton yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan. Langkah awal siswa dalam penyelesaian adalah menggambarkan persoalan dan menganalisis gaya yang bekerja pada kotak. Siswa menggambarkan gaya-gaya yang bekerja pada kotak adalah gaya gesek dan gaya berat. Kemudian tanpa menganalisis gaya yang menyebabkan kotak bergerak, siswa langsung menganalisis besar gaya total yang bekerja pada kotak untuk kemudian memperoleh nilai percepatan


(49)

yang dialami kotak. Langkah penyelesaian soal tersebut sudah cukup baik, hanya saja dalam perhitungannya siswa lupa memasukkan nilai percepatan gravitasi dan siswa belum menyelesaikan perhitungan tersebut. Gambar 4.7 di bawah ini menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X07:

Gambar 4.7. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X07 h. Siswa X08

Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa siswa ini menggambarkan kotak di atas bidang miring tanpa menganilisis gaya-gayanya. Perhitungan yang dilakukan siswa pun sebatas mencari nilai gaya Normal. Namun konsep yang digunakann untuk menentukan nilai gaya Normal sudah benar walaupun hasilnya menjadi salah karena satuan massa benda belum dikonversi.


(50)

Gambar 4.8. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X08 i. Siswa X09

Siswa ini dapat menguraikan gaya berat benda dengan baik, namun tidak menggambarkan gaya lain yang bekerja pada benda. Untuk menghitung gaya total pada bidang y, siswa salah dalam menuliskan rumus dan melakukan perhitungan tanpa menyertakan nilai cos ɵ. Gambar 4.9 di bawah ini menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X09:


(51)

j. Siswa X10

Gambar 4.10 menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X10. Siswa menganalisis gaya yang bekerja pada benda dengan baik, namun kurang memahami maksud soal. Siswa melakukan trial and error untuk menjawab persoalan, yaitu dengan menganalisis gaya yang bekerja pada bidang x menggunakan gaya gesek statis dan kinetis benda. Hal tersebut dimaksudkan siswa untuk menganalisis apakah korak bergerak yang terlihat dari pernyataan yang ditulis siswa di atas. Siswa mengungkapkan bahwa yang menyebabkan kotak meluncur adalah percepatan dan memberikan perbandingan bahwa massa benda lebih besar tanpa menyebutkan pembandingnya.

Gambar 4.10. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X10 k. Siswa X11

Siswa ini menuliskan besaran-besaran yang diketahui dari soal terlebih dahulu dan menggambarkan soalnya. Dari gambar 4.11 dapat diketahui bahwa tanpa menganalisis gaya-gaya yang bekerja


(52)

pada kotak, siswa melakukan perhitung untuk besar gaya Normal benda dan gaya total yang di alami benda pada bidang x. Meskipun rumus yang digunakan untuk menghitung gaya Normal siswa benar, namun hasil akhirnya salah karena konversi satuan massanya salah. Selain itu siswa juga kurang tepat dalam menganalisis arah gaya gesek yang bekerja pada kotak. Siswa juga lupa memasukkan nilai percepatan gravitasi dalam perhitungan gaya yang dialami benda akibat gaya berat pada bidang x. Hasil wawancara siswa juga menunjukkan bahwa siswa cukup memahami konsep yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan, yaitu sebagai berikut:

P : “o ya. Nah terus ee, tadi kan kamu bilang ini soalnya tentang aplikasi hukum Newton. Hukum Newton itu yang kaya gimana?”

S : “Hukum Newton kan ada 3. Hukum Newton pertama, Hukum Newton kedua, hukum Newton ketiga. Yang pertama benda diam akan selamanya diam. Yang kedua benda diam akan bergerak jika ada gaya dari luar. Yang ketiga, F aksi sama dengan -F reaksi.”

P : “nah terus yang ini, yang di soal ini?” S : “ini kayanya hukum Newton kedua deh.”

P : “oh kayanya Hukum Newton kedua. Nah kalo hukum Newton kedua kan dia akan bergerak kalau ada gaya lain yang mempengaruhi. ”

S : “iya.”

P : “nah ini dia gaya nya yang mempengaruhi gayanya dari mana?”

S : “dari bidang miringnya.’

P : “dari bidang miringnya? Bidang miringnya ada gayanya?”

S : “eh, gimana ya?” P ; “hehe, gimana?”


(53)

Gambar 4.11. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X11 l. Siswa X12

Langkah awal siswa adalah menggambar peristiwa dalam soal tanpa menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada kotak pada bidang miring tersebut. Dapat dikatakan bahwa siswa belum memahami konsep hukum Newton. Hal itu terlihat dari hasil perhitungan siswa yang tidak menggunakan rumus yang benar untuk menyelesaikan persoalan. Dari gambar 4.12 dapat dilihat bahwa siswa hanya melakukan trial and error untuk menyelesaikan persoalan tersebut.


(54)

m. Siswa X13

Siswa terlihat belum memahami konsep yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan dan hanya melakukan trial and error. Dari gambar 4.13 juga nampak bahwa siswa belum memahami lambang-lambang besaran Fisika.

Gambar 4.13. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X13 n. Siswa X14

Dari hasil penyelesaian siswa pada gambar 4.14, dapat diketahui bahwa siswa kurang memahami konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan soal. Siswa hanya melakukan perhitungan trial and error. Selain dari hasil tersebut, hal ini dapat diketahui dari cuplikan wawancara berikut:

P : “oo menghitung percepatan? Nah, untuk menghitung percepatannya menurut kamu langkah-langkah atau cara untuk mendapatkan percepatannya tadi gimana?” (siswa berpikir cukup lama) “apa dek? Ini angka -angkanya dari mana?”

S : “dari sini. (sambil menunjuk soal).”

P : “oh dari sini. Ini materinya tentang apa sih?” S : “hukum Newton.”

P : “hukum Newton yaa. Nah Hukum Newton itu sebenernya gimana bunyinya?” (siswa berpikir cukup lama)“gimana menjawab setelah diam cukup lama).


(55)

“ya udah gini aja dek. Dari soalnya ini kamu paham ndak maksud soalnya?”

S : “sedikit sih mbak.”

P : “sedikit ya. Nah sedikit paham maksud soalnya. Cara penyelesaian soalnya kamu yang agak bingung ya?”

S : “iya.”

P : “oh gitu. Yang bikin kamu bingung apa nya?apa rumus-rumusnya yang dipake yang mana atau ini jalan bendanya kemana?”

S : “rumusnya mbak.”

Gambar 4.14. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X14 o. Siswa X15

Siswa cukup memahami konsep materi yang digunakan dalam penyelesaian soal dilihat dari hasil penyelesaian soal pada gambar 4.15. Siswa dapat menggambarkan maksud soal dan menganalisis gaya yang mempengaruhi benda. Kekurangan siswa dalam menyelesaikan soal adalah siswa tidaak mengkonversi satuannya terlebih dahulu, padahal perhitungan dan rumus yang digunakan sudah baik. Siswa ini juga menganggap bahwa terdapat gaya luar lain yang mempengaruhi gerak benda selain gaya berat benda dan gaya gesek.


(56)

Gambar 4.15. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X15 p. Siswa X16

Langkah awal siswa pada gambar 4.16 adalah menggambarkan persoalan dan menganalisis gaya berat pada kotak. Selain itu siswa terlebih dahulu mengkonversi satuan-satuan besaran yang diketahui. Kemudian siswa menganalisis besar gaya berat yang dialami benda, namun belum sampai mendapatkan hasilnya.


(57)

q. Siswa X17

Dari gambar 4.17 dapat dilihat bahwa siswa ini belum memahami konsep materi dan hanya melakukan trial and error untuk menyelesaikan persoalan.

Gambar 4.17. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X17 r. Siswa X18

Dari gambar4.18 dapat dilihat bahwa siswa melakukan perhitungan tanpa menggambarkan persoalan dan menganalisis gaya yang bekerja pada benda terlebih dahulu. Siswa menganalisis percepatan benda dengan menggunakan gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, serta menggunakan rumus yang salah untuk menghitung gaya berat benda pada bidang x. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang memahami konsep hukum Newton ini.


(58)

Gambar 4.18. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X18 s. Siswa X19

Siswa cukup memahami keterangan yang diketahui dari soal yaitu dengan menggambarkan persoalan tersebut. Namun dari gambar 4.19 terlihat siswa tidak menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada kotak. Rumus yang digunakan siswa untuk mencari nilai gaya Normal benda sudah benar. Namun hasilnya menjadi salah karena siswa kurang memahami hukum Phytagoras yang digunakan untuk mencari nilai panjang sisi miring kotak. Selain itu siswa melakukan trial and error atas perhitungan µk yang sudah diketahui nilainya.


(59)

t. Siswa X20

Dari hasil penyelesaian soal pada gambar 4.20 dapat disimpulkan bahwa siswa belum memahami konsep yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan. Selain dari hasil penyelesaian tersebut, hasil wawancara siswa pun menunjukkan bahwa siswa kurang memahami konsep. Berikut cuplikan wawacara yang dilakukan peneliti atas siswa X20:

P : “nah gimana coba ceritain?”

S : “ada kotak bermassa 250 terus diletakkan di bidang miring terus memiliki panjang alasnya 40 tingginya 30. Kotaknya akan meluncur jika ini µsnya 0,3 terus µknya 0,15. Udah gitu aja.”

P : “terus yang ditanyakan apa?” S : “percepatan.”

P : “percepatannya...nah terus cara kamu ngerjainnya gimana tadi?”

S : “cuman ini tadi...(sambil menunjuk hasil pengerjaan.)

P : “hahahayo, gimana tadi?” S : “yaa gitu lah.”

P : “nah awalnya aja. Langkah nya aja. Langkah -langkahnya gimana tadi? Kan kamu disini cuma gambar, terus tulis g doang. Ini dapet angka-angka segini darimana dek? ”

S : “ya kan ada langkah-langkahnya. Nah ya itu.” P : “langkahnya nggak di tulis?”

S : “nggak.” P : “kenapa?”

S : “nggak bisa kalau pake langkah-langkahnya. Malah bubar.”


(60)

Gambar 4.20. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X20

C. Analisis Data dan Pembahasan

Beberapa hasil penyelesaian soal siswa tidak dapat dianalisis pola pikirnya. Hal ini disebabkan karena siswa belum memahami konsep hukum Newton yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan. Siswa yang belum memahami konsep hukum Newton hanya melakukan perhitungan trial and error saja. Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa beserta gaya belajar dan kognitifnya:

Tabel 4.3. Hasil penyelesaian soal siswa beserta gaya belajar dan gaya kognitifnya

Subyek Tipe Rumus yang Digunakan Langkah-Langkah Penyelesaian

Hasil

X01 FD, Kinestetik

 ∑ � = 0

� − cos � = 0

 Menggambarkan persoalan

 Menggambar gaya yang bekerja pada kotak

(belum melakukan perhitungan)


(61)

Subyek Tipe Rumus yang Digunakan Langkah-Langkah Penyelesaian

Hasil

X02 FD, Visual  = sin �

 �� = �� sin �  ∑ � = � � − ��

� �� �� �

 Menggambarkan persoalan

 Menganalisis gaya-gaya (belum sesuai)

 Perhitungan trial and error

0 %

X03 FI, Visual  � = cos sin

(tidak sesuai konsep)

 Trial and error 0 % X04 FD,

Kinestetik

 ∑ � = 0

� − cos � = 0

 Menuliskan yang diketahui pada soal

 Menggambarkan persoalan

 Menggambarkan vektor gaya berat

 Menghitung nilai gaya Normal

15 %

X05 FD, Visual  ∑ � = ��

 � = � ×

 � = � ×

 Trial and error 0 %

X06 FD, Visual  � = cos �

 � = �� �

 ∑ � = ��

� sin � + � − � = ��

 Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada soal

 Menggambarkan persoalan dan vektor gaya berat benda

 Menghitung gaya Normal dan gaya gesek benda


(62)

Subyek Tipe Rumus yang Digunakan Langkah-Langkah Penyelesaian

Hasil

 Menghitung percepatan benda X07 - , Visual � − = cos �

(tidak sesuai konsep)

 Menggambarkan persoalan

 Melakukan

perhitungan trial and error

0 %

X08 FD, Visual  � = cos �  Menggambarkan persoalan

 Menghitung gaya berat benda

15 %

X09 FD, -  ∑ � = ��

 � = � cos � �

(tidak sesuai konsep)

 Menggambarkan persoalan dan vektor gaya berat

 Perhitungan trial and error

0 %

X10 FD, Visual  � = cos �

 �= �� �  � = �� �

 � = � sin � − �  � = � sin � − �

 Menggambarkan persoalan beserta vektor gaya berat

 Menghitung gaya gesek statis dan kinetis

 Menghitung gaya total benda pada arah horisontal dengan gaya gesek statis dan kinetis

60 %

X11 FD, Visual  = cos �

 ∑ � = ��

 Menuliskan diketahui pada soal

 Menggambarkan persoalan


(63)

Subyek Tipe Rumus yang Digunakan Langkah-Langkah Penyelesaian

Hasil

 Menghitung gaya berat

 Menghitung

percepatan kotak dari gaya total X12 FD,

Kinestetik

 � = cos � �

(tidak sesuai konsep)

 Menggambarkan persoalan

 Trial and error

0 %

X13 FD, Visual  ∑ � = ��

= 0,3 × 0, 5

(tidak sesuai konsep)

 Menggambarkan persoalan

 Trial and error

0 %

X14 FD, Auditif ��

��

(tidak sesuai konsep)

 Trial and error 0 % X15 FD, Auditif  � = cos �

 � = �� �

 ∑ � = ��

� sin � + � − � = ��

 Menggambarkan persoalan dan vektor gaya berat

 Menghitung besar gaya Normal dan gaya gesek kinetis

 Menghitung besar percepatan benda

70 %

X16 FI, Visual  � = cos �  Mengkonversi satuan kedalam SI

 Menggambarkan persoalan dan vektor gaya berat benda

10 %

X17 FD, Visual  ∑ � = 0

� = sin cos �  ∑ � = ��

 Menggambarkan persoalan

 Trial and error


(64)

Subyek Tipe Rumus yang Digunakan Langkah-Langkah Penyelesaian

Hasil

sin cos � = ��

(tidak sesuai konsep) X18 FD, Visual  � = cos �

 �= �� �  � = �� �

 ∑ � = ��

� sin � + � − � = ��

(tidak sesuai konsep)

 ∑ � = ��

� sin � + � − � = ��

(tidak sesuai konsep)

 Menuliskan yang diketahui pada soal

 Menghitung besar gaya Normal dan gayagesek

 Menghitung

percepatan benda dengan gaya total pada bidang x untuk masing-masing gaya gesek (trial and error).

60 %

X19 FD, -  � = cos �

 �� = ��

(tidak sesuai konsep)

 Menggambarkan persoalan

 Menuliskan diketahui pada soal

 Menghitung besar Gaya Normal

 Menghitung besar koefisien kinetik (trial and error)

10 %


(65)

Dari hasil penyelesaian siswa di atas ditemukan pola pikir masing-masing siswa.Tabel 4.4 di bawah ini merupakan pola pikir berdasarkan kombinasi gaya belajar dan gaya kognitif yang dimiliki siswa :

Tabel 4.4. Pola pikir siswa berdasarkan kombinasi gaya belajar dan gaya kognitifnya Gaya Kognitif Gaya Belajar Field Dependent Field Independent Tak Teridentifikasi

Visual 10 2 1

Auditif 2 - -

Kinestetis 3 - -

Tak Teridentifikasi 2 - -

Berikut penjelasan untuk enam macam pola pikir yang ditemukan:

1. Field Dependent-Visual

Terdapat 10 subyek dari 20 sampel yang diteliti merupakan individu Field Dependent-Visual. Dari 10 sampel tersebut terdapat 4 orang yang mampu menyelesaikan persoalan dengan baik dan 6 orang dengan kemampuan kurang baik. Secara umum langkah awal yang dilakukan subyek ini dalam menyelesaikan soal adalah menggambarkan persoalan dan menuliskan besaran-besaran yang sudah diketahui dari soal. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri subyek dengan gaya belajar visual yaitu subyek cenderung menuliskan informasi yang


(66)

mereka dapatkan. Kemudian subyek akan menganalisis vektor gaya berat yang bekerja pada benda. Dalam melakukan perhitungan, sebagian besar subyek lupa mengkonversi satuan besaran ke dalam SI serta belum memahami konsep hukum Newton yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini mengakibatkan subyek hanya melakukan trial and error.

Sedangkan 4 subyek yang mempunyai kemampuan baik, dapat melakukan perhitungan sampai pada menentukan besar percepatan kotak. Namun demikian tidak ada satupun yang menganalisis gerak benda. Hal ini disebabkan oleh karakteristik subyek Field Dependent yang hanya memperhatikan bagian yang dominan. Bagian dominan dalam persoalan ini adalah besar perceptan benda jika benda bergerak, namun subyek langsung mengasumsikan bahwa subyek pasti bergerak. Prosentase kemampuan penyelesaian soal subyek tipe iniadalah 40% baik dan 60% kurang baik.

2. Field Dependent-Kinestetis

Terdapat 3 orang subyek yang diidentifikasikan dalam tipe ini. Kemampuan individu tipe Field Dependent-Kinestetis ini masih kurang baik. Dalam menyelesaikan persoalan, subyek menggambarkan persoalan dan belum melakukan perhitungan. Namun demikian subyek sudah mampu melakukan perhitungan untuk besar gaya normal walau belum sampai menemukan hasil akhir dari gaya normal tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena subyek dengan gaya belajar kinestetis


(67)

akan kesulitan untuk duduk diam dalam waktu yang lama, akibatnya subyek kehabisan waktu untuk melakukan hal-hal aktifitas fisik lain. Kemampuan penyelesaian soal subyek tipe ini dalam penelitian adalah 100 % kurang baik.

3. Field Dependent-Auditif

Terdapat 2 (dua) subyek yang teridentifikasi memiliki tipe ini. Prosentase hasil pengerjaan soal dari subyek tipe ini adalah 50 % baik dan 50 % kurang baik. Subyek yang memiliki kemampuan baik dapat menggambarkan persoalan dan melakukan perhitungan besar gaya-gaya yang bekerja pada benda (gaya-gaya berat, gaya-gaya gesek, gaya-gaya normal). Hal ini dapat disebabkan karena dalam memperoleh informasi subyek lebih menyukai aktifitas auditif (mendengarkan) sehingga subyek akan lebih fokus (berkonsentrasi) saat pelajaran berlangsung. Namun subyek juga hanya memperhatikan bagian informasi yang dominan saja yaitu mencari besar percepatan benda tanpa menganalis apakah benda bergerak.

Sedangkan subyek lain yang berkemampuan kurang baikdalam menyelesaikan soal hanya melakukan perhitungan trial and error. Selain itu subyek juga belum memahami konsep materi yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan.

4. Field Independent-Visual

Terdapat dua orang teridentifikasi memiliki tipe ini. Berdasarkan dasar teori, seharusnya subyek ini memiliki kemampuan analisis soal


(68)

yang baik. Namun dalam penelitian ini ternyata kemampuan subyek kurang baik dalam menyelesaikan persoalan. Langkah awal yang dilakukan subyek adalah mengkonversi satuan besaran yang sudah diketahui ke dalam SI. Subyek juga mengambarkan persoalan serta menganalisis vektor gaya berat yang dialami benda. Perhitungan yang dilakukan subyek sebatas sampai perhitungan terhadap gaya Normal, namun belum sampai menemukan hasil akhirnya.

5. Field Dependent

Subyek ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk tes gaya belajarnya, sehingga hanya dapat dilihat gaya kognitifnya saja. Hasil penyelesaian soal dari individu ini kurang baik. Individu hanya mampu menganalisis sampai gaya Normal saja dan hasilnya pun belum benar. Selebihnya, individu hanya melakukan perhitungan trial and error.

Individu dengan tipe kognitif ini memang sulit untuk menganalisis sesuatu dan sangat terpengaruh suasana di sekitarnya. Selain itu individu juga cenderung melihat bagian yang dominan dalam suatu permasalahan. Namun hal ini kurang dapat dikonfirmasi dari subyek karena peneliti tidak memiliki kesempatan untuk melakukan wawancara.

6. Visual

Subyek ini tidak menunjukkan perbedaan yang signnifikan untuk tes gaya kognitifnya, sehingga hanya dapat dilihat pola pikirnya


(69)

berdasarkan gaya belajarnya saja. Hasil penyelesaian soal yang dilakukan subyek ini kurang baik yaitu sebatas menggambarkan persolan dan melakukan perhitungan trial and error saja.

Dari uraian tersebut dapat dilihat distribusi grup untuk skor hasil pekerjaan siswa berdasarkan tipe pola pikirnya sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Grup Skor Penyelesaian Soal Hukum Newton

interval

Frekuensi

% FD,

Visual %

FD,

Kinestetik %

FD,

Auditif %

FD,

- %

FI,

Visual %

-, Visual %

76-100 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 %

51-75 4 40% 0 - 1 50 % 0 - 0 - 0 - 25 %

25-50 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 %

0-25 6 60% 3 100 % 1 50 % 2 100 % 2 100 % 1 100

% 75 %

Σ 10 100 % 3 100 % 2 100 % 2 100 % 2 100 % 1 100

% 100

%

Keterangan:

A :76-100 :sangat baik B : 56-75 :baik C : 26-50 :cukup D :0-15 :kuranng

Dari tabel 4.4 di atas tipe subyek dengan kemampuan pola pikir terbaik dalam menyelesakan persoalan hukum Newton dalam peneltian ini adalah tipe Field Dependent-Auditif. Subyek dapat memahami persoalan dengan cukup baik dan menggambarkan informasi dari soal. Namun subyek cenderung memperhatikan bagian dominan dari soal saja, sehingga tidak semua pertanyaan dari soal terjawab.


(70)

Terdapat perbedaan dari subyek yang memiliki gaya belajar yang berbeda dalam memecahkan persoalan. Subyek dengan gaya belajar visual akan menuliskan hal-hal yang diketahui dari soal, dan menggambarkannya. Subyek dengan tipe ini cenderung menuliskan langkah penyelesaiannya dengan lebih rapi dan beruntun. Sedangkan subyek dengan tipe belajar auditif tidak begitu rapi dalam penulisan langkah penyelesaiannya. Subyek tipe ini cenderung langsung menuliskan yang diketahui dari soal pada gambar penyelesaian sekaligus.

Subyek dengan tipe belajar kinestetik cenderung belum melakukan perhitungan dalam penyelesaiannya. Penyelesaian soal subyek tipe ini baru sampai menuliskan rumus untuk gaya Normal. Dapat dikatakan bahwa subyek tipe ini tidak memanfaatkan waktu dengan baik karena dalam proses berpikirnya dilakukan sambil melakukan hal lain, misalnya bermain pena atau pensil. Ciri-ciri subyek tipe ini yang sulit duduk diam untuk waktu yang cukup lama (untuk mengerjakan soal) membuat subyek menjadi kurang nyaman dengan situasi pengerjaan soal yang tenang, sehingga pekerjaannya pun menjadi tidak maksimal.

Subyek dengan gaya kognitif berbeda juga memiliki pola pikir yang berbeda. Berdasarkan dasar teori, seharusnya subyek dengan pola kognitif Field Independet akan lebih baik hasil penyelesaian soalnya dari pada subyek dengan gaya kognitif Field Dependent. Terdapat 17 orang dengan tipe Field Dependent dan 5 diantara memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan soal. Sedangkan dua subyek Field Independent


(71)

dalam penelitian ini memiliki kemampuan penyelesaian soal yang kurang baik.

D. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penlitian ini. Sample penelitian yang terlalu sedikit mengakibatkan tidak semua kombinasi gaya belajar-kognitif dapat terlihat. Selain itu subyek dengan tipe kombinasi selain Field Dependent-Visual jumlahnya terlalu sedikit, sehingga sulit untuk mengidentifikasi pola pikir individu tersebut secara umum.

Terdapat pula keterbatasan waktu karena waktu penelitian berdekatan dengan ujian akhir semester, sementara materi hukum Newton merupakan bahasan terakhir untuk semester gasal. Karena peneliti menggunakan jam sekolah dan penelitian dilakukan di saat jam pelajaran, metode penelitian pun harus disesuaikan. Karena keterbatasan waktu tersebut, tidak semua sampel dapat diwawancarai sehingga peneliti tidak dapat melihat hal-hal lain berkaitan dengan konsep hukum Newton selain dari hasil penyelesaian soal siswa.

Pengambilan data dengan cara klasikal membuat peneliti tidak dapat melihat karakter masing-masing sampel. Melihat kemampuan siswa secara langsung dapat membantu melihat pola pikir sampel.


(72)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat enam pola pikir siswa dalam penyelesaian soal berkaitan dengan hukum Newton yaitu pola Visual, Kinestetik, FD-Auditif, FI-Visual, FD dan Visual.

2. Terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe auditif miliki kemampuan yang paling baik dibandingkan tipe yang lain.

3. Terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe Field Dependent dapat menyelesaikan persoalan lebih baik daripada tipe Field Independent.

B. Saran

1. Diharapkan guru dapat merancang pembelajaran yang memperhatikan aktivitas auditif siswa, agar siswa tidak hanya mencatat didalam kelas namun juga memperhatikan dan mendengar penjelasan guru dengan baik. Selain itu guru diharapkan memperhatikan kemampuan analisis siswa dalam memahami maupun menyelesaikan suatu persoalan, agar


(73)

siswa tidak hanya memperhatikan informasi dominan dalam persoalannya saja.

2. Peneliti lain yang hendak mengembangkan penelitian ini hendaknya melakukan penelitian secara personal dibandingkan klasikal, dengan demikian peneliti dapat lebih memahami proses penyelesaian soal dan pemahaman konsep siswa. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui faktor lain yang mempengaruhi pola pikir siswa seperti latar belakang sosial, budaya, dan lain-lain melalui wawancara. Penelitian dengan metode ini juga tidak memiliki keterbatasan waktu dibandingkan melaksanakannya pada jam sekolah.

3. Jumlah sampel perlu ditingkatkan agar peneliti dapat mengamati lebih banyak pola pikir siswa. Dengan demikian peneliti dapat melihat pola pikir terbaik yang dapat diterapkan untuk merancang pembelajaran agar hasil belajar siswa menjadi meningkat.

4. Selain menggunakan kuisioner, untuk mengetahui gaya belajar siswa dapat pula digunakan berbagai macam bentuk soal yang memperhatikan karakteristik tiap gaya belajar. Selain dapat mempermudah melihat gaya belajar siswa, instrumen ini juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan pola pikir siswa.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Ant. 2005. Pembelajaran Fisika Belum Optimal dalam

http://www.fisikanet.lipi.go.id/ diakses pada 26 Agustus 2016

Dariyo, Agoes. 2013. Dasar-Dasar Pedagogi Modern. Jakarta: PT. Indeks

Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi

Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Kartikasari, Merisa. 2015. Pola Pikir Mahasiswa dalam Menyelesaikan Permasalahan pada Mata Kuliah Persamaan Diferensial dalam

http://eprints.ums.ac.id/32896/9/ARTIKEL%20PUBLIKASI.pdf diakses pada 3 Agustus 2016

Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Umum. Yogyakarta: Asjawa Pressindo.

Khuzaeva, Eva Siti. 2014. Mengembangkan Pola Pikir Cerdas, Kretif dan Mandiri Melalui Telematika dalam http://juliwi.com/paper0104_138-148/ diakses pada 3 Agustus 2016

Ngilawajan, Darma Andreas. 2013. Proses Berpikir Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Turunan ditinjau dari Gaya Kognitif Field

Independent dan Field Dependent dalam

http://journal.umsida.ac.id/files/DamaV2.1.pdf diakses pada 20 Agustusr 2016

Pamela, Margaretha. 2012. Gaya Belajar Siswa Kelas IV Dan V SD Serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut dalam Pembelajaran IPA di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (tidak diterbitkan)

Rahmatina, Siti et al. 2014. Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif dalam http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/1339 diakses pada 19 September 2016


(75)

Rifqiyana, Lilyan. 2015. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Pembelajaran Model 4K Materi Geometri Kelas VIII Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa dalam http://journal.unnes.ac.id/artikel_sju/ujme/ diakses pada 26 September 2016

Susanto, Herry Agus. 2008. Mahasiswa Field Independent dan Field Dependent dalam Memahami Proses Grup dalam http://eprints.uny.ac.id/6902/ diakses pada 26 September 2016

Suyono & Haryono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tiffani, Haqqinna. 2015. Profil Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan Berdasarkan Gaya Belajar dan Gaya Kognitif dalam

http://eprints.ums.ac.id/33195/20/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf diakses

pada 11 Oktober 2016

Wiyanto et al. 2006. Potret Pembelajaran Sains di SMP dan SMA dalam

http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/JPFI/170 diakses pada 26 September 2016


(76)

(77)

61 Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian


(78)

(79)

(80)

(81)

(82)

(83)

(84)

(85)

(86)

(87)

(88)

72 Lampiran 8. Analisis data kuisioner gaya belajar siswa

kode

Gaya Belajar

keterangan

Auditif Visual Kinestetis

1 3 4 5(-) 13 16 18 skor 3(-) 5 6 9 11 17 19 skor 2 7 8 10 12 14 15 skor

X01 2 3 2 2 3 3 4 19 2 3 3 3 4 3 3 21 3 2 4 2 4 4 3 22 kinestetis X02 2 3 2 2 3 2 2 16 2 3 3 3 2 2 2 17 2 2 3 2 3 2 2 16 visual X03 2 3 4 1 3 3 3 19 2 4 4 3 4 4 4 25 2 4 2 2 4 2 4 20 visual X04 3 2 2 3 3 3 2 18 3 2 2 3 3 3 2 18 3 2 3 2 3 3 3 19 kinestetis X05 3 2 2 2 2 3 3 17 3 3 3 2 2 3 3 19 2 2 3 2 2 2 2 15 visual X06 2 3 2 2 2 2 3 16 2 3 2 2 3 3 2 17 3 3 2 2 2 2 2 16 visual X07 3 2 2 2 3 2 3 17 3 3 3 3 3 3 2 20 2 3 3 2 3 3 3 19 visual X08 1 3 3 1 3 1 3 15 2 4 3 3 4 3 4 23 1 3 3 1 4 4 4 20 visual X09 2 3 2 2 3 3 3 18 2 3 3 2 3 3 2 18 3 2 2 2 3 3 3 18 tidak

teridentifikasi X10 2 2 3 2 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 2 3 2 3 19 visual X11 3 2 4 1 4 2 2 18 3 4 4 4 4 3 3 25 3 3 3 2 3 4 2 20 visual X12 3 4 2 1 3 3 4 20 1 4 2 3 4 3 3 20 4 2 4 2 2 4 4 22 kinestatis X13 3 3 3 1 4 3 3 20 2 4 4 3 4 4 4 25 3 4 4 2 4 2 3 22 visual X14 1 4 4 2 4 4 3 22 1 3 2 4 4 2 4 20 2 2 4 2 2 3 4 19 auditif X15 1 3 3 3 3 3 3 19 2 2 1 3 3 3 3 17 3 2 2 3 3 2 3 18 auditif X16 2 2 2 2 3 2 2 15 3 3 3 3 4 3 3 22 2 2 3 2 4 4 2 19 visual X17 2 2 2 1 4 3 4 18 3 4 3 4 4 3 3 24 3 2 4 2 4 4 4 23 visual X18 2 3 3 2 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 2 20 2 2 3 2 3 2 3 17 visual X19 2 3 3 2 3 2 3 18 2 3 3 2 3 3 2 18 3 2 2 2 3 2 3 17 tidak

teridentifikasi X20 3 2 2 3 3 3 2 18 3 2 3 2 4 3 3 20 1 3 3 2 3 2 4 18 visual


(89)

Lampiran 9. Analisis data kuisioner gaya kognitif siswa

kode

Gaya Kognitif

Keterangan Field Dependent Field Independent

2 4 7 8 9 12 13 skor 1 3 5 6 10 11 14 skor X01 3 3 2 3 2 3 2 18 2 2 4 2 2 2 3 17 FD X02 3 3 3 3 3 3 3 21 2 2 2 3 2 2 3 16 FD X03 3 3 3 3 4 4 2 22 4 3 4 4 3 2 4 24 FI X04 3 3 2 3 3 3 2 19 2 2 3 2 2 2 3 16 FD X05 3 2 3 3 3 3 3 20 2 2 2 4 2 2 3 17 FD X06 2 3 3 3 2 2 2 17 3 2 3 2 2 2 2 16 FD X07 3 3 3 3 2 3 2 19 2 2 3 3 3 3 3 19

tidak

teridentifikasi X08 4 3 4 4 3 3 3 24 1 2 4 4 3 2 3 19 FD

X09 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 2 2 3 19 FD X10 3 3 3 3 3 3 4 22 2 2 4 3 2 2 3 18 FD X11 4 3 4 4 1 4 4 24 1 1 4 4 1 1 1 13 FD X12 4 3 2 4 4 3 2 22 2 2 4 3 2 2 4 19 FD X13 3 3 3 4 4 3 2 22 2 2 4 4 2 1 4 19 FD X14 4 3 3 2 1 4 4 21 2 2 4 3 2 3 4 20 FD X15 4 3 3 4 3 3 3 23 2 1 2 3 2 1 2 13 FD X16 2 2 3 4 3 3 2 19 3 2 4 4 2 2 3 20 FI X17 4 3 2 4 4 4 3 24 2 2 4 3 2 2 4 19 FD X18 3 3 3 3 3 3 2 20 3 1 3 3 2 2 3 17 FD X19 3 3 3 2 2 3 3 19 2 2 3 3 2 2 3 17 FD X20 3 3 3 3 3 4 1 20 1 1 2 4 3 2 4 17 FD


(90)

(91)

(92)

(93)

(94)

(95)

(1)

nya. cos ɵ nya 40/50, sin ɵ nya 30/ 50. Abis itu saya cari N. Kata bu Mawar tu rumusnya W kali cos ɵ.”

P : “kok bisa gitu?”

S : “ iya w kan berat ini sebelumnya m nya dicari dulu. Gramnya di ubah ke kilogram.”

P : “ N itu apa sih?” S : “Newton.”

P : “Newton yang mana ini atau yang ini (sambil menunjuk simbol besaran dan satuan)”

S : “yang ini (sambil menunjuk simbol satuan).” P : “oh ya. Terus N ini untuk apa?”

S : “apa ya?? Nggak tau.” P : “ oh ya udah. Lanjut?”

S : “sigma F sama dengan w kali a. Berat dikali sin ɵ ditambah F sama dengan w kali a.”

P : “w kali a?? W nya berapa kok di sini segini?” S : “2,5.”

P : “o ya. Nah terus ee, tadi kan kamu bilang ini soalnya tentang aplikasi hukum Newton. Hukum Newton itu yang kaya gimana?” S : “Hukum Newton kan ada 3. Hukum Newton pertama, Hukum

Newton kedua, hukum Newton ketiga. Yang pertama benda diam akan selamanya diam. Yang kedua benda diam akan bergerak jika ada gaya dari luar. Yang ketiga, F aksi sama dengan -F reaksi.”


(2)

P : “nah terus yang ini, yang di soal ini?” S : “ini kayanya hukum Newton kedua deh.”

P : “oh kayanya Hukum Newton kedua. Nah kalo hukum Newton kedua kan dia akan bergerak kalau ada gaya lain yang mempengaruhi. ”

S : “iya.”

P : “nah ini dia gaya nya yang mempengaruhi gayanya dari mana?” S : “dari bidang miringnya.’

P : “dari bidang miringnya? Bidang miringnya ada gayanya?” S : “eh, gimana ya?”

P ; “hehe, gimana?”

S : “eh, karena ada tarikan garavitasi.”

P : “oh, karena ada tarikan gravitasi. Nah tarikan grafitasi kan ke bawah. Makanya dia meluncur ke bawah gitu maksudnya?itu gaya yang mempengaruhi sehingga dia turun?”

S : “iya.”

P : “oh, iya-iya. Ya udah gitu aja. Makasih ya dek.” S : “iya.”

5. Siswa X20

P : “Ini adek paham konsep dari soalnya gk?” S : “nggak.”

P : “ini sudah pernah dipelajari kan materinya?” S : “iya.”


(3)

P : “nah ini tentang apa hayo?” S : “tentang hukum Newton.”

P : “ooo tentang hukum Newton. Nah terus, kan ini tentang hukum Newton untuk maksud soalnya sendiri kamu paham ndak?”

S : “dikit-dikit.”

P : “nah gimana coba ceritain?”

S : “ada kotak bermassa 250 terus diletakkan di bidang miring terus memiliki panjang alasnya 40 tingginya 30. Kotaknya akan meluncur jika ini µsnya 0,3 terus µknya 0,15. Udah gitu aja.”

P : “terus yang ditanyakan apa?” S : “percepatan.”

P : “percepatannya...nah terus cara kamu ngerjainnya gimana tadi?” S : “cuman ini tadi...(sambil menunjuk hasil pengerjaan.)

P : “hahahayo, gimana tadi?” S : “yaa gitu lah.”

P : “nah awalnya aja. Langkah nya aja. Langkah-langkahnya gimana tadi? Kan kamu disini cuma gambar, terus tulis g doang. Ini dapet angka-angka segini darimana dek? ”

S : “ya kan ada langkah-langkahnya. Nah ya itu.” P : “langkahnya nggak di tulis?”

S : “nggak.” P : “kenapa?”


(4)

P : “oh makanya langsung kamu tulis ini gitu, nggak pake langkah -langkahnya gitu?terus nggak pake coret-coretan juga gitu?”

S : “nggak.

P : “waaa, luar biasa sekali. Hehehe.” S : “heehe.”

P : “terus susah nggak soalnya? S : “lumayan..lumayan.”

P : “tapi sudah pernah dipelajari kan?” S : “sudah.”

P : “ya udah gitu aja. Makasih ya dek.” S : “iyaa.”

6. Siswa X14

P : “ini tadi pekerjaanmu ya dek.” S : “iya.”

P : “nah ini sebelumnya materinya sudah pernah dipelajari?” S : “eee, pernah.”

P : “nah ini soalnya ini cerita tentang apa sih?” S : “tentaaaang bidang miring.”

P : “ooo tentang bidang miring. Nah ini konsepnya tentang apa?konsep soalnya?”

S : “tentaang, menghitung percepatan.”

P : “oo menghitung percepatan? Nah, untuk menghitung percepatannya menurut kamu langkah-langkah atau cara untuk


(5)

mendapatkan percepatannya tadi gimana?” (siswa berpikir cukup lama)“apa dek? Ini angka-angkanya dari mana?”

S : “dari sini. (sambil menunjuk soal).”

P : “oh dari sini. Ini materinya tentang apa sih?” S : “hukum Newton.”

P : “hukum Newton yaa. Nah Hukum Newton itu sebenernya gimana bunyinya?” (siswa berpikir cukup lama) “gimana dek?” (siswa tidak menjawab setelah diam cukup lama). “ya udah gini aja dek. Dari soalnya ini kamu paham ndak masud soalnya?”

S : “sedikit sih mbak.”

P : “sedikit ya. Nah sedikit paham maksud soalnya. Cara penyelesaian soalnya kamu yang agak bingung ya?”

S : “iya.”

P : “oh gitu. Yang bikin kamu bingung apa nya?apa rumus-rumusnya yang dipake yang mana atau ini jalan bendanya kemana?”

S : “rumusnya mbak.”

P : “oh yaa...ini kan kalo teman-teman yang lain menggambar. Ini soalnya digambar dulu. Kamu kenapa ndak digambar? Sebernya kamu ini walau pun nggak digambar arah dari gaya-gayanya yang bekerja di kotak sudah tahu?”

S : “tahu. Sedikiit.”

P : “jadi kamu sudah tahu gaya apa aja yang mempengaruhi sikotak ini. Gaya apa, gaya apa gitu?”


(6)

S : “tahu. Dikit-dikit.”

P : “ooo, ya udah. Ya udah gitu aja ya dek.. makasih ya.” S : “iya mbak.”