IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MA NEGERI KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

DI MA NEGERI KARANGANYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

oleh :

WISNU FACHRUDIN SUMARNO

  

111 13 168

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

DI MA NEGERI KARANGANYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh

WISNU FACHRUDIN S

NIM 111 13 168

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

MOTTO

ِِىاَبِّرَكُتاَوُكِّب َزِء َلَاَءٌَِّأِبَف

  

“Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan”

(ArRahman:13)

Jika kita melihat sesuatu dengan positif, maka semuanya akan terlihat

baik. Sebaliknya, jika kita melihat sesuatu dengan negatif, maka

semuanya yang tampak adalah kejelekan.

  

PERSEMBAHAN

  Untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Marno dan Ibu Sumiyem selaku yang tiada henti mendo’akan.

  Untuk Abah Kyai Muhammad Nafi’an Alimaliki yang selalu memberi wejangan. Kakak saya Saiful Anwar serta adik-adik saya Yogi Ibnu Syarifudin dan Salma Himatul Auliya yang selalu memberi motivasi.

  Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi. Para dosen, teman-teman PAI angkatan 2013. Teman-teman futsal Rebonan fc yang selalu memberi keceriaan. Serta semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Assalamualaikum wr.wb

  Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Tidak lupa, shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, yang senantiasa telah kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.

  Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yag telah membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

  1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Suwardi, M.Pd..

  3. Ketua Jurusan PAI dan dosen pembimbing akademik Ibu Siti Rukhayati, M.Ag

  4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah memberikan saran, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai yang diharapkan.

  5. Seluruh dosen FTIK beserta karyawan.

6. Bapak Marno dan Ibu Sumiyem selaku orang tua yang tiada henti mendo’akan.

  7. Abah Kyai Muhammad Nafi’an Alimaliki yang yang selalu memberi wejangan.

  8. Kakak saya Saiful Anwar serta adik-adik saya Yogi Ibnu Syarifudin dan Salma Himatul Auliya yang selalu memberi motivasi.

  9. Bapak Siwiyono dan Bapak Muhammad Ihsan P selaku Waka kurikulum dan guru PAI di MA Negeri Karanganyar beserta guru-guru lain serta murid- murid yang telah membantu untuk memberikan informasi.

  10. Teman-teman PAI angkatan 2013.

  Penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri.

  Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca guna menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Dan semoga skripsi yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

  Salatiga, 19 September 2017 Wisnu Fachrudin S

  NIM. 111 13 168

  

ABSTRAK

  Sumarno, Wisnu Fachrudin. 2017. Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam

  Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd.

  Kata Kunci: Implementasi Pendekatan Saintifik

  Pendidikan merupakan aspek penting sebagai investasi sumberdaya manusia. Selain untuk menyokong kemajuan bangsa pendidikan juga berguna untuk kemajuan umat. Dalam kurikulum 2013 digunakan implementasi pendekatan saintifik yang mana itu akan mengasah keterampilan siswa dalam memahami materi karena materi bukan hanya didapat dari guru saja tetapi dicari sendiri oleh siswa bisa dari mana saja. Selain itu siswa juga diajarkan pentingnya pembelajaran elaborasi dan kerjasama. Implementasi pendekatan saintifik ini seperti yang dilaksanakan dalam pembelajaran di MA Negeri Karanganyar yang salah satunya adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa dalam hal beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.

  Dalam hal ini penelitian memberikan batasan masalah hanya pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti agar penelitian lebih fokus. Penelitian ini difokuskan pada implementasi pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dan mendeskripsikan kendala implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.

  Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study) pada Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

  Berdasarkan hasil penelitian bahwa kendala dalam menerapkan implementasi pendekatan saintifik terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah minimnya tingkat pemahaman siswa, rendahnya motivasi dan minat belajar, serta tekanan waktu bagi guru.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ............................................................................... .. i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... . ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... . v

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... . x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Folus Penelitian ............................................................................ 7 C. Pertanyaan penelitian .................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8 E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan .................................................................. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Penelitian Terdahulu ....................................................... 11 B. Pendekatan Saintifik ................................................................... 11 C. Pembelajaran Sejarah Kebudayaa Islam ..................................... 17

  BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ................................................................ 27 B. Sumber Data .............................................................................. 28 C. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 28 D. Analisis Data .............................................................................. 32 E. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 36 F. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................. 38 BAB IV PAPARAN DATA A. Deskripsi Temuan Penelitian ...................................................... 40 B. Implementasi Pendekatan Saintifik

  dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ........................ 43

  C. Kendala-kendala Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ....................... 51

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 53 B. Saran .......................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai investasi sumberdaya manusia dipandang sebagai

  variabel terpenting yang mempengaruhi tercapainya kesejahteraan umat manusia. Pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan menghasilkan sumber daya manusia menjadi lebih baik, yang akhirnya juga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia sendiri (Murni, 2010:15). Untuk mencapai tujuan tersebut, Negara dalam hal ini “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang” (UUD 1945, pasal 31 ayat (3)).

  Pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Untuk itu, pemerintah senantiasa berusaha untuk terus memperbaiki kualitas atau mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Semakin berkualitasnya sumber daya manusia maka negara tersebut akan semakin maju.

  Masalah yang sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah rendahya mutu pendidikan baik dari guru maupun peserta didik. Sistem pembelajaran yang terjadi kebanyakaan masih bersifat teaching center atau guru menjadi pusat pendidikan. Pendidikan yang berpusat pada satu orang mengakibatkan peserta didik kurang aktif dan inovatif belajar yang cenderung pasif, kurangnya peserta didik dalam berpartisipasi aktif, kurangnya keterampilan dalam bicara mengakibatkan peserta didik memiliki mutu keaktifan bertanya yang rendah. Rendahnya mutu belajar, motivasi, kualitas, dan segala keaktifan akan berpengaruh pada capaian daya serap materi pelajaran yang diterima peserta didik.

  Dalam hal ini untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah berupaya yang salah satunya yaitu dengan menerapkan kurikulum 2013.

  Penerapan kurikulum 2013 ini bertujuan untuk meminimalisasi peran guru atau sekolah dan menambah peran siswa sebagai pihak yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013, kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian tujuan pendidikan perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi tersebut (Kemendikbud, 2013).

  Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu proses pembelajaran pada kurikulum 2013 yang di berikan untuk pendidikan dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Sebagaimana Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah mengisyarat tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (Kemendikbud, 2013).

  Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru saja. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu berbagai sumber observasi bukan diberi tahu.

  Pendekatan saintifik menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerjasama di antara peserta didik dalam menyikapi setiap permasalahan dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran selain dengan tetap mengacu pada standar proses di mana pembelajarannya diciptakan dengan memuat suasana eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, juga dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Dengan demikian peserta didik akan menguasai materi yang dipelajari dengan baik dan benar (Majid, 2014:71).

  Dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik ini, peran guru tidak kalah pentingnya. Guru diharapkan memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial dalam menunjang proses belajar mengajar. Kompetensi pedagogik mendapat penekanan khusus pada kurikulum 2013 ini karena guru harus mampu mendorong dan mengispirasi siswa untuk dapat memahami, menerapkan, dan memgembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merspon materi pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tidak hanya mencakup satu mata pelajaran saja, peserta didik harus mempu menguasai dan memahami semua mata pelajaran yang telah diberikan guru. Salah satunya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

  Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu dari empat mata pelajaran yang terhimpun dalam Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari Alqur ’an-Hadits, Akidah Akhlak, Fikih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Agama No. 912 Tahun 2013 bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa dalam hal beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah (Lampiran Permenag No. 912 Tahun 2013).

  Sejauh ini, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dipandang sebagai kegiatan yang membosankan. Betapa tidak, pelajaran ini kerap diajarkan secara klasikal, yakni menghafal atau sebagai pelajaran hafalan. belajar sejarah tidak terbatas pada tingkat mengetahui dan mengingat apa yang terjadi yang meliputi 5W 1H (who/siapa, what/apa, when/kapan,

  

where /dimana, why/mengapa, dan how/bagaimana). Siswa hanya didorong

  untuk menghafalkan materi bukan memahami materi Sejarah Kebudayaan Islam sehingga siswa merasa terbebani dengan materi pelajaran ini.

  Pembelajaran sejarah yang pada umumnya dilaksanakan selama ini lebih berkisar pada tujuan untuk mengajar tercapainya target yang dikehendaki oleh kurikulum sehingga bagaimana prosesnya tidaklah begitu mendapat perhatian serius oleh guru.

  Di sisi lain, pengertian secara harfiah dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau atau pada masa yang masih ada. Manfaat ilmu tarikh untuk mengetahuai keadaan-keadaan atau kejadian- kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat (Nata, 2008: 81). Untuk itu pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peranan penting dalam kehidupan. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memungkinkan dapat mengetahui keadaan masalalu peradaban Islam yang mengandung banyak nilai dan pelajaran bagi kehidupan manusia. Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan mampu memberikan sumbangan yang besar terhadap realitas kehidupan umat islam saat ini.

  Pentingnya Sejarah Kebudayaan Islam dalam kehidupan umat manusia bisa dilihat dari penceritaan beberapa kisah nabi, rasul dan umat terdahulu di dalam Alquran dalam Q.S Yusuf ayat 111 disebutkan:

  

ِيِرَّلاَِقيِدْصَتِ ْيِكَل َوِي َسَتْفُياًثيِدَحَِىاَكاَهِِبَبْلَلّْاًِِل ْوُ ِّلٌّة َسْبِعِْنِه ِصَصَقًِِفَِىاَكْدَقَل

َِىىُنِه ْؤُيٍِمىَقِّلًتَوْح َز َوِيًدُه َوٍِئَشِِّلُكَِلْي ِصْفَت َوِِهْيَدَيَِيْيَب

  Artinya:

  “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran

bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur`an itu bukanlah cerita yang

dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan

menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum

yang beriman”. ( Q.S. Yusuf (12): 111)

  Dengan demikian, Sejarah Kebudayaan Islam bukan hanya sekumpulan cerita yang berkaitan dengan tanggal, tokoh, dan tempat berbagai peristiwa penting terjadi, tetapi juga sarat makna dan menjadi rujukan untuk mengambil pelajaran (ibrah) dan terutama inspirasi untuk menata hari esok yang lebih baik.

  Mengingat pentingnya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas, untuk itu diperlukan kajian mendalam penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga dapat menjembatani pembelajaran yang bermakna bagi siswa di kelas. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis implementasi pendekatan saintifik dalam Sejarah Kebudayaan Islam pada tingkat Madrasah Aliyah dan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan pendekatan saintifik tersebut.

  Berawal dari latar belakang inilah peneliti mempunyai ketertarikan untuk meneliti secara mendalam tentang

  “IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MA NEGERI KARANGANYAR”.

  B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian memberikan batasan masalah hanya pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang diteliti agar penelitian lebih fokus. Penelitian ini difokuskan pada implementasi pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar. Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan implementasi pembelajaran saintifik dan mendeskripsikan kendala-kendala pembelajaran saintifik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar.

  C. Pertanyaan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian yang dijelaskan tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut.

  1. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar?

  2. Apa saja kendala penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar?

  D. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.

  2. Mendeskripsikan kendala implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar.

  E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

  a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan Sejarah Kebudayaan Islam.

  b. Menambah dan memperkaya keilmuan pendekatan saintifik dalam dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

  a. Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, penelitian ini kiranya dapat dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi untuk dapat membantu pengembagan kualitas pembelajaran, khususnya Sejarah Kebudayaan Islam.

  b. Sebagai upaya untuk membelajarkan diri dalam penggunaan pendekatan saitifik dalam semua mata pelajaran, khususnya Sejarah Kebudayaan Islam.

F. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima kelompok dengan rincian sebagai berikut.

  BAB I : Pendahuluan Bab pertama menjelaskan latar belakang penelitian, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaati penelitian, kajian penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.

  BAB II : Kajian Pustaka Bab kedua menjelaskan kajian pustaka yang menjadi landasan dalam memahami pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

  BAB III: Metode Penelitian Bab ketiga membahas metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi latar belakang kontekstual, waktu penelitian, metode penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, pengujian data, dan teknik analisis data.

  BAB IV : Paparan Data Bab keempat membahas temuan penelitian yang diperoleh melalui studi dokumentasi, wawancara dan menganalisis pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

  BAB V: Simpulan Bab kelima berisi kesimpulan atas analisis dari bab sebelumnya, rekomendasi, dan keterbatasan penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Penelitian Terdahulu Setelah melakukan kajian penelitian terdahulu, belum ada penelitian yang

  secara khusus meneliti tentang bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan tetapi ada beberapa skripsi yang mempunyai kemiripan dengan skripsi penulis. Diantara beberapa kajian penelitiannya yaitu:

  1. Skripsi yang ditulis oleh Dewi Shinta Nuraini mahasiswa jurusan PAI

  Fakultas tarbiyah ilmu keguruan IAIN SALATIGA Tahun 2016 yang berjudul “Penerapan Pendekatan Santific Mata Pelajaran Pendidikan

  Agama Islam Pada Siswa Kelas VIII Smpn 7 Salatiga Tahun 2016”.

  2. Skripsi yang ditulis oleh Usriya Hidayati mahasiswa jurusan PAI Fakultas

  tarbiyah ilmu keguruan IAIN SALATIGA Tahun 2016 yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

  Islam Di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 (Studi Analisis Tentang Karakter Jujur, Disiplin Dan Tanggung Jawab)”.

B. Pendekatan Saintifik

  Dalam proses pembelajaran, pendekatan digunakan untuk memudahkan dalam mencapai tujuan. Sagala (2009: 68) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu. Adapun menurut Sanjaya (2006: 127) ialah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai terjadinya proses pembelajaran secara umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu.

  Daryanto (2014: 51) menyatakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik ialah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengontruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (mengidentifikasi atau menemukan masalah), mengumpulkan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

  Kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna (Kemendikbud, 2013). Dalam Permendikbud Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum disebutkan bahwa proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Pudjiani, 2004:7).

  1. Mengamati

  Proses pengamatan dilakukan melalui indera penglihatan (melihat atau membaca) dan indera pendengaran (mendengarkan atau menyimak) baik menggunakan alat maupun tidak (Pudjiani, 2014:15). Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).

  Kegiatan ini memiliki keuggulan tertentu, seperti meyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaanya.

  Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, dan mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan ialah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

  2. Menanya

  Guru yang efektif mampu menginspirasi pesera didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang meliputi konsep, hukum, prosedur, atau hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi dimana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan sampai ketingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

  Bertanya dalam proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut seperti yang dikemukakan oleh W.Gulo dalam Pudjiani (2002: 102) yaitu: a. Mengembangkan minat dan keingintahuan.

  b. Memusatkan perhatian pada pokok masalah.

  c. Mendiagnosis kesulitan belajar.

  d. Meningkatkan keaktivan belajar peserta didik.

  e. Kemampuan memahami informasi.

  f. Kemampuan mengemukakan pendapat.

  g. Mengukur hasil belajar.

  Kriteria pertanyaan yang baik ialah singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergent, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi (Kemendikbud, 2013).

3. Mengumpulkan informasi

  Kegiatan “mengumpulkan informasi/eksperimen” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan objek atau fenomena dengan teliti, atau bahkan melakukan eksperimen sehingga dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Permendikbud 81 A tahun 2013 menjelaskan bahwa aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas wawancara dengan sumber dan sebagainya.

  Kompetensi yang diharapkan ialah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

  Keg iatan “eksperimen” dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

  Agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar maka: (1) guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid (2) guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen (6) membagi kertas kerja kapada murid (7) murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secaran klasikal.

4. Mengasosiasi

  Kegiatan “mengasosiasi, mengolah, dan menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud 81 A tahun 2013 ialah memproses informasi atau eksperimen hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan menanya. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keleluasan dan kedalam sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan ialah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedural dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengkomunikasikan

  Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasi dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik t ersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud 81 A tahun 2013 ialah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainya.

C. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

  Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang artinya pohon. Kalau kita gambarkan secara sistematis memang sejarah hampir sama dengan pohon; bermula dari sebuah bibit, mempunyai cabang dan ranting, bertumbuh dan berkembang, lalu layu dan tumbang. Kata sejarah seirama dengan kata silsilah, kisah, dan hikayat; yang semuanya itu berasal dari bahasa Arab. Istilah lain untuk sejarah ialah tarikh, berasal dari akar kata taurukh yang berarti pemberitahuan tentang waktu, dan kata tarikh asy

  syaya’i kadang kala berarti tujuan dan masa berakhirnya suatu peristiwa (Munir, 2014: 1)..

  Dalam bahasa barat, sejarah disebut histoire (Prancis), historie (Belanda), dan history (Inggris). Bahasa Yunani yaitu istoria yang berarti ilmu. Namun secara istilah, berarti masa lampau umat manusia. Sedikit berbeda dengan bahasa-bahasa tersebut, sejarah dalam bahasa Jerman disebut geschihte, berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi. Dalam pengertian lain sejarah ialah catatan-catatan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau atau kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia (Munir, 2014: 1-2)..

  Sementara itu sejarawan muslim Ibnu Khaldun, berpendapat bahwa sejarah ialah catatan tentang perubahan-perubahan, solidaritas, revolusi, dan pemberontakan sebagai akibat timbulnya negara, kegiatan, dan kedudukan sosial yang bermacam-macam untuk mencapai penghidupan, ilmu pengetahuan dan perubahan (Munir, 2014: 2).

  Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan daya berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian kebudayaan ialah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah “kebudayaan” sering dikaitkan dengan is tilah “peradaban”. Perbedaanya ialah kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi, dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi (Wikipedia).

  Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang disebut sebagai

  

superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung

  keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemempuan- kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat (Wikipedia).

  Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi kebudayaan ialah sarana, hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Wikipedia). Apabila dikaitkan dengan Islam, maka kebudayaan Islam ialah hasil karya, karsa cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai Islam yang bersumber hukum dari Alquran dan Sunnah Nabi. Islam berasal dari bahasa Arab yaitu

  aslama-yuslimu-Islama yang artinya selamat. Meurut istilah Islam ialah

  agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam (Marromah, 2014: 34).

2. Dasar Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

  Sebagai pelajaran yang wajib sejarah juga sudah diajarkan di dalam ayat- ayat Alquran yang dikisahkan sebagai umat terdahulu untuk mendapat pelajaran yang bisa diambil di masa yang sekarang dan yang akan datang seperti yang di jelaskan dalam surat At Taha ayat 126:

  ِ َكِلاَذًِِفَِّىِإ ِْنِهِنِكاَسَهًِِفَِىىُشْوَيِِىوُسُقْلاَِيِّهِْنُهَلْبَقاَنْكَلْهَأِْنَكِْنُهَلِدْهَيِْنَلَفَأ ًَهُّنلاًِِل ْوُ ِّلٍَِثاَي َلَ

  Artinya: maka tidaklah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin)

  berapa banyaknya kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas

  • –bekas) tempat tinggal umat-umat itu? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Q.S. Taha (20):126

3. Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam a. Proses lahir

  Lahirnya Bani Umayyah tahun 40 Hijriyah oleh Muawiyah Bin Abi Sufyan di kota kecil Illiyat di wilayah Yerusalem, diperkirakan oleh para pakar sejarahwan sebagai sabotase terhadap pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dari pemerintahan terakhir khulafaurrasyidin. Karena pengangkatan Ali oleh mayoritas masyarakat Islam mengganti khalifah Usman tidak pernah disetujui oleh pihak Muawiyah maka berbagai cara dilakukan oleh Muawiyah untuk menurunkan atau menghancurkan Ali dari pemerintahannya. Salah satu caranya ialah Muawiyah dan kelompoknya memfitnah Ali dengan menyebarkan isu bahwa Ali-lah yang ada di belakang terbunuhnya Usman Bin Affan. Isu ini termakan oleh beberapa pembesar di kalangan umat Islam, seperti Siti Aisyah, Zubair Bin Awwam dan Thalhah Bin Ubaidillah. Mereka mengumumkan perang terhadap Ali karena sewaktu mereka meminta pertanggungjawaban khalifah Ali akan kematian Usman Bin Affan, Ali dengan tegas mengatakan dia tidak tahu menahu tentang kematian Usman. Mereka lalu menangkat perang terhadap Ali Bin Abi Thalib dengan tujuan memaksa Ali untuk mengakui perbuatanya. Perang tersebut disebut perang jamal karena Aisyah mengendarai unta pada saat memimpin perang. Kemenangan perang berada di pihak Ali karena mayoritas masyarakat Islam mendukung Ali Bin Abi Thalib.

  Kelompok Muawiyah tetap membuat propaganda untuk menghancurkan pemerintahan Ali dengan cara menghimpun kekuatan besar dengan tujuan menyerang Ali Bin Abi Thalib. Tantangan Muawiyah dijawab oleh Ali dengan mempersiapkan pasukan. Perang berkecamuk dan menelan banyak korban diantara kedua pihak yang bertikai. Perang tersebut dalam sejarah disebut dengan perang Siffin karena terjadi di wilayah kecil Siffin, sebuah wilayah perbukitan antara Madinah dengan Damaskus. Kemenangan berada dipihak Ali karena mayoritas masyarakat Islam mendukung khalifah Ali. Akan tetapi seperti pada perang sebelumnya yaitu perang jamal, Muawiyah tidak pernah menerima kemenangan khalifah Ali. Sikap tidak mau menerima kekalahan itu di wujudkan Muawiyah dengan mengajak damai khalifah Ali sampai 3 kali dengan cara membujuk dengan merobek- robek Alquran. Pada akhirnya Ali mau berdamai karena melihat Alquran dirobek-robek oleh Muawiyah.

  Skenario diatur oleh Muawiyah atas saran Amru Bin Ash, dan pra perdamaian dilakukan antara Muawiyah dengan Amru di pihak Ali dengan Musa Asyari. Pra perdamaian itu menyepakati untuk besuk pada saat perdamaian, Muawiyah dan Ali di umumkan diturunkan dari jabatan khalifah dan di angkat khalifah yang baru atas pilihan masyarakat Islam. Ternyata besoknya pada saat perdamaian berlangsung pada saat acara pengumuman menurunkan Muawiyah dan Ali yang berdiri giliran pertama mengumumkan adalah Abu Musa karena usianya lebih tua, dan dia mengumumkan bahwa hari ini menurunkan Ali dari kekhalifahan. Sementara giliran kedua Amru berdiri kemudian mengumumkan bahwa karena Ali sudah diturunkan dari khalifah maka saya mengumumkan Muawiyah menjadi khalifah yang sah. Sekenario perdamaian ini disebut Arbitrase.

  Sikap damai Ali ternyata tidak memberi perdamaian Ali dengan Muawiyah. Kelompok Ali justru pecah menjadi 3 kelompok khawarij yang menentang keras terhadap perdamaian, syiah yang setuju dengan sikap Ali dan murjiah yang mengambil jalan tengah dengan sikap diam. Muawiyah memfungsikan kelompok keras khawarij untuk membunuh khalifah Ali dan seorang pengikut garis keras khawarij yang bernama Abdur Rahman Bin Muljam pada suatu pagi setelah sholat subuh menusuk khalifah Ali.

  Wafatnya Ali disambut oleh pihak Muawiyah dengan suka ria, karena dengan demikian Bani Umayyah yang telah diproklamirkan pada saat 40 hijriyah akan menjadi eksis dan menjadi satu-satunya pemerintaha yang sah dalam Islam.

b. Fase – Fase Pemerintahan Bani Umayyah 1) Fase pembentukan dan pembinaan

  Dimulai dari berdirinya Bani Umayyah tahun 40 H atau 662 M sampai masa pemerintahan Walid Bin Abdul Malik khalifah ke-6 ketika Islam masuk eropa atau Andalusia yang dibawa oleh Tariq Bin Ziad tahun 711 M. Pada masa ini pembinaan peradaban Islam berjalan dengan pendekatan arabisasi (Arab Oriented) yaitu pengembangan peradaban yang berciri Arab. Pada saat itu pengembangan peradaban didominasi ukiran-ukiran di dinding-dinding masjid dan istana yang dihiasi dengan tulisan-tulisan kaligrafi yang indah. Lagu-lagu padang pasir dari warisan arab pra Islam dipadukan dengan seni Islam yang menghasilkan lagu-lagu qosidah yang indah. Ilmu yang dikembangkan oleh Bani Umayyah pada saat itu masih yang berciri Arab asli, yaitu bahasa (Nahwu,dan Balaghah), Qiraat dan Hadis, Tafsir dan Tarikh Islam.

  Pada fase pertama ini perluasan wilayah berjalan sangat pesat, Islam masuk sampai wilayah-wilayah pelosok diempat benua: Asia, Afrika Eropa dan Amerika. Wilayah di imperium-imperium besar: Yunani, Romawi, Persia dan Gothia banyak yang takluk pada Islam dengan membayar upeti yang besar. Khusus imperium besar Yunani pada saat itu telah lemah dan semua wilayah telah dikuasai oleh imprerium yang baru muncul yaitu Islam Bani Umayyah. Pembinaan peradaban, ilmu dan kebudayaan serta administrasi pemerintah berkembang baru pada periode selanjutnya sementara pada periode ini para khalifah fokus pada pengembangan wilayah kekuasaan atau perluasan wilayah (Islamisasi).

2) Fase Kemajuan

  Dimulai dari masa khalifah ke-7 Sulaiman Bin Malik sampai masa Umar Bin Abdul Azis khalifah ke-8 dari pemerintahan Bani Umayyah. Pada fase ini Islam telah berkembang hampir di penjuru dunia, seperti dari wilayah Asia Tenggara sampai Asia Timur jauh dari Afrika Utara sampai Andalusia dan dari India sampai Persia. Islam dibawa oleh sahabat-sahabat Nabi seperti Uqbah Bin Nafi dan Musa Bin Nusair di Afrika Utara, Saad Bin Abi Waqas di wilayah Cina dan Indonesia, Abdullah Bin Abi Sara di India dan Tariq Bin Ziad di Eropa atau Andalusia. Pada fase kedua ini perluasan wilayah Islam tetap berjalan dengan lancar, banyak wilayah baru yang ditaklukan, akan tetapi perhatian pemerintah diarahkan penuh pada pengembangan peradaban ilmu dan administrasi pemerintah.

  Pemerintah Bani Umayyah sedang membangun pusat-pusat kota menjadi kota satelit yang indah, masjid dan istana dibangun dalam kualitas yang baik, seta pada fase ini penemuan mata uang sebagai alat pembayaran telah ditemukan oleh khalifah Marwan Bin Hakam khalifah ke-4 Bani Umayyah. Sebagai bukti kemajuan peradaban Bani Umayyah telah berjalan dengan pusat. Pada fase ini Bani Umayyah sudah mampu menciptakan beberapa peradaban yang mempunyai kualitas tinggi, dan dapat dimanfaatkan oleh orang banyak. Bentuk- bentuk peradaban yang tumbuh pada masa kejayaan Bani Umayyah diantaranya:

  a) Ilmu pengetahuan seperti Qiraat, Nahwu, Balaghah, Tafsir, Hadis, dan Sejarah.

  b) Bangunan fisik seperti istana, masjid, irigasi dan jembatan. c) Departemen pemerintahan seperti nidhamul maal /keuangan,

  qadi /hukum, jawatan pos, pengawal istana, ketentaraan, sekretaris, dan pengantar surat.

3) Fase Runtuh

  Masa ini dimulai dari masa kekuasaan Yazid Bin Abdul Malik khalifah ke-9 yang tidak bisa mengendalikan pemerintahan seperti kedua kakaknya Walid dan Sulaiman. Pada saat dia diangkat banyak terjadi pemberontakan pada khalifah Yazid tidak dapat mengendalikan pemberontakan

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C YPPALB MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 122

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

0 1 174

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMP N 1 WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 102

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 3 127

KONSEP ETOS KERJA ISLAMI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 221

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 138

PEMBELAJARAN AL-QURAN PADA SISWA TUNARUNGU DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PEMBELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 115

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI KARYA DEDDY MIZWAR SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 191

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 1 BAWEN TAHUN AJARAN 20152016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab) SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I

0 0 182

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENYANDANG TUNARUNGU SISWA KELAS B SMPLB NEGERI SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd

0 0 153