Judul Skripsi : Pembiasaan Sedekah dalam Pembentukan Nilai-Nilai Karakter Siswa di SMA N 1 Tuntang Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 - Test Repository

  PEMBIASAAN SEDEKAH DALAM PEMBENTUKAN NILAI-NILAI KARAKTER SISWA DI SMA N 1 TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh AHMAD IHYA ULUMUDDIN NIM 11113083 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

ِساَّنلِل ْمُهُعَفْ نَأ ِساَّنلاُرْ يَخ

  

Sebaik-baik Manusia Adalah yang Paling Bermanfaat

Bagi Manusia”

(HR. Ahmad ath-Thabrani,ad-Daruqutni)

  PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, serta diiringi dengan luapan syukur kan ku persembahkan skripsi ini untuk: malaikat tak bersayapku, bapak nur hamid, serta ibu siti muniroh yang senantiasa mencurahkan segala yang mereka punya, dukungan, doa serta kasih sayang . kedua adikku tercinta, dek uswatun, dek ifah. Serta tak tertinggal sahabat selangkah seperjuangan selaras se asa dalam mencapai cita-cita. KATA PENGANTAR

   ِميِحَّرلا ِن ْحَّْرلا ِالله ِمْسِب

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.

  Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya Amin.

  Sebagai insan yang lemah, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya pihak-pihak yang mendukung, dan memberikan pencerahan bagi penulis. Oleh karena itu dengan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan, dukungan, motivasi, dan bimbingan kepada : 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan FTIK 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua jurusan PAI FTIK 4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. Selaku pembimbing skripsi 5. Bapak Bahroni, Selaku dosen pembimbing akademik 6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan meguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

  7. K.H. Zoemri RWS (Alm) serta ibu nyai Hj. Latifah selaku pengasuh PPTI Al-Falah yang selalu mendoakan santri - santrinya.

  8. Para asatidz PPTI Al-Falah yang dengan ikhlas menyalurkan ilmu pengetahuannya.

  9. Bapak Kepala SMA N 1 Tuntang, bapak Kaswanto, M.Pd. yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

  10. Bapak Drs. H. Dudi Istiarto selaku kurikulum dan guru PAI bapak Drs.

  Djudi dan ibu wilda, serta dewan guru dan siswa SMA N 1 Tuntang 11. Kepada orang tua yang selalu berkorban apapun demi keberhasilan penulis, Bapak Nur Hamid beseta Ibu Siti Muniroh tercinta.

  12. Kepada adikku tersayang Uswatun Fitriyah dan Urifatul Muzdalifah serta penyemangat keseharianku Novi Dian Amaliya S.Pd.

  13. Kepada keluargaku bani Kusjairi dan bani Mad Ngali yang selalu mendoakan keberhasilan anggota keluarganya.

  14. Keluarga besar PPTI Al Falah yang selalu membantu dalam memperbaiki kepribadianku.

  15. Kawan selangkah seperjuangan Mahasiswa Al - Falah Tahun Angkatan 2013 yang selalu mensuport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  16. Kepada seluruh kawan sekampus, anak-anak PAI C angkatan 2013 17.

  Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi serta dukungan dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa mendo’akan semoga Allah membalas kebaikan yang berlipat ganda kepada mereka.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari kajian yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbakan skripsi ini.

  Salatiga, 27 Mei 2017 Penulis

  (Ahmad Ihya Ulumuddin)

  ABSTRAK

  • Ulumuddin, Ahmad Ihya. 2017. Pembiasaan Sedekah Dalam Pembentukan Nilai

  Nilai Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Tuntang Kab Semarang Tahun

  Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Pelajaran 2016/2017. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum. M.Pd.

  Kata Kunci: Pembiasaan Sedekah, Karakter Siswa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kegiatan sedekah yang dilaksanakan dalam pembentukan nilai-nilai karakter siswa di SMA N 1 Tuntang. (2) pembentukan dalam karakter siswa di SMA N 1 Tuntang setelah melakukan sedekah.

  Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan data penelitian dianalisis menggunakan analisis kualitatif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kegiatan sedekah yang berada di SMA N 1 Tuntang dilakukan pada setiap hari Senin dan setelah selesai pembelajaran PAI yang mana dalam pelaksanaannya di bimbing oleh guru dan dilaksanakan oleh siswa perkelas sebagaimana ketika hari Senin anggota osis meminta sedekah seikhlasnya kepada siswa dan setelah pembelajaran PAI ketua dan bendahara kelas meminta sedekah seikhlasnya kepada temen-teman mereka. (2) pembiasaan sedekah yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tuntang menunjukkan adanya pembentukan nilai-nilai karakter kepada siswa yaitu sifat keimanan, keikhlasan, dan sosial yang tinggi, serta dapat menumbuhkan nilai religius, nilai kemandirian dan nilai tanggung jawab. hal itu bertujuan untuk memperbaiki karakter dan sikap siswa dalam karakter di sekolah maupun di masyarakat.

  DAFTAR ISI Sampul .................................................................................................................. i Persetujuan pembimbing ....................................................................................... iii Lembar pengesahan ............................................................................................... iv Pernyataan Keaslian Tulisan ................................................................................ v Motto .................................................................................................................... vi Persembahan ........................................................................................................ vii Kata Pengantar ..................................................................................................... vii Abstrak ................................................................................................................. x Daftar Isi ............................................................................................................... xi Daftar Tabel ......................................................................................................... xv Daftar Lampiran ................................................................................................... vi

  BAB I PENDAHUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10 E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 11 F. Metode Penelitian...................................................................................... 12 G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 15

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembiasaan ........................................................................................ 17 1. Makna Pembiasaan ....................................................................... 17 2. Dasar dan Tujuan Pembiasaan ....................................................... 19 a. Dasar Pembiasaan ................................................................... 19 b. Tujuan Pembiasaan ................................................................. 20 3. Langkah Pembiasaan ..................................................................... 21 4. Faktor Pembiasaan......................................................................... 22 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan .......................... 25 6. Nilai Kebiasaan ............................................................................. 26 B. Sedekah .............................................................................................. 27 1. Pengertian Sedekah ....................................................................... 27 2. Dasar-Dasar Ajaran Sedekah ........................................................ 28 3. Hukum Sedekah............................................................................. 29 4. Macama-Macam Sedekah ............................................................. 30 5. Tujuan dan Hikmah Sedekah ......................................................... 32 C. Karakter Siswa ................................................................................... 34 1. Makna Karakter dan Siswa ............................................................ 34 2. Pendidikan Karakter ...................................................................... 36 3. Tujuan Pendidikan Karakter .......................................................... 41 4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter .................................................... 42 5. Pengembangan dan Pembinaan Karakter ...................................... 47 D. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 49

  BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Tuntang ........................................ 51 1. Letak Sekolah..... ........................................................................... 51 2. Sejarah Berdirinya ......................................................................... 52 3. Identitas Sekolah ........................................................................... 52 4. Visi, Misi dan Tujuan .................................................................... 53 5. Struktur Organisasi ........................................................................ 54 6. Keadaan Siswa............................................................................... 56 7. Keadaan Guru ................................................................................ 56 8. Sarana Prasarana ............................................................................ 58 9. Keunggulan SMA N 1 Tuntang ..................................................... 61 10. Partisipasi Lingkungan ................................................................. 62 B. Temuan Penelitian 1. Kegiatan Sedekah yang Dilaksanakan Dalam pembentukan Nilai-Nilai Karakter Siswa di SMA N 1 Tuntang .......................................................................................... 63 2. Pembentukan Dalam Karater Siswa di SMA N 1

  Tuntang Setelah Melakukan Sedekah ........................................... 67

  BAB IV ANALISIS DATA A. Kegiatan Sedekah yang Dilaksanakan Dalam pembentukan Nilai-Nilai Karakter Siswa di SMA N 1 Tuntang............................................................................................... 69 B. Pembentukan Dalam Karater Siswa di SMA N 1

  Tuntang Setelah Melakukan Sedekah ................................................ 76

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 82 B. Saran ................................................................................................ 82 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keadaan Tenaga Pengajar di SMA Negeri 1 TuntangTabel 1.2 Data Sarana Prasarana

  DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Tugas Pembimbing Skripsi 2.

  Lembar Konsultasi Skripsi 3. Surat Permohonan Izin Penelitian 4. Hasil Wawancara 5. Surat Keterangan Penelitian 6. Riwayat Hidup Penulis 7. Dokumentasi 8. Nilai SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kaidah kehidupan manusia dituntut untuk berbudi pekerti

  yang baik dan luhur yakni dapat diterima dalam pergaulan sesama teman terlebih juga di dalam masyarakat, yang artinya bahwa setiap tingkah laku perbuatan dan perkataan mempunyai nilai positif sehingga dalam pergaulan dan lingkungan masyarakat menilai baik. Dengan membawa nama baik manusia akan selalu diterima dimanapun dia tinggal.

  Sebagai manusia yang memposisikan diri sebagai orang baik, maka tidak terlepas dari ajaran agama yang dianut. Agama diyakini akan memproduksi kearifan sosial masyarakat. Islam itu sendiri sebagai

  rahmatan lil ‘alamin, mengajarkan hidup bermasyarakat, bersosial, dan berbudaya selalu dilandasi dengan akhlakul karimah.

  Dalam pencapaian kepribadian yang baik (muhsin) terdapat tiga pola yang dapat diterapkan , yaitu: pertama, pola hierarki, yang mana masing- masing karakter memiliki tata urut dan tahapan. Artinya, masing-masing karakter memiliki tangga yang harus dilalui dari tahap pertama menuju tahap berikutnya. Dalam dunia psikosufistik, pola hirearki ini disebut

  maqomat, sebagai contoh untuk mencapai kepribadian yang baik individu

  memiliki karakter taubah, diteruskan dengan zuhud,sabar, faqir, tawadhu, takwa, tawakal, ridha, cinta dan berakhir pada ma’rifat. Kedua, pola proporsional, yang mana individu dapat memiliki bagian-bagian dari kepribadian yang baik menurut keeadaan yang dialami, tidak menuntut adanya tata urut. Bagi individu yang memiliki sifat agresif dan pemarah maka sabar merupakan karakter yang harus ditanamkan pada diri. Bagi individu yang matrealis maka

  qana’ah merupakan karakter yang paling

  cocok diterapkan . bagi individu yang terlalu boros maka cobalah untuk hemat dan mau untuk berbagi dengan orang lain. Ketiga, pola eklektis, yaitu menggunakan semua bentuk kepribadian yang baik secara campuran dan simultan, sebab masing-masing bentuk kepribadian baik merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh, seorang yang materealis sesungguhnya ia tidak memiliki zuhud, sabar, faqir, tawak, dan ridha. Untuk menghilangkan sifat matrealis harus melakukan kelima karakter yang baik secara bersamaan. Dengan menggunakan pendekatan sistem dalam melihat kepribadian, maka yang digunakan adalah pola eklektis, walaupun tata urutan penulisan ini menggunakan pola hierarkis (Mujib,2006: 307)

  Sebagai agama wahyu terakhir, agama Islam merupakan suatu sistem aqidah dan syari’ah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia terlebih di dalam hubungan hablum minannas. Memberi bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek kehidupan yang saling toleran dan saling tolong menolong untuk menciptakan hubungan yang harmonis sesama umat beragama. Nilai

  • – nilai keagamaan hendaklah ditanamkan sejak dini sebagai wujud tantangan degradasi moral seiring perkembangan zaman. Di atas pundak para remaja saat inilah harapan agar terciptanya tatanan kehidupan, harkat, derajat dan martabat yang
mempunyai konsep memanusiakan manusia. Kenyataan yang demikian menunjukkan bahwa dunia pendidikan harus memberi peran penting dalam menangkal dekadensi moral bangsa dalam upaya menyiapkan generasi muda masa depan yang lebih baik. Terkait hal ini, disadari bahwa tujuan pendidikan pada dasarnya adalah memperbaiki moral dalam istilah lain dikenal dengan memanusiakan manusia.

  UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Bab II Pasal 3 UU No 23 tahun 2003). Secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa serta raga) untuk menghadapi masa depan. Oleh karena itu seorang pendidik dituntut untuk bisa menguasai IQ atau kecerdasan intelegensi, SQ atau kecerdasan spiritual, dan EQ atau kecerdasan emosional secara bersamaan untuk mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional tersebut.

  Proses pendidikan diharapkan mampu membantu manusia memenuhi kebutuhan jiwanya akan kepercayaan dan keyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Kepercayaan ini membawa pada pengakuan diri bahwa kuasa manusia merupakan pemberian Tuhan atas kuasa-Nya. Dari sisi melahirkan kesadaran makna, arti, dan tujuan hidup harus diletakkan pada spirit ke-Tuhanan. Keyakinan ini melahirkan sikap batin bahwa kebahagiaan hidup dapat dirasakan di dunia ini berupa ketenangan dan ketentraman jiwa yang bersumber dari Tuhan. Ketentraman jiwa dapat diperoleh dengan perasaan mendalam atas kecintaan pada Tuhan yang tumbuh dari perasaan selalu ingat akan Tuhannya. Kebutuhan rasa seperti inilah yang disebut dengan kebutuhan spiritual (Asyhari, 2016: 12).

  Salah satu hubungan hablum minannas yang dapat diterapkan di dalam dunia pendidikan yaitu dengan cara bersedekah, sedekah dapat membuat orang menjadi kaya, akan dilancarkan rizkinya oleh Allah SWT, membantu dan meringankan beban orang lain dan sebagainya terlebih dalam ranah pendidikan sedekah dapat berguna untuk pembentukan karakter siswa bagaimana cara untuk membantu orang lain dan untuk menumbuhkan sikap saling menghargai dengan orang yang tidak mampu.

  Sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara sepontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebijakan yang mengharap ridha Allah dan pahala semata. Sedekah juga salah satu kunci pembuka pintu rizki, maka barang siapa yang sering bersedekah, semakin sering pula pintu rizki terbuka.

  Semakin besar sedekah yang dikeluarkan, semakin lebar pula pintu itu terbuka (Khalid,2013:138). Semakin besar sedekah yang dikeluarkan, semakin lebar pula pintu itu terbuka. Sedekah merupakan salah satu amalan yang tidak akan pernah putus meskipun orang tersebut telah meninggal dunia yang mana telah dijelaskan oleh nabi Muhamad SAW dalam hadisnya :

  

ُناَسْن ِلِا َتاَماَذ ِإ : ْمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالل ىَّلَص ِالل ُلْوُسَر َلاَق : َلاق َةَرْ يَرُه ِبَأ ْنَع

ُهَلْوُعْدَيٍدَلَو ْوَأ ِهِب عَفَ تْ نُ ي ٍمْلِع ْوَأ ٍةَيِراَج ٍةَقَدَص ٍثَلاَث ْنِم َّلِِإ ُهُلَمَع َعَطَقْ نِإ ) (

  ه و ر

  ملسم و يراخبلا

Artinya : Dari Abi Hurairoh berkata: bahwa Rasulullah saw bersabda, jika

manusia mati maka terputuslah amalnya, kecuali tiga : sedekah jariyah,

ilmu yang bermanfaat, dan anak yang mendo’akannya (HR. Bukhori dan

Muslim).

  Inilah cara Allah dalam membalas kebaikan hambanNya. Oleh karena itu, jadilah keran sekaligus tandon. Jangan hanya menjadi tandon saja, karena bila kita hanya jadi tandon, begitu tandon penuh airpun berhenti mengalir. Berbeda jika kita menyiapkan banyak keran untuk orang lain, meskipun tandon penuh,air tetap mengalir. Begitu juga dengan rizki, semakin sering kita berbagi tidak akan mengurangi jatah kita, bahkan semain bertambah seiring banyaknya sedekah yang kita keluarkan.

  Pelipat gandaan sedekah digambarkan sebagai mana Allah telah berfirman dalam Al- Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261 yaitu:

  

           

              

  

Artinya: “ perumpaman (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang – orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih

yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap

  • – tiap bulir: seratus biji. Allah

    melipat gandakan (pahala) bagi siap yang dia kehendaki. Dan Allah Maha

    Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al Baqarah : 261)

  Bersedekah juga mampu membentuk karakter suatu anak dengan menumbuhkan sikap tolong menolong dan saling menghargai sesama teman. Dengan adanya pola pembiasaan maka siswa akan selalu ringan dalam mengulurkan tangan ataupun memberikan suatu bantuan kepada orang lain, yang mana diharapkan anak ampu mempunyai suatu kepribadian dan karakter yang agamis dan sesuai dengan tata aturan norma yang berlaku di masyarakat maupun lingkungan sekolah.

  Karakter (Inggris; character) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang bera rti “to engrave” (Zuchdi, 2013: 16). Simon Phillips menjelaskan menjelaskan karakter adalah kumpulan tata nilai yang mengarah pada satu sistem, yang kemudian sistem itu menjadi landasan dalam pemikian, sikap perilaku yang ditampilkan. Sedangkan menurut Thomas Lickona, karakter adalah disposisi batiniah yang sudah handal yang digunakan untuk menanggapi situasi dengan cara yang baik secara moral.

  Karakter dengan demikian dapat diartikan sebagai sistem nilai tertentu yang diyakini dan terpatri dalam batin seseorang, yang secara totalitas digunakan untuk merespon situasi baik ketika berpikir, bersikap, dan berprilaku dengan cara yang baik secara moral. Karakter juga merujuk pada kekhasan prilaku seseorang, apabila seseorang berprilaku curang, pembohng, kejam, rakus, dan ingkar janji, maka orang tersebut telah memanifestasikan perilaku buruk. Seseorang baru akan dikatakan berkarakter baik apabila dalam kehidupannya merealisasikan sikap dan prilaku, rajin, jujr, adil, dermawan, simpatik dan sejenisnya (Suparlan,2015:221).

  Pembentukan karakter merupakan tujuan yang sangat penting dari semua rangkaian proses pelaksanaan sistem ajaran Islam. Pada hadis yang sangat populer Rasulullah saw bersabda yang artinya:

  “ Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan keluhuran akhak. bahkan beliau berani

  menjamin bagi siapapun yang mau berusaha meningkatkan akhlaknya akan mendapat imbalan surga sesuai dengan tingkat usahanya. Pendidikan karakter sebagai pilar utama Islam yang diserukan Rasulullah, ribuan tahun kemudian dirumuskan kembali oleh beberapa tokoh pendidikan, bahwa tujuan utama pendidikan adalah pada wilayah pembentukan kepribadian manusia yang utama (Nawawi,2011:335).

  Pendidikan karakter di Indonesia sesungguhnya bukan suatu yang baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia. Beberapa pendidikan indonesia modern yang mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami antara lain: Ki Hadjar Dewantara, Soekarno, Hatta,Moh Natsir dll. Jika dilihat tujuan utama, terlebih dari kaca mata sosiologis dan politis, pendidikan karakter merupakan kepentingan negara.

  Sebab negara berkepentingan agar generasi muda dapat memiiliki persiapan yang matang ketika harus masuk dalam kehidupan politis masyarakat secara normal dan wajar tanpa kesulitan. Pendidikan bisa dikatakan berkarakter apabila melibatkan berbagai macam komposisi nilai agama, nilai moral, dan nilai-nilai kewarganegaraan. Pendidikan karakter di lembaga pendidikan (formal) lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai. Pendidikan karakter agar dapat disebut sebagai integral dan utuh mesti juga menentukan metode yang akan dipakainya, sehingga tujuan pendidikan karakter itu akan semakin terarah dan efektif.

  Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian di SMA N 1 Tuntang yang bertempat di Jln. Raya Tuntang Bringin Km. 1 Kab. Semarang yang mana SMA Negeri 1 Tuntang Kab. Semarang berdiri pada tahun 2004 dan di resmikan pada tanggal 23 juni 2005 oleh Gubernur Jawa Tengah H.

  Mardiyanto. Kegiatan praktik administrasi persekolahan ini antara lain berisi tentang manajemen kelembagaan sekolah. SMA N 1 Tuntang juga mempunyai visi dan misi yang jelas sehingga mampu menjadikan suatu generasi yang berbakat dan mempunyai akhlakul karimah. Jumlah siswa di sekolah ini mencapai sekitar 650 siswa yang berasal dari berbagai daerah. Dalam hal ini peneliti melihat adanya realitas bahwasannya di SMA N 1 Tuntang siswa diwajibkan untuk selalu bersedekah seikhlasnya setiap hari Senin dan setelah melakukan pembelajaran pendidikan agama Islam, sehingga kewajiban tersebut menjadi kebiasaan siswa yang harus dilakukan setiap hari Senin dan setelah selesai melaksanakan pembelajaran PAI. Pada awal mulanya memang sulit untuk menerapkan sistem tersebut, tetapi setelah guru menjelaskan apa sedekah itu, apa manfaat yang dapat diperoleh dari bersedekah dan memberikan suatu dasar Al qur’an maupun Hadis yang dapat membangun sikap saling tolong menolong, saling bertoleran dan dapat membentuk karakter dan kepribadian yang baik. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwasannya adanya karakter siswa yang tumbuh yaitu siswa mempunyai sifat toleran, saling membantu, dan menghargai satu sama lain.

  Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang karakter siswa setelah melaksanakan pembiasaan sedekah, dengan judul.

  “PEMBIASAAN SEDEKAH DALAM PEMBENTUKAN NILAI – NILAI KARAKTER SISWA DI SMA N 1 TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis mengajukan permasalahan pokok sebagai berikut:

  1. Bagaimana kegiatan sedekah yang dilaksanakan dalam pembentukan nilai-nilai karakter siswa di SMA N 1 Tuntang?

  2. Apa nilai-nilai karakter yang dibentuk di SMA N 1 Tuntang setelah melakukan sedekah?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.

  Untuk mengetahui kegiatan sedekah yang dilaksanakan dalam pembentukan nilai-nilai karakter siswa di SMA N 1 Tuntang

  2. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang dibentuk di SMA N 1 Tuntang setelah melakukan sedekah D.

   Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis

  1. Manfaat secara teoritis Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengembangakan keilmuan Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri Salatiga dalam hal pembiasaan sedekah dalam pembentukan karakter siswa di SMA N 1 Tuntang.

  2. Manfaat secara praktis a.

  Bagi penulis Dapat menambah dan memperluas pemahaman berpikir tentang pembiasaan sedekah dalam pembentukan karakter siswa di SMA N 1

  Tuntang.

  b.

  Bagi lembaga

  Dapat memberi masukan dan mengoreksi diri agar sekolah ini dapat lebih majukan juga dapat mengembangkan sistem pendidikan yang lebih bermutu yang salah satunya dengan meningkatkan pembiasaan sedekah dalam pembentukan karakter.

E. Penegasan Istilah

  Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang penulis bahas, maka terlebih dahulu akan dijelaska istilah-istilah yang ada dalam pembatasan yang nyata. Adapun pembatasan dan penjelasa tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sedekah

  Sedekah berasal dari bahasa arab shodaqo yaitu Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang bnar atau jujur. Menurut istilah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara sepontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.

  Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebijakan yang mengharap ridho Allah dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian tesebut oleh para fuqaha (ahli fiqih) disebut sedekah at- tatawwu’ (sedekah secara spontan dan suka rela). Sedekah juga salah satu kunci pembuka pintu rizki, maka barang siapa yang sering bersedekah, semakin sering pula pintu rizki terbuka. Semakin besar sedekah yang dikeluarkan, semakin lebar pula pintu itu terbuka (Khalid,2013:138) 2. Karakter

  Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. (Zubaedi, 2011:19).

F. Metode Penelitian

  Metode penelitian yakni menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau fakta- fakta yang dianggap benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan sebagai kerangka berfikir (Maslikhah, 2013 : 81).

1. Observasi

  Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan. Meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2002 : 133).

  Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang konkret tentang pembiasaan sedekah di SMA N 1 Tuntang. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam membentuk karakter siswa, juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi penelitian.

  2. Wawancara Metode wawancara adalah sebuah dialog atau Tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih yaitu pewawancara dan terwawancara

  (nara sumber) dilakukan secara berhadap-hadapan (face to face) ( Hanijito, 1994 : 57).

  Metode ini penulis gunakan untuk mencari data secara umum tentang SMA N 1 Tuntang dengan mewawancarai antara lain Kepala Sekolah, Guru PAI dan siswa di SMA N 1 Tuntang .

  Pelaksanaan wawancara dengan bebas terpimpin, karena akan memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban, seingga akan diperoleh data yang lebih mendalam dan lebih jelas. Pihak peneliti dapat mengarahkan secara langsung pada pokok persoalan yang sebenarnya.

  3. Dokumentasi Metode dokumantasi mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, surat, transkip, majalah, prasasti, notulen, lengger, agenda, dan sebagainya ( Riyanto, 1996 : 83).

  Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan mengumpukan data tentang SMA N 1 Tuntang secara historis, geografis, struktur organisasi dan jumlah siswa SMA N 1 Tuntang.

4. Analisis data

  Anlisis data adalah suatu analisis deskriptif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman langsung ( Bagus, 1996 : 236).

  Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisis pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut.

  Sebagian data yang diperoleh ini merupakan data kualitatif, maka penulis menggunakan teknik deskriptif analisis non statistical, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologi. Suatu analisis deskriptif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman langsung. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau menangkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

5. Tahap-Tahap Penelitian a.

  Penelitian Pendahuluan

  Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan pembiasaan sedekah serta karakter siswa, kemudian membuat kerangka atau bahan untuk memulai penelitian.

  b.

  Pengembangan desain Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang pembiasaan sedekah serta karakter siswa setelah melakukan sedekah, kemudian penulis melakukan observasi ke objek penelitian untuk melihat secara langsung bagaimana karakter siswa setelah mereka sering melakukan sedekah di SMA N 1 Tuntang.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang beberapa hal yaitu : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini berisi tentang pengertian dan teori tentang pembiasaan sedekah, sedekah, karakter, dan siswa serta hal-hal mengenai prilaku siswa dengan menganalisis sumber lain.

  BAB III HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas paparan dan temuan penelitian yaitu, sejarah SMA N 1 Tuntang, visi dan misi SMA N 1 Tuntang, motto SMA N 1 Tuntang, pendidikan dan pengajaran serta berbagai kegiatan siswa SMA N 1 Tuntang serta temuan penelitian.

  BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini penulis menganalisis tentang, bagaimana kegiatan sedekah yang dilaksanakan dalam pembentukan karakter siswa di SMA N 1 Tuntang, Apakah ada perubahan dalam karakter siswa setelah malakukan sedekah.

BAB V PENUTUP Merupakan kesimpulan, saran-saran, penutup, lampiran, daftar isi. BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. PEMBIASAAN 1.

   Makna Pembiasaan

  Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia (2000:237)

  , “ biasa” adalah 1) Lazim atau umum; 2) seperti sedia kala; 3) sudah hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari- hari. Dengan adanya prefiks “fe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa.

  Ada juga yang mengatakan bahwa pembiasaan sama dengan metode latihan. Metode latihan adalah suatu kegiatan melakukan hal yang sama.berulang-ulang secara bersungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan, agar menjadi sifat permanen. Ciri yang khas daripada metode ini adalah kegiatan yang berupa pengulangan yang berkali-kali dalam suatu hal yang sama.

  Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap atau keterampilan siap yang setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan. Jadi pembiasaan adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secra berulang-ulang guna untuk membentuk suatu kepribadian seseorang yang lebih baik (Desmita, 2012: 73).

  Dengan kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah subuah cara yang dapat dilakuakan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.

  Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menambahkan nilai-nilai moral dalam jiwa peserta didik. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa (Arif,2002:110).

  Dalam teori perkembangan peserta didik, dikenal ada teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat dibentuk oleh lingkungannya menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik.

  Menurut Burghandt, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.

  Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis(Syah,2000: 118).

  Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif kedalam diri peserta didik; baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pendekatan pembiasaan juga dinilai sangant efesien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif. Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari si pendidik (Arif,2002: 113).

  Dari paparan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan adalah suatu metode latihan yang dilakukan secara berulang-ulang guna untuk membentuk suatu kepribadian yang lebih baik.

2. Dasar dan Tujuan Pembiasaan

  Adapun dasar dan tujuan dalam metode pembiasaan adalah sebagai berikut:

a. Dasar Pembiasaan

  Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa.

  Sehingga mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, dan pola pikir tertentu. Anak perlu dibiasakan sesuatu yang baik. Lalu mereka akan mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan (Nata,1997:118).

  Seseorang yang memiliki kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk dirubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk mengubahnya sering kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius.

  Atas dasar ini, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapakan menjadi kebiasaan yang baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengannya.

  Tindakan praktis mempunyai kedudukan penting dalam Islam. Islam dengan segala penjelasan menuntut manusia untuk mengarahkan tingkah laku, insting bahkan hidupnya untuk merealisasi hukum-hukum ilahi secara praktis. Praktik ini akan sulit terlaksana manakala seseorang tidak terlatih dan terbiasa untuk melaksanakannya.

b. Tujuan Pembiasaan

  Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan , selain menggunakan perintah , suri tauladan dan pengalaman khusus juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konteksual).

  Selain itu arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai norma yang berlaku baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural (Syah,2000:123).

3. Langkah Pembiasaan

  Dalam menanamkan pembiasaan yang baik, Islam mempunyai berbagai cara dan langkah, yaitu : a.

  Islam menggunakan gerak hati yang hidup dan intuitif, yang secara tiba- tiba membawa perasaan dari suatu situasi ke situasi yang lain dan dari suatu perasaan ke perasaan yang lain. Lalu Islam tidak membiarkannya menjadi dingin, tetapi langsung mengubahnnya menjadi kebiasaan- kebiasaan yang berkait-kait dengan waktu, tempat,dan orang-orang lain (Harun,2001:367).

  b.

  Pendidikan hendaknya sesekali memberikan motivasi dengan kata-kata yang baik dan sesekali dengan petunjuk-petunjuk. Suatu saat dengan memberi peringatan dan pada saat yang lain dengan kabar gembira. Kalau memang diperlukan, pendidik boleh memberikan sanksi jika ia melihat ada kemaslahatan bagi anak guna meluruskan penyimpangan dan penyelewengan.

  c.

  Memberikan arti positif dalam membiasakan anak dengan keutamaan- keutamaan jiwa, akhlak mulia dan tata cara sosial. Dari kebiasaan ini akan menjadi orang yang mulia, berfikir masak dan bersifat istiqomah. Pendidik hendaknya membiasakan anak dengan teguh aqidah dan moral sehingga anak-anak pun akan terbiasa tumbuh berkembang dengan aqidah I slam yang mantap, dengan moral Al Qur’an yang tinggi. Lebih jauh mereka akan dapat memberikan keteladanan yang baik, perbuatan yang mulia dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain (Ulwan,2002:64).

4. Faktor Pembiasaan

  Faktor terpenting dalam pembentukan kebiasaan adalah pengulangan, sebagai contoh seseorang anak melihat ssesuatu yang terjadi dihadapannya, maka ia akan meniru dan kemudian mengulang-ulang kebiasaan tersebut yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan. Melihat hal tersebut faktor pembiasaan memegang peranan penting dalam mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menanamkan agama yang lurus (Arif,2002:665).

  Pembiasaan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua atau pendidik kepada anak. Hal tersebut agar anak mampu untuk membiasakan diripada perbuatan-perbuatan yang baik dan dianjurkan baik oleh norma agama maupun hukum yang berlaku. Kebiasaan adalah reaksi otomatis dari tingkah laku terhadap situasi yang diperoleh dan dimanifestasikan secara konsisten sebagai hasil dari pengulangan terhadap tingkah laku tersebut menjadi mapan dan relatif otomatis.

  Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain : a.

  Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.

  b.

  Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebisaan yang otomatis.

  Untuk itu dibutuhkan pengawasan.

  c.

  Pembiasaan itu hendaklah konsekuen , bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendirian yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar kebiasaan yang telah ditetapkan.

  d.

  Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai hati anak itu sendiri (Purwanto,2002: 178).

  Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk melalui pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Menanmkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apabila kalau yang dibiasakan itu dirasakan kurang menyenangkan. Oleh sebab itu dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan, meskipun secara berangsur-angsur pesera didik diberikan kebebasan. Dengan kata lain, pengawasan dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu adanya keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan (Aly,1999: 189).

  Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian terus menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Sebab, pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis, melainkan agar ia dapat melaksakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati.

  Atas dasar itulah pembiasaan, pembiasaan yang awalnya bersifat mekanistik hendaknya diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (kehendak dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-angsur disertai penjelasan- penjelasan dan nasihat-nasihat, sehingga makin lama timbul pengertian dari peserta didik.

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN ZAKAT MELALUI STRATEGI KUIS (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 20082009) Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar

0 1 105

HUBUNGAN ANTARA KESIBUKAN ORANG TUA DENGAN KEBERAGAMAAN ANAK (Studi Kasus pada Siswa SDN Bawen 01 Kab. Semarang Tahun 2010) - Test Repository

0 1 72

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT FARDHU MELLAUI METODE DRILL Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010) - Test Repository

1 2 112

PENGARUH KEDISIPLINAN SHALAT ORANG TUA TERHADAP KEBERAGAMAAN ANAK (Studi Kasus pada Siswa SDN Bawen 03 Kab. Semarang Tahun 2010) - Test Repository

0 0 71

Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali - Test Repository

0 1 144

Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Daur Hidup Hewan pada Siswa Kelas IV Melalui Media Audio-Visual di MI Asysyafi’iyyah Jatirejo Suruh Kab. Semarang Tahun Ajaran 2016/2017 - Test Repository

0 0 148

Korelasi Antara Pemahaman Materi Pendidikan Agama Islam Dengan Perilaku Beragama Siswa Kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016 - Test Repository

0 1 115

Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Lingkungan Melalui teknik Mind Map pada Siswa Kelas III MI Tamrinul Ulum Jetis Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 - Test Repository

0 0 156

Hubungan Antara Interaksi Guru dan Siswa dengan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Terpadu (SMKT) Al-Huda Petak Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 - Test Repository

0 1 117

Judul Skripsi : PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA K.H HASYIM ASY’ARI - Test Repository

0 2 111