10 BUKU PANDUAN SEKOLAH ASWAJA 2.pdf

H AN D -O U T D I SCU SSI O N SEKO LAH ASW AJA PERGERAKAN M AH ASI SW A I SLAM I N D O N ESI A (PM I I )

D I SU SU N O LEH : N U R SAYYI D SAN T O SO KRI ST EVA, M .A.

ALUMNUS S1 UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA JOGJAKART A ALUMNUS S2 SOSIOLOGI FISIPOL UNIVERSIT AS GADJAH MADA (UGM) JOGJAKART A PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) DAERAH IST IMEWA JOGJAKART A DOSEN UNIVERSIT AS NAHDLAT UL ULAMA AL-GHOZALI (UNUGHA) CILACAP Contac Person: HP. 085 647 634 312 (IM3) / 087 838 178 226 (XL) E-Mail: [email protected] / FB: nur sayyid santoso kristeva PIN BBM BlackBerry: 2BBDF63E / PIN BBM Android: 52217134 Website: www.negaramarxis.blogspot.com

[Sumber tulisan dalam hand-out discussion ini diambil dari buku Nur Sayyid Santoso Kristeva, M.A., Sejarah Teologi Islam dan Akar Pemikiran Ahlussunah Wal Jama’ah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 20014) ISBN: 978-602-229-415-3, juga disadur

Pengantar Penulis

Aspek-aspek utama dari pengaitan NU terhadap proses perkembangan Islam di Indonesia dapat dilihat dalam hal-hal berikut: tradisi keilmu-agamaan yang dikembangkannya, pandangan masyarakat yang dimilikinya, cara pengambilan keputusan umum yang digunakannya, dan reorientasi internalnya, jika perbedaan pandangan yang tajam. Semua aspek utama itu terkait satu sama lain, dan seringkali berfungsi saling tumpang tindih, walaupun secara keseluruhan berpola saling menunjang. T radisi ke- ilmuagama-an yang dianut NU, bertumpu pada pengertian tersendiri tentang apa yang oleh NU disebut Aqidah Ahlussunah Wal Jama’ah. Doktrin tersebut berpangkal pada tiga panutan: mengikuti paham Al- Asy’ari dan Al-Maturidi dalam bertauhid (mengesakan Allah dan mengakui keutusan Muhammad), mengikuti salah satu mazhab fiqh yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali), dan mengikuti cara yang ditetapkan oleh Al-Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghozali dalam bertarekat atau bertasawuf. Mukaddimah NU sejak berdirinya tahun 1926 mencantumkan istilah aswaja pada Qanun Asasinya. Jadi bagi NU, aswaja adalah doktrin aqidah yang harus dimengerti, ditanamkan secara benar dan dipertahankan oleh pimpinan dan para anggotanya. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep Ahlusunnah Waljamaah disingkat Aswaja yang dijabarkan dan di dibakukan menjadi Aswaja versi NU.

T erminologi aswaja (ahlussunnah waljamaah) bukanlah terma baru di mata masyarakat muslim. Ia adalah terminologi keagamaan klasik yang telah mengakar kuat dalam keyakinan eskatologis masyarakat

muslim. Aswaja tanpa terasa telah memberikan arah dan corak model keberagamaan yang sangat varian bagi masyarakat muslim sesuai dengan hasil pendekatan tafsir para imam yang diikutinya. Namun demikian, terma aswaja tidak sedikit menyisakan problematika di kalangan internal umat Islam itu sendiri, utamanya dalam hal yang berkenaan dengan dimensi teologis (aqidah) mereka. Banyak pihak mengatakan bahwa akar permasalahan terma keagamaan tersebut sejatinya bersumber dari kepentingan politis yang bermuara pada simbol-simbol teologis dan hajat keagamaan lainnya.

Nahdlatul Ulama (NU) adalah wadah umat Islam yang mengedepankan prinsip Tawasuth (moderat), Tasamuh (toleransi), Tawazun (keseimbangan), Ta’addul (keadilan) & Tatharruf (non- ekstrimitas/ tidak beraliran Islam garis keras) dalam usaha menjaga & memelihara kerukunan umat Islam. Sehingga NU sama sekali bukan organisasi yang merasa paling benar dalam menentukan hukum Islam. Namun NU akan selalu menunjukkan fakta dan bukti objektif tentang dalil mana yang paling kuat sebagai sandaran hukum Islam. Definisi resmi tentang Nahdlatul Ulama atau ke-NU-an adalah, seperti tertuang dalam Qanun Asasi, bahwa NU adalah organisasi yang beraqidah Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menempuh manhaj dalam bidang fiqih salah satu madzhab empat: Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i atau Imam Hambali. Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi manhaj dalam bidang teologi. Imam Al-Ghazali dan Junaidi Al-Baghdadi manhaj dalam bidang tasawwuf dan Al- Mawardi manhaj dalam bidang siyasah.

Nahdlatul Ulama (NU) pada dasarnya adalah sebuah identitas kultural keagamaan yang dianut mayoritas umat Islam Nusantara. NU hadir antara lain sebagai reaksi atas gerakan puritanisme (pemurnian Islam) dari bid’ah, tahayyul, dan khurafat. Dimana gerakan puritanisme ini adalah gerakan yang gemar menuding pihak lain sebagai ahli bid’ah dan sesat. Bagi kaum Nahdliyin, perbedaan tafsir, madzhab, atau aliran dalam tiap-tiap agama adalah cermin dari keluasan makna yang terkandung dalam ajaran Kitab- kitab Suci. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bagian dari agama Islam harus diyakini akan mampu menolong dan menyelamatkan umat. NU akhir-akhir ini selalu tidak lepas dari berbagai macam klaim sebagai ahli bid’ah. Sehingga sekarang yang terjadi adalah ada golongan yang merasa paling benar, bahkan menuduh sampai memvonis-nya, sebagai yang paling benar. Hal yang demikian sesungguhnya tidak perlu terjadi, sehingga adanya perdebatan dalam mempertahankan pemikiran baik aliran agama, golongan, individu sampai pertentangan antar keyakinan amaliah agama dapat dikurangi demi kemaslahatan umat.[]

Cilacap, 23 Februari 2015 Ponpes Al-Madaniyah Al-Islamiyah As-Salafiyyah Gumilir-Cilacap

N ur Sayyid Santoso Kristeva, M.A.

D aftar Isi

 PENGANT AR PENULIS – 2  DAFT AR ISI – 3  RUMUSAN MAT ERI SEKOLAH ASWAJA – 4  KURIKULUM SEKOLAH ASWAJA – 4

 MAT ERI 01: SEJARAH PEMIKIRAN T EOLOGI ISLAM – 9  MAT ERI 02: ALIRAN PEMIKIRAN DALAM T EOLOGI ISLAM – 23  MAT ERI 03: SEJARAH PERADABAN & PERKEMBANGAN ISLAM – 34  MAT ERI 04: GENEOLOGI PEMIKIRAN ASWAJA DI INDONESIA – 59  MAT ERI 05: DOKT RIN & PRINSIP AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH – 66  MAT ERI 06: DALIL AMALIAH KEAGAMAAN KAUM NAHDLIYYIN – 73  MAT ERI 07: ASWAJA DALAM KONST ELASI GEO-EKOSOSPOL – 81  MAT ERI 08: PET A PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA – 154  MAT ERI 09: KONSEP MABADI KHAIRU UMMAH – 164  MAT ERI 10: T EOLOGI PEMBEBASAN ISLAM – 167  MAT ERI 11: ASWAJA SEBAGAI MANHAJ AL-FIKR – 201  MAT ERI 12: ASWAJA SEBAGAI MANHAJ AL-HAROKAH – 213

 REFERENSI – 230  T ENT ANG PENULIS – 235

RUMUSAN MAT ERI SEKO LAH ASW AJA PERGERAKAN MAH ASISW A ISLAM INDO NESIA (PMII) M EN JAGA T RAD ISI D AN KEBANGKIT AN U LAM A, U N T U K M EN CIPT AKAN KAD ER IN T I ID EOLOGIS

MAT ERI 01

SEJARAH PEMIKIRAN T EOLOGI ISLAM

MAT ERI 02

ALIRAN PEMIKIRAN DALAM T EOLOGI ISLAM

MAT ERI 03

SEJARAH PERADABAN & PERKEMBANGAN ISLAM

MAT ERI 04

GENEOLOGI PEMIKIRAN ASWAJA DI INDONESIA

MAT ERI 05

DOKT RIN & PRINSIP AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH

MAT ERI 06

DALIL AMALIAH KEAGAMAAN KAUM NAHDLIYYIN

MAT ERI 07

ASWAJA DALAM KONST ALASI GEO-EKOSOSPOL

MAT ERI 08

PET A PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA

MAT ERI 09

KONSEP MABADI KHAIRU UMMAH

MAT ERI 10

T EOLOGI PEMBEBASAN ISLAM

MAT ERI 11

ASWAJA SEBAGAI MANHAJ AL-FIKR

MAT ERI 12

ASWAJA SEBAGAI MANHAJ AL-HAROKAH

KURIKULUM SEKOLAH ASW AJA PERGERAKAN MAH ASISW A ISLAM INDONESIA (PMII) MENJAGA T RAD ISI DAN KEBANGKIT AN ULAMA, U N T U K MENC IPT AKAN KADER INT I IDEOLOGIS

No MATERI

REFERENSI PRIMER 1. PEMIKIRAN TEOLOGI

KISI-KISI MATERI

TARGET KONSTRUKSI BERFIKIR

 Sejarah Kemunculan Persoalan-

 Peserta mampu memahami Sejarah

 LITERATUR TENTANG ILMU KALAM

& FILSAFAT ISLAM AJARAN DAN

ISLAM: SEJARAH,

persoalan Kalam

Kemunculan Persoalan-persoalan

 Kerangka Berfikir Aliran-Aliran Ilmu

Kalam

1. Abdul Razak & Rosihoan Anwar,

PERKEMBANGANNYA

Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka  Aliran dalam Ilmu Kalam:

Kalam

 Peserta mampu memahami

Kerangka Berfikir Aliran-Aliran Ilmu

Setia, 2003)

1. Aliran Teosentris

Kalam

2. Adeng Muhtar Ghazali,

2. Aliran Konvergensi/ Sintesis

 Peserta mampu memahami Aliran

Perkembangan Ilmu Kalam dari

Klasik Hingga Modern, (Bandung:  Pembahasan Ilmu Kalam Menurut

3. Aliran Nihilis

dalam Ilmu Kalam

 Peserta mampu memahami

Pustaka Setia, 2003)

3. Hanafi, Pengantar Teologi Islam  Sumber-sumber Ilmu Kalam

Mutakallim

Pembahasan Ilmu Kalam Menurut

(Jakarta: Pustaka Al Husna Baru  Faktor-faktor Pendorong Lahirnya

Mutakallim

 Peserta mampu memahami Sumber-

Jakarta, 2003)

4. Bakry Hasbullah, Disekitar Skolastik  Perbedaan Metode Ilmu Kalam dan

Ilmu Kalam

sumber Ilmu Kalam

 Peserta mampu memahami Faktor-

Islam (Jakarta: Tintamas, 1984)

Ilmu Ke-Islam-an:

faktor Pendorong Lahirnya Ilmu

5. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari

1. Filsafat Islam

Kalam

Beberapa Aspek, Jilid I&II.,

2. Fiqih

 Peserta mampu memahami

Universitas Indonesia Press, Jakarta,

2008.  Konstalasi Politik-Aqidah Islam &

3. Tasawuf

Perbedaan Metode Ilmu Kalam dan

Ilmu Ke-Islam-an

6. _______, Teologi Islam : Aliran-

Perpecahan Umat Islam Sesudah

 Peserta mampu memahami

aliran, Sejarah, Analisa

Perbandingan, Jakarta: UI Press,  Analisis Hadis-hadis tentang

Wafatnya Rasulullah SAW

Konstalasi Politik-Aqidah Islam &

Perpecahan Umat Islam Sesudah

Terjadinya Perpecahan Ummat Islam

Wafatnya Rasulullah SAW

7. _______, Pembaharuan dalam Islam

 Peserta mampu memahami Analisis

(Jakarta: Bulan Bintang, 1975).

Hadis-hadis tentang Terjadinya

8. _______, Filsafat dan Mistisisme

Perpecahan Ummat Islam

Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1995)

2. ALIRAN PEMIKIRAN

 Filsafat Skolastik

 Peserta mampu memahami Filsafat

9. lbnu Khaldun, Muqaddimah Ibn

DALAM TEOLOGI

 Filsafat Skolastik Islam

Skolastik

Khaldun, (Mesir: Maktabah Tijdriyah,

ISLAM

 Periodisasi Skolastik:

 Peserta mampu memahami Filsafat

t.t.)

1. Periode Skolastik Awal 800-1200 M

Skolastik Islam

10. Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat

2. Periode Skolastik Tinggi 1200-1300

 Peserta mampu memahami

Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

Periodisasi Skolastik

11. Muhammad Abduh, Risalah Tauhid,  Konsep Pemikiran Mahzab:

3. Periode Skolastik Akhir 1300-1450 M

 Peserta mampu memahami Konsep

Pemikiran Mahzab

Terj. KH. Firdaus AN. Jakarta: Bulan-

1. Konsep Pemikiran Mahzab Khawarij

 Peserta mampu memahami Analisa

Bintaang.1996

2. Konsep Pemikiran Mahzab Murji’ah

dan Perbandingan setiap pemikiran

12. Oliver Leaman, Pengantar Filsafat

3. Konsep Pemikiran Mahzab Jabariyah

mazhab

Islam (Bandung: Mizan, 2001).

4. Konsep Pemikiran Mahzab

13. Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam

Qadariyah

(Jakarta: Rajawali 2010).

5. Konsep Pemikiran Mahzab Mu’tazilah

14. W. Montgomery Watt, Pemikiran

6. Konsep Pemikiran Mahzab

Teologi dan Filsafat Islam, Terj.

Shifatiyyah

Umar Basalim (Jakarta: P3M, 1987)

7. Konsep Pemikiran Mahzab Syi’ah

15. Yudian Wahyu, Asmin, Aliran dan

8. Konsep Pemikiran Mahzab Ibn

Teori Filsafat Islam (Jakarta: Bumi

Hanbal & Ibn Taimiyah

Aksara, 2004)

9. Konsep Pemikiran Mahzab

16. Zainal Abidin Abbas, Perkembangan

Wahabiyah

Pikiran Terhadap Agama, (Medan:

10. Konsep Pemikiran Mahzab

Firma lslamiyah, 1957 M/ 1376 H)

Asy’ariyah

11. Konsep Pemikiran Mahzab

 LITERATUR TENTANG PEMIKIRAN

Maturidiyah

ASWAJA

 Analisa dan Perbandingan setiap 17. Aziz, Aceng Abdul Dy dkk, Islam

pemikiran mazhab:

Ahlussunnah Waljama’ah di

1. Akal dan Wahyu

Indonesia; Sejahtera, Pemikiran dan

2. Fungsi Wahyu

Dinamika Nahdlatul Ulama, Pustaka

3. Free Will dan Predestination

Ma’arif NU, 2006.

4. Kekuasaan dan Kehendak Mutlak

18. Abdul Muchith Muzadi, Mengenal NU

Tuhan

(Surabaya: Kalista, 2006)

5. Keadilan Tuhan

19. _______, NU Perspektif Sejarah dan

6. Perbuatan-perbuatan Tuhan

Ajaran (Surabaya: Kalista, 2006)

7. Sifat-sifat Tuhan 20. Andre Feillard, NU vis-à-vis Negara, 8. Konsep Iman

Yogyakarta, LKiS, 1999.

3. SEJARAH

 Kerasulan Nabi Muhammad SAW

 Peserta mampu memahami

21. Abdul Karim, Reformulasi Aswaja

PERADABAN &

 Pertumbuhan Islam pada Periode

Kerasulan Nabi Muhammad SAW

Sebagai Manhajul-Fikr & Manhajul-

PERKEMBANGAN

Makkah

 Peserta mampu memahami

Amal, Tim Aswaja Center Pcnu Pati,

ISLAM

 Peristiwa Isra Mi’raj & Hijrah Ke

2012. Madinah

Pertumbuhan Islam pada Periode

22. Fauzan Alfas, PMII Dalam Simpul-  Pertumbuhan dan Perkembangan

Makkah

simpul Sejarah Perjuangan, Jakarta, Islam pada periode Madinah

 Peserta mampu memahami Peristiwa

PB PMII, 2006.  Haji Wada dan Nabi Muhammad

Isra Mi’raj & Hijrah Ke Madinah

23. Husein Muhammad, Aswaja Di SAW Wafat

 Peserta mampu memahami

Antara Dua Kutub Ekstrimitas,  Aspek Sejarah dan Kebudayaan:

Pertumbuhan dan Perkembangan

Artikel, 02 Nov. 2007 1. Periode Klasik 650-1250 M

Islam pada periode Madinah

24. Imam Baihaqi, , (ed.), Kontroversi 2. Periode Pertengahan 1250-1800 M

 Peserta mampu memahami Haji

Aswaja, Aula Perdebatan & 3. Periode Modern 1800 M

Wada dan Nabi Muhammad SAW

Reinterpretasi, Yogyakarta, LKiS,  Perkembangan Islam pada Masa

Wafat

Cet.II., 2000. Daulah:

 Peserta mampu memahami Aspek

25. Masyhudi Muchtar, Aswaja An- 1. Perkembangan Islam Masa Khulafaur

Sejarah dan Kebudayaan

Nahdliyah, Ajaran Ahlussunnah Wal Rasyidin

 Peserta mampu memahami

Jamaah yang Berlaku di Lingkungan 2. Perkembangan Islam Masa Daulah

Perkembangan Islam pada Masa

Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Bani Umayyah

Daulah

Khalista, Cet. I., Maret 2007) 3. Perkembangan Islam Masa Daulah

 Peserta mampu memahami Perang

26. Mujamil Qomar, NU Liberal; Dari Abassyiah

Salib, Penyerangan Tentara Mongol

Tradisionalisme Ahlusunnah ke 4. Perkembangan Islam Masa Daulah

 Peserta mampu memahami Kerajaan

Universalisme Islam, Bandung: Islam di Andalusia

Islam Mongol dan Pertumbuhannya

Mizan, 2002 5. Perkembangan Islam Masa Daulah

 Peserta mampu memahami Kerajaan

27. Martin Van Bruinessen, Tradisi, Islam di Mesir

Islam Turki Usmani

Relasi-relasi Kuasa, & Pencarian 6. Perkembangan Islam Masa Daulah

 Sejarah Pertumbuhan dan

Wacana Baru, Yogyakarta, LKiS, Islam di Turki Bani Saljuk

Peradaban Islam

Cet.II., 1996. 7. Perkembangan Islam Masa Daulah

 Peserta mampu memahami

28. Sirojuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah Islam di India

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Wal Jama’ah (Jakarta: Pustaka  Perang Salib, Penyerangan Tentara

dan Peradaban Islam

Tarbiyah, 1992). Mongol

 Peserta mampu memahami

29. Zamakhsyari Dhofier, Tradi  Kerajaan Islam Mongol dan

Pengaruh Peradaban dan

Pesantren; Studi Tentang Pertumbuhannya

Kebudayaan Islam terhadap Barat

Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta:  Kerajaan Islam Turki Usmani

 Peserta mampu memahami

LP3ES, 1994)  Sejarah Pertumbuhan dan

Kemunduran Kebudayaan dan

Peradaban Islam

 LITERATUR TENTANG PEMIKIRAN &  Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Peradaban Islam

 Peserta mampu memahami Gerakan

Pembaharuan dalam Dunia Islam

PERADABAN ISLAM

30. Abdurrahman Wahid, Tuhan Tak  Pengaruh Peradaban dan

dan Peradaban Islam

Sebelum Abad Ke-19 M

Perlu Dibela, (Yogyakarta: LKIS, Cet. Kebudayaan Islam terhadap Barat

 Peserta mampu memahami Aspek

V, 2010)  Kemunduran Kebudayaan dan

Pembaharuan dalam Islam

31. Anonim, Spritualitas Baru: Agama Peradaban Islam

 Peserta mampu memahami

dan Aspirasi Rakyat, Interfidei,  Gerakan Pembaharuan dalam Dunia

Kebangkitan Islam di Indonesia pada

abad Ke-20 M

Jogjakarta, 1994.

Islam Sebelum Abad Ke-19 M 32. Hafiz Dasuki, Ensiklopedi Islam,  Aspek Pembaharuan dalam Islam

Jilid.V, (Jakarta: Ichtiar Baru Van bidang:

Hoeve, 1993) 1. Hukum

33. Masyhur Amin, Sejarah Peradaban 2. Teologi

Islam (Bandung: ISF, 2004) 3. Filsafat

34. M. Rusli Karim, Negara dan 4. Mistisisme

Peminggiran lslam Politik  Kebangkitan Islam di Indonesia pada

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999) abad Ke-20 M

35. Muhammad A.S. Hikam, Demokrasi

4. GENEOLOGI

 Sejarah Masuknya Islam ke

 Peserta mampu memahami Sejarah

& Civil Society, Jakarta, LP3ES,

PEMIKIRAN ASWAJA

Indonesia

Masuknya Islam ke Indonesia

DI INDONESIA

 Sejarah Perkembangan Islam di

36. Nurcholis Madjid, Islam Doktrin & Indonesia

 Peserta mampu memahami Sejarah

Peradaban, Jakarta, Paramadina,  Skema Corak Hubungan Agama

Perkembangan Islam di Indonesia

1992. (Islam) dan Budaya di Indonesia

 Peserta mampu memahami Skema

37. Riddel, Peter G. ,”The Diverse  Sejarah Perkembangan Aswaja di

Corak Hubungan Agama (Islam) dan

Voices of Political Islam in Post- Indonesia

Suharto Indonesia”, Islam and  Sejarah Kemunculan Aswaja:

Budaya di Indonesia

 Peserta mampu memahami Sejarah

Christian - Muslim Relations, Vol. 13, 1. Perspektif Sosial

Perkembangan Aswaja di Indonesia

No. 1, 2002, hlm. 65 - 83. 2. Perspektif Politik

 Peserta mampu memahami Sejarah

38. ________, Konsep-Konsep 3. Perspektif Agama

Kemunculan Aswaja

Keadilan, dalam B. Munawar  Sejarah Perkembangan NU dan

 Peserta mampu memahami Sejarah

Rahman (ed.), Kontekstualisasi Aswaja

Perkembangan NU dan Aswaja

Doktrin Islam dalam Sejarah,  Aswaja, NU & Wacana Sosial-

 Peserta mampu memahami Aswaja,

Jakarta, Para, 1994. Keagaman Indonesia

NU & Wacana Sosial-Keagaman

Indonesia

39. Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam (Jogjakarta: LESFI,

5. DOKTRIN DAN

 Definisi Ahlussunah Wal Jama’ah

 Peserta mampu memahami Definisi

PRINSIP

 Garis-Garis Besar Doktrin Aswaja:

Ahlussunah Wal Jama’ah

40. Soedjatmoko, Etika Pembebasan,

AHLUSSUNAH WAL

1. Doktrin Keimanan

 Peserta mampu memahami Garis-

LP3ES, Jakarta, 1988.

JAMA’AH

Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988.  Prinsip dalam Doktrin Aswaja:

2. Doktrin KeIslaman

41. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, 3. Doktrin Keihsanan

Garis Besar Doktrin Aswaja

 Peserta mampu memahami Prinsip

42. Thomas S. Khun, The Structure of 1. Tawasuth (Moderat)

Scientivic Revolutions, Chicago, The 2. Tawâzun (Berimbang)

dalam Doktrin Aswaja

University of Chicago Press, 1970. 3. Ta’âdul (Netral dan Adil)

43. Yatim Badri, Sejarah Peradaban 4. Tasâmuh (toleran)

Islam, Jakarta: Raja Grafindo Jaya,

6. DALIL AMALIAH

 Dasar Pemahaman Aswaja An-

 Peserta mampu memahami Dasar

KEAGAMAAN KAUM

Nahdliyyah:

Pemahaman Aswaja An-Nahdliyyah

NAHDLIYYIN SESUAI

1. Tiga Sendi Utama Agama Islam

 Peserta mampu memahami Sumber

 LITERATUR TENTANG PETA

AJARAN ASWAJA

(Imam, Islam, Ihsan)

44. M. Arsyad Thalib Lubis, 3. Pengertian Ahlussunah Wal Jama’ah

Ajaran Aswaja An-Nahdliyyah

PEMIKIRAN ISLAM

2. Sumber Hukum Islam

 Peserta mampu memahami Biografi

Perbandingan Agama Kristen dan 4. Pengertian Mazhab

Islam (Medan: Firma Islamiyah, 1971 5. Hakikat Mazhab berdasar Al-Qur’an,

dan Pemikiran Madzahibul ‘Arba’ah

M/1392 H) dan O. Hashem, Yesus Hadits, Ijma’

 Peserta mampu memahami

atau Paulus (Surabaya: YAPI, 1967). 6. Seputar Taqlid, Ittiba’, Tarjih, Talfiq

Penjelasan Dalil Amaliyah NU

45. Azyumardi Azra , Jaringan Ulama. 7. Bid’ah, Hadits Bid’ah, Hadits Dhaif

Bandung: Mizan, 1994.  Sumber Ajaran Aswaja An-

46. Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Nahdliyyah:

Qarib, Aliran Politik dan ‘Aqidah 1. Mazhab Qauli

dalam Islam (Jakarta: Logos 2. Mazhab Manhaji

Publishing House, 1996) 3. Pengembangan Asas Ijtihad Mazhabi

47. Blekker, Pertemuan Agama-agama  Biografi dan Pemikiran:

Dunia (Bandung: Sumur Bandung, 1. Mazhab Hanafi (Dasar Mazhab

1985). Hanafi: Al-Qur’an, Hadits, Atsar

48. Greg Barton, (ed.), Radikalisme Sahabat, Ijmak, Qiyas, Istihsan, Urf)

Tradisional, Yogyakarta, LKiS, 1999. 2. Mazhab Maliki (Dasar Mazhab Maliki:

49. J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah : Nas Al-Qur’an, Dzahir Al-Qur’an,

Ajaran, Sejarah, Analisa dan

Mafhum Al-Qur’an atau Mafhum Pemikiran, Raja Grafindo Persada, Muwafaqah, Dalil Al-Qur’an dan

1995 Mafhum Mukhalafah, Tanbih Al-

50. Rahman Ansari & Muhammad Qur’an, Al-Hadits,Dzahir Hadits,

Fazlur, Konsepsi Masyarakat Islam Mafhum Hadits, Dalil Hadits, Ijmak,

Modern (Bandung: Risalah, 1984) Qiyas, Amal Ulama Madinah, Atsar

51. Syarif Hidayatullah, Islam; Isme- Sahabat, Istihsan, Saadud Dzariyah,

isme, Aliran dan Paham Islam di Memelihara Akhlaq, Istishab,

Indoensia (Yogyakarta: Pustaka Maslahah Mursalah, Syariat Umat

Pelajar, 2010) Terdahulu) 3. Mazhab Syafi’i (Dasar Mazhab Syfi’i:

 LITERATUR TENTANG TEOLOGI Al-Qur’an, Hadits, Ijmak, Qiyas)

PEMBEBASAN ISLAM

4. Mazhab Hambali (Dasar Mazhab 52. Asghar Ali Engineer, Islam and Hambali: Nas Al-Qur’an, Nas

Liberation Theology: Essai on Hadits,Fatwa Sahabat, Pendapat

Liberative Elements in Islam, Sahabat, Hadis Mursal dan Hadits

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999. Dhaif, Ijmak, Qiyas

53. Asep Sabar Saputra, Dekonstruksi  Penjelasan Dalil Amaliyah NU:

Paradigma Kritis Komunitas 1. Dalil Amaliyah: Membaca Basmalah

Tradisional, Jakarta, PB PMII, Cet.I., dalam Surat Al-Fatikhah

2000. 2. Dalil Amaliyah: Membaca Do’a Qunut

54. Binder Leonard, Islamic Liberalism, dalam Shalat Subuh

Chicago, 1988 3. Dalil Amaliyah: Mengeraskan

55. Enrique Baloyra, El Savador in Wiridan/ Dzikir Setelah Shalat Fadhu

Transition, Chapel Hill, University of 4. Dalil Amaliyah: Bilangan Shalat

North Carolina Press, 1982. Tarawih

56. Farid Esack, Membebaskan yang 5. Dalil Amaliyah: Ziarah Kubur (Bulan

Tertindas: Al-Qur’an, Liberalisme, Ramadhan & Hari Raya)

Pluralisme, Bandung, Kelompok 6. Dalil Amaliyah: Dzikir dengan

Penerbit Mizan, 2000. Memutar Tasbih

57. Gustavo Gutierres, The Truth Shall 7. Dalil Amaliyah: Membaca Sayyidina/

Make You Free, Cofrontations, New dalam Tasyahud

York, Orbis Book, 1991 8. Dalil Amaliyah: Tradisi Berjabat

58. Hasan Hanafi, Min Al-Aqidah ila Al- tangan sesudah Shalat

Tsaurah, (Dari Teologi Ke Revolusi) 9. Dalil Amaliyah: Puji-pujian antara

Vol. I-IV., Kairo, Maktabah, Madbuli, Adzan dan Iqomah

1988. 10. Dalil Amaliyah: Adzan Dua Kali pada

59. _______, Dirasat Falsafiyah, Hari Jum’at

Maktabatu Al-Anjalu al-Misriyyah, 11. Dalil Amaliyah: Sedekah bagi yang

Qahira, 1987. Sudah Meninggal

60. _______, Kiri Islam dalam Kazuo 12. Dalil Amaliyah: Peringatan 7 Hari

Shimogaki, Kiri Islam: Antara atau 40 Hari

Modernisme & Postmodernisme, 13. Dalil Amaliyah: Peringatan Haul/

Telaah Kritis atas Pemikiran Hasan Peringatan Kematian

Hanafi, Yogyakarta, LKiS, 1993. 14. Dalil Amaliyah: Tradisi Tahlil/

61. _______, Al-Turats wa al-Tajdid, Membaca Laaillaha Illalah

Mauqifuna min al-Turats al-Qadim, 15. Dalil Amaliyah: Tradisi Yasin/ Tahlil di

Al-Muassasah al-Jami’iyyah li al- Makam

Dirasat wa al-Nasyr wa al-Tauzi’, 16. Dalil Amaliyah: Memperingati Maulid

Beirut, Cet. IV., 1992. Nabi Muhammad SAW

62. _______, Perlunya Oksidentalisme, 17. Dalil Amaliyah: Berzanjen, Diba’an,

Jurnal Ulumul Qur’an, No.5-6, Vol. Burdahan, Manaqiban

IV, 1994. 18. Dalil Amaliyah: Shalawat Nariyah dan

63. Ignacio Ellacuria, Freedom Made Badriyah

Flesh, New York, Orbis Book, 1976. 19. Dalil Amaliyah: Membaca Surat Yasin

64. _______, Utopia ad Prophecy in 20. Dalil Amaliyah: Do’a Menggunakan

Latin America, in Mysterium Tawassul pada Waliyullah

Liberations: Fundamental Concepts

7. ASWAJA DALAM

 Sejarah dan Peran NU:

 Peserta mampu memahami Sejarah

of Liberation Theology, ed., Ignacio

KONSTALASI GEO-

1. Masa Kolonialisme & Imperealisme

dan Peran NU Masa Kolonialisme

Ellacuria and Jon Sabrino, Trans,

EKOSOSPOL &

2. Masa Pra-Kemerdekaan

sampai Rezim Pasca Reformasi

James R. Brockmen, Maryknoll,

PERTARUNGAN

3. Masa Penjajahan Belanda

 Peserta mampu memahami Sejarah

65. Jose Sols Lucia, The Legacy of

IDEOLOGI

4. Masa Penjajahan Jepang

Ignacio Ellacuria; Ten Years After 5. Masa Persiapan Kemerdekaan

dan Peran NU dalam Berbagai

Martyrdom, Alamat Situs: 6. Masa Pra-Revolusi 1945

Bidang Kehidupan

http://www.fespinal.com/espinal/engli 7. Masa Pasca Revolusi 1945

 Peserta mampu memahami Analisis

sh/visual/en86 8. Masa Revolusi Komunis 1965

Konstalasi Geo-Ekosospol &

66. Kevin F. Burke, The Ground Beneath 9. Masa Rezim Orde Lama

Pertarungan Ideologi

The Cross: The Theology of Ignacio 10. Masa Rezim Orde Baru

 Peserta mampu memahami Perpektif

Ellacuria, 11. Masa Rezim Orde Reformasi

Paradigma Ideologi Islam

67. Michael Lowy, Teologi Pembebasan 12. Masa Rezim Pasca Reformasi

 Peserta mampu memahami Analisis

(Jogjakarta: Pustaka Pelajar & Insist  Sejarah dan Peran NU:

Pergulatan Pemikiran dan Gerakan

Press, 2003) 1. Dalam Bidang Ekonomi

Islam

68. M. Abed Al-Jabiri, Al-Aql Al-Siyasi Al- 2. Dalam Bidang Sosial

 Peserta mampu memahami Analisis

Arabi: Muhadidah wa Tajalliyatuh 3. Dalam Bidang Politik

Konsep Civil Society & Masyarakat

(Nalar Politik Arab: Faktor-faktor 4. Dalam Bidang Budaya

Nahdliyyin

Penentu & Manifestasinya), Beirut, 5. Dalam Bidang Pendidikan

Markaz Dirasah Al-Wihdah Al-  Analisis Konstalasi Geo-Ekosospol &

Arabiyah, 1995. Pertarungan Ideologi

69. _______, Post Tradsionalisme Islam, 1. Islam sebagai Alternatif dalam

Yogyakarta, LKiS, 2000. Gerakan Sosial

70. Moeslim Abdurrahman, Islam 2. Dunia Pemikiran Islam antara

Transformatif (Jakarta: Pustaka Orientalisme dan Oksidentalisme

Firdaus, 1997) 3. Pemikiran dan Institusi Islam dalam

71. Sayyid Husein Nasr, Knowledge & Pusaran Kapitalisme Global

the Sacred, Suhail Academi, Lahore, 4. Gerakan dan Pemikiran Islam dan

Pakistan, 1998. Kapitalisme Global

72. _______, Three Moslem Seges:  Perpektif Paradigma Ideologi Islam:

Avicenna Shuhrawadi—Ibnu Arabi, 1. Perpektif Paradigma Tradisionalis

Harvard University Press, terhadap Kapitalisme Global

Cambridge, 1964. 2. Perpektif Paradigma Modernis dan

73. _______, Tradition Islam in the Islam Liberal terhadap Kapitalisme

Modern World, Foundation for Global

Traditional Studies, Kuala Lumpur, 3. Perpektif Paradigma Revivalis atau

1978. Fundamentalis terhadap Kapitalisme

74. Shimogaki, Kasuo, Kiri Islam Global

(Jogjakarta: LKIS, 2011). 75. Tommy Sue Montgomery, 4. Perpektif Paradigma Teologi

Revolusion in El-Savador, from Civil Pembebasan Transformatif Islam Kiri

Strife to Civil Peace, Boulder terhadap Kapitalisme Global

Westview Press, Inc., 1995.  Analisis Pergulatan Pemikiran dan

76. Thomas L.S, Liberation Ethics: Gerakan Islam:

Sources, Models,& Norms, Forttress 1. Tinjauan Filosofis-Religius tentang

Press, Minneapolis, 1993. Islam di Era Postmodernisme

2. Pembangunan Kultur Masyarakat Islam di Era Globalisasi

3. Etika dan Moral Islam dalam Era

 LITERATUR KITAB KUNING

Indistrialisme dan Globalisasi

TENTANG DALIL AMALIYAH KAUM

4. Dimensi Etis-Teologis dan Etis-

NAHDLIYYIN

Antropologis dalam Pembangunan

77. Shahih Bukhari

Lingkungan

78. Shahih Muslim

5. Teologi Lingkungan & Peran Manusia

79. Sunan Ibnu Majah

Terhadap Lingkungan

80. Sunan At-Tirmidzi

6. Pandangan Islam tentang Kewajiban

81. Sunan Abi Dawud

82. Sunan An-Nasa’i  Analisis Konsep Civil Society &

Memelihara Lingkungan

83. Riyadhus Shalikhin

Masyarakat Nahdliyyin:

84. Musnad Ahmad bin Hambal

1. Konsep Civil Society Menuju

85. Al-Kawkab Al-Sathi

Peradaban Baru Indonesia

86. Fi Nadzmi Jam’i Al-Jawami’

2. Posisi Civil Society dalam

87. Al-Manhal Al-Lathif fi Ushul Al-Hadits

Rekonstruksi Gagasan Negara

As-Syarif

3. Konsep Civil Society dalam upaya

88. Al-Waraqat fi Ushul Al-Fiqh

Mencari Bentuk Peran Negara dan

89. Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam

Masyarakat

90. Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haqq,

4. Analisis tentang Tradisi Versus

Al-Kawakib al-Lamma’ah

Modernisasi Islam

91. Al-Mizan Al-Syarany

8. PETA PEMIKIRAN

 Latar Belakang Sejarah Munculnya

 Peserta mampu memahami Latar

92. Al-Fatawa Al-Kubra

ISLAM DI INDONESIA

93. Al-Muwaththa, Al-Umm  Landasan Pemikiran Pengelompokan

Aliran Islam di Indonesia

Belakang Sejarah Munculnya Aliran

Islam di Indonesia

94. Al-Majmu’

95. Al-Fatawi Al-Kubra Al-Fiqhiyyah, Al-  Paradigma Ideologi Islam:

Aliran Islam

 Peserta mampu memahami

Landasan Pemikiran Pengelompokan

Adzkar li An-Nawawy

1. Paradigma Tradisionalis

Aliran Islam

96. Al-Hawy li Al-Fatawi li As-Suyuthi, Al-

2. Kawkib Ad-Durriyyah

 Peserta mampu memahami

Paradigma Modernis

Paradigma Ideologi Islam

97. At-Tahriqat, Audhah Ma’ani Ahadits

3. Paradigma Revivalis

 Peserta mampu memahami Varian

Riyadh As-Shalikhin

4. 98. ‘Ilm Ushul Fiqh

Aliran-Aliran Islam di Indonesia

99. Ushul Al-Fiqh Khudhari Bik  Varian Aliran-Aliran Islam di

Paradigma Transformatif

100. Tanqih Al-Fushul Fi Al-Ushul

Indonesia:

101. Mathlab Al-Iqash fi Al-Kalam ‘Ala

1. Islam Tradisional

Syaiin min Ghurar Al-Alfadz

2. Islam Modernis

102. Qawa’id Al-Ahkam fi Mashalih Al-

3. Islam Neo-modermis

Anam

4. Islam Fundamentalis

103. I’anat At-Thalibin

5. Islam Liberal

104. Nail Al-Authar

6. Islam Kiri/ Kiri Islam

105. Hasyiyah Al-Bajuri

7. Islam Alternatif

106. Fathul Mu’in

8. Islam Rasional

107. Nail Al-Authar

9. Islam Inklusif

108. Hujjah Alussunah Wal Jama’ah

9. MABADI KHAIRU

 Pengertian, Tujuan dan Prinsip-

 Peserta mampu memahami

109. Tanqih Al-Qaul

UMMAH

110. Kasyf As-Syubuhat li As-Syaikh  Penjelasan tentang Al-Mabadiul

prinsip Mabadi Khaira Ummah

Pengertian, Tujuan dan Prinsip-

prinsip Mabadi Khaira Ummah

Mahmud Hasan Rabi’

Khamsah:

 Peserta mampu memahami

111. Madarij As-Su’ud Syarkh Al-Barzanji

1. As-Shidqu (memiliki integritas

Penjelasan tentang Al-Mabadiul

112. Bughyat Al-Mustarsyidin

kejujuran)

Khamsah:

113. Khazinat Al-Asrar

2. Al-Amanah wal Wafa bil ‘Ahdi

 Peserta mampu memahami

114. Kasyf As-Syubuhat

(terpercaya dan taat memenuhi janji)

Pengertian Ukhuwah Nahdliyyah

115. Tafsir Yasin li Al-Hamamy

3. Al-’Adalah (tegak lurus dalam

 Peserta mampu memahami

meneguhan keadilan)

Penjabaran Ukhuwah Nahdliyyah:

 LITERATUR KITAB KLASIK &

4. At-Ta’awun (saling menolong dalam

 Peserta mampu memahami Macam-

KONTEMPORER

kebaikan)

macam Ukhuwah Nahdliyyah

116. Al-Murtadha, Thabaqat al-

117. Ahmad ibn Yahya Al-Murtadho, Kitab  Pengertian Ukhuwah Nahdliyyah

5. Al-Istiqomah (konsisten dalam

 Peserta mampu memahami

Muktazilah.

Tabaqat al-Muktazilah, ed. Susanna  Penjabaran Ukhuwah Nahdliyyah:

menjalankan perintah Allah SWT)

Problematika dan hambatan

Ukhuwah Nahdliyyah

 Peserta mampu memahami

D.Wiltzer.

1. Dalam Bidang Ekonomi

Penerapan dan Pelestarian Ukhuwah

118. Ahmad Amin, Dhuha Al-Islam, Juz

2. Dalam Bidang Sosial

Nahdliyyah

III., (Kairo: Maktabah Nahdlah al-

3. Dalam Bidang Politik

 Peserta mampu memahami

Misriyah, t.t.)

4. Dalam Bidang Budaya

Maslahatul Ummah

119. Al-Ghazali, Al-Muqidz Min al-Dlalah,

(Beirut: Maktabah al-Sya’biyah, t.t.)  Macam-macam Ukhuwah

5. Dalam Bidang Pendidikan

120. Al-Ghurabi, Tarikh al-Firaq al-

Nahdliyyah

Islamiyah wa Nasy’at Ilm al- Kalam

1. Ukhuwah Islamiyyah

inda al-Muslimin

Ushul al-Khamsah.  Problematika dan hambatan

2. Ukhuwah Wathaniyyah

121. Abdul Karim Usman, ed., Syarh al-

3. Ukhuwah Insaniyyah/ bashariyyah

122. Asy-Syikh Al-Akbar Muhyi Ad-Diin

bin Arabi, Fushuh Al-Hikam,  Penerapan dan Pelestarian Ukhuwah

Ukhuwah Nahdliyyah

Komentar A.R. Nicholsom, Jilid II, t.t.

123. Ahmad ibn Yahya al-Murtadho, Kitab  Maslahatul Ummah:

Nahdliyyah

Tabaqat al-Muktazilah, ed. Susanna

1. Bidang Penguatan Ekonomi

Diwald-Wiltzer, hal 9-24.

2. Bidang Pendidikan

124. Asy-Syahrastani, Al-Milal Wan-Nihal,

Halabi, t.t.) .

3. Bidang Pelayanan Sosial

Juz 1&2, (Kairo: Muassasah al-

10 TEOLOGI

 Teologi Pembebasan Amerika Latin:

 Peserta mampu memahami Teologi

PEMBEBASAN ISLAM

1. Terminologi Teologi Pembebasan

Pembebasan Amerika Latin

125. Syaikh Mahmoud Syaltut, Al-Islam

2. Belajar dari Teologi Pembebasan

 Peserta mampu memahami Teologi

Aqidah Wa-Syari’ah, (Mesir: Dar al-

Amerika Latin

Pembebasan Islam

Qalam, 1966)

3. Lingkaran Hermeneutik dalam

 Peserta mampu memahami

126. Sayyid Husien Afandi al-Jisr al-

Tarabuli, , Hushun al-Hamidiyah,  Teologi Pembebasan Islam:

Teologi Pembebasan Amerika Latin

Pemikiran Ali Syariati tentang

Humanisme Islam

(Surabaya: Maktabah Tsaqafiyah,

1. Analisis dan Interpretasi Teologi

 Peserta mampu memahami

t.t.)

Pembebasan Islam

Pemikiran Asghar Ali Engineer

127. Syaikh Ibnu Athoillah, Syarah Hikam,

2. Agama, Ideologi dan Teologi

tentang Elemen Pembebasan dalam

(Mesir: Musthofa al-Babi al-Halabi,

Pembebasan Islam

Qur’an

t.t.)

3. Tentang Teologi Pembebasan

 Peserta mampu memahami

128. Syaikh Thahir Al-Jazairi, Al-Jawahir

Rasional

Pemikiran Hassan Hanafi tentang Kiri

al-Kalamiyah, (Surabaya: Salim

4. Analisis Pemikiran Tokoh Teologi

Islam

Nabhan, 1996)

Pembebasan Islam

 Peserta mampu memahami

129. Syaikh Muhammad Abduh, Risalah

130. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, Al-  Pemikiran Ali Syariati tentang

Pemikiran Muhammad Abid Al-Jabiri

Al-Tauhid, (Kairo, t.t.)

tentang Kritik Nalar Arab

Aqidah Al-Wasithiyyah, (Beirut: al-

Humanisme Islam

’Arabiyah, t.t.)

1. Latar Belakang Pemikiran

131. Qasim Al-Qusyairi, Risalah al-

2. Biografi Ali Syariati

Qusyairiyah, (Mesir: Musthofa at-

3. Aktivitas Politik dan Intelektual Muda

Babi al-Halabi, t.t.)

4. Kondisi Politik dan Religius

5. Kebangkitan dan Radikalisasi Politik

 LITERATUR TENTANG SOSIAL &

6. Gerakan Sosialis Beribadah

POSMODERNISME

7. Gnotisisme dan Politik Ali Syariati

132. Anthony Giddens, Jalan Ketiga,

8. Ideologi Islam yang Radikal

Pembaruan Demokrasi Sosial,

9. Subversi Religius, Politik dan Partai

Jakarta, Gramedia, 1999.

Syiah

133. Anthony Giddens, Kapitalisme &

10. Revisionisme, Rasionalisasi dan

Teori Sosial Modern, Jakarta, UI

Press, 1986.  Pemikiran Asghar Ali Engineer

Radikalisasi Pemikiran

134. Arif Budiman, Teori Pembangunan

tentang Elemen Pembebasan dalam

Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia,

Qur’an

Cet. IV., 2000.

1. Latar Belakang Pemikiran

135. Adam Smith, The Wealth of Nations,

2. Biografi Asghar Ali Engineer

NY, 1937.

3. Konsep Keadilan dalam Islam

136. Arif Sritua, Pembangunaisme dan

4. Fundamentalisme Islam

Ekonomi Indonesia, Pemberdayaan

5. Islam dan Tantangan Kemiskinan

Rakyat dalam Arus Globalisasi,

6. Islam dan Kebijakan Industrial

Bandung CPSM, Cet. I., 1998.

7. Landasan Sosial-Ekonomi

137. George Ritzer-Douglas J. Goodman,

Kebangkitan Islam

Teori Sosiologi Modern, Jakarta,

8. Hak-hak Wanita dalam Islam

Prenada Media, 2005.

9. Kritik terhadap Konsep Hudud

138. Hannah Arendt, Pembangunan

10. Gerakan Pembaharuan Islam  Pemikiran Hassan Hanafi tentang Kiri Ekonomi, Studi Tentang Sejarah Pemikiran, Jakarta, LP3ES, 1991

Islam

139. Herbert Marcuse, The Critical Spirit:

1. Latar Belakang Pemikiran

Essay in Honor of Herbert Marcuse,

2. Biografi Hasan Hanafi

Boston, 1967.

3. Posisi Pemikiran Hasan Hanafi

140. Hira Jhamtani, Ancaman Globalisasi

4. Kemunculan Pemikiran

& Imperealisme Lingkungan, Yogya,

5. Relevansi Kiri Islam

INSIST, 2003.

6. Kerangka Metodologis Islam dan

141. H. Rudolf Strahm, Kemiskinan Dunia

Posmodernisme

Ketiga, Menelaah Kegagalan

7. Tauhid: Pandangan Dunia dan

Pembangunan di Negara

Epistemologi Relasional

Berkembang, Jakarta, Pustaka

8. Posmodernisme dan Epistemologi

Cidesindo, 1999.

Relasional

142. J. Larrain, Theories of Development,

9. Tantangan Barat dan Jawaban Islam

Capitalism, Colonialism &

10. Dari Realitas ke Kebangkitan Umat

Dependensy, Dalas Brewely, 1989.

11. Kritik terhadap Dikotomi dan

143. Jurgen Habermas, Philoshophisch,

Frankfurt, 1971.  Pemikiran Muhammad Abid Al-Jabiri

Rasionalisme

144. Jurgen Habermas, Knowledge and

tentang Kritik Nalar Arab

Human Interests, Boston, 1971

1. Latar Belakang Pemikiran

145. Jurgen Habermas, Towar and

2. Biografi Abid Al-Jabiri

Rational Society, Boston, Beacon

3. Nalar Otentik Al-Qur’an

Press, 1970.

4. Susunan Al-Qur’an antara Tawfiqi

146. Jurgen Habermas, Communication

dan Tartib Nuzul

and the Evolution of Society, Boston,

5. Konsep Susunan Al-Qur’an: Syar’i

Beacon Press, 1979.

atau ijtihadi

147. Jurgen Habermas, Thomas

6. Bentuk Susunan Al-Qur’an Berdasar

McCarthy, Teori Kritis Jurgen

Tartib Nuzul

Habermas, Yogyakarta, Kreasi

7. Kritik Nalar Arab Al-Jabiri

Wacana, Cet. I., 2006.

8. Nalar Tafsir Qur’an Jabiri

148. Kevin Clements, Teori

Pembangunan dari Kiri ke Kanan, .

11 ASWAJA SEBAGAI

 Aswaja Sebagai Manhaj Al-Fikr

 Peserta mampu memahami Aswaja

MANHAJ AL-FIKR

 Prinsip Aswaja Sebagai Manhaj

Sebagai Manhaj Al-Fikr

Yogyakarta, PP, 1997.

1. Bidang Aqidah

 Peserta mampu memahami Prinsip

149. Komaruddin, Pengantar untuk

2. Bidang Sosial Politik:

Aswaja Sebagai Manhaj

Memahami Pembangunan,

1. Prinsip Syura (Musyawarah),

 Peserta mampu memahami Prinsip

Bandung, Angkasa, 1985.

2. Prinsip Al-’Adl (Keadilan),

Bidang Aqidah

150. Kuncaraningrat, Kebudayaan,

3. Prinsip Al-Hurriyyah (Kebebasan),

 Peserta mampu memahami Prinsip

Mentalitas & Pembangunan, Jakarta,

4. Prinsip Al-Musawah (Kesetaraan

Bidang Sosial Politik

Gmd, Cet. XVIII., 1997.

Derajat)

 Peserta mampu memahami Prinsip

151. Mansour Faqih, Sesat Pikir Teori

3. Bidang Istinbath Al-Hukm

Bidang Istinbath Al-Hukm

Pembangunan & Globalisasi,

(Pengambilan Hukum Syari’ah)

(Pengambilan Hukum Syari’ah)

INSIST, 2001.

4. Bidang Tasawuf

 Peserta mampu memahami Prinsip

152. Max Weber, The Protestan Ethics

Bidang Tasawuf

and The Spirit of Capitalism, Univin,

Hymn, London, 1990. .

12 ASWAJA SEBAGAI

 Aswaja dalam Pemahaman PMII

 Peserta mampu memahami Aswaja

MANHAJ AL-

 Aswaja sebagai Madzhab

dalam Pemahaman PMII

153. Max Hokheimer, Kritische Theorie,

HAROKAH

 Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr:

 Peserta mampu memahami Aswaja

Vol. 1-2, Frankfurt, 1968.

1. Tawwasuth (Moderat)

sebagai Madzhab

154. Martinjay, Sejarah Mazhab Frankfurt,

2. Tasammuh (Toleran)

 Peserta mampu memahami Aswaja

Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2005.

3. Tawwazun (Seimbang)

sebagai Manhaj Al-Fikr

155. Martin Khor, Globalisasi Perangkap

Negara-Negara Selatan, Yogyakarta,  Implementasi Aswaja dalam Nilai-

4. Ta’addul (Adil)

 Peserta mampu memahami

156. Soejatmoko, dkk., Krisis Ilmu-ilmu  Otoritas & Kontekstualisasi Aswaja di

Implementasi Aswaja dalam Nilai-

Cindelaras, 2002.

Nilai Gerakan

 Peserta mampu memahami Otoritas

Nilai Gerakan

Sosial dalam Pembangunan Dunia

Ketiga, Yogyakarta, PLP2M, 1984.  Aswaja sebagai Mahajul Harokah:

PMII

& Kontekstualisasi Aswaja di PMII

 Peserta mampu memahami Aswaja

157. Saiful Arif, Menolak

1. Perspektif Bidang Ekonomi

sebagai Mahajul Harokah

Pembagunanisme, Yogyakarta,

2. Perspektif Bidang Sosial

 Peserta mampu memahami Aswaja &

Pustaka Pelajar, Cet. I., 2000.

3. Perspektif Bidang Politik

Tantangan Masa Depan

158. Theodore W. Adorno, Contemporary

4. Perspektif Hukum & HAM,

German Socology, 1959

Imperealisme, Yogyakarta,Sumbu,  Aswaja & Tantangan Masa Depan

5. Perspektif Bidang Budaya

159. Ted & Woods Alan Grant, Melawan

6. Perspektif Bidang Pendidikan

2001. 160. Ulrich Beck, What is Globalization? Cambridge, Polity Press, 2000. 161. William Outhwaite, Habermas, A Critical Introduction, Stanford, California, Stanford Univ. Press, 1994.

162. Yoshihara Kunio, Kapitalisme Semu di Asia Tenggara, Jakarta, LP3ES, 1990.

163. Zygmunt Bauman, Globalization: the Human Qonsequences, NY, Columbia Univ. Press, 1998

MAT ERI 01 SEJARAH PEMIKIRAN T EO LO GI ISLAM

Prawacana

Adapun yang melatar belakangi sejarah munculnya persoalan-persoalan kalam adalah disebabkan faktor-faktor politik pada awalnya setelah khalifah Ustman terbunuh kemudian digantikan oleh Ali menjadi khalifah. Peristiwa menyedihkan dalam sejarah Islam yang sering dinamakan al-Fitnat al-Kubra (Fitnah Besar), sebagaimana telah banyak dibahas, merupakan pangkal pertumbuhan masyarakat (dan agama) Islam di berbagai bidang, khususnya bidang- bidang politik, sosial dan paham keagamaan. Maka Ilmu Kalam sebagai suatu bentuk pengungkapan dan penalaran paham keagamaan juga hampir secara langsung tumbuh dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu.

Pada zaman khalifah Abu Bakar (632-634 M) dan Umar bin Khattab (634-644) problema keagamaan juga masih relative kecil termasuk masalah aqidah. T api setelah Umar wafat dan Ustman bin Affan naik tahta (644-656) fitnah pun timbul. Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi asal Yaman yang mengaku Muslim, salah seorang penyulut pergolakan. Meskipun itu ditiupkan, Abdullah bin Saba’ pada masa pemerintahan Ustman namun kemelut yang serius justru terjadi di kalangan Umat Islam setelah Ustman mati terbunuh (656).

Perselisihan di kalangan Umat Islam terus berlanjut di zaman pemerintahan Ali bin Abi T halib (656-661) dengan terjadinya perang saudara, pertama, perang Ali dengan Zubair, T halhah dan Aisyah yang dikenal dengan perang jamal, kedua, perang antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Pertempuran dengan Zubair dan kawan-kawan dimenangkan oleh Ali, sedangkan dengan Muawiyah berakhir dengan tahkim (Arbritrase).

Hal ini berpengaruh pada perkembangan tauhid, terutama lahir dan tumbuhnya aliran- aliran T eologi dalam Islam. Ketauhidan di Zaman Bani Umayyah ( 661-750 M ) masalah aqidah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan umat Islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Mu’tazilah. Pada zaman Bani Abbas ( 750-1258 M ) Filsafat Yunani dan Sains banyak dipelajari Umat Islam. Masalah T auhid mendapat tantangan cukup berat. Kaum Muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut.

Namun sikap Mu’tazilah yang terlalu mengagungkan akal dan melahirkan berbagai pendapat controversial menyebabkan kaum tradisional tidak menyukainya. Akhirnya lahir aliran Ahlussunnah Waljama’ah dengan T okoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al- Maturidi. Mula-mula ialah untuk membuat penalaran logis oleh orangorang yang melakukan pembunuhan ‘Utsm’an atau menyetujui pembunuhan itu. Jika urutan penalaran itu disederhanakan, maka kira-kira akan berjalan seperti ini: Mengapa ‘Utsman boleh atau harus dibunuh? Karena ia berbuat dosa besar (berbuat tidak adil dalam menjalankan pemerintahan) padahal berbuat dosa besar adalah kekafiran. Dan kekafiran, apalagi kemurtadan (menjadi kafir setelah Muslim), harus dibunuh. Mengapa perbuatan dosa besar suatu kekafiran? Karena manusia berbuat dosa besar, seperti kekafiran, adalah sikap menentang T uhan. Maka harus dibunuh! Dari jalan pikiran itu, para (bekas) pembunuh ‘Utsman atau pendukung mereka menjadi cikal-bakal kaum Qadari, yaitu mereka yang berpaham Qadariyyah, suatu pandangan bahwa manusia mampu menentukan amal perbuatannya, maka manusia mutlak bertanggung jawab atas segala perbuatannya itu, yang baik dan yang buruk.

Para pembunuh ‘Utsman itu, menurut beberapa petunjuk kesejarahan, menjadi pendukung kekhalifahan ‘Ali Ibn Abi Thalib, Khalifah IV. Ini disebutkan, misalnya, oleh Ibn T aymiyyah, sebagai berikut: Sebagian besar pasukan Ali, begitu pula mereka yang memerangi Ali dan mereka yang bersikap netral dari peperangan itu bukanlah orang-orang yang membunuh ‘Utsman. Sebaliknya, para pembunuh ‘Utsman itu adalah sekelompok kecil dari pasukan ‘Ali, sedangkan umat saat kekhalifahan ‘Utsman itu berjumlah dua ratus ribu orang, dan yang menyetujui pembunuhannya seribu orang sekitar itu. T etapi mereka kemudian sangat kecewa kepada ‘Ali, karena Khalifah ini menerima usul perdamaian dengan musuh mereka, Mu’awiyah ibn Abu Sufyan, dalam “Peristiwa Shiffin” di situ ‘Ali mengalami kekalahan di plomatis dan kehilangan kekuasaan “de jure”-nya. Karena itu mereka memisahkan diri dengan membentuk kelompok baru yang kelak terkenal dengan sebutan kaum Khawarij (al-Kahwarij, kaum Pembelot atau Pemberontak). Seperti sikap mereka terhadap ‘Utsman, kaum Khawarij juga memandang ‘Ali dan Mu’awiyah sebagai kafir karena mengkompromikan yang benar (haqq) dengan yang palsu (bathil). Karena itu mereka merencanakan untuk membunuh ‘Ali dan Mu’awiyah, juga Amr ibn al-’Ash, gubernur Mesir yang sekeluarga membantu Mu’awiyah mengalahkan Ali dalam “Peristiwa Shiffin” tersebut. T api kaum Khawarij, melalui seseorang bernama Ibn Muljam, berhasil membunuh hanya ‘Ali, sedangkan Mu’awiyah hanya mengalami luka-luka, dan ‘Amr ibn al-’Ash selamat sepenuhnya (tapi mereka membunuh seseorang bernama Kharijah yang disangka ‘Amr, karena rupanya mirip).

Karena sikap-sikap mereka yang sangat ekstrem dan eksklusifistik, kaum Khawarij akhirnya boleh dikatakan binasa. T etapi dalam perjalanan sejarah pemikiran Islam, pengaruh mereka tetap saja menjadi pokok problematika pemikiran Islam. Yang paling banyak mewarisi tradisi pemikiran Khawarij ialah kaum Mu’tazilah. Mereka inilah sebenarnya kelompok Islam yang paling banyak mengembangkan Ilmu Kalam seperti yang kita kenal sekarang. Berkenaan dengan Ibn T aymiyyah mempunyai kutipan yang menarik dari keterangan salah seorang ‘ulama’ yang disebutnya Imam ‘Abdull’ah ibn al-Mubarak. Menurut Ibn T aymiyyah, sarjana itu menyatakan demikian: Agama adalah kepunyaan ahli (pengikut) Hadits, kebohongan kepunyaan kaum Rafidlah, (ilmu) Kalam kepunyaan kaum Mu’tazilah, tipu daya kepunyaan (pengikut) Ra’y (temuan rasional).

Karena itu ditegaskan oleh Ibn T aymiyyah bahwa Ilmu Kalam adalah keahlian khusus kaum Mu’tazilah. Maka salah satu ciri pemikiran Mu’tazili ialah rasionalitas dan paham Qadariyyah. Namun sangat menarik bahwa yang pertama kali benar-benar menggunakan unsur- unsur Yunani dalam penalaran keagamaan ialah seseorang bernama Jahm ibn Shafwan yang justru penganut paham Jabariyyah, yaitu pandangan bahwa manusia tidak berdaya sedikit pun juga berhadapan dengan kehendak dan ketentuan T uhan. Jahm mendapatkan bahan untuk penalaran Jabariyyahnya dari Aristotelianisme, yaitu bagian dari paham Aristoteles yang mengatakan bahwa T uhan adalah suatu kekuatan yang serupa dengan kekuatan alam, yang hanya mengenal keadaan-keadaan umum (universal) tanpa mengenal keadaan-keadaan khusus (partikular). Maka T uhan tidak mungkin memberi pahala dan dosa, dan segala sesuatu yang terjadi, termasuk pada manusia, adalah seperti perjalanan hukum alam. Hukum alam seperti itu tidak mengenal pribadi (impersonal) dan bersifat pasti, jadi tak terlawan oleh manusia. Aristoteles mengingkari adanya T uhan yang berpribadi personal God.

Baginya T uhan adalah kekuatan maha dasyat namun tak berkesadaran kecuali mengenai hal-hal universal. Maka mengikuti Aristoteles itu Jahm dan para pengikutpya sampai kepada sikap mengingkari adanya sifat bagi T uhan, seperti sifat-sifat kasib, pengampun, santun, maha tinggi, pemurah, dan seterusnya. Bagi mereka, adanya sifat-sifat itu membuat T uhan menjadi Baginya T uhan adalah kekuatan maha dasyat namun tak berkesadaran kecuali mengenai hal-hal universal. Maka mengikuti Aristoteles itu Jahm dan para pengikutpya sampai kepada sikap mengingkari adanya sifat bagi T uhan, seperti sifat-sifat kasib, pengampun, santun, maha tinggi, pemurah, dan seterusnya. Bagi mereka, adanya sifat-sifat itu membuat T uhan menjadi

Kaum Mu’tazilah menolak paham Jabiriyyah-nya kaum Jahmi. Kaum Mu’tazilah justru menjadi pembela paham Qadariyyah seperti halnya kaum Khawarij. Maka kaum Mu’tazilah disebut sebagai “titisan” doktrinal (namun tanpa gerakan politik) kaum Khawarij. T etapi kaum Mu’tazilah banyak mengambil alih sikap kaum Jahmi yang mengingkari sifat-sifat T uhan itu. Lebih penting lagi, kaum Mu’tazilah meminjam metologi kaum Jahmi, yaitu penalaran rasional, meskipun dengan berbagai premis yang berbeda, bahkan berlawanan (seperti premis kebebasan dan kemampuan manusia). Hal ini ikut membawa kaum Mu’tazilah kepada penggunaan bahan- bahan Yunani yang dipermudah oleh adanya membawa kaum Mu’tazilah kepada penggunaan bahan-bahan Yunani yang dipermudah oleh adanya kegiatan penerjemahan buku-buku Yunani, ditambah dengan buku-buku Persi dan India, ke dalam bahasa Arab. Kegiatan itu memuncak di bawah pemerintahan al-Ma’mun ibn Harun al-Rasyid. Penterjemahan itu telah mendorong munculnya Ahli Kalam dan Falsafa