PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM ME

PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KESEHATAN PERUSAHAAN TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (Periode Penelitian 2003 – 2006) TESIS

Oleh

DAULAT SIHOMBING 037017037/Akt SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Daulat Sihombing : Peranan Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kesehatan Perusahaan Tekstil…, 2008

PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KESEHATAN PERUSAHAAN TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (Periode Penelitian 2003 – 2006) TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh DAULAT SIHOMBING

037017037/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Judul Tesis : PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KESEHATAN PERUSAHAAN TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA

Nama Mahasiswa : Daulat Sihombing Nomor Pokok

: 037017037 Program Studi

: Ilmu Akuntansi

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak) Ketua

Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

Tanggal lulus : 24 Juni 2008

Telah diuji pada :

Tanggal 24 Juni 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

Anggota :

1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

2. Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak

3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

4. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak

ABSTRACT

Fundamental analysis is used to appraise the investment on stocks due to its ability to produce the determinant variables of the future stocks price. Analysis fundamental concept is to appraise the information about the stocks, then decide which stocks are worth buying and unworth buying. This research focused on the analysis of fundamental factors affecting on the manufacture listed emitens in Jakarta Stock Exchange.

The research was conducted the manufacture listed emittens in Jakarta Stock Exchange by employed 51 samples data used is time series data from 2004 – 2006. The indepent variables are return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV), divident payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) and expected profit (KSS), and the stck price as dependent variable, and then estimated with multiple linear regression to see the impact of the independent variables on the dependent variable partially and simultaneously.

The estimation result shows that Net Book Value (NBV) had dominantly impact on stock manufacture listed emitters partially; it meant that NBV was the most important factor in appraising the stocks price. Moreover, all the independent variables simultaneously affected on the stock price of the manufacture listed emitters in Jakarta Stock Exchange.

Keywords: Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), Net book value (NBV), Dividend payout ratio (DPR), Dividend growth (GTH), Expected rate of return (KSS) and Closing stock prices (CLP).

ABSTRAK

Analisis fundamental digunakan untuk menilai kelayakan investasi pada saham karena dapat menghasilkan variabel-variabel yang menentukan harga saham di masa mendatang. Konsep penilaian saham dengan analisis fundamental akan menghasilkan informasi tentang apakah saham tertentu layak dibeli atau tidak layak, dalam penelitian ini difokuskan pada analisis pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian dilakukan terhadap 51 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan data time series dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Variabel yang digunakan adalah return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV), dividend payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS) sebagai variabel independen dan harga saham perusahaan (CLP) sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk melihat besarnya kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan dalam mempengaruhi harga saham

Hasil pengujian menunjukkan bahwa net book value (NBV) mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Hal ini berarti bahwa net book value (NBV) merupakan tolok ukur yang lebih baik dalam menilai harga saham perusahaan. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa keenam variabel independen yaitu return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV), dividend payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta.

Kata Kunci : Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), Net book value (NBV), Dividend payout ratio (DPR), Dividend growth (GTH), Tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS) dan Harga saham (CLP).

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta bimbingan-Nya selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tesis ini, yang berjudul ”Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak tidak mungkin tesis dapat terselesaikan. Untuk ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof.Chairuddin P.Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister.

2. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, M.Sc dan Prof.Dr.Ir. Rahim Matondang selaku direktur dan pembantu direktur 1 sekolah pasca sarjana Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan kami menjadi mahasiswa program magister akuntansi pada sekolah pasca sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku ketua program studi Magister Ekonomi Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara atas kesempatan kami untuk menyelesaikan pendidikan program magister akuntansi.

4. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak dan Bapak Syahyunan, SE, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan perhatian dan dorongan melalui bimbingan dan saran dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Drs.Rasdianto, MA, Ak, Bapak Drs.Idhar Yahya, MBA, Ak dan Ibu Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran dan masukannya atas kesempurnaan Tesis ini.

6. Seluruh dosen dan Guru Besar pada Sekolah Pasca Sarjana Ekonomi Akuntansi.

7. Sembah sujud penulis kepada Ibunda tercinta, yang selalu memberikan semangat kepada penulis, dan Ayahanda tercinta, yang terus mendukung untuk menyelesaikan studi. Doa dan kasih sayang penulis selalu untuk papi dan mami.

8. Abanganda Mangatas Manurung SE, M.Si dan Roy Rahmatsyah, SP, atas segala bantuan dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.

9. Adik – adikku yang tercinta Ade dan Arif, terima kasih atas bantuannya pada abangda.

10. Terima kasih juga kepada staf administrasi Sekolah Pascasarjana : Bang Ari,

Kak Dori, Kak Yuli, Bang Dedi dan teman – teman

seangkatan di Sekolah

Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

11. Khusus Rekan – rekan di Badan Pemeriksa Keuangan dan teman – teman lainnya yang pada kesempatan ini tidak dapat penulis cantumkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan penulis, maka hasil penelitian ini masih perlu disempurnakan. Karena itu dengan segala kerendahan hati penulis memohon segala kritik dan saran demi perbaikan hasil penelitian ini. Terima kasih.

Medan, Maret 2008

Penulis,

Amin Mozana

RIWAYAT HIDUP

1. NAMA

: AMIN MOZANA

2. TEMPAT / TGL LAHIR : AEK SONGSONGAN/03 MEI 1980

3. PEKERJAAN

: AUDITOR BPK-RI

4. AGAMA : ISLAM

5. ORANG TUA

a. AYAH : SUDARMAN

b. IBU : ELLYANA

6. ALAMAT : JL. EKAWARNI NO.19 MEDAN

7. PENDIDIKAN

a. SD : SD NEGERI 016397 TANJUNG GADING

b. SMP : SMP NEGERI 1 MEDAN

c. SMA : SMU NEGERI 5 MEDAN

d. S1 : UNIVERSITAS GADJAH MADA

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta .................................................................................. 21

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan Perkembangan Harga Saham, Tahun 2004-2006.................................... 59

2. Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan Perkembangan ROE, DER dan DPR, Tahun 2004-2006........................ 64

3. Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan Perkembangan GTH dan KSS, Tahun 2004-2006 .................................. 69

4. Uji Normalitas ........................................................................................ 74

5. Regresi Utama Penelitian ....................................................................... 75

6. Regresi Antar Variabel Bebas ................................................................ 76

7. Uji Heterkesdatisitas .............................................................................. 80

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pendirian perusahaan mempunyai tujuan umum untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Persaingan bisnis yang ketat seiring dengan perkembangan perekonomian mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerjanya, dan melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing.

Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bersaing sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan, agar kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat tercapai, maka pihak manajemen harus dapat meningkatkan kinerjanya. Secara umum kinerja suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan.

Kinerja perusahaan dapat diketahui dari hasil analisis laporan keuangan. Hasil analisis laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan tersebut dipakai sebagai dasar penentu kebijakan bagi pemilik. manajer dan investor. Analisis atas laporan keuangan dan interpretasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan suatu Kinerja perusahaan dapat diketahui dari hasil analisis laporan keuangan. Hasil analisis laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan tersebut dipakai sebagai dasar penentu kebijakan bagi pemilik. manajer dan investor. Analisis atas laporan keuangan dan interpretasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan suatu

Rasio menggambarkan suatu hubungan pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dan jumlah yang lain. Ukuran yang lazim dipakai dalam analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang sering dipakai karena merupakan metode yang paling tepat untuk diterapkan dalam penilaian kinerja perusahaan. Penggunaan alat analisis berupa rasio dapat menunjukkan atau memberi gambaran tentang baik atau buruknya posisi keuangan perusahaan yang berakibat pada kegagalan, sehat atau tidaknya suatu perusahaan, apabila dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau dengan perusahaan sejenis yang lainnya.

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan

Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Foster (1986, dalam Almilia, 2003) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan dengan model rasio keuangan yaitu:

1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu.

2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan.

3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan dengan rasio keuangan.

4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress ) Ada dua macam kegagalan, yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi suatu perusahaan dikaitkan dengan ketidak seimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran. Sementara itu, sebuah perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun aktiva total melebihi 4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress ) Ada dua macam kegagalan, yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi suatu perusahaan dikaitkan dengan ketidak seimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran. Sementara itu, sebuah perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun aktiva total melebihi

Studi mengenai rasio keuangan dalam menilai kinerja perusahaan dengan prediksi kebangkrutan dimulai oleh Beaver (1967, dalam Lisetyati, 2000) yang membuktikan bahwa secara empiris rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kegagalan perusahaan. Dalam studinya, Beaver membuat lima kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analysis yaitu menghubungkan tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio mana yang paling baik digunakan sebagai prediktor. Kelima kelompok rasio tersebut terdiri dari cash flows to total debt ratio, net income to total assets ratio, current assets to current liabilities ratio, total debt to total assets ratio, dan working capital to total assets ratio. Kelima rasio keuangan tersebut kemudian diuji tingkat kesalahannya yang menunjukkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengklasifikasian suatu perusahaan. Penelitian ini terlihat bahwa rasio-rasio keuangan memiliki kemampuan dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan. Penelitian lainnya yang ditemukan juga buktinya dilakukan oleh Altman (1968), Altman, et al. (1977), dan Gilbert, et al. (1990).

Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968, dalam Aryati dan Manao 2000) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Altman menggunakan multiple discriminant analysis untuk menguji manfaat lima rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan. Kelima rasio keuangan tersebut adalah working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interests taxes to total assets, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total assets. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan kekuatan prediksi rasio-rasio keuangan untuk periode waktu yang lama. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu terutama likuiditas dan leverage memberikan sumbangan terbesar dalam mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dan beliaulah yang memunculkan formula Z Score untuk menentukan tingkat kesehatan perusahaan. Menurut Almilia (2003). Model kebangkrutan Altman tidak dapat digunakan dewasa ini karena beberapa alas an yaitu:

1. Dalam membentuk model ini hanya memasukkan perusahaan manufaktur saja, sedangkan perusahaan yang memiliki tipe lain memiliki hubungan yang berbeda antara total modal kerja dan variabel lain yang digunakan dalam analisis rasio.

2. Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai dengan 1965, yang tentu saja berbeda dengan kondisi sekarang. Sehingga proporsi untuk setiap variabel sudah tidak tepat lagi untuk digunakan.

Penelitian lain yang mengembangkan rasio keuangan dalam industri perbankan sebagai prediktor tingkat kesehatan dan kegagalan bank dibuktikan oleh Thomson (1991), Whalen dan Thomson (1988), dan Aryati dan Manao (2000).

Penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi perkembangan laba perusahaan dilakukan oleh Machfoedz (1994), dan Zainuddin dan Hartono (1999).

Penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Manao (2000) bertujuan untuk mengetahui apakah laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank-bank di Indonesia dapat digunakan sebagai prediktor tingkat kesehatan dan kemungkinan kebangkrutannya melalui rasio CAMEL dan rasio keuangan lainnya, serta dapat di identifikasi rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan perbankan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tujuh variabel independen dengan tingkat signifikansi α = 5%. Model analisis yang digunakan adalah univariat

analisis dan multivariat diskriminan analisis Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lisetyati (2000) dengan menganilisis laporan keuangan sebagai alat prediksi kebangkrutan bank, variable penelitian dipilih 11 rasio keuangan dengan menggunakan metode CAMEL sebagai alat analisis terhadap kebangkrutan. Bank yang dipilih sebanyak 161 Bank dalam tahun 1993 – 1997. Pengujian multivariate dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh rasio keuangan yang dipilih melalui prosedur backward stepwise (conditional) bersama-sama mampu memprediksi dengan benar bank yang akan bangkrut.

Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan bank di Indonesia dilakukan oleh Wilopo (2001). Hipotesis yang diajukan bahwa “rasio keuangan model CAMEL, besaran (size) bank serta kepatuhan terhadap Bank Indonesia” dapat digunakan untuk memprediksikan kegagalan bank di Indonesia.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Eva Rianti (2003) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan sebelum dan selama masa krisis ekonomi Indonesia serta prediksi kebangkrutan perusahaan yang mengambil sample perusahaan automotive and component yang go public di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini digunakan model multiple discriminant analysis (MDA) untuk memprediksi kebangkrutan dengan menghitung rasio aktiva lancar terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total asset, laba opersional terhadap total asset, total nilai saham dibursa terhadap total hutang, dan penjualan terhadap total asset

Berdasarkan uraian dan berbagai penelitian di atas, dari bukti empiris yang mendukung analisis rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan yang sudah ada sebelumnya memberikan hasil yang beragam. Penelitian ini menindak lanjuti penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode analisis yang sama yaitu Univariate dan Multivariate Discriminant Analysis, namun sampel, periode penelitian dan variabel independen yang digunakan berbeda. Penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan, otmotive dan manufacture dan periode tahun sampel berkisar di masa krisis ekonomi Indonesia yaitu sebelum, semasa atau sesudahnya. Variabel independent lebih banyak menggunakan rasio CAMEL (Capital Adequacy Ratio, Return on Risked Assets, Net Profit Margin, Return on Assets, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Kewajiban Bersih call money terhadap Aktiva Lancar, Kredit terhadap Dana yang Diterima). Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan tekstil dan alas kaki, Berdasarkan uraian dan berbagai penelitian di atas, dari bukti empiris yang mendukung analisis rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan yang sudah ada sebelumnya memberikan hasil yang beragam. Penelitian ini menindak lanjuti penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode analisis yang sama yaitu Univariate dan Multivariate Discriminant Analysis, namun sampel, periode penelitian dan variabel independen yang digunakan berbeda. Penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan, otmotive dan manufacture dan periode tahun sampel berkisar di masa krisis ekonomi Indonesia yaitu sebelum, semasa atau sesudahnya. Variabel independent lebih banyak menggunakan rasio CAMEL (Capital Adequacy Ratio, Return on Risked Assets, Net Profit Margin, Return on Assets, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Kewajiban Bersih call money terhadap Aktiva Lancar, Kredit terhadap Dana yang Diterima). Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan tekstil dan alas kaki,

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah analisis rasio keuangan mampu untuk mengukur tingkat kesehatan pada perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode 2003-2006?

2. Rasio manakah yang paling dominan dalam memprediksi tingkat kesehatan perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di BEJ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penggunaan analisis rasio keuangan dalam penilaian tingkat kesehatan perusahaan guna memprediksi kebangkrutan pada perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di BEJ.

2. Untuk mengetahui, di antara rasio-rasio keuangan dalam analisis laporan keuangan, manakah yang paling membedakan (dominan) dalam penilaian 2. Untuk mengetahui, di antara rasio-rasio keuangan dalam analisis laporan keuangan, manakah yang paling membedakan (dominan) dalam penilaian

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti Menambah pengetahuan dan pemahaman dalam penggunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi tingkat kesehatan perusahaan.

2. Pihak perusahaan Dapat digunakan sebagai acuan, bahan pertimbangan dan penilaian tingkat kesehatan atau kebangkrutan perusahaan, serta dapat dijadikan bahan evaluasi perusahaan untuk penentuan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.

3. Dunia penelitian dan akademis Dapat menambah perbandingan atau literatur dan bahan referensi untuk karya ilmiah ataupun penelitian-penelitian selanjutnya.

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Laporan Keuangan

Dalam Darsono dan Ashari (2005), laporan keuangan adalah informasi yang memuat tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan-keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi: (1) untuk keputusan investasi dan kredit, (2) mengenai jumlah dan timing arus kas, (3) mengenai aktiva dan kewajiban, (4) mengenai kinerja perusahaan, (5) mengenai sumber dan penggunaan kas, (6) penjelasan dan interpretif, serta (7) untuk menilai stewardship. Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan pengungkapan laporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara

Laporan keuangan juga dapat menurunkan asimetri informasi yaitu kondisi dimana informasi yang dimiliki oleh satu pihak lebih banyak dibandingkan dengan pihak lainnya. Informasi dalam laporan keuangan dapat menurunkan perbedaan informasi dengan menurunkan: (a) adverse selection, dengan cara memindahkan informasi privat yang dimiliki oleh manajer menjadi informasi publik. Adverse selection adalah ketidakyakinan pada manajer atau pemilik karena salah satu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari lainnya, sehingga menguntungkan pihak tertentu; (b) moral hazard yang dilakukan oleh manajer, karena perilaku manajer dapat dilihat dari pengaruhnya pada laba perusahaan atau aset perusahaan. Moral hazard adalah sikap tidak melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan, atau tidak melaksanakan kondisi ideal. Untuk melihat apakah perusahaan memenuhi perjanjian kredit atau tidak dapat dilihat dari laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2005).

2.1.2 Analisa Rasio Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan pada dasarnya mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih Analisis laporan keuangan pada dasarnya mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih

Tujuan dari analisis laporan keuangan secara umum adalah sebagai berikut :

1. Investasi pada saham.

2. Pemberian kredit, dimana tujuan pokoknya adalah untuk menilai kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

3. Kesehatan pemasok (supplier). Mengetahui kondisi keuangan pemasok sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan negosiasi dengan pemasok.

4. Kesehatan pelanggan (customer), yang tujuannya adalah untuk mengetahui informasi mengenai kemampuan pelanggan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

5. Kesehatan perusahaan ditinjau dari karyawan, bertujuan untuk memastikan apakah perusahaan yang akan dimasuki mempunyai prospek keuangan yang bagus.

6. Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan.

7. Analisis internal, tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan guna menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan.

8. Analisis pesaing, untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan

pesaing yang dapat dipakai untuk penentuan strategi perusahaan.

9. Penilaian kerusakan. Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang terkandung didalamnya. Angka-angka itulah yang kemudian dapat membentuk rasio-rasio keuangan.

Rasio Keuangan dapat digunakan untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan . Rasio yang digunakan untuk membahas kinerja atau kegiatan operasi perusahaan hendaknya dapat memenuhi pertanyaan berikut ini : 1. Seberapa jauh likuiditas perusahaan; 2. Apakah manajemen menghasilkan laba operasi yang cukup atas aktiva perusahaan ; 3. Bagaimana perusahaan untuk mendanai aktivanya ; 4. Apakan para pemegang saham mendapatkan pengembalian yang cukup atas investasi mereka. ?

Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van Horne, 1995 dalam Sitanggang,2003). Analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van Horne, 1995 dalam Sitanggang,2003). Analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan

Dalam analisis rasio, ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal. Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Sedangkan perbandingan eksternal adalah membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Perbandingan ini memberikan gambaran relatif dan pemahaman yang mendalam tentang kondisi dan kinerja perusahaan, serta membantu mengidentifikasi penyimpangan dari rata-rata atau standar industri (Darsono dan Ashari, 2005).

Manfaat analisis rasio bagi manajer digunakan untuk menganalisis, mengendalikan dan memperbaiki operasional perusahaan, bagi analisis kredit digunakan untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar hutangnya, bagi analisis sekuritas atau analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan dan analisis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuidasi aktiva apabila terjadi kepailitan.

Kelebihan analisis rasio keuangan dibandingkan teknik analisis lainnya adalah (Harahap, 2002 ) :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan oleh laporan keuangan yang rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk mengambil bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

5. Menstandari ukuran perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Teknik analisis rasio keuangan juga memiliki kelemahan sebagai berikut :

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran yang dapat dinilai bias atau subyektif.

2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan, bukan harga pasar.

3) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

4) Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

e. Jika dua perusahaan yang dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama sehingga jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Selain itu, terdapat juga keterbatasan analisis rasio antara lain adalah (Sawir, 2005) :

a) Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

b) Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

c) Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

Keterbatasan analisis rasio yakni apabila dibandingkan rasio satu perusahaan dengan perusahaan lain bisa berakibat interpretasi yang berbeda karena penggunaan metode yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi, tidak bisa dikatakan bahwa suatu rasio perusahaan lebih bagus dari perusahaan lainnya tanpa adanya analisis yang mendalam, sulit mengidentifikasi kategori perusahaan dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. Namun, walaupun demikian analisis rasio tetap merupakan alat yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membantu mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan.

2.1.3. Pengelompokkan Rasio Keuangan

Pengelompokkan rasio keuangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005) :

1. Rasio Likuiditas Terdiri dari Rasio Lancar ( total aktiva lancar : total utang lancar) dan rasio cair ((total aktiva lancar – persediaan) ; utang lancar). Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio. Current ratio (rasio lancar), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalammemenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini 1. Rasio Likuiditas Terdiri dari Rasio Lancar ( total aktiva lancar : total utang lancar) dan rasio cair ((total aktiva lancar – persediaan) ; utang lancar). Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio. Current ratio (rasio lancar), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalammemenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini

2. Rasio Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar utang jangka panjang, baik utang pokok maupun bunganya (Kuswadi, 2006). Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah :

a. Debt to Asset Ratio (DAR = total utang : total aktiva), atau disebut juga leverage atau debt ratio. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi a. Debt to Asset Ratio (DAR = total utang : total aktiva), atau disebut juga leverage atau debt ratio. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi

b. Debt to Equity Ratio (DER = total utang : total ekuitas), menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin kecil angka rasio, semakin baik solvabilitas perusahaan.

c. Equity Multiplier (EM = total aktiva : total ekuitas), menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai besarnya porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio ini, berarti porsi pemegang saham akan semakin besar sehingga kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil.

3. Rasio Profitabilitas Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Sawir,2005). Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah : 3. Rasio Profitabilitas Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Sawir,2005). Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah :

b. Net Profit Margin (NPM = laba bersih : penjualan bersih). Rasio ini digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari waktu ke waktu dalam hal profitabilitas dan juga dapat dipakai untuk memperkirakan atau meramalkan laba bersih perusahaan pada masa yang akan datang atas dasar estimasi penjualannya (Kuswadi, 2006).

c. Return On Investment (ROI = laba bersih : total aktiva). Rasio ini juga sering disebut Return On Asset (ROA). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan, dan juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan c. Return On Investment (ROI = laba bersih : total aktiva). Rasio ini juga sering disebut Return On Asset (ROA). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan, dan juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan

d. Return On Equity (ROE = laba bersih ; total ekuitas). Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio ini membuat manajemen dapat melihat secara fokus besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan dari jumlah modal yang ditanam oleh para pemegang saham. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha (Sawir, 2005). Dari perspektif pemegang saham, rasio ini menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham.

4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah :

a. Inventory Turn Over (ITO = harga pokok penjualan : persediaan) atau rasio perputaran persediaan. Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan (dalam bentuk produk jadi). Rasio ini juga menggambarkan perputaran persediaan–semakin besar rasio ini akan semakin baik. Semakin tinggi perputaran persediaan ini, semakin singkat atau semakin baik waktu rata-rata antara penanaman modal dalam persediaan dan transaksi penjualan. Ini menunjukkan semakin tingginya tingkat permintaan atau penjualan produk perusahaan, semakin efisiennya kerja tim manajemen persediaan, dan (mungkin) semakin tingginya laba yang diperoleh. Walaupun demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi juga dapat memberikan indikasi tentang kekurangan stok persediaan, yang dapat menyebabkan kehilangan order penjualan (Kuswadi, 2006:110). Rasio perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada di tangan.

b. Total Assets Turn Over (TATO = penjualan bersih : total aktiva). Kemampuan perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang di investasikan dalam bentuk harta perusahaan digambarkan dalam rasio ini sehingga kita dapat mengetahui efektifitas penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Rule of thumb rasio ini bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1, kalau perputarannya lambat menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.

2.1.4. Kebangkrutan atau Kegagalan Usaha Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah umum untuk menerangkan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (Karel & Prakash, 1987 dalam Lisetiaty). Para peneliti telah menggunakan istilah failure (kegagalan) dan bankruptcy (kebangkrutan) secara bergantian.

Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak di masa mendatang. Salah satu indikator yang dipakai untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan adalah indikator keuangan. Kebanyakan Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak di masa mendatang. Salah satu indikator yang dipakai untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan adalah indikator keuangan. Kebanyakan

Untuk menilai kesulitan keuangan yang akan diderita oleh perusahaan terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan panduan. Indikator pertama adalah informasi arus kas sekarang dan arus kas untuk periode mendatang. Informasi arus kas memberikan gambaran sumber-sumber dan penggunaan kas perusahaan. Sumber yang kedua adalah dari analisis posisi dan strategi perusahaan dibandingkan dengan pesaing. Informasi ini memberikan gambaran posisi perusahaan dalam persaingan bisnis yang merujuk pada kemampuan perusahaan dalam menjual produk atau jasanya untuk menghasilkan kas (Darsono dan Ashari, 2005).

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut :

1. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank). Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda 2. Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda

3. Pihak pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misalnya pada sektor perbankan). Pemerintah juga mempunyai badan- badan usaha (BUMN) yang harus melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang diperlukan bisa dilakukan lebih awal.

4. Akuntan, yang mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

5. Manajemen. kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya tersebut cukup besar. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan misalnya dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

Dalam Darsono dan Ashari (2005), secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasional perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.

Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi :

a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang- hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.

c. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan dapat berupa manajemen yang korup atau memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Kasus bank yang melakukan pelanggaran batas maksimum pemberian kredit adalah contoh kasus moral hazard dimana manajemen melakukan pelanggaran terhadap rambu-rambu pengelolaan perusahaan.

Kasus Enron adalah salah satu kasus dimana manajemen melakukan kecurangan dengan menyembunyikan kerugian yang besar.

Sedangkan, faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah sebagai berikut :

1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari atau berpindah sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu supplier sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu 3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam Undang-Undang No.4 tahun 1998 yang dirubah dengan Undang-Undang No 37 tahun 2004, kreditor bisa mempailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik lagi kepada pelanggan.

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Kasus perkembangan pesat ekonomi Cina yang mengakibatkan tersedotnya kebutuhan bahan baku ke Cina dan kemampuan Cina memproduksi barang dengan harga yang murah adalah contoh kasus perekonomian global yang harus diantisipasi oleh perusahaan. Tingginya kebutuhan baja di Cina yang mengakibatkan harga baja naik tajam, mengakibatkan banyak industri pengecoran logam di 6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Kasus perkembangan pesat ekonomi Cina yang mengakibatkan tersedotnya kebutuhan bahan baku ke Cina dan kemampuan Cina memproduksi barang dengan harga yang murah adalah contoh kasus perekonomian global yang harus diantisipasi oleh perusahaan. Tingginya kebutuhan baja di Cina yang mengakibatkan harga baja naik tajam, mengakibatkan banyak industri pengecoran logam di

2.2. Peneliti Terdahulu

Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Dengan analisis rasio keuangan dapat diprediksi tingkat kesehatan perusahaan guna memprediksi kebangkrutan perusahaan. Rasio keuangan ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek kinerja, apakah kinerja perusahaan mengalami kemajuan atau bahkan mengalami kemunduran yang akan berakibat pada kebangkrutan. Ukuran kinerja pertama yang diukur adalah ukuran likuiditas, dimana ukuran ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran kinerja kedua adalah solvabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ukuran ketiga adalah profitabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sumber daya yang dimiliki. Ukuran berikutnya adalah aktivitas yang mengukur efektifitas dan efisiensi dalam menggunakan aktiva.

Beberapa peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan. Studi kali pertama dilakukan oleh Beaver (1966) dalam Aryati dan Manao (2000) yang membandingkan masing-masing rasio-rasio perusahaan bangkrut dengan perusahaan tidak bangkrut yang dilakukannya pada lima