STUDI TENTANG PEMAHAMAN AKHLAK PENGARUHNYA TFRHADAP UPAYA PENGENDALIAN DIRI DARI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA MTs. TARQIYYATUL HIMMAH KEC. PABELAN KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008 - Test Repository
STUDI TENTANG PEMAHAMAN AKHLAK
PENGARUHNYA TFRHADAP UPAYA PENGEND a LIAN DIRI
DARI PERXLAKU MENYIMPANG PADA SISWA
MTs. TARQIYYATUL HIMMAH KEC. PABELAN
KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan
Melengkapi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana dalam llmu Tarbiyah
Oleh :
Ahmad Syafi’i Daslan
NIM : 11406045
SEKOLAH INGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN SALATIGA
2008
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Studi tentang Pemahaman Akhlak Pengaruhnya Terhadap Upaya Pengendalian Diri dari Perilaku Menyimpang pada Siswa MTs. Tarqiyatul Himmah Kec. Pabelan, Kab. Semarang, Tahun Ajaran 2007/2008. Alasan pemilihan judul dikarenakan pada saat sekarang telah banyak kemerosotan akhlak generaasi muda yang disebabkan mereka tidak mengenal pendidikan agama atau orang tua tidak menyadari akan pendidikan akhlak anak sehingga tingkah laku anak menjadi bertentangan dengan ajaran agama tanpa disadari.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah sejauh manakah pengaiuh pemahaman akhlak terhadap upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang pada siswa MTs. Tarqiyatul Himmah Kec. Pabelan, Kab. Semarang tahun pelajaran 2007/2008.
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemahaman Ilmu ahlak terhadap upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang pada siswa MTs. Tarqiyatul Himmah sebagai populasi dalam skripsi ini adalah siswa MTs. Tarqiyatul Himmah tahun pelajaran 2007/2008. Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas VII dengan jumlah 20 orang dan siswa kelas VII dengan jumlah 20 orang dengan sistim pengambilan random sampling.
Setelah dilakukan penelitian dan penganalisaan data diperoleh kesimpulan bahwa siswa MTs. Tarqiyatul Himmah mempunyai pemahaman ilmu ahlak tinggi , dan pengendalian diri terhadap perilaku menyimpang juga tinggi, tetapi setelah dikorelasikan dengan menggunakan analkis product moment ternyata tidak ada korelasi yang signifikan antara keduanya.
Jadi penulis mengambil kesimpulan bahwa pemahaman akhlak tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap pengendalian diri dari perilaku menyimpang.
NOTA PEMBIMBING
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Ahmad Syafii Daslan NIM : 114 06 045 Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul STUDI TENTANG PEMAHAMAN AKHLAK
NIP. 150 234 070
'Ijffa Dra. Djaim’atul Islamiyah, M. Ag.
Salatiga, 8 Agustus 2008 Pembirhbing
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Dengan ini mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
PENGARUHNYA TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN DIRI DARI PERILAKU PENYIMPANGAN PADA SISWA MTs TARQIYYATUL HIMMAH KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008
Assalamualaikum Wr. Wb.
D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A Jl. Station 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Saudara Ahmad Svafii Daslan Kepada.
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 3 eksemplar ^
DOSEN STAIN SALATIGA
Website : E-mail : administiasi@stainsalatii>a.ac.id Dra. Djami'atul Islamiyah, M. Ag.
- - y
D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website :
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : STUDI TENTANG PEMAHAMAN AKHLAK PENGA-
RUHNYA TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN DIRI DARI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA MTs TARQIYYATUL HIMMAH KEC. PABELAN, KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008 : AHMAD SYAFI'I DASLAN
Nama NIM : 11406045 Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
24 Sya'ban 1429 H Salatiga,---------------------------
26 Agustus 2008 M Dewan Penguji,
NIP^ 150234070 LEMBAGA PENDIDIKAN M A’ARIF
Akte Notaris No. 103 Tanggal 15 Januari 1986
M ADRASAH TSANAW IYAH TARQIYATUL HIMMAH
STATUS : TERAKRED1TASI A SK KA KANWIL DEPAG PROP.JATENG No .KW.11.4/4/PP.03.2/1636/2005
Alamat: Desa Kauman Lor Kec. Pabelan Kab. Semarang 50771 Telepon ; 02987104441
S U R A T K E T E R A N G A N
NO : 25 / MTs - Th / VIII / 2008
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Tang bertanda tangan di bawah ini Kepala MTs Tarqiyatul Himmah Kauman Lor Kec.Pabelan , nenerangkan bahwa: Nama : AHMAD SYAFI’I DASLAN NIM :11406045 Mahasiswa : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Jurusan : Tarbiyah Program Study : Pendidikan Agama Islam (PAI) ienar-benar telah melakukan Penelitian di MTs Tarqiyatul Himmah Kauman Lor Kec. Pabelan Kab. emarang, pada tanggal 13 Juni 2008 s.d. 5 Juli 2008 •emikian Surat keterangan ini kami buat untuk dapat di pergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum, wr.wb.
MOTTO: Cl C>jJ jf & dll
J
I j I aI OJ dll 6<&1 £d JJ
- ( II ;A1 A^- a
J| )
“ Allah'mengangkat orang- orang yang beriman diantara kamu dan orang- orang yang diberi iimu pengetahuan, beberapa derajat ( QS. Al Mujadalat: I I ).”
v
»
PERSEMBAHAN
I Skripsi ini ku persembahkan kepada : 1 • Istri dan anak-anakku
2. Keluarga besarku
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan kepada penulis
akan rahmat, hidayah, serta inayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis merasakan apabila tanpa rahmat,
hidayah, serta inayahNya maka karya ilmiah ini tida akan selesai.Sholawat dan salam semoga dilimpahkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad yang telah membawa manusia kepada jalan yang benar, jalan
ketauhidan, keimanan, dan keislaman yang terasakan dalam hati manusia.Karya tulis atau (skripsi) ini yang menyoroti tentang pemahaman
akhlak dan pengaruhnya terhadap perilaku menyimpang merupakan salah
satu karya ilmiah yangberdimensikan akhlak. Tujuan karya ilmiah ini tiada
lain hanyalah untu mengetahui pengaruh antara pemahaman akhlak il nu
akhlak dan pengendalian din dari perilaku menyimpang, dan unoik
mendapatkan ijazah san gelar ilmu kependidikan di STAIN Salatiga.Karya ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai
piahak tak mungkin penulis dapat menyelesaikannya seorang diri maka
penulis mengucapkan banya terimakasih kepada semua pilak yang telah
membantu akan terselesainya skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada: 1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.2. Dra. Djamiatul Islamiyah Selaku dosen pembimbing.
3. Kepada Bapak Ibu dosen yang telah membantu penulis.
4. Semua pihak yang telah membantu proses pembuatan skripsi ini.
Tentu saja masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, saran dan kritik akan sangat berguna untuk perbaikannya.
Salatiga, 8 Agustus 2008 Penulis AHMAD SYAFl’I DASLAN NIM. 11406045
DAFTARISI
s'
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : LANDASAN TEORl
I. Pemahaman Akhlak
DAFTAR PUSTAKA ,
DAFTAR TABEL
TABELI. DAFTAR NAMA GURU DAN BIDANG STUDI MTs. TARQIYATUL
IV. HASIL ANGKET PENGENDALIAN DIRI DARI PERILAKU
VII. PROSENTASE JAWABAN ANAK TERHADAP PEMAIIAMAN ILMU
VIII. DATA TENTANG UPAYA PENGENDALIAN DIRI DARI PERILAKU
IX. FREKUENSI UPAYA PENGENDALIAN DIRI DARI PERILAKU
X. AN ALISA VAR I ABEL UPAYA PENGENDALIAN DIRI DARI
XI. DATA TENTANG STUDI PEMAHAMAN ILMU AKHLAK TERHADyvP
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada dasamya ajar an Islam mendorong manusia untuk memiliki
perangai yang baik. Dalam sejarah peijalanan manusia persoalan moralitas masih menjadi picu utama yang akan meninggikan dan merendahkan deraj at manusia. Allah sangat menjunjung tinggi terhadap orang-orang yang berakhlak mulia dan membenci terhadap orang-orang yang berakhlak buruk.
Sabda rasululla SAW :
- * s ' s ' S'
Artinya : “Tak ada yang lebih berat dalam timbangan amal seorang mukmin pada hari kiamat dari budi pekerti yang baik dan sesungguhnya Allah murka terhadap orang yang berbudi pekerti rendah.1
Suatu kenyataan saat sekarang telah banyak kemerosotan akhlak generasi muda, penyebabnya adalah mereka tidak mengenal benar pendidikan agama atau orang tuanya tidak menyadari akan pendidikan akhlak anak, sehingga sikap tindakan serta tingkah laku akan menjadi liar, serta bertentangan dengan ajaran agama. Sedangkan membentuk kepribadian anak
1 Abi Isa Muhammad bin Isa, Sunnah Tirmidzi IV Darul Fikri, t.t. hal. 319
2 adalah tanggung jawab orang tua dalam memberi bekal terhadap mereka.
Menurut pendapat Ny. Aisyah Dachlan: Orang tua berkewajiban mengasuh dan mendidik a tak, memberi pakaian, makanan, menjaga diri dari segala macam bahaya, menjaga kesehatan lahir dan batin, rohani dan jasmani, mendidiknya agar menjadi manusia yang berguna dan bahagia dunia dan akherat, memberi pelajaran dan ilmu-ilmu agar menjadi manusia yang sempuma berilmu dan beragama, beramal dan beribadah dan dapat pula berdiri sendiri, mengarungi hidup dengan penuh keyakinan.2
Keluarga merupakan lingkungan yang primer. Disinilah anak-anak digembleng dengan l>erbagai pengalaman dan pendidikan aasar, pendidikan moral, sehingga anak setelah tumbuh dewasa dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang mendasari dalam pembentukan mental bagi anak-anak. Namun sering ditemukan orang tua yang hanya memenuhi kebutuhan material saja, tanpa memikirkan pendidikannya. Sebagaimana yang dikemukakan Drs. Bimo Walgito :
Apabila ada orang tua yang berpendapat bahwa hanya kebutuhan biologis saja yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Asal sudah makan baik, pakaian baik dan sebagainya adalah telah cukup, pendapat semacam itu adalah salah.3 Upaya mengantisipasi hal tersebut adalah dengan pendidikan. Bagi bangsa Indonesia konsep pendidikan Nasional sangat menekankan untuk
2 Ny. Aisyah Dachlan, Membitra Rumah Tangga Bahagia, Jamnu 1978, hal. 92
3
memiliki suatu tajuan dalam meningkatkan kualitas bangsa Indonesia. Kualitas bangsa Indonesia yang dimaksudkan adaTah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur dan berkepribadian berdisiplin bekerja keras, tanggimg jawab, mandiri, cerdns, terampil, serta seh. t jasmani dan rohani. Untuk merealisasikan tujuan tersebut perlu dikembangkan iklim belajar yang menumbuhkan rasa percaya diri seita sikap dan tinggka i laku yang inovatif, kreatif dan kondusif, sehingga dengan demikian pendidikan Nasional akan dapat mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang daj >at membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Itu semua dapat terwujud apabila pendidikan di Indonesia dapat meningkatkan mutu pendidikannya baik dalam bentuk formal dan informal.
Suatu bangsa sangat ditentukan sekali ooleh suatu sistem pendidikan yang dianut atau didikuti oleh bangsa tersebut.
Peran guru merupakan figur b. igi muridnya untuk diteladani segala sikap dan kepribac iannya. Oleh karena itu hal ini sangatlah dipengaruhi oleh tingkat pemahaman ilnu akhlak yang diajarkan guru di sekolah. Disamping itu latar belakang siswa banyak mempengaruhi pemahamannya terhadap persoalan ilmu akhlak.
Seberapa jaub para siswa siswi memahami ilmu akhlak yang telah diajarkannya serta kaitannya c’engan pengendalian diri dari perilaku menyimpang dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah yang perlu dikaji persoalan tersebut diatas secara kritis dan analitis
4
dengan judul : “ STUDI TENTANG PEMAHAMAN AKHLAK PENGARUHNYA TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN DIRI DARI PERILAKU MENYIMPANG PAPA SISWA MTs TAROIYATUL HIMMAH KEC. PABEAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2007 / 2008.”
B. Penjelasan Istilah
Dalam upaya mengurangi kesalahpahaman dalam melakukan penelitian yang dilakukan, penulis mencoba memberi altematif untuk memberikan penjelasan istilah sebagai berikut:
1. Pemahaman Dalam istilah bahasa Indonesia, kata pemahaman berasal dari kata dasar paham dan mendapat imbuhan yang berupa pe - an. Kata paham tersebut dari bahasa Arab yaitu Fahima - Yafhamu - fahman.4 Kemudian meresap kadalam bahasa Indonesia menjadi paham.
Ahmad . Hasan dalam bukunya Pintu Iitihad Belum Tertutup mengartikan kata paham itu identik dengan kata fiqih yang mengandung arti memahami dan mengerti seperti yang berarti melakukan pemahaman terhadap agama.5 Dari beberapa pengertian tersebut di atas, penulis menyimpulkan kata - kata pemahaman sebagai pengertian yang mendalam tentang sesuatu.
4 Masruf, Ilmu Shorof, Pustaka, Risalah, Surabaya, 1973, hal. 598
5 Hasan, Pintu Ijtihad Belum Tertutup, Pustaka, Bandung, 1984, hal. 2
5
2. Akhlak Secara terminologi kata akhlak berasal dari kata jamak bahasa Arab
( akhlak ) dan bentuk mufrodnya adalah ( khulukun ) yang berarti perangai, budi, tabiat dan adab.6 Sedangkan menurut istilah akhlak berarti:
>' S '- *■
4 o'. Artinya : “Perangai ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.”7
Jadi yang dimaksud ilmu akhlak adalah sesuatu ilmu yang menjelaskan pengertian baik dan buruk, menerangkan apa yang perlu ada di dalam pergaulan umat manusia, menjelaskan tujuan yang harus dicapai dalam setiap tingkah laku dan cara melaksanakan apa yang harus ada.
Adapun indikator - indikator pemahaman ilmu akhlak adalah : 1) Memahami pengertian akhlak
2) Memahahami tujuan yang akan dicapai; 3) Memahami obyek akhlak 4) Memahami sumber - sumber akhlak 5) Memahami pembagian akhlak 6) Adanya kesan yang mendalam setelah memahami ilmu akhlak dalam hal ini pemahaman akhlak merupakan variabel bebas atau variabel X ( VX ) dalam rangka memudahkan penjabaran.
6 Prof. Dr. H. Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami. 1996, hal. 26
7 Prof. Dr. H. Rachmat Djatnika, Op. Cit. Hal. 27
6
3. Pengendalian Diri Dari Perilaku Menyimpang Menahan / mengekang diri dari tingkaii laku yang melanggar atau bertentangan dengan aturan sekolah atau aturan agama yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Sedangkan yang menjadi indikator dari perilaku menyimpang adalah :
a. Perilaku menyimpang dari aturan agama : 1) Meninggalkan sholat wajib tanpa berhalangan;
2) Meninggalkan puasa wajib tanpa berhalangan; 3) Berjabat tangan dengan lawan jenis; 4) Tidak mau menghormati orang yang lebih tua;
5) Minum-minuman keras; 6) Makansambiljalan;
7) Berkata kasar pada orang tua;
b. Perilaku menyimpang dari aturan sekolah; 1) Kebiasc an terlambat;
2) Tidak memakai seragam sekolah; 3) Tidak masuk sekolah tanpa ijin; 4) Membolos sekolah; 5) Berbuat tidak jujur dalam test.
Pengendalian diri dari perilaku menyimpang merupakan variabel tergantung atau variabel Y ( VY ) untuk menjabarkan langkah selanjutnya.
Oleh karena itu untuk mengetahui intensitas tinggi rendahnya kedua variabel tersebut yaitu pengukura i dengan kategori sebagai berikut:
7
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
C. Perumusan Masnlah
Rumusan masalab pada hakekatnya adalah generalisasi deskriptif ruang lingkup masalah pembatas demensi ukuran dan analisis variabel yang tercakup didalamnya.8 Sehubungan dengan itu maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah variasi pemahaman akhlak siswa MTs Tarqiyyatul Himmah Kec. Pabean, Kab. Semarang th. 2007 / 2008
2. Bagaimana tingkat upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang pada siswa MTs Tarqiyyatul Himmah Kec. Tabean, Kab. Semarang tahun 2007 / 2008
3. Sejauh manakah pengaruh pemahaman akhlak terhadap upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang pada siswa MTs Tarqiyatul Himmah Kec. Pabean, Kab. Semarang tahun 2007 / 2008
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan penelitian tersebut penulis mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini. Adapun tujuan - tujuan ini adalah :
1. Untuk mengetahui variasi pemahaman akhlak pada siswa MTs Tsrqiyatul Himmah Kec. Pabean, Kab. Semarang tahun 2007 / 2008.
8 Suharsimi Arik'into, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktikan, Rineka Cipta, Jakarta
1991
8
2. Untuk mengetahui tingkat pengendalian diri dari perilaku menyimpang pada siswa MTs Tsrqiyatul Himmah Kec. Pabelan, Kab. Semarang tahun 2007 / 2008.
3. Untuk mengetahii sejauh mana pengaruh pemahaman akhlak terhadap upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang pada siswa MTs Tsrqiyatul Himmah Kec. Pabean, Kab. Semarang tahun 2007 / 2008.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu yang mungkin benar atau salah9. Dengan demikian hipotesis mei upakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji kembali atau dibuklikan kebenarannya lewat analisis data. Penulis mengajukan hipotes's yang berbunyi “ Ada pengaruh positif antara pemahaman ilmu akhlak terhadap upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang” atau de igan kata lain “ Semakin tinggi tingkat pemahaman akhlak semakin tinggi pula upaya untuk mengendalikan diri dari perilaku menyimpang pada siswa MTs Tarqiyatul Himmah Kec. Pabelan, Kab.
Semarang tahun 2007 / 2008.”
F. Metodologi Penelitian
1. Populasi dan Samocl Dimaksud dengan populasi adalah seluruh obyek yang diteliti baik yang berupa manusia, benda, peristiwa maupun gejala - gejala yang teijadi.10
9 Prof. Dr. Sutrisno Hadi, MA., M etodologi Research jilid II, Yogyakarta, Yayasan Penerbit, Fakultas Psikologi UGM, 1998, ial.63
10 Muhammad Ali, Penelitian P -ndidikan Prosedur dan Strut ’«/, Bandung, CV. Angkasa 1982
9
Dalam penelitian yang menjadi populasi adalah siswa MTs Tsrqiyatul Himmah Kec. Pabean. Kab. Semarang tahun 2007 / 2008 yang jerjumlah 200 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.11 Dinamakan sampel bila kita bemiaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Sedangkan untuk r lenentukan sampel dalam populasi tidak ada kepastian yang pasti.12 Adapur yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa siswi MTs T lrqiyatul Himmah yang berjumlah 40 siswa. Tehnik pengambilan dengan stratified propotional random sampling dengan perincian sebagai berikut:
Kelas VII : 20 siswa Kelas VIII : 20 siswa
Jumlah : 40 siswa
2. Metode Pengumpuian Data Untuk memperolah berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpuian data sebagai berikut:
11 Dr. Su.iarsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Swatu Pendekatan Praktikan. Jakarta Rineka Cipta, 1991, hal. 105
12 Sutrisno Hadi, OP. Cit, hal. 73
10
a. Metode Interview / wawancara Metode interview / wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan tujuan penyelidikan.13
Dengan metode ini penulis maksudkan untuk memperoleh data tentang: 1) Sejarah berdirinya MTs Tarqiyatul Himmah
2) Mengenai sarana dan prasarana MTs Tarqiyatul Himmah untuk memperoleh data tersebut penulis mengadakan tanya jawab langsung, baik dengan pimpinan maupun guru-guru serta karyawannya.
b. Metode dokumentasi Merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dimana sumbernya telah tersedia yang berupa dokumen/ catatan. Metode ini penulis gunakan uu uk memperoleh data tentang :
1) Daftar jumlah si swa 2) Daftar jumlah guru mengajar 3) Daftar kegiatau siswa 4) Strktur organisasi dan personalia c. Metode Angket.
Angket adalah sustu daftar pertanyaan untuk memperolah data berupa jawaban-jawaban dari responden ( orang yang menjawab ).14 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh tentang data :
13 Prof. Dr. Sutrisno Hadi MA. Op. Cit, hal. 225
14 Koentjoro ningrat, Metode-metode PenelUian Masyarakat, Jakarta, PT Gramedia, 1981, hal. 64
11
1) Variasi pemahaman ilmu akhlak siswa MTs Tarqiatul Himmah. 2) Tingkat upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang siswa MTs Tarqiyatul Himmah. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan angket langsung yang disebarkan kepada para siswa yang dijadikan sampel.
d. Metode Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomen i yang diselidiki. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang : 1) Letak geografis MTs Tarqiyatul Himmah 2) Sarana dan prasarana MTs Tarqiyatul Himmah Untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan cara teijun langsung kekancah, mengadakan pengamatan secara teliti dan mengadakan pencatatan secara sistematis e. Analisis data. Setelah semua data diperlukan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah nienganalisis atau mengolah data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data statistik yaitu :
1. Untuk mengetahui distribisi frekuensi pemahaman ilmu akhlak dan upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang digunakan tehnik statistik per sent; ise : P = — *100%
N
12 Keterangan: P = Persentase F =Frekuensi
N = Jumlah responden
2. Untuk mengetaliui pengaruh pemahaman ilmu akhlak terhadap upaya pengendalian diri dari perilaku menyimpang digunakan tehnik statistik Korelasi Produck Moment dengan rumus : r X Y = N £ X Y - f £ X ) ( £ Y )
15 j yJ{N£X2 -(£ X )2}{ V£Y2 -(£ Y )2}
Keterangan; rXY = Hasil perhitungan data X = Prosentase mengikuti pelajaran Y = Hasil mengikuti pelajaran
G. Sistematika Penyusunan Skripsi Secara garis besar 'aporan ini dapat diperinci dalam bab berikut ini:
Bab I : Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, perumusai masalah, tujuan penelkian, hipotesis, metode penulisn skripsi, populasi, sampel, analisis data dan sistematika skripsi. Bab II : Landasan Teori Dalam bab ini akan dibicarakan tentang : A. Pemahaman Akhlak meliputi:
15 Prof. Dr. Sutrisno Hadi, MA, [Lid, hal. 312
13 Pengertian akhlak, tujuan akhlak, pembagian akhlak.
B. Perana Akhlak dalam masyarakat meliputi = Peranan akhlak dalam lingkungan sekolah.
C. Ajaran dalam akhlak meliputi: Sopan santun, ikhlas, adab pergaulan, sabar, tawadlu’, qonaah.
D. Upaya pengendalian diri dari prilaku menyimpang meliputi: Sebab-scbab teijadinya prilaku menyimpang, Usaha-usaha menanggulangi prilaku menyimpang.
Bab III : Laporan Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dibahas menjadi dua : A. Gambaran umum MTs Tarqiyatul Himmah Kec. Pabean, Kab. Semarang, meliputi : Sejarah berdirinya MTs Tarqiyatul Himmah, letak geogralis MTi Tarqiyyatul Himmah, Struktur organisasi MTs Tarqiyyatul Himmah, Dasar dan tujuan pendidikan di MTs Tarqiyyatul Himmah, kurikulum, keadaan guru, 1 aryawan serta siswa MTs Tarqiyyatul Himmah. B. Data hash penelitian meliputi: Data tentang pemahaman akhlak di MTs Tarqiyatul Himmah. Data tentang upaya pengendalian diri dari perilaku - menyimpang siswa MTs Tarqiyatul Himmah; Bab IV : Analisis Data
14
- - Analisis Pertama - Anal isis Kedua - Analisis Ketiga BabV : Penutup Dalam bab ini meliputi kesimpulan dan saran atas apa yang penulis uraikan pada bab-bab terdahulu.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pemahaman Akhlak
1. Arti Akhlak Pengertian akhlak secara etimologi atau bahasa berasal dari kata j.y .A vane berbentuk iamak. Bentuk mufrodnva yang berarti
(perangai), (tabiat), (adab).1 Sedangkan dalam arti
^
lain menurut Rachmat Djatnika diartikan sopan santun, tata krama, budi pekerti atau etika.2 Secara istilah atau terminologi kata akhlak merupakan suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan pemikiran, sebagaimana pengertian akhlak berikut in i: j j U & s s s ' s ' s ' , j u w i i & - r , s ' S
Dari pengertian terminologi tersebut mengandung maksud yang esensi bahwa kunci dari akhlak seseorang adalah diri sendiri, jika jiwanya baik, akan melahirkan perbuatan baik, dan sebaliknya jika jiwanya buruk akan melahirkan akhlak yang buruk. Pada dasamya jiwa itu merupakan fitroh dari Tuhan yang diberikan pada manusia.3
1 Drs. Kahar Masykur, Membina M oral dan Akhlak. Kalam Mulia, Jakarta, 1985, hal. 75
2 Prof. Dr. H. Rachmat Djatniko, Sistem Etika Islam i
3 Ibid, hal 27
16 Menurut pandangan Al-Ghozali akhlak bukanlah pengertian atau pengetahuan tentang baik atau jahat maupun qodrat baik dan buruk, bukan pula pengalaman yang baik maupun yang jelek melainkan keadaan jiwa :
Akhlak berarti suatu kemantapan (jiwa) yang menghasilkan suatu perbuatan atau pengenalan atau dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja. Jika kemantapan itu sedemikian sehingga menghasilkan amal-amal yang baik ya itu amal yang terpuji akal dan syariah, maka ini disebut akhlak yang baik. Jika amal yang tercela yang muncul dari keadaan (kemantapan) dinamakan amal buruk.4 Keadaan jiwa adalah stabilitas. Umpamanya seseorang yang berakhlak pemurah, mau mendermakan hartanya dengan mudah tanpa paksaan.
Jadi pengertian tersebut bahwa akhlak akan membahas hal-hal yang terpuji dan tercela misalnya, sopan santun dan sombong, menahan diri dari perbuatan maksiat, sifar dermawan dan kikir, pemberani dan penakut, melampaui batas dan pelit. boros dalam membelanjakan harta dan sebagainya. Seniua tidak dapat dihindarkan tanpa mengetahui penangkal dan penolaknya. Karena itu setiap muslim wajib mempelajari dan mendalami penelitian tentang perbuatan-perbuatan tersebut akhirnya akan mengimbas pada pemik iran-pemikirannya dan akan direfleksikan dalam
4 Muhammad Abul Qosem, Erika Al-Ghazali. Penerjemah J. Mahyudin, Pustaka Bandung, 1975,
hal. 81-8217 tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian akhlakul karimah akan bisa
tertanam dalamjiwc dan hati dan dapat direalisasikan dalam kehidupan.
Obyek atau lapangan akhlak adalah tingkah laku manusia yang didorong oleh kemauannya can tingkah laku yang tidak didorong oleh kemauannya, tapi ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Jadi intinya ada dua tingkah laku yanitu tingkah laku yang ada hubungannya dengan Tuhan serta tingkah laku yang ada hubungannya dengan manusia maupun hubungannya dengan makhluk lain. Sedangkan alat untuk mengukur baik dan buruknya suatu fingkah laku manusia adalah agama yang berlandaskan pada Al-Qur’an yang datangnya dari Tuhan serta sunnah Rasulullah maupun memikiran akal manusia dengan adat istiadat yang ’oerlaku. Maksud penilaian yang mutlak adalah penilaian hu tidak bisa dirubah, sedangkan penilaian relatif setiapsaat bisa dirubah sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di masyarakat.
2. Tujuan Akhlak Akhlak mempunyai tujuan yang bersifat horisontal maupun vertikal. Dimensi vertikal mengandung bagaimana berkomunikasi dengan Tuhan, sedangKan dimensi horizontal bagaimana manusia berhubungan dengan makhluk lainnya. Menurut pendapat Barmawie Umary ada suatu tujuan yang hendak dicapai serta manfaatnya:
a. Terbentuknya pribadi muslim yang mulia dan budi pekerti lahir dan batin agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.
18 b. Untuk menghmdarkan diri dari perbuatan yang tercela dan hina dalam pandangan Islam. Sedangkan manfaat yang hendak dicapai antara lain :
a. Dapat melahiikan perbuatan yang mulia dan sempuma dalam - hubungan dan ibadah kepada Allah, - hubungan dengan Rasulullah, - hubunga a dengan manusia.
b. Terhindar dari perbuatan yang hina dan tercela dalam hubungan dengan Allah, Rasulullah serf a dengan makhluk lainnya.
c. Melahirkan perbuatan yang mulia yang mempunyai keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan duniawi dan ukhrawi lahir maupun batin, tidak berlebihan dan kekurangan.
d. Melahirkan perbuatan yang setara, antara harta dan perbuatan, antara teori dan praktek.
e. Memperoleh kemudahan dalam memenuhi hak maupun kewajiban, namun tetap teijaga martabatnya secara terhormat di dunia maupun di akherat.5 Dengan mempelajari akhlak diharapkan dapat melakukan perbuatan yang baik, indah, mulia, terpuji, menghindarkan perbuatan yang hina, tercela agar menjadi suatu kebiasaan. Untuk memperoleh yang baik, maka harus dapat membandingkannya dengan yang buruk atau memilih diantara keduanya. Setelah dapat membedakan antara yang baik dan yang
5 Drs. Barmawey Umary, M ateriA khlak. CV. Ramadhani Solo, 1998, hal. 66
19
buruk, maka manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan tersebut. Olah karena itu manusia harus membiasakan hal-hal yang baik.
Jadi puncak akhlak itu berada pada tiga tahapan, sebagaimana pendapat Barmav/ey Umary : Pertama, Irsvad yaitu dapat membedakan yang baik dengan yang buruk. Kedua, Taufiq yaitu perbuatan kita akan sesuai denagan tuntunan Rasulullah dengan akal yang sehat. Ketiga, Hidayah yaitu gemar melakukan yang baik dan terpuji serta menghindarkan yang buruk dan tercela.6 Ketiga tahapan tersebut antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tidak dapat dipidahkan. Untuk bisa melalui tahapan taufiq harus melalui tahapan irsyad. Untuk bisa melewati tahapan tersebut, melalui proses yang panjang karena setiap tahapan membutuhkan ilmu dan kontinuitas sepaniang hidupnya. Apabila ketiga tahapan tersebut sudah direalisasikan dan diusahakan dalam kehidupan menjadikan seorang muslim selamat dari dunia hingga akherat. Dan harapan ini tidak henti- hentinya diucapksn oleh semua orang muslim sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 201
j t j s ' ' ' hjii j . er-
6 Ibid, hal 67
26
Bebicara tent; mg ikhlas tidak bisa lepas dari niat, keduanya mempunyai hubungan yarg erat. Pada dasamya yang menjadi ukuran utama dalam amal dan pekerjaan adalah niat. Niat merupakan ukuran yang menentukan baik buruknya suatu amal perbuatan. Apabila niat suatu perbuatan itu baik maka perbuatan itu baik, sebaliknya apabila niat suatu perbuatan itu jelek maka perbuatan itu pasti jelek pula. Ibarat sungai yang mengalir, kalau dari hulunya jemih maka sampai muara pun akan jemih, tetapi sebaliknya
♦ ' dari hulunya keruh maka sampai muara akan keruh pula. Unsur yang paling dasar dalam niat adalah ikhlas. Ini bisa mengandung maksud bahwa ikhlas menjadi tujuan dalam melaksanakan kebenaran kepada Allah dan menjauhkan dari maksud lain selain Allah yaitu dorongan hawa nafsu dan mengharapkan pujian manusia. Lawan dari ikhlas adalah riya.
Menurut Imam Ghazali yang dinamakan ikhlas adalah : “ Yang dinamakan ikhlas adalah mensucikan maksud (dalam hati) untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segala sesuatu yang mengotorinya.12
Dalam Al-Qur’an ikhlas disebutkan lebih dari 24 kali, dalam surat Az-Zumar diulang sampai 4 kali dan surat Ash-Shafat diulang sampai 5 kali yang
12 A1 -Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Ihyau ulum id din Juz IV, Darul Fikr, hal. 400 menjelaskan ikhlas dan kt utainaanya. Misalnya dalam surat An - Nahl ayat 66 Allah mengibaratkan ikhlas seperti susu yang putih dan mumi, yang enak rasanya apabila diminum bahkan dapat menyehatkan dan menyegarkan badan. Firman A llah:
- * ' S'"
/ / / s'
Artinya : Dan sesungguhnya pada binatang temak itu benar-benar terdapat pelajaran bagimu, Kami memberimu minum dengan apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya.
Pada ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa ikhlas itu laksana susu yang murni yang ada pada perut binatang ternak. Susu ketika masih berada dalam perut binatang temak diapit olen dua hal yang amat kotor yaitu tahi dan darah.
Untuk memperjelas pengertian ikhlas penulis mengibaratkannya laksana air bagi kehidupan tanam- tanaman. Ilmu itu ibarat benih dan amal laksana tumbuhan, tumbuhan akan berbuah bila disiram dengan air. Air bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan mempunyai peranan yang sangat penting seperti ikhlas dalam amal. Sebesar apapun amal manusia tanpa didasari akhlas akan sis-sia dihadapan Allah dan tidak mendapatkan pahala dari-Nya. Dengan demikian pergaulan dan tingkah laku kita tidak boleh membeda-bedakan, antara si kaya dan si miskin, wama kulit, ras, dan sebagainya. Keikhlasan dalam bergaul akan mewujudkan keharmonisan dalam hidup kita.
28
c. Adab Pergaulan Manusia dalam hidupnya ada yang menyendiri, ada yang bergaul dengan orang lain. Hidup menyendiri adalah suatu kehidupan yang amat sulit dan sukar untuk ditempuh. Dengan demikian seseorang perlu mempelajari tata aturan dalam bergaul. Pergaulan itu ada yang bersifat kekeluargaan, persahabatan, persaudaraan, dan sebagainya.
Bergaul dengan s'apa saja harus didasari dengan keikhlasan, jangan membeda-bedakan, jangan memandang hart a, kedudukan, wama kulit, ras, dan sebagainya tetapi karena Allah semata.
Suatu pergaulan akan dapat berlangsung dengan baik apabila di dalamnya dijamin hak dar kewajiban. Hak dan kewajiban dalam bergaul menurut Imam Ghazali adalah sebagai berikut: 1) membantu sahabat dengan harta benda ketika ia menghadapi kesulitan.
2) Menyimpan rabasianya, menutupi aibnya, tidak menyampaikan celaan orang lain kepadanya sekiranya ia akan menderita.
3) Memberikan pcrtolongan dengan tenaga dan segera baik diminta maupun tidak.
4) Menyampaikan pujian orang lain kepadanya.
5) Mendengarkan apa yang dikatakannya dengan baik dan tidak mencurigainya.
6) Memanggil dengan panggilan yang disukainya. 7) Memberikan pujian atas kebaikannya, mengucapkan terima kasih atas kebaikannya.
29
8) Kalau kamu diminta untuk menggunjingkannya janganlah mau seperti kamu menggunj ingkan dirimu sendiri.
9) Ketika sahabat membutuhkan nasehat, berilah nasehat dan kabar yang bijaksana.
10) Maafkanlah kesalahannya dan jangan mencaci maki. 11) Mendoakannya dan lain sebagainya.13
Untuk biasa menjalankan dan menghargai antai a hak dan kewajiban maka masing-masing pihak harus tahu dan mengerti. Sehingga keduanya dapat berjalan tanpa paksaan.
Bagi umat Islai i menjunjung tinggi sikap adab pergaulan mendapat pahala dan mencerminkan kevibawaan seseorang bahkan lebih luas lagi sebagai sarana dakwah bil hal, dimana syiar Islam tidak hanya melalui khotbah mimbar saja, akan tetapi ditunjukkan lev at perbuatan nyata.
d. Sabar.
Sabar merupakan jihad / perjuangan untuk menghadapi hawa nafsu dan kembali kepada Allah. Menurut Imam Ghazali, yang dinamakan sabar adalah : : meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada pendirian agama yang mungkin bertentangan dengan hawa nafsu, semata- mata karena menghendaki kebahagiaan dunia dan akherat.14
Sabar adalah kemampan diri dalam menahan segala sesuatu dari bisikan hawa nafsu. Dalam menghadapi keadaan semacam itu, maka sifat sabar menjadi berat. Firman Allah dalam Al-Qur’a n :
13 Muhammad Abul Qusim, OP. Cht, hal.246 - 247
30 UsU* Ulp- U
S j j-. ^ *Ulil ^ 153 j[>
i- X- ' ' > " ’ ^
/ Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu adalah tagas berat kecuali bagi orang - orang yang khusu’, orang - orang yang khusu’ itu ialah orang - orang yang menyukai baha mereka itu bertemu dengan Allah dan mereka akan kembali kepada-Nya.15
Demikian beratnyi sifat sabar itu, sehingga merupakan suatu sifat yang istimewa yang hanya dapat dilceijakan oleh orang-orang yang khusu’. Dan orang khusu’ itulah yang benar-benar mempunyai keyakinan yang kuat, niat yang ikhlas, i’tikad baik tujuan yang benar dan dengan penuh kesabaran mereka menaati peraturan agama berupa perintah dan larangan, dengan rasa berkewajiban moral dalam melaksanakannya dan menyelesaikannya.16 e. Tawadlu’ sebagai seorang muslim yang hidi p di muka bumi kita harus mempunyai sikap tawadlu’, lebih-lebih bagi yang sedang menuntut ilmu kita tidak boleh memandang remeh tem;in kita yang tidak sedang menuntut ilmu atau kita membanggakan diri kita dihadapan mereka, dengan sikap kita itu menyebabkan ia menjadi rendah diri dan merast. terhiria.
Dalam semua pergaulan kita harus dapat menempatkan diri, harus dapat memelihara pergaulan dan hubung in dengan sesame manusia tanpa perasaan
' Menara Kudus, A l-Q ur’anul Karim, hal. 8
31
kelebihan diri dari orang lain serta tidak merendahkan orang lain. Maksudnya adalah memberikan hak pada yang mempunyainya. tidak meninggikan diri dari derajat yang wajar, tidal c menurunkan pandangan terhadap orang lain dari tigkatannya, dimana tawadlu’ menyebabkan memperoleh ketinggian dan kemuliaan.17 Tawadlu’ itu mempunyai pengertian merendahkan diri terhadap sesame manusia.18 f. Qonaah.
Pada dasamya manusia itu mempuyai sifat rakus dan cenderung tidak puas, tamak ingin menguasai. Sifat tersebut merupakan cirri khas manusia, sehingga manusia beroeda dengan makhluk yang lain yang diciptakan oleh Allah.
Oleh karena Manusia mempunyai sifat yang seperti itu maka harus dikendalikan dan digunakan yang semestinya dan tidak liar. Salah satu pengendali yang tepat dalam Islam adalah qonaah. Qonaah termasuk akhlak yang mulia.
Qonaah mempunyai a*ti: menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang dimiliki.19 Mungkin sebagian orang menganggap sikap yang demikian sebagai akhlak yang buruk atau sebagai hal yang negative, sebab dengan telah merasa cukup dengan apa yang dimiliki itu, orang lantas berpangku tangan tidak mau bekeija lagi. Buat apa kerja kalau harta benda sudah ada dan telah merasa cukup dengan apa yang ada itu ?
17 Drs. Barmwie Umary, M ateriA khk k, Ramadani, hal.54 18 hoc., Cit
19 Drs. Humaidi TatapangzisaJAkhlak Yang M ulia PT Bina llir.u, Surabaya, hal. 153
32
Pandangan yang semacam ini adalah sesat dan keliru. Berpangku tangan tidak mau bekerja, bukanJah qonaah tetapi itu kemalasan. Qonaah bukanlah pengangguran. Qonaah yang diajarkan Islam ialah qonaah hati bukan qonaah ikhtiar.
Jadi pengertian qonaah disini adalah merasa puas terhadap pemberian Allah yang tidak bisa dirubah. Proses qonaah harus dilaksanakan setelah seseorang berusaha dan berikhtiar sekuat tenaga. Berapapun yang dihasilkan ia merasa cukup dan gembira Inilah yang dinamakan qonaah dalam Islam.
B. Upaya Pengendalian Diri Dari Perilaku Yang Menyimpang.
Sebelum penulis membicarakan lebih lanjut tentang upaya pengendalian diri dari perilaku yang menyimpang perlu penulis paparkan lebih dahulu mengenai prilaku yang menyimpang.
Para ahli pengetahuan khususnya para ahli sosia; berbeda pendapat dalam memberi batasan-batasab yang harus ditetapkan dalam perilaku menyimpang. Hal ini disebabkan perbedaan persepsi mereka dalam memberi batasannya. Dr. Saparinah Sadli meml >eri batasan sebagai berikut in i: Prilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar atau bertentangan atau menyimpang aturan-aturar, normative maupun dar: harapan-harapan social yang bersangkutan.20
Dari defmisi di atas jelaslah bahwa perilaku menyimpang adalah tingkah laku atau perbuatan yang menyimpang aturan, baik itu atauran agama atau masyarakat.
20 Dr. Saparinah Sadli, Persepsi Sosial M engenai Perilaku Menyimpang, Jakarta, 1987, hal. 55
33
Sedang upaya pengendalian diri adalah suatu usaha untuk mengekang diri dari tingkah laku atau perbuatan yang menyimpang atau bertentangan dengan norma tersebut.