Tingkat perilaku bullying para siswa kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 dan sumbangan bimbingan dan konseling dalam menanggapi perilaku bullying di sekolah - USD Repository
TINGKAT PERILAKU BULLYING PARA SISWA KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 DAN SUMBANGAN BIMBINGAN dan KONSELING DALAM MENANGGAPI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Wahyu Putri
031114003
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
…… when we truly go with the flow of life, we allow
ourselves to grow and feel safe…… Skripsi ini saya persembahkan untuk : semua orang yang mencintai dunia pendidikan dan dunia anak
ABSTRAK
TINGKAT PERILAKU BULLYING PARA SISWA KELAS XI SMA
BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 DAN
SUMBANGAN BIMBINGAN dan KONSELING DALAM
MENANGGAPI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH
Wahyu Putri Universitas Sanata Dharma
2009 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat perilaku bullying para siswa kelas XI SMA BOPRKI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009. Pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat perilaku bullying para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2008/2009?, (2) Bagaimana tingkat perilaku bullying verbal para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2008/2009?, (3) Bagaimana tingkat perilaku bullying fisik para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2008/2009?, (4) Bagaimana tingkat perilaku bullying relasional para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2008/2009?, dan (5) sumbangan apa yang bisa diberikan bimbingan dan konseling dalam menanggapi perilaku bullying di sekolah?
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner tentang tingkat perilaku bullying yang disusun penulis berdasarkan kisi-kisi jenis perilaku bullying. Subyek penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 dengan populasi 184 siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah berdasarkan kategori jenjang (ordinal) (Azwar, 1992).
Hasil penelitian secara umum menunjukkan: (1) perilaku bullying para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah rendah (53% atau 97 siswa), (2) tingkat perilaku bullying verbal para siswa tergolong rendah (51% atau 93 siswa), (3) tingkat perilaku bullying fisik para siswa tergolong sedang ( 51% atau 93 siswa), (4) tingkat perilaku bullying relasional para siswa tergolong sedang (50% atau 93 siswa). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku bullying ada dan terjadi pada para siswa di sekolah, meskipun hasilnya rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disusunlah usulan sumbangan-sumbangan yang dapat diberikan bimbingan dalam perilaku bullying di sekolah. Sumbangan-sumbangan yang dapat diberikan oleh bimbingan dalam perilaku bullying antara lain: (1) memberikan layanan informasi mengenai bullying di sekolah dalam berbagai macam bentuk dan kegiatan yang dilakukan bersama dengan pihak sekolah, (2) menetapkan aturan bersama di dalam sekolah untuk mencegah berkembangnya perilaku bullying di sekolah, (3) mengajak orang tua murid untuk ikut aktif terlibat dalam permasalahan bullying di sekolah, (4) memberikan layanan informasi kepada guru dan orang tua murid untuk menciptakan lingkungan yang kondusif agar tidak memicu pembentukan calon-calon yang berperan dalam perilaku bullying.
ABSTRACK
THE LEVEL OF BULLYING BEHAVIOR OF THE ELEVENTH
GRADE STUDENTS OF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA IN
2008/2009 ACADEMIC YEAR, AND GUIDANCE AND
COUNSELING INPUT IN BULLYING BEHAVIOR AT SCHOOL
Wahyu Putri Sanata Dharma University
2009 This research aimed to describe the level of bullying behavior of eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2008/2009 academic year. This research dealth with five problems: (1) what is the level of bullying behavior of eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2008/2009 academic year?, (2) what is the level of verbalism bullying behavior of eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2008/2009 academic year?, (3) what is the level of phsiycal bullying behavior of eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2008/2009 academic year?, (4) what is the level of relational bullying behavior of eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2008/2009 academic year?, and (5) what input does the guidance and counseling give toward the bullying behavior in the school?
This was a descriptive research. The researcher used a questionnaire on the level of bullying behavior that the questions were compiled based on the blueprint of bullying behavior. The researcher distributed the questionnaire to 184 students of SMA BOPKRI
2 Yogyakarta. The data analysis technique used in the research was based on level category (ordinal) (Azwar,1992).
The result of this research is that generally: (1) the level of bullying behavior of eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta is low (53% or 97 students), (2) the level of verbal bullying behavior is low (51% or 93 students), (3) the physical bullying behavior is medium (51% or 93 students), (4) the level of relational bullying behavior is medium (50% or 93 students). From the research, it is found that bullying behavior is exist and happened only in the school but in low intensity. Based on the results, the researcher suggests some inputs that the researcher suggests are: (1) giving information service about bullying in the school through some activities done together with the school staffs, (2) starting the rules in order to avoid the spreading of bullying behavior in the school, (3) involving parents to be more active toward the bullying behavior in the school, (4) giving information service to teachers as well as to the parents about creating conducive atmosphere to avoid new actors of bullying behavior.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang selalu menyertai dan membimbing penulis selama pengerjaan skripsi ini. Terimakasih pula kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai. Terimakasih yang tulus diucapkan kepada :
1. Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan motivasi dan tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Fajar Santoadi, S. Pd , Dr. Supratiknya dan Br. Triyono SJ sebagai intereter dalam pembuatan angket.
3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan juga ilmu yang berguna bagi penulis selama ini dan untuk dukungan dalam menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
4. Segenap Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dengan sabar pengurusan segala keperluan administrasi penulis (Mas Moko, Mas Anto, Mbak Agnes).
5. Sri Rahayuningsih, S.Pd, sebagai kepala sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta beserta seluruh guru/staff dan murid kelas XI yang sudah sangat membantu penulis.
6. Keluargaku, para suporter terbaik (Bapak Heribertus Bambang Supriyanto, Ibu Agustina Sri Wiyatmiyati, Gabriela Prima Puspita Sari+Rona Narendra, Agustinus Wahyu Chriswibowo) yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan ‘warna’ yang selalu berubah-ubah selama proses penulisan skripsi ini.
7. Sahabatku, Erika Haryulistiani Saksono atas bantungan, dukungan, kritikan, pendampingan dan segala aktivitas yang sudah dilakukan bersama-sama dengan penulis.
8. Reno Dwi Hapsari dan Yudhistira Setya Utama beserta Keluarga Tembong Raharjo dan Mami Ami.
9. Saudara Vembrianto, atas kesediaanya menjadi pak dosen unit emergency room, juru pengkritisi dan peneliti tulisan yang dibuat penulis, ‘konseptor’ handal untuk hari yang (katanya) paling menegangkan sedunia, serta menjadi teman untuk berbagi cerita dan apapun.
10. Keluarga kedua di luar rumah penulis : Andry Kurniawan, Paimo dan mbak Ida, Zakarias Adrianto, Ignatius Dani, Dameria Magdalena, Hillaria Yayan dan Sapto Raharjo, Mbak Kiki Damayanti.
11. Teman-teman dekat penulis : Maria Goreti a.k.a gotek bibir, Alita Alliet-tong, Ikun Ismail, Ditya Sarastiastuti, Dina Nainggolan, Mbak Ria dan Iwan Effendi atas obrolan-obrolan dan hiburannya, Yoseph “Cecep” Anggi Noen, Mas Angki dan seluruh penghuni MES56.
12. Bapak Steve atas pesan yang diberikan kepada penulis yang dalam dan inspiratif.
13. Teman-teman Komunitas Kolobendono Yogyakarta (KKY) yang selalu menemani penulis di saat-saat apapun: Seprianus Kidding, Sigit Sudarisman, Kristiadi, Pikal dan Dwi, Mateus, Ardian Septiantono, Pitra, Yunan, Ria, Irna, Tyo, Bismo, dll
14. Teman-teman Alumnae Stella Duce 1: Rina ‘pudhel’, Dephoy, Iit, Maria Maro, Vita, Tissa, Mbak Upi, Sita, Mita, Yusti, Mirta, Nenny Soerono dan Evi Marlina.
15. Teman-teman BK di kampus : Ida Widyaningsih, Maria Verawaty, Prias Hayu,
Arie, Modestus Adityo, Yasintha, Trias, Ocha, Elshinta, Mbak Nadia, Mbak Yuni, Mbak Sari, dll
16. Teman-teman Psikologi USD : Marin Damanik dan Mia atas referensi sumber- sumber penulisan yang sangat berguna, Widodo a.k.a Wiwid, Ajeng, Sheila Sittarani dan Yudhi. Khusus untuk Beni PAK 03 atas sumber-sumber dan koleksi referensinya yang diberikan kepada penulis.
17. Untuk Erdian Aji “ANJI” Prihartanto, terimakasih karena selalu mengingatkan dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi, dan kebaikan hatinya untuk selalu mengajak menikmati hiburan secara cuma-cuma di sela-sela penulisan skripsi. Juga untuk Rini Wulandari ‘Idol’, anak-anak DRIVE Band+ the Navigators yang baik hati lainnya (Robert, Irwan, Adi, Dygo,dan Budi).
18. Teman-teman band ; Alongside The Quay (Dimex, Ariok Emo, Ditto, Andra) yang telah memberikan penulis ‘jabatan’ dan ‘kesibukan’ baru di sela-sela penulisan skripsi, Nyoman Brahmana dan komunitas Reddoor distro (Ian Dole, Sigit Sita, Deni Biterpill, Acenk), Zamani Karmana, Mas Jompet, keluarga pagihari yang dulu maupun yang sekarang, Arief ‘Auf’ Nugroho+Krisna ‘simbah’ dan keluarga OhNina, Elang dan PolyesterEmbassy, EfekRumahKaca+management (Yurie, Akbar, Cholil, Adrian).
19. Teman-teman bersepeda keliling Jogja: Bhayu Radityo, Artha For President, Dhomas ‘Kampret’, Mas Yoyo Jewe, Mbak Rachel dan Tim, Piero (yang sekarang sudah pulang ke Italy), Iok, Ellay, Theo, Mas Yono, Sickgul, Laras, dll.
20. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu disini.
Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah diberikan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………… iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………….. v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ……………………………... vi ABSTRAK …………………………………………………………………….. vii ABSTRACK …………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ix DAFTAR ISI …………………………………………………………………... xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xv DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. xvi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xvi
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………
1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………..
1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………
7 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..
7 D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………
7 E. Batasan Istilah …………………………………………………………..
9 BAB II : KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………
10 A. Perilaku Bullying ………………………………………………………..
10
2. Jenis-Jenis Perilaku Bullying ………………………………………..
14 3. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Bullying …………………………..
17 a. Faktor yang Berasal Dari Dalam Diri …………………………….
17 b. Faktor yang Berasal Dari Luar Diri ……………………………….
17 4. Karakteristik Pelaku, Korban dan Penonton Bullying ………………..
23 a. Pelaku Bullying …………………………………………………..
23 b. Korban Bullying ………………………………………………….
23 c. Penonton Bullying ………………………………………………..
24 5. Dampak Bullying …………………………………………………….
27 a. Bagi Pelaku Bullying …………………………………………….
27 b. Bagi Korban Bullying …………………………………………….
27 c. Bagi Penonton Bullying …………………………………………..
28 B. Siswa Sebagai Remaja dan Apek–Aspek Perkembangannya ……………
30
1. Pengertian Siswa Sebagai Remaja ……………………………………
30 2. Aspek-Aspek Perkembangan Siswa Sebagai Remaja ………………...
30 C. Bimbingan dan Konseling di Sekolah …………………………………….
37 1. Fungsi Bimbingan dan Koseling ……………………………………...
37
2. Sumbangan Yang Dapat Dilakukan Bimbingan dan Koseling Untuk Mencegah Berkembangnya Perilaku Bullying di Sekolah ……………
41 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………
43 A. Jenis Penelitian ……………………………………………………………
43 B. Subyek Penelitian ………………………………………………………...
43 C. Instrumen Penelitian/ Alat Ukur …………………………………………
44 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………………
55 A. Hasil Penelitian …………………………………………………………
55 B. Pembahasan …………………………………………………………….
58 BAB V : SUMBANGAN YANG DAPAT DIBERIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGAPI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH………………….........................................................................
62 BAB VI : PENUTUP ……………………………………………………………
65 A. Ringkasan …..……………………………………………………………
65 B. Kesimpulan ……………………………………………………………….
67 C. Saran-saran ……..………………………………………………………..
67 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………
69 LAMPIRAN …………………………………………………………………….
73
TABEL
Tabel 1 : Perbedaan dan Persamaan Bullying dengan Agresi ……………….. 12 Tabel 2 : Jenis Sumbangan Keluarga Dalam Pembentukan
Pribadi Menjadi Pelaku, Korban, Maupun Penonton Bullying …….. 20 Tabel 3 : Types of Bullies, Victims, ang Bystanders …………………………. 25 Tabel 4 : Rincian Siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 …………………………………………..
43 Tabel 5 : Rincian Siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 yang Mengikuti Penelitian ……………..
44 Tabel 6 : Kisi-Kisi Perilaku Bullying ………………………………………..
45 Tabel 7 : Kategori Tingkat Perilaku Bullying ……………………………….
50 Tabel 8 : Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data di Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ………………………………………………………..
51 Tabel 9 : Penggolongan Tingkat Perilaku Bullying …………………………
53 Tabel 10 : Penggolongan Tingkat Perilaku Bullying Verbal …………………
53 Tabel 11 : Penggolongan Tingkat Perilaku Bullying Fisik …………………..
54 Tabel 12 : Penggolongan Tingkat Perilaku Bullying Relasional …………….
54 Tabel 13 : Penggolongan Tingkat Perilaku Bullying Para Siswa Kelas XI ….
55 Tabel 14 : Penggolongan Tingkat Perilaku Bullying Verbal Para Siswa Kelas XI ………………………………………………
56 Tabel 15 : Penggolongan Tingkat Perilaku Bullying Fisik Para Siswa Kelas XI …………………………………………….
56 Tabel 16 : Penggolongan Tingkat Perilaku Bullying Relasional
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Lingkaran Penindasan …………………………………………..26 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner Perilaku Bullying …………………………………
73 Lampiran 2 : Tabulasi Skor Hasil Penelitian ………………………………
81 Lampiran 3 : Surat-Surat Keterangan …………………………………….. 105
BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Kejadian kekerasan di institusi pendidikan akhir-akhir ini kerap kali kita
dengar. Kasus praktik kekerasan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) beberapa waktu lalu merupakan salah satu contoh. Dalam peristiwa tersebut,
seorang praja tewas karena dianiaya oleh para senior dalam rangka pemberian hukuman atas kesalahan yang dilakukannya. Kejadian tersebut bukan yang pertama kali. Menurut Sulistyowati (2007), terdapat lebih dari 30 kasus kematian tak wajar yang dicurigai disebabkan oleh tindak penganiayaan, yang terjadi dalam rentang
waktu yang panjang, dan diduga telah menjadi tradisi di dalam institusi tersebut.
Gunawan (2007) dalam harian Pikiran Rakyat edisi 5 Juli 2007, menuliskan bahwa perpeloncoan sebagai salah satu bentuk tindak kekerasan merupakan kegiatan yang sering terjadi pada institusi pendidikan mulai dari tingkat dasar dan menengah hingga perguruan tinggi. Banyak korban kekerasan bahkan menyebabkan kematian akibat kegiatan perpeloncoan yang biasa diberlakukan di awal tahun ajaran. D alam
skala yang lebih kecil, hubungan senior-junior yang tidak sehat juga terjadi di sekolah-sekolah menengah. Kata kunci untuk mendeskripsikan semua gejala itu adalah bullying.
Keterangan resmi dari Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Semai Jiwa Amini dikatakan selama ini perhatian masyarakat ataupun praktisi pendidikan
korbannya. Hal ini bukan berarti bullying sebagai fenomena yang terisolasi dan
kedap dari lingkungan. Mengakarnya perilaku bullying sehingga sulit diberantas
seringkali justru disebabkan oleh ketidaktahuan bahkan keengganan lingkungan
untuk mengakui bahwa bullying terjadi di depan mereka, dan mempunyai akibat
sangat buruk. Penelitian Yayasan Semai Jiwa Amini selama tahun 2004-2006 yang
dilakukan pada tiga SMA di dua kota besar di Pulau Jawa, diperoleh data bahwa
satu dari lima guru menganggap bullying adalah hal biasa dalam kehidupan remaja
dan tidak perlu dipermasalahkan. Bahkan, satu dari empat guru berpendapat bahwa
bullying tidak akan berdampak buruk terhadap kondisi psikologis siswa. Sikap
seperti itulah yang secara tidak langsung membuat bullying dapat tumbuh diantara
para siswa.Di setiap tahun ajaran baru, banyak surat kabar memberitakan jalannya masa
orientasi siswa (MOS). Model orientasi siswa seperti ini sudah ada sejak jaman
dahulu sampai sekarang di hampir semua sekolah dengan cara penyelenggaraan
yang berbeda-beda. Bagi siswa baru, MOS yang di dalamnya terdapat unsur
kekerasan, akan lebih dipandang sebagai ajang balas dendam siswa senior. Siswa
junior harus patuh dengan perintah siswa senior. Hubungan senior-junior seperti
itulah yang akhirnya berkembang terus, baik di dalam lingkungan sekolah maupun
lingkungan luar sekolah, bahwa junior harus menurut pada yang senior, maka
wujudnya adalah budaya senioritas.Menurut penelitian Juwita (Kompas, 2006), salah satu faktor bullying bisa
tumbuh dengan subur adalah budaya feodalisme, yaitu ketika orang muda harus
menghormati mereka yang usianya lebih tua apa pun perlakuan mereka. Beberapa
berlalu begitu saja seiring dengan berlalunya waktu, orang tua yang melihat bullying
sebagai ‘ujian’ bagi anak agar menjadi pribadi tahan banting dan disiplin. Selain itu,
Ratna menambahkan bahwa sebagian guru di sekolah menganggap sebuah hal yang
biasa jika kakak kelas mengintimidasi adik kelas dengan alasan bahwa si adik kelas
ini akan melakukan hal yang sama jika ia sudah duduk di kelas yang lebih tinggi.
Anggapan yang seperti inilah sangat kondusif memunculkan perilaku bullying.Sebuah artikel dalam detik.com dikatakan bahwa masyarakat belum
memahami dan menyadari adanya dampak jangka panjang dari perilaku bullying di
sekolah, baik si korban bullying, pelaku bullying, dan para penonton bullying.
Dampak tersebut bagi korban bullying antara lain: trauma yang berkepanjangan
yang dapat menghambat proses belajar dan proses tumbuh kembang anak, naiknya
tingkat depresi anak, agresi, penurunan nilai akademik dan kecenderungan bunuh
diri pada orang dewasa dan anak-anak. Dampak jangka panjang yang bisa muncul
pada si pelaku bullying antara lain: tumbuh menjadi pribadi yang otoriter, tidak peka
terhadap perasaan orang lain, dan cenderung tumbuh menjadi pelaku kriminal.
Sedangkan dampak jangka panjang yang bisa muncul pada penonton bullying,
menurut Coloroso (2007:128) yaitu mereka lebih cenderung mengimitasi aktivitas-
aktivitas anti sosial para pelaku bullying. Aktivitas yang dilakukan pelaku bullying
dapat dijadikan contoh ketika di kemudian hari para penonton bullying berperan
menjadi pelaku bullying.Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa perilaku bullying
nampaknya sudah akrab dengan dunia kehidupan seorang anak. Perilaku tersebut
bisa tumbuh dari lingkungan keluarga dan berkembang dalam lingkungan
berawal dari lingkungan sekolah, mengingat bahwa sebagian besar waktu anak
selain berada di dalam lingkungan keluarga, adalah di dalam lingkungan sekolah. Di
lingkungan sekolah, anak akan mempelajari segala macam hal dan perilaku yang
terjadi di sekelilingnya. Sama halnya ketika terjadi bullying di lingkungan sekolah,
anak akan mengidentifikasi perilaku dan peran-peran tertentu dari apa yang
dilihatnya. Kekerasan dalam bentuk fisik maupun verbal di kalangan pelajar di
sekolah merupakan masalah yang serius. Anak yang mengalami kekerasan akan
mengalami masalah di kemudian hari dalam hal kesehatan maupun kesejahteraan
hidupnya.Menurut penulis, saat ini siswa hidup penuh dengan beragam tekanan. Baik
tekanan dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan dari sekolah. Dari sekolah,
tekanan dapat muncul akibat kurikulum yang padat dan teknik pengajaran yang
kaku. Ketika sampai di rumah pun, siswa kerap tidak mendapatkan perhatian yang
cukup dari kedua orang tuanya karena orang tuanya pun harus bekerja. Dari semua
kondisi tersebut, siswa menjadi sulit untuk menyalurkan bakat-bakat non
akademisnya, sehingga penyalurannya mereka lakukan dengan melakukan
kejahilan-kejahilan maupun kekerasan yang merugikan siswa lain di lingkungan
sekolah.Ketika peristiwa bullying itu terjadi di sekolah, yang menjadi pelaku kerap kali
bukan hanya siswa saja, tetapi juga para guru. Para siswa yang tidak melakukan,
atau kebetulan saja melihat peristiwa tersebut akan benar-benar merekam perilaku
dan peran yang dilihatnya. Selanjutnya, mereka akan mempraktikkan apa yang
dilihatnya terhadap teman sebangku maupun teman sebaya ketika di lingkungan
dijumpai atau bahkan dialami oleh anak setiap hari di lingkungan bermain dengan
teman sebayanya. Sering kali, peristiwa membully seseorang di hadapan orang lain
(mengomentari penampilan karena si ‘A’ itu berbeda, mengejek karena badan si ‘B’
terlalu gemuk, atau terlalu tinggi, menggossip) dianggap sebagai sesuatu yang wajar
atau memang seharusnya dilakukan. Tidak jarang pula sekarang tayangan di stasiun
televisi banyak menanyangkan berbagai macam bentuk bullying, yang tanpa disadari
membuat bullying itu sendiri menjadi sebuah kewajaran, dan tidak mempedulikan
bahaya yang akan timbul setelah melihat tayangan tersebut.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat perilaku bullying para siswa kelas XI SMA Bopkri 2 tahun ajaran 2008/2009. Para siswa kelas XI diasumsikan sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan berbagai macam kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Penelitian dilakukan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan alasan letak sekolah yang berada di pusat kota Yogyakarta. Seperti yang sudah diketahui masyarakat umum, SMA BOPKRI 2 Yogyakarta beberapa kali pernah terlibat dalam masalah kekerasan di luar sekolah (Detik, 2007).
Bertolak dari data tersebut, peneliti ingin mengetahui tingkat perilaku bullying yang ada di dalam SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Dengan mengetahui tingkat perilaku
bullying yang ada dalam sekolah tersebut, maka dapat dipikirkan sumbangan-
sumbangan yang bisa diberikan oleh bimbingan dan konseling dalam menyikapi perilaku bullying yang ada di dalam sekolah. Salah satu cara menanggapi perilaku bullying dapat diwujudkan dalam pemberian pelayanan bimbingan dan konseling si sekolah. Pelayanan bimbingan konseling di sekolah memiliki peranan penting.
Mortensenn da Schmuller (dalam Prayitno, 1999) mengemukakan adanya bidang- antara lain: bidang kurikulum dan pengajaran, bidang administrasi dan kepemimpinan, dan bidang kesiswaan. Bidang kesiswaan ini lebih dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling karena bidang tersebut meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, minat, serta tahap-tahap perkembangannya. Dengan adanya pelayanan bimbingan konseling di sekolah, maka para siswa dapat dibantu mengenai masalah-masalah yang sedang dihadapi selama proses belajar dan sosialisasi di sekolah, yang salah satunya yaitu perilaku bullying.
Sekolah merupakan sebuah lembaga yang dapat dipergunakan oleh para praktisi, pendidik maupun calon pendidik mengadakan sebuah penelitian, baik dalam skala kecil maupun besar yang ditujukan untuk melihat kondisi dan permasalahan yang sedang terjadi pada siswa. Topik dalam penelitian ini disusun dalam kerangka ilmu pendidikan dan secara khusus Bimbingan dan Konseling. Pembimbing/konselor di sekolah memegang peranan dalam menciptakan iklim yang tidak berpihak pada kekerasan di dalam sekolah. Mengingat kurang adanya kesadaran masyarakat atau orangtua pada khususnya terhadap tindak kekerasan yang ada dalam lingkungan sekolah, seperti yang diuraikan sebelumnya, maka topik baru mengenai tingkat perilaku bullying ini sangat penting untuk diteliti dan dikaji secara lebih mendalam bagi penulis sebagai calon konselor sekolah maupun praktisi pendidikan lainnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pendampingan siswa di sekolah maupun di masyarakat pada umumnya. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam upaya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, fokus permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat perilaku bullying para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?
2. Bagaimana tingkat perilaku bullying verbal para siswa kelas XI SMA BOPKRI
2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?
3. Bagaimana tingkat perilaku bullying fisik para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?
4. Bagaimana tingkat perilaku bullying relasional para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?
5. Apakah sumbangan yang dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling dalam menanggapi perilaku bullying para siswa kelas XI di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perilaku bullying para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009
2. Perilaku bullying verbal para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009
3. Perilaku bullying fisik para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun
4. Perilaku bullying relasional para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009
5. Sumbangan yang dapat diberikan oleh bimbingan dalam menanggapi perilaku bullying di sekolah tersebut.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai perilaku bullying di sekolah pada khususnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Guru Pembimbing SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran kepada guru pembimbing mengenai perilaku bullying yang ada di sekolah, memberikan masukan akan pentingnya pendampingan kepada anak-anak yang menjadi pelaku bully maupun korban bully di sekolah dan mempersempit ruang untuk terciptanya bullying di sekolah.
b. Peneliti Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal untuk tugas selanjutnya dalam pendampingan anak di sekolah. c. Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi atau bahan pembanding bagi penelitian lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai topik
bullying di sekolah.
d. Pembaca Peneliti berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca tentang bullying di lingkungan sekolah.
E. Batasan Istilah
Batasan istilah yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Perilaku bullying adalah suatu tindakan yang menggunakan kekuasaan atau kekuatan yang ada dalam diri untuk menyerang dan/atau merendahkan seseorang atau kelompok lain supaya seseorang atau kelompok tersebut menjadi tertekan, dan tidak berdaya.
2. Para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta adalah peserta didik yang secara resmi terdaftar di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang memiliki rentang umur 17 -19 tahun.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini memuat pembahasan tentang perilaku bullying, siswa sebagai remaja
dan aspek-aspek perkembangannya, serta pelayanan bimbingan dan konseling dalam menanggapi perilaku bullying di sekolah.
A. Perilaku Bullying
1. Arti Perilaku Bullying
Bullying adalah sebuah istilah dan isu yang telah mendapatkan perhatian
serius selama kurang lebih 20 tahun belakangan ini. Masih banyak siswa di sekolah yang tidak memahami pengertian dan dampak yang dapat ditimbulkan dari perilaku bullying. Terdapat suatu fenomena dimana banyak siswa tidak menyadari dirinya sedang menjadi pelaku, atau bahkan korban bullying. Untuk itu, langkah awal yang harus diambil adalah memahami terlebih dahulu pengetian dari bullying itu sendiri .
Perilaku bullying berpotensi dan terdapat pada siapa saja. Perilaku
bullying pada masa kanak-kanak berawal dari ejekan-ejekan biasa yang memang
tidak bisa dihindari dalam proses pembentukan perilaku dalam berhubungan dengan teman sebaya. Jika ejekan berubah bentuk dan sudah menjadi celaan dan hinaan, maka dari situlah dapat dikatakan berbahaya. Anak belajar menggunakan kekuasaannya untuk menyerang orang lain. Bentuknya dapat berbagai macam dan jika tindakannya membuat anak yang lain menjadi takut dan tidak tahu berbuat apa, maka kondisi tersebut menjadi suatu masalah yang serius dan mempermudah awal terjadinya perilaku bullying.
Trigg dalam Media Indonesia (2006), mengatakan bahwa bullying merupakan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tak berdaya. Penggunaan kekuasaan tersebut dilakukan berulang-ulang, baik dengan sasaran korban yang sama ataupun berbeda.
Papalia, et al. (2004) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri.
Riauskina et al. (2005) mencoba mengartikan bullying dengan membatasi
konteksnya dalam school bullying. Mereka mendefinisikan school bullying yaitu
sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain
yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.Olweus et al. (Greene, 2006) menyebutkan definisi yang lebih lengkap
tentang bullying. Bullying adalah salah satu bentuk agresi yang ditujukan untuk
menyakiti atau menyebabkan gangguan pada korban. Hal ini terjadi akibat
adanya perbedaan kekuasaan atara pelaku dengan korban. Perilaku dapat
dikatakan bullying bila hal itu terjadi secara berulang. Perilaku bullying muncul
bukanlah karena hasil provokasi melainkan muncul dari keinginan pelakunya.Newman, Horne & Bartolomucci (Orpinas, 2006:14-15) mengatakan mengenai perilaku bullying sebagai berikut:
Bullying may be considered a subset of aggression.
Characterized by what is sometimes refered to as “double I and
R” (Imbalance of power, Intentional acts and Repeated over
time), the bully is more powerfull than the victim and commits
Seperti yang sudah disampaikan diatas, Orpinas (2006: 14-16) mengatakan bahwa bullying merupakan bagian dari perilaku agresi. Adapun perbedaan dan persamaan antara bullying dengan agresi menurut Orpinas antara lain:
Tabel 1. Perbedaan dan Persamaan Bullying dengan Agresi Bullying Agresi
Tindakan dilakukan untuk Tindakan berpotensi untuk
Tujuan menyerang dan merendahkan
melukai orang lain orang lain Orang lain, baik sendiri Orang lain maupun benda
Objek
maupun kelompok mati Dengan atau tidak ada alasan, tindakan tetap dilakukan untuk Ada niat untuk mencederai
Alasan
menyerang dan merendahkan atau melukai orang lain orang lain Fisik, verbal, relasional, Fisik, verbal, relasional,
Bentuk
seksual seksual
Peran Pelaku, korban dan penonton Pelaku, korban dan penonton
Ada kecenderungan untuk mengulang terus menerus Hanya kepada objek pada
Pengulangan dengan objek yang sama saat tindakan terjadi..
maupun berbeda Pamela Orpinas (2006:14-16)
Menurut Bangu (2007), kata bullying dipakai untuk menguraikan suatu tindakan yang destruktif. Bullying berasal dari kata bull yang dapat berarti menyeruduk kesana kemari. Secara umum, bullying menggambarkan suatu bentuk agresi yang di dalamnya terdapat kekuatan yang tidak seimbang antara pelaku dan korbannya. Bullying tidaklah sama dengan occasional conflict atau pertengkaran biasa yang umum terjadi pada anak. Konflik pada anak adalah normal dan membuat anak belajar cara bernegosiasi dan bersepakat satu sama lain. Bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara berulang.
Ketika peristiwa bullying terjadi, ada beberapa unsur yang terlibat di dalamnya. Menurut Coloroso (2007 : 44), ketika peristiwa bullying terjadi, maka sesungguhnya akan selalu melibatkan unsur-unsur berikut ini: a. Ketidakseimbangan kekuatan.
Para pelaku bullying selalu lebih kuat dari korban bullying. Hal ini membuat perilaku bullying dapat terjadi berulang kali, karena sang pelaku memiliki kekuatan yang tidak bisa diimbangi oleh korban maupun lingkungannya.
b. Kesengajaan
Tindakan bullying dapat dilakukan dengan niat untuk mencederai. Jika pelaku dapat melakukan tindakan yang melukai orang lain, maka akan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.
c. Pengulangan
Tindakan bullying dilakukan berulang kali. Pelaku maupun korban bullying mengetahui bahwa penindasan dapat dan mungkin akan terjadi kembali.
d. Teror.
Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi
dan memelihara dominasi. Teror yang menusuk tepat di jantung korban
bullying bukan hanya merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan bullying , teror itulah yang menjadi tujuan penindasan.