PENGGUNAAN TEKNIK BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK : Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014.
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Daftar : 123/ S/ PPB/ 2013
PENGGUNAAN TEKNIK BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK
MENGURANGI KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PESERTA
DIDIK
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Lenny Wahyuningsih 0800877
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role
Playing) untuk Mengurangi
Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta
Didik
Oleh
Lenny Wahyuningsih
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Lenny Wahyuningsih 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LENNY WAHYUNINGSIH 0800877
PENGGUNAAN TEKNIK BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK
(Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,
Dr. Anne Hafina, M.Pd. NIP. 19600704 198601 2 001
Pembimbing II
Dadang Sudrajat, M.Pd NIP. 19680828 199802 1 002
Mengetahui / Mengesahkan Ketua Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Nandang Rusmana, M. Pd. NIP 19600501 198603 1 004
(4)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Lenny Wahyuningsih. (2013). Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014)
Kecenderungan perilaku agresif di kalangan peserta didik saat ini dapat merugikan banyak pihak. Peserta didik yang memiliki kecenderungan perilaku agresif akan melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kefektifan penggunaan teknik bermain peran (role playing) untuk mengurangi kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode eksperimen kuasi dan desain penelitian non equivalent
control group. Alat pengungkap data yang digunakan adalah angket yang
dianalisis dengan menggunakan statistik nonparametris serta wawancara. Hasil penelitian berupa : (1) kecenderungan perilaku agresif peserta didik pada umumnya berada pada kategori sedang; (2) penggunaan teknik bermain peran dirancang berdasarkan indikator kecenderungan perilaku agresif dengan rata-rata rendah; dan (3) program bimbingan dan konseling dengan teknik bermain peran terbukti efektif untuk mengurangi kecenderungan perilaku agresif peserta didik dengan adanya penurunan kecenderungan perilaku agresif peserta didik.
(5)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Lenny Wahyuningsih. (2013). The Use of Role Playing Techniques to Reduce The Tendency Aggressive Behaviour Students (A Quasi Experimental Research on Student at Class VIII of SMP N 1 Weru in Academic Year 2013-2014)
The tendency of aggressive behavior among students today can harm many people. Students who have a tendency to aggressive behavior will do anything to achieve his goal . The purpose of the research to determine the effectiveness of the use role playing technique to reduce aggressive behavior tendencies eighth grade students of SMP Negeri 1 Weru in Academic Year 2013-2014 . The approach used in this study is quasi-experimental research design non- equivalent control group. The collection of data obtained through the questionnaire data were analyzed using parametric statistics and interviews . The results showed: ( 1 ) the tendency of aggressive behavior students in general is in medium category; ( 2 ) the use of role playing technique was designed based on indicators of tendency of aggressive behavior with low average;, and ( 3 ) guidance and counseling program with role playing techniques is effective for reducing aggressive behavior tendencies students with a decrease in aggressive behavior tendencies students .
(6)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 12
BAB II KONSEP TEKNIK BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK ... 14
A. Bermain Peran (role playing) ... 14
1. Pengertian Bermain Peran (role playing) ... 14
2. Tujuan, Manfaat, dan Aturan Bermain Peran (role playing) ... 17
3. Langkah-langkah Teknik Bermain Peran (role playing) ... 18
4. Evaluasi Teknik Bermain Peran (role playing) ... 19
5. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Bermain Peran (role playing) .... 19
6. Perbedaan dan Persamaan Teknik Bermain Peran (role playing), Psikodrama, dan Sosiodrama ... 20
B. Kecenderungan Perilaku Agresif ... 25
1. Pengertian Agresif ... 25
2. Perspektif Perilaku Agresif ... 28
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ... 32
4. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif ... 36
(7)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial ... 40
1. Bimbingan Pribadi-Sosial ... 40
2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial ... 42
3. Program Bimbingan Pribadi-Sosial ... 43
4. Model-model Program Bimbingan dan Konseling ... 43
5. Pelaksanaan Program ... 51
D. Penelitian Terdahulu Teknik Bermain Peran (Role Playing) dan Kecenderungan Perilaku Agresif ... 51
E. Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik ... 53
F. Kerangka Berpikir ... 56
G. Hipotesis Penelitian ... 58
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 59
B. Desain Penelitian ... 60
C. Metode Penelitian ... 61
D. Definisi Operasional Variabel ... 61
E. Instrumen Penelitian ... 64
F. Pengembangan Instrumen ... 64
G. Teknik Pengumpulan Data ... 70
H. Analisis Data ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
A. Hasil Penelitian ... 76
1. Profil Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014 ... 76
2. Rumusan Program Bimbingan dan Konseling dengan Teknik Bermain Peran ... 82
3. Keefektifan Penggunaan Teknik Bermain Peran untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014 ... 84
(8)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Profil Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas VIII
SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014 ... 100
2. Rumusan Program Bimbingan dan Konseling dengan Teknik Bermain Peran ... 101
3. Kegiatan Intervensi Bimbingan dan Gambaran Keefektifan Penggunaan Teknik Bermain Peran untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Weru .... 102
C. Keterbatasan Penelitian ... 118
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 119
A. Kesimpulan ... 119
B. Rekomendasi ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 121
LAMPIRAN ... 127 RIWAYAT HIDUP
(9)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Perspektif Cognitive-Neoassociation ... 30 Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 57
(10)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Bermain Peran, Sosiodrama, dan
Psikodrama ... 24
Tabel 2.2 Model-model Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif ... 44
Tabel 2.3 Model-model Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif .. ... 46
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 59
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 60
Tabel 3 3 Struktur Desain Non Equivalent Control Group ... 61
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik (Sebelum Uji Coba) ... 64
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik (Setelah Uji Coba) ... 65
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik ... 66
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas ... 68
Tabel 3.8 Interpretasi Nilai r ... 69
Tabel 3.9 Statistika Realibilitas ... 70
Tabel 3.10 Konversi Skor T ... 72
Tabel 3.11 Konversi Skor T ... 72
Tabel 4.1 Rekapitulasi Kategorisasi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Weru ... 79
Tabel 4.2 Gambaran Indikator Aspek Agresi Fisik Langsung ... 79
Tabel 4.3 Gambaran Indikator Aspek Agresi Fisik Tidak Langsung ... 80
Tabel 4.4 Gambaran Indikator Aspek Agresi Verbal Langsung ... 81
Tabel 4.5 Gambaran Indikator Aspek Agresi Verbal Tidak Langsung ... 81
Tabel 4.6 Hasil Pre-test dan Post-test Kecenderungan Perilaku Agresif Kelas Eksperimen ... 87
(11)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.7 Hasil Pre-test dan Post-test Kecenderungan Perilaku Agresif Kelas Eksperimen berdasarkan Aspek ... 88 Tabel 4.8 Hasil Pre-test dan Post-test Kecenderungan Perilaku Agresif Kelas Kontrol ... 88 Tabel 4.9 Hasil Pre-test dan Post-test Kecenderungan Perilaku Agresif Kelas Kontrol berdasarkan Aspek ... 89 Tabel 4.10 Deskripsi Data Tes Awal (Pre-test) ... 90 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal (Pre-test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91 Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal (Pre-test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 92 Tabel 4.13 Hasil Uji Independent Sample T-Test Skor Tes Awal (Pre-test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93 Tabel 4.14 Deskripsi Data Tes Akhir (Post-test) ... 93 Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir (Post-test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 94 Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Akhir (Post-test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 95 Tabel 4.17 Hasil Uji Independent Sample T-Test Skor Tes Akhir (Post-test) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 96 Tabel 4.18 Komposisi Interpretasi Data Indeks Gain ... 97 Tabel 4.19 Statistik Deskripsi Data Indeks Gain ... 97 Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 98 Tabel 4.21 Hasil Uji Mann-Whitney Data Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 99 Tabel 4.22 Hasil Uji Perbedaan Dua Rerata Post-test Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 116
(12)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Berdasarkan Kelas ... 78 Grafik 4.2 Gambaran Rata-rata Skor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 85 Grafik 4.3 Gambaran Rata-rata Skor Pre-test dan Post-test pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol berdasarkan Aspek ... 86
(13)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A SURAT IZIN PENELITIAN
A.1 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen ... 128
A.2 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian untuk Rektor UPI .. ... 129
A.3 Surat Permohonan Izin Penelitian untuk Kepala Kantor Kesbang dan Linmas ... 130
A.4 Surat Izin Penelitian dari Kesbang dan Linmas ... 131
A.5 Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian dari SMP ... 132
A.6 Jurnal Bimbingan Skripsi ... 133
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN B.1 Kisi-kisi Instrumen Sebelum Uji Coba ... 138
B.2 Butir Pernyataan Instrumen Sebelum Uji Coba ... 139
B.3 Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Coba ... 141
B.4 Butir Pernyataan Instrumen Setelah Uji Coba ... 142
B.5 Booklet Angket ... 144
B.6 Lembar Catatan Dosen Penimbang Instrumen ... 146
B.7 Lembar Rekap Hasil Penimbangan Instrumen ... 149
B.8 Hasil Uji Keterbacaan ... 153
LAMPIRAN C HASIL PERHITUNGAN STATISTIKA C.1 Rekap Data Awal Penelitian ... 156
C.2 Uji Validitas ... 174
C.3 Uji Reliabilitas ... 182
C.4.1 Uji Normalitas Pre-test ... 184
C.4.2 Uji Homogenitas Pre-test ... 184
C.4.3 Uji Kesamaan Dua Rerata ... 191
C.5.1 Uji Normalitas Post-test ... 193
(14)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C.5.3 Uji Mann Whitney ... 200
C.5.4 Uji Perbedaan Rata-rata ... 200
C.6 Uji Gain ... 203
LAMPIRAN D HASIL VALIDASI PROGRAM D.1 Lembar Rekap Hasil Penimbangan Program ... 214
D.2 Lembar Catatan Penimbang Program ... 215
D.3 Program Bimbingan dan Konseling beserta Skenario ... 221
LAMPIRAN E KUMPULAN DATA PENELITIAN E. 1 Daftar Hadir Peserta Didik ... 261
E. 2 Surat Pernyataan Peserta Didik ... 262
E. 3 Jurnal Kegiatan Peserta Didik ... 272
E. 4 Lembar Jawaban Pre-test Peserta Didik ... 337
E. 5 Lembar Jawaban Post-test Peserta Didik ... 357
LAMPIRAN F DOKUMENTASI F. 1 Foto Kegiatan Bermain Peran Peserta Didik ... 377
(15)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada setting persekolahan, pengakuan formal bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dalam keseluruhan praksis pendidikan di sekolah dimulai sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1975. Sementara dalam kurikulum 2013 yang dikemukakan oleh Furqon (2013: 2-3) bahwa:
kaidah dasar yang dinyatakan secara eksplisit dalam Kurikulum 2013 yang berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling adalah kaidah perkembangan umum, perkembangan optimum bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimiliki, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya.
Dilihat dari konteks ini maka bimbingan dan konseling yang diuraikan dalam ABKIN (2007: 185) adalah:
wilayah layanan yang bertujuan memandirikan individu yang normal dan sehat dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum (the Common Good) melalui upaya pendidikan.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam proses pendidikan yang memiliki peranan penting dalam mencegah atau mengatasi permasalahan peserta didik karena salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan yang optimal salah satunya yaitu kematangan emosional. Sesuai pendapat Sunaryo (Yusuf dan Nurihsan, 2005: 7) „bimbingan adalah proses membantu individu mencapai perkembangan optimal.‟
Menurut Rakajoni (Hartono, 2009: 2) mengungkapkan
pengembangan diri dimaknai sebagai kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran yang merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah sebagai upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang
(16)
2
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karier, serta kegiatan ekstra kurikuler (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2006), yang berdampak mencederai integritas layanan bimbingan dan konseling sebagai layanan ahli yang memandirikan peserta didik dalam jalur pendidikan formal.
“Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, bukan semata-mata terletak pada adanya landasan hukum (perundang-undangan), namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangan (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual)” (ABKIN, 2007: 192).
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.
Menurut Hurlock (Yusuf, 2011: 95) „sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (peserta didik), baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berperilaku.‟ Dengan demikian diharapkan peserta didik tidak melakukan hal yang tidak sesuai atau bahkan memperlihatkan perilaku yang dapat merugikan orang lain. Di antara bentuk perilaku yang tidak sesuai dan menjadi salah satu pusat perhatian saat ini adalah terjadinya tawuran antarpeserta didik di banyak sekolah.
Peserta didik Sekolah Menengah Pertama berusia dua belas tahun sampai lima belas tahun. Usia ini merupakan masa awal remaja dan masa berkembangnya identitas. Mereka membutuhkan bimbingan dari pihak keluarga juga dari pihak sekolah agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Yusuf dan Nurihsan (2010: 198) menyatakan “peserta didik sekolah menengah adalah remaja yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak.” Dalam tugas perkembangan pada usia remaja salah satunya peserta didik mampu
mengendalikan diri atas dasar prinsip atau falsafah hidup.
Menurut Syamsudin (2007: 165) ada tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yaitu
(17)
3
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(1) raws input ialah siswa dengan segala karakteristiknya seperti IQ, motivasi, motif, kebiasaan, emosi, fisik dan lain lain; (2) instrumental input ialah masukan instrumental seperti guru, kurikulum, sekolah, sarana dan prasarana, buku sumber, dan lain lain; (3) enviromental inputs ialah masukan-masukan lingkungan seperti lingkungan keluarga, sosial, masyarakat, dan lain lain.
Emosi peserta didik merupakan salah satu bagian dari raw input yang akan menunjang proses kegiatan belajar di sekolah, aspek-aspek dalam raw input tersebut merupakan wilayah konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan atau megembangkannya sebagai bagian dari wilayah layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling tidak dapat terpisahkan dari pendidikan di sekolah sebagai jalur pendidikan formal yang ditempuh setiap peserta didik. Dalam jalur pendidikan formal dalam membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan yang optimum dibutuhkan tiga wilayah pelayanan, yaitu: (1) wilayah manajemen dan kepemimpinan, (2) wilayah pembelajaran yang mendidik, dan (3) wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan.
Peserta didik dalam kehidupan sehari-hari menyadari perilakunya akan menimbulkan akibat. Perilaku yang sesuai dengan keinginan dan harapan peserta didik akan menimbulkan akibat yang positif. Apabila keinginan dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan, dapat menimbulkan perilaku negatif. Dukungan dari luar terhadap kejadian-kejadian yang tidak diinginkan oleh peserta didik sehingga memicu kemunculan perilaku agresif. Bentuk perilaku agresif yang positif contohnya seperti menyampaikan pendapat yang berbeda dengan jalan pikirannya. Sedangkan perilaku agresif yang negatif muncul dikarenakan kegagalan dalam usahanya yang diekspresikan dengan kemarahan dan luapan emosi yang meledak-ledak, kadang disertai perilaku kegilaan, bertindak sadis dan usaha untuk merugikan orang lain.
“Marah merupakan emosi yang disebabkan bahwa individu menganggap orang lain bersalah terhadap dirinya (Goleman, 2002: 411).” Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan
(18)
4
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresi.
Sebagaimana diungkapkan Aronson (Koeswara, 1988: 5) mengemukakan „agresi adalah tingkah laku yang yang dijalankan oleh peserta didik dengan maksud mencelakakan atau melukai peserta didik lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu.‟
Pekan ini kita diramaikan dengan berita-berita soal tawuran antarpeserta didik yang menyebabkan beberapa peserta didik sekolah menjadi korban dalam tawuran tersebut. Seperti yang terjadi di salah satu sekolah yang berada di Jakarta, peserta didik di sekolah tersebut melakukan aksi tawuran yang ramai dibicarakan selama beberapa pekan. “Alasan salah satu peserta didik di sekolah tersebut melakukan tawuran adalah tawuran itu sudah jadi budaya di sekolah mereka, sudah berlangsung turun-temurun dari senior mereka (More, 2012).”
Sebagaimana kita saksikan dimedia masa baik cetak maupun elektronik, akhir-akhir ini semakin banyak terjadi kasus tawuran di sebagian kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta. Berita dalam harian Kedaulatan Rakyat 1 Juni 2010 menyebutkan bahwa telah terjadi tawuran peserta didik SMA mereka saling kejar-kejaran menggunakan motor, bahkan ada yang menendang motor lainnya sehingga terjatuh kemudian mereka saling melempar batu. Kejadian tawuran ini menyebabkan dua peserta didik SMA mengalami luka-luka. Kemudian ada berita lagi dalam harian Kedaulatan Rakyat 2 Oktober 2010 menyebutkan bahwa puluhan peserta didik diciduk polisi. Mereka sedang membawa minum-minuman keras dan akan menggelar tawuran dengan kelompok peserta didik SMA di Yogyakarta, alasannya karena mereka akan menuntut balas atas pemukulan yang dialami temannya.
Fenomena meningkatnya perilaku agresif di kalangan peserta didik pada jenjang pendidikan menengah atas. peserta didik berani untuk melakukan apapun agar peserta didik bisa mendapatkan sesuatu yang menjadi keinginannya bahkan sampai menyakiti orang lain. Saat ini beberapa televisi bahkan membuat program-program khusus yang menyiarkan berita-berita tentang aksi kekerasan. Aksi-aksi kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti di jalan-jalan, di sekolah, bahkan di
(19)
5
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kompleks-kompleks perumahan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul, meninju). Pada kalangan peserta didik aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran peserta didik/masal merupakan hal yang sudah terlalu sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan aksi ini bahkan sudah mulai dilakukan oleh peserta didik di tingkat SLTP/SMP. Hal ini sangatlah memprihatinkan bagi kita semua.
Fenomena perilaku agresif tampak dari laporan yang diterima Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Menurut Sekjen Komnas PA, Samsul Ridwan terdapat 82 peserta didik tewas akibat kasus tawuran ini. Sedangkan selebihnya ada yang mengalami luka berat dan luka ringan. Komnas PA mencatat 339 tawuran peserta didik terjadi sepanjang 2011. Kasus tawuran peserta didik ini meningkat 128 kasus jika dibandingkan tahun 2010 (Thoriq, 2012).
Saat ini peristiwa kematian bukan dari perang melawan penjajah, tetapi nyawa seakan tak ada harganya saat para peserta didik melakukan aksi tawuran. Dalam minggu ini terhitung sudah dua peserta didik SMU tewas akibat tawuran peserta didik. Sungguh tragis mendengarnya. Dan berikut data yang didapat dari Polda Metro Jaya seputar kasus tawuran peserta didik: Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar peserta didik. Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 peserta didik. Pada Januari-September 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 17 peserta didik.
Maraknya perkelahian antarpeserta didik (tawuran) ini ditandai dengan makin sering terjadinya perkelahian antarpeserta didik, baik antarpeserta didik satu sekolah dengan sekolah yang lain yang telah direncanakan, perkelahian peserta didik yang terjadi secara spontanitas antarpeserta didik dan berbagai sekolah secara campuran, maupun perkelahian peserta didik yang tadinya direncanakan mendorong spontanitas peserta didik yang lain untuk ikut terlibat dalam tawuran tersebut.
Fenomena tersebut diperkuat dengan gambaran umum kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP N 1 Weru menunjukkan 0.8%
(20)
6
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peserta didik berada pada kategori sangat rendah, 39.2% peserta didik berada pada kategori rendah, 39.7% peserta didik berada pada kategori sedang, 13.9% peserta didik berada pada kategori tinggi, 6.4% peserta didik berada pada kategori sangat tinggi.
Tawuran antarpeserta didik bisa terjadi antarpeserta didik sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Namun, ada juga tawuran antarpeserta didik yang terjadi antara dua kelompok beda sekolah. Tawuran antarpeserta didik bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan. Tanpa berfikir apapun seorang peserta didik yang sedang emosi, langsung meluapkan amarahnya dengan tawuran. Lebih ekstrem lagi peserta didik yang tawuran itu sambil membawa alat-alat tajam, seperti celurit, parang, sabuk yang bergigi dsb. Peserta didik tidak berfikir atas nyawanya sendiri, yang ada hanya ingin menyakiti dan menyiksa peserta didik lain yang mereka anggap musuh. Peserta didik yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap peserta didik. Tapi pada peserta didik yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada peserta didik yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan. Faktor lain di lingkungan sekolah adalah faktor senioritas. Senioritas mempengaruhi dalam pola pikir peserta didik di sekolah, peserta didik lebih menghormati seniornya, dan mementingkan kelompoknya.
(21)
7
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lingkungan pergaulan yang kurang sehat juga dapat menjadi faktor pemicu pola adaptasi yang salah pada peserta didik. Terkadang sekolah bisa menjadi tempat yang menakutkan bagi para peserta didik, terutama bila mereka merasa tidak aman dan selalu terancam. Ancaman ini dapat berupa tindak kekerasan baik dari teman sebaya, kakak kelas, bahkan guru sekalipun. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya agresi adalah suatu respon terhadap marah, kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada agresi (Mutadin, 2002). Kekerasan dengan mudah didengar dan dirasakan peserta didik. Mulai di rumah, di jalan, di sekolah, di lembaga pemerintahan, di lembaga politik, dan dipertontonkan di depan publik melalui media massa.
Jelas bahwa perkelahian peserta didik ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian peserta didik. Pertama, peserta didik (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Keempat, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan peserta didik terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para peserta didik itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
Dengan adanya fenomena-fenomena, dan dampak-dampak mengenai perilaku agresif di atas, maka disusunlah rancangan layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial. Layanan pribadi sosial diperlukan dalam rangka melakukan upaya kuratif terkait masalah pribadi dan sosial remaja yaitu berupa layanan responsif. “Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada siswa
(22)
8
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera (Yusuf, 2009: 7).”
Dalam pelaksanaannya kegiatan bimbingan dalam situasi kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan pribadi sosial bagi peserta didik. Menurut Rusmana (2009: 13) bimbingan kelompok didefinisikan sebagai:
suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dalam dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi.
Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 563), “bimbingan kelompok menunjuk pada pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan.” Bimbingan kelompok di institusi pendidikan selain memberikan pengalaman pendidikan juga meberikan pengalaman seperti pengajaran di dalam kelas dan kegiatan ekstrakulikuler. Bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan layanan bimbingan.
Rogers et al. (Rusmana, 2009:15) „mengusulkan penggunaan latihan dalam situasi kelompok saat dibutuhkan dan memandang kegunaan latihan sebagai bantuan yang sangat bernilai bagi konselor, peserta didik, dan proses bimbingan kelompok.‟
Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran, diharapkan para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara. Bermain peran dalam penelitian ini adalah mendramatisasi tingkah laku untuk mengurangi perilaku agresif dengan cara memainkan peran tokoh-tokoh khayalan yang dirajut dalam sebuah cerita, sehingga peserta didik berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan, serta
(23)
9
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemecahan masalahnya. Bermain peran juga digunakan untuk mengembangkan keterampilan seperti mendengarkan dan memecahkan masalah. Role playing menurut Joyce (2009: 328) didefinisikan:
peserta didik mengeksplorasi masalah-masalah tentang hubungan antar manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan kemudian mendiskusikan peraturan-peraturan secara bersama-sama, peserta didik bisa mengungkapkan perasaan, tingkah laku, nilai, dan strategi pemecahan masalah.
Sebagaimana diungkapkan Alkin dan Christie (Krolikowska, 2007: 199) „ditemukannya role playing merupakan alat untuk menciptakan lingkungan
belajar yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik.‟ Role playing paling sering digunakan dalam situasi yang berhubungan dengan sikap
dan perasaan, misalnya, untuk meniru perasaan seseorang dalam situasi social tertentu. Chircop (Krolikowska, 2007: 199) mengemukakan „Interaksi teknik bermain peran telah terbukti dalam praktek yang sangat efektif untuk mengajarkan keterampilan manejemen konflik.‟ Penggunaan bermain peran sebagai teknik pendidikan atau pelatihan dianggap sebagai bagian dari satu set yang lebih luas dari teknik yang secara kolektif dikenal sebagai simulasi. Menurut Krowlikowska (2007: 198) mengungkapkan:
role-playing simulasi adalah alat yang memberikan dukungan untuk proses
pendidikan, manajemen, dan negosiasi. role-playing simulasi juga metode penting mengajar keterampilan interpersonal, penataan masalah, dan keputusan peramalan dalam konflik.
Penelitian melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing dirancang dengan tujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan keterampilan mengurangi perilaku agresif peserta didik dengan memerankan peran atau dikenal dengan bermain peran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan atau keunggulan dirinya untuk dapat mengurangi perilaku agresif peserta didik.
(24)
10
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Peserta didik usia remaja menurut Piaget (Ali dan Asrori, 2004: 56) adalah „suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana peserta didik tidak merasa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.‟ Pada masa peralihan ini, status peserta didik dapat dikatakan tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan.
Perubahan sosial yang dialami peserta didik menyebabkan peserta didik harus menyesuaikan diri dengan teman sebayanya dan orang lain. Akibat tidak percaya diri menyebabkan peserta didik mencari cara untuk dapat meningkatkan percaya dirinya. Salah satu caranya dengan peserta didik berani untuk melakukan apapun agar peserta didik bisa mendapatkan sesuatu yang menjadi keinginannya bahkan sampai menyakiti orang lain.
Sebagaimana diungkapkan Aronson (Koeswara, 1988: 5) mengemukakan „agresi adalah tingkah laku yang yang dijalankan oleh peserta didik dengan maksud mencelakakan atau melukai peserta didik lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu.‟
Kecenderungan perilaku agresif yang banyak terjadi di sekolah merupakan suatu bentuk lain dari kekerasan yang bisa menyakiti orang lain. Kecenderungan perilaku agresif dapat menimbulkan efek bagi iklim sekolah terutama yang menyangkut keamanan. Bagi korban perilaku agresif dapat membuatnya terluka baik secara fisik maupun psikis. Bila ini terjadi pada peserta didik maka peserta didik tersebut akan terganggu konsentrasinya dalam belajar serta berkurangnya penghargaan peserta didik terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Upaya bimbingan konseling sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pemberian bantuan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik untuk mengurangi perilaku agresif di sekolah yaitu dengan teknik bermain peran (role playing). Teknik bermain peran (role playing) membantu peserta didik menemukan bahwa pribadi dalam dunia
(25)
11
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sosial mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial. “Dalam dimensi sosial, teknik ini memudahkan peserta didik untuk bekerjasama dalam menganalisis keadaan sosial, khususnya masalah antarmanusia (Joyce, 2009: 328).” Teknik bermain peran (role playing) dapat digunakan untuk memberi saran pada peserta didik untuk menghadapi masalah keseharian khususnya masalah yang berhubungan dengan tidak memiliki keterampilan untuk mengelola emosi, mengembangkan sikap empati, bersikap tanggung jawab, dan pengendalian diri agar tidak mengakibatkan peserta didik melakukan perilaku agresif. Teknik bermain peran (role playing) dapat dilakukan dengan cara memainkan peran sehingga diharapkan peserta didik dapat mengungkapkan perasaan, menunjukkan tingkah laku yang baik, nilai yang positif, dan strategi pemecahan masalahnya secara bersama-sama.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, rumusan masalah dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014?
2. Bagaimana rumusan program bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran menurut pakar dan praktisi berdasarkan profil kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014?
3. Bagaimana perubahan gambaran kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014 sebelum dan setelah diberikan intervensi menggunakan teknik bermain peran (role playing)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah menguji keefektifan teknik bermain peran (role playing) untuk mengurangi kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014.
(26)
12
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi gambaran umum perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014;
2. Merumuskan program bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran yang layak menurut pakar dan praktisi untuk meningkatkan penalaran moral pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014;
3. Mengetahui perubahan gambaran perilaku agresif setelah teknik bermain peran (role playing) diberikan terhadap peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini mempunyai manfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang perilaku agresif dan teknik bermain peran (role playing) dalam rangka untuk mengurangi perilaku agresif di lembaga pendidikan formal serta menambah wawasan tentang bimbingan dan konseling.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Intervensi berupa cara-cara penanganan dan langkah-langkah mereduksi perilaku agresif serta mengoptimalkan strategi yang digunakan dalam teknik bermain peran (role playing).
b. Bagi peserta didik
Peserta didik memperoleh informasi dan mampu mengenali gejala perilaku agresif sehingga tidak berpengaruh pada perubahan emosinya. Peserta didik juga dapat mengetahui cara-cara mengurangi perilaku agresif.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I Pendahuluan berisi uraian tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
(27)
13
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab II Kajian Pustaka berisi kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian.
Bab III Metode Penelitian berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen berikut: lokasi dan subjek populasi penelitian; desain penelitian; definisi operasional; instrument penelitian; proses pengembangan instrument; teknik pengumpulan data; dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan dalam bab ini peneliti memaparkan hasil temuan dengan dasar teoritik yang telah dibahas dalam Bab Kajian Pustaka dan temuan sebelumnya.
Bab V Kesimpulan dan Saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.
(28)
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Weru, yang bertempat di Jalan Kantor Pos Weru Kabupaten Cirebon. Alasan penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Weru dikarenakan usia peserta didik kelas VIII mewakili „peserta didik yang berada pada masa remaja awal yang merupakan puncak perkembangan emosi
yang tinggi‟ (Yusuf, 2008: 196). Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sulit bagi remaja.
Subjek penelitian dilakukan pada peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Weru sebanyak 360 peserta didik. Menurut Sudjana (2005: 6) “populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru tahun ajaran 2013-2014. Adapun subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas VIII yang berjumlah 360 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Peserta Didik
1 VIII - A 41
2 VIII - B 40
3 VIII - C 40
4 VIII - D 40
5 VIII - E 39
6 VIII - F 40
7 VIII - G 40
8 VIII – H 40
9 VIII - I 40
Jumlah total 360
Sampel penelitian diambil secara Simple Random Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
(29)
60
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan secara undian, memilih bilangan, dan daftar bilangan secara acak, dan sebagainya (Sugiyono, 2010: 64). Berdasarkan pengertian tersebut maka peneliti mengambil sampel dengan cara mengundi dari jumlah peserta didik yang memiliki tingkat perilaku agresif tinggi. Untuk penarikan sampel ini dibatasi sebanyak 15-20 orang, dan dalam penelitian ini peserta didik yang diberi intervensi (treatment) adalah 10 peserta didik yang memiliki kecenderungan perilaku agresif dengan skor tertinggi. Pertimbangan menentukan jumlah berdasarkan prespektif bimbingan kelompok bahwa jumlah anggota kelompok yang efektif adalah 8-15 orang (Winkel, 2006; Natawidjaja, 2007; ABKIN, 2008).
Sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah
1 VIII - B (Kelompok Eksperimen) 10 2 VIII - D (Kelompok Kontrol) 10
Jumlah Total 20
B. Desain Penelitian
Desain eksperimen kuasi yang digunakan Non Equivalent Control Goup
Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-postest control group design,
hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak, kemudian diberikan pre-test dan post-test untuk mengetahui perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2011: 79). Desain penelitian digunakan untuk memperoleh gambaran keefektifan teknik bermain peran dalam menangani kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2013-2014. Struktur desain dari
(30)
61
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Struktur desain Non Equivalent Control Group
Keterangan :
O1 = Pre-test pada kelas eksperimen. O3 = Pre-test pada kelas kontrol.
X = Treatment dengan Teknik Bermain Peran terhadap kelas eksperimen. O2 = Post-test pada kelas eksperimen.
O4 = Post-test pada kelas kontrol.
(Sugiyono, 2011: 79)
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi (quasi
eksperimental). Menurut Sugiyono (2011: 77) eksperimen kuasi merupakan
pengembangan dari metode eksperimen, yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik daripada pra-eksperimen desain. Eksperimen kuasi digunakan karena pada kenyataan sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian pada desain eksperimen sesungguhnya.
D. Definisi Operasional Variabel 1. Bermain Peran
Bermain peran (role playing) adalah salah satu teknik dalam bimbingan dan konseling kelompok. Bermain peran dapat diartikan sebagai salah satu cara yang dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan mengelola emosi dan mampu menyesuaikan diri siswa dengan lingkungan sosialnya dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi yang dihubungkan dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.
Bermain peran (role playing) „merupakan jenis metode simulasi yang bertitik tolak dari permasalahan yang berhubungan dengan tujuan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu, mengkreasi
O1 X O2 O3 O4
(31)
62
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemungkinan-kemungkinan masa depan, mengekspos kejadian-kejadian masa kini (Roestiyah, 1991: 161)‟.
Santrock (2005: 272) menyatakan “bermain peran ialah suatu kegiatan yang menyenangkan”. Secara lebih lanjut bermain peran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan. Bermain peran merupakan suatu metode bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok.Bermain peran dalam bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi.
Berdasarkan uraian di atas, secara operasional bermain peran adalah teknik bimbingan untuk membantu peserta didik kelas VIII SMPN 1 Weru dalam menyelesaikan masalahnya melalui drama, sehingga siswa dapat mengekspresikan berbagai jenis perasaan dan emosinya tanpa berperilaku agresif.
2. Kecenderungan Perilaku Agresif
Menurut Kartono (2000: 57) “agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang yang melakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar.”
Bahkan Chaplin (Kartono, 2000: 58) mengungkapkan „agresi ialah sebarang
reaksi terhadap frustrasi, berupa serangan, tingkah laku bermusuhan terhadap
orang atau benda.‟
Sedangkan Baron dan Richardson (Krahe, 2005:16) menyatakan bahwa: agresi adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan tersebut. Definisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu; tujuan untuk melukai atau mencelakakan, peserta didik yang menjadi pelaku, peserta didik yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.
Berkowitz (2006: 4) mendefinisikan “agresi sebagai segala bentuk
perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun
mental”. Berkowitz (2006: 14), membedakan agresi menjadi agresi instrumental dan agresi benci atau impulsif. Agresi instrumental (instrumental aggression) adalah agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untuk mencapai
(32)
63
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tujuan tertentu, sedangkan agresi benci (hostile aggression) atau disebut juga agresi impulsif (impulsive aggression) adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain menimbulkan efek kerusakan, kesakitan pada korban atau sasaran.
Kecenderungan perilaku agresif pada penelitian ini merujuk pada konsep agresif yang dikemukakan oleh Berkowitz (2006: 14). Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kecenderungan perilaku agresif di dalam penelitian ini adalah perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Aspek yang diungkap, antara lain:
1. Agresi Instrumental
Agresi yang dilakukan oleh peserta didik SMP sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu, diuraikan dalam aspek di bawah ini:
a. Agresi Fisik Langsung
Agresi fisik langsung peserta didik SMP diuraikan dalam bentuk indikator, yang meliputi: a) berkelahi dengan teman sebaya, b) mengeroyok teman sebaya, c) mengganggu teman sebaya.
b. Agresi Fisik Tidak Langsung
Agresi fisik tidak langsung peserta didik SMP diuraikan dalam bentuk indikator, yang meliputi: a) memiliki rencana untuk melukai teman sebaya, b) membuat jebakan untuk teman sebaya.
2. Agresi Benci atau Impulsif
Agresi yang dilakukan peserta didik sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain menimbulkan efek kesakitan secara mental pada korban atau sasaran, diuraikan dalam aspek di bawah ini:
a. Agresi Verbal Langsung
Agresi verbal langsung peserta didik SMP diuraikan dalam bentuk indikator, yang meliputi: a) mengucapkan kata=kata kasar, b) merendahkan teman sebaya.
(33)
64
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Agresi Verbal Tidak Langsung
Agresi verbal tidak langsung peserta didik SMP diuraikan dalam bentuk indikator, yang meliputi: a) merusak reputasi atau nama baik teman sebaya, b) menyebarkan gosip melalui media elektronik.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu angket dan wawancara. Sugiyono (2012: 194) menjelaskan angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Angket disebarkan pada seluruh peserta didik kelas VIII, sedangkan untuk memperkuat data yang diperoleh berdasarkan penyebaran angket dilakukan wawancara kepada jumlah peserta didik kelas VIII dengan teknik simple random sampling.
Skala yang digunakan sebagai pedoman pemberian skor pada angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
F. Pengembangan Instrumen
1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Instrumen kecenderungan perilaku agresif peserta didik dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel. Instrumen berisi pernyataan-pernyataan mengenai kecenderungan perilaku agresif merujuk pada konsep yang dikembangkan oleh Berkowitz (2006: 14) yaitu agresi fisik langsung, agresi fisik tidak langsung, agresi verbal langsung, dan agresi verbal tidak langsung. Berikut akan disajikan dalam tabel kisi-kisi angket pengungkap kecenderungan perilaku agresif peserta didik.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen
Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik (Sebelum Uji Coba)
No Aspek Indikator No. Pernyataan ∑
1 Agresi fisik langsung
Perkelahian dengan teman sebaya
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9 9
Melakukan pengeroyokan terhadap teman sebaya
10, 11, 12, 13, 14
(34)
65
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Aspek Indikator No. Pernyataan ∑
Senang mengganggu teman lain
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22
8
Agresi fisik tidak langsung
Memiliki rencana untuk melukai orang lain
23, 24, 25, 26 4 Membuat jebakan untuk
orang lain
27, 28 2
2.
Agresi verbal langsung
Mengeluarkan kata-kata kasar
29, 30, 31, 32, 33, 34
6 Merendahkan teman sebaya 35, 36, 37, 38, 39,
40, 41, 42
8
Agresi verbal tidak langsung
Merusak reputasi atau nama baik teman
43, 44, 45, 46 4 Menyebarkan gossip melalui
media elektronik
47, 48, 49, 50, 51 5
Tabel di atas menunjukkan kisi-kisi instrumen kecenderungan perilaku agresif peserta didik yang dibuat sebelum uji coba dilakukan. Setelah uji coba, maka hasil kisi-kisi instrumen setelah uji coba adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen
Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik (Setelah Uji Coba)
No Aspek Indikator No. Pernyataan ∑
1 Agresi fisik langsung
Berkelahi dengan teman sebaya
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9 9
Mengeroyok teman sebaya 10, 11, 12, 13, 14 5 Mengganggu teman sebaya
lain
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 8
Agresi fisik tidak langsung
Memiliki rencana untuk melukai teman sebaya
23, 24, 25, 26 4 Membuat jebakan untuk
teman sebaya
27, 28 2
2
Agresi verbal langsung
Mengucapkan kata-kata kasar
29, 30, 31, 32, 33, 34
6 Merendahkan teman sebaya 35, 36, 37, 38, 39,
40, 41, 42
8
Agresi verbal tidak langsung
Merusak reputasi atau nama baik teman
(35)
66
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Aspek Indikator No. Pernyataan ∑
Menyebarkan gossip melalui media elektronik
47, 48, 49, 50, 51 5
Berikut ini akan disajikan kisi-kisi wawancara dalam tabel kisi-kisi pedoman wawancara pengungkap kecenderungan perilaku agresif peserta didik adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6
Kisi Kisi Pedoman Wawancara
Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
No Aspek Indikator Kata Kunci Responden/
Narasumber 1 Agresi fisik
langsung
Berkelahi dengan
teman sebaya Memukul
Siswa, Wali Kelas, dan Guru
Mata Pelajaran Mengeroyok teman
sebaya Berkelahi
Mengganggu teman
sebaya lain Jail
Agresi fisik tidak langsung
Memiliki rencana untuk melukai orang lain
Pengeroyokan
Siswa
Membuat jebakan
untuk orang lain Jebakan
2 Agresi
verbal langsung
Mengucapkan
kata-kata kasar Celaan Siswa, Guru
Mata Pelajaran, dan Wali Kelas Merendahkan teman
sebaya Merendahkan
Agresi verbal tidak
langsung
Merusak reputasi atau
nama baik teman Gosip
Siswa Menyebarkan gossip
melalui media elektonik
Jejaring sosial
2. Pengujian Instrumen
a. Uji Kelayakan Instrumen
Sebelum diuji coba, instrumen kecenderungan perilaku agresif yang telah disusun terlebih dahulu ditimbang oleh tiga orang ahli. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari aspek kesesuaian item
(36)
67
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
indikator dan item pernyataan dengan landasan teori, dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.
Penimbangan instrumen dilakukan untuk melihat kesesuaian indikator dan butir-butir pernyataan baik dari segi isi, konstruk dan redaksional. Instrumen yang ditimbang oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu memadai dan tidak memadai. Memadai artinya butir instrumen tersebut bisa langsung digunakan atau harus dibuang dan bisa digunakan tetapi harus diperbaiki terlebih dahulu.
Pertimbangan dilakukan oleh dua dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu Dr. Mubiar Agustin, M.Pd, serta Drs. Sudaryat Nurdin Ahmad, dan pakar di sekolah yaitu H. Srinari, S.Pd.
Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk seluruh item pada angket kecenderungan perilaku agresif termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dari beberapa ahli dapat disimpulkan pada pada dasarnya item-item pernyataan dapat digunakan dengan beberapa perbaikan redaksi agar mudah dipahami peserta didik.
b. Uji Keterbacaan Instrumen
Uji keterbacaan instrumen dilaksanakan kepada enam peserta didik didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru. Tujuan uji keterbacaan ini adalah untuk mengukur tingkat keterbacaan instrumen dari segi kata-kata, istilah dan kalimat secara utuh. Hasil uji keterbacaan adalah penyederhanaan kalimat tanpa mengubah makna dari pernyataan tersebut.
Berdasarkan uji keterbacaan pada keenam peserta didik tersebut, tidak terdapat ketidaksesuaian dari keseluruhan butir pernyataan. Para peserta didik memahami dan merasa mampu untuk mencerna maksud dari tiap butir pernyataan.
c. Uji Validitas
Validitas item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalan duatu perangkat instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan vaild artinya instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur (Arikunto, 2010: 211))
(37)
68
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun langkah-langkah menghitung validitas item, sebagai berikut. 1) Menghitung koefisien korelasi spearman rho dengan rumus:
∑
Keterangan :
ρ = koefisien korelasi tata jenjang
b = singkatan dari Beda, Beda Skor antara subjek n = Banyak sampel
(nilai rho (ρ) merupakan hasil pengurangan 1 terhadap hasil pembagian dari 6 kali jumlah kuadrat perbedaan peringkat dibagi pangkat tiga jumlah sampel dikurangi jumlah sampel).
2) Mencari nilai r tabeluntuk α = 0,01 (tingkat kepercayaan 99%).
Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 20.0 for windows terhadap 51 item pernyataan dalam instrumen dengan jumlah subjek sebanyak 360 responden (peserta didik).
Hasil uji validitas setiap item cerita dalam instrumen penalaran moral peserta didik kelas VIII SMP secara rinci terdapat dalam Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas
Kesimpulan Pernyataan Jumlah
VALID 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 ,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36, 37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51
51
INVALID - -
Keterangan: Rekapitulasi hasil validitas terlampir
Sejumlah 51 item pernyataan yang diujicobakan diperoleh 51 item pernyataan yang memenuhi kriteria penerimaan r (valid) dan tidak ada item yang tidak memenuhi memenuhi (invalid). Hasil menunjukkan bahwa untuk 51 item pernyataan valid sudah memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data.
(38)
69
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. “Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (Arikunto, 2010: 221)”. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Untuk menguji reliabilitas instrumen, digunakanlah rumus Alpha untuk mencari reliabilitas instrumennya. Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut.
r
11=
(1
∑
)
Keterangan:r11 : Reliabilitas Instrumen
k : Banyaknya butir pernyatan atau butir soal
∑ : jumlah varians butir
: varians total
(Arikunto, 2010:239) Untuk menentukan koefisien reliabilitasnya, digunakan kriteria interpretasi nilai r dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Interpretasi Nilai r
Besarnya nilai r Interpretasi
0,90 – 1,00 Hubungan Sangat Tinggi
0,70 - 0,90 Hubungan Tinggi
0,40 – 0,70 Hubungan Cukup
0,20 - 0,40 Hubungan Rendah
Kurang dari 0,20 Hub. Dapat dikatakan tidak ada
Sumber: Cece Rakhmat & M.Solehuddin, 2006:74
Setelah uji validitas, kemudian dilakukan uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian, dengan menggunakan SPSS 20.00 for Windows didapat nilai reliabilitas 0.937 seperti pada Tabel 3.9 berikut.
(39)
70
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9 Statistik Reliabilitas
Cronbach's Alpha
N of Items
.937 51
Nilai reliabilitas 0.937 yang didapat berarti reliabilitas pada instrumen bernilai tinggi, itu berarti menunjukkan bahwa instrumen memiliki keterandalan yang tinggi, sehingga instrumen layak untuk digunakan dalam penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner (angket) dan wawancara. Menurut Sugiyono (2011: 142) “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya”.
Data yang ingin diketahui dalam penelitian ini yaitu profil kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Weru. Peserta didik hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan. Kuesioner berisi 51 item (sebelum uji coba), ini disebarkan untuk kepentingan mencari tingkat validitas dan reliabilitas. Kuesioner setelah uji coba berisi 51 item, yang selanjutnya digunakan dalam tahap penelitian pretest dan
posttest.
Wawancara dilakukan kepada peserta didik untuk memperkuat hasil penyebaran angket. Wawancara akan dilaksanakan jika hasil angket kecenderungan perilaku agresif peserta didik kelas VIII tinggi. Pedoman wawancara pengungkap kecenderungan perilaku agresif peserta didik dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel pada angket.
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semistuktur (semistructure interview). Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuannya ialah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta
(40)
71
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendapat, dan ide-idenya (Sugiono, 2011: 141). Wawancara dilakukan untuk menyempurnakan hasil instrumen yang telah dilakukan kepada peserta didik sebelumnya, wawancara dilaksanakan kepada 5% populasi di SMP Negeri 1 Weru atau 18 orang peserta didik, wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung dengan peserta didik.
H. Analisis Data 1. Verifikasi Data
Verifikasi data yang dilakukan untuk memeriksa kelengkapan jumlah angket sebelum disebarkan dengan yang telah disebarkan. Pemeriksaan kelengkapan dilakukan juga pada kelengkapan peserta didik mengisi data yang dibutuhkan yaitu data pribadi dan respon jawaban peserta didik terhadap pernyataan perilaku dalam instrumen.
2. Skoring
Skoring dilakukan pada setiap alternatif jawaban yang diberikan peserta didik. Peserta didik diberi skor 5 jika memilih respon yang menggambarkan kecenderungan selalu dilakukan, peserta didik diberi skor 4 jika memilih respon yang menggambarkan kecenderungan sering dilakukan, peserta didik diberi skor 3 jika memilih respon yang menggambarkan kecenderungan kadang-kadang dilakukan, peserta didik diberi skor 2 jika memilih respon yang menggambarkan kecenderungan jarang dilakukan, peserta didik diberi skor 1 jika memilih respon yang menggambarkan kecenderungan tidak pernah dilakukan. Kriteria penyekoran untuk setiap cerita adalah sebagai berikut.
3. Pengelompokkan dan Penafsiran Data
Data yang telah terkumpul dari responden selanjutnya dibagi ke dalam lima tingkat dengan menggunakan katagori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah yang diperoleh melalui konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas lulus ideal. Perhitungan kategorisasi untuk instrumen kemampuan perencanaan pribadi, didasarkan pada langkah-langkah menurut Azwar (2012: 148) sebagai berikut.
a) Menghitung skor total masing-masing responden.
(41)
72
Lenny Wahyuningsih, 2014
Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengurangi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan : = skor responden yang hendak diubah menjadi skor T = rata-rata skor kelompok
s = standar deviasi skor kelompok
(Azwar, 2009: 142) c) Mengkonversi skor Z menjadi skor T, dengan rumus:
[ ]
Keterangan : Skor T = skor T atau skor matang yang dicari 50 = konstanta nilai tengah sebagai rata-rata 10 = konstanta standar deviasi
Z skor = skor baku
(Azwar, 2009: 156) d) Mengelompokan data menjadi lima kategori dengan pedoman sebagai
berikut
Tabel 3.10 Konversi Skor T
Skala skor T Kategori Skor
x ≥ μ + 1.5 ơ Sangat Tinggi
μ–1.5 ơ < x < μ+ 1.5 ơ Tinggi
μ –1.5 ơ < x < μ + 0.5ơ Sedang
μ - 0.5 ơ < x < μ + 0.5ơ Rendah
x ≤ μ – 0.5 ơ Sangat Rendah
(Azwar, 2012: 148) Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pengelompokan data untuk profil kecenderungan perilaku agresif sebagai berikut.
Tabel 3.11 Konversi Skor T
No. Skala skor T Kategori Komunikasi Interpersonal
1 ≥ 66.00 Sangat Tinggi
2 56.00 – 65.99 Tinggi
3 46.00 – 55.99 Sedang
4 36.00 – 45.99 Rendah
5 ≤ 35.99 Sangat Rendah
Selanjutnya menghitung ketercapaian setiap indikator, digunakan untuk mengetahui kecenderungan perilaku agresif peserta didik. Hal ini juga dapat digunakan sebagai pretest dan posttest pencapaian materi layanan program
(1)
121
lebih banyak dan diharapkan dilakukan pada jenjang pendidikan lain misalnya SD atau SMA/SMK.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M & Mohammad Asrori. (2004) Psikologi remaja perkembangan peserta
didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2006). Naskah Akademik
Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: ABKIN.
Asriyanti, Intan. (2011). Efektivitas Teknik Bermain Peran (Role Playing) Untuk
Meningkatkan Keterampilan Sosial Di Sekolah (Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Pameungpeuk Kab.Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi di Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Avin, Fadilla Helmi dan Soedardjo. (1998). Beberapa Perspektif Perilaku Agresi.
[Online]. Tersedia:
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perspektifagresi_avin.pdf (14 April 2013)
Azwar, Saifuddin. (2009). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bahar, Zuardi. (2001). Usaha BK dalam Menanggulangi Perkelahian
Antarpelajar (Tawuran) di Kota Cirebon. Tesis di Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Baron, R.A., dan Byrne, D.B., (1994) Social Psychology. Understanding Human
Interaction. Boston: Allyn & Bacon.
Berkowitz, Leonard. (2006). Emotional Behavior. Jakarta: Penernit PPM.
Brehm, S.S., dan Kassin, S.M., (1993). Social Psychology. Boston: Houghton Mifflin Company.
Brigham, J.C., (1991). Social Psychology. New York: Harper Collingns Publishers Inc.
(3)
123
Corey, Gerald. (2010). Theory & Practice of Group Counseling. Belmont: Cengage Learning.
Depdiknas. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Tidak diterbitkan.
Desniwati, Rizky. ( 2008). Hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkah
laku agresi pada remaja madya. Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Dunkin, Kevin. 1995. Developmental SocialPsychology. From Infancy an old
Age. Oxford: Blackwell Publisher Ltd.
Faiq, Muhammad. (2013). Bermain peran (role playing), sebuah strategi
pembelajaran. [Online]. Tersedia di:
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/01/strategi-bermain-peran-role-playing.html (24 April 2013)
Furqon, dkk. (2013). Masukan Pemikiran Tentang Peran Bimbingan dan
Konseling dalam Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://ebookbrowse.com/26-januari-ke-2-bk-dalam-kurikulum-2013-pdf-d452243597/ (31 Maret 2013)
Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan Emosio untuk Mencapai Prestasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum.
Gysbers dan Henderson. (2006). Developing&Managing (Your School Guidance
and Counseling Program). USA:American Counseling Association. Hartono. (2009). “Bimbingan dan Konseling dalam Konteks Pendidikan Formal:
Suatu KAjian Akademik”. Jurnal PPB. 10, (1), 1-14.
Haryanto. (2010). Faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/faktor-penyebab-anak-berperilaku-agresif/ (16 Januari 2013)
Haryanto. (2010). Karakteristik Perilaku Agresif. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/karakteristik-perilaku-agresif/ (16 Januari 2013)
Joyce, Bruce. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Peserta didik.
(4)
Kartono, Kartini. (2000). Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.
Kellerman, Peter Felix. (2007). Sociodrama and Collective Trauma. London: Jessica Kingsley Publishers.
Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung: Eresco.
Krahe, Barbara. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Krolikowska, Karoline. (2007). “Role-playing simulation as a communication tool
in community dialogue”. Simulation and Gaming. 38, (2), 195-210.
Leveton, Eva. (2010). Healing Collective Trauma Using Sociodrama and Drama
Therapy. New York. Springer Publishing Company.
Mandar, Hilman Aliy. (2012). Program Bimbingan Pribadi Berdasarkan Profil
Perilaku Agresif Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi di Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Mardiyah, Isni Ainul. (2012). Program Bimbingan Pribadi-Sosial Berdasarkan
Lokus Kendali Peserta Didik Madrasah Aliyah. Skripsi di Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Montola, Markus. (2011). “The Invisible Rules of Role-Playing The Social Framework of Role-Playing Process”. International Journal of Role-Playing-Issues 1. 1, (3), 22-36.
More, Imanuel. (2012). Ini Pemicu Tawuran SMA 6 dan SMA 70. [Online]. Tersedia:
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/01/18062186/Ini.Pemicu.Ta wuran.SMA.6.dan.SMA.70 (15 Oktober 2012)
Mustamsikin, Sunni F. (2011). Hubungan antara Kemampuan Pengelolaan Emosi
dengan Munculnya Perilaku Agresif pada Siswa. Skripsi di Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Mutadin, Zainudin. (2002). Faktor Penyebab Perilaku Agresif. [Online]. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=380 (20 September 2012)
Natawidjaja, Rochman. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek
(Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa). Bandung: Maestro.
Oktavianti, Rida. (2010). Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing)
untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa (Pra-Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010 ).
(5)
125
Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Roestiyah. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Romlah, Tatiek. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah
(Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.
Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Santrock. (2005). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Setiawan, Bambang. (2013). Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan
Menggunakan Investigasi Kelompok dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa. Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Sudjana, (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Sukardi, D.K. (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.
Syamsudin, Makmun Abin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Thoriq, Ahmad. (2012). Tawuran Peserta didik. [Online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/2011/12/20/122037/1795422/10/komnas-pa-tawuran-peserta didik-naik-128-kasus-82-peserta didik-tewas (20 September 2012)
(6)
Widoretno, Hayu. (2012). Teknik Role Playing Untuk Mengurangi Perilaku
Bullying Peserta didik: Studi Pra-Eksperimen terhadap Peserta didik Kelas VIII SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi di Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Winkel, W.S & M.M. Sri Hastuti. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf, Syamsu & Nurikhsan, A. Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan
Konseling. Cetakan ke-1. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu & Nurikhsan, A. Juntika. (2006). Landasan Bimbingan dan
Konseling. Cetakan ke-1. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:Rosdakarya
Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Yusuf, Syamsu & Nurikhsan, A. Juntika. (2010). Bimbingan dan Konseling dalam
Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.