MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE.

(1)

Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis

Karangan Narasi Dengan Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Pendidikan Indonesia

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Windi Widiastuti

0903475

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS PURWAKARTA

2013


(2)

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN

Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Karangan Narasi Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Oleh Windi Widiastuti

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh suatu keriasauan atas sebuah kondisi pembelajaran siswa SD dalam keterampilan membaca dan menulis karangan narasi. Siswa merupakan subjek utama dalam kegiatan belajar mengajar. Ia memiliki sejumlah potensi yang harus dikembangkan. Guru sebagai fasilitator harus mempunyai teknik yang tepat agar dapat menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki siswa tersebut. Oleh karena itu, seni mengajar guru dituntut lebih inovatif untuk menumbuhkan iklim belajar yang kondusif serta memacu semangat siswa dalam penuangan gagasan dalam bentuk-bentuk karangan. Dalam perkembangan pembelajaran bahasa indonesia diperlukan langkah-langkah sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan metode yang cocok, di antaranya pembela jaran kooperatif tipe Think-Pair-Share agar siswa dapat berpikir kritis, logis, dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak membosankan. Dengan demikian belajar bahasa indonesia tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to life together. Sasaran dari penerapan pembelajaran kooperatid tipe Think-pair-share adalah siswa diharapkan mampu berfikir logis, kritis dan sistematis, selain itu juga siswa diharapkan lebih memahami keterkaitan antara topik dalam pembelajaran bahasa indonesia serta manfaat bahasa bagi bidang lain. Dengan demikian Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam keterampilan membaca dan menulis karangan narasi. Dan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share juga dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa. Sehingga pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam keterampilan membaca dan menulis karangan.

Kata kunci : Pembelajaran Think-Pair-Share, Membaca dan Menulis Karangan Narasi


(3)

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK i

KATA PENGANGAR ii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GRAFIK x

DAFTAR GAMBAR xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Hasil Penelitian 5

E. Metode Penelitian 6

F. Sistematika Penulisan 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9

A. Peningkatan Kemampuan Menulis 9

1. Pengertian Menulis 9

2. Tujuan dan Manfaat Menulis 10


(4)

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN

1. Pengertian Karangan 11

2. Jenis-jenis Karangan 12

C. Karangan Narasi 13

1. Pengertian Karangan Narasi 13

2. Ciri-ciri Karangan Narasi 14

3. Jenis-jenis Karangan Narasi 16

4. Langkah-langkah Karangan Narasi 17

D. Penerapan Pendekatan Kooperatif 18

E. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif. 21

BAB III METODE PENELITIAN 24

A. Jenis Penelitian 24

B. Definisi Operasional 26

C. Desain Penelitian 33

D. Prosedur Penelitian 36

E. Lokasi dan Subjek Penelitian 39

F. Instrumen Penelitian 39

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 45

H. Indikator Pencapaian Keberhasilan Siklus 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 47

1. Lokasi Penelitian 47


(5)

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN

3. Karakteristik Guru 51

4. Deskripsi Awal Proses Pembelajaran 52

5. Analisis dan Refleksi 55

B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas 58

1. Tindakan Pertama 58

2. Tindakan Kedua 65

C. Pembahasan Hasil Penelitian 74

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 77

A. Kesimpulan 77

B. Rekomendasi 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan Kemampuan Menulis

1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis. Hasil dari kreatif menulis ini biasa disebut dengan istilah tulisan atau karangan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama meskipun ada pendapat yang mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian berbeda. Istilah menulis sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara, istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis non ilmiah.

Pokok persoalan di dalam tulisan disebut gagasan atau pikiran. Gagasan tersebut menjadi dasar bagi berkembangnya sebuah tulisan tersebut. Melalui tulisannya, penulis bisa mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, pendapat, kehendak dan pengalamannya kepada pihak lain.

Nurjamal dalam Sumirat, Darwis (2011:69) mengemukakan bahwa menulis sebagai sebuah keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pemikiran-pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan.


(7)

Pendapat lain dikemukakan oleh Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.

Menurut Tarigan dalam Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.

2. Tujuan dan manfaat Menulis

a. Tujuan Menulis

Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Mengubah keyakinan pembaca; 2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca; 3) Merangsang proses berpikir pembaca; 4) Menyenangkan atau menghibur pembaca; 5) Memberitahu pembaca; dan 6) Memotivasi pembaca.

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Hugo Harting (dalam Tarigan, 1994:24-25) mengklasifikasikan bahwa tujuan penulisan, antara lain: 1) Tujuan penugasan (assingnment purpose); 2) Tujuan altruistik

(altruistic purpose, tujuan persuasi (persuasive purpose); 3) Tujuan

Persuasif (Persuassive Purpose); 4) Tujuan penerangan (informational

purpose), tujuan penyataan (self-expressive purpose); 5) Tujuan

Pernyataan diri (Self expressive purpose); 6) Tujuan kreatif (creative


(8)

b. Manfaat Menulis

Manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmadi (1996: 3-4), yaitu: 1) Kegiatan menulis adalah sarana untuk menemukan sesuatu, dalam

artian dapat mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.

2) Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru.

3) Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita milki.

4) Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang.

5) Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus.

6) Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima

informasi.

B. Karangan

1. Pengertian Karangan

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahas tulis kepada pembaca untuk dipahami.

Finoza (2004: 192) mengemukakan bahwa karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan mengulas topik dan tema tertentu.


(9)

Pendapat lain dikemukakan oleh Syafie’ie (1988: 78), mengungkapkan bahwa menulis atau mengarang pada hakikatnya menuangkan gagasan, pendapat, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi kedalam tulisan dan “mengirimkannya” kepada orang lain. Menurut Tarigan (1986: 21) menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca

2. Jenis-jenis Karangan

Mengarang merupakan jenis kegiatan mengemukakan gagasan secara tertulis. Menurut Syafie’ie (1988:41), tulisan pada hakikatnya adalah representasi bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk visual menurut sistem ortografi tertentu. Banyak aspek bahasa lisan seperti nada, tekanan suara, perintah serta beberapa aspek lainnya yang tidak dapat dipresentasikan dalam tulisan. Begitu juga halnya dengan fisik, seperti gerak tubuh tangan, kepala, wajah yang mengiringi bahasa lisan tidak dapat diwujudkan dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu, dalam mengemukakan gagasan secara tertulis, perlu menggunakan bentuk tertentu dalam sebuah karangan. Bentuk-bentuk tersebut, seperti dikemukakan oleh Semi (2003:29) bahwa secara umum karangan dapat dikembangkan dalam empat bentuk yaitu narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.

Nurjamal dalam Sumirat, Darwis (2011: 70) mengemukakan bahwa berdasarkan isi dan sifatnya, karangan terdiri atas: (1) narasi, (2) deskripsi, (3) Ekspositori, (4) Persuasif, (5) Argumentasi. Karena sebuah tulisan


(10)

dibentuk oleh serangkaian alinea/paragraf, maka penjenisan tulisan berdasarkan hal tersebut dapat ditinjau dari komposisi alineanya. Jika semua atau sebagian besar tulisan dibentuk oleh alinea narasi, maka itu adalah sebuah karangan narasi. Begitupun bentuk tulisan lainnya.

C. Karangan Narasi

1. Pengertian Karangan Narasi

Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Didalam kejadian tersebut ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh , dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspitori, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif.

Ada beberapa penjelasan mengenai pengertian karangan narasi yang dikemukakan oleh sejumlah ahli bahasa. Keraf (1981 : 136) mengatakan bahwa karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi satu peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Pendapat senada yang lebih ringkas dikemukakan oleh Remini (2007: 32), yaitu bahwa narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan


(11)

rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Tulisan narasi merupakan sebuah tulisan yang sebagian berisi cerita. Meskipun didalamnya terdapat gambaran-gambaran untuk melengkapi cerita tersebut, namun secara utuh tulisan tersebut bersifat cerita. Karangan narasi adalah sebuah karangan yang menceritakan suatu rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan urutan waktu. Jadi narasi merupakan sebuah karangan yang dibuat berdasarkan urutan waktu kejadian.

Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Semi, (2003:29), Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman nmanusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu

Dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.

2. Ciri-ciri Karangan Narasi

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfliks. Selain alur cerita, konfliks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut :


(12)

b. Keladian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya

c. Berdasarkan konfliks, tanpa konfliks biasanya narasi tidak menarik d. Memiliki nilai estetika

e. Menekankan susunan secara kronologis

Menurut keraf (2000:136) ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut: a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan

b. Dirangkai dalam urutan waktu

c. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi ? d. Ada konflik

Ciri yang dikemukakan Keraf (2000; 136) memiliki kesamaan dengan Atar Semi (2003: 31) bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfliks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan ciri-ciri karangan narasi yaitu (1) berupa rangkaian kejadian atau peristiwa, (2) latar yang berupa latar waktu dan tempat terjadinya peristiwa, (3) alasan atau latar belakang pelaku mengalami peristiwa, (4) ada pelaku atau tokoh yang mengalami peristiwa, dan (5) menekankan susunan kronologis.


(13)

3. Jenis-jenis Karangan Narasi

Secara garis besar narasi bisa dibagi menjadi dua yakni narasi ekspositorik dan narasi sugestif.

a. Narasi Ekspositorik

Berbeda dengan narasi sugestif yang menyajikan karangan dengan bahasa konotasi dan menimbulkan daya imajinasi, ekspositoris adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional. Setelah membaca narasi ekspositoris pembaca mendapatkan pengetahuan atau informasi suatu peristiwa. Sejarah, biografi, dan autobiografi adalah bentuk narasi yang menjelaskan peristiwaperistiwa yang menyangkut riwayat hidup atau pengalaman perorangan atau kelompok dengan penyajian yang berusaha menarik manfaat dari pengalaman tersebut. Ciri-ciri karangan narasi ekspositoris, yakni (1) memperluas pengetahuan, (2) menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian, (3) didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional, dan (4) bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotative (Keraf, 1982 : 138-139).


(14)

b. Narasi sugestif

Narasi sugestif atau imajinatif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Melalui narasi sugestif kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna yang tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif. Narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen dan novel dan roman. Dongeng, cerpen, novel, dan roman merupakan bentuk narasi fiktif dengan

ciri khas yang dimilikinya yaitu adanya alur dan suspensi, latar dan waktu, tokoh dan karakter, sudut pandang dan makna yang terkandung di dalamnya. Berikut ciri-ciri karangan narasi sugestif (1) menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat, (2) menimbulkan daya khayal, (3) penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga penalaran dapat dilanggar, (4) bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikbe ratkan penggunaan kata-kata konotatif, dan (5) banyak menggunakan majas/gaya bahasa (Keraf, 1982: 138-139).

4. Langkah-langkah Karangan Narasi

Di dalam menulis karangan narasi ada langkah-langkah tertentu yang harus diikuti agar hasilnya tersusun secara sistematis. Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Dilanjutkan


(15)

dengan menentukan tema cerita. Tema dapat menjadi penghubung antara setting plot yang satu dengan lainnya sehingga menjadi satu cerita yang utuh. Dalam menulis narasi fiktif penulis juga harus menuliskan unsur tempo waktu yang bertujuan untuk menjalin kejadian dalam kehidupan karakter utama dalam cerita. Penulis narasi fiktif juga perlu menuliskan unsur setting cerita yang tepat dan dapat mendukung jalannya cerita. Berikutnya dalam narasi fiktif perlu adanya penokohan tokoh utama cerita. Adanya dialog yang sesuai dengan tema antartokoh cerita akan sangat membantu membangun karakter tokoh cerita. Jika narasi fiktif ini ingin dapat mencapai tujuan penulisannya, maka perlu ada alur cerita yang mengalir dan enak dibaca. Langkah terakhir adalah membaca ulang narasi fiktif yang telah selesai ditulis (Setiati, 2010:44-46).

Menurut Setiati (2010: 52-53) dalam bukunya yang berjudul Kids

Writer, ada 5 tahap menulis karangan nonfiksi, yakni pertama pra-menulis,

proses berpikir untuk menentukan tujuan tulisan, menyesuaikan gaya bahasa, dan bahasan dengan pembaca serta memilih topik.

D. Penerapan Pendekatan Kooperatif

Ada beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Slavin (2009) pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok.


(16)

Menurut Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksduk. Guru biasanya menempatkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Nur (2000) dalam Widyantini (2006: 4) mengungkapkan, semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Pembelajaran kooperatif didukung oleh teori Vygotski. Dukungan teori Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie dalam Suprijono (2010:56), model pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting


(17)

artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, dan kehidupan bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial tidak akan ada pengetahuan Piaget sebagai pengetahuan sosial.

Dukungan lain dari teory Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah arti penting belajar kelompok. Diantara para pakar terdapat beberapa pendapat tentang pengertian kelompok. Chaplin dalam Suprijono (2010:56) mendefinisikan kelompok sebagai “a collection individuals who

have some characterictic in common or who are pursuing a common goal. Two or more person who interact in any way constitute a group. It is not necessary, however, for the member of a group to interact directly or in face

manner”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa kelompok itu dapat terdiri dari dua orang saja,tetapi juga dapat terdiri dari banyak orang. Chaplin juga mengemukakan bahwa anggota kelompok tidak harus berinteraksi secara langsung yaitu face to face.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pengelolaan kelas lebih efektif.

Roger dan Johnson dalam Suprijono (2012 : 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.


(18)

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan.

Lima unsur tersebut adalah :

1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

5) Group proccesing (pemrosesan kelompok)

E. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif.

Karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada

masing-masing individu.

Karakteristik merupakan perilaku yang tampak dan menjadi karakter dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995), antara lain:

a. Penghargaan kelompok, pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kretaria yang ditentukan

b. Pertanggung jawaban individu, keberhasilan kelompok bergantung dari pembelajaran setiap anggota kelompok. Pertanggung jawaban itu


(19)

menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.

c. Kesempatan yang sama untuk berhasil, pembelajaran kooperatif menggunakan metode penilaian untuk menentukan nilai perkembangan individu. Nilai perkembangan ini berdasarkan pada peningkatan nilai yang diperoleh siswa dari tes awal. Dengan menggunakan nilai ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang maupun tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan berbuat sesuatu yang baik bagi kelompok.

Empat element dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Johnson & Johnson (dalam Rinawati:2002) antara Lain:

a. Saling ketergantungan positif.

Untuk mensukseskan pembelajaran secara kooperatif, siswa harus mengerti pentingnya saling ketergantungan, bahwa sistem harus memiliki persepsi "berenang atau tenggelam bersama.”

b. Adanya interaksi tatap muka langsung.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dengan saling bertatap muka, berhadapan dan berinteraksi secara langsung. Dengan demikian siswa harus mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif dan efisien.

c. Adanya tanggung jawab individu.

Setiap anggota dalam kelompok harus mempelajari materi secara tuntas, belajar kooperatif tidak berbeda dengan belajar tuntas. Sehingga


(20)

dalam pembelajaran kooperatif sangatlah penting pemahaman guru terhadap tingkat kemampuan setiap siswa.

d. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal.

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial, seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadap teman dan dalam mengkritik ide orang lain, berani dalam mengemukakan pendapat dan mempertahankan pendapat, serta berbagai keterampilan sosial sengaja dilatihkan.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman.

Lyman (1985), mengemukakan bahwa “Model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan”.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). Menurut Kunandar (2008:41) Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.

Menurut Arikunto (2009:58), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu perbaikan pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi) ataupun output (hasil belajar) PTK tertuju atau mengenai hal-hal terjadi didalam kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang terjadi pada latar penelitian kelas. PTK sendiri mempunyai pengertian yaitu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelas tertentu melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

1. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Hermawan, R. Dkk (2007:80) yaitu:


(22)

“Problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Karakteristik berikutnya dalam penelitian tindakan kelas yaitu adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas”. 2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama penelitian tindakan kelas dilakukan adalah untuk memperbaiki kualitas belajar siswa. Untuk melakukan perbaikan tersebut digunakan berbagai penelitian anlternatif dalam memecahkan persoalan.

Menurut Bory dalam Hermawan,R (2008:80) tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru dikelasnya sendiri, bukan untuk bertujuan mencapai pengetahuan ilmu dalam bidang pendidikan.

3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Banyak manfaat yang bisa diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas, menurut Hermawan, R.dkk (2007:80) ada 3 komponen dalam pendidikan atau pembelajaran di kelas, yaitu: 1) inovasi pembelajaran, 2) pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas, 3) peningkatan profesionalisme guru.

Dalam kegiatan pembelajaran banyak sekali persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa maupun guru. Dilihat dari aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat untuk membantu guru untuk memahami hakekat secara empirik, bukan pemahaman teoritik saja, sehingga dapat membantu dalam memperbaiki kualitas belajar siswa. Guru yang


(23)

profesional tentunya tidak akan enggan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam praktek pembelajaran yang lebih mengarah ke perbaikan secara profesional untuk mendapatkan hasil kegiatan pembelajaran yang lebih berkualitas.

B. Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendekatan kooperatif sebagai variabel bebas dan kemampuan membaca dan menulis karangan narasi sebagai variabel terikat.

Untuk mengarahkan peneliti untuk pengambilan data maka perlu adanya batasan operasional dalam penelitian, yakni :

a. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan massalah yang dimaksud.

Salah satu metode dari model pembelajaran kooperatif adalah metode


(24)

oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memikirkan jawabannya.

b. Think-Pair-Share

Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit

untuk memberi waktu lebih banyak pada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think-Pair-Share (TPS) sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas. Sebagai suatu model pembelajaran

Think-Pair-Share (TPS) memiliki langkah-langkah tertentu.

Dengan menggunakan prosedur ini, para siswa belajar dari siswa lain dan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya sebelum mengemukakannya di depan kelas. Disini kepercayaan diri siswa akan meningkat dan seluruh siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalam kelas. Para siswa dan guru akan memperoleh pemahaman yang lebih besar akibat perhatian dan partisipasinga dalam diskusi kelas. Hal tersebut ditegaskan oleh Lyman (Mahtum, 2008:14)

Think-pair-share membantu para siswa dalam mengembangkan

pemahaman konsep dan materi pelajaran, mengembangkan kemampuan untuk berbagi informasi dan menarik kesimpulan serta mengembangkan kemampuan mempertimabangkan nilai-nilai dari suatu materi pelajaran.


(25)

Ciri utama pembelajaran kooperatif think-pair-share ada tiga langkah utamanya yang dilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah Think (berpikir secara individu), Pair (berpasangan dengan teman sebangku atau kelompok) dan Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

Fogarty dan Robin (1996, dalam Farida, 2011) menyatakan bahwa Strategi pembelajaran Think-Pair-Share mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :

a. Mudah dilakukan dalam kelas besar

b. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran

c. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan pasangan dalam kelompok atau kelas secara keseluruhan

d. Meningkatkan kemampuan menyimpan isi materi pelajaran dalam jangka panjang

Dengan keuntungan tersebut diharapkan dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa untuk mengeluarkan pemdapatnya, serta meningkatkan berpikir kritis pada siswa.

Teknik belajar mengajar think-pair-share yang disebutkan Fogarty dan Robin (1996, dalam Farida, 2011) siswa dilatih untuk banyak berpikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman


(26)

sekelas, sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir pada diri siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.

Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan

keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share(TPS) adalah : a. Pendahuluan

Fase 1 : Persiapan

1) Guru melakukan apersepsi

2) Guru menjelaskan tentang pembelajaran TPS 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4) Guru memberikan motivasi

b. Kegiatan Inti


(27)

Langkah pertama

1) Menyampaikan pertanyaan : guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan

2) Siswa memperhatikan/ mendengarkan dengan aktif penjelasan dan pertanyaan dari guru.

Langkah kedua

1) Berpikir : Siswa berpikir secara individual

2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing.

Langkah ketiga

1) Berpasangan : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan

2) Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sebagai lembar kerja, kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara berkelompok.


(28)

Langkah keempat

1) Berbagi : siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas

2) Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas. Individu/ kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.

3) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan, dan memberikan pujian bagi kelompok yang berhasil baik dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik (jika ada)

Fase 3 : Penutup

1) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan.

2) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri

3) Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal evaluasi

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Pembelajaran kooperatif akan membantu siswa dalam membangun sikap positif dalam pembelajaran


(29)

Bahasa Indonesia. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah.

Think-Pair-share adalah salah satu tipe dalam pembelajaran

kooperatif, yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru. Dalam

think-pair-share memiliki keistimewaan, yaitu siswa selain bisa

mengembangkan kemampuan individunya sendiri, juga bisa mengembangkan kemampuan berkelompoknya. Think-pair-share

digunakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dengan tujuan membantu siswa mengatasi masalah-masalah pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh bisa meningkat.

Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain berasal dari segi siswa, yakni: siswa – siswa yang pasif, dengan metode ini mereka akan ramai dan mengganggu teman-temannya. Tahap pair siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi bersama pasangan satu bangku dengannya tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara diluar materi pelajaran. Model pembelajaran think-pair-share diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab antara komunikasi yang satu dengan yang lainnya. Kemampuan siswa dalam membaca dan menulis karangan narasi adalah nilai yang diperoleh siswa dilakukan tes terhadap materi tertentu.


(30)

C. Desain Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang bersifat perbaikan khususnya dalam tindakan yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki kualitas membaca dan menulis siswa ke arah yang lebih baik. Karena merupakan bentuk perbaikan, maka pelaksaannya pun tidak hanya dilakukan dalam sekali tindakan saja melainkan beberapa tindakan penelitian atau disebut siklus.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan, kualitas praktek pembelajaran, meningkatkan mutu hasil pendidikan, dan meningkatkan efisiensi pengolahan pendidikan. Penelitian tindakan kelas ini mendorong guru agar membangkitkan kinerjanya dalam mengelola kelas sehingga dapat lebih profesional.

beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Untuk lebih jelasnya bisa dililhat pada gambar berikut :

Gambar 3.1

Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas


(31)

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Yang seyogianya dilakukan si peneliti (dalam penelitian pendidikan) pada tahapan perencanaan tindakan adalah : 1) menyusun rencana pembelajaran yang meliputi : a) materi pembelajaran, b) skenario pembelajaran, c) alokasi waktu, d) media, e) sumber pelajaran, f) evaluasi, 2) membuat lembaran observasi, dan 3)

Perencanaan

Pelaksana Refleksi I

Pengamatan

SIKLUS I

Perencanaan

Pelaksana Refleksi II

Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksana Refleksi

berikutnya

Pengamatan


(32)

menetapkan cara pelaksanaan refleksi setelah pelaksanaan pembelajaran.

b. Tahap Tindakan Pelaksanaan

Pada tahap ini, si peneliti melakukan tindakan dalam bentuk mengobservasi dan juga melakukan proses pembelajaran. Ini dilakukan, sebab si peneliti sendiri merupakan observasor dan sekaligus sebagai obyek yang diteliti. Dengan kata lain, si peneliti melakukan observasi berperanserta.

c. Tahap Pengamatan atau Observasi

Pada tahap pengamatan dan observasi, si peneliti melihat secara langsung subyek yang diteliti. Baik berkaitan dengan perilaku pendidik dan siswa dalam proses pembelajaran, dan ataupun administrasi sekolah yang dibutuhkan. Tentu saja, si peneliti sudah mempersiapkan pedoman observasi yang telah disusun sebelumnya.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi, si peneliti dapat mengetahui keunggulan dan ataupun kelemahan kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan dirinya ataupun guru lain di kelas. Setelah diketahui kelemahannya, si peneliti bersama-sama teman sejawat, kepala sekolah dan kalau perlu dengan dosen pembimbing melakukan diskusi


(33)

tentang hasil pembelajaran yang masih dianggap belum optimal. Langkah berikutnya, si peneliti menyusun kembali rencana pembelajaran yang akan diactionkan pada siklus berikutnya. Proses ini dilakukan pada setiap siklus. (TR Burhanuddin, 2010 : 21-22).

D. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini bersifat melakukan perbaikan dalam pembelajaran. Kajian ini bermaksud mengungkapkan tentang kemampuan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis karangan narasi dalam menentukan unsur karangan. Oleh karena itu metode yang dianggap layak dalam kajian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Class

Room), sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kooperatif tipe think-pair-share yaitu pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa

untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh (Holubec dalam Nurhadi).

Menurut sudarsono dalam Kasbolah (1997/ 1999: ) penetapan tindakan dalam penelitian didasarkan atas ( a ) kajian teori atau penelitian yang relevan, ( b ) kesanggupan yang akan diteliti, ( c ) kemampuan siswa, ( d ) fasilitas dan saran prasarana yang tersedia atau yang memadai, ( e ) iklim suasana di kelas dan fasilitas di sekolah. Atas dasar kelima aspek diatas maka peneliti memilih model


(34)

pendekatan kooperatif dengan tipe Think-Pair-Share untuk menyelesaikan permasalahan tentang pembelajaran membaca dan menulis karangan.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat emapat tahapan yang lazim, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini adalah tindakan apa yang harus dilakukan pertama kali peneliti minta ijin kepada pihak sekolah untuk mengadakan penelitian, kemudian menyiapkan indikator yang akan diteliti beserta tolak ukur keberhasilan peneliti yang akan dilaksanakan. Kemudian bersama pihak guru yang tentunya faham dalam PTK untuk membantu.

Pada penelitian ini yang dijadikan tolak ukur pelaksanaan pendekatan kooperatif tipe Think-Pair-Share, yaitu siswa dapat mengetahhui informasi tentang unsur karangan melalui teman, yaitu : 1) siswa mampu menyebutkan unsur karangan dengan berpasangan bersama teman sebangkunya, 2) siswa mampu menginformasikan kepada teman yang lainnya, 3) siswa mampu membuat karangan sesuai dengan tema.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam pembelajaran adalah kinerja guru dalam melaksanakan atau menerapkan pendekatan kooperatif tipe

Think-Pair-Share dan aktivitas siswa selama dilaksanakan atau diterapkan

pendekatan kooperatif tipe Think-Pair-Share, guru memberikan pelajaran tentang mengarang dengan pendekatan tersebut.


(35)

c. Pengamata (observasi)

Observasi dilaksanakan pada pelaksanaan tertentu, peneliti sebagai observer yang akan mengobservasi tentang efektifitas siswa dalam pembelajaran mengarang dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe

Think-Pair-Share. Dalam observasi pun harus mendapatkan data yang nyata

dilapangan, pada saat belajar harus mencatat hasil dilapangan. Pada tahap ini dapat diketahui apakah penerapan dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Think-Pair-Share akan mempengaruhi ke arah positif dalam belajar. d. Refleksi

Refleksi merupakan hal yang penting untuk memberi makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi. Hal dilakukan saat refleksi adalah melakukan analisis, mengevaluasi atau mendiskusikan data yang harus diperoleh, penyusunan rencana tindakan yang hasilnya diperoleh melalui observasi.

Data yang telah dikumpulkan dalam observasi harus secepatnya diinterpretasikan (diberi makna) sehingga diberi tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Jika dalam interpretasi belum mencapai tujuan penelitian, selanjutnya dilakukan langkah-langkah perbaikan.

Metode Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan metode yang digunakan untuk perbaikan kualitas pembelajaran peserta didik. Karena bersifat perbaikan, maka pelaksanaannyapun tidak hanya dalam satu kali pertemuan melainkan diperlukan berulang-ulang dari siklus satu ke siklus berikutnya, sehingga hasil pembelajaran dapat optimal.


(36)

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Pangulah Baru 1 Kecamatan Kotabaru Karawang. Karakteristik lokasi dan subjek penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

Dalam penilitian ini sudah ditentukan mengambil lokasi di SDN Pangulah Baru I. Letak geografis SD Negeri Pangulah Baru I berada di Kecamatan Kotabaru di daerah pedesaan yang terletak di dalam pemukiman warga.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN Pangulah Baru I dengan jumlah siswa 32 orang, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan dengan tingkat intelegensi yang berbeda. Pertimbangan mengambil subjek penelitian tersebut karena siswa kelas V SDN Pangulah Baru I telah mampu bekerja secara kelompok, interaktif dalam bertukar pikiran.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan penilaian melalui tes tulis. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data (Performance). Penilaian tes tulis merupakan penilaian yang dilakukan dengan menugaskan siswa untuk menuliskan atau membuat sebuah karangan.

Penilaian ini mempunyai dua bagian : tugas atau latihan dan panduan penskoran. Panduan penskoran bisa memberikan point untuk fitur spesifik atau produk yang ada. Untuk proses atau produk yang lebih kompleks, yang mungkin


(37)

mempunyai rubrik untuk menilai kualitas yang mempunyai dimensi rata-rata, seperti ide, suara, pilihan kata, kelancaran kalimat, dan kebiasaan menulis, dan penggunaan bahasa dalam presentasi secara oral.

Menjelaskan definisi dan unsur-unsur pokok dalam tulisan narasi, 1) Siswa diminta menulis sebuah karangan narasi,

2) Memberi penilaian berdasarkan indikator yang dinilai.

Hasil produk menulis karangan narasi dilaksanakan sebanyak dua kali. Sebelum menggunakan metode kooperatif tipe think-pair-share dan ketika pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe think-pair-share. Sebelum menulis narasi siswa terlebih dahulu diberi arahan bagaimana langkah-langkah dalam menulis karangan narasi dan bagaimana penilaiannya.

Tabel 3.1

kriteria penilaian membaca dan menulis karangan narasi

No Aspek yang dinilai Hasil Penelitian Skor SB B C K SK

1 Tema 10

2 Struktur Narasi 40

3 Tata Bahasa 15

4 Diksi 25

5 Ejaan 10


(38)

Tabel 3.2

Nilai Aktivitas yang dilakukan Siswa

Nilai Keterangan

10-29 E = Sangat Kurang 30-49 D = Kurang

50-69 C = Cukup 70-89 B = Baik 90-100 A = Baik Sekali

Adapun lembar observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran dengan pendekatan Think-Pair-Share.

Tabel 3.3

Format Observasi Kegiatan Guru saat KBM

Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Y T Keterangan Y T Keterangan Kegiatan Pendahuluan

- Pengkondisian siswa, berdoa dan absensi - Apersepsi dan

motivasi siswa - Respon siswa

terhadap penjelasan penyampaian tujuan pembalajaran


(39)

dan aturan main TPS

Kegiatan Inti

- Respon siswa ketika diberi pernyataan awal yang berkaitan dengan pengalam pribadi - Respon siswa

terhadap penyampaian materi yang diberikan guru sesuai media

 Tahap Think - Kegiatan siswa

dalam mengerjakan LKS I (individu)

 Tahap Pair - Mengorganisasi

kan siswa dalam kelompok berpasangan - Kegiatan siswa

dalam

mendiskusikan LKS 2 (pair) - Kemampuan


(40)

siswa di tiap kelompok ketika mengisi soal dalam LKS

 Tahap Share - Kemampuan

perwakilan siswa di tiap kelompok dalam

mempersentasik an hasil diskusi tentang

membaca dan menulis karangan - Respon siswa

terhadap kegiatan diskusi kelas

 Pengelolaan sumber belajar interaksi siswa dengan : - Sumber

belajar/media - Siswa lain - Guru

 Strategi pembelajaran - Kegiatan belajar


(41)

setiap tahapan proses

pembelajaran TPS yang dilaksanakan guru

- Kegiatan kualitas fisik dan mental (berpikir) siswa selama proses pembelajaran TPS

Kegiatan Penutup Refleksi pembelajran

- Respon siswa pada saat menerima pengakuan atau penghargaan terhadap apa yang mereka capai dalam pembelajaran TPS


(42)

Adapun lembar kerja siswa sebagai berikut : a. Jenis penilaian : Tes

b. Bentuk penilaian : Tulis

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dianalisis melalui tahap-tahap berikut. Pertama, mengoreksi hasil tulisan siswa. Menganalisis data berupa kemampuan penalaran induktif dalam tulisan narasi.

Pada penilaian ini digunakan metode deskriptif. Dengan membandingkan nilai belajar siswa sebelum menggunakan metode yang dipakai untuk penelitian dan setelah menggunakan metode tersebut.

� − = ℎ � ℎ �

� � � (Sudjana, 2001:109)

Jumlah hasil kognitif siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

� � �� � =Jumlah jawaban yang benar

Jumlah seluruh soal x 100%

(Nasution, 1996:124)

Kategori nilai ditetapkan dengan skala % 50% - 59% = Kurang Baik

60% - 69% = Cukup Baik

70% - 79% = Baik


(43)

H. Indikator Pencapaian Keberhasilan Siklus

Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat dari (1) peningkatan proses pembelajaran membaca, (2) meningkatnya kemampuan siswa. Keberhasilan tindakan ditekankan pada proses berlangsungnya penelitian dengan indikator keberhasilan yang perlu disiapkan sebagai tolak ukur ketercapaian target dalam penerapan tindakan.

1) indikator keberhasilan menulis karangan narasi

Tabel 3.4

Indikator keberhasilan menulis karangan narasi

No Indikator Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2

1 Jika siswa mampu menyebutkan unsur narasi

2 Jika siswa mampu menjawab isi pertanyaan

3 Jika siswa mampu menulis karangan dengan

menggunakan media gambar 4 Jika siswa mampu

menceritakan kembali isi cerita.


(44)

Windi Widiastuti, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Dari penelitian tindakan yang telah dilaksanakan di SDN Pangulah Baru I Kecamatan Kota Baru tentang peningkatan membaca dan menulis karangan narasi dengan menggunakan penerapan pendekatan kooperatif tipe think-pair-share, dapat disimpulkan bahwa :

1. Penelitian proses pembelajaran bahasa Indonesia aspek membaca dan menulis karangan narasi di SDN Pangulah Baru I Kecamatan Kota Baru, sebelum diterapkan pendekatan kooperatif kurang memuaskan, hal ini dapat dilihat pada proses hasil tes evaluasi yang dilakukan pada observasi awal aktifitas siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung kurang aktif. Ini dapat dilihat dari minat belajar siswa dalam aspek membaca dan menulis karangan narasi sangat kurang dan hasil karangannya tidak beraturan.

2. Aktivitas siswa selama pembelajaran membaca dan menulis karangan narasi dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe think-pair-share mulai tampak aktif dan kreatif dalam meningkatkan ide atau gagasannya. Siswa cukup antusias mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat pada semangat mereka pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan pendekatan kooperatif ini berguna agar siswa mudah menentukan unsur narasi.


(45)

3. Hasil menulis karangan narasi dengan penerapan pendekatan kooperatif

tipe think-pair-share ini terlihat adanya peningkatan secara signifikan,

walaupun belum sepenuhnya meningkat dari kriteria penentuan belajar yang terlihat dari data akhir. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata evaluasi pada setiap siklus. Hasil evaluasi pada pra siklus sebesar 52, pada siklus pertama cukup meningkat menjadi sebesar 63, dan pada siklus ketiga meningkat lagi menjadi 72. Pada pra siklus hanya 14 orang siswa, pada siklus pertama meningkat menjadi 17 orang siswa (55%) dinyatakan lulus, dan pada siklus kedua menjadi 25 orang siswa (80%) dinyatakan lulus dengan hasil yang cukup memuaskan.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, selanjutnya dapat dikemukakan rekomendasi sebagai berikut :

1. Guru harus dapat menentukan strategi pembelajaran dan metode yang tepat dalam pembelajaran agar siswa lebih bermotivasi dalam menulis. Penggunaan metode kooperatif tipe think-pair-share lebih menggali daya nalar siswa dalam mengeksplorasi ide atau gagasannya kedalam bahasa tulis.

2. Kebiasaan menulis bagi siswa hendaknya dibudayakan sejak dini sebagai kegiatan yang menyenangkan, sehingga siswa tidak enggan untuk menulis dan tidak tahu untuk apa ia menulis.


(46)

3. Untuk penelitian selanjutnnya, diharapkan peneliti dapat mengembangkan metode kooperatif yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.


(47)

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, S. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Asmani, J. M. (2011). Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press.

DePorter, B. (2009). Quantum Writer Menulis Dengan Mudah, Fun, dan Hasil Memuaskan. Bandung: Mizan Pustaka.

Finoza, L. (2004). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Forida, L. (2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SD. Skripsi. FIP: UPI. Tidak

Diterbitkan.

Hamid, M. S. (2011). Standar Mutu Penilaian Dalam Kelas Sebuah Panduan Lengkap dan

Praktis . Jogjakarta: DIVA Press.

Isjoni. (2011). Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta.

Iskandarwahidi, & Suhendar, D. (2011). Strategi Pembalajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Keraf, G. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Keraf, G. (2010). Eksposisi dan Narasi. Ende: Yayasan Kanisius.

Lie, A. (2007). Cooperatif Learning: Mempraktikan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang

Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Nurjamal, D., Sumirat, W., & Darwis, R. (2011). Terampil Berbahasa Menyusun Karya Tulis

Akademik, Memandu Acara (MC Moderator) dan Menulis Surat. Bandung: Alfabeta.

TR, Burhanudin. (2010). Pendekatan Metode dan Teknik Penelitian Pendidikan . Purwakarta: UPI.

Semi, M. Atar. (2003). Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya

Slavin, R. E. (2005). Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik . Bandung: Nusa Media. Suprijono, A. (2012). Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Supriyadi, dkk. (1994). Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta. Depdikbud


(48)

Percetakan Angkasa

Tarigan, Henry Guntur, (1986). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Henry Guntur, (1989). Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Peneliltian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud

Toha, R. K., & Sarumpaet. (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Yoni, S. A. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Kemampuan Menulis

Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.

Yuliani, N. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dalam Pembelajaran IPS di SD .


(1)

46

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Indikator Pencapaian Keberhasilan Siklus

Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat dari (1) peningkatan proses pembelajaran membaca, (2) meningkatnya kemampuan siswa. Keberhasilan tindakan ditekankan pada proses berlangsungnya penelitian dengan indikator keberhasilan yang perlu disiapkan sebagai tolak ukur ketercapaian target dalam penerapan tindakan.

1) indikator keberhasilan menulis karangan narasi

Tabel 3.4

Indikator keberhasilan menulis karangan narasi

No Indikator Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2

1 Jika siswa mampu menyebutkan unsur narasi

2 Jika siswa mampu

menjawab isi

pertanyaan

3 Jika siswa mampu menulis karangan dengan

menggunakan media gambar 4 Jika siswa mampu

menceritakan kembali isi cerita.


(2)

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Dari penelitian tindakan yang telah dilaksanakan di SDN Pangulah Baru I Kecamatan Kota Baru tentang peningkatan membaca dan menulis karangan narasi dengan menggunakan penerapan pendekatan kooperatif tipe think-pair-share, dapat disimpulkan bahwa :

1. Penelitian proses pembelajaran bahasa Indonesia aspek membaca dan menulis karangan narasi di SDN Pangulah Baru I Kecamatan Kota Baru, sebelum diterapkan pendekatan kooperatif kurang memuaskan, hal ini dapat dilihat pada proses hasil tes evaluasi yang dilakukan pada observasi awal aktifitas siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung kurang aktif. Ini dapat dilihat dari minat belajar siswa dalam aspek membaca dan menulis karangan narasi sangat kurang dan hasil karangannya tidak beraturan.

2. Aktivitas siswa selama pembelajaran membaca dan menulis karangan narasi dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe think-pair-share mulai tampak aktif dan kreatif dalam meningkatkan ide atau gagasannya. Siswa cukup antusias mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat pada semangat mereka pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan pendekatan kooperatif ini berguna agar siswa mudah menentukan unsur narasi.


(3)

78

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Hasil menulis karangan narasi dengan penerapan pendekatan kooperatif

tipe think-pair-share ini terlihat adanya peningkatan secara signifikan,

walaupun belum sepenuhnya meningkat dari kriteria penentuan belajar yang terlihat dari data akhir. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata evaluasi pada setiap siklus. Hasil evaluasi pada pra siklus sebesar 52, pada siklus pertama cukup meningkat menjadi sebesar 63, dan pada siklus ketiga meningkat lagi menjadi 72. Pada pra siklus hanya 14 orang siswa, pada siklus pertama meningkat menjadi 17 orang siswa (55%) dinyatakan lulus, dan pada siklus kedua menjadi 25 orang siswa (80%) dinyatakan lulus dengan hasil yang cukup memuaskan.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, selanjutnya dapat dikemukakan rekomendasi sebagai berikut :

1. Guru harus dapat menentukan strategi pembelajaran dan metode yang tepat dalam pembelajaran agar siswa lebih bermotivasi dalam menulis. Penggunaan metode kooperatif tipe think-pair-share lebih menggali daya nalar siswa dalam mengeksplorasi ide atau gagasannya kedalam bahasa tulis.

2. Kebiasaan menulis bagi siswa hendaknya dibudayakan sejak dini sebagai kegiatan yang menyenangkan, sehingga siswa tidak enggan untuk menulis dan tidak tahu untuk apa ia menulis.


(4)

79

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Untuk penelitian selanjutnnya, diharapkan peneliti dapat mengembangkan metode kooperatif yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.


(5)

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, S. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Asmani, J. M. (2011). Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press.

DePorter, B. (2009). Quantum Writer Menulis Dengan Mudah, Fun, dan Hasil Memuaskan. Bandung: Mizan Pustaka.

Finoza, L. (2004). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Forida, L. (2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SD. Skripsi. FIP: UPI. Tidak

Diterbitkan.

Hamid, M. S. (2011). Standar Mutu Penilaian Dalam Kelas Sebuah Panduan Lengkap dan

Praktis . Jogjakarta: DIVA Press.

Isjoni. (2011). Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta.

Iskandarwahidi, & Suhendar, D. (2011). Strategi Pembalajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Keraf, G. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Keraf, G. (2010). Eksposisi dan Narasi. Ende: Yayasan Kanisius.

Lie, A. (2007). Cooperatif Learning: Mempraktikan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang

Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Nurjamal, D., Sumirat, W., & Darwis, R. (2011). Terampil Berbahasa Menyusun Karya Tulis

Akademik, Memandu Acara (MC Moderator) dan Menulis Surat. Bandung: Alfabeta.

TR, Burhanudin. (2010). Pendekatan Metode dan Teknik Penelitian Pendidikan . Purwakarta: UPI.

Semi, M. Atar. (2003). Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya

Slavin, R. E. (2005). Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik . Bandung: Nusa Media. Suprijono, A. (2012). Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Supriyadi, dkk. (1994). Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta. Depdikbud


(6)

Windi Widiastuti, 2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan , Henry Guntur. (2008). Membaca sebagai suatu keterampilan bahasa. Bandung: Percetakan Angkasa

Tarigan, Henry Guntur, (1986). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, Henry Guntur, (1989). Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Peneliltian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud

Toha, R. K., & Sarumpaet. (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Yoni, S. A. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Kemampuan Menulis

Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.

Yuliani, N. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dalam Pembelajaran IPS di SD .


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Pada Siswa Kelas V Di MIN 6 Jagakarsa, Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2012/2013

0 5 186

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Juwiring

0 0 15

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA SEKOLAH DASAR.

0 1 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN SISWA SEKOLAH DASAR.

0 3 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK.

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9

Meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa madrasah tsanawiyah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

0 0 8