PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG, INSIDER OWNERSHIP DAN FIRM SIZE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BEI TAHUN 2006- 2009.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

DYAH KURNIA HANDAYANI 0812010004 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Disusun oleh:

DYAH KURNIA HANDAYANI 0812010004 / FE / EM Telah Dipertahankan Dihadapan

Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur

pada tanggal 09 Desember 2011.

Pembimbing Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi Dr. Muhadjir Anwar, MM Sekretaris

Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi

Anggota

Dra. Ec. Hj. Kustini, MSi

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM NIP. 196309241989031001

MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BEI

TAHUN 2006- 2009


(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

“Pengaruh Kebijakan Hutang, Insider Ownership Dan Firm Size Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di Bei Tahun 2006-2009”.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra.Ec.Tri Kartika P.MSi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya


(4)

6. Kepada kedua orangtuaku dan Kakak dan Adikku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Salam hormat,

Surabaya, Nopember 2011


(5)

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

ABSTRAKSI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Landasan Teori... 15

2.2.1 Teori Keagenan ... 15

2.2.1.1. Masalah Keagenan ... 15

2.2.1.2. Biaya Keagenan... 17

2.2.1.3. Cara Mengatasai Biaya Keagenan ... 17

2.2.2 Kebijakan Hutang Perusahaan ... 18

2.2.2.1.Pengertian Hutang ... 18

2.2.2.2. Jenis-Jenis Hutang ... 19

2.2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Hutang ... 21

2.2.3. Insider Ownership ... 22

2.2.4. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 23

2.2.5. Nilai Perusahaan ... 24


(6)

2.3.3. Teori Yang Melandasi Kebijakan Perusahaan Dalam

Meningkatkan Nilai Perusahaan ... 29

2.4 Kerangka Berpikir ... 30

2.5 Hipotesis... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Pengukuran Variabel ... 31

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 33

3.2.1. Populasi... 33

3.2.2. Sampel... 35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.3.1 Jenis Data ... 36

3.3.2 PEngumpulan Data ... 36

3.3.3 Sumber Data ... 37

3.4. Uji Normalitas... 37

3.5. Uji asumsi Klasik ... 37

3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 39

3.6.1. Uji Hipotesis ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 42

4.1.1.PT.Lion Mesh Prima, Tbk... 42

4.1.2 PT.Lion Metal Works,Tbk …………... ... 43

4.1.3 PT. Alumindo Light Metal Industry…... . 43

4.1.4 PT.Gudang Garam,Tbk... ... 44

4.1.5. PT.Sumi Indo Kabel,Tbk ... 45


(7)

4.1.11. PT.Indika Energy,Tbk... 50

4.1.12. PT.Indo Tambang Raya,Tbk ... 51

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

4.2.1. Insider Ownership ... 51

4.2.2. Firm Size ... 53

4.2.3. Rasio Leverage/DR ... 55

4.2.4. Nilai Perusahaan (PBV) ... 58

4.3. Uji Normalitas... 59

4.3.1. Uji Asumsi Klasik... 62

4.4. Analisa Model Dan Pengujian Hipotesis ... 66

4.4.1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 66

4.4.2. Uji F ... 68

4.4.3. Uji t ... 69

4.5. Pembahasan ... 70

4.5.1. Pengaruh insider ownership Terhadap Nilai Perusahaan ... 70

4.5.2. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan 71 4.5.3. Pengaruh Firm size Terhadap Nilai Perusahaan ... 72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kesimpulan... 75

5.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Tabel 4.1. Insider Ownership Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009 . 52

Tabel 4.2. Firm Size Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009... 54

Tabel 4.3 Leverage Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009 ... 56

Tabel 4.4 Debt Ratio Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009... 58

Tabel 4.5. Uji Normalitas ... 60

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Dengan Transformasi... 61

Tabel 4.7. Uji Kualitas Data ... 62

Tabel 4.8. Uji Durbin Watson ... 63

Tabel 4.9. Uji Autokorelasi ... 64

Tabel 4.10. Nilai VIF ... 65

Tabel 4.11 Korelasi Rank Spearman ... 66

Tabel 4.12. Analisis Regresi Linear Berganda... 67

Tabel 4.13. Uji F... 68

Tabel 4.14 Uji t... 69


(9)

(10)

Lampiran 1 : Tabulasi Data Keuangan Lampiran 2 : Hasil Uji Normalitas Lampiran 3 : Hasil Uji Asumsi Klasik

Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda


(11)

Dyah Kurnia Handayani Abstraksi

Pasar modal Indonesia yang dikatagorikan sebagai pasar modal yang sedang tumbuh memiliki potensi yang tinggi untuk memberi kontribusi dalam ekonomi lndonesia. PT. Bursa Efek lndonesia sebagai salah satu bursa yang menjadi acuan pasar modal Indonesia yang didominasi emiten industri manufaktur. Seperti diketahui bahwa krisis ekonomi lndonesia berdampak pada nilai fundamental perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai perusahaan yang kurang stabil. Hal ini disebabkan karena sektor perusahaan manufaktur kurang mendapat perhatian dari investor yang mengakibatkan saham emiten perusahaan manufaktur kurang likuid sehingga saham emiten manufaktur hanya bergerak aktif di saat tertentu saja.

Populasi dalam penelitian ini adalah aporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tahun 2006 – 2009 dimiliki oleh sampel sebesar 13 perusahaan. Teknik sampel yang digunakan adalah

purposive sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berasal dari perusahaan. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan dari hasil penelitian 1). Insider ownership berpengaruh

terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. 2).Firm size

berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI..3).Tingkat hutang atau leverage perusahaan manufaktur berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI.


(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu industri kreatif adalah kerajinan dan termasuk di dalamnya adalah barang kerajinan emas. Emas tak sekedar perhiasan saja, perkembangan industri maupun fashion dalam mengolah logam mulia ini pun telah mengembangkan berbagai produk perhiasan emas baik untuk dipakai maupun untuk dipajangan. Oleh karena itu sudah saatnya barang-barang emas ditangani secara serius oleh pemerintah melalui standardisasi, guna meningkatkan daya saing baik di pasaran domestik maupun internasional.Indriastuti dan Rufaidah, (2010: 2).

Sudah sejak dahulu dalam perdagangan emas bahwa kadar emas dinyatakan dalam satuan karat, akan tetapi akhir-akhir ini kadar dinyatakan dalam persen. Sebagian besar dari masyarakat saat melakukan transaksi emas berpedoman pada “karat”, jarang mengenal atau menggunakan “persen” sebagai cara untuk mengetahui kandungan emas dari barang yang dibeli. Kadang di sini konsumen dimainkan oleh pedagang karena ketidaktahuan tentang perhitungan kadar. Persyaratan mutu yang telah tercantum dalam SNI 13-3487-1995 Barang- barang emas, kadarnya sudah disetarakan antara karat dengan persen dan sudah mencantumkan tingkat kemurnian namun titik beratnya masih kepada kadar emas yang dinyatakan dalam karat. Sedang persyaratan mutu pada SNI Barang-barang emas tahun 2005 hanya mencantumkan kadar (%) dan karatnya saja, belum


(13)

Perhiasan-perhiasan yang diproduksi dan dipasarkan, terbuat dari berbagai macam bahan, seperti platinum, emas, perak, nikel dan lain-lain. Dari semua produk perhiasan yang dipasarkan perhiasan emas merupakan salah satu perhiasan yang penjualannya sangat sensitif. Dari waktu ke waktu harga emas murni terus melonjak, sehingga hal ini menjadi suatu fenomena tersendiri bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis perhiasan emas. Adapun sensitifnya harga jual perhiasan emas dikarenakan harga material utamanya yaitu mas murni, sangat tergantung pada faktor-faktor lain seperti nilai minyak mentah, nilai tukar mata uang, dan lain-lain. Sikap seseorang terhadap atribut produk dapat berbeda-beda karena keyakinan atau kepercayaan konsumen serta evaluasi terhadap atribut yang dimiliki produk tersebut. Disamping itu masih ada faktor lain yang turut berpengaruh yang pada akhirnya akan menentukan minatnya membeli suatu produk.

Dalam penelitian ini sikap merupakan faktor yang mendapatkan perhatian dari peneliti, karena sikap merupakan faktor yang tepat untuk memprediksi atau meramalkan perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Jadi dengan mempelajari sikap konsumen diharapkan dapat menentukan apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.


(14)

Sikap adalah evaluasi kognitif seseorang yang berlangsung terus menerus, perasaan emosionalnya, kecondongan bertindak kearah sasaran atau gagasan tertentu (William J Stanton 1985; 161), sedangkan menurut Kotler (2002; 200) sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.

Gaya hidup merupakan salah satu indicator dari factor pribadi yang turut berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Jika diartikan gaya hidup merupakan pola hidup didunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas social seseorang dan menggambarkan bagaimana mereka menghabiskan waktu dan uangnya. Oleh karena itu dalam kaitannya sebagai factor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen gaya hidup sering dikaitkan dengan produk dan jasa tertentu yang berhubungan dengan kelas sosial seseorang. Dimana dalam keputusan pembelian harga bukan menjadi pertimbangan utama namun prestise, kenyaman, dan penerimaan lingkungan menjadi pendorong kuat dalam pertimbangan pembelian. Octavia, (2010: 28).

Perhiasan bagi sebagian besar perempuan memiliki makna yang berbeda selain untuk mempercantik penampilan. Perhiasan memberikan kepercayaan diri


(15)

produsen semakin beragam dan memunculkan keinginan yang juga beragam. Salah satunya perhiasan yang cukup diminati adalah emas putih. Trend ditahun 2009 untuk jenis perhiasan perempuan, emas putih menduduki peringkat kedua setelah berlian.

Secara teori, emas putih berbeda dengan emas kuning.Emas putih adalah campuran emas dengan logam lain berwarna putih seperti nikel (Ni), perak (Ag), palladium (Pd), platinum (Pt), maupun rhodium (Rh). Campuran logam putih mampu mengubah warna emas dari kuning menjadi putih. Banyak pencinta perhiasan yang beralih membeli emasputih, disamping sebagai alternative investasi, menggunakan emas putih dianggap lebih fresh, elegan dan tidak mencolok. Perilaku pembelian emas putih tidak terlepas dari gaya hidup. Namun apakah terdapat pengaruh gaya hidup terhadap perilaku pembelian konsumen memerlukan pengkajian secara empiris.

Penelitian ini dilakukan di Pusat kota Surabaya di perbelanjaan toko emas dimana di tempat tersebut adalah pasar yang cukup strategis letaknya di tengah kota Surabaya sebagai lalu lintas perdagangan, khususnya perdagangan emas. Beberapa alasan penyebab perhiasan emas lebih diminati daripada perhiasan perak adalah disebabkan oleh beberapa motif pembelian perhiasan emas seperti dapat meningkatkan gengsi, spekulasi atau investasi. Sedangkan perhiasan perak kurang dapat mernenuhi motif tersebut, khususnya motif spekulasi dan investasi


(16)

kuning, emas putih boleh jadi 18 karat, 14 karat, 8 karat atau mana mana karat yang sesuai. Emas putih 18 karat adalah campuran 75 peratus emas dan 25 peratus lain lain logam seperti perak dan palladium.

http://toyu2u.wordpress.com/2008/08/24/apakah-emas-putih/,namun akhir-akhir ini emas putih banyak yang dipalsukan sehinggan banyak konsumen yang beralih ke emas kuning, berikut adalah data tentang pembelian emas putih di Toko Mas Gajah Surabaya.

Tabel 1.1. Data penjualan emas putih di Toko Mas Gajah Surabaya

Tahun Target Penjualan Realisasi Penjualan

2007 400000000 545420055

2008 400000000 535670400

2009 400000000 470600321

2010 400000000 345200150

Sumber: toko Toko Mas Gajah Surabaya /2010.

Berdasarkan gambaran data di atas menunjukkan bahwa pembelian dan penjualan emas putih yang dilakukan di pasaran mengalami penurunan hal ini dapat disebabkan kondisi masing-masing pelanggan."Pelanggan atau konsumen yang berfikir rasional dalam kehidupannya dan juga banyak yang menjual, karena kebutuhan mereka. Bukan karena emas yang lagi naik. Lagi pula naiknnya masih sedikit. Apalagi menjelang hari raya ini, banyaknya tindak kriminalitas yang


(17)

sekedar investasi tetapi juga ada motif seperti gaya hidup masing-masing konsumen yang membelinya, serta sikap yang membentuk mereka dalam memutuskan untuk pembelian emas putih.

Jakarta - Harga emas dunia yang terus merangkak naik, membawa dampak kepada penjualan perhiasan logam mulia emas di dalam negeri. Kenaikan harga emas tercatat tipis dibawah 10%, namun terjadi penurunan pembelian atas perhiasan emas. Berdasarkan pantauan detik Finance di beberapa toko perhiasan di Jakarta, ada beberapa pengelola yang menaikkan harga jual emas. Seperti pada toko Diamond di pusat belanja Cijantung Jakarta Timur. Di sini, emas dengan kadar 23 dan 24 karat naik Rp 10 ribu per gram, dari harga minggu sebelumnya. "Harga emas kami naikan Rp 10 ribu, dari harga kemarin. Tentu ada pengaruh dari harga emas dunia yang naik. Kita mengikuti saja”.Minggu (22/11/2009).

Shiffman dan Kanuk(2000) adalah Consumer behavior can be defined

as the behavior that customer display insearching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Dari sini kemudian muncul pemikiran akan perlunya sebuah


(18)

Pengambilan Keputusan Pembelian Emas Putih Di Pusat Kota Surabaya”.

1.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan membeli emas putih

di Pusat Kota Surabaya?

2. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan membeli emas putih di

Pusat Kota Surabaya?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat disusun tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap keputusan membeli emas putih di

Pusat Kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap keputusan membeli emas


(19)

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen Pemasaran terutama bagi akademisi yang ingin menganalisis pengaruh sikap dan gaya hidup terhadap pengambilan keputusan pembelian.

2. Bagi perusahaan

Sebagai bahan informasi tambahan untuk penyempurnaan dalam perbaikan atau peningkatan kualitas produk, memberikan ketertarikan pada suatu produk agar konsumen membelinya.


(20)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan masukan untuk mendukung penelitian pernah dilakukan oleh :

Penelitian ini sebelumnya dilakukan oleh Harjito dan Nurfaizah,(2006). dengan judul penelitian “Hubungan Kebijakan Hutang, Insider Ownership Dan Kebijakan Dividen Dalam Mekanisme Pengawasan Masalah Agensi Di Indonesia”. Rumusan masalah yang di ajukan adalah sebagai berikut: 1).Ada

hubungan saling mengganti antara kebijakan hutang dengan insider ownership

dalam peranan pengawasan untuk mengurangi masalah agensi. 2).Ada hubungan saling mengganti antara kebijakan hutang dengan pembayaran dividen dalam

peranan pengawasan untuk mengurangi masalah agensi. 3).Ada hubungan saling

mengganti antara insider ownership dengan pembayaran dividen dalam peranan

pengawasan untuk mengurangi masalah agensi. 4). Ada pengaruh positif yang

signifikan antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. 5). Ada pengaruh

positif yang signifikan antara insider ownership terhadap nilai perusahaan. 6).Ada

pengaruh positif yang signifikan antara kebijakan pembayaran dividen terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa hubungan saling mengganti antara kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan hutang dalam peranan pengawasan masalah agensi tidak sepenuhnya terjadi di Indonesia.


(21)

Hubungan saling mengganti antara ketiga variabel mekanisme agensi tersebut ditunjukkan dengan hubungan negatif di antara mekanisme-mekanisme pengawasan tersebut. Tetapi meskipun diperoleh hubungan yang negatif, tetapi secara statistik tidak signifikan. Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan terdapat hubungan antara kebijakan hutang dengan insider ownership dalam pengawasan masalah agensi tidak terbukti dalam penelitian ini. Begitu juga dengan hipotesis (H3) yang menyatakan terdapat hubungan saling mengganti antara insider ownership dengan kebijakan dividen dalam pengawasan masalah agensi tidak terbukti.

Oleh karena itu disimpulkan bahwa hutang dan dividen sebagai kebijakan keuangan tidak dapat menggantikan peranan insider ownership sebagai kebijakan bukan keuangan dalam mengurangi masalah agensi. Hubungan saling mengganti antara kebijakan hutang dengan dividen dalam peranan pengawasan masalah agensi juga tidak terjadi secara signifikan. Hubungan saling mengganti ini ditunjukkan oleh tanda koefisien negatif dan tidak signifikan untuk kedua mekanisme hutang dan dividen. Penemuan ini tidak mendukung hipotesis (H2) yang menyatakan terdapat hubungan saling mengganti antara hutang dengan dividen dalam peranan pengawasan masalah agensi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa di antara variabel kebijakan keuangan (hutang dan dividen) tidak dapat saling mengganti untuk mengurangi masalah agensi di Indonesia. Meskipun tingkat penggunaan hutang ditingkatkan, peranan dividen sebagai mekanisme pengawasan tidak dapat dikurangi untuk tujuan mengurangi masalah agensi.


(22)

Penelitian ini selanjutnya dilakukan oleh Wardani dan Hermuningsih,(2009) dengan judul penelitian ” Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Perusahaan pada perusahaan yang Terdaftar di bursa efek malaysia Dan bursa efek indonesia”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia.

Hasil penelitian ini bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia kebijakan dividen dipengaruhi oleh insider ownership dan kebijakan hutang, sedangkan di Indonesia tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa undang-undang yang terapkan di Malaysia berkaitan dengan perlindungan hukum investor dirasa lebih efektif untuk mengendalian manajer dan insider ownership, sehingga insider tidak mungkin meningkatkan nilai perusahaan karena kepentingan antara pemilik dan agen diselaraskan karena kontrol pasar dan tindakan disiplin manajer. Selain itu nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia dan Bursa Efek Indonesia tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Hal ini tidak sesuai dengan bird hand theory (Gordon, 1962 dalam Brigham dan Gapensky, 1996) yang menyatakan bahwa dividen yang tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan karena pemegang saham lebih menyukai dividen yang tinggi karena memiliki kepastian yang tinggi dibandingkan capital gain. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang saham tidak lagi melihat kebijakan dividen sebagai sinyal positif bahwa perusahaan dalam keadaan baik.


(23)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Agen adalah pihak yang diberi wewenang oleh pihak lain, disebut pemberi

amanat, untuk bertindak atas nama pemberi amanat tersebut. Teori agen (agency

theory) adalah cabang ekonomi yang berhubungan dengan perilaku pemberi amanat (pemilik) dan agennya (manajer) (Horne, 1997:5) dalam hal lain pihak manajemenlah yang disebut sebagai agen dan pemberi amanat adalah pemilik perusahaan.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002: 11) bagi perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT), yang lebih dulu terdaftar di pasar modal seringkali terjadi pemisahan antara penegelola (pihak manajemen atau seringkali

disebut sebagai pihak agen) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham yang

disebut sebagai principal).namun karena adanya perbedaan tanggung jawab dari

keduanya ketika perusahaan mengalami kebangkrutan memungkinkan sekali akan timbulnya masalah atau konflik keagenan.

2.2.1.1 Masalah Keagenan

Permasalahan dasar yang timbul dalam agency theory menurut Jogi dan

Tarigan (2007) adalah adanya konflik kepentingan pemegang saham dan manajer. Masing-masing pihak berkepentingan memaksimalkan tujuannya yang terkadang saling berlawanan. Tetapi setiap pihak juga memiliki resiko untuk manajer tidak ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal menjalankan fungsinya, sementara pemegang saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika salah memilih


(24)

manajer. Kondisi seperti ini merupakan konsekuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan.

Menurut Brigham , Gapenski, dan Daves (1999) dalam Erni Masdupi,

maslah keagenan bias terjadi antara pertama pemilik (shareholders) dengan

manajer, kedua, antara manajer dengan debtholders dan yang ketiga, manajer

dengan shareholders dan debtholders. Masalah keagenan menurut Jeff Madura,

(2001: 43) adalah muncul ketika para manajer tidak bertindak sebagai agen yang bertanggung jawab kepada pemegang saham atau pemilik perusahaan.

Sedangkan menurut Husnan dan Pudjiastuti, (2001: 12) masalah keagenan (agency problems) muncul dalam dua bentuk, yaitu antara pemilik perusahaan (principals) dengan pihak manajemen (agent), antara pemegang saham dengan pemegang obligasi. Antara pemilik perusahaan dan manajemen muncul masalah keagenan ketika pihak manajemen dalam pengambilan keputusan keuangan lebih memaksimumkan kepentingan sendiri bukan untuk kepentingan pemegang saham. Sedangkan antara pemegang saham dengan pemegang obligasi muncul masalah keagenan ketika pengambilan keputusan keuangan diambil untuk kepentingan pemegang saham, namun mengorbankan kepentingan pemegang obligasi. Contohnya adalah kepentingan untuk menambah hutang yang sangat besar yang akan berdampak menurunnya harga obligasi, karena obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan akan dinilai sangat berisiko. Dngan demikian keputusan tersebut akan menguntungkan pemegang saham atas pengorbanan para kreditur.


(25)

2.2.1.2 Biaya Keagenan

Menurut Wahidawati, (2002), tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Brigham, Gapensi, 1996) antara pihak manajemen atau manajer seringkali mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan sehingga timbul konflik kepentingan.

Konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait. Namun dengan munculnya mekanisme

pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency

theory.

2.2.1.3 Cara Mengatasi Biaya Keagenan

Masalah keagenan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002 : 12) dapat diatasi dengan menciptakan suatu mekanisme monitoring agar pihak manajemen (agent) selalu mengambil keputusan berdasarkan kepentingan pemegang saham. Namun mekanisme pengawasan itu sendiri akan memunculkan biaya-biaya.

Menurut Wahidawati, (2002) dalam mengatasi agency cost ada beberapa alternatif

sebagai berikut :

Pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Jensen Meckling, 1976).


(26)

Kedua, dengan meningkatkan dividend payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya (Crutley dan Hansen, 1989).

Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang juga

akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga

menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Jensen, et al., 1992; Jensen 1986).

Keempat, institutional investor sebagai monitoring agents. Adanya kepemilikan oleh investor institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

2.2.2 Kebijakan Hutang Perusahaan 2.2.2.1 Pengertian hutang

Menurut Baridwan (1992 : 219) Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa akan datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha dimasa kini untuk untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain dimasa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.

Menurut Riyanto (1995: 227) Hutang atau modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan yang pada saatnya harus dibayar kembali.

Sedangkan menurut Jeff Madura (2001: 224) adalah dana yang dipinjam oleh perusahaan. Perusahaan perlu meminjam dana tersebut untuk diinvestasikan dalam aktiva-aktiva yang berbentuk bangunan, mesin-mesin, dan peralatan.


(27)

2.2.2.2 Jenis-jenis Hutang

Menurut Riyanto (1995: 227-239), hutang (kewajiban) dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Hutang jangka pendek (Short – Term Debt)

Hutang jangka pendek (Short – Term Debt) merupakan hutang yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun. Adapun jenis-jenis hutang jangka pendek, yaitu :

 Rekening Koran

Rekening Koran merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan dengan batasan plafon tertentu dimana perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang dibayarkan hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut.

 Kredit dari Penjual

Kredit dari penjual merupakan kredit perniagaan dan kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit. Apabila penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual baru menerima pembayaran harga dari barang yang dijual beberapa waktu kemudian setelah barang diserahkan.

 Kredit dari Pembeli

Kredit dari pembeli adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan


(28)

mentahnya atau barang-barang lainnya. Pembeli membayar harga barang yang dibelinya terlebih dahulu, dan setelah beberapa waktu berulah pembeli menerima barang yang dibelinya.

 Kredit Wesel

Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan “surat pengakuan utang” yang berupa kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu (sesuai dengan notes/promes), dan setelah ditanda tangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada Bank.

2. Modal Asing/Utang Jangka Menengah (Intermediate – Term Debt)

Modal asing atau utang jangka menengah adalah utang jangka waktu atau umurnya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah adalah :

 Term Loan

Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Term loan pada umumnya dibayar kembali dengan angsuran tetap selama satu periode tertentu misalnya pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan.

 Leasing

Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan “service” dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya menjual obligasi untuk mendapatkan “service” dan hak


(29)

milik untuk aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai dengan hak milik.

3. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long – Term Debt)

Modal asing/utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah panjang, umurnya lebih dari 10 tahun. Jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara lain :

 Pinjaman Obligasi

Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, untuk nama pihak debitur mengeluarkan surat pengakuan hutang yang mempunyai nominal tertentu.

 Pinjaman Hipotik (Mortage)

Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang atau kreditur diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak agar supaya pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.

2.2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Utang

Menurut Jeff Madura (2001: 225) pemilik dana akan menilai kekayaan kredit dari perusahaan, berkenaan dengan beberapa faktor, yaitu:

1. Rencana penggunaan pinjaman perusahaan.

2. Kondisi keuangan bisnis perusahaan.

3. Peramalan tentang industri atau lingkungan disekitar bisnis


(30)

4. Adanya jaminan dan perusahaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman.

2.2.3. Insider Ownership

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer (Jogi & Josua Tarigan 2007).

Friend dan Hasbrouck (1988) seperti dikutip Moh’d et aL, (1998) dan Friend dan Lang (1988) menyatakan bahwa insider perusahaan mempunyai kepentingan yang lebih besar dalam menjamin kelangsungan hidup perusahaan

karena resiko hutang non divesifable manajemen lebih besar dari investor publik,

dengan kata lain, apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang maka akan

mengancam likuiditas perusahaan dan posisi manajemen. Insider yang

kpemilikannya lebih besar dalam perusahaan akan memiliki keinginan yang lebih besar dalam meminimalkan resiko struktur modal.

Jensen dan meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan orang dalam atau insider ownership merupakan ukuran prosentase saham yang dimiliki oleh direksi, manajemen, komisaris, ataupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan.

Menurut Erni Masdupi (2005: 62) variable insider ownership dihitung


(31)

INSD = Jumlah saham yang dimiliki komisaris/ direktur Jumlah saham beredar

2.2.4. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal sahamnya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Size yang besar memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar modal. Kemudahan ini biasa ditangkap sebagai

informasi yang baik. Size yang besar dan tumbuh biasanya merefleksikan tingkat

profit dimasa yang akan datang.

Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan (Nisa Fidyati, 2003). perusahaan yang besar dan mapan (stabil) akan lebih mudah untuk ke pasar modal. Kemudahan untuk ke pasar modal maka berarti fleksibilitas bagi perusahaan besar lebih tinggi serta kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek juga lebih besar daripada perusahaan kecil

Sedangkan untuk dapat bertahan dalam jangka panjang perusahaan kecil harus benar-benar pengusaha yang baik dengan bantuan analisis rasio keuangan.


(32)

Frm Size diketahui dari mengukur variabel natural log of sales dengan menggunakan rumus (Erni Masdupi : 2005:62), sebagai berikut :

SIZE = NL Total Asset

2.2.5. Nilai Perusahaan

2.2.5.1. Pengertian Nilai perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. “Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar” (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Nilai

perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price to book value

yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha & Taswan, 2002).

Dalam realitasnya tidak semua perusahaan menginginkan harga saham tinggi (mahal), karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor untuk membelinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan

yang go public di BEJ melakukan stock split (pemecahan saham) di bursa efek

(“ICMD”, 2006). Itulah sebabnya, harga saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin. Artinya, harga saham tidak boleh terlalu tinggi (mahal) atau tidak boleh tertalu rendah (murah). Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk pada citra perusahaan di pemandangan para investor. Harga saham yang optimal dapat dicapai melalui penarikan kesimpulan dari serangkaian pengalaman


(33)

perusahaan dalam menjual saham di bursa efek. Artinya, bila pasar sangat tertarik dengan saham yang diperdagangkan, maka perusahaan dapat menaikkan harga sahamnya, demikian juga sebaliknya.

Nilai perusahaan dalam beberapa literatur disebut dengan berbagai istilah,

misalnya price to book value (PBV) ratio (Fakhuddin & Hadianto, 2001) dan

market/book (M/B) ratio (Brigham & Gapenski, 2006). Istilah nilai perusahaan

pada masing-masing literatur meskipun berbeda, tetapi artinya adalah price to

book value merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham (Brigham & Gapenski, 2006). Adapun yang dimaksud dengan nilai buku

per saham atau book value per share adalah perbandingan antara modal dengan

jumlah saham yang beredar (Fakhuddin & Hadianto, 2001).

Jadi, price to book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara

harga saham dengan nilai buku saham. Berdasarkan perbandingan tersebut harga saham perusahaan akan dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai buku

saham tersebut. Formula untuk menghitung price to book value ditunjukkan

sebagai berikut (Brigham & Ehrhardt, 2002):

Price To book Value =

aham Nilaibukus

asaham Harg

Di mana Nilai Buku Saham (Book Value per Share) dapat dihitung dengan

formula:

Book Value per share =

mberedar Jumlahsaha

Modal

Price to book value juga dapat berarti rasio yang menunjukkan apakah


(34)

bawah) nilai buku saham tersebut (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu

perusahaan. Dengan demikian, price to book value rasio sangat berguna untuk

menentukan saham-saham apa saja yang mengalami overvalued, undervalued,

atau wajar (Pandowo, 2002).

Keberadaan price to book value sangat penting bagi investor untuk

menentukan strategi investasi. Hasil penelitian Yulianto (1998) yang dikutip oleh

Pandowo (2002) menyimpulkan bahwa price to book value dapat digunakan untuk

menentukan strategi investasi yang dilakukan investor di pasar modal. Berdasarkan nilai PBV, investor dapat memprediksi saham-saham yang

mengalami undervalued dan overvalued, sehingga dapat menentukan strategi

investasi yang sesuai dengan harapan investor untuk memperoleh dividen dan

capital gain yang tinggi.

2.3. Pengaruh insider ownership Terhadap Nilai Perusahaan

Menurut Bathala et al (1994) dalam agency model yang dikemukakan oleh

Jensen meckling, perusahaan merupakan subyek terhadap meningkatnya konflik, karena adanya penyebaran keputusan dan resiko. Dalam konteks ini para manajer cenderung untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi perilaku oportunistik yang lain. Mereka menerima manfaat penuh tapi tidak menanggung

resiko ataupun biaya yang oleh Jensen dan Meckling disebut gency cost of equity.

Di sisi lain para manajer juga mempunyai kecenderungan untuk menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan, melainkan untuk kepentingan oportunistik. Ini jelas akan


(35)

menimbulkan resiko kebangkurutan. Untuk menekan hal ini Jensen dan Meckling (1976) menyarakan untuk lebih meningkatkan kepemilikan insider dalam perusahaan. Dengan demikian menanggung resiko sebagai konsekuensi apabila mereka melakukan kesalahan dalam keputusan. Kepemilikan saham oleh manajer/

insider akan membuat mereka semakin hati – hati dalam menentukan hutang. Dapat disimpulkan bahwa, adanya pemisahan kepemilikan perusahaan akan menjadi factor pemicu masalah keagenan. Oleh karena itu dengan adanya kepemilikan manajerial maka kinerja manajer akan semakin meningkat karena mereka juga memiliki perusahaan, kinerja yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan.

2.3.1. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan

Jensen (1986) menyatakan bahwa dengan adanya hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen, dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai tersebut dikaitkan dengan harga saham dan penurunan hutang akan menurunkan harga saham (Masulis, 1998). Namun demikian peningkatan hutang juga akan menimbulkan peningkatan risiko kebangkrutan bila tidak diimbangi dengan penggunaan hutang yang hati-hati (Taswan, 2003).

Dari pendapat para pakar diatas maka bias dikatakan bahwa kebijakan hutang bias digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan, maka kebijakan hutang mempunyai hubungan yang positif dengan nilai perusahaan


(36)

2.3.2. Pengaruh Firm size Terhadap Nilai Perusahaan

Semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan. Salah satunya adalah hutang. Bringham dan Gapenski (1999) dalam Soliha dan Taswan (2002) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal yang besar, peningkatan hutang bias

meningkatkan nilai perusahaan. Size yang besar dan tumbuh bisa merefleksikan

tingkat profit dimasa yang akan datang.

Besar kecilnya suatu perusahaan akan sangat berpengaruh pada pendanaannya. Banyak perusahaan besar akan memperoleh dana dengan menerbitkan obligasi, yang merupakan surat utang jangka panjang yang dibeli oleh investor. Beberapa perusahaan besar akan memilih untuk menerbitkan obligasi dibandingkan memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan karena tingkat suku bunganya lebih rendah. Perusahaan kecil yang tidak terkenal tidak akan dapat menerbitkan obligasi. Bahkan jika mereka dapat menerbitkan obligasi mereka sendiri, penerbitan obligasi biasanya akan memerlukan banyak dana yang tidak mampu dikeluarkan oleh sebuah perusahaan kecil (Jeff Madura, 2001 : 227).

Ukuran perusahaan menunjukan aktivitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan menunjukan tingkat pertumbuhan yang mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan ikut meningkat.


(37)

2.3.3. Teori yang melandasi kebijakan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan

 Adanya Balancing Theory yang mengungkapkan bahwa akan terjadi

struktur modal yang optimal bila ada keseimbangan antara manfaat dan biaya.

Pecking Order Theory yang mendasarkan pada Asymmetric Information

yang menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan dimana perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity untuk membayar deviden dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Apabila perusahaan membutuhkan dana eksternal, maka

akan lebih memilih hutang sebelum external equity (Donaldson, 1961;

Myers, 1984). Sesuai dengan teori pecking order, maka investasi akan

dibiayai dengan dana internal terlebih dahulu. Kemudian baru diikuti dengan penerbitan hutang. Setelah hutang tidak mencukupi, maka langkah terakhir dengan penerbitan saham (ekuitas) baru. Hal tersebut digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Dari penjelasan teori-teori yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menciptakan keseimbangan Price Book Value maka perusahaan harus dapat menyeimbangkan antara manfaat dan biaya. Dalam hal ini harus lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan

investasi dan penggunaan dana baik berasal dari hutang maupun dari cash

flow sehingga tercipta kemakmuran semua pihak baik pemilik saham


(38)

2.4. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, hipotesa yang diajukan dan landasan teori yang ada akan di uji beberapa variable yang mempengaruhi nilai perusahaan, maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Analisis regresi linear berganda

2.5. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, landasan teori yang digunakan, penelitian terdahulu dan kerangka pikir maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bahwa insider ownership berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI

2 : Bahwa firm size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan manufaktur

yang go publik di BEI

3 : Bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI

Insider ownership

FIRM Size

Kebijakan Hutang


(39)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Sikap (X)

Adalah sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Kotler, (2002; 200) dengan indikator Allport menurut (Mar’at 1982)

a. Kognitif (X1) adalah pengetahuan dan persepsi konsumen,

- Pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari berbagai sumber.

- Pengetahuan akan produk - Keyakinan terhadap produk

b. Afektif (X2) menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, - Penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk - Reaksi emosional

- Perasaan suka atau tidak suka

c. Konatif (X3) menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan


(40)

- Berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen terhadap pembelian dan sering juga disebut intention.

- Kebal terhadap perubahan

- Sikap dapat berubah secara perlahan-lahan

2. Gaya Hidup (Z)

Yaitu pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: Plumer, (1974) dalam Octavia, (2009)

a. Pola seseorang dalam menghabiskan waktunya. b. Minat seseorang dalam kehidupan

c. Pandangan seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain.

3. Keputusan Membeli (Y)

Adalah pengambilan keputusan oleh konsumen adalah tahap penilaian yang menyebakan konsumen membentuk suatu pilihan yang mengakibatkan konsumen tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan. Kotler (1994; 257). Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: dalam Ferrinadewi,(2008)

a. Frekuensi pembelian b. Kuantitas pembelian


(41)

3.1.1. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian ini, setiap pertanyaan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai berikut:

Sangat Jelek Sangat Bagus

3.2.Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang membeli emas putih di Toko Mas Pusat Kota Surabaya

b. Sampel

Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non

Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh sampel. Ciri-ciri sampel tersebut adalah: (1) konsumen yang berada di toko mas Pusat Kota Surabaya 2). Berusia minimal 25 tahun

Menurut Ferdinand (2002: 48).

7 1


(42)

- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200 sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).

- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi

- Karena terdapat 14 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (14X8 = 112) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 112 responden.

3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen yang membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya

b. Data Sekunder

Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan. Data ini antara lain berupa data perusahaan dan gambaran umum tentang perusahaan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil langsung pelanggan yang membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya dengan cara menyebarkan kuesioner.


(43)

3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut:

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti - bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada konsumen yang membeli emas putih di Pusat Kota Surabaya.

c. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur manajemen perusahaan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit. Model pengukuran sikap dan gaya hidup terhadap keputusan membeli menggunakan


(44)

confirmatory factor analyses. Penaksiran pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya menggunakan koefidien jalur Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor variable loyalitas pelanggan dilakukan sebagai berikut : Persamaan Dimensi variabel keputusan membeli

Z1 = 1keputusan membeli + er_1 Z2 = 2 keputusan membeli + er_2

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variabel keputusan membeli akan nampak sebagai berikut:

Gambar 3.1 : Contoh Model PengukuranKeputusan Membeli

Keterangan :

Y1 = pertanyaan tentang frekuensi membeli Y2 = pertanyaan tentang kuantitas pembelian er_j = error term X1j

3.4.2. Outliers

Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik

keputusan membeli (Y)

(Y1)

(Y3)

Er 1


(45)

unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat kategori.

 Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik 80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah nilai ekstrim.

 Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.

 Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai ekstrim itu.

 Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.

3.4.3. Evaluasi atas outliers

Mengamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier


(46)

0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah multivariate outlier.

3.4.4. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai pembentukan indikator.

3.4.5. Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang umum. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70 dan variance extracted≥ 0,5 Hair et. al., (1998).


(47)

3.4.6. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut ini :

Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari

2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis sebesar 1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak pada tingkat signifikasi 0.05 (5%). Augusty (2002: 95 )

3.4.7. Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. Augusty, (2002 : 108).


(48)

3.4.8 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.

3.4.9. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modelling.

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices GOODNESS OF

FIT INDEX

RANGAN CUT-OFF VALUE

X2 - Chi-square

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.


(49)

matriks covariance yang diestimasi. atau  0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar.  0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].

 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF.  0,90

CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model  2,00

TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model.  0,95

CFI

Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.

 0,95

Sumber : Hair et.al., [1998]

1.X² CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.


(50)

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit)


(51)

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. PT. Lion Mesh Prima, Tbk.

PT Lionmesh Prima Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Drs.Gde Ngurah Rai, S.H. No. 28 tanggal 14 Desember 1982 dengan nama PT Lion Weldmesh Prima. Sejak didirikan, Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan Akta Notaris Indah Prastiti Extensia, S.H., pengganti Adam Kasdarmadji, S.H., No. 88 tanggal 7 Mei 1997 terutama mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan menjadi Rp 38.000.000.000, perubahan ruang lingkup kegiatan Perusahaan dan penyesuaian dengan Undang-undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-2560 HT.01.04.Th.98 tanggal 27 Maret 1998. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, SH. No. 29 tanggal 10 Juni 2008 mengenai penyesuaian dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 tentang Anggaran Dasar Perusahaan. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.AHU-86981.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 18 Nopember 2008.


(53)

4.1.2. PT. Lion Metal Works, Tbk.

PT Lion Metal Works (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 juncto No. 11 tahun 1970 (terakhir diubah dengan Undang-undang No. 25 tahun 2007) berdasarkan Akta Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H., No. 21 tanggal 16 Agustus 1972 dan diubah dengan Akta No. 1 tanggal 2 Juni 1973 dan akta No. 9 tanggal 11 Nopember 1974 dari notaris yang sama. Akta Pendirian dan perubahannya diumumkan dalam Berita Negara No. 34 tanggal 29 April 1975 Tambahan No. 215. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, S.H., No. 41 tanggal 27 Agustus 1999, terutama dalam rangka memenuhi Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep 44/PM/1998 tentang peningkatan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. Perubahan Anggaran Dasar ini mendapat persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat No. C-19408 HT.01.04.-TH.99 tertanggal 30 Nopember 1999. Perubahan terakhir dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, SH., No. 32 tanggal 10 Juni 2008 terutama mengenai penyesuaian dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007. Perubahan telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU–86982.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 18 Nopember 2008. 4.1.3. PT. Alumindo Light Metal Industry,Tbk

PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 26 Juni 1978 dengan akta notaris No. 157 dari Soetjipto, S.H., notaris di Surabaya. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahaan dari Menteri


(54)

Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. JA/5/123/8 tanggal 30 Mei 1981 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 21 tanggal 5 Januari 1982.

Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 12 tanggal 4 Juli 2008 dari Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., notaris di Surabaya, mengenai persetujuan pemegang saham untuk mengubah anggaran dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahaan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-80596.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 31 Oktober 2008.

4.1.4. PT. Gudang Garam, Tbk.

PT Gudang Garum Thk ("Pemeroan"), yang semula bemama PT Perus.h.an Rokok Tjap "Gudang Garum" Kediri (PT Gudang Garam). didirikan dengan akte Suroso SH, wakil notaris sementara di Kediri, tanggal 30 Jooi 1971 No. 10, diubah dengan akte notaris yang sarna tanggal 13 Oktober 1971 No. 13; akte~akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No, J.A.5119717 tanggal 17 Nopember 1971. didaftarkan di Pengadilan Negeri Kediri dengan No, 3111971 dan No, 32/1971 tangga126 Nopember 1971, dan diumumkan dalarn Tambahan No, 586 pada Berita Negara No, 104 ranggal 28 De,ember 1971. Perseroan rnerupakan kelanjutan dari Perusahaan Perorangan yang didirikan rahun 1958,


(55)

Pada labun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun 197] menjadi Perseroan Terbatas. Operasi komersial dimulai tahun 1958.

4.1.5. PT. Sumi Indo Kabel,Tbk.

PT Sumi Indo Kabel Tbk. (Perusahaan) didirikan pada tanggal 23 Juli 1981 berdasarkan akta notaris Chusu Nuduri Atmadiredja No. 121, wakil notaris di Tangerang, dengan nama PT Industri Kawat Indonesia. Perusahaan mengubah namanya menjadi PT IKI Indah Kabel Indonesia berdasarkan akta notaris Lieke Lianadevi Tukgali, S.H., No. 67 tanggal 19 Maret 1982. Akta pendirian dan perubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/289/18 tanggal 30 April 1982 serta didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang dengan No. 23/PN/ TNG/1982 tanggal 24 Mei 1982

4.1.6. PT. Metrodata, Tbk.

P.T. Metrodata Electronics Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia, pada mulanya dengan nama PT Sarana Hitech Systems berdasarkan akta notaris No. 142 tanggal 17 Pebruari 1983 dari Kartini Mulyadi, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusannya No. C2-5165.HT.01.01.TH.83 tanggal 27 Juli 1983 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 80, Tambahan No. 908 tanggal 7 Oktober 1983. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaries No. 19 tanggal 3 Juni 2009 dari Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., notaris di Jakarta, mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan. Akta perubahan ini telah memperoleh


(56)

persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusannya No. AHU-45107.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 14 September 2009.

4.1.7. PT.Branta Mulia,Tbk atau PT.Indo Korsda,Tbk

PT. Indo Kordsa Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-Undang-Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 83 tanggal 8 Juli 1981 dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta, yang diubah melalui akta notaris No. 288 tanggal 27 November 1981 dan No. 261 tanggal 28 Januari 1982 dari notaris yang sama. Akta-akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. Y.A.5/88/3 tanggal 2 Maret 1982 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 50 tanggal 22 Juni 1982, Tambahan No. 771. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 22 tanggal 10 Desember 2010 dari Amrul Partomuan Pohan S.H., notaris di Jakarta sehubungan dengan perubahan atas dewan direksi Perusahaan. Perubahan ini telah diketahui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No. AHU-AH.01.10-00258 tanggal 4 Januari 2011.

4.1.8. PT.United Tractors,Tbk

PT United Tractors Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works, berdasarkan Akta Pendirian No. 69, oleh Djojo Muljadi, S.H. Akta Pendirian tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.


(57)

Y.A.5/34/8 tanggal 6 Pebruari 1973 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 31, Tambahan No. 281 tanggal 17 April 1973. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami perubahan dari waktu 2000 oleh Refizal, S.H., notaris di Jakarta, berkaitan dengan peningkatan modal dasar Perusahaan dari sejumlah Rp 500 miliar menjadi Rp 1.500 miliar. Perubahan tersebut mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan No. C-16066.HT.01.04.TH.2000 tanggal 2 Agustus 2000 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 51 tanggal 26 Juni 2001, Tambahan No. 249. Perubahan terakhir Anggaran Dasar Perseroan termuat dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 35, tanggal 20 Mei 2009, yang dibuat dihadapan Benny Kristianto, S.H., notaris di Jakarta untuk disesuaikan dengan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas. Akta Perubahan tersebut disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHUAH. 0110-2319 tanggal 11 Nopember 2009.

4.1.9. PT.International Nickel Indonesia

PT International Nickel Indonesia Tbk (“PT Inco” atau “Perseroan”) didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dengan akta notaris Eliza Pondaag, No. 49 di Jakarta. Anggaran Dasar Perseroan disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. JA5/69/18 tanggal 26 Juli 1968 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 62 tanggal 2 Agustus 1968. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan dan yang terakhir diubah dengan akta Nomor 56 tanggal 13 Agustus 2008 yang dibuat dihadapan Poerbaningsih Adi Warsito S.H.,


(58)

notaris di Jakarta yang memuat tentang Perubahan Anggaran Dasar Perseroan dalam rangka menyesuaikan dengan Undang- Undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007. Perubahan ini telah diterima oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU-6115, AH.01.02.2008 tanggal 10 September 2008 dan telah didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Kotamadya Jakarta Selatan dengan surat No. 09.03.1.13.29245 tanggal 23 Desember 2008. Sekitar 61% saham Perseroan dimiliki oleh Vale Inco Limited (sebelumnya CVRD Inco Limited), sekitar 18% oleh masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia (sebelumnya Bursa Efek Jakarta), sekitar 20% oleh Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dan sisanya oleh empat perusahaan Jepang lainnya.

Operasi Perseroan didasarkan atas Kontrak Karya yang ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia (“Pemerintah”) dan Perseroan. Kontrak Karya ini memberikan hak kepada Perseroan untuk mengembangkan dan mengoperasikan proyek nikel dan mineral-mineral tertentu lainnya di daerah yang sudah ditentukan di Pulau Sulawesi. Kontrak Karya ini pada awalnya ditandatangani pada tanggal 27 Juli 1968 (“Kontrak Karya 1968”) dan berakhir pada tanggal 31 Maret 2008. Pada tanggal 15 Januari 1996, Perseroan dan Pemerintah menandatangani Persetujuan Perubahan dan Perpanjangan Kontrak Karya 1968 (“Persetujuan Perpanjangan”), yang memperpanjang izin operasi Perseroan sampai tahun 2025. Persetujuan Perpanjangan ini akan dapat diperpanjang lagi setelah tahun 2025 dengan adanya persetujuan Pemerintah


(59)

4.1.10.PT.Aneka Tambang.Tbk.

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968, dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang”, dan diumumkan dalam Tambahan No. 36, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas (“Perusahaan Perseroan”) dan sejak itu dikenal sebagai “Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir pada tanggal 30 Mei 2007 sehubungan dengan, antara lain, perubahan modal dasar, modal ditempatkan dan disetor penuh terkait dengan pemecahan nilai nominal saham.

4.1.11.Perusahaan gas Negara,Tbk

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) (“Perusahaan”) pada awalnya bernama Firma L. J. N. Eindhoven & Co. Gravenhage pada tahun 1859. Kemudian, pada tahun 1950, pada saat diambil alih oleh Pemerintah Belanda, Perusahaan diberi nama NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV.NIGM). Pada tahun 1958, saat diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, nama Perusahaan diganti menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG) yang kemudian beralih status menjadi BPU - PLN pada tahun 1961. Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965, Perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai Perusahaan Negara Gas (PN. Gas). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, PN.


(60)

Gas diubah menjadi perusahaan umum (“Perum") dengan nama Perusahaan Umum Gas Negara. Setelah itu, status Perusahaan diubah dari Perum menjadi perusahaan perseroan terbatas yang dimiliki oleh negara (Persero) dan namanya berubah menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta Pendirian Perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996 yang diaktakan oleh notaris Adam Kasdarmaji, S.H. Anggaran Dasar Perusahaan terakhir diubah dengan Akta Notaris No. 5 dari Fathiah Helmi, S.H. tanggal 3 Nopember 2003, antara lain tentang perubahan nilai nominal saham, peningkatan modal dasar, modal ditempatkan dan disetor penuh Perusahaan serta perubahan status Perusahaan menjadi perusahaan terbuka (lihat Catatan 20). 4.1.12. PT.Indika Energy,Tbk

PT. Indika Energy Tbk ("Perusahaan"), didirikan berdasarkan akta notaris No. 31 tanggal 19 Oktober 2000 dari Hasanal Yani Ali Amin, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C-13115 HT.01.01.TH.2001 tanggal 18 Oktober 2001 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 53, Tambahan N0. 6412 tanggal 2 Juli 2002. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan akta notaris No. 232 tanggal 26 Juni 2009 dari Sutjipto, SH, notaris di Jakarta, mengenai perubahan anggaran dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan ketentuan Bapepam-LK No. lX.J.1 tentang Pokok-pokok.

Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik. Perubahan tersebut telah diiaporkan


(61)

kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada bulan September 2009. Perusahaan berdomisili di Jakarta, dengan kantor pusatnya berlokasi di Gedung Mitra, Lantai 7, Jalan Jenderai Gatot Subroto Kav. 21, Jakarta

4.1.13. PT.Indo Tambang Raya MEgah,Tbk

PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.(“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto,S.H.,No.13 tertanggal 2 September 1987 yang telah disetujui Oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2-640.HT.01.01.TH’89 tertanggal 20 Januari 1989.Anggaran Dasar Perusahaan telah Mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir dilakukan berdasarkan Akta Notaris Popie Savitri Martosuhardjo Pharmanto,S.H.,notarisdiJakarta, No.7 tertanggal 8Mei 2008, terkait dengan penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan dengan Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas.Akta tersebut disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-33509.AH.01.02.Tahun 2008 tertanggal 16 Juni 2008

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Insider Ownership (X1)

Insider ownership. Berikut data Insider ownership tahun 2006 sampai dengan tahun 2009:


(62)

Tabel 4.1:Data Insider Ownership Perusahaan ManufakturTahun 2006 – 2009

No Perusahaan 2006 2007 2008 2009

1 PT. Lion Mesh Prima, Tbk. 0.256 0.002 0.256 0.000

2 PT. Lion Metal Works, Tbk 0.001 0.342 0.002 0.002

3

PT. Alumindo Light Metal Industry,

Tbk. 0.016 0.021 0.000 0.016

4 PT.Gudang Garam, Tbk 0.021 0.001 0.021 0.008

5 PT.Sumi Indo Kabel, Tbk 0.001 0.017 0.001 0.001

6 PT.Metrodata Electronics, Tbk 0.004 0.254 0.003 0.101

7

PT.Indo Kordsa,Tbk (Dahulu PT.

Branta Mulia, Tbk) 0.254 0.000 0.254 0.254

8 PT.United Tractor, Tbk 0.000 0.000 0.000 0.000

9

PT.International Nickel

Indonesia 0.000 0.000 0.000 0.000

10 PT.Aneka Tambang.Tbk. 0.000 0.000 0.000 0.000

11 Perusahaan gas Negara,Tbk 0.002 0.032 0.000 0.000

12 Energi Mega Persada,Tbk 0.032 0.000 0.008 0.063

13 PT.Indo Tambang Raya MEgah,Tbk 1.000 0.256 0.000 0.000

Sumber : data diolah, (Lampiran 1)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tahun 2006 IOS tertinggi sebesar 1,000 terjadi pada PT.Indo Tambang Raya Tbk dan IOS terendah sebesar 0,000 terjadi pada PT.International Nikel,Tbk dan PT.United Tractor,Tbk, sedangkan tahun 2007 IOS tertinggi sebesar 0.3415 terjadi pada PT.Alumindo Light Industry,Tbk dan IOS terendah sebesar 0,000 terjadi pada PT.United Tractor, Tbk. Pada tahun 2008 IOS tertinggi sebesar 0.2559 terjadi pada Lion Mesh Prima,Tbk dan IOS terendah sebesar 0,000 terjadi pada PT.United Tractor, Tbk. Dan pada tahun 2009 IOS tertitngi sebesar 0.1007 pada PT.Metrodata Electronics, Tbk dan IOS terendah pada PT.International Nickel Indonesia,Tbk. sebesar 0,000.

4.2.2. Firm Size (X2)

Merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Berikut ini data Firm size perusahaan manufaktur tahun 2006 sampai dengan tahun 2009:


(63)

Tabel 4.2: Data Firm Size Perusahaan Manufaktur Tahun 2006 -2009

Tahun

No Perusahaan 2006 2007 2008 2009

1 PT. Lion Mesh Prima, Tbk. 24.498 24.863 24.850 25.011

2 PT. Lion Metal Works, Tbk 25.958 26.099 26.257 26.327

3

PT. Alumindo Light Metal Industry,

Tbk. 27.854 27.947 28.124 27.056

4 PT.Gudang Garam, Tbk 16.894 16.984 16.997 17.120

5 PT.Sumi Indo Kabel, Tbk 13.288 13.287 6.456 27.055

6 PT.Metrodata Electronics, Tbk 8.910 13.966 14.069 27.688

7

PT.Indo Kordsa,Tbk (Dahulu PT.

Branta Mulia, Tbk) 14.240 14.257 14.332 21.023

8 PT.United Tractor, Tbk 16.236 16.381 16.944 17.010

9

PT.International Nickel

Indonesia 16.768 14.451 14.427 16.772

10 PT.Aneka Tambang.Tbk. 15.802 23.212 23.050 23.050

11 Perusahaan gas Negara,Tbk 23.439 30.649 27.885 30.987

12 Energi Mega Persada,Tbk 22.895 22.335 20.585 23.181

13 PT.Indo Tambang Raya MEgah,Tbk 13.202 13.561 13.794 13.997

Sumber : data diolah, (Lampiran 1)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tahun 2006 firm size

tertinggi sebesar 27.85393 terjadi pada PT.Alumindo Light Metal Industry,Tbk dan firm size terendah sebesar 8.91032 terjadi pada PT.Metrodata Electronics, Tbk, sedangkan tahun 2007 firm size tertinggi sebesar 30.64874 terjadi padaPerusahaan Gas Negara, Tbk dan firm size terendah sebesar 13.28673 terjadi pada PT. Sumi Indo Kabel,Tbk Pada tahun 2008 firm size tertinggi sebesar 28.12368 terjadi pada PT.Alumindi Light Metal Industry, Tbk dan firm size

terendah sebesar 6.45584 terjadi pada PT.Sumi Indo kabel, Tbk. Pada tahun 2009

firm size tertinggi sebesar 30.98689 terjadi pada Perusahaan gas Negara,Tbk dan

firm size terendah sebesar 13.99664 terjadi pada PT.Indo Tambang Raya Megah, Tbk.


(64)

4.2.3. Rasio Leverage / Debt Ratio (X3)

Rasio leverage mengukur sampai seberapa jauh komponen hutang mendukung operasi perusahaan. Berikut ini data Debt Ratio perusahaan manufaktur tahun 2006 sampai dengan tahun 2009:

Tabel 4.3 :Data Debt Ratio Perusahaan Manufaktur Tahun 2006 - 2009

Tahun

No Perusahaan 2006 2007 2008 2009

1 PT. Lion Mesh Prima, Tbk. 0.461 0.760 0.000 0.000

2 PT. Lion Metal Works, Tbk 0.202 0.536 0.000 0.000

3

PT. Alumindo Light Metal Industry,

Tbk. 0.000 0.000 0.000 0.000

4 PT.Gudang Garam, Tbk 0.394 0.000 0.355 0.325

5 PT.Sumi Indo Kabel, Tbk 1.000 0.412 203.127 0.000

6 PT.Metrodata Electronics, Tbk 61.388 0.253 0.674 0.000

7

PT.Indo Kordsa,Tbk (Dahulu PT.

Branta Mulia, Tbk) 0.333 0.705 0.286 0.000

8 PT.United Tractor, Tbk 0.587 0.297 0.510 0.428

9

PT.International Nickel

Indonesia 0.207 0.555 1.912 0.224

10 PT.Aneka Tambang.Tbk. 0.463 2.499 0.000 0.000

11 Perusahaan gas Negara,Tbk 0.001 0.000 0.000 0.000

12 Energi Mega Persada,Tbk 0.687 0.000 0.010 0.001

13

PT.Indo Tambang Raya

MEgah,Tbk 0.760 0.001 4.124 3.286

Sumber : data diolah, (Lampiran 1)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tahun 2006 Debt Ratio

tertinggi sebesar 61.387554 terjadi pada PT.Metrodata Electronics, Tbk dan Debt Ratio terendah sebesar 0.000001 terjadi pada PT.Alumindo Light Metal Industry,Tbk sedangkan tahun 2007 Debt Ratio tertinggi sebesar 2.498835 terjadi pada PT.International Nickel Indonesia, Tbk dan Debt Ratio terendah sebesar0.000001 terjadi pada PT.Alumindo Light Metal Industry dan Perusahaan Gas Negara, Tbk. Pada tahun 2008 Debt Ratio tertinggi sebesar 203.127234 terjadi pada PT.Sumi Indo Kabel,Tbk Debt Ratio terendah sebesar 0.000000 terjadi pada PT.Lion Mesh Prima.Tbk. dan PTLion Metal Work,Tbk. Pada tahun


(1)

adanya tax shield. Implikasinya adalah semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Namun setelah mencapai titik maksimum, penggunaan hutang oleh perusahaan menjadi tidak menarik karena perusahaan harus menanggung biaya keagenan, kebangkrutan serta biaya bunga yang menyebabkan nilai perusahaan turun.

Kebijakan leverage terkait dengan nilai perusahaan, bahwa semakin tinggi proporsi utang, maka akan semakin tinggi nilai perusahan. Namun, pada titik tertentu peningkatan utang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang lebih kecil dari biaya yang ditimbulkannya. Besar kecilnya hutang yang dimiliki perusahaan tidak terlalu diperhatikan oleh investor, karena investor lebih melihat bagaimana pihak manajemen perusahaan mengunakan dana tersebut dengan efektif dan efisien untuk mencapai nilai tambah bagi nilai perusahaan.

Hal ini senada dengan pernyataan Jensen dan Meckling (1976) dalam Zaenal Arifin (2005: 12), mengatakan bahwa perusahaan dapat mengatasi masalah keagenan atau mengurangi biaya agensi di perusahaannya dengan melakukan pembatasan atas tindakan-tindakannya (bonding) yaitu mengurangi arus kas berlebih dengan mengalirkan sebagian arus kas kembali ke pemegang saham melalui dividen yang tinggi atau pembelian kembali saham, atau alternatif lain


(2)

perusahaan - perusahaan tersebut. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harjito dan Nurfaizah,(2006). menyatakan bahwa kebijakan hutan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas bahwa rasio hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan manufajtur, hal ini menunjukkan hutang yang tinggi dapat menimbulkan nilai perusahaan yang tinggi pula.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan di bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Insider ownership berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI . Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial atau insider ownership dapat memicu masalah keagenan dan meningkatkan nilai perusahaan.

2. Firm size berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. Peningkatan firm size perusahaan akan dapat memacu pada perolehan perusahaan akan pendanaan, oleh karena itu peusahaan yang memiliki size yang besar akan mampu meningkatkkan nilai perusahaannya.

3. Tingkat hutang atau leverage perusahaan manufaktur berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. Hutang menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi hutang-hutangnya dalam mendanai aktivitas operasional sehingga perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi mampu dalam meningkatkan nilai perusahaan manufaktur.


(4)

mempertahankan dan memperbaiki kinerja keuangan, karena semakin efektif dan efisien pihak manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan, maka akan meningkat pula kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan.

b. Bagi investor, hendaknya sebelum mengambil keputusan berinvestasi lebih cermat dan teliti mengenai nilai perusahaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan.

c. Bagi peneliti yang akan datang, menggali atau mengembangkan lagi faktor lain yang dalam kaitannya tentang nilai perusahaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, A. dan Knoeber, C. R. (1996). “Firm performance and mechanisms to control Agency problem between manager and shareholders”. Journal of Finance and Quantitative Analysis 31(3): 377-397.

Arifin, Zaenal, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal, Yogyakarta : Ekonisia

Bathala, C.T., Moon, K.P. dan Rao, R.P. (1994). “Managerial ownership,debt policy, and the impact of institutional holdings: An agency perspective”. Financial Management 23 (3): 38-50.

Bhattacharya, S. (1979). “Imperfect information, dividend policy and the “bird in the hand” fallacy”. Rand Journal of Economics 10: 259–270.

Borokhovich, K. A., Brunarski, K. R., Harman, Y. dan Kehr, J. B. (2005). “Dividends, corporate monitors and agency costs”. The Financial Review 40(1): 37-65.

Bursa Efek Jakarta. Indonesia Capital Market Directory. 2006-2009.

Brigham, Eugene dan Joel F.Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Edisi

Kedelapan, Buku II, Alih Bahasa oleh Ali Akbar Yulianto, Erlangga, Jakarta.

Chung, Ho Kee dan Stephen W. Pruitt, 1994. ”A Simple Approximation of

Tobin’s q”, Financial Management, Volume 23 Nomor 3, Halaman 70-74.

Cooper, Donald dan William Emory, 1996. Metode Penelitian Bisnis, Edisi

Kelima, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Djarwanto, dan Subagyo, Pangestu, 2000, Statistik Induktif, Edisi 4, BPFE,

Yogyakarta.

Dyckman, Thomas R, Roland E Dukes dan Charles J Davis, 2001. Akuntansi


(6)

Husnan S, Pujiastuti E., 1994, Manajemen Keuangan, Edisi 1, Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

Junaidi. 2006. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Agency Theory dengan Variabel Kontrol Dividend Payout Ratio, Ukuran Perusahaan, Asset Structure dan Resiko Bisnis (Studi pada Perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi, September 2006, Vol. 3, No. 2, Hlm.214-228

Masdupi, Emi. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 20, No. 1, Hlm. 57-69

Taswan, 2003. “Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Utang, dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan serta Faktor – Faktor yang

Mempengaruhinya”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September, STIE

Stikubank, Semarang. www.idx.co.id