Landasan Teori .1 Teori Keagenan Agency Theory

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Keagenan Agency Theory Agen adalah pihak yang diberi wewenang oleh pihak lain, disebut pemberi amanat, untuk bertindak atas nama pemberi amanat tersebut. Teori agen agency theory adalah cabang ekonomi yang berhubungan dengan perilaku pemberi amanat pemilik dan agennya manajer Horne, 1997:5 dalam hal lain pihak manajemenlah yang disebut sebagai agen dan pemberi amanat adalah pemilik perusahaan. Menurut Husnan dan Pudjiastuti 2002: 11 bagi perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas PT, yang lebih dulu terdaftar di pasar modal seringkali terjadi pemisahan antara penegelola pihak manajemen atau seringkali disebut sebagai pihak agen dengan pemilik perusahaan pemegang saham yang disebut sebagai principal.namun karena adanya perbedaan tanggung jawab dari keduanya ketika perusahaan mengalami kebangkrutan memungkinkan sekali akan timbulnya masalah atau konflik keagenan.

2.2.1.1 Masalah Keagenan

Permasalahan dasar yang timbul dalam agency theory menurut Jogi dan Tarigan 2007 adalah adanya konflik kepentingan pemegang saham dan manajer. Masing-masing pihak berkepentingan memaksimalkan tujuannya yang terkadang saling berlawanan. Tetapi setiap pihak juga memiliki resiko untuk manajer tidak ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal menjalankan fungsinya, sementara pemegang saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika salah memilih Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. manajer. Kondisi seperti ini merupakan konsekuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan. Menurut Brigham , Gapenski, dan Daves 1999 dalam Erni Masdupi, maslah keagenan bias terjadi antara pertama pemilik shareholders dengan manajer, kedua, antara manajer dengan debtholders dan yang ketiga, manajer dengan shareholders dan debtholders. Masalah keagenan menurut Jeff Madura, 2001: 43 adalah muncul ketika para manajer tidak bertindak sebagai agen yang bertanggung jawab kepada pemegang saham atau pemilik perusahaan. Sedangkan menurut Husnan dan Pudjiastuti, 2001: 12 masalah keagenan agency problems muncul dalam dua bentuk, yaitu antara pemilik perusahaan principals dengan pihak manajemen agent, antara pemegang saham dengan pemegang obligasi. Antara pemilik perusahaan dan manajemen muncul masalah keagenan ketika pihak manajemen dalam pengambilan keputusan keuangan lebih memaksimumkan kepentingan sendiri bukan untuk kepentingan pemegang saham. Sedangkan antara pemegang saham dengan pemegang obligasi muncul masalah keagenan ketika pengambilan keputusan keuangan diambil untuk kepentingan pemegang saham, namun mengorbankan kepentingan pemegang obligasi. Contohnya adalah kepentingan untuk menambah hutang yang sangat besar yang akan berdampak menurunnya harga obligasi, karena obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan akan dinilai sangat berisiko. Dngan demikian keputusan tersebut akan menguntungkan pemegang saham atas pengorbanan para kreditur. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1.2 Biaya Keagenan

Menurut Wahidawati, 2002, tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham Brigham, Gapensi, 1996 antara pihak manajemen atau manajer seringkali mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan sehingga timbul konflik kepentingan. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency theory.

2.2.1.3 Cara Mengatasi Biaya Keagenan

Masalah keagenan menurut Husnan dan Pudjiastuti 2002 : 12 dapat diatasi dengan menciptakan suatu mekanisme monitoring agar pihak manajemen agent selalu mengambil keputusan berdasarkan kepentingan pemegang saham. Namun mekanisme pengawasan itu sendiri akan memunculkan biaya-biaya. Menurut Wahidawati, 2002 dalam mengatasi agency cost ada beberapa alternatif sebagai berikut : Pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah Jensen Meckling, 1976. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kedua, dengan meningkatkan dividend payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya Crutley dan Hansen, 1989. Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen Jensen, et al., 1992; Jensen 1986. Keempat, institutional investor sebagai monitoring agents. Adanya kepemilikan oleh investor institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. 2.2.2 Kebijakan Hutang Perusahaan 2.2.2.1 Pengertian hutang Menurut Baridwan 1992 : 219 Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa akan datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha dimasa kini untuk untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain dimasa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu. Menurut Riyanto 1995: 227 Hutang atau modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan yang pada saatnya harus dibayar kembali. Sedangkan menurut Jeff Madura 2001: 224 adalah dana yang dipinjam oleh perusahaan. Perusahaan perlu meminjam dana tersebut untuk diinvestasikan dalam aktiva-aktiva yang berbentuk bangunan, mesin-mesin, dan peralatan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.2.2 Jenis-jenis Hutang

Menurut Riyanto 1995: 227-239, hutang kewajiban dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Hutang jangka pendek Short – Term Debt Hutang jangka pendek Short – Term Debt merupakan hutang yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun. Adapun jenis-jenis hutang jangka pendek, yaitu :  Rekening Koran Rekening Koran merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan dengan batasan plafon tertentu dimana perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang dibayarkan hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut.  Kredit dari Penjual Kredit dari penjual merupakan kredit perniagaan dan kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit. Apabila penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual baru menerima pembayaran harga dari barang yang dijual beberapa waktu kemudian setelah barang diserahkan.  Kredit dari Pembeli Kredit dari pembeli adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok supplier dari bahan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mentahnya atau barang-barang lainnya. Pembeli membayar harga barang yang dibelinya terlebih dahulu, dan setelah beberapa waktu berulah pembeli menerima barang yang dibelinya.  Kredit Wesel Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan “surat pengakuan utang” yang berupa kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu sesuai dengan notespromes, dan setelah ditanda tangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada Bank. 2. Modal AsingUtang Jangka Menengah Intermediate – Term Debt Modal asing atau utang jangka menengah adalah utang jangka waktu atau umurnya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah adalah :  Term Loan Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Term loan pada umumnya dibayar kembali dengan angsuran tetap selama satu periode tertentu misalnya pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan.  Leasing Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan “service” dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti halnya menjual obligasi untuk mendapatkan “service” dan hak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. milik untuk aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai dengan hak milik. 3. Modal AsingUtang Jangka Panjang Long – Term Debt Modal asingutang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah panjang, umurnya lebih dari 10 tahun. Jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara lain :  Pinjaman Obligasi Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, untuk nama pihak debitur mengeluarkan surat pengakuan hutang yang mempunyai nominal tertentu.  Pinjaman Hipotik Mortage Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang atau kreditur diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak agar supaya pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.

2.2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Utang

Menurut Jeff Madura 2001: 225 pemilik dana akan menilai kekayaan kredit dari perusahaan, berkenaan dengan beberapa faktor, yaitu: 1. Rencana penggunaan pinjaman perusahaan. 2. Kondisi keuangan bisnis perusahaan. 3. Peramalan tentang industri atau lingkungan disekitar bisnis perusahaan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Adanya jaminan dan perusahaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman.

2.2.3. Insider Ownership

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer Jogi Josua Tarigan 2007. Friend dan Hasbrouck 1988 seperti dikutip Moh’d et aL, 1998 dan Friend dan Lang 1988 menyatakan bahwa insider perusahaan mempunyai kepentingan yang lebih besar dalam menjamin kelangsungan hidup perusahaan karena resiko hutang non divesifable manajemen lebih besar dari investor publik, dengan kata lain, apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang maka akan mengancam likuiditas perusahaan dan posisi manajemen. Insider yang kpemilikannya lebih besar dalam perusahaan akan memiliki keinginan yang lebih besar dalam meminimalkan resiko struktur modal. Jensen dan meckling 1976 menyatakan bahwa kepemilikan orang dalam atau insider ownership merupakan ukuran prosentase saham yang dimiliki oleh direksi, manajemen, komisaris, ataupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan. Menurut Erni Masdupi 2005: 62 variable insider ownership dihitung dengan menggunakan rumus : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. INSD = Jumlah saham yang dimiliki komisaris direktur Jumlah saham beredar 2.2.4. Ukuran Perusahaan Firm Size Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal sahamnya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perusahaan yang bersangkutan. Size yang besar memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar modal. Kemudahan ini biasa ditangkap sebagai informasi yang baik. Size yang besar dan tumbuh biasanya merefleksikan tingkat profit dimasa yang akan datang. Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan Nisa Fidyati, 2003. perusahaan yang besar dan mapan stabil akan lebih mudah untuk ke pasar modal. Kemudahan untuk ke pasar modal maka berarti fleksibilitas bagi perusahaan besar lebih tinggi serta kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek juga lebih besar daripada perusahaan kecil Sedangkan untuk dapat bertahan dalam jangka panjang perusahaan kecil harus benar-benar pengusaha yang baik dengan bantuan analisis rasio keuangan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Frm Size diketahui dari mengukur variabel natural log of sales dengan menggunakan rumus Erni Masdupi : 2005:62, sebagai berikut : SIZE = NL Total Asset 2.2.5. Nilai Perusahaan 2.2.5.1. Pengertian Nilai perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. “Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar” Fakhruddin Hadianto, 2001. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi Soliha Taswan, 2002. Dalam realitasnya tidak semua perusahaan menginginkan harga saham tinggi mahal, karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor untuk membelinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan yang go public di BEJ melakukan stock split pemecahan saham di bursa efek “ICMD”, 2006. Itulah sebabnya, harga saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin. Artinya, harga saham tidak boleh terlalu tinggi mahal atau tidak boleh tertalu rendah murah. Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk pada citra perusahaan di pemandangan para investor. Harga saham yang optimal dapat dicapai melalui penarikan kesimpulan dari serangkaian pengalaman Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. perusahaan dalam menjual saham di bursa efek. Artinya, bila pasar sangat tertarik dengan saham yang diperdagangkan, maka perusahaan dapat menaikkan harga sahamnya, demikian juga sebaliknya. Nilai perusahaan dalam beberapa literatur disebut dengan berbagai istilah, misalnya price to book value PBV ratio Fakhuddin Hadianto, 2001 dan marketbook MB ratio Brigham Gapenski, 2006. Istilah nilai perusahaan pada masing-masing literatur meskipun berbeda, tetapi artinya adalah price to book value merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham Brigham Gapenski, 2006. Adapun yang dimaksud dengan nilai buku per saham atau book value per share adalah perbandingan antara modal dengan jumlah saham yang beredar Fakhuddin Hadianto, 2001. Jadi, price to book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. Berdasarkan perbandingan tersebut harga saham perusahaan akan dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Formula untuk menghitung price to book value ditunjukkan sebagai berikut Brigham Ehrhardt, 2002: Price To book Value = aham Nilaibukus asaham H arg Di mana Nilai Buku Saham Book Value per Share dapat dihitung dengan formula: Book Value per share = mberedar Jumlahsaha Modal Price to book value juga dapat berarti rasio yang menunjukkan apakah harga saham yang diperdagangkan overvalued di atas atau undervalued di Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bawah nilai buku saham tersebut Fakhruddin Hadianto, 2001. Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Dengan demikian, price to book value rasio sangat berguna untuk menentukan saham-saham apa saja yang mengalami overvalued, undervalued, atau wajar Pandowo, 2002. Keberadaan price to book value sangat penting bagi investor untuk menentukan strategi investasi. Hasil penelitian Yulianto 1998 yang dikutip oleh Pandowo 2002 menyimpulkan bahwa price to book value dapat digunakan untuk menentukan strategi investasi yang dilakukan investor di pasar modal. Berdasarkan nilai PBV, investor dapat memprediksi saham-saham yang mengalami undervalued dan overvalued, sehingga dapat menentukan strategi investasi yang sesuai dengan harapan investor untuk memperoleh dividen dan capital gain yang tinggi.

2.3. Pengaruh insider ownership Terhadap Nilai Perusahaan