PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMGAMES TOURNAMENT) TERHADAP HASIL BELAJAR LAYUPSHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET: Studi Eksperimen di SMP Negeri 1 Karawang Barat.

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh: Ferdianka Nursaori

NIM 1002227

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

(Studi Eksperimen di SMP Negeri 1 Karawang Barat)

Oleh

Ferdianka Nursaori

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Ferdianka Nursaori 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

SHOOT DALAM PERMAINAN BOLABASKET

(STUDI EKSPERIMEN DI SMP NEGERI 1 KARAWANG BARAT)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Drs. Mudjihartono, M.Pd 196508171990011001

Pembimbing II

Lukmannul Haqim Lubay, M.Pd 197508122009121004

Mengetahui Ketua Program Studi


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian... 7

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Metode Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 10

A. Kajian Pustaka... 10

B. Kerangka Pemikiran... 29

C. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A. Metode dan Desain Penelitian...31

B. Populasi dan Sampel... 32


(5)

D. Instrumen Penelitian... 37

E. Prosedur Penelitian... 39

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 47

A. Hasil Penelitian... 47

B. Pembahasan... 53

C. Diskusi Penemuan... 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 56

A. Simpulan... 56


(6)

ABSTRAK

Ferdianka Nursaori (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT) TeamGames Tournament Terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot dalam Permainan Bolabasket di SMP Negeri 1 Karawang Barat. Skripsi Program Studi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK-UPI. Pembimbing I: Drs. Mudjihartono, M.Pd Pembimbing II: Lukmannul Haqim Lubay, M.Pd. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya penggunaan model pembelajaran terutama dalam mengajarkan olahraga permainan. Pelaksanaan penelitian yaitu dengan mengujicobakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap olahraga permainan bolabasket khususnya dalam mengajarkan lay up shoot. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu sebanyak 28 orang siswa dari 30 orang populasi. Adapun instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah tes keterampilan lay up shoot permenit menurut Jackson Baumgartner dan memiliki validitas sebesar 0,78.Berdasarkan hasil penghitungan dan pengujian signifikansi kedua kelompok antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, ternyata kelompok eksperimen lebih memberikan peningkatan yang signifikan. Artinya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar lay up shoot di SMP Negeri 1 Karawang Barat.


(7)

ABSTRACT

This research is motivated by the lack of the use of models of learning, especially in teaching sports games.The implementation of the study is to pilot the implementation of cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) in basketball games especially in teaching lay up shoot. The method used in this study was an experiment by using a pretest-post test study design: Control Group Design. Sampling from 28 students of 30 populations using ’purposive sampling’. The research instruments used by researchers was lay up shoot skill test per minute according to Baumgartner Jackson and it has a validity of 0.78. Based on the results of the calculation and significance testing of the two groups between the experimental group and the control group, the experimental group turned out to be providing a significant improvement. That is, the implementation of cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) has significant impact on learning outcomes lay up shoot in SMP Negeri 1 Karawang Barat.


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan memegang peranan penting untuk kemajuan dan masa depan suatu bangsa, tanpa pendidikan yang baik mustahil bangsa tersebut akan maju. Berbagai cara dilakukan oleh ahli pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dimulai dari mengembangkan pendekatan mengajar, metode pendidikan, model-model pendidikan hingga mengembangkan kurikulum pendidikan. Semua itu dilakukan semata-mata untuk salah satunya menjawab tantangan zaman yang semakin dinamis.

Pendidikan juga merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapioleh negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia seperti masalah kuantitas, kualitas, efektivitas, dan masalah relevansi. Proses pendidikan dilaksanakan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Pendidikan sebagai perubahan perilaku sejak usia dini, maka dari itu peran guru harus memberikan kontribusi yang besar terhadap proses pendidikan, seperti pendapat yang diungkapkan Idris (dalam Melaz Nur Al Aziz, 2013, hlm. 1) “pendidikan adalah menanamkan hasrat ingin tahu, eksploratif, berpikir kreatif, bukan sekedar

memori salah dan benar.”

Menurut Piaget (dalam Tite Juliantine, 2012, hlm. 7), “tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan individu menjadi individu-individu yang kreatif, berdaya cipta, dan yang dapat menemukan (discover).” Pendapat lain dikemukakan oleh Tite Juliantine (2012, hlm. 7) menyebutkan bahwa “pendidikan adalah proses menolong, membimbing, mengarahkan, dan mendorong individu agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.” Ini berarti bahwa guru harus mendidik anak menjadi orang yang mampu melakukan hal-hal baru, dan tidak hanya sekedar


(9)

mengulang apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya, dengan tetap tanpa meninggalkan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan secara formal. Banyak negara di dunia yang menempatkan pendidikan jasmani sebagian bagian yang integral dari sistem pendidikan yang diterapkan di negaranya. Misalnya, di Jepang, Cina, Malaysia, Inggris, Jerman, Rusia, Kenya, Amerika, dan beberapa negara lainnya telah melaksankan pendidikan jasmani meskipun dengan cara dan prosedur yang berbeda.

Pendidikan jasmani merupakan proses yang dapat mengembangkan kegiatan bermain siswa, juga dalam aktivitas jasmani yang dilakukan terdapat nilai-nilai untuk mengembangkan pembentukan kepribadian. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Ateng Abdul Kadir (dalam Sucipto, 2010, hlm. 46) bahwa “penjas bukan hanya mengembangkan aspek fisik saja, melainkan akan mengembangkan aspek kognitif, emosi, mental, sosial, moral, dan estetika.”

Di Indonesia pendidikan jasmani sudah tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Engkos Koswara, 2013, hlm. 1) mengungkap bahwa:

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan, dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Berdasarkan uraian tersebut membuktikan bahwa pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan aspek fisik semata, melainkan juga mengembangkan aspek-aspek kognitif, emosi, mental, sosial, moral, dan estetika. Dengan mengembangkan beberapa aspek selain aspek fisik semata bukan tidak mungkin pendidikan jasmani dapat mengembangkan kemampuan akademik siswa.


(10)

Peranan guru pendidikan jasmani harus dapat menekankan pada peserta didik bahwa penguasaan keterampilan motorik bukan merupakan satu-satunya tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran, namun ada tujuan-tujuan pendidikan lain yang harus ditumbuhkembangkan dalam diri siswa sebagai individu utuh yang sedang tumbuh dan berkembang. tujuan-tujuan pendidikan tersebut adalah pengembangan seluruh potensi yang dimiliki siswa baik yang melibatkan dimensi kognitif, afektif, psikomotor, maupun sosial dalam pengertian yang lebih luas.

Selama ini guru pendidikan jasmani dalam pengajarannya masih banyak menganut sistem pendekatan yang konvensional atau bersifat teacher center, dimana siswa hanya mendapatkan informasi langsung dari guru. Meskipun pengajaran seperti ini dapat meningkatkan penguasaan keterampilan yang akan diajarkan, namun kekurangannya adalah siswa tidak berperan aktif dan hanya mengandalkan guru sebagai pemberi informasi yang baru. Hal ini menyebabkan rendahnya partisipasi dan tidak berkembangnya kreatifitas siswa ketika pembelajaran berlangsung khususnya pembelajaran permainan bolabasket. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal seperti ini terjadi karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menggugah minat dan partisipasi siswa, bahkan ketika mempelajari keterampilan yang kompleks seperti layup shoot dalam permainan bolabasket. Dengan demikian, guru harus dapat memposisikan diri sebagai fasilitator dan juga mediator ketika proses pembelajaran berlangsung agar dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih bertanggung jawab. Untuk menumbuhkan sikap aktif, inovatif, kreatif dari siswa tidaklah mudah dan dibutuhkan guru yang profesional. Menurut Bafadal (dalam Melaz Nur Al Aziz, 2013, hlm. 2), menyatakan bahwa:

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki visi yang tepat dan berbagai aksi inovatif. Guru dengan visi yang tepat berarti guru memiliki


(11)

pandangan yang tepat tentang pembelajaran, yaitu (1) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan terletak pada kualitas pembelajarannya dan sama sekali bukan pada aksesoris sekolah; (2) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu, sehingga guru dituntut melakukan berbagai pembaruan dalam hal pendekatan, metode, teknik, strategi, langkah-langkah, media pembelajaran, mengubah “status

quo” agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas; dan (3) harus

dilaksanakan atas dasar pengabdian, sebagaimana pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah pengabdian bukan sebagai sebuah proyek. Inovasi pembelajaran pada hakikatnya merupakan sesuatu yang baru mengenai pembelajaran, bisa berupa ide, program, layanan, metode, dan proses pembelajaran.

Berdasarkan masalah-masalah di atas, penulis akan mencoba memberikan salah satu solusi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament(TGT) yang bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap hasil belajar pendidikan jasmani, khususnya keterampilan layup shoot dalam permainan bolabasket. Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 63) “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai

tujuan bersama.” Sedangkan menurut Stahl (dalam Tite Juliantine 2013, hlm. 63)

“proses pembelajaran dengan model kooperatif mampu merangsang dan

menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua sampai enam orang siswa.” Pada pembelajaran koopeatif siswa didorong untuk dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan siswa yang lain agar tugas yang diberikan dapat diselesaikan. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) diharapkan siswa lebih termotivasi dan kegiatan yang sedang dilakukan menarik sehingga hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), teman dalam kelompok akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dalam game dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi ketika dalam permainan merupakan tanggung jawab individual.


(12)

Dari sekian banyak materi yang harus disampaikan guru pendidikan jasmani salah satunya adalah pembelajaran bolabasket. Permainan bolabasket adalah permainan yang dimainkan dengan tangan, dalam arti bola selalu dimainkan dari tangan ke tangan pemain dalam satu regu. Permainan bolabasket memiliki gerakan yang lengkap, seperti gerakan kaki pada saat berlari dan gerakan tangan pada saat menggiring bola ke keranjang lawan. Hal ini senada dengan pendapat Sodikun (dalam Sucipto, 2010, hlm. 23), yang mengatakan

bahwa “bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari, lompat, dan unsur kekuatan, kecepatan, kelenturan, dan lain-lain.” Permainan bolabasket terbilang sulit untuk diajarkan karena keterampilan seperti layup shoot begitu kompleks.

Dalam melakukan layup shoot dibutuhkan koordinasi antara kaki dan tangan yang baik. Menurut Imam Sodikun (dalam Sucipto, 2010, hlm. 27),

menyatakan bahwa “bolabasket termasuk jenis permainan yang kompleks gerakannya. Artinya gerakannya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang

terkoordinasi rapi sehingga pemain dapat bermain dengan baik.” Pada dasarnya

teknik dasar permainan bolabasket seperti layup shoot akan dapat dikuasai dengan baik, apabila proses pembelajaran dan penggunaan model pembelajarannya baik dan tepat.

Permasalahan yang sering terjadi ketika mengajarkan permainan bolabasket terutama dalam mengajarkan layup shoot adalah berpusatnya pengajaran pada guru atau teacher center dan juga guru kurang menguasai keterampilan ini. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar, sedangkan untuk menguasai keterampilan layup shoot dibutuhkan model pembelajaran yang tepat agar hasil belajar siswa meningkat. Dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena karakteristik dari model ini seperti bermain dalam sebuah game dengan mempelajari lembar kegiatan dan berdiskusi mengenai kesulitan yang dihadapi untuk dapat menguasai layup shoot.


(13)

Dari persoalan-persoalan yang telah dijelaskan, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) untuk melihat pengaruh model tersebut terhadap hasil belajar layupshoot. Maka, berdasarkan uraian permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TeamGames Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Layup Shoot”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Dalam penelitian adanya identifikasi masalah sangatlah penting untuk memperjelas permasalahan yang timbul dalam penelitian. Masalah dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya yaitu dalam pembelajaran bolabasket terutama ketika mengajarkan keterampilan layup shoot selalu berpusat kepada guru atau teacher center dan model pembelajaran yang digunakan model konvensional sehingga membuat rendahnya hasil belajar layup shoot siswa.

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament). Eggen dan Kauchak (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 63) berpendapat “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.” Model pembelajaran ini dipilih karena di setiap pertemuan anak diharuskan berkelompok dengan anggota yang berbeda untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Menurut Johnson & Johnson (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 64) yang termasuk indikator dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Saling ketergantungan yang positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka

d. Komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok


(14)

Menurut Oliver (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 21) ada tahapan gerak yang harus dilakukan dalam pembelajaran lay up shoot, yaitu:

(1) Lengan penembak diangkat tinggi sehingga membentuk huruf L, (2) bola dipegang dengan telapak jari pada tangan yang melakukan tembakan, (3) pemain melangkah dengan kaki yang benar dan melompat dengan kaki yang tepat, (4) pemain menjulurkan lengan untuk menembakan kearah titik sasaran pada papan, (5) pemain menggunakan tangan serta lengan yang tidak melakukan tembakan untuk menopang dan melindungi bola, (6) bola menyentuh titik sasaran pada papan.

Adapun model pembelajaran yang akan digunakan saat penelitian pada kelompok kontrol adalah model pembelajran konvensional. Pembelajaran konvensionalmerupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang mana cara penyampaiannya melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Model ini digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar lay up shoot siswa pada kelompok eksperimen yang di treatment dengan model pembelajaran kooperatif.

Pada penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah hasil belajar lay up shoot dimana hasil belajar diukur baik sebelum maupun sesudah dilakukan treatment. Menurut Sucipto (2010, hlm. 119) “lay up shoot adalah salah satu teknik lanjutan yang perlu dikuasai karena merupakan cara menembak yang

paling efektif untuk memasukkan bola ke keranjang.” Bentuk tembakan ini

memiliki kesempatan masuk yang besar jika dibandingkan dengan tembakan tiga angka.

Untuk mengukur hasil belajar lay up shoot dalam penelitian ini yang digunakan adalah tes layup shoot basket permenit menurut Jackson Baumgartner (dalam Heri Setadi, 2013, hlm. 40) yang memiliki tingkat validitas 0,78.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di uraikan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(15)

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar lay up shoot?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar lay up shoot?

3. Bagaimana perbandingan peningkatan hasil belajar lay up shoot dari model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran konvensional?

D. Tujuan Penelitian

Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar lay up shoot.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar lay up shoot.

3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar lay up shoot dari model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran konvensional.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian ekperimen. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107):

Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), dengan demikian metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

F. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, bagi guru, dan bagi lembaga pendidikan berupa manfaat teoritis sekaligus manfaat praktis, antara lain:


(16)

1. Bagi Siswa

1) Meningkatkan pembelajaran anak

2) Meningkatkan rasa percaya diri dan rasa senang terhadap proses pendidikan jasmani

3) Merasanakan suasana kompetitif dalam pembelajaran

4) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pemikiran konsep belajar melalui model pembelajaran kooperatif

2. Bagi Guru

1) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan model pembelajaran pada siswa

2) Meningkatkan pemahaman tentang penerapan model-model pembelajaran

3) Mengembangkan kemampuan penerapan model-model pembelajaran dalam pendidikan jasmani

3. Bagi Sekolah

1) Memberikan kontribusi bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran

2) Mendorong siswa untuk berprestasi melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan (PAIKEM)

3) Mampu mengembangkan pengdekatan pembelajaran sesuai dengan tuntutan lingkungan


(17)

31

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Suatu penelitian diperlukan metode yang akan digunakan karena dengan menggunakan metode penelitian, maka terdapat cara untuk menyelesaikan sebuah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107) “metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Sedangkan menurut Arikunto (2006, hlm. 3) mengatakan bahwa:

Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.

Jadi, metode eksperimen digunakan untuk mengungkap ada atau tidaknya pengaruh dari variabel-variabel yang telah dipilih untuk dijadikan penelitian. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah jenis metode penelitian yang dilakukan untuk mencari pengaruh akan variabel-variabelnya.

2. Desain Penelitian

Untuk mempermudah penelitian diperlukan sebuah desain penelitian. Desain penelitian berfungsi sebagai gambaran penelitian yang akan dilakukan. Untuk penelitian eksperimen ada dua bentuk desain penelitian, yaitu posttest only controldesign dan pretest-posttest control group design. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian pretest-posttest control group design. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 112) “pretest-posttest control group design membagi dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random, kemudian


(18)

diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol”. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 112) adapun bentuk desain untuk model ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Prestest-posttest Control Group Design

Kelompok Prestest Treatment/Perlakuan Posttest

Eksperimen A1 X1 A2

Kontrol B1 X2 B2

Keterangan:

A1 : hasil pretest kelompok eksperimen B1 : hasil pretest kelompok kontrol A2 : hasil posttest kelompok eksperimen B2 : hasil posttest kelompok kontrol

X1 : model pembelajaran kooperatif tipe TGT X2 : model pembelajaran konvensional

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”Pendapat lain dikemukakan oleh Bambang Abduljabar (2012, hlm. 14) bahwa “populasi adalah sekumpulan obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan.” Sedangkan menurut Sudjana (2005, hlm. 6):


(19)

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Karawang yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bolabasket yang berjumlah 30 orang siswa.

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan menurut Bambang Abduljabar (2012, hlm. 14) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) karena dari sampel tersebut dapat diperoleh sebuah data dan informasi dari jumlah total populasi.

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan seutuhnya mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Namun, dalam penelitian ini penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan teknik sampling purposive. Sugiyono (2013, hlm. 122) berpendapat “nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.” Sedangkan purposive sampling (Sugiyono, 2013, hlm. 124) adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Dengan menggunakan teknik sampling purposive memudahkan peneliti untuk menentukan sampel penelitian, sehingga setelah mendapatkan sampel peneliti hanya menentukan siswa mana yang termasuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(20)

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bolabasket di SMPN 1 Karawang. Banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 28 orang siswa. Dari jumlah sampel yang telah didapat akan dibagi menjadi dua kelompok dengan cara pengundian. 14 orang siswa sebagai kelompok treatment (perlakuan) dan 14 orang siswa yang lain sebagai kelompok kontrol. Kelompok treatment akan diberikan perlakuan, yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan.

Banyaknya sampel didapatkan dari rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 126). Rumusnya adalah sebagai berikut:

�= � .�. .

� � − +� . .

Keterangan:

s : jumlah sampel d : 0,05 N : populasi P : 0,5 λ2

:tingkat kesalahan Q : 0,5

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No. Nama Kelompok Jumlah

1 Kelompok Eksperimen 14 siswa

2 Kelompok Kontrol 14 siswa

Jumlah 28 siswa


(21)

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang perlu penafsiran-penafsiran agar tidak menimbulkan kekeliruan yang dapat menjauhkan dari maksud dan tujuan penelitian. Adapun variabel tersebut antara lain:

1) Model Pembelajaran Kooperatif

Eggen dan Kauchak (dalam Tite Juliantine, 2013, hlm. 63) berpendapat “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.” Sedangkan menurut Taniredja, dkk (2011, hlm. 55) “pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Abidin (2009, hlm. 42) “pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap dan perilaku bersama dalam bekerja, membantu diantara sesama dalam struktur kerja yang teratur dalam kelompok.” Menurut Isjoni (2010, hlm. 16):

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah model yang kegiatan belajar mengajarnya berpusat pada siswa, terutama untuk mengembangkan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran.

2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Menurut Rusman (2010, hlm. 224) “model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan


(22)

empat sampai enam orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.” Robert Slavin (2008, hlm. 166) berpendapat lain “pembelajaran koopertaif tipe Team Games Tournament (TGT) terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).” Berdasarkan pemaparan di atas, maka pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil b. Games tournament

c. Penghargaan kelompok 3) Lay Up Shoot

Menurut Sucipto (2010, hlm. 119) “lay up shoot adalah salah satu teknik lanjutan yang perlu dikuasai karena merupakan cara menembak yang paling efektif untuk memasukkan bola ke keranjang.” Bentuk tembakan ini memiliki kesempatan masuk yang besar jika dibandingkan dengan tembakan tiga angka. Lay up shoot adalah keterampilan yang relatif sulit untuk dikuasai karena memerlukan koordinasi kaki dan tangan yang baik. Pemain harus dapat menangkap dan menguasai bola dengan baik dan kemudian melakukan awalan dua langkah yang dilanjutkan dengan gerakan lompatan ke atas mendekati ring. Aspek penting yang perlu diperhatikan saat melakukan awalan adalah dua irama langkah, setelah menangkap atau menguasai bola pemain harus mengkonsentrasikan diri untuk melompat ke depan pada langkah pertama, kemudian melangkah pada langkah kedua dan dilanjutkan dengan gerakan meloncat ke atas dan melayang mendekati ring. Menurut Oliver (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 20) “keberhasilan dalam melakukan lay up shoot adalah dalam pengambilan langkah yang tepat untuk memaksimalkan hasil tembakan tersebut.” 4) Hasil BelajarLay Up Shoot Dalam Permainan Bolabasket


(23)

Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang menimbulkan perubahan perilaku, menetap, dan dilakukan secara sadar. Menurut Bloom (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 20) “ada tiga ranah hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.” Ketiga ranah tersebut merupakan tujuan utama dari proses pembelajaran. Dampak dari adanya sebuah pembelajaran adalah hasil belajar yang dapat diamati dan diukur. Dalam penelitian ini yang akan diteliti hanya dari ranah psikomotor atau yang akan diukur berupa hasil belajar keterampilan geraknya. Hasil belajar lay up shoot adalah menjadi fokus utama penelitian ini. Lay up shoot merupakan salah satu teknik lanjutan dalam permainan bolabasket.

Menurut Oliver (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 21) ada tahapan gerak yang harus dilakukan dalam pembelajaran lay up shoot, yaitu:

(1) Lengan penembak diangkat tinggi sehingga membentuk huruf L, (2) bola dipegang dengan telapak jari pada tangan yang melakukan tembakan, (3) pemain melangkah dengan kaki yang benar dan melompat dengan kaki yang tepat, (4) pemain menjulurkan lengan untuk menembakan kearah titik sasaran pada papan, (5) pemain menggunakan tangan serta lengan yang tidak melakukan tembakan untuk menopang dan melindungi bola, (6) bola menyentuh titik sasaran pada papan.

D. Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mempersiapkan instrumen yang akan digunakan. Sugiyono (2013, hlm. 147) menjelaskan bahwa “pada prinsipnya instrumen penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.” Menurut Nurhasan dan Hasanudin (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 39) “pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi dari suatu obyek tertentu dengan bantuan alat ukur.” Untuk memperoleh data secara objektif, diperlukan instrumen penelitian yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan terrefleksi dengan baik. Berdasarkan permasalah yang diangkat dalam penelitian ini mengenai keterampilan, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah tes keterampilan.


(24)

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes layup shoot basket permenit menurut Jackson Baumgartner (dalam Heri Setadi, 2013, hlm. 40) yang memiliki tingkat validitas 0,78.

Adapun rincian tesnya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan : Mengukur keterampilan layup shoot dalam permainan bolabasket 2. Alat : Alat tulis, dua buah kursi, meteran, bolabasket, stopwatch, dan

lapangan bolabasket 3. Petugas pelaksana :

a. Petugas pelaksana dibantu oleh siswa SMPN 1 Karawang Barat yang telah memahami tugas masing-masing, yaitu seorang yang menghitung masuk, seorang yang mencatat hasil, dua orang yang membantu menangkap bola dan meletakan kembali ke kursi, serta seorang testor yang mengamati sah atau tidaknya testee dalam melakukan gerakan lay up shoot

b. Pelaksanaan, testee berdiri di belakang garis tembakan hukuman. Pada saat aba-aba “ya” atau bunyi peluit testee mengambil bola dari kursi sebelah kanan dilanjutkan dengan gerakan lay up shoot ke arah ring basket. Setelah melakukan layup shoot, testee menangkap bola tersebut lalu mengoper kepada temannya yang berada di belakang kursi sebelah kanan. Setelah itu, testee mengambil bola dari kursi sebelah kiri dilanjutkan gerakan layup shoot ke arah ring basket, lalu menangkap bola tersebut dan mengoper pada temannya yang berada di belakang kursi sebelah kiri. Testee berusaha memasukan bola sebanyak mungkin ke dalam ring basket dalam waktu satu menit.


(25)

Keterangan Gambar: : Kursi

: Testee yang akan melakukan layup shoot : Siswa yang membantu pelaksanaan

4. Penskoran: Skor dihitung 1 jika gerakan tester dalam teknik lay up shoot benar dan bola masuk. Skor 0 jika tester melanggar peraturan traveling dan melakukan gerakan lay up shoot yang salah. Jumlah bola yang masuk ke dalam keranjang yang benar dijadikan penelitian.

Catatan:

a. Tembakan dianggap berhasil jika bola masuk ke dalam keranjang baik secara langsung ataupun dipantulkan terlebih dahulu ke papan

b. Apabila bola tidak masuk mendapatkan skor 0 c. Tidak sah apabila melanggar aturan lay up shoot

d. Siswa memiliki waktu 1 menit untuk melakukan lay up shoot dan nilai yang terbaik yang akan diambil

Jadi dalam tes ini siswa diberikan waktu selama 1 menit untuk melakukan lay up shoot dengan tujuan utamanya adalah memasukkan sebanyak-banyaknya ke ring dan melakukan gerakan dengan benar. Tes hanya dilakukan sebanyak satu kali, yaitu tes akhir (posttest) setelah diberikan serangkaian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

E. Prosedur Penelitian

Untuk memberikan kemudahan, maka perlu adanya prosedur kerja penelitian. Peneliti memulai penelitian dengan menentukan populasi. Populasi


(26)

yang dipilih oleh peneliti adalah siswa kelas VII SMPN 1 Karawang yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bolabasket yang berjumlah 30 orang. Kemudian, peneliti menentukan sampel dari jumlah populasi. Sampel yang didapatkan berjumlah 28 orang. Banyaknya sampel didapatkan dari rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 126).

Setelah mendapatkan jumlah sampel, peneliti membagi sampel menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan treatment dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Peneliti melakukan prestest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Treatment diberikan sebanyak 16 kali pertemuan. Setelah treatment selesai diberikan kemudian peneliti melihat hasil akhir dengan menggunakan tes keterampilan lay up shoot dari Jackson Baumgartner (dalam Heri Setadi, 2013, hlm. 40) yang memiliki tingkat validitas 0,78. Dari data yang didapat peneliti akan menganalisa dengan menggunakan statistika dan kemudian membuat kesimpulan. Dengan demikian, peneliti menggambarkan prosedur penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.3 Prosedur Penelitian

Populasi

Sampel

Treatment Pretest


(27)

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan tes keterampilan. Menurut Arikunto (2006, hlm. 150) “tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.” Sedangkan menurut Suharsiwi (dalam Heri Setiadi, 2013, hlm. 39) “tes merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.” Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan lay up shoot yang mana tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat melakukan keterampilan lay up shoot.

2. Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran selanjutnya diolah dengan menggunakan cara statistika dengan menggunakan Microsoft Excel untuk mengolah data tersebut.

1) Dengan menggunakan Microsoft Excel a. Mencari rata-rata (Mean)

Kelompok Eksperimen: Menggunakan Model Kooperatif Tipe TGT

Kelompok Kontrol: Menggunakan Model Pembelajaran yang Berpusat

Pada Guru

TesLay UpShoot

Analisis Data


(28)

b. Simpangan baku (Standar deviasi) (S) c. Varians (S2)

d. Jumlah (Sum) (∑X) 2) Menguji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari hasil pengukuruan berdistribusi normal atau tidak. Cara menguji normalitas data ini dengan menggunakan uji Liliefors (dalam Bambang Abduljabar, 2012, hlm. 102). Dan langkah-langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, X3....Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3...Zn dengan menggunakan rumus:

= � −

X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan sompangan baku sampel

b. Untuk setiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian peluang F(Zi) = P(Z≤Zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3....Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1, jika proporsi dinyatakan oleh S (Z1), maka

1 =

�� �� 1, 2, 3… � � ��<

d. Hitung selisih F(Z1)-S(Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya e. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak

selisih tersebut dan sebutlah harga tersebut Lo

f. Kriteria hipotesis adalah ditolak nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel dari daftar. Dalam hal ini hipotesis diterima.


(29)

Uji homogenitas dua varians adalah varians dari tes awal dan tes akhir baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Menguji homogenitas data setiap butir dengan rumus:

� = � � � �

� � � � �

Hipotesis ditolak jika F ≤ F(1-α)(n-1;n-1), jadi data setiap butir tes adalah homogen apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel.

4) Uji-t

Uji-t yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak). Menurut Nurhasan (dalam Heri Setiadi, 2013:43) “uji ini dipakai bila peneliti sudah menonjolkan salah satu kelompok eksperimen yang dibandingkan. Oleh karena itu, dinamakan uji satu pihak.” Tahapan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2 2. = −211− −2

�1 + 2 2

�2

3. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Terima hipotesis (Ho), jika <

1 1+ 2 2 1+ 2

Tolak hipotesis (Ho), jika ≥

1 1+ 2 2 1+ 2

4. Batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis (Ho)

1 = 21

�1 dan t1 = t 0,95 (14) 2 =

22

�2

dan t1 = t 0,95 (14)

1 1+ 2 2 1+ 2


(30)

5. Membandingkan thitung dengan ttabel 6. Membuat kesimpulan dengan kalimat

Tabel 3.4

PROGRAM PEMBELAJARAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT

DI SMPN 1 KARAWANG BARAT

No .

Pertemua n

Materi Tujuan/Tugas Gerak

Proses Pembelajara

n

Keteranga n

1 1 Tes

Keterampilan Awal (Pretest)

Untuk mengetahui kemampuan awal dari keterampilan siswa dalam

Peneliti memberikan bentuk tes lay up shoot tanpa ada pembelajaran

Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n


(31)

pembelajaran lay up shoot

sebelumnya 10 menit

2 2, 3, dan 4 Mempertahank an penguasaan bola (triple threat, ball fake) Memberikan sasaran kepada pengoper, menguasai bola dengan triple threat dan tipuan bola Peneliti memberikan arahan tentang cara bermain 2 vs 1, 2 vs 2, dan 2 vs 3

dengan tujuan akhir lay up shoot

Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit

3 5, 6, dan 7 Pembelajaran offense (passing, shooting, dan lay up shoot)

Menerima passing, menempatkan diri disudut-sudut kosong dan mencari ruang kosong Peneliti memberikan arahan tentang cara bermain 2 vs 3 dan 3 vs 3 dengan tujuan akhir shooting dan lay up shoot

Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit

4 8, 9, dan 10 Mempertahank an penguasaan bola dan mendukung pembawa bola Menggunakan ball fake, jab step, dan mencari ruang kosong untuk membuka jalur passing Peneliti memberikan arahan tentang cara bermain 2 vs 2 dan 2 vs 3 dengan tujuan akhir Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit


(32)

lay up shoot 5 11, 12,

dan 13 Menciptakan ruang dalam serangan (L-cut dan V-cut) Menciptakan jalur serang dengan menggunakan L-cut dan V-cut untuk menyerang Peneliti memberikan arahan tentang cara bermain 2 vs 2 dan 2 vs 3 dengan tujuan akhir lay up shoot

Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit

6 14 dan 15 Pembelajaran offense

Mengidentifika si alur terbuka ke basket dengan passing dan

dribblingdenga n cepat dan melakukan lay up shoot atau shooting

Peneliti memberikan arahan tentang cara bermain 3 vs 3 dan 3 vs 4 dengan tujuan akhir lay up shoot

Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit

7 16 Tes Akhir (Posttest) Untuk mengetahui kemampuan akhir dari keterampilan siswa dalam pembelajaran lay up shoot

Peneliti memberikan tes akhir lay up shoot setelah diberikan treatment (perlakuan) Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit


(33)

(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar lay up shoot. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament(TGT) memudahkan guru pendidikan jasmani untuk menyampaikan materi permainan bolabasket khususnya mengajarkan keterampilan lay up shoot. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kelompok eksperimen setelah diberikan treatment (perlakuan).

Selain itu model pembelajaran ini menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur, serta memberikan keleluasaan kepada siswa ketika mempelajari keterampilan baru karena siswa berdiskusi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Karawang Barat, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:

1. Dari sekian banyak model pembelajaran, sebaiknya guru pendidikan jasmani menggunakan salah satu dari model pembelajaran yang ada. Dengan menggunakan model pembelajaran akan memudahkan guru untuk menyampaikan materi dan mengembangkan kemampuan berpikir kristis siswa yang tidak bisa didapat jika menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)


(35)

siswa, sehingga model ini dirasa tepat ketika guru pendidikan jasmani akan mengajarkan permainan bolabasket khususnya keterampilan lay up shoot.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Al Aziz, Melaz Nur. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment Division Dalam Aktivitas Permainan Bolabasket. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Abidin, Yunus. (2009). Guru Dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqy.

Arikunto. S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.

Faozi, Rizal Ahmad. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Perilaku Sosial dan Keterampilan Bermain Bola Voli. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Juliantine, Tite dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Juliantine, Tite dkk. (2013). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Koswara, Engkos. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Terhadap Pembentukan Kerjasama Dan Hasil Belajar Keterampilan Bermain Futsal. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.


(37)

Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: Rajawali.

Setiadi, Heri. (2013). Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot Dalam Permainan Bola Basket. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative. Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sucipto dkk. (2010). Permainan Bolabasket. Bandung: Prodi PJKR UPI.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(1)

46

Ferdianka Nursaori, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teamgames Tournament) terhadap Hasil Belajar LAyupshoot dalam Permainan Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lay up shoot

5 11, 12,

dan 13 Menciptakan ruang dalam serangan (L-cut dan V-cut) Menciptakan jalur serang dengan menggunakan L-cut dan V-cut untuk menyerang Peneliti memberikan arahan tentang cara bermain 2 vs 2 dan 2 vs 3 dengan tujuan akhir lay up shoot

Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit

6 14 dan 15 Pembelajaran

offense

Mengidentifika si alur terbuka ke basket dengan passing dan

dribblingdenga n cepat dan melakukan lay up shoot atau shooting

Peneliti memberikan arahan tentang cara bermain 3 vs 3 dan 3 vs 4 dengan tujuan akhir lay up shoot

Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit

7 16 Tes Akhir

(Posttest) Untuk mengetahui kemampuan akhir dari keterampilan siswa dalam pembelajaran lay up shoot

Peneliti memberikan tes akhir lay up shoot setelah diberikan treatment (perlakuan) Pemanasan 10 menit Inti 60 menit Pendingina n 10 menit


(2)

47

Ferdianka Nursaori, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teamgames Tournament) terhadap Hasil Belajar LAyupshoot dalam Permainan Bola Basket


(3)

56 Ferdianka Nursaori, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teamgames Tournament) terhadap Hasil Belajar LAyupshoot dalam Permainan Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar lay up shoot. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament(TGT) memudahkan guru pendidikan jasmani untuk menyampaikan materi permainan bolabasket khususnya mengajarkan keterampilan lay up shoot. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kelompok eksperimen setelah diberikan treatment (perlakuan).

Selain itu model pembelajaran ini menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur, serta memberikan keleluasaan kepada siswa ketika mempelajari keterampilan baru karena siswa berdiskusi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Karawang Barat, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:

1. Dari sekian banyak model pembelajaran, sebaiknya guru pendidikan jasmani menggunakan salah satu dari model pembelajaran yang ada. Dengan

menggunakan model pembelajaran akan memudahkan guru untuk

menyampaikan materi dan mengembangkan kemampuan berpikir kristis siswa yang tidak bisa didapat jika menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)


(4)

56 Ferdianka Nursaori, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teamgames Tournament) terhadap Hasil Belajar LAyupshoot dalam Permainan Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa, sehingga model ini dirasa tepat ketika guru pendidikan jasmani akan mengajarkan permainan bolabasket khususnya keterampilan lay up shoot.


(5)

Ferdianka Nursaori, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teamgames Tournament) terhadap Hasil Belajar LAyupshoot dalam Permainan Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Al Aziz, Melaz Nur. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment Division Dalam Aktivitas Permainan Bolabasket. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Abidin, Yunus. (2009). Guru Dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqy.

Arikunto. S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.

Faozi, Rizal Ahmad. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Perilaku Sosial dan Keterampilan Bermain Bola Voli. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Juliantine, Tite dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Juliantine, Tite dkk. (2013). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Koswara, Engkos. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Terhadap Pembentukan Kerjasama Dan Hasil Belajar Keterampilan Bermain Futsal. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.


(6)

Ferdianka Nursaori, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teamgames Tournament) terhadap Hasil Belajar LAyupshoot dalam Permainan Bola Basket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: Rajawali.

Setiadi, Heri. (2013). Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Lay Up Shoot Dalam Permainan Bola Basket. Skripsi, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative. Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sucipto dkk. (2010). Permainan Bolabasket. Bandung: Prodi PJKR UPI.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DALAM PERMAINAN HOKI TERHADAP PERILAKU SOSIAL : Studi Eksperimen di SMAN 1 Warungkondang Kab.Cianjur.

0 3 11