Jilid-17 Depernas 24-Bab-148
BAB 148.
KEBIDJAKSANAAN DALAM LAPANGAN PRODUKSI.
Dalam bidang produksi Pemerintah menentukan kebidjaksanaan
diantaranja:
§ 1807. Pertamatama merobah kesadaran rakjat dan iklim ekonomi
sedemikian, hingga perhatian, minat dan daja kerdja rakjat dipusatkan
pada bidang produksi.
Pada waktu dahulu djiwa liberalisme mengusai ekonomi Indonesia, baik
dalam sektor partikulir maupun Pemerintah, dengan akibatakibatnja
jang mejebahkan banjak modal dan skill nasional terhambur.
Pemenuhan kebutuhan rakjat banjak disabotir oleh tindakantindakan
spekulasi dan manipulasi ,dalam sektor perdagangan.
§ 1808. Untuk memperbaiki iklim bagi penambahan produksi Pemerin
tah akan mendjamin diantaranja adanja:
a. kebidjaksanaan perkreditan jang lebih progresip untuk usahausaha jang
sesuai dengan kebidjaksanaan Pemerintah, terutama dibidang produksi.
b. mempergiat pendidikan skill dan penarikan pindjaman modal mau
pun tenaga ahli dari Luar Negeri — asalkan tidak dalam pimpinan.
c. kontinuitet dan kelantjaran pemasukan bahan baku.
d. penghargaan jang chusus dan pemberian djasa terhadap inisiatip
dan prestasi luarbiasa dalam sektor produksi.
e. adanja sistim pendidikan jang mengutamakan kedjuruan dan ke
ahlian jang menghasilkan tenaga untuk sektor produksi.
BAHAN.MAKANAN POKOK
§ 1809. Beras, djagung, ketela pohon dan ketela rambat.. Didasarkan
atas pemakaian carbohydrat sebanjak 160 kg. tiap djiwa tiap tahun maka
djumlah hasil dari bahan makanan jang mengandung carbohydrat disebut
diatas telah mentjukupi. Akan tetapi harus diingat bahwa basil ini tidak
tersedia merata sepandjang tahun dan disamping itu pengangkutan dari dae
rah surplus kedaerah minus belum begitu lantjar seperti jang diharapkan.
Andaikata hasil tadi dapat tersedia, merata sepandjang tahun sedang
pengangkutan dari daerah surplus kedaerah minus tidak menemui kesu
karan, toch keadaan tadi akan belum djuga, oleh karena dari 160 kg. tadi
jang berupa beras dibawah keinginan rakjat.
§ 1810. Produksi beras dan bahan makanan carbohydrat lainnja.
Tahun Beras
Djagung
Ketela pohon/rambat
Djumlah
Ribuan ton djagung dan ketela pohon/rambat dinilai beras
1955
7.217
1.882
11.246 x 30%
12.472 000 ton
1956
7.309
1.965
11.709 X 30%
12.804 ribu
1957
7.338
1.860
12.771 x 30%
13.105
1958
7.554
2.618
13.790 x 30%
14.309
1959
8.097
2.766
14.141 x 30%
15.105
4063
Angkaangka tahun 1958 adalah angkaangka sementara dan angka
angka tahun 1959 adalah taksiran.
Mengenai beras dapat dikemukakan bahwa pemakaian bahan ini
dimanamana terus naik. Hal ini disebabkan tidak sadja oleh karena tam
bahan penduduk, tetapi djuga oleh karena pemakaian tiap 2 djiwa ber
tambah, selandjutnja oleh karena didaerahdaerah dimana tadinja rakjat
nja biasanja tidak makan beras, sekarang beras ini merupakan bagian dari
pada menu mereka.
Demikianlah; djika diwaktu sebelum perang tiaptiap djiwa ratarata
memakai kira2 84 kg. beras setahun, maka ditahuntahun belakangan ini
pemakaian beras telah mentjapai djumlah kira a 93 kg. dan lebih tiap dji
wa setahun.
§ 1811. Target Pemerintah dalam djangka 3 tahun mengenai carbohy
drat ialah:
a. Beras 100 kg. tiap djiwa tiap tahun.
b. Djagung dan lain sumber carbohydrat paling sedikit 60 kg. cq beras.
§ 1812. Mengenai sub b terutama jang berhubungan dengan ketela pohon
tidak akan membawa kesukarankesukaran sebagai halnja dengan
beras. Kemungkinan memperbanjak basil bahan ini masih sangat luas sekali
dan berhubung dengan apa jang dikemukakan tadi hendaknja usaha
menambah basil ini selalu mendapat perhatian sepenuhnja, akan tetapi
dalam pada itu hendaknja djuga diperhatikan pula pasaran untuk kele
bihan dari pemakaian oleh petani sendiri.
Mengenai beras, penambahan produksi dalam garis besarnja dapat
didjalankan dalam dua tjara:
a. Memperbaiki jang sudah ada (intensifikasi)
b. Perluasan (extensifikasi).
Oleh karena intensifikasi ini dapat memberi tambahan dalam djangka
waktu pendek, maka titik berat untuk pengedjar selfsupporting akan beras
tadi diletakkan pada usahusaha intensifikasi tersebut.
Usaha intensifikasi ini dilakukan dengan djalan:
1. intensifikasi massal
2. melalui padi centra
Ad. 1. Intensifikasi massal.
Sedjak tahun 1958 Pemerintah telah mengadakan gerakan jang di
namakan „intensifikasimassal”. Tudjuan pokok dari gerakan tersebut
ialah: (a) memperbaiki saluransaluran pengairan desa; (b) memperluas
pemakaian bibit unggul; (c) menambah pemakaian pupuk; (d) pem
berantasan hama dan penjakit; (e) menjelenggarakan perlombaan.
Gerakan ini meliputi seluruh wilajah Indonesia, dilakukan setjara
serentak dan dibiajai setjara tambahan.
Dalam tahun 1958 untuk intensifikasi massal ini disediakan biaja se
besar Rp. 76 djuta, dengan harapan kenaikan produksi sebesar: beras =
342.000 ton; djagung = 190.000 ton; dan ketela pohon/rambat = 330.000
ton (nilai beras) atau totaal 862.000 ton nilai beras.
Njatanja diperoleh kenaikan produksi sebesar:
beras = 215.000 ton (± 63% rentjana),
4064
djagung
= 758.000 ton (+ 400% rentjana),
ketela pohon/rambat = 304.000 ton (+ 92% rentjana)
Untuk tahun 1959 disediakan biaja Rp.121 djuta, dengan harapan
kenaikan produksi sebesar:
beras
= 542.000 ton;
djagung
= 147.000 ton;
ketela
106.000 ton nilai beras.
Hasil tahun 1959 belum dapat dinilai karena belum selesai.
Untuk tahun 1960 direntjanakan pembiajaan Rp. 100 djuta dengan
harapan kenaikan produksi:
beras
= 400.000 ton;
djagung = 155.000 ton;
dan ubi = 290.000 ton;
Ad. 2. PadiCentra Fungsi Padi Centra ialah:
(a) menjediakan kredit terpimpin, jang berarti: kepada kaum tani pro
duksi diberi kredit berupa uang dan alatalat beserta bahanbahan
untuk keperluan mempertinggi produksi (pupuk, bibit unggul, obat
obatan untuk memberantas penjakit/hania, alatalat pertanian).
Maka dengan demikian ditimbulkan suatu ,,Productief effect jan
pasti daripada kredit jang diberi. Dahulu kredit diberi berupa uang
dan uang tersebut dapat dipergunakan untuk keperluankeperluan
lain (pesta, djudi, dan lainlain).
Pula dalam sistim pemberian kredit dimasa jang lalu dibutuhkan
djaminan physik dari pada petani jang terlalu sexing tak mampu mem
berikannja maka sekarang pemberian kredit didasarkan atas keper
tjajaan dan pengembaliannja dilaksanakan dengan sebagian dari tam
bahan produksinja.
(b) ikut mendjamin pemasukan padi pada Pemerintah jang diperlukan untuk
distribusi ke daerahdaerah minus.
(c) PadiCentra mengganti peranan penggilingan padi (petani sebagai
produsen diusahakan turut dalam kegiatan marketing, agar lebih
terdjamin kehidupan sosialnja.
§ 1813.
Gambaran perkembangan systim PadiCentra adalah
sebagai berikut:
a. Tahun 1958/1959 — 10 P.C. a 1.000 Ha =
10.000 Ha,
b. Tahun 1959/1960 — 42 P.C. a 2.500 Ha =
100.000 Ha,
c. Tahun 1960/1961 — 125 P.C. a 4.000 Ha =
500.000 Ha,
d. Tahun 1961/1962 — 500 P.C. a 6.000 Ha =
3000.000 Ha,
Dengan adanja PadiCentra diharapkan kenaikan produksi rata
rata 10 kwintal padi keying per ha.
Tambahan penerimaan jang dikuasai Pemerintah adalah + 6 kwin
tal padi kering per Ha, sehingga penerimaan padi oleh Pemerintah ber
tambah dalam:
4065
§ 1814 Adapun projekprojek irrigasi antara lain ialah:
Penjelesaian dalam tahun
Projek
1959
—
1. WAY SEPUTIH
(Lampung,Sumatera
Selatan).
Pembangunan dan guna
Pengairan sawah di
daerah transmigrasi se
luas 15.000 ha dengan
Kemungkinan perluas
an sebesar 30.000 ha.
+ 3000 ha
2. BATANGHARI/
(WAY SEKAM
PUNG):
LampungSumatera
Selatan/UTARA
Menjelesaikan pengair
an „detail” dari projek
ini seluas 7.000 ha.
1960
—
+ 4000 ha
1961
1962
1963
+ 2000 ha + 8000 ha 5000 ha
—
—
—
—
3. RAMAN UTARA
(LampungSumatera
Selatan).
Pembangunan baru
Raman Utara guna pe
ngairansawah seluas
5600 hadidaerah
transmigrasi.
4. PUNGGUR UTARA + 1000 ha
(WAY SEKAM
PUNG; Lampung
Sumatera Selatan)
Menjelesaikan pengair
an „Detail” dari projek
ini seluas 13.000 ha di
daerah transmigrasi.
+ 1000 ha +2000 ha
+ 2600 ha
—
+ 3000 ha +7000 ha
+ 2000 ha
—
5. KLINGI
(Palembang, Sumatera
Selatan)
Menjelesaikan pengair
an „detail” dari projek
+ 4700 ha
4066
—
—
—
—
Projek
6.TJISADANE BA RAT
(Djawa Barat)
Menjelesaikan pengair
an Tjisadane Barat se
luas 1200 ha guna pe
Ngairan sawah2 tadah
hudjan didaerah Tjilo
ngok bekas tanah par
tikelir.
7. BEKASI
Daerah BogorDjawa
Barat)
Pembangunan dan baru
Bekasi guna pengairan
sawah seluas 19.000 ha
Penjelesaian dalam tahun
1959
1960
1961
1962
+5200 ha +4800 ha +2000 ha
—
—
+ 19000 ha
—
—
+ 12000 ha
—
8. LAKBOK UTARA
Daerah Tasikmalaja,
DjawaBarat),
Mempertjepat penje
lesaian dan baru Peta
ruman beserta bangun
anbangunan pengairan
untuk daerah Lakbok
Jtara seluas 12.000 ha.
+1000 ha +5000 ha
—
9. KALIBAWANG
Daerah Istimewa (Jog
akarta)
Vlenjelesaikan pengair
m Kali Bawang guna
)engairan sawah' tadah
mdjan seluas 6.000 ha.
—
—
+6500 ha
10. WADUK DARMA
Daerah Tjirebon, Dja
waBarat)
Meneruskan pembuat
an Waduk Darma de
ngan saluran2 dan ba
igunanbangunan di
Cuningan untuk sawah
seluas 22.000 ha (15.500
ha sawah jang telah ada
akan terdjamin peng
airannja).
1963
—
—
—
—
—
—
—
—
—
4067
Tahun 1959/19 100.000 x 6 Kw = 600.000 Kw
60.000ton
60
=
Tahun 1960/19
500.000 x 6 Kw = 3.000.000 Kw
300.000ton
61
=
Tahun 1961/19
3000.000 x 6 Kw18.000.000 Kw
1.800.000 ton
Produksi beras seluruhnja dari sawah dan ladang:
Tahun 1959/1960 — 8.200.000 ton
Tahun 1960/1961 — 8.600.000 ton
Tahun 1961/1962 — 9.400.000 ton
Kebutuhan akan beras:
Tahun 1959/1960 — 9.000.000 ton.
Tahun 1960/1961 — 9.200.000 ton.
Tahun 1961/1962 — 9.300.000 ton.
Dalam program djangka pendek, usaha Pemerintah selain intensi
fikasi massal dan padi centra tersebut diatas djuga meliputi usahausaha
memperluas areal irrigasi.
Dapat djuga diterangkan bahwa dalam projek djangka pandjang Dja
tiluhur terdapat usahausaha djangka pendek jang berupa irrigasi sedang
dan ketjil.
Dengan djalan djangka pendek tersebut diatas, diharapkan dalam
tahun 1962 sudah dapat tertjapai selfsupporting beras, sehingga kemudian
tidak perlu lagi kita kepada beras dari luar negeri. Ketjuali projek 2 djang
ka pendek Pemerintah melandjutkan projek2 djangka pandjang jang
telah ada jaitu antara lain:
a. Kanalisasi b. mechanisasi rice farming.
a. Projek kanalisasi daerah pasangsurut di Kalimantan dan Sumatera. Tu
djuan kanalisasi ini ialah untuk membuka persawahan baru didaerah rawa
dengan djalan menggali saluran jang menghubungkan daerah ini dengan
sungai besar jang keadaan perairannja dipengaruhi oleh pasangsurut
laut. Karena permukaan air didalam saluran itu ikut serta turunnaik
dengan pasangsurut laut, maka zatzat asam jang terkandung dalam
rawarawa itu mengalir keluar. Tanahtanah rawa ini seolaholah ditju
tji dan dibersihkan dari pada zat itu, sehingga setelah 2 tahun lamanja
tanahtanah itu mendjadi subur dan dapat ditanami padi. Berdasarkan
prinsip terurai diatas, sistim kanalisasi ini terdiri atas sebuah saluran in
duk jang menghubungkan dua sungai besar; pads tiaptiap 5 km saluran
induk digalilah dikirikanannja saluransaluran sekonder masing 2 5 km
pandjangnja, sedangkan dikirikanannja saluran sekonder ini pada tiap
tiap 200 meter digali pula saluransaluran tcrsier, jang menghubungkan
saluran sekonder ini dengan tanahtanah jang akan didjadikan persawa
han baru. Dengan demikian maka pada tiaptiap satu kilometer saluran
induk itu terbukalah kemungkinan untuk pembukaan persawahan baru
seluas 1.000 ha dikirikanan saluran induk. Karena letaknja dasar salu
ran, baik saluran induk maupun saluran sekonder, dibawah permukaan
air surut, maka penggalian saluransaluran ini dikerdjakan dengan kapal
keruk (cutterdregge). Menurut rentjana semula jang kasar sekali, di
Kalimantan akan digali saluran induk antara Bandjarmasin dan Pontia
nak sepandjang 760 km dan di Sumatera antara Palembang dan Tandjung
balai sepandjang 840 km. Daripada rentjana ini baru dapat diselidiki dan
diukur „traceenja” antara Bandjarmasin dan Sampit di Kalimantan
4068
dan di Sumatera antara Palembang dan sungai Batanghari ditimurnja
Djambi. Pada awal tahun 1958 dengan kapalkapal keruk jang telah ada
digali 3 seksi daripada saluran induk tersebut, di Kalimantan, jaitu:
1. daripada seksi Kapuas/Kahajan sepandjang 24 km dari djurusan
Bosarang dan Mintin.
2. daripada seksi Kahajan/Sebangau sepandjang 60 km dari djurusan Mintin
dan Sebangau;
3. daripada seksi Sebangau/Sampit sepandjang 66 km dari djurusan
Sebangau dan Sampit.
Pada pertengahan tahun 1959 pandjangnja saluran induk jang telah digali
ketiga seksi itu baru berdjumlah 12,65 km. Karma hasil ini tidak be
gitu memuaskan, maka pada awal tahun 1958 dipesan 45 buah kapal ke
ruk baru. Menurut perkiraan, kapal keruk,baru itu, jang mempunjai kapa
sitet mengeruk sebanjak .180 ms/sedjam dalam tanah biasa, dapat meng
gali saluran induk itu sepandjang satu kilometer dalam waktu satu bulan
sehingga penggalian ketiga seksi tersebut diatas jang pandjangnja sedjumlah
150 km dengan mempergunakan 6 keruk, dapat diselesaikan dalam waktu
25 bulan. Di Sumatera belum dimulai dengan penggalian saluran, karena
tracenja masih harus diselidiki dan diukur, pekerdjaan mana pada achir
tahun 1959 diharapkan selesai.
§ 1815. PROJEK DJATILUHUR:
Projek Djatiluhur merupakan projek serbaguna (Multipurpose) dengan
tudjuan:
a. Pembangkitan tenaga listrik dengan daja terpasang 6 x 25.000 kw.
= 150.000 kw. hour.
b. Pengairan dalam musim kemarau dapat memberi air kepada daerah Irigasi
seluas 240.000 ha, jang berarti penambahan produksi beras dengan
lebih kurang 300.000 ton.
c. Pentjegahan bandjir K. Tjitarum bagi daerah Krawang.
d. Perikanan darat, jang dapat menghasilkan 800 ton ikan setahun
e. Pari wisata (toerisme).
Rentjana biajanja seluruhnja meliputi Rp. 5 miljard, termasuk $ 87 djuta.
Hingga achir tahun 1959 dapat diselesaikan beberapa .pekerdjaan per
siapan dan pekerdjaan dasar. jang terpenting ialah:
a. Pembuatan terowongan (tunnel) untuk menjalurkan air Tjitarum
b. selama dilakukan pembangunan bendungan.
c. pembuatan dasar (pondamen) untuk menara pusat tenaga listrik.
d. saluran pembuangan air dari turbine.
Oleh Pemerintah telah diputuskan untuk memilih alatalat elektro
mekanik dari gabungan ItaliPerantjis, jang sementara terdiri dari 5 units
turbines dan generatoren. .
Tingkat pekerdjaan selandjutnja ialah pembangunan dam induk dan
pembangunan menara pusat tenaga listrik. Untuk pekerdjaan ini telah
masuk hasilhasil penawaran pemborongan dan dalam waktu singkat akan
diambil keputusan.
4069
Dalam tahun 1960, ketjuali akan melandjutkan pekerdjaanpeker
djaan tersebut diatas, djuga akan dimulai dengan pembangunan dam induk.
Dalam tahun 1960 projek Djatiluhur belum menghasilkan tenaga
listrik. Unit pertama berketenagaan 25.000 kw. akan mulai djalan pada
media tahun 1963.
Mengenai pekerdjaan dibidang pengairan dalam rangka projek ini,
dapat diterangkan bahwa hingga achir tahun 1959 baru dilakukan peker
djaanpekerdjaan persiapan, jakni pengukuranpengukuran dan peren
tjanaan.
Untuk tahun 1960 pekerdjaan dalam bidang pengairan terdiri dari:
a. Pelandjutan pekerdjaan persiapanpersiapan termaksud diatas;
b. mulai pelaksanaan.
Dalam tahun 1960 pekerdjaan pengairan belum memberi hasil. Baru
dalam tahun 1962 pekerdjaan tersebut mulai menghasilkan, jakni tam
bahan 60.000 ha. jang dapat diberi air dalam musim kemarau, dan dapat
menghasilkan produksi beras I. k. 66.000 ton.
Dalam tahun 1963 pekerdjaan pengairan diharapkan akan selesai.
Seperti telah disinggung dimuka didapat daerah persawahan seluas 240.000
ha jang setahun terusmenerus dapat diairi dan pada tingkat ini akan di
peroleh tambahan produksi beras sebesar 1.k. 300.000 ton.
Untuk melaksanakan ini maka antara waduk Djatiluhur dan „water
yang” harus dibangun sehuah watervang lagi di '1'jitarum dekat kampung
Tjurug, jang akan membagikan air kedjurusan Barat, Walahar dan Timur;
selain daripada itu kedjurusan Barat dan Timur harus diganti saluran in
duk, jang pandjangnja masingmasing 68.dan70. kilometer. Selain dari
pada bendungan di Tjurug, masih diperlukan lagi bagian Barat bendungan
Tjibeet, Tjikarang dan Bekasi (ini telah hampir selesai dibangun) dan di
bagian Timur bendungan Tjiasem; disamping bangunanbangunan jang
besar itu masih dibutuhkan pula beherapa bangunanbangunan lain da
lam pelintasan saluran induk dengan djalanan sungaisungai. Rentjana
pengairan jang besar ini pada waktu sekarang sedang dalam penjusunan,
berdasarkan hasilhasil pengukuran „traacee” dan penjelidikan tanah.
Setelah selesai dilaksanakannja rentjana ini, maka dengan sistim go
longan ditiaptiap daerah pengairan terbukalah kemungkinan untuk tiap
tiap tahun mendapatkan 2 panen, sehingga diharapkan akan tambahan
produksi beras sebanjak tersebut diatas.
§ 1816. PEMBUKAAN TANAH KERING.
Pembukaan tanah kering setjara besarbesaran setjara mekanis (pro
jek beras) mempunjai 2 fungsi:
a. menahan erosi.
b. Penambahan areal jang berarti penambahan produksi.
Pembukaan tanah kering didaerahdaerah Sumatera Timur, Sumatera
Sclatan dan Kalimantan Selatan masih dalam taraf permulaan, sehingga
belum menggambarkan aktivitet penuh.
Dalam tahun 1960 direntjanakan 3 unit pembukaan tanah alang
alang masing2 2.500 ha/unit; tiap unit akan ditanami dengan 500 ha padi,
500 ha palawidja dan 1.500 ha pupuk hidjau.
4070
Pembukaan tanah kering ini bisa dipergunakan untuk multipurpose
— projek jaitu:
1. beras,
2. chewan (susu, daging, telor),
3. palawidja.
Sudah pada tempatnja, bahwa Saudarasaudara ikut memikirkan
hal ini.
Rentjana seluruhnja: 2 unit dalam waktu 10 tahun.
Kesimpulan beras Penduduk 1963 = 93 djuta kebutuhan a 100 ki
logram beras per kapita + 60 kilogram palawidja 93 djuta ton hasil diper
kirakan:
dengan masale intensificatie + padi centra 9,4 djuta ton
Irigasi sedang/ketjil tambah ±
0,1 „
„
Djatiluhur ±
0,3
„
„
9,8 djuta ton
sehingga ada memproduksi untuk bufferstock.
Katjangkatjangan, sajursajuran dan buahbuahan:
a. Kedele dan katjang tanah, katjang idjo.
Usaha mempertinggi hasil ini dapat didjalankan sebagai usaha routine
Djawatan Pertanian Rakjat. Ketjuali itu perluasan tanah pertanian
seperti tadi dikemukakan akan mengakibatkan djuga tambahnja pro
duksi ini.
b. Mengenai katjangkatjangan lainnja; sajursajuran danbuahbuahan
perlu dikemukakan disini peranan dari pekarangan. Luas pekarangan
diseluruh Indonesia ada + 3 djuta ha, diantaranja 1 djuta ha di Dja
wa. Oleh karena pekarangan ini kemungkinannja bare dipergunakan
sebagian ketjil sadja, maka tidak akan sukar melipatgandakan hasil
tadi. Usaha kearah ini telah dimulai oleh Djawatan Pertanian Rakjat
bagian perkebunan rakjat.
Perlu ditambahkan disini bahwa mengenai sajursajuran usaha
mempertinggi hasilnja ketjuali dipekarangan djuga didjalankan disa
*ah dan tegalan.
Didalam kesemua usahausaha tadi perlu dikemukakan faktorfaktor
berikut :
1.
,,Veredeling" dan seleksi dari padi, djagung, buahbuahan, sajursa
juran terns dikerdjakan. Hasil seleksi djagung antara lain ialah djenis
Metro dan djenis perla. Hasil seleksi padi jang sudah ditest ialah dje
nisdjenis Bangawan, Djelita, Si Gadis, dan Remadja.
Djenisdjenis Bengawan dan Si Gadis telah disiarkan setjara besar
besaran. Perlu dikemukakan disini bahwa soal seleksi ini masih mem
butuhkan perluasan dan tiap inisiatip dilapangan ini harus diterima
dengan kedua tangan.
Maka usahausaha jang sedang dilakukan, antara lain oleh Saudara
H. Siregar di Bogor dan oleh Saudara Jagus di Klaten, diikuti oleh
Pemerintah dengan penuh'perhatian.
2.
Kekurangankekurangan dilapangan pengangkutan pada umumnja
djuga mempengaruhi djeleknja produksi.
4071
3. Pada umumnja, dibandingkan dengan sebelum perang, maka petani
sekarang adalah djauh lebih dynamic. Djika sebelum perang sukar
untuk memasukkan' (introduceeren) tjaratjara baru, alatalat baru dan
lainlain maka sekarang terdapat sebaliknja.
4. Alatalat, bahanbahan• dan lainlain inilah, pula modal jang sering
mendjadi bottle neck untuk petani. Padi centra, seperti diuraikan tadi,
dibentuk djustru dengan maksud supaja halhal tadi tepat pada
waktunja diterima oleh petani, setjara kredit.
5. Provessing dan marketting dalam pertanian rakjat merupakan suatu
mata rantai jang lemah. Hingga sekarang jang mendjadi pokok ialah
penggilingan padi dan perdagangan beras, sedangkan petaniprodusen
hanja merupakan verlengstuk sadja dari penggilingan dan perdagangan
tadi. Usaha menjehatkan hal ini sudah dimulai, diantara lain direntja
nakan didalam tiap Padi Centra satu penggilingan padi.
Tadi dikemukakan bahwa sebagian terbesar dari petani adalah ter
lalu melarat sehingga mereka tidak dapat mengikuti adjakan Pemerintah
untuk menggunakan alatalat dan tjaratjara modern. Mereka melarat
oleh karena tidak dapat menggunakan alatalat dan tjaratjara modern, akan
tetapi sebaliknja oleh karena mereka tidak dapat menggunakan alat
alat tjaratjara modern mereka akan tetap melarat. Djustru untuk dapat
menerobos hal tadi itu diadakan systim Padi Centra sehingga dengan de
mikian petani dapat mengerdjakan tanahnja dengan alatalat dan tjara
tjara jang lebih modern.
Direntjanakan supaja achirnja pemerintah dapat menjerahkan Padi
Centra itu kepada koperasikoperasi tani, sehingga petani dapat menger
djakan satu dan lain sendiri setjara gotongrojong.
Untuk mengikuti keinginan masjarakat tani, djumlah achliachli kita
adalah djauh tidak seimbang dibanding dengan tugas jang dihadapinja.
Oleh karena itu masih harus banjak tenaga dan pikiran dipusatkan terha
dap pendidikan, kader dilapangan ini.
KECHEWANAN: DAGING, TELOR DAN SUSU.
§ 1817. Keadaan sekarang.
Tentang persoalan kebutuhan protein, Dewan Bahan Makanan da
lam Sidangnja pada tanggal 4 Mei 1959 antaranja telah memutuskan,
bahwa sebagai startingpoint untuk memenuhi kebutuhan akan protein,
per capita sehari harus tersedia 60 gram (45 gram protein nabati dan 15
gram protein chewan).
Berdasarkan atas pedoman tersebut, dan mengingat akan imbangan
antara produksi kechewanan dan perikanan pada saat sekarang berperban
dingan 49 : 51, maka dalam bidang kechewanan harus dapat disediakan
49% dari 15 gram, jaitu: ± 7½ gram.
Ini berarti bahwa untuk penduduk jang 85 djuta djumlahnja dalam
tahun 1957 dibutuhkan ±,226.000 ton animal protein.
4072
Disamping itu produksi dalam tahun 1957 itu baru berdjumlah ±
134.000 ton, sehingga masih kekurangan 94.000 ton atau 42%.
Adapun sebab2 kurangnja produksi animal protein tersebut diatas
ialah:
a. Peternakan rakjat pada umumnja didjalankan sebagian besar
ditanah Djawa, berhubung dengan kebutuhan ternak pembadjak (eleegve).
Mengingat akan sangat padatnja penduduk di pulau Djawa dan sangat
ketjilnja grondbezitsvorm, maka potensi memperbanjak djumlah ternak
telah sangat terbatas (ketjuali ternak ketjil dan unggas), berhubung dengan
adanja persaingan antara kebutuhan areal untuk menanam bahan
makanan manusia dan chewan.
Diluar Djawa kekurangan produksi disebabkan karena kurang ke
tjerdasan umum pada rakjat didalam bidang peternakan dan disamping
itu djuga disebabkan oleh karena kurangbanjaknja penduduk.
b. Marketing.
Sedjak beberapa tahun jang terachir dihadapi banjak kesulitan ten
tang pengangkttan dari daerah2 jang terdapat banjak ternak kedaerah2
jang amat memerlukannja, jang disebabkan tidak adanja lagi kapal 2
pengang
kut chusus untuk ternak. Dengan keadaan demikian export ternak dari
daerah2 itu kurang lantjar adanja, sehingga stimulans untuk memperkem
bangkan peternakan tertekan adanja.
Pengangkutan dengan kereta api di Djawa djuga menderita kesukaran
berhubung dengan tidak tepat pada waktunja disediakannja gerbong 2
jang diperlukan sehingga stocpiling ternak dikota 2 jang memerlukan (Dja
wa Barat pada umumnja) kurang terdjamin. Keadaan ini menimbulkan
naiknja harga daging untuk consument.
c. Ongkos pengangkutan.
Ongkos2 pengangkutan berhubung dengan sebab 2 tersebut diatas
pada umumnja djuga meningkat, sehingga harga 2 ditempat2 pemakaian
mendjadi lebih tinggi dari semestinja.
§ 1818. TARGET.
a. Kebutuhan akan animal protein jang berasal dari peternakan
didalam Negeri pada tahun2 jang akan datang dapat digambarkan seperti
daftar dibawah ini:
Tahun
1957
1962
1967
1972
1977
1982
Penduduk
86.3 Djuta
93.6 „
102.5 „
112.8 „
124.6 ,,
137.0 „
Protein hewan
228.000 ton
247.000 ,,
271.000 „
298.000 „
329.000 ,,
262.000 „
4073
b. Keperluan untuk export:
Keperluan export keluar Negeri akan ternak potongan sangat tergantung
akan permintaan dari daerah2 jang membutuhkan.
Selain dari pada kesulitan akan pengangkutan kapal, pada tahun achir 2
ini ternjata, bahwa export keluar Negeri pada umumnja mendjadi agak
kurang adanja karena saingan dari Negeri 2 lain (antaranja Thailand dan
Singapore mengenai babi).
Dalam tahun2 jang terachir export. ternak potongan keluar Negeri
dapat digambarkan sebagai daftar dibawah ini;
Tabun
Kuda
Sapi
Kerbau Kambing/ Babi
domba
1956
—
4571
—
—
8.840
1957
—
4074
1680
—
32.848
1958
—
4243
—
24.169
§ 1819.. Kebidjaksanaan.
Usaha Pemerintah dalam rangka memenuhi target seperti telah di
gambarkan diatas dapat diperintji dalam 2 djenis.
a. Usaha djangka pendek.
1. Memperkembangkan peternakan ajam.
Perkembangan ternak unggas hingga sekarang mengalami banjak
kesulitan karena meradjalelanja penjakit pseudovogelpest. Korban. tiap
tahunnja karena penjakit tersebut berkisar antara 40 — 50% dari djumlah
unggas. Dengan djalan melakukan vaccinatie besarbesaran terhadap pe
njakit tersebut jang sedang disiapkan rentjananja, dapat diharapkan djumlah
ternak unggas dapat dilipatgandakan. Pada saat ini pernilikan ajam adalah
rata2 1,5 ekor tiap orangnja. Dengan vaccinatie seperti tersebut diatas pe
milikan ajam dapat diharapkan meningkat sampai 2 a 3 ekor ajam tiap
orangnja.
Disamping usaha menjelamatkan ternak unggas dengan vaccinatie
tersebut, perkembangan peternakan unggas masih dapat diperbaiki lagi
dengan mempertinggi mutu unggas rakjat dengan djalan penjebaran bibit
ternak jang unggul pada masjarakat.
2. Pemerahan ternak rakjat.
Produksi protein untuk kebutuhan rakjat dalam djangka pendek ma
sih dapat diusahakan dengan pemerahan ternak rakjat, (kambing chusus
nja). Usaha ini telah dimulai beberapa tahun jang lalu setjara incidentil.
Kini sedang disiapkan rentjana gerakan pemerahan ternak rakjat jang
dimaksudkan setjara besar2an.
Dengan usaha2 djangka pendek tersebut diatas sadja dapat diharap
kan produksi protein seperti tersebut dibawah ini:
4074
Tahun
1957
1962
1967
Protein (ton)
134.000
200.000
270.000
Keterangan
Dengan usaha2 jang
dimaksudkan, maka
dalam 10 tahun da
pat ditjapai target
jang dibutuhkan
Adapun djenis produksi jang lebih tinggi ini, ditjapai dengan tambahan
daging unggas, telur dan susu.
b. Usaha djangka pandjang.
1. Perbaikan makanan ternak.
Karena didaerah2 penghasil ternak potongan (Nusa Tenggara)
dalam musim kemarau sangat kekurangan makanan ternak, sehingga meng
akibatkan susutnja timbanghidup ternak jang diexport (sampai 20%),
sedangkan dalam musim penghudjan terdapat berlimpahlimpah rumput,
maka untuk mengatasi keadaan jang buruk ini, sedang direntjanakan hooi
bereiding setjara machinaal didaerah2 jang dianggap perlu itu.
Hingga sekarang produksi bungkil klapa jang sangat berharga bagi
perkembangan ternak chusus hanja ditudjukan untuk keperluan export.
Dirasa sangat perlu, mulai lebih memperhatikan bahan tersebut untuk
keperluan dalam negeri sendiri. Berhubung dengan itu allokasi untuk ke
pentingan dalam negeri sendiri perlu diperhatikan lebih dahulu.
2. Perbaikan mutu ternak.
Dengan perbaikan kwaliteit ternak dengan djalan selectie, castratie
dan pemberian bibit jang unggul kepada rakjat, masih dapat diharapkan
tambahan produksi.
3. Penjebaran ternak.
Didaerah2 diluar Djawa, dimana ada kemungkinan dapat berkem
bangbiaknja ternak, perlu diusahakan penjebaran bibit ternak berasal
dari daerah2 jang padat akan ternak.
Usaha ini setjara ketjil 2an telah dimulai didaerah Kalimantan, dan
kepulluan Maluku. Hasilnja memberikan harapan besar.
Dalam rangka usaha transmigrasi, usaha penjebaran ternak jang di
maksud itu perlu direntjanakan setjara besar2an.
Dengan usaha2 djangka pendek dan djangka pandjang seperti diurai
kan diatas, berangsurangsur target seperti digambarkan diatas dapat di
tjapai.
Pemakaian animalprotein bagi perbaikan susunan makanan rakjat
pada hakekatnja sangat terpengaruh oleh keinsafan rakjat sendiri terha
dap menu jang sehat.
Soal pendidikan dan propaganda merupakan masalah jang penting
sebagai tugas Departemen Kesehatan.
4075
Untuk kebutuhan jang maksimal akan protein hewan harus ada pe
ternakan jang chusus diluar Djawa jang dilengkapi dengan tempat 2 pen
dinginan (diepvriesinstallaties), kapal2 pendingin dan lainlain.
Ini perlu pemikiran jang teliti dan rentjana jang pandjang.
Adalah pada tempatnja bila saudara2 memikirkan hal ini.
PERIKANAN LAUT.
§ 1820. Keadaan sekarang.
a. Productie.
Seperti tadi sudah diuraikan, maka untuk mendjaga supaja tubuh ma
nusia sehat dan kuat per capita sehari harus tersedia 60 gram protein, her
arti: tiap manusia setahun membutuhkan zatputihtelur sedjumlah mi
nimum 22 kg.
Dad 22 kg. zatputih telur ini adalah:
16 — 17 kg. zatputihtelur nabati dan 5 — 6 kg. zatputihtelur chewani.
Dalam memenuhi kebutuhan 5 — 6 kg, proteine chewani per tahun
ini jang equivalent dengan 25 a 30 kg. daging/ikan per tahun, maka ba
gian jang dipikulkan pada:
sektor kehewanan adalah ............± 13 kg. staging.
sektor perikanan (taut + darat) ..± 17 kg. ikan
produksi perikanan (laut + darat) Indonesia sekarang berdjumlah:
Perikanan taut ............± 400.000 ton setahun
Perikanan darat .........± 300.000 ton setahun
Djumlah: 700.000 ton setahun
Bagi 85 djuta djiwa penduduk Indonesia djumlah produksi 700.000
ton ikan setahun berarti bahwa setiap orang Indonesia setiap tahun hanja
mendapat bagian ± 8 kg. ikan.
b. Faktor jang mempengaruhi kekurangan produksi.
1. Ketjerdasan umum nelajan.
Tingkat usaha perikanan laut rakjat adalah sangat sederhana,
500.000 orang nelajan dengan djumlah 200.000 buah matjam
matjam alat penangkapan dan 110.000 buah perahu penangkapan
hanja menghasilkan ratarata 400.000 ton setahun; njata bahwa
mereka belum dapat bekerdja setjara rationeel.
2. Pengetahuan technis.
Nelajannelajan kita tjukup tjerdas dalam menggunakan alat
alat sederhana mereka. Akan tetapi mereka kurang pengetahuan
dan pengalaman dalam menggunakan alatalat modern (kini baru
terdapat ±1000 buah kapal bermotor).
3. Modal.
Nelajannelajan kita hampir tidak punja modal (jang dimiliki ha
nja tenaga kerdja dan alatalat sederhana jang digunakan, pada
hal perusahaan perikanan laut adalah sangat kapitaalsintensief).
4076
Kreditorganisasi jang memberikan kredit setjara teratur kurang ada;
pemberian kredit setjara teratur sampai sekarang hanja didjalankan oleh
koperasikoperasinja jang djuga tidak tjukup punja modal (sifat sekedar
bedrijfkrediten).
Jang sekarang meradjalela jalah' idjon, karena kredit teratur dari
bank instellingen tidak mungkin, berhubung soal borg.
4. Alatalat dan bahanbahan perikanan.
(a) dari dalam Negeri: kurang baik organisasidistribusinja.
(b) dari Luar Negeri: sukar didapat, dan harganja sangat mahal,
karena import dan distribusi pada waktu jang lalu berada diluar
pengusaha Pemerintah.
5.Marketing.
Marketing dibidang perikanan, sebagian terbesar berada diluar pe
nguasaan Pemerintah, jaitu dikuasai tengkulak dan pedagang, dan mela
lui terlampau banjak tangan sebelum sampai pada konsumen: Tjara pe
ngawetan ikan belum sempurna, untuk dapat disimpan tjukup lama agar
dapat dibawa kedaerahdaerah konsumsi (Djawa) dengan alatalat pe
ngangkutan jang sangat kurang.
§ 1821. Mengingat target 17 kg. ikan per capita per tahun, maka masih
harus ditjapai meerproduksi ikan, sebanjak + 9 kg. per capita per tahun;
dari djumlah mana tugas menambah hasil ikan setahun adalah:
± 5 kg. ikan laut
± 4 kg. ikan darat
Djumlah 'nelajan Indonesia adalah 500.000 djiwa jang kini mengha
silkan 400.000 ton ikan per tahun atau berarti 850 kg. hasil ikan per tahun
per nelajan.
Hasil produksi jang harus ditjapai sedjumlah 850.000 ton per tahun
berarti hasil penangkapan ikan sedjumlah 1760 kg. ikan laut per tahun
per nelajan.
§ 1822. Kebidjaksanaan.
Dalam usaha melengkapi kebutuhan akan ikan laut, Pemerintah
mengambil kebidjaksanaan antara lain melalui jang akan dinamakan „ikan
centra”. Usaha kearah ini telah didjalankan dengan sudah didirikan P.T.
U.P.P.I. (Usaha Pembangunan Perikanan Indonesia), oleh Pemerintah.
Tugas daripada U.P.P.I. ini ialah terutama:
a. memperlengkapi kebutuhan para nelajan.
b. memberi kredit kepada para nelajan.
c. memberi bimbingan dalam arti seluasluasnja kepada para nelajan.
d. mengatur marketing hasil perikanan laut.
Disamping adanja „ikan centra” tersebut diatas tetap dipelihara dan
diaktiveer kooperasikooperasi jang telah ada, dan diusahakan penam
bahan djumlah kooperasikooperasi:
Dalam usaha pengawetan ikan Pemerintah menitik beratkan pada ikan
asin, ikan peda dan ikan pindang. Sedangkan pengawetan tjara lain seperti:
1. ikan es (dengan es atau dengan coolstore);
2. ikan beku (diepvries installatie);
3. ikan ' kaleng hendaknja mendapat perhatian Saudarasaudara
4077
Pula diharap perhatian Saudarasaudara terhadap soal pendidikan
tenaga ahli perikanan laut jang kurang djumlahnja, dan terhadap soal
modal jang sangat diperlukan untuk membuka setjara besarbesaran
usaha perikanan bait jang gemechaniseerd.
PERIKANAN DARAT.
§ 1823. Productie.
Produksi perikanan darat pada tahun 1958 berdjumlah 300.000 ton;
kebutuhan sebenarnja berdjumlah ± 650.000 ton setahun;
dus kurang 350.000 ton setahun.
Kekurangan produksi disebabkan:
a.
Sangat tidak meratanja penduduk: di Djawa penduduk sangat
padat, tenaga memproduceer berlimpahlimpah, daja konsumsi sangat
be
sar, sedang lapangan produksi amat sempit. Sebaliknja diluar Djawa:
penduduk sangat tipis, lapangan memproduceer sangat luas, tetapi
tenaga penghasilan sangat kurang, jang lebih diperhambat lagi oleh
pelbagai faktor, antaranja kesulitan perhubungan, alatalat lalu lintas
dan sebagainja.
b.
Rintanganrintangan alam borupa tumbuhtumbuhan padat
menutup
perairan umum (jaitu sungaisungai, danaudanau dan rawarawa).
c.
Ketjerdasan umum dan pengetahuan technis rakjat jang sebagian
ter
besar masih rendah.
d.
Modal sangat kurang.
e.
Alatalat dan bahanbahan jang diperlukan untuk produksi tidak
men tjukupi kebutuhan dan sulit didapat.
f.
Kekurangan sangat akan tenagatenaga ahli.
§ 1824. Rentjana kebidjaksanaan.
Untuk.mentjapai produksi jang mentjukupi kebutuhan dalam negeri,
maka Pemerintah mendjalankan usahausaha;
a. Pembrantasan tumbuhtumbuhan diantaranja jang menutupi perairan
umum itu.
b. Memperdalam tempattempat perlindungan ikan diperairan umum.
c. Memperbanjak penjebaranpenjebaran djenis ikan jang unggul di
perairan umum.
d. Mengadakan persediaan alatalat dan bahanbahan perikanan jang
tjukup.
e. Menjediakan garam jang tjukup untuk pengawetan.
f. Memperbanjak balai benih ikan.
g. Memperbanjak alatalat pengangkutan untuk mempertjepat pengang
kutan benih ikan.
h. Mengadakan kredit untuk para nelajan jang tjukup dan teratur.
Usahausaha tersebut diatas disalurkan melalui Djawatan Perikanan
Darat, ikancentra, dan koperasikoperasi nelajan.
4078
PEGARAMAN.
§ 1825. Umum: Disamping P.G.S.N. jang sudah lama membuat garam,
maka keadaan pegaraman rakjat sedang berada dalam taraf perkembangan.
Perusahaan pegaraman dimulai setelah ditjabutnja ordonantie 1941
Staatsblad No.357 dan 388, tentang ;,Zout Monopolie" dan diganti dengan
Undangundang Darurat No.25 tahun 1957 (Lembaran Negara No. 82
tahun 1957).
Garam merupakan suatu bahan pokok jang sangat vitaal dan masa
lah ini Iebih2 sekarang mendapat perhatian Pemerintah dengan politiknja
menggerakkan usaha rakjat banjak.
§ 1826. Keadaan sekarang: Luas areal:
Luas aeral tanah jang tjotjok uintuk Pegaraman Rakjat berdjumlah
±6,090 Ha.
Ini terdapat di Djawa Barat
: 187 Ha.
Djawa Tengah
: 1.050 Ha.
Djawa Timur
: 2.410 Ha.
Sulawesi
: 2.000 Ha.
Bali
: 118 Ha.
Nusa Tenggara Barat :
325 Ha.
Djumlah
: 6.090 Ha.
Jang telah diusahakan jalah kurang lebih separoh, dengan hasil
237.420 ton.
Produksi tahun 1958:
P.G.S.N. memprodusir garam sebanjak 300.000 ton.
Pegaraman rakjat
237.420 ton.
Djumlah: 537.420 ton.
§ 1827. Kwalitet:
Pegaraman Rakjat pada umumnja lebih rendah kwalitetnja dari pada
basil P.G.S.N.
Kesukaran2 hingga pada dewasa ini:
Ketjuali pengusaha2 pegaraman Rakjat masih harus memperdalam
teknik pembuatan garam, maka kebutuhan Akan modal sangat dirasakan.
Di Madura misalnja, luas areal jang dikerdjakan baru merupakan kurang
lebih separoh dari djumlah areal jang sesungguhnja ialah sebanjak 1.448 Ha.
(Areal sebenarnja 2.410. Ha).
Bank tani dan Nelajan telah memberikan pindjaman untuk seluas
469,2 Ha. dengan djumlah:
Rp. 2.373.284,10, sehingga rata2 untuk tiap Ha. dibutuhkan kredit sedjum
lah Rp. 5000.—.
§ 1828. Transport: Hingga sekarang soal pengangkutan masih meru
pakan soal jang sangat sulit, terutama dalam hal pengangkutan melalui
laut.
4079
§ 1829. Processing: Pada hakekatnja tjara; pembuatan garam sebagian
besar masih mempergunakan proces penguapan air laut jang dialirkan
dalam petak2 tambak. Djadi sangat bergantung pada matahari dan musim.
§ 1830. Pemakaian garam pada waktu sekarang:
Atas dasar ilmu kesehatan, maka kebutuhan akan garam untuk tiap
orang berdjumlah 200 gram tiap bulan, sehingga untuk keperluan ini
dibutuhkan (garam konsumsi):
85.000.000 x 12 x 200 gram =
204.000 ton.
Untuk perikanan laut dan darat
200.000 ton.
Untuk industri (menurut pendjualan
P.G.S.N. tahun 1957):
23.000 ton.
Djumlah :
427.000 ton/setahun.
§ 1831. T a r g e t : a. Tambahnja penduduk berdjumlah +2% tiap tahun
atau 1.760.000 orang, sehingga kebutuhan akan garam untuk keperluan
(garam konsumsi) bertambah 4.224 ton (dibulatkan 4.300 ton).
b. Berdasarkan suatu minimum requirement,. bahwa rakjat Indonesia
per capita setahun membutuhkan 5 — 6 kg proteine chewan jang equi
valent dengan 25 — 30 kg daging ikan, maka bagian jang dipikulkan
pada sektor kechewanan + 13 kg daging.
Sektor perikanan (darat dan laut) + 17 kg. ikan. Malta untuk keper
luan 88 djuta rakjat Indonesia diperlukan setahunnja 85.000.000 x 17 kg
ikan .= 1.445.000 ton ikan. Dengan demikian diperlukan garam untuk
pengawetan ikan sebanjak lebih kurang x 1.445.000 ton = 481.000
ton, sama dengan tidak kurang dari 450.000 ton garam.
c. Untuk kebutuhan industri misalnja industri soda, pabrik ketjap,
margarine dan sebagainja dalam tahun 1956 diperlukan garam 27.000
ton, dan dalam tahun 1957 23.000 ton, jang semua itu bersumber
kepada garam Pemerintah.
Berdasarkan atas paeil jang constant maka sedikitnja diperlukan
garam industri 25.000 ton.
d. Sehingga kebutuhan akan garam tiap tahunnja berdjumlah:
1. Garam konsumsi
210.000 ton.
2. Garam industri perikanan 450.000 ton.
3. Garam industri lainnja
25.000 ton
Djumlah:
685.000 ton.
Agar angka ini lebih nampak kclatar depan, maka angka produksi actual
adalah setahunnja 537.000 ton (Darr Pemerintah dan garam Rakjat).
Guna mentjapai target, maka produksi hares dinaikkan dengan paling
rendah 685.000 — 537.000 ton = 148.000 ton setahun.
Dalam memikirkan akan keperluan garam ini Pemerintah mengu
sahakan agar djuga terdapat adanja bufferstock jang tersebar ditiap
daerah untuk dapat menghindarkan kematjetan.
Untuk mentjapai kenaikan produksi garam rakjat itu, maka Pemerin
tah merentjariakan supaja penjuluhan didjalankan oleh Djawatan Per
ikanan Darat (dengan bantuan P.G.S.N.), dan perkreditan serta marketing
4080
supaja didjamin oleh U.P.P.I. (Usaha Pembangunan Perikanan Indone
sia; dengan bantuan Bank Tani dan Nelajan).
KAPAS, RAMI, RAYON
§ 1832. Djika kita memperhitungkan kebutuhan akan textil = 6½ meter
per djwa/ per tahun, jang berarti sama dengan kuranglebih 1 kg serat
kapas bersih; maka kebutuhan kita akan kapas bersih adalah untuk tahun
tahun;
1960 : ........k.l.
90 djuta kg.
1961 : ........k.l.
91 djuta kg.
1962 : ........k.l.
92 djuta kg.
Kalau diingat bahwa petani waktu ini barn dapat menghasilkan rata
rata 1 kwintal kapas bersih per ha., maka untuk bisa selfsupporting di
perlukan tanaman kapas seluas lebihkurang 900.000 ha., sedangkan luas
tanah jang kiranja tepat untuk ditanami kapas adalah tidak lebih dari
450.000 ha.
Karenanja, untuk memenu
KEBIDJAKSANAAN DALAM LAPANGAN PRODUKSI.
Dalam bidang produksi Pemerintah menentukan kebidjaksanaan
diantaranja:
§ 1807. Pertamatama merobah kesadaran rakjat dan iklim ekonomi
sedemikian, hingga perhatian, minat dan daja kerdja rakjat dipusatkan
pada bidang produksi.
Pada waktu dahulu djiwa liberalisme mengusai ekonomi Indonesia, baik
dalam sektor partikulir maupun Pemerintah, dengan akibatakibatnja
jang mejebahkan banjak modal dan skill nasional terhambur.
Pemenuhan kebutuhan rakjat banjak disabotir oleh tindakantindakan
spekulasi dan manipulasi ,dalam sektor perdagangan.
§ 1808. Untuk memperbaiki iklim bagi penambahan produksi Pemerin
tah akan mendjamin diantaranja adanja:
a. kebidjaksanaan perkreditan jang lebih progresip untuk usahausaha jang
sesuai dengan kebidjaksanaan Pemerintah, terutama dibidang produksi.
b. mempergiat pendidikan skill dan penarikan pindjaman modal mau
pun tenaga ahli dari Luar Negeri — asalkan tidak dalam pimpinan.
c. kontinuitet dan kelantjaran pemasukan bahan baku.
d. penghargaan jang chusus dan pemberian djasa terhadap inisiatip
dan prestasi luarbiasa dalam sektor produksi.
e. adanja sistim pendidikan jang mengutamakan kedjuruan dan ke
ahlian jang menghasilkan tenaga untuk sektor produksi.
BAHAN.MAKANAN POKOK
§ 1809. Beras, djagung, ketela pohon dan ketela rambat.. Didasarkan
atas pemakaian carbohydrat sebanjak 160 kg. tiap djiwa tiap tahun maka
djumlah hasil dari bahan makanan jang mengandung carbohydrat disebut
diatas telah mentjukupi. Akan tetapi harus diingat bahwa basil ini tidak
tersedia merata sepandjang tahun dan disamping itu pengangkutan dari dae
rah surplus kedaerah minus belum begitu lantjar seperti jang diharapkan.
Andaikata hasil tadi dapat tersedia, merata sepandjang tahun sedang
pengangkutan dari daerah surplus kedaerah minus tidak menemui kesu
karan, toch keadaan tadi akan belum djuga, oleh karena dari 160 kg. tadi
jang berupa beras dibawah keinginan rakjat.
§ 1810. Produksi beras dan bahan makanan carbohydrat lainnja.
Tahun Beras
Djagung
Ketela pohon/rambat
Djumlah
Ribuan ton djagung dan ketela pohon/rambat dinilai beras
1955
7.217
1.882
11.246 x 30%
12.472 000 ton
1956
7.309
1.965
11.709 X 30%
12.804 ribu
1957
7.338
1.860
12.771 x 30%
13.105
1958
7.554
2.618
13.790 x 30%
14.309
1959
8.097
2.766
14.141 x 30%
15.105
4063
Angkaangka tahun 1958 adalah angkaangka sementara dan angka
angka tahun 1959 adalah taksiran.
Mengenai beras dapat dikemukakan bahwa pemakaian bahan ini
dimanamana terus naik. Hal ini disebabkan tidak sadja oleh karena tam
bahan penduduk, tetapi djuga oleh karena pemakaian tiap 2 djiwa ber
tambah, selandjutnja oleh karena didaerahdaerah dimana tadinja rakjat
nja biasanja tidak makan beras, sekarang beras ini merupakan bagian dari
pada menu mereka.
Demikianlah; djika diwaktu sebelum perang tiaptiap djiwa ratarata
memakai kira2 84 kg. beras setahun, maka ditahuntahun belakangan ini
pemakaian beras telah mentjapai djumlah kira a 93 kg. dan lebih tiap dji
wa setahun.
§ 1811. Target Pemerintah dalam djangka 3 tahun mengenai carbohy
drat ialah:
a. Beras 100 kg. tiap djiwa tiap tahun.
b. Djagung dan lain sumber carbohydrat paling sedikit 60 kg. cq beras.
§ 1812. Mengenai sub b terutama jang berhubungan dengan ketela pohon
tidak akan membawa kesukarankesukaran sebagai halnja dengan
beras. Kemungkinan memperbanjak basil bahan ini masih sangat luas sekali
dan berhubung dengan apa jang dikemukakan tadi hendaknja usaha
menambah basil ini selalu mendapat perhatian sepenuhnja, akan tetapi
dalam pada itu hendaknja djuga diperhatikan pula pasaran untuk kele
bihan dari pemakaian oleh petani sendiri.
Mengenai beras, penambahan produksi dalam garis besarnja dapat
didjalankan dalam dua tjara:
a. Memperbaiki jang sudah ada (intensifikasi)
b. Perluasan (extensifikasi).
Oleh karena intensifikasi ini dapat memberi tambahan dalam djangka
waktu pendek, maka titik berat untuk pengedjar selfsupporting akan beras
tadi diletakkan pada usahusaha intensifikasi tersebut.
Usaha intensifikasi ini dilakukan dengan djalan:
1. intensifikasi massal
2. melalui padi centra
Ad. 1. Intensifikasi massal.
Sedjak tahun 1958 Pemerintah telah mengadakan gerakan jang di
namakan „intensifikasimassal”. Tudjuan pokok dari gerakan tersebut
ialah: (a) memperbaiki saluransaluran pengairan desa; (b) memperluas
pemakaian bibit unggul; (c) menambah pemakaian pupuk; (d) pem
berantasan hama dan penjakit; (e) menjelenggarakan perlombaan.
Gerakan ini meliputi seluruh wilajah Indonesia, dilakukan setjara
serentak dan dibiajai setjara tambahan.
Dalam tahun 1958 untuk intensifikasi massal ini disediakan biaja se
besar Rp. 76 djuta, dengan harapan kenaikan produksi sebesar: beras =
342.000 ton; djagung = 190.000 ton; dan ketela pohon/rambat = 330.000
ton (nilai beras) atau totaal 862.000 ton nilai beras.
Njatanja diperoleh kenaikan produksi sebesar:
beras = 215.000 ton (± 63% rentjana),
4064
djagung
= 758.000 ton (+ 400% rentjana),
ketela pohon/rambat = 304.000 ton (+ 92% rentjana)
Untuk tahun 1959 disediakan biaja Rp.121 djuta, dengan harapan
kenaikan produksi sebesar:
beras
= 542.000 ton;
djagung
= 147.000 ton;
ketela
106.000 ton nilai beras.
Hasil tahun 1959 belum dapat dinilai karena belum selesai.
Untuk tahun 1960 direntjanakan pembiajaan Rp. 100 djuta dengan
harapan kenaikan produksi:
beras
= 400.000 ton;
djagung = 155.000 ton;
dan ubi = 290.000 ton;
Ad. 2. PadiCentra Fungsi Padi Centra ialah:
(a) menjediakan kredit terpimpin, jang berarti: kepada kaum tani pro
duksi diberi kredit berupa uang dan alatalat beserta bahanbahan
untuk keperluan mempertinggi produksi (pupuk, bibit unggul, obat
obatan untuk memberantas penjakit/hania, alatalat pertanian).
Maka dengan demikian ditimbulkan suatu ,,Productief effect jan
pasti daripada kredit jang diberi. Dahulu kredit diberi berupa uang
dan uang tersebut dapat dipergunakan untuk keperluankeperluan
lain (pesta, djudi, dan lainlain).
Pula dalam sistim pemberian kredit dimasa jang lalu dibutuhkan
djaminan physik dari pada petani jang terlalu sexing tak mampu mem
berikannja maka sekarang pemberian kredit didasarkan atas keper
tjajaan dan pengembaliannja dilaksanakan dengan sebagian dari tam
bahan produksinja.
(b) ikut mendjamin pemasukan padi pada Pemerintah jang diperlukan untuk
distribusi ke daerahdaerah minus.
(c) PadiCentra mengganti peranan penggilingan padi (petani sebagai
produsen diusahakan turut dalam kegiatan marketing, agar lebih
terdjamin kehidupan sosialnja.
§ 1813.
Gambaran perkembangan systim PadiCentra adalah
sebagai berikut:
a. Tahun 1958/1959 — 10 P.C. a 1.000 Ha =
10.000 Ha,
b. Tahun 1959/1960 — 42 P.C. a 2.500 Ha =
100.000 Ha,
c. Tahun 1960/1961 — 125 P.C. a 4.000 Ha =
500.000 Ha,
d. Tahun 1961/1962 — 500 P.C. a 6.000 Ha =
3000.000 Ha,
Dengan adanja PadiCentra diharapkan kenaikan produksi rata
rata 10 kwintal padi keying per ha.
Tambahan penerimaan jang dikuasai Pemerintah adalah + 6 kwin
tal padi kering per Ha, sehingga penerimaan padi oleh Pemerintah ber
tambah dalam:
4065
§ 1814 Adapun projekprojek irrigasi antara lain ialah:
Penjelesaian dalam tahun
Projek
1959
—
1. WAY SEPUTIH
(Lampung,Sumatera
Selatan).
Pembangunan dan guna
Pengairan sawah di
daerah transmigrasi se
luas 15.000 ha dengan
Kemungkinan perluas
an sebesar 30.000 ha.
+ 3000 ha
2. BATANGHARI/
(WAY SEKAM
PUNG):
LampungSumatera
Selatan/UTARA
Menjelesaikan pengair
an „detail” dari projek
ini seluas 7.000 ha.
1960
—
+ 4000 ha
1961
1962
1963
+ 2000 ha + 8000 ha 5000 ha
—
—
—
—
3. RAMAN UTARA
(LampungSumatera
Selatan).
Pembangunan baru
Raman Utara guna pe
ngairansawah seluas
5600 hadidaerah
transmigrasi.
4. PUNGGUR UTARA + 1000 ha
(WAY SEKAM
PUNG; Lampung
Sumatera Selatan)
Menjelesaikan pengair
an „Detail” dari projek
ini seluas 13.000 ha di
daerah transmigrasi.
+ 1000 ha +2000 ha
+ 2600 ha
—
+ 3000 ha +7000 ha
+ 2000 ha
—
5. KLINGI
(Palembang, Sumatera
Selatan)
Menjelesaikan pengair
an „detail” dari projek
+ 4700 ha
4066
—
—
—
—
Projek
6.TJISADANE BA RAT
(Djawa Barat)
Menjelesaikan pengair
an Tjisadane Barat se
luas 1200 ha guna pe
Ngairan sawah2 tadah
hudjan didaerah Tjilo
ngok bekas tanah par
tikelir.
7. BEKASI
Daerah BogorDjawa
Barat)
Pembangunan dan baru
Bekasi guna pengairan
sawah seluas 19.000 ha
Penjelesaian dalam tahun
1959
1960
1961
1962
+5200 ha +4800 ha +2000 ha
—
—
+ 19000 ha
—
—
+ 12000 ha
—
8. LAKBOK UTARA
Daerah Tasikmalaja,
DjawaBarat),
Mempertjepat penje
lesaian dan baru Peta
ruman beserta bangun
anbangunan pengairan
untuk daerah Lakbok
Jtara seluas 12.000 ha.
+1000 ha +5000 ha
—
9. KALIBAWANG
Daerah Istimewa (Jog
akarta)
Vlenjelesaikan pengair
m Kali Bawang guna
)engairan sawah' tadah
mdjan seluas 6.000 ha.
—
—
+6500 ha
10. WADUK DARMA
Daerah Tjirebon, Dja
waBarat)
Meneruskan pembuat
an Waduk Darma de
ngan saluran2 dan ba
igunanbangunan di
Cuningan untuk sawah
seluas 22.000 ha (15.500
ha sawah jang telah ada
akan terdjamin peng
airannja).
1963
—
—
—
—
—
—
—
—
—
4067
Tahun 1959/19 100.000 x 6 Kw = 600.000 Kw
60.000ton
60
=
Tahun 1960/19
500.000 x 6 Kw = 3.000.000 Kw
300.000ton
61
=
Tahun 1961/19
3000.000 x 6 Kw18.000.000 Kw
1.800.000 ton
Produksi beras seluruhnja dari sawah dan ladang:
Tahun 1959/1960 — 8.200.000 ton
Tahun 1960/1961 — 8.600.000 ton
Tahun 1961/1962 — 9.400.000 ton
Kebutuhan akan beras:
Tahun 1959/1960 — 9.000.000 ton.
Tahun 1960/1961 — 9.200.000 ton.
Tahun 1961/1962 — 9.300.000 ton.
Dalam program djangka pendek, usaha Pemerintah selain intensi
fikasi massal dan padi centra tersebut diatas djuga meliputi usahausaha
memperluas areal irrigasi.
Dapat djuga diterangkan bahwa dalam projek djangka pandjang Dja
tiluhur terdapat usahausaha djangka pendek jang berupa irrigasi sedang
dan ketjil.
Dengan djalan djangka pendek tersebut diatas, diharapkan dalam
tahun 1962 sudah dapat tertjapai selfsupporting beras, sehingga kemudian
tidak perlu lagi kita kepada beras dari luar negeri. Ketjuali projek 2 djang
ka pendek Pemerintah melandjutkan projek2 djangka pandjang jang
telah ada jaitu antara lain:
a. Kanalisasi b. mechanisasi rice farming.
a. Projek kanalisasi daerah pasangsurut di Kalimantan dan Sumatera. Tu
djuan kanalisasi ini ialah untuk membuka persawahan baru didaerah rawa
dengan djalan menggali saluran jang menghubungkan daerah ini dengan
sungai besar jang keadaan perairannja dipengaruhi oleh pasangsurut
laut. Karena permukaan air didalam saluran itu ikut serta turunnaik
dengan pasangsurut laut, maka zatzat asam jang terkandung dalam
rawarawa itu mengalir keluar. Tanahtanah rawa ini seolaholah ditju
tji dan dibersihkan dari pada zat itu, sehingga setelah 2 tahun lamanja
tanahtanah itu mendjadi subur dan dapat ditanami padi. Berdasarkan
prinsip terurai diatas, sistim kanalisasi ini terdiri atas sebuah saluran in
duk jang menghubungkan dua sungai besar; pads tiaptiap 5 km saluran
induk digalilah dikirikanannja saluransaluran sekonder masing 2 5 km
pandjangnja, sedangkan dikirikanannja saluran sekonder ini pada tiap
tiap 200 meter digali pula saluransaluran tcrsier, jang menghubungkan
saluran sekonder ini dengan tanahtanah jang akan didjadikan persawa
han baru. Dengan demikian maka pada tiaptiap satu kilometer saluran
induk itu terbukalah kemungkinan untuk pembukaan persawahan baru
seluas 1.000 ha dikirikanan saluran induk. Karena letaknja dasar salu
ran, baik saluran induk maupun saluran sekonder, dibawah permukaan
air surut, maka penggalian saluransaluran ini dikerdjakan dengan kapal
keruk (cutterdregge). Menurut rentjana semula jang kasar sekali, di
Kalimantan akan digali saluran induk antara Bandjarmasin dan Pontia
nak sepandjang 760 km dan di Sumatera antara Palembang dan Tandjung
balai sepandjang 840 km. Daripada rentjana ini baru dapat diselidiki dan
diukur „traceenja” antara Bandjarmasin dan Sampit di Kalimantan
4068
dan di Sumatera antara Palembang dan sungai Batanghari ditimurnja
Djambi. Pada awal tahun 1958 dengan kapalkapal keruk jang telah ada
digali 3 seksi daripada saluran induk tersebut, di Kalimantan, jaitu:
1. daripada seksi Kapuas/Kahajan sepandjang 24 km dari djurusan
Bosarang dan Mintin.
2. daripada seksi Kahajan/Sebangau sepandjang 60 km dari djurusan Mintin
dan Sebangau;
3. daripada seksi Sebangau/Sampit sepandjang 66 km dari djurusan
Sebangau dan Sampit.
Pada pertengahan tahun 1959 pandjangnja saluran induk jang telah digali
ketiga seksi itu baru berdjumlah 12,65 km. Karma hasil ini tidak be
gitu memuaskan, maka pada awal tahun 1958 dipesan 45 buah kapal ke
ruk baru. Menurut perkiraan, kapal keruk,baru itu, jang mempunjai kapa
sitet mengeruk sebanjak .180 ms/sedjam dalam tanah biasa, dapat meng
gali saluran induk itu sepandjang satu kilometer dalam waktu satu bulan
sehingga penggalian ketiga seksi tersebut diatas jang pandjangnja sedjumlah
150 km dengan mempergunakan 6 keruk, dapat diselesaikan dalam waktu
25 bulan. Di Sumatera belum dimulai dengan penggalian saluran, karena
tracenja masih harus diselidiki dan diukur, pekerdjaan mana pada achir
tahun 1959 diharapkan selesai.
§ 1815. PROJEK DJATILUHUR:
Projek Djatiluhur merupakan projek serbaguna (Multipurpose) dengan
tudjuan:
a. Pembangkitan tenaga listrik dengan daja terpasang 6 x 25.000 kw.
= 150.000 kw. hour.
b. Pengairan dalam musim kemarau dapat memberi air kepada daerah Irigasi
seluas 240.000 ha, jang berarti penambahan produksi beras dengan
lebih kurang 300.000 ton.
c. Pentjegahan bandjir K. Tjitarum bagi daerah Krawang.
d. Perikanan darat, jang dapat menghasilkan 800 ton ikan setahun
e. Pari wisata (toerisme).
Rentjana biajanja seluruhnja meliputi Rp. 5 miljard, termasuk $ 87 djuta.
Hingga achir tahun 1959 dapat diselesaikan beberapa .pekerdjaan per
siapan dan pekerdjaan dasar. jang terpenting ialah:
a. Pembuatan terowongan (tunnel) untuk menjalurkan air Tjitarum
b. selama dilakukan pembangunan bendungan.
c. pembuatan dasar (pondamen) untuk menara pusat tenaga listrik.
d. saluran pembuangan air dari turbine.
Oleh Pemerintah telah diputuskan untuk memilih alatalat elektro
mekanik dari gabungan ItaliPerantjis, jang sementara terdiri dari 5 units
turbines dan generatoren. .
Tingkat pekerdjaan selandjutnja ialah pembangunan dam induk dan
pembangunan menara pusat tenaga listrik. Untuk pekerdjaan ini telah
masuk hasilhasil penawaran pemborongan dan dalam waktu singkat akan
diambil keputusan.
4069
Dalam tahun 1960, ketjuali akan melandjutkan pekerdjaanpeker
djaan tersebut diatas, djuga akan dimulai dengan pembangunan dam induk.
Dalam tahun 1960 projek Djatiluhur belum menghasilkan tenaga
listrik. Unit pertama berketenagaan 25.000 kw. akan mulai djalan pada
media tahun 1963.
Mengenai pekerdjaan dibidang pengairan dalam rangka projek ini,
dapat diterangkan bahwa hingga achir tahun 1959 baru dilakukan peker
djaanpekerdjaan persiapan, jakni pengukuranpengukuran dan peren
tjanaan.
Untuk tahun 1960 pekerdjaan dalam bidang pengairan terdiri dari:
a. Pelandjutan pekerdjaan persiapanpersiapan termaksud diatas;
b. mulai pelaksanaan.
Dalam tahun 1960 pekerdjaan pengairan belum memberi hasil. Baru
dalam tahun 1962 pekerdjaan tersebut mulai menghasilkan, jakni tam
bahan 60.000 ha. jang dapat diberi air dalam musim kemarau, dan dapat
menghasilkan produksi beras I. k. 66.000 ton.
Dalam tahun 1963 pekerdjaan pengairan diharapkan akan selesai.
Seperti telah disinggung dimuka didapat daerah persawahan seluas 240.000
ha jang setahun terusmenerus dapat diairi dan pada tingkat ini akan di
peroleh tambahan produksi beras sebesar 1.k. 300.000 ton.
Untuk melaksanakan ini maka antara waduk Djatiluhur dan „water
yang” harus dibangun sehuah watervang lagi di '1'jitarum dekat kampung
Tjurug, jang akan membagikan air kedjurusan Barat, Walahar dan Timur;
selain daripada itu kedjurusan Barat dan Timur harus diganti saluran in
duk, jang pandjangnja masingmasing 68.dan70. kilometer. Selain dari
pada bendungan di Tjurug, masih diperlukan lagi bagian Barat bendungan
Tjibeet, Tjikarang dan Bekasi (ini telah hampir selesai dibangun) dan di
bagian Timur bendungan Tjiasem; disamping bangunanbangunan jang
besar itu masih dibutuhkan pula beherapa bangunanbangunan lain da
lam pelintasan saluran induk dengan djalanan sungaisungai. Rentjana
pengairan jang besar ini pada waktu sekarang sedang dalam penjusunan,
berdasarkan hasilhasil pengukuran „traacee” dan penjelidikan tanah.
Setelah selesai dilaksanakannja rentjana ini, maka dengan sistim go
longan ditiaptiap daerah pengairan terbukalah kemungkinan untuk tiap
tiap tahun mendapatkan 2 panen, sehingga diharapkan akan tambahan
produksi beras sebanjak tersebut diatas.
§ 1816. PEMBUKAAN TANAH KERING.
Pembukaan tanah kering setjara besarbesaran setjara mekanis (pro
jek beras) mempunjai 2 fungsi:
a. menahan erosi.
b. Penambahan areal jang berarti penambahan produksi.
Pembukaan tanah kering didaerahdaerah Sumatera Timur, Sumatera
Sclatan dan Kalimantan Selatan masih dalam taraf permulaan, sehingga
belum menggambarkan aktivitet penuh.
Dalam tahun 1960 direntjanakan 3 unit pembukaan tanah alang
alang masing2 2.500 ha/unit; tiap unit akan ditanami dengan 500 ha padi,
500 ha palawidja dan 1.500 ha pupuk hidjau.
4070
Pembukaan tanah kering ini bisa dipergunakan untuk multipurpose
— projek jaitu:
1. beras,
2. chewan (susu, daging, telor),
3. palawidja.
Sudah pada tempatnja, bahwa Saudarasaudara ikut memikirkan
hal ini.
Rentjana seluruhnja: 2 unit dalam waktu 10 tahun.
Kesimpulan beras Penduduk 1963 = 93 djuta kebutuhan a 100 ki
logram beras per kapita + 60 kilogram palawidja 93 djuta ton hasil diper
kirakan:
dengan masale intensificatie + padi centra 9,4 djuta ton
Irigasi sedang/ketjil tambah ±
0,1 „
„
Djatiluhur ±
0,3
„
„
9,8 djuta ton
sehingga ada memproduksi untuk bufferstock.
Katjangkatjangan, sajursajuran dan buahbuahan:
a. Kedele dan katjang tanah, katjang idjo.
Usaha mempertinggi hasil ini dapat didjalankan sebagai usaha routine
Djawatan Pertanian Rakjat. Ketjuali itu perluasan tanah pertanian
seperti tadi dikemukakan akan mengakibatkan djuga tambahnja pro
duksi ini.
b. Mengenai katjangkatjangan lainnja; sajursajuran danbuahbuahan
perlu dikemukakan disini peranan dari pekarangan. Luas pekarangan
diseluruh Indonesia ada + 3 djuta ha, diantaranja 1 djuta ha di Dja
wa. Oleh karena pekarangan ini kemungkinannja bare dipergunakan
sebagian ketjil sadja, maka tidak akan sukar melipatgandakan hasil
tadi. Usaha kearah ini telah dimulai oleh Djawatan Pertanian Rakjat
bagian perkebunan rakjat.
Perlu ditambahkan disini bahwa mengenai sajursajuran usaha
mempertinggi hasilnja ketjuali dipekarangan djuga didjalankan disa
*ah dan tegalan.
Didalam kesemua usahausaha tadi perlu dikemukakan faktorfaktor
berikut :
1.
,,Veredeling" dan seleksi dari padi, djagung, buahbuahan, sajursa
juran terns dikerdjakan. Hasil seleksi djagung antara lain ialah djenis
Metro dan djenis perla. Hasil seleksi padi jang sudah ditest ialah dje
nisdjenis Bangawan, Djelita, Si Gadis, dan Remadja.
Djenisdjenis Bengawan dan Si Gadis telah disiarkan setjara besar
besaran. Perlu dikemukakan disini bahwa soal seleksi ini masih mem
butuhkan perluasan dan tiap inisiatip dilapangan ini harus diterima
dengan kedua tangan.
Maka usahausaha jang sedang dilakukan, antara lain oleh Saudara
H. Siregar di Bogor dan oleh Saudara Jagus di Klaten, diikuti oleh
Pemerintah dengan penuh'perhatian.
2.
Kekurangankekurangan dilapangan pengangkutan pada umumnja
djuga mempengaruhi djeleknja produksi.
4071
3. Pada umumnja, dibandingkan dengan sebelum perang, maka petani
sekarang adalah djauh lebih dynamic. Djika sebelum perang sukar
untuk memasukkan' (introduceeren) tjaratjara baru, alatalat baru dan
lainlain maka sekarang terdapat sebaliknja.
4. Alatalat, bahanbahan• dan lainlain inilah, pula modal jang sering
mendjadi bottle neck untuk petani. Padi centra, seperti diuraikan tadi,
dibentuk djustru dengan maksud supaja halhal tadi tepat pada
waktunja diterima oleh petani, setjara kredit.
5. Provessing dan marketting dalam pertanian rakjat merupakan suatu
mata rantai jang lemah. Hingga sekarang jang mendjadi pokok ialah
penggilingan padi dan perdagangan beras, sedangkan petaniprodusen
hanja merupakan verlengstuk sadja dari penggilingan dan perdagangan
tadi. Usaha menjehatkan hal ini sudah dimulai, diantara lain direntja
nakan didalam tiap Padi Centra satu penggilingan padi.
Tadi dikemukakan bahwa sebagian terbesar dari petani adalah ter
lalu melarat sehingga mereka tidak dapat mengikuti adjakan Pemerintah
untuk menggunakan alatalat dan tjaratjara modern. Mereka melarat
oleh karena tidak dapat menggunakan alatalat dan tjaratjara modern, akan
tetapi sebaliknja oleh karena mereka tidak dapat menggunakan alat
alat tjaratjara modern mereka akan tetap melarat. Djustru untuk dapat
menerobos hal tadi itu diadakan systim Padi Centra sehingga dengan de
mikian petani dapat mengerdjakan tanahnja dengan alatalat dan tjara
tjara jang lebih modern.
Direntjanakan supaja achirnja pemerintah dapat menjerahkan Padi
Centra itu kepada koperasikoperasi tani, sehingga petani dapat menger
djakan satu dan lain sendiri setjara gotongrojong.
Untuk mengikuti keinginan masjarakat tani, djumlah achliachli kita
adalah djauh tidak seimbang dibanding dengan tugas jang dihadapinja.
Oleh karena itu masih harus banjak tenaga dan pikiran dipusatkan terha
dap pendidikan, kader dilapangan ini.
KECHEWANAN: DAGING, TELOR DAN SUSU.
§ 1817. Keadaan sekarang.
Tentang persoalan kebutuhan protein, Dewan Bahan Makanan da
lam Sidangnja pada tanggal 4 Mei 1959 antaranja telah memutuskan,
bahwa sebagai startingpoint untuk memenuhi kebutuhan akan protein,
per capita sehari harus tersedia 60 gram (45 gram protein nabati dan 15
gram protein chewan).
Berdasarkan atas pedoman tersebut, dan mengingat akan imbangan
antara produksi kechewanan dan perikanan pada saat sekarang berperban
dingan 49 : 51, maka dalam bidang kechewanan harus dapat disediakan
49% dari 15 gram, jaitu: ± 7½ gram.
Ini berarti bahwa untuk penduduk jang 85 djuta djumlahnja dalam
tahun 1957 dibutuhkan ±,226.000 ton animal protein.
4072
Disamping itu produksi dalam tahun 1957 itu baru berdjumlah ±
134.000 ton, sehingga masih kekurangan 94.000 ton atau 42%.
Adapun sebab2 kurangnja produksi animal protein tersebut diatas
ialah:
a. Peternakan rakjat pada umumnja didjalankan sebagian besar
ditanah Djawa, berhubung dengan kebutuhan ternak pembadjak (eleegve).
Mengingat akan sangat padatnja penduduk di pulau Djawa dan sangat
ketjilnja grondbezitsvorm, maka potensi memperbanjak djumlah ternak
telah sangat terbatas (ketjuali ternak ketjil dan unggas), berhubung dengan
adanja persaingan antara kebutuhan areal untuk menanam bahan
makanan manusia dan chewan.
Diluar Djawa kekurangan produksi disebabkan karena kurang ke
tjerdasan umum pada rakjat didalam bidang peternakan dan disamping
itu djuga disebabkan oleh karena kurangbanjaknja penduduk.
b. Marketing.
Sedjak beberapa tahun jang terachir dihadapi banjak kesulitan ten
tang pengangkttan dari daerah2 jang terdapat banjak ternak kedaerah2
jang amat memerlukannja, jang disebabkan tidak adanja lagi kapal 2
pengang
kut chusus untuk ternak. Dengan keadaan demikian export ternak dari
daerah2 itu kurang lantjar adanja, sehingga stimulans untuk memperkem
bangkan peternakan tertekan adanja.
Pengangkutan dengan kereta api di Djawa djuga menderita kesukaran
berhubung dengan tidak tepat pada waktunja disediakannja gerbong 2
jang diperlukan sehingga stocpiling ternak dikota 2 jang memerlukan (Dja
wa Barat pada umumnja) kurang terdjamin. Keadaan ini menimbulkan
naiknja harga daging untuk consument.
c. Ongkos pengangkutan.
Ongkos2 pengangkutan berhubung dengan sebab 2 tersebut diatas
pada umumnja djuga meningkat, sehingga harga 2 ditempat2 pemakaian
mendjadi lebih tinggi dari semestinja.
§ 1818. TARGET.
a. Kebutuhan akan animal protein jang berasal dari peternakan
didalam Negeri pada tahun2 jang akan datang dapat digambarkan seperti
daftar dibawah ini:
Tahun
1957
1962
1967
1972
1977
1982
Penduduk
86.3 Djuta
93.6 „
102.5 „
112.8 „
124.6 ,,
137.0 „
Protein hewan
228.000 ton
247.000 ,,
271.000 „
298.000 „
329.000 ,,
262.000 „
4073
b. Keperluan untuk export:
Keperluan export keluar Negeri akan ternak potongan sangat tergantung
akan permintaan dari daerah2 jang membutuhkan.
Selain dari pada kesulitan akan pengangkutan kapal, pada tahun achir 2
ini ternjata, bahwa export keluar Negeri pada umumnja mendjadi agak
kurang adanja karena saingan dari Negeri 2 lain (antaranja Thailand dan
Singapore mengenai babi).
Dalam tahun2 jang terachir export. ternak potongan keluar Negeri
dapat digambarkan sebagai daftar dibawah ini;
Tabun
Kuda
Sapi
Kerbau Kambing/ Babi
domba
1956
—
4571
—
—
8.840
1957
—
4074
1680
—
32.848
1958
—
4243
—
24.169
§ 1819.. Kebidjaksanaan.
Usaha Pemerintah dalam rangka memenuhi target seperti telah di
gambarkan diatas dapat diperintji dalam 2 djenis.
a. Usaha djangka pendek.
1. Memperkembangkan peternakan ajam.
Perkembangan ternak unggas hingga sekarang mengalami banjak
kesulitan karena meradjalelanja penjakit pseudovogelpest. Korban. tiap
tahunnja karena penjakit tersebut berkisar antara 40 — 50% dari djumlah
unggas. Dengan djalan melakukan vaccinatie besarbesaran terhadap pe
njakit tersebut jang sedang disiapkan rentjananja, dapat diharapkan djumlah
ternak unggas dapat dilipatgandakan. Pada saat ini pernilikan ajam adalah
rata2 1,5 ekor tiap orangnja. Dengan vaccinatie seperti tersebut diatas pe
milikan ajam dapat diharapkan meningkat sampai 2 a 3 ekor ajam tiap
orangnja.
Disamping usaha menjelamatkan ternak unggas dengan vaccinatie
tersebut, perkembangan peternakan unggas masih dapat diperbaiki lagi
dengan mempertinggi mutu unggas rakjat dengan djalan penjebaran bibit
ternak jang unggul pada masjarakat.
2. Pemerahan ternak rakjat.
Produksi protein untuk kebutuhan rakjat dalam djangka pendek ma
sih dapat diusahakan dengan pemerahan ternak rakjat, (kambing chusus
nja). Usaha ini telah dimulai beberapa tahun jang lalu setjara incidentil.
Kini sedang disiapkan rentjana gerakan pemerahan ternak rakjat jang
dimaksudkan setjara besar2an.
Dengan usaha2 djangka pendek tersebut diatas sadja dapat diharap
kan produksi protein seperti tersebut dibawah ini:
4074
Tahun
1957
1962
1967
Protein (ton)
134.000
200.000
270.000
Keterangan
Dengan usaha2 jang
dimaksudkan, maka
dalam 10 tahun da
pat ditjapai target
jang dibutuhkan
Adapun djenis produksi jang lebih tinggi ini, ditjapai dengan tambahan
daging unggas, telur dan susu.
b. Usaha djangka pandjang.
1. Perbaikan makanan ternak.
Karena didaerah2 penghasil ternak potongan (Nusa Tenggara)
dalam musim kemarau sangat kekurangan makanan ternak, sehingga meng
akibatkan susutnja timbanghidup ternak jang diexport (sampai 20%),
sedangkan dalam musim penghudjan terdapat berlimpahlimpah rumput,
maka untuk mengatasi keadaan jang buruk ini, sedang direntjanakan hooi
bereiding setjara machinaal didaerah2 jang dianggap perlu itu.
Hingga sekarang produksi bungkil klapa jang sangat berharga bagi
perkembangan ternak chusus hanja ditudjukan untuk keperluan export.
Dirasa sangat perlu, mulai lebih memperhatikan bahan tersebut untuk
keperluan dalam negeri sendiri. Berhubung dengan itu allokasi untuk ke
pentingan dalam negeri sendiri perlu diperhatikan lebih dahulu.
2. Perbaikan mutu ternak.
Dengan perbaikan kwaliteit ternak dengan djalan selectie, castratie
dan pemberian bibit jang unggul kepada rakjat, masih dapat diharapkan
tambahan produksi.
3. Penjebaran ternak.
Didaerah2 diluar Djawa, dimana ada kemungkinan dapat berkem
bangbiaknja ternak, perlu diusahakan penjebaran bibit ternak berasal
dari daerah2 jang padat akan ternak.
Usaha ini setjara ketjil 2an telah dimulai didaerah Kalimantan, dan
kepulluan Maluku. Hasilnja memberikan harapan besar.
Dalam rangka usaha transmigrasi, usaha penjebaran ternak jang di
maksud itu perlu direntjanakan setjara besar2an.
Dengan usaha2 djangka pendek dan djangka pandjang seperti diurai
kan diatas, berangsurangsur target seperti digambarkan diatas dapat di
tjapai.
Pemakaian animalprotein bagi perbaikan susunan makanan rakjat
pada hakekatnja sangat terpengaruh oleh keinsafan rakjat sendiri terha
dap menu jang sehat.
Soal pendidikan dan propaganda merupakan masalah jang penting
sebagai tugas Departemen Kesehatan.
4075
Untuk kebutuhan jang maksimal akan protein hewan harus ada pe
ternakan jang chusus diluar Djawa jang dilengkapi dengan tempat 2 pen
dinginan (diepvriesinstallaties), kapal2 pendingin dan lainlain.
Ini perlu pemikiran jang teliti dan rentjana jang pandjang.
Adalah pada tempatnja bila saudara2 memikirkan hal ini.
PERIKANAN LAUT.
§ 1820. Keadaan sekarang.
a. Productie.
Seperti tadi sudah diuraikan, maka untuk mendjaga supaja tubuh ma
nusia sehat dan kuat per capita sehari harus tersedia 60 gram protein, her
arti: tiap manusia setahun membutuhkan zatputihtelur sedjumlah mi
nimum 22 kg.
Dad 22 kg. zatputih telur ini adalah:
16 — 17 kg. zatputihtelur nabati dan 5 — 6 kg. zatputihtelur chewani.
Dalam memenuhi kebutuhan 5 — 6 kg, proteine chewani per tahun
ini jang equivalent dengan 25 a 30 kg. daging/ikan per tahun, maka ba
gian jang dipikulkan pada:
sektor kehewanan adalah ............± 13 kg. staging.
sektor perikanan (taut + darat) ..± 17 kg. ikan
produksi perikanan (laut + darat) Indonesia sekarang berdjumlah:
Perikanan taut ............± 400.000 ton setahun
Perikanan darat .........± 300.000 ton setahun
Djumlah: 700.000 ton setahun
Bagi 85 djuta djiwa penduduk Indonesia djumlah produksi 700.000
ton ikan setahun berarti bahwa setiap orang Indonesia setiap tahun hanja
mendapat bagian ± 8 kg. ikan.
b. Faktor jang mempengaruhi kekurangan produksi.
1. Ketjerdasan umum nelajan.
Tingkat usaha perikanan laut rakjat adalah sangat sederhana,
500.000 orang nelajan dengan djumlah 200.000 buah matjam
matjam alat penangkapan dan 110.000 buah perahu penangkapan
hanja menghasilkan ratarata 400.000 ton setahun; njata bahwa
mereka belum dapat bekerdja setjara rationeel.
2. Pengetahuan technis.
Nelajannelajan kita tjukup tjerdas dalam menggunakan alat
alat sederhana mereka. Akan tetapi mereka kurang pengetahuan
dan pengalaman dalam menggunakan alatalat modern (kini baru
terdapat ±1000 buah kapal bermotor).
3. Modal.
Nelajannelajan kita hampir tidak punja modal (jang dimiliki ha
nja tenaga kerdja dan alatalat sederhana jang digunakan, pada
hal perusahaan perikanan laut adalah sangat kapitaalsintensief).
4076
Kreditorganisasi jang memberikan kredit setjara teratur kurang ada;
pemberian kredit setjara teratur sampai sekarang hanja didjalankan oleh
koperasikoperasinja jang djuga tidak tjukup punja modal (sifat sekedar
bedrijfkrediten).
Jang sekarang meradjalela jalah' idjon, karena kredit teratur dari
bank instellingen tidak mungkin, berhubung soal borg.
4. Alatalat dan bahanbahan perikanan.
(a) dari dalam Negeri: kurang baik organisasidistribusinja.
(b) dari Luar Negeri: sukar didapat, dan harganja sangat mahal,
karena import dan distribusi pada waktu jang lalu berada diluar
pengusaha Pemerintah.
5.Marketing.
Marketing dibidang perikanan, sebagian terbesar berada diluar pe
nguasaan Pemerintah, jaitu dikuasai tengkulak dan pedagang, dan mela
lui terlampau banjak tangan sebelum sampai pada konsumen: Tjara pe
ngawetan ikan belum sempurna, untuk dapat disimpan tjukup lama agar
dapat dibawa kedaerahdaerah konsumsi (Djawa) dengan alatalat pe
ngangkutan jang sangat kurang.
§ 1821. Mengingat target 17 kg. ikan per capita per tahun, maka masih
harus ditjapai meerproduksi ikan, sebanjak + 9 kg. per capita per tahun;
dari djumlah mana tugas menambah hasil ikan setahun adalah:
± 5 kg. ikan laut
± 4 kg. ikan darat
Djumlah 'nelajan Indonesia adalah 500.000 djiwa jang kini mengha
silkan 400.000 ton ikan per tahun atau berarti 850 kg. hasil ikan per tahun
per nelajan.
Hasil produksi jang harus ditjapai sedjumlah 850.000 ton per tahun
berarti hasil penangkapan ikan sedjumlah 1760 kg. ikan laut per tahun
per nelajan.
§ 1822. Kebidjaksanaan.
Dalam usaha melengkapi kebutuhan akan ikan laut, Pemerintah
mengambil kebidjaksanaan antara lain melalui jang akan dinamakan „ikan
centra”. Usaha kearah ini telah didjalankan dengan sudah didirikan P.T.
U.P.P.I. (Usaha Pembangunan Perikanan Indonesia), oleh Pemerintah.
Tugas daripada U.P.P.I. ini ialah terutama:
a. memperlengkapi kebutuhan para nelajan.
b. memberi kredit kepada para nelajan.
c. memberi bimbingan dalam arti seluasluasnja kepada para nelajan.
d. mengatur marketing hasil perikanan laut.
Disamping adanja „ikan centra” tersebut diatas tetap dipelihara dan
diaktiveer kooperasikooperasi jang telah ada, dan diusahakan penam
bahan djumlah kooperasikooperasi:
Dalam usaha pengawetan ikan Pemerintah menitik beratkan pada ikan
asin, ikan peda dan ikan pindang. Sedangkan pengawetan tjara lain seperti:
1. ikan es (dengan es atau dengan coolstore);
2. ikan beku (diepvries installatie);
3. ikan ' kaleng hendaknja mendapat perhatian Saudarasaudara
4077
Pula diharap perhatian Saudarasaudara terhadap soal pendidikan
tenaga ahli perikanan laut jang kurang djumlahnja, dan terhadap soal
modal jang sangat diperlukan untuk membuka setjara besarbesaran
usaha perikanan bait jang gemechaniseerd.
PERIKANAN DARAT.
§ 1823. Productie.
Produksi perikanan darat pada tahun 1958 berdjumlah 300.000 ton;
kebutuhan sebenarnja berdjumlah ± 650.000 ton setahun;
dus kurang 350.000 ton setahun.
Kekurangan produksi disebabkan:
a.
Sangat tidak meratanja penduduk: di Djawa penduduk sangat
padat, tenaga memproduceer berlimpahlimpah, daja konsumsi sangat
be
sar, sedang lapangan produksi amat sempit. Sebaliknja diluar Djawa:
penduduk sangat tipis, lapangan memproduceer sangat luas, tetapi
tenaga penghasilan sangat kurang, jang lebih diperhambat lagi oleh
pelbagai faktor, antaranja kesulitan perhubungan, alatalat lalu lintas
dan sebagainja.
b.
Rintanganrintangan alam borupa tumbuhtumbuhan padat
menutup
perairan umum (jaitu sungaisungai, danaudanau dan rawarawa).
c.
Ketjerdasan umum dan pengetahuan technis rakjat jang sebagian
ter
besar masih rendah.
d.
Modal sangat kurang.
e.
Alatalat dan bahanbahan jang diperlukan untuk produksi tidak
men tjukupi kebutuhan dan sulit didapat.
f.
Kekurangan sangat akan tenagatenaga ahli.
§ 1824. Rentjana kebidjaksanaan.
Untuk.mentjapai produksi jang mentjukupi kebutuhan dalam negeri,
maka Pemerintah mendjalankan usahausaha;
a. Pembrantasan tumbuhtumbuhan diantaranja jang menutupi perairan
umum itu.
b. Memperdalam tempattempat perlindungan ikan diperairan umum.
c. Memperbanjak penjebaranpenjebaran djenis ikan jang unggul di
perairan umum.
d. Mengadakan persediaan alatalat dan bahanbahan perikanan jang
tjukup.
e. Menjediakan garam jang tjukup untuk pengawetan.
f. Memperbanjak balai benih ikan.
g. Memperbanjak alatalat pengangkutan untuk mempertjepat pengang
kutan benih ikan.
h. Mengadakan kredit untuk para nelajan jang tjukup dan teratur.
Usahausaha tersebut diatas disalurkan melalui Djawatan Perikanan
Darat, ikancentra, dan koperasikoperasi nelajan.
4078
PEGARAMAN.
§ 1825. Umum: Disamping P.G.S.N. jang sudah lama membuat garam,
maka keadaan pegaraman rakjat sedang berada dalam taraf perkembangan.
Perusahaan pegaraman dimulai setelah ditjabutnja ordonantie 1941
Staatsblad No.357 dan 388, tentang ;,Zout Monopolie" dan diganti dengan
Undangundang Darurat No.25 tahun 1957 (Lembaran Negara No. 82
tahun 1957).
Garam merupakan suatu bahan pokok jang sangat vitaal dan masa
lah ini Iebih2 sekarang mendapat perhatian Pemerintah dengan politiknja
menggerakkan usaha rakjat banjak.
§ 1826. Keadaan sekarang: Luas areal:
Luas aeral tanah jang tjotjok uintuk Pegaraman Rakjat berdjumlah
±6,090 Ha.
Ini terdapat di Djawa Barat
: 187 Ha.
Djawa Tengah
: 1.050 Ha.
Djawa Timur
: 2.410 Ha.
Sulawesi
: 2.000 Ha.
Bali
: 118 Ha.
Nusa Tenggara Barat :
325 Ha.
Djumlah
: 6.090 Ha.
Jang telah diusahakan jalah kurang lebih separoh, dengan hasil
237.420 ton.
Produksi tahun 1958:
P.G.S.N. memprodusir garam sebanjak 300.000 ton.
Pegaraman rakjat
237.420 ton.
Djumlah: 537.420 ton.
§ 1827. Kwalitet:
Pegaraman Rakjat pada umumnja lebih rendah kwalitetnja dari pada
basil P.G.S.N.
Kesukaran2 hingga pada dewasa ini:
Ketjuali pengusaha2 pegaraman Rakjat masih harus memperdalam
teknik pembuatan garam, maka kebutuhan Akan modal sangat dirasakan.
Di Madura misalnja, luas areal jang dikerdjakan baru merupakan kurang
lebih separoh dari djumlah areal jang sesungguhnja ialah sebanjak 1.448 Ha.
(Areal sebenarnja 2.410. Ha).
Bank tani dan Nelajan telah memberikan pindjaman untuk seluas
469,2 Ha. dengan djumlah:
Rp. 2.373.284,10, sehingga rata2 untuk tiap Ha. dibutuhkan kredit sedjum
lah Rp. 5000.—.
§ 1828. Transport: Hingga sekarang soal pengangkutan masih meru
pakan soal jang sangat sulit, terutama dalam hal pengangkutan melalui
laut.
4079
§ 1829. Processing: Pada hakekatnja tjara; pembuatan garam sebagian
besar masih mempergunakan proces penguapan air laut jang dialirkan
dalam petak2 tambak. Djadi sangat bergantung pada matahari dan musim.
§ 1830. Pemakaian garam pada waktu sekarang:
Atas dasar ilmu kesehatan, maka kebutuhan akan garam untuk tiap
orang berdjumlah 200 gram tiap bulan, sehingga untuk keperluan ini
dibutuhkan (garam konsumsi):
85.000.000 x 12 x 200 gram =
204.000 ton.
Untuk perikanan laut dan darat
200.000 ton.
Untuk industri (menurut pendjualan
P.G.S.N. tahun 1957):
23.000 ton.
Djumlah :
427.000 ton/setahun.
§ 1831. T a r g e t : a. Tambahnja penduduk berdjumlah +2% tiap tahun
atau 1.760.000 orang, sehingga kebutuhan akan garam untuk keperluan
(garam konsumsi) bertambah 4.224 ton (dibulatkan 4.300 ton).
b. Berdasarkan suatu minimum requirement,. bahwa rakjat Indonesia
per capita setahun membutuhkan 5 — 6 kg proteine chewan jang equi
valent dengan 25 — 30 kg daging ikan, maka bagian jang dipikulkan
pada sektor kechewanan + 13 kg daging.
Sektor perikanan (darat dan laut) + 17 kg. ikan. Malta untuk keper
luan 88 djuta rakjat Indonesia diperlukan setahunnja 85.000.000 x 17 kg
ikan .= 1.445.000 ton ikan. Dengan demikian diperlukan garam untuk
pengawetan ikan sebanjak lebih kurang x 1.445.000 ton = 481.000
ton, sama dengan tidak kurang dari 450.000 ton garam.
c. Untuk kebutuhan industri misalnja industri soda, pabrik ketjap,
margarine dan sebagainja dalam tahun 1956 diperlukan garam 27.000
ton, dan dalam tahun 1957 23.000 ton, jang semua itu bersumber
kepada garam Pemerintah.
Berdasarkan atas paeil jang constant maka sedikitnja diperlukan
garam industri 25.000 ton.
d. Sehingga kebutuhan akan garam tiap tahunnja berdjumlah:
1. Garam konsumsi
210.000 ton.
2. Garam industri perikanan 450.000 ton.
3. Garam industri lainnja
25.000 ton
Djumlah:
685.000 ton.
Agar angka ini lebih nampak kclatar depan, maka angka produksi actual
adalah setahunnja 537.000 ton (Darr Pemerintah dan garam Rakjat).
Guna mentjapai target, maka produksi hares dinaikkan dengan paling
rendah 685.000 — 537.000 ton = 148.000 ton setahun.
Dalam memikirkan akan keperluan garam ini Pemerintah mengu
sahakan agar djuga terdapat adanja bufferstock jang tersebar ditiap
daerah untuk dapat menghindarkan kematjetan.
Untuk mentjapai kenaikan produksi garam rakjat itu, maka Pemerin
tah merentjariakan supaja penjuluhan didjalankan oleh Djawatan Per
ikanan Darat (dengan bantuan P.G.S.N.), dan perkreditan serta marketing
4080
supaja didjamin oleh U.P.P.I. (Usaha Pembangunan Perikanan Indone
sia; dengan bantuan Bank Tani dan Nelajan).
KAPAS, RAMI, RAYON
§ 1832. Djika kita memperhitungkan kebutuhan akan textil = 6½ meter
per djwa/ per tahun, jang berarti sama dengan kuranglebih 1 kg serat
kapas bersih; maka kebutuhan kita akan kapas bersih adalah untuk tahun
tahun;
1960 : ........k.l.
90 djuta kg.
1961 : ........k.l.
91 djuta kg.
1962 : ........k.l.
92 djuta kg.
Kalau diingat bahwa petani waktu ini barn dapat menghasilkan rata
rata 1 kwintal kapas bersih per ha., maka untuk bisa selfsupporting di
perlukan tanaman kapas seluas lebihkurang 900.000 ha., sedangkan luas
tanah jang kiranja tepat untuk ditanami kapas adalah tidak lebih dari
450.000 ha.
Karenanja, untuk memenu