dari proposisi-proposisi khusus sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada kesimpulan pengetahuan baru berupa asas umum.
19
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan yang dilakukan penulis untuk melakukan penelitian normatif terhadap
asas pembuktian secara sederhana dalam akibat hukum pemisahan perseroan terbatas terhadap kreditur.
BAB II PEMISAHAN USAHA PERSEROAN TERBATAS MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 Bab ini menguraikan tentang pengelolaan perseroan terbatas,
pihak-pihak yang berperan serta hak dan kewajiban dalam pemisahan usaha perseroan terbatas dan pelaksanaan pemisahan
usaha yang dilakukan oleh perseroan terbatas. BAB III
PEMISAHAN DIGUNAKAN
SEBAGAI SALAH
SATU BENTUK RESTRUKTURISASI PERSEROAN TERBATAS
Bab ini menguraikan tentang penyebab restrukturisasi perseroan terbatas, pemisahan digunakan sebagai salah satu bentuk
19
Ibid., hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
restrukturisasi perseroan
terbatas dan
hambatan-hambatan pemisahan usaha dalam restrukturisasi perseroan terbatas.
BAB IV AKIBAT
HUKUM RESTRUKTURISASI
PERSEROAN TERBATAS MELALUI PEMISAHAN PERSEROAN
Bab ini menguraikan para pihak setelah restrukturisasi perseroan terbatas, akibat hukum restrukturisasi perseroan terbatas melalui
pemisahan perseroan dan perlindungan hukum kepada stakeholder dalam restrukturisasi perseroan terbatas melalui pemisahan
perseroan. BAB V
PENUTUP Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari bagian awal hingga
bagian akhir penulisan yang merupakan ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan juga disertai dengan saran yang diajukan
dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PEMISAHAN USAHA PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-
UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007
A. Pengelolaan Perseroan Terbatas
Menurut UUPT Pasal 1 angka 1, perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
20
Dalam melangsungkan suatu bisnis, para pengusaha membutuhkan suatu wadah untuk dapat bertindak melakukan perbuatan hukum
dan bertransaksi. Pemilihan jenis badan usaha ataupun badan hukum yang dijadikan sebagai sarana usaha tergantung pada keperluan pendirinya. Sarana
yang paling populer digunakan adalah PT, karena memiliki ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh badan usaha lain.
Perseroan Terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perusahaan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan Perusahaan terpisah dari
kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang
tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan
20
Tim Redaksi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 1.
16
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh perseroan terbatas. Jenis-jenis perseroan terbatas yang ada di Indonesia antara lain :
1. Perseroan Terbatas terbuka
Perseroan Terbatas Terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal Go public.
2. Perseroan Terbatas Tertutup
Perseroan terbatas tertutup adalah perseroan terbatas yang modalnya berasal dari kalangan tertentu misalnya pemegang sahamnya hanya dari kerabat dan
keluarga saja atau kalangan terbatas dan tidak dijual kepada umum. PT.Tertutup dasar hukumnya adalah UUPT.
3. Perseroan Terbatas Kosong
Perseroan terbatas kosong adalah perseroan terbatas yang sudah tidak aktif menjalankan usahanya dan hanya tinggal nama saja.
4. Perseroan Terbatas Asing
Perseroan terbatas asing adalah Perseroan Terbatas yang didirikan di luar negeri menurut hukum yang berlaku disana, dan mempunyai tempat
kedudukan di luar negeri juga. 5.
Perseroan Terbatas Domestik Perseroan terbatas domestik adalah Perseroan Terbatas yang menjalankan
kegiatan usahanya dan berada di dalam negeri, juga mengikuti peraturan- peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.
6. Perseroan Terbatas Perseorangan
Universitas Sumatera Utara
Perseroan terbatas perseorangan adalah dikeluarkannya saham-saham untuk pengumpulan modal mempunyai maksud agar pemilik tidak berada di tangan
satu orang. Beberapa langkah untuk mendirikan PT, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan agar dapat mendirikan PT, antara lain yaitu pendaftaran nama perusahaan, akta pendirian PT, domisili perusahaan, NPWP-Nomor pokok wajib
pajak, Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI, SIUP-Surat izin usaha perdagangan, TDP-Tanda daftar perusahaan, PKP-Pengusaha kena pajak,Berita
Negara Republik Indonesia.
21
Dalam mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi akta yang dibuat oleh notaris yang di dalamnya di cantumkan nama
lain dari perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain- lain. Akta ini harus disahkan oleh menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia. Setelah mendapatkan pengesahan PT harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat, tetapi setelah berlakunya UU No.1 Tahun 1995,
maka akta pendirian tersebut harus didaftarkan ke kantor Pendaftaran Perusahaan. Tetapi sesuai UU No.40 Tahun 2007, kewajiban pendaftaran di kantor
Pendaftaran perusahaan tersebut ditiadakan juga. Setelah tahap tersebut dilalui maka perseroan telah sah sebagai badan hukum dan PT menjadi dirinya sendiri
serta dapat melakukan perjanjian-perjanjian dan kekayaan perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya. Setelah semua tahap selesai dilalui, maka akan
mendapatkan hasil pendirian PT yang berupa dokumen. Dokumen yang didapat setelah pembuatan PT selesai adalah sebagai berikut :
1. akta pendirian perusahaan dari Notaris
21
http:www.lawindo.bizproses-pendirian-pt diakses tanggal 07 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
2. surat keterangan domisili perusahaan
3. NPWP nomor pokok wajib pajak
4. SK pengesahan dari Menkumham
5. SIUPsurat ijin usaha perdagangan
6. TDP tanda daftar perusahaan
Di dalam PT terdapat organ-organ yang memegang wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam menjalankan tugas dan kegiatan di
perusahaan. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris. RUPS
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan dewan komisaris. Pasal 63 ayat 9 UUPT memberi batasan terhadap wewenang RUPS
yaitu sejauh yang tidak diberikan kepada direksi dan dewan komisaris, antara lain: 1.
pengangkatan direksi dan komisaris yang menjadi wewenang RUPS demikian juga dengan pemberhentian direksi dan dewan komisaris.
2. mengambil keputusan untuk mengubah anggaran dasar juga menjadi
wewenang RUPS. 3.
rencana penggabunganmerger, akuisisi, konsolidasi dan pemisahan diatara perusahaan juga menjadi wewenang RUPS walaupun merger dan akuisisi
merupakan pekerjaan direksi dari perseroan-perseroan yang bersangkutan, hal ini dapat dilakukan jika disetujui RUPS dari masing-masing perseroan.
Berarti bahwa tidak ada perusahaan yang akan melakukan merger ataupun akuisisi dengan sah tanpa persetujuan RUPS, maka persetujuan itu adalah
wewenagn RUPS.
Universitas Sumatera Utara
4. membuat peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota
direksi serta besar jenis penghasilan direksi. 5.
mengangkat satu orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan dalam keadaan direksi tidak berwenang mewakili perseroan atau terjadi
pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan. 6.
mengambil keputusan jika diminta oleh direksi untuk memberikan persetujuan guna mengalihkan atau menjadikan jaminan utang seluruh atau
sebagian harta kekayaan perseroan. 7.
mengambil keputusan atas permohonan kepailitan perseroan yang akan dimajukan direksi ke pengadilan negeri.
8. meminta segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari
direksi dan atau komisaris. Sebaliknya hal ini merupakan kewajiban dari direksi dan dewan komisaris untuk memberikan keterangan yang diperlukan
RUPS.
22
Organ perseroan yang berperan penting yaitu direksi. Direksi adalah alat perlengkapan perseroan yang melakukan semua kegiatan perseroan dan mewakili
perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dengan demikian, ruang lingkup tugas direksi adalah mengurus jalannya perseroan.
23
Pasal 79 ayat 1 dan Pasal 80 ayat 1 UUPT menyebutkan bahwa PT diurus oleh pengurus yang
diangkat oleh para pemegang saham. Tugas dan wewenang direksi ditetapkan oleh RUPS dan di dalam anggaran dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan
22
Budiarto Agus, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm.60.
23
Ibid., hlm 61.
Universitas Sumatera Utara
RUPS dilakukan oleh komisaris atas nama RUPS. Untuk mengetahui tugas dan wewenang direksi harus merujuk pada anggaran dasar PT antara lain :
1. mengurus segala urusan PT.
2. mengurus harta kekayaan PT.
3. melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksud dalam Pasal 1796
KUHPdt, yaitu : a.
memindahtangankan hipotik pada brang-barang tetap; b.
membebankan hipotik pada barang-barang tetap; c.
melakukan dading; d.
melakukan perbuatan lain mengenai hak milik; e.
mewakili perseroan di muka dan di luar pengadilan. 4.
dalam hubungannya dengan pihak ketiga, direksi masing-masing atau bersama-sama mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal-hal dalam
bidang usaha yang menjadi tujuan perseroan. Direksi bertanggungjawab penuh mengenai pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. 5.
dalam hubunganya dengan harta kekayaan perseroan, direksi harus mengurus dengan baik, menginventarisasi secara teliti dan cermat. Segala perbuatan
hukum mengenai hak dan kewajiban perseroan wajib dicatat dalam pembukuan sesuai dengan norma-norma pembukuan yang lazim.
6. melaksanakan pendaftaran dan pengumuman jika akta perseroan susah
mendapat pengesahan atau persetujuan dari Menteri Kehakiman, maka pendiri dalam hal ini direksi pertama dari perseroan diwajibkan mendaftakan
akta pendirian yang sudah mendapat pengeshan dari Menteri Kehakiman
Universitas Sumatera Utara
kepad kantor Pendaftaran Perusahaan sesuai dengan ketentuan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1983 tentang Wajib Daftar Perusahaan serta
mengumumkannya dalam tambahan berita Negara Republik Indonesia.
24
Uraian diatas tersebut merupakan gambaran umum tugas direksi yang termuat dalam anggaran dasar PT. Mengenai kewajiban dasar direksi telah diatur
dalam anggaran dasar perseroan yang meliputi : 1.
menyusun anggaran belanja perseroan untuk tahun yang akan datang. Paling lambat 3 tiga bulan sebelum tahun buku yang akan datang, anggaran belanja
perseroan sudah harus dibicarakan dan selanjutnya diminta pengesahan pada RUPS.
2. menyusun laporan berkala tentang pelaksanaan tugas direksi dalam hal
mengurus dan menguasai perusahaan atau tentang neraca triwulan atau tahunan yang akan disampaikan kepada dewan komisaris.
3. membuat neraca dan perhitungan laba rugi. Menurut Pasal 56 UU No.1
Tahun 1995, neraca dan perhitungan laba rugi tesebut harus dibuat dalam jangka waktu 5 bulan setelah tahun buku perseroan ditutup dan disampaikan
kepada RUPS untuk mendapat pengesahan. 4.
membuat daftar inventarisasi atas semua harta kekayaan perseroan serta pelaksanaan pengawasannya.
5. menyelenggarakan RUPS minimall satu kali setahun atau pada saat-saat yang
diperlukan dam diadakan paling lambat waktu 6enam bulan setelah tahun buku.
24
Ibid.,hlm.63.
Universitas Sumatera Utara
6. memberi keterangan-keterangan yang diperlukan oleh dewan komisaris pada
saat pemeriksaan. 7.
menyelenggarakan RUPS luar biasa pada setiap waktu yang dipandang perlu oleh direksi atas usul atau permintaaan 1satu orang pemegang saha atau
lebih yang bersama-sama mewakili 110 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana
ditentukan dalam anggaran dasar perseroan yang bersangkutan. 8.
mengumumkan secara resmi baik dalam surat kabar maupun dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
9. menyediakan buku daftar pemegang saham dan daftar khusus di kantor
perseroan untuk para pemilik saham. Buku daftar pemegang saham dan daftar khusus ini dapat menjadi indikator kepemilikan atas saham suatu perseroan
dan ada tidaknya hubungan affiliasi antara direksi dan keluarganya dengan perseroan yang dikelola.
10. dalam hal pembubaran perseroan, direksi wajib melakukan likudasi melalui
seorang likuidator dan biasanya dibawah pengawasan dewan komisaris.
25
Uraian perincian tugas dan wewenang direksi ditentukan dalam Pasal 85 UUPT bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan usaha dan perseroan. Kesalahan atau kelalaian
dalam menjalankan tugasnya
setiap anggota direksi harus bertanggungjawab penuh secara pribadi untuk seluruhnya. Tanggungjawab direksi
yang menerima kewajiban untuk melaksanakan kewajiban untuk melaksakan
pekerjaan mengurus perseroan.
25
Ibid, hlm.65.
Universitas Sumatera Utara
B. PIHAK YANG
BERPERAN DALAM
PEMISAHAN USAHA
PERSEROAN TERBATAS
Pengelolaan PT yang mencakup pendirian PT, organ-organ PT dan tugas serta kewenangan organ-organ didalam PT sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya. Pengelolaan PT dalam Pasal 1 angka 2 UUPT dilakukan oleh RUPS, Direktur dan Komisaris. Dalam ppemisahan usaha pihak-pihak tersebut
memegang peranan penting dalam melaksanakan pemisahan usaha suatu PT. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS adalah organ perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang danatau anggaran
dasar Pasal 1 angka 4 UUPT. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perseroan.
26
Sehingga RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Berikut ini adalah tanggung jawab yang
harus dipegang oleh setiap Direksi dan Dewan Komisaris dalam Perseroan. Pasal 3 ayat 1 UUPT, pemegang saham Perseroan Terbatas tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang
dimiliki. Ketentuan dalam Pasal ini mempertegas ciri dari perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham
dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
26
Abdulkhadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 65.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi, ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung jawab hingga menyangkut kekayaan pribadinya berdasarkan Pasal 3 ayat 2 UUPT yang
menyatakan bahwa ketentuan di Pasal 3 ayat 1 tidak berlaku apabila : 1.
persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; 2.
pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;
3. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh perseron; atau 4.
pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum
menggunakan kekayaan
Perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepetingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
27
1. Tanggung Jawab Direksi
Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan salah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya. Apabila Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih,tanggung jawab dimana yang dimaksud berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
27
Ibid., hlm.72.
Universitas Sumatera Utara
anggota Direksi.Pasal 97 ayat 2 UUPT. Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana yang dimaksud, apabila dapat
membuktikan : a.
kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b.
Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; d.
Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau selanjutnya kerugian tersebut.
Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi Pasal 1 angka 6 UUPT.
28
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk
membayar seluruh kewajiban perseroan dalam kepailitan tersebut, maka Pasal 104 ayat 2 UUPT mengatur bahwa setiap Anggota Direksi secara tanggung renteng
bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasidari harta pailit tersebut. Tanggung jawab diatas berlaku juga bagi Direksi yang salah atau lalai
yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 lima tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
1. Tanggung Jawab Dewan Komisaris
28
Ibid., hlm.79.
Universitas Sumatera Utara
Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat 1 UUPT yaitu dalam hal
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi
nasihat kepada Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
dalam menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 dua anggota Dewan komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud
berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris Pasal 114 ayat 3 UUPT.
Selain RUPS ada direksi dan komisaris yang menjalankan dan mengelola PT. Direksi organ perseroan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
Pada prinsipnya Direksi bertanggungjawab terhadap perseroan pemegang saham secara keseluruhan bukan kepada pemegang saham secara perseorangan. Tugas
kepengurusan Direksi tidak terbatas pada kegiatan rutin, melainkan juga berwenang dan wajib mengambil insiatif membuat rencana dan perkiraan
Universitas Sumatera Utara
mengenai perkembangan perseroan untuk masa mendatang dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan perseroan.
29
Pengertian pengurusan mencakup pola pengelolaan kekayaan perseroan, karena itu Undang-Undang Perseroan mengatur mekanisme yang memungkinkan
terlaksananya prinsip “fiduciary duty” yang mencakup juga “duty of skill and care
” oleh Direksi. Hal ini tampak pada pengaturan tugas masing-masing anggota Direksi, bahkan apabila anggota Direksi yang bersangkutan bersalah atau lalai
melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga perseroan dirugikan, dia bertanggung jawab penuh secara pribadi, dan pemegang saham dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri. Karena penting nya peranan Direksi, Undang- Undang Perseroan mengatur persyaratan yang cukup berat untuk anggota Direksi.
Pengangkatan anggota direksi, menurut Pasal 79 UUPT, kepengurusan perseroan dilakukan oleh direksi ayat 1 . Ketentuan ini menugaskan direksi
untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi pengurusan perseroan. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan
surat pengakuan hutang, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 dua orang anggota direksi ayat 2. Hal ini perlu mengingat beratnya tugas dan
tanggung jawab anggota direksi yang dijalankan oleh satu orang anggota direksi. Yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang yang :
1. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit;
2. tidak pernah menjadi anggota direksi atau komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;
29
Ibid.,hlm.83.
Universitas Sumatera Utara
3. tidak pernah dhukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam jangka waktu 5 lima tahun sebelum pengangkatan. Jangka waktu 5 lima tahun dihitung sejak yang bersangkutan dinyatakan
bersalah menyebabkan perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak selesai menjalani hukuman.
30
Anggota direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali pengangkatan anggota direksi dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota
direksi dalam akta perseroan. Anggota direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemudian diangkat kembali. Tanpa mengurangi hak pemegangan
saham dalam pencalonan, maka tata cara pencalonan, pengangkatan, dan pemberhentian anggota direksi diatur dalam Anggaran Dasar Pasal 80 UUPT.
Peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasilan direksi ditetapkan oleh RUPS. Dalam Anggaran
Dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS yang disebutkan dilakukan oleh Komisaris atas nama RUPS Pasal 81 UUPT. Direksi bertanggungjawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan Pasal 82 UUPT.
Dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari 1satu orang maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam
UUPT atau Anggaran Dasar Pasal 83 UUPT. Undang-Undang perseroan masih memilih sistem perwakilan kolegial, tetapi untuk kepentingan praktis masing-
masing anggota direksi berwenang mewakili perseroan. Pembatasan wewenang
30
Ibid.,hlm 86.
Universitas Sumatera Utara
tersebut diberikan karena ada perbedaan kepentingan antara perseroan dan anggota direksi yang bersangkutan.
Pasal 84 UUPT menentukan pembatasan wewenang direksi. Menurut ketentuan Pasal ini, anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila;
1 terjadinya perkara di depan Pengadilan antara perseroan dengan anggota
Direksi yang bersangkutan ; 2
anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan.
Dalam Anggaran Dasar ditetapkan yang berhak mewakili perseroan apabila terdapat keadaan seperti yang ditentukan dalam butir a dan b. Apabila
Anggaran Dasar tidak menetapakan ketentuan mengenai yang berhak mewakili perseroan, maka RUPS mengangkat 1 satu orang pemegang saham atau lebih
untuk mewakili perseroan menggugat di muka Pengadilan Direksi yang telah merugikan perseroan.
Setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Setiap anggota direksi
bertanggung jawab secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili
paling sedikit 110 satu per sepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap
anggota direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan Pasal 85 UUPT. Selain itu direksi juga mempunyai kewajiban
untuk ;
Universitas Sumatera Utara
a membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS, dan
risalah rapat direksi; dan b
menyelenggarakan pembukuan perseroan.
31
Daftar Pemegang Saham, risalah, dan pembukuan tersebut disimpan di tempat kedudukan perseroan. Atas permohonan tertulis dari pemegang saham,
direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan Daftar Pemegang Saham, risalah dan pembukuan perseroan Pasal 86
UUPT. Anggota direksi juga wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau anggota keluarganya pada perseroan lain Pasal
87 UUPT. Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan direksi dicatat dalam Daftar Khusus. Demikian juga mengenai
kepemilikan saham anggota keluarga beserta perubahannya wajib dilaporkan. Yang dimaksud dengan “keluarga” adalah suamiistri dan anak-anaknya.
Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan.
Perbuatan hukum tersebut tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad baik. Keputusan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang
seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ tiga perempat bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ tiga perempat bagian dari jumlah suara tersebut. Perbuatan hukum pegalihan
atau penjaminan kekayaan perseroan itu diumumkan dalam 2 dua surat kabar
31
Ibid.,hlm.93.
Universitas Sumatera Utara
harian paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak perbuatan hukum dilakukan Pasal 88 UUPT. Syarat memperoleh persetujuan RUPS dalam hal
pengalihan atau jaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan, kemungkinan sulit dipenuhi oleh perseroan go public yang menerbitkan obligasi
atau obligasi konversi. Alasan adalah kemungkinan sebagian atau seluruh kekayaannya dijadikan jaminan. Hal ini wajar, perseroan go public menghimpun
dana dari masyarakat pemegang obligasi. Direksi hanya dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri
agar perseroan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan RUPS. Dalam hal kepailitan terajdi karena kesalahan atau kelalaian direksi, dan kekayaan perseroan
tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan. Maka setiap anggota direksi secara bertanggung renteng bertanggungjawab atas kerugian itu. Anggota
direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian
tersebut. Pasal 90 UUPT. Ketentuan Pasal 90 UUPT ada kesamaannya dengan ketentuan Pasal 47
KUHD, yaitu kesamaan mengenai tanggung jawab pribadi direksi secara tanggung renteng personal liablity dalam hal perseroan menderita kerugian
karena kesalahan direksi, sedangkan kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk menutupi seluruh kerugian. Tetapi antara kedua ketentuan tersebut terdapat
perbedaan prinsip, yaitu ; 1.
Pasal 47 KUHD menetapkan secara tegas batas kerugian mencapai 75 dari modal dasar, demi hukum perseroan bubar dan perbuatan Direksi setelah
Universitas Sumatera Utara
perseroan bubar adalah perbuatan pribadi, akibatnya dia bertanggung jawab pribadi secara tanggung renteng terhadap kreditur.
2. Pasal 90 UUPT tidak menetapkan batas kerugian, dan kepailitan tidak demi
hukum membuat perseroan bubar, kecuali jika dimohonkan kepada dan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri. Direksi bertanggungjawab pribadi secara
tanggung renteng terhadap para kreditur dalam hal kekayaan perseroan tidak mencukupi.
Tanggung jawab pribadi ini dapat ditelaah melalui putusan Mahkamah Agung No.21Sip1973 tanggal 22 Oktober 1973. Anggota direksi dapat sewaktu-
waktu diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota direksi hanya dapat
diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Apabila yang bersangkutan tidak hadir, maka RUPS dapat
memberhentikan tanpa kehadirannya.
32
Dengan keputusan pemberitahuan itu, maka kedudukan sebagai anggota direksi berakhir Pasal 91 UUPT. Ketentuan
terakhir ini ayat 3 sebenarnya berlebihan, walaupun tidak dirumuskan sudah logis bahwa kedudukan direksi itu berakhir karena dihapus oleh putusan RUPS.
Anggota direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh RUPS atau komisaris dengan menyebutkan alasannya. Pemberhentian sementara tersebut diberitahukan
secara tertulis kepada direksi yang bersangkutan. Anggota direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugasnya. Dalam waktu
paling lambat 30 tiga puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus
32
http:putusan.mahkamahagung.go.idputusan23968 diakses tanggal 05 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
diadakan RUPS. Dalam RUPS anggota direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Berdasarkan pertimbangan, RUPS dapat
mencabut keputusan pemberhentian sementara, atau memberhentikan anggota direksi yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 tiga puluh hari tidak
diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut batal Pasal 92 UUPT. Pasal 93 UUPT menentukan bahwa dalam Anggaran Dasar diatur
ketentuan mengenai pengisian sementara jabatan Direksi yang kosong atau dalam hal direksi diberhentikan untuk sementara waktu atau berhalangan. Tetapi
berdasarkan ketentuan Pasal 100 ayat 2, 3 UUPT, Anggaran Dasar atau keputusan RUPS dapat menunjuk Komisaris untuk melakukan tindakan
pengurusan perseroan dalam hal terjadi kekosongan jabatan direksi untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, berlaku semua ketentuan mengenai hak,
wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga bagi komisaris.
Komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi
dalam menjalankan perseroan.
33
Selaku pengawas dan penasehat direksi, komisaris berwenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu dan berwenang melakukan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu menggantikan
direksi Pasal 100 UUPT. Komisaris juga berwenang memberhentikan sementara anggota direksi Pasal 92 UUPT. Untuk mengefektifkan fungsi Komisaris, maka
33
Been Rafanany, 501 Pertanyaan Terpenting Tentang PT, CV, Firma, Matschap Koperasi Yogyakarta: Araska, 2013, hlm.14.
Universitas Sumatera Utara
diterapkan pula persyaratan untuk menjadi Komisaris adalah sama dengan persyaratan untuk menjadi Direksi. Ketentuan mengenai tanggung jawab Direksi
berlaku pula terhadap Komisaris terutama apabila apabila dia berada dalam posisi untuk melakukan pengurusan perseroan dalam hal tertentu.
Perseroan memiliki Komisaris yang berwenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar Pasal 94 ayat 1 UUPT. Kata “Komisaris”
mengandung pengertian baik sebagai “organ” maupun sebagai “orang perseorangan”. Sebagai organ, Komisaris lazim juga disebut “Dewan Komisaris”,
sedangkan sebagai “orang perseorangan” disebut “anggota Komisaris”. Sebagai organ dalam Undang-Undang Perseroan, pengertian Komisaris termasuk juga
badan-badan yang menjalankan tugas pengawasan khusus bidang tertentu. Karena itu dibutuhkan lebih dari satu komisaris. Apabila terdapat lebih dari satu
Komisaris, mereka merupakan sebuah majelis Pasal 94 ayat 3 UUPT. Berbeda dengan Direksi, dalam hal terdapat lebih dari satu Komisaris, maka sebagai
majelis Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili perseroan. Komisaris diangkat oleh RUPS. Pengangkatan Komisaris dilakukan dengan
mencantumkan susunan dan nama Komisaris dalam akta pendirian perseroan. Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat
kembali. Anggaran Dasar mengatur tata cata pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris tanpa mengatur hak pemegang saham dalam
pencalonan Pasal 95 UUPT. Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang :
1. mampu melakukan perbuatan hukum, dan tidak pernah dinyatakan pailit;
Universitas Sumatera Utara
2. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; 3.
tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 lima tahun sebelum pengangkatan Pasal
96 UUPT. Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan
perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi Pasal 108 UUPT.
34
Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tangung jawab menjalankan tugas kepentingan dan usaha perseroan. Atas nama perseroan, pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh pemegang saham dengan hak suara sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan
Negeri terhadap Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan Pasal 98 UUPT. Komisaris wajib melaporkan kepada
perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain Pasal 99 UUPT. Setiap perubahan dalam
kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan Komisaris mengenai hal ini dicatat dalam Daftar Khusus. Dan perubahan dalam kepemilikan saham anggota keluarga
wajib dilaporkan. Anggaran dasar ditetapkan pemberian wewenang kepada komisaris untuk
memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum. Wewenang kepada komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan
yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh direksi dalam hal direksi tidak ada.
34
Tim Redaksi, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Yogyakarta: Redaksi Aksara Sukses,2013, hlm.57.
Universitas Sumatera Utara
Apabila Direksi ada, Komisaris hanya dapat melakukan tindakan tertentu yang secara tegas ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan. Tetapi bagi Komisaris
yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu yang tertentu diberi wewenang melakukan tindakan pengurusan perseroan, berlaku semua ketentuan mengenai
hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga Pasal 100 ayat 3 UUPT. Dalam hal in fungsi Direksi digantikan oleh Komisaris.
Dengan demikian, ketentuan yang berlaku bagi direksi berlaku pula bagi komisaris yang menjalankan fungsi direksi. Sama dengan direksi, anggota
komisaris dapat diberhentikan atau diberhentikan sementara oleh RUPS. Ketentuan mengenai pemberhentian dan pemberhentian sementara anggota direksi
berlaku pula terhadap komisaris Pasal 101 UUPT. Ketentuan yang dimaksud adalah Pasal 91 dan 92 UUPT. Dengan demikian, anggota komisaris dapat
sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota komisaris hanya dapat
diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri dalam RUPS. Dengan keputusan pemberhentian tersebut, kedudukannya sebagai anggota
komisaris berakhir. Pemberhentian tersebut diberitahukan secara tertulis kepada anggota komisaris yang bersangkutan. Anggota komisaris yang diberhentikan
sementara tidak berwenang menjalankan tugasnya. Dalam RUPS tersebut anggota komisaris yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Apabila
pembelaannya diterima, RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara, sebaliknya jika pembelaan tidak diterima, RUPS memberhentikan
Universitas Sumatera Utara
anggota komisaris yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 tiga puluh hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut dibatalkan.
Semakin berkembangnya dunia bisnis sekarang, kegiatan usaha suatu PT semakin berkembang. Banyak perseroan yang memperluas kegiatan bidang usaha
untuk mengimbangi perkembangan bisnis yang terjadi, sehingga pemisahan beberapa usaha dalam suatu perseroan merupakan alternatif yang dapat dilakukan
oleh PT. Pemisahan usaha merupakan alternatif yang dapat dilakukan oleh PT untuk melakukan efisiensi usaha dan menekan ongkos operasi. Pemisahan ini
dilakukan oleh persetujuan pemegang saham dalam RUPS. Dunia bisnis yang semakin berkembang mengharuskan para pelaku usaha
untuk melakukan inovasi dalam memajukan kualitas perusahaan. Dinamika bisnis yang tidak menentu menyebabkan pelaku bisnis sulit untuk bersaing dalam
menjalankan usaha. Untuk mengatasi hal demikian salah satu cara yang dilakukan dengan merestrukturisasi usaha melalui pemisahan usaha. Pemisahan perusahaan
pada umumnya dilakukan dengan cara memisahkan unit usaha menjadi perusahaan yang mandiri.
35
Pasal 1 angka 12 UUPT memberikan definisi tentang Pemisahan, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk
memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada dua Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih.
36
Biasanya merger, konsolidasi, pemisahan dan akuisisi ditempuh oleh perusahaan-perusahaan besar untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja
35
https:galihpradipto.wordpress.com20130422apa-itu-merger-konsolidasi-akuisisi- pemisahanan-perusahaan-mkapp
diakses tanggal 8 Juli 2015.
36
https:artikelarunalshukum.wordpress.com20130723apa-yang-dimaksud-dengan- penggabungan-peleburan-pengambilalihan-dan-pemisahan-perusahaan
diakses tanggal 7 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan karena cara-cara tersebut dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan, antara lain:
1. membeli product line atau lines untuk melengkapi product lines dari
perusahaan yang akan mengambil alih atau menghilangkan ketergantungan perusahaan tersebut pada product lines atau service lines yang ada pada saat
ini; 2.
untuk memperoleh akses pada teknologi baru atau teknologi yang lebih baik yang dimiliki oleh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau
akuisisi; 3.
memperoleh pasar atau pelanggan-pelanggan baru yang tidak dimilikinya tetapi dimiliki oleh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau
akuisisi; 4.
memperoleh hak-hak pemasaran dan hak-hak produksi yang belum dimilikinya namun dimiliki oleh perusahaan yang menjadi objek merger,
konsolidasi, atau akuisisi; 5.
memperoleh kepastian atas pemasokan bahan-bahan baku yang kualitasnya baik yang selama ini dipasok oleh perusahaan yang menjadi objek merger,
konsolidasi, atau akuisisi; 6.
melakukan investasi atas keuangan perusahaan yang berlebih dan tidak terpakai idle;
7. mengurangi atau menghambat persaingan;
8. mempertahankan kontinuitas bisnis.
Menurut ketentuan Pasal 72 ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN, tujuan restrukturisasi adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk kepentingan meningkatkan kinerja dan nilai perseroan, memberikan manfaat berupa deviden dan pajak kepada Negara, menghasilkan produk dan
layanan dengan karya yang kompetitif kepada konsumen.
C. HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK-PIHAK DALAM PEMISAHAN PERSEROAN TERBATAS
Pihak-pihak yang terkait dalam pemisahan usaha perseroan terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Rapat Umum
Pemegang Saham memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan Undang-Undang Perseroan
atau Anggaran dasar. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan, RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan
perseroan dari Direksi danatau Komisaris. Wewenang eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain ditetapkan di dalam UUPT dan Anggaran Dasar.
Wewenang eksklusif dalam Anggaran Dasar berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan atau disetujui oleh Mentri Kehakiman yang dapat diubah melalui
perubahan Anggaran Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang. Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT adalah
sebagai berikut :
37
1. Penetapan perubahan Anggaran Dasar pasal 14 UUPT
2. Penetapan pengurangan modal pasal 37 UUPT
3. Pemeriksaan, persetujuan, dan pengesahan laporan tahunan pasal 60 UUPT
37
Agus Budiarto, Kedudukan HukumTanggungjawab Para Pihak dalam Perseroan Terbatas Yogyakarta: Ghalia Indonesia,2000, hlm.62.
Universitas Sumatera Utara
4. Penetapan penggunaan laba pasal 62 UUPT
5. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris pasal 80,91,92
UUPT 6.
Penetapan mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan pasal 105 UUPT
7. Penetapan pembubaran perseroan pasal 114 UUPT
Wewenang RUPS terwujud dalam bentuk jumlah suara yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk berbagai
maksud dan tujuan antara lain diantaranya ialah menyetujuimenolak :
38
1. rencana perubahan Anggaran Dasar;
2. rencana penjualan aset dan pemberian jaminan hutang;
3. pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi danatau Komisaris;
4. laporan keuangan yang disampaikan oleh Direksi;
5. pertanggungjawaban Direksi;
6. rencana penggabungan, peleburan, pengambilalihan;
7. rencana pembubaran perseroan.
Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun dengan kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya.
Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Komisaris, dan karyawan perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang
saham. Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara kecuali Anggaran Dasar.
38
Ibid, hlm.64.
Universitas Sumatera Utara
Saham perseroan yang dimiliki oleh perseroan itu sendiri tidak mempuyai hak suara. Saham induk perusahaan yang dimiliki oleh anak
perusahaannya juga tidak mempuyai hak suara pasal 71, 72 UUPT. RUPS dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih dari ½
seperdua bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, kecuali Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar menentuakan lain. Apabila
korum yang dimaksud tidak tercapai,diadakan pemanggilan RUPS kedua. Pemanggilan RUPS kedua harus dilakukan paling lambat 7 hari sebelum RUPS
kedua diselenggarakan. RUPS kedua diselenggarakan paling cepat 10 hari dan paling lambat 21 hari dari RUPS pertama. RUPS kedua sah dan berhak
mengambil keputusan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 13 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.
Apabila korum ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri pasal 73 UUPT. Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
Apabila mufakat tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak biasa dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah, kecuali Undang-Undang
Perseroan atau Anggaran Dasar menentukan bahwa keputusan harus diambil berdasarkan suara yang lebih besar dari suara terbanyak biasa. Untuk
menyelenggarakan RUPS, Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham. Namun, dalam hal-hal tertentu, misalnya Direksi berhalangan atau ada
pertentangan kepentingan antara Direksi dan perseroan, pemanggilan RUPS dapat dilakukan paling lambat 14 hari sebelum RUPS diadakan. Pemanggilan dilakukan
dengan surat tercatat atau dalam dua surat kabar harian. Sebelum pemanggilan
Universitas Sumatera Utara
RUPS dilakukan, wajib didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan RUPS dalam dua surat kabar harian. Pemegang saham dengan hak
suara yang sah, baik sendiri maupun dengan kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya.
Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Komisaris, dan karyawan perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari
pemegang saham. Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara kecuali Anggaran Dasar menentukan lain. Keputusan RUPS diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat.Apabila mufakat tidak tercapai, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dari jumlah suara yang dikeluarkan secara
sah, kecuali Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar menentukan bahwa keputusan harus diambil berdasarkan suara yang lebih besar dari suara terbanyak
biasa. Keputusan RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 23 bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 23 bagian dari jumlah suara tersebut.
Pada perseroan go public mungkin akan mengalami kesulitan mengingat pemilikan saham tersebar luas di samping kecenderungan pemilikan saham oleh
pemegang saham pendiri, atau pemegang saham lama semakin menurun. Pengubahan Anggaran Dasar perseroan go public mungkin dapat dilakukan
dengan korum jika sebagian kecil saham perseroan yang bersangkutan dijual di pasar modal, dengan kata lain pengubahan Anggaran Dasar perseroan yang dapat
go public dapat dipersulit. Keputusan RUPS dapat diambil melalui mufakat tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat tercapai, keputusan RUPS dapat diambil melalui pemungutan suara dengan suara terbanyak. Suara terbanyak yang diperlukan adalah suara terbanyak biasa,
yaitu jumlah suara yang lebih banyak dari kelompok suara tanpa harus mencapai lebih dari setengah keseluruhan suara dalam pemungutan suara tersebut.
Keputusan RUPS dalam hal-hal tertentu yang berkaitan dengan hal-hal- yang sangat mendasar bagi keberadaaan, kelangsungan atau sifat dari suatu perseroan,
Undang-Undang ini atau Anggaran Dasar dapat menentukan suara terbanyak yang lebih mendasar daripada suara biasa, yaitu suara mutlak atau suara terbanyak
khusus. Dalam Anggaran Dasar perseroan dapat ditentukan bahwa keputusan
RUPS dapat diambil dengan cara lain dari rapat. Apabila Anggaran Dasar mengatur ketentuan tersebut, keputusan dapat diambil apabila semua pemegang
saham dengan hak suara yang telah sah menyetujui secara tertulis baik mengenai cara maupun keputusan yang yang diambil pasal 78 UUPT. Pengambilan
keputusan RUPS dengan “cara lain” adalah keputusan yang diambil dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua pemegang
saham dan keputusan ini hanya sah apabila semua pemegang saham menyetujui secara tertulis cara pengambilan keputusan usul tersebut.
Direksi adalah organ perseroan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Pada prinsipnya Direksi bertanggungjawab terhadap perseroan
pemegang saham secara keseluruhan bukan kepada pemegang saham secara
Universitas Sumatera Utara
perseorangan. Tugas kepengurusan Direksi tidak terbatas pada kegiatan rutin, melainkan juga berwenang dan wajib mengambil insiatif membuat rencana dan
perkiraan mengenai perkembangan perseroan untuk masa mendatang dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan perseroan.
Pengertian pengurusan mencakup pola pengelolaan kekayaan perseroan, karena itu Undang-Undang Perseroan mengatur mekanisme yang memungkinkan
terlaksan anya prinsip “fiduciary duty” yang mencakup juga “duty of skill and
care ” oleh Direksi.
39
Hal ini tampak pada pengaturan tugas masing-masing anggota Direksi, bahkan apabila anggota Direksi yang bersangkutan bersalah atau
lalai melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga perseroan dirugikan, dia bertanggung jawab penuh secara pribadi, dan pemegang saham dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri. Karena penting nya peranan Direksi, Undang- Undang Perseroan mengatur persyaratan yang cukup berat untuk anggota Direksi.
Pengangkatan anggota Direksi, menurut pasal 79 UUPT, kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi ayat 1 . Ketentuan ini menugaskan Direksi
untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi pengurusan perseroan. Perseroan yang bdiang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan
surat pengakuan hutang, atau Perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 dua orang anggota Direksi ayat 2. Hal ini perlu mengingat beratnya tugas dan
tanggung jawab anggota Direksi yang dijalankan oleh satu orang anggota Direksi. Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang yang :
1. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit;
39
Ibid, hlm.71.
Universitas Sumatera Utara
2. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; 3.
tidak pernah dhukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka waktu 5lima tahun sebelum pengangkatan.
Jangka waktu 5 lima tahun dihitung sejak yang bersangkutan dinyatakan bersalah menyebabkan perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak
selesai menjalani hukuman. Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali
pengakngktana anggota Direksi dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota Direksi dalam akta perseroan. Anggota Direksi diangkat untuk
jangka waktu tertentu dengan kemudian diangkat kembali. Tanpa mengurangi hak pemegangan saham dalam pencalonan, maka tata cara pencalonan, pengangkatan,
dan pemberhentian anggota Direksi diatur dalam Anggaran Dasar pasal 80 UUPT.
Peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi serta besar dan jenis penghasilan Direksi ditetapkan oleh RUPS. Dalam Anggaran
Dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS yang disebutkan dilakukan oleh Komisaris atas nama RUPS pasal 81 UUPT. Direksi beratanggungjawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan pasal 82 UUPT.
Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1satu orang maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar pasal 83 UUPT. Undang-
Universitas Sumatera Utara
Undang perseroan masih memilih sistem perwakilan kolegial, tetapi untuk kepentingan praktis masing-masing anggota Direksi berwenang mewakili
perseroan. Pembatasan wewenang tersebut diberikan karena ada perbedaan kepentingan antara perseroan dan anggota Direksi yang bersangkutan.
Pasal 84 UUPT menentukan pembatasan wewenang Direksi. Menurut ketentuan pasal ini, anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan
apabila;
40
1. terjadinya perkara di depan Pengadilan antara perseroan dengan anggota
Direksi yang bersangkutan ; 2.
anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan.
Dalam Anggaran Dasar ditetapkan yang berhak mewakili perseroan apabila terdapat keadaan seperti yang ditentukan dalam butir a dan b. Apabila
Anggaran Dasar tidak menetapakan ketentuan mengenai yang berhak mewakili perseroan, maka RUPS mengangkat 1 satu orang pemegang saham atau lebih
untuk mewakili perseroan menggugat di muka Pengadilan Direksi yang telah merugikan perseroan.
Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Setiap anggota
Direksi bertanggung jawab secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Atas nama perseroan, pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 110 satu per sepuluh bagian dari jumlah seluruh saham
40
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada perseroan pasal 85 UUPT. Selain itu Direksi juga mempunyai kewajiban untuk ;
41
1. membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS, dan
risalah Rapat Direksi; dan 2.
menyelenggarakan pembukuan perseroan. Daftar Pemegang Saham, risalah, dan pembukuan tersebut disimpan di
tempat kedudukan perseroan. Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, Direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan
mendapatkan salinan Daftar Pemegang Saham, risalah dan pembukuan perseroan pasal 86 UUPT. Anggota Direksi juga wajib melaporkan kepada perseroan
mengenai kepemilikan sahamnya dan atau anggota keluarganya pada perseroan lain pasal 87 UUPT. Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib
dilaporkan. Laporan Direksi dicatat dalam Daftar Khusus. Demikian juga mengenai kepemilikan saham anggota keluarga beserta perubahannya wajib
dilaporkan. Yang dimaksud dengan “keluarga” adalah suamiistri dan anak- anaknya.
Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan.
Perbuatan hukum tersebut tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
baik.
42
Keputusan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan sah apabila dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ tiga perempat bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit
¾ tiga perempat bagian dari jumlah suara tersebut. Perbuatan hukum pegalihan atau penjaminan kekayaan perseroan itu diumumkan dalam 2 dua surat kabar
harian paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak perbuatan hukum dilakukan pasal 88 UUPT. Syarat memperoleh persetujuan RUPS dalam hal
pengalihan atau jaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan, kemungkinan sulit dipenuhi oleh perseroan go public yang menerbitkan obligasi
atau obligasi konversi. Alasan adalah kemungkinan sebagian atau seluruh kekayaannya dijadikan jaminan. Hal ini wajar, perseroan go public menghimpun
dana dari masyarakat pemegang obligasi. Direksi hanya dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri
agar perseroan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan RUPS. Dalam hal kepailitan terajdi karena kesalahan atau kelalaian Direksi, dan kekayaan perseroan
tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan. Maka setiap anggota Direksi secara bertanggungjawab atas kerugian. Anggota Direksi secara
bertanggung renteng bertanggungjawab atas kerugian itu. Anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. pasal 90 UUPT.
42
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,1995, hlm 66.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan pasal 90 UUPT ada kesamaannya dengan ketentuan pasal 47 KUHD, yaitu kesamaan mengenai tanggung jawab pribadi Direksi secara
tanggung renteng personal liablity dalam hal perseroan menderita kerugian karena kesalahan Direksi, sedangkan kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk
menutupi seluruh kerugiam. Tetapi antara kedua ketentuan tersebut terdapat perbedaan prinsip, yaitu ;
43
1. Pasal 47 KUHD menetapkan secara tegas batas kerugian mencapai 75 dari
modal dasar, demi hukum perseroan bubar dan perbuatan Direksi setelah perseroan bubar adalah perbuatan pribadi, akibatnya dia bertanggung jawab
pribadi secara tanggung renteng terhadap kreditur. 2.
Pasal 90 UUPT tidak menetapkan batas kerugian, dan kepailitan tidak demi hukum membuat perseroan bubar, kecuali jika dimohonkan kepada dan
ditetapkan oleh Pengadilan Negeri. Direksi bertanggungjawab pribadi secara tanggung renteng terhadap para kreditur dalam hal kekayaan perseroan tidak
mencukupi. Tanggung jawab pribadi ini dapat ditelaah melalui putusan Mahkamah
Agung No.21Sip1973 tanggal 22 Oktober 1973. Anggota Direksi dapat sewaktu- waktu diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan
alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam
RUPS. Apabil yang bersangkutan tidak hadir, maka RUPS dapat memberhentikan tanpa kehadirannya. Dengan keputusan pemberitahuan itu, maka kedudukan
43
Ibid, hlm.70.
Universitas Sumatera Utara
sebagai anggota Direksi berakhir pasal 91 UUPT. Ketentuan terakhir ini ayat 3 sebenarnya berlebihan, walaupun tisak dirumuskan sudah logis bawha kedudukan
Direksi itu berakhir karena dihapus oleh putusan RUPS. Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh RUPS atau Komisaris dengan menyebutkan
alasannya. Pemberhentian sementara tersebut diberitahukan secara tertulis kepada Direksi yang bersangkutan. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak
berwenang melakukan tugasnya. Dalam waktu paling lambat 30 tiga puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diadakan RUPS. Dalam RUPS
anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Berdasarkan pertimbangan, RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian
sementara, atau memberhentikan anggota Direksi yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 tiga puluh hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara
tersebut batal pasal 92 UUPT. Pasal 93 UUPT menentukan bahwa dalam Anggaran Dasar diatur
ketentuan mengenai pengisian sementara jabatan Direksi yang kosong atau dalam hal Direksi diberhentikan untuk sementara waktu atau berhalangan. Tetapi
berdasarkan ketentuan pasal 100 ayat 2, 3 UUPT, Anggaran Dasar atau keputusan RUPS dapat menunjuk Komisaris untuk melakukan tindakan
pengurusan perseroan dalam hal terjadi kekosongan jabatan Direksi untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, berlaku semua ketentuan mengenai hak,
wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan pihak ketiag bagi Komisaris.
Universitas Sumatera Utara
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan perseroan.
44
Selaku pengawas dan penasehat Direksi, Komisaris berwenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu dan berwenang melakukan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu menggantikan
Direksi pasal 100 UUPT. Komisaris juga berwenang memberhentikan sementara anggota Direksi pasal 92 UUPT. Untuk mengefektifkan fungsi Komisaris, maka
diterapkan pula persyaratan untuk menjadi Komisaris adalah sama dengan persyaratan untuk menjadi Direksi. Ketentuan mengenai tanggung jawab Direksi
berlaku pula terhadap Komisaris terutama apabila apabila dia berada dalam posisi untuk melakukan pengurusan perseroan dalam hal tertentu.
Perseroan memiliki Komisaris yang berwenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar pasal 94 ayat 1 UUPT. Kata “Komisaris”
mengandung pengertian baik sebagai “organ” maupun sebagai “orang perseorangan”. Sebagai organ, Komisaris lazim juga disebut “Dewan Komisaris”,
sedangkan sebagai “orang perseorangan” disebut “anggota Komisaris”. Sebagai organ dalam Undang-Undang Perseroan, pengertian Komisaris termasuk juga
badan-badan yang menjalankan tugas pengawasan khusus bidang tertentu. Karena itu dibutuhkan lebih dari satu Komisaris. Apabila terdapat lebih dari satu
Komisaris, mereka merupakan sebuah majelis pasal 94 ayat 3 UUPT. Berbeda dengan Direksi, dalam hal terdapat lebih dari satu Komisaris, maka sebagai
44
Ibid, hlm.68.
Universitas Sumatera Utara
majelis Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili perseroan. Komisaris diangkat oleh RUPS. Pengangkatan Komisaris dilakukan dengan
mencantumkan susunan dan nama Komisaris dalam akta pendirian perseroan. Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat
kembali. Anggaran Dasar mengatur tata cata pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris tanpa mengatur hak pemegang saham dalam
pencalonan pasal 95 UUPT. Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang :
1. mampu melakukan perbuatan hukum, dan tidak pernah dinyatakan pailit;
2. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; 3.
tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 lima tahun sebelum pengangkatan pasal
96 UUPT. Komisaris
bertugas mengawasi
kebijaksanaan Direksi
dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi pasal 97
UUPT. Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tangung jawab menjalankan tugas kepentingan dan usaha perseroan. Atas nama perseroan,
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh pemegang saham dengan hak suara sah dapat mengajukan gugatan
ke Pengadilan Negeri terhadap Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan pasal 98 UUPT. Komisaris
wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau
Universitas Sumatera Utara
keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain pasal 99 UUPT. Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan Komisaris
mengenai hal ini dicatat dalam Daftar Khusus. Dan perubahan dalam kepemilikan saham anggota keluarga wajib dilaporkan.
Dalam Anggaran Dasar ditetapkan pemberian wewenang kepada Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam
melakukan perbuatan hukum. Wewenang kepada Komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh Direksi dalam
hal Direksi tidak ada. Apabila Direksi ada, Komisaris hanya dapat melakukan tindakan tertentu yang secara tegas ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan.
Tetapi bagi Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu yang tertentu diberi wewenang melakukan tindakan pengurusan perseroan, berlaku
semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga pasal 100 ayat 3 UUPT. Dalam hal in fungsi
Direksi digantikan oleh Komisaris. Dengan demikian, ketentuan yang berlaku bagi Direksi berlaku pula bagi
Komisaris yang menjalankan fungsi Direksi. Sama dengan Direksi, anggota Komisaris dapat diberhentikan atau diberhentikan sementara oleh RUPS.
Ketentuan mengenai pemberhentian dan pemberhentian sementara anggota Direksi berlaku pula terhadap Komisaris pasal 101 UUPT. Ketentuan yang
dimaksud adalah pasal 91 dan 92 UUPT. Dengan demikian, anggota Komisaris dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan
menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota Komisaris
Universitas Sumatera Utara
hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri dalam RUPS. Dengan keputusan pemberhentian tersebut, kedudukannya sebagai
anggota Komisaris berakhir. Pemberhentian tersebut diberitahukan secara tertulis kepada anggota Komisaris yang bersangkutan. Anggota Komisaris yang
diberhentikan sementara tidak berwenang menjalankan tugasnya. Dalam RUPS tersebut anggota Komisaris yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela
diri. Apabila pembelaannya diterima, RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara, sebaliknya jika pembelaan tidak diterima, RUPS
memberhentikan anggota Komisaris yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 tigapuluh hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut
dibatalkan.
D. PELAKSANAAN PEMISAHAN USAHA YANG DILAKUKAN OLEH PERSEROAN TERBATAS
Setelah memahami dan mengetahui pihak-pihak yang berperan dalam pemisahan usaha perseroan, yang terdiri dari RUPS, direksi dan dewan komisaris
dan telah diuraikan tugas, wewenang dan kewajibannya. Pemisahan atau spin-off dikenal sebagai salah satu bagian konstruksi yang bayak digunakan dalam
merestrukturisasi usaha. Tetapi baru dilegalisasi setelah diatur dalam UUPT Nomor 40 Tahun 2007. Di dalam hukum, terdapat konstruksi hukum lain yang
dikenal dan mirip dengan spin-off yaitu penggabungan atau merger. Bentuk kemiripannya adalah beralihnya secara hukum seluruh hak dan kewajiban
perseroan yang melakukan pemisahan, sebagaimana haknya dalam konstruksi hukum penggabungan. Dalam Pasal 1 angka 12 UUPT istilah spin-off disebut
Universitas Sumatera Utara
dengan pemisahan, yang didefinisikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang beralih karena hukum kepada 2
dua perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1 satu perseroan atau lebih.
Pemisahan dalam Pasal 135 UUPT dibedakan menjadi pemisahan murni dan pemisahan tidak murni.
45
Pemisahan murni absolute division yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada
2 dua atau lebih perserooan lain yang meneriman peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan berakhir karena hukum, tanpa dilakukan likuidasi terlebih
dahulu. Sedangkan pemisahan tidak murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 2 dua perseroan lain atau lebih
yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan usaha dan berakhir karena hukum.
Berdasarkan spin off perseroan beberapa pihak yang harus mendapatkan perlindungan hukum anatara lain kreditur, karyawan dan para pemegang saham
minoritas yang melakukan pemisahan. Pemegang saham dalam hal ini perlu mendapatkan perlindungan mengingat proses spin off untuk perseroan bisa terjadi
bukan atas kehendak pemegang saham, namun karena adanya ketentuan undang- undang yang mewajibkan pemisahan. Spin off merupakan bentuk pembebasan
perseroan dimana sebuah bagian dari perseroan menjadi mandiri dan saham perseroan yang baru dibagikan kepada para pemegang saham. Dalam perseroan
mekanisme spin off atau pemisahan belum diakomodir sebagai salah satu alternatif dalam penguatan struktur perseroan di Indonesia. Undang-Undang
45
Tim Redaksi, Loc.cit., hlm. 68.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas UUPT menggunakan istilah “Pemisahan” sebagai pengganti terminologi “Spin off”. UUPT memberikan
pengertian pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru
yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima
pemisahan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakir karena hukum. Secara yuridis, yang merupakan dasar hukum bagi
tindakan spin off tersebut adalah : 1.
Dasar Hukum Utama UUPT 2.
Dasar Hukum Kontraktual 3.
Dasar Hukum Status Perseroan Pasar Modal, PMA, BUMN 4.
Dasar Hukum Konsekuensi Spin 0ff 5.
Dasar Hukum Pembidangan Usaha
46
Yang menjadi dasar hukum utama bagi spin off perseroan adalah UUPT dan akuisisi, konsolidasi, dan spin off mulai dari Pasal 26, 62, 122, 123, 126, 127,
128, 129,132,133,135 dan 152. Dalam pemisahan perseroan dikenal 2dua macam pemisahan. Hal ini diatur dalam Pasal 135 UU No.40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yaitu ; 1.
Pemisahan murni absolute division Adalah pemisahan usaha perseroan terbatas yang mengakibatkan seluruh
aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 2dua perseroan
46
Bahari Adib, Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas dan Penerapan Dalam Akta Notaris Yogyakarta: Rajawali Press,1996, hlm.69.
Universitas Sumatera Utara
atau lebih yang menerima peralihan dan akibatnya perseroan yang melakukan pemisahan menjadi berakhir karena hukum. Dalam pemisahan jenis ini yang
menjadi ciri pokok perseroan, mengalihkan seluruh harta kekayaannya, sehingga akan berakibat perseroan harus berakhir demi hukum.
47
Perseroan melakukan pemisahan murni karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor antara lain adalah ;
a. Usaha kurang menguntungkan
Usaha yang kurang mendatangkan keuntungan menjadi faktor perseroan untuk menjual usaha tersebut. Biasanya hal ini dialami oleh perseroan yang
mempunyai hanya satu usaha. Sudah dilakukan berbagai cara, tetapi tetap saja tidak dapat menghasilkan keuntungan. Sebuah perseroan tidak akan
mempertahankan usaha yang terus merugi, dan tidak seimbang dengan besarnya pengeluaran biaya oprasi. Jika usaha itu permodalannya dibiayai
oleh pihak ketiga kemudian menjadi macet pengembaliannya, dapat berakibat akan terjadi kepailitan apabila mempunyai utang lebih dari satu kreditur.
b. Kurang mampu mengelola usaha
Faktor lain yang menjadikan perseroan melakukan pemisahan murni adalah karena kurang mampu mengelola usahanya. Perseroan tidak mungkin
memiliki management yang tidak baik, tidak mempunyai tenaga yang cerdas, cekatan, dan terampil untuk mengurus usaha. Karena usaha tidak diurus
secara profesional mengakibatkan usaha tidak dapat berjalan dengan lancar dan kurang menghasilkan keuntungan. Dengan usaha yang tidak
47
Tim Redaksi, Loc.cit.,hlm. 69.
Universitas Sumatera Utara
menguntungkan lebih baik dialihkan daripada dipertahankan karena akan mengakibatkan keuangan perseroan menjadi tidak sehat.
c. Perseroan hampir berakhir
Apabila perseroan sudah mendekati akhir, keputusan RUPS tidak akan memperpanjang jangka waktu pendirian perseroan, sedangkan usaha masih
berjalan dengan keuntungan yang biasa-biasa saja. Dengan pertimbangan perseroan akan bubar karena jangka waktunya telah habis dan harus
menempuh proses likuidasi, lebih baik perseroan berakhir lebih cepat dari waktunya dan tanpa perlu melakukan likuidasi karena kewajiban terhadap
pihak ketiga menjadi tanggung dan perseroan yang menerima pemisahan usaha.
48
2. Pemisahan tidak murni Spin off
Pemisahan tidak murni mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1satu perseroan lain atau lebih yang
menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada. Dalam pemisahan ini tidak sampai mengakibatkan perseroan yang
melakukan pemisahan menjadi bubar, karena harta kekayaan yang dialihkan hanya sebagian saja. Perseroan tersebut masih mempunyai harta kekayaan
sehingga masih dapat menjalankan usaha, berbeda dengan pemisahan murni yang berakibat perseroan yang melakukan pemisahan menjadi bubar karena
harta kekayaannya dialihkan seluruhnya.
49
48
Bahari Adib, Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas dan Penerapan Dalam Akta Notaris, Loc.cit., hlm.66.
49
Tim redaksi, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Loc.cit.,hlm.69.
Universitas Sumatera Utara
Pada Spin off penerima pengalihan minimal satu perseroan, sedangkan untuk pemisahan umum sedikitnya dua perseroan, sedangkan untuk pemisahan
murni sedikitnya dua perseroan sebagai penerima pengalihan harta kekayaan. Latar belakang sebuah perseroan melakukan pemisahan tidak murni antara
lain karena usaha perseroan kurang menguntungkan atau karena perseroan kurang mampu mengelolas usaha. Dengan pertimbangan usaha ditutup lebih baik dijual
kepada perseroan lain. Pemisahan hanya mungkin terjadi antara 2dua atau lebih badan hukum yang sejenis dalam perseroan, sebagaimana diatur dalam UUPT.
Para kreditur perseroan yang melakukan pemisahan berhak untuk memperoleh informasi lengkap tentang perseroan yang akan menerima peralihan aktiva dan
pasiva sebagai akibat dari pemisahan. Untuk dapat melakukan pemisahan usaha, prosedur yang harus ditempuh di dalam perseroan adalah harus ada persetujuan
RUPS. Direksi membuat rancangan tentang pemisahan usaha perseroan dengan ditelaah oleh Dewan Komisaris, lalu mengajukan persertujuan kepada RUPS.
RUPS untuk menyetujui pemisahan tersebut berlaku Pasal 89 UUPT tahun 2007, Korum rapat dihadiri minimal ¾ pemegang saham dengan hak suara dan
keputusan diambil dengan persetujuan minimal ¾ suara dari pemegang saham yang hadir.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PEMISAHAN DIGUNAKAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK
RESTRUKTURISASI PERSEROAN TERBATAS A. Penyebab Restrukturisasi Perseroan Terbatas
Restrukturisasi adalah tindakan atau kegiatan merubah struktur perseroan melalui pertimbangan dan tujuan tertentu, dimana semuanya harus berdasarkan
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
50
Restrukturisasi yang terjadi pada perseroan meliputi restruktuirisasi sumber daya manusia dan
restrukturisasi keuangan. Hal ini diberlakukan agar pengelolaan perseroan dapat lebih optimal dalam meningkatkan kinerja keuangan. Restrukturisasi dilakukan
dengan jalan menata kembali atau mengecilkan ruang lingkup usaha dengan tujuan untuk menurunkan jumlah beban biaya tetap dan meningkatkan efisiensi
kegiatan perseroan. Restruktuirisasi atau dengan kata lain “reorganisasi” yaitu penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan. Dalam UUPT, Pasal-
Pasal yang mengatur mengenai restrukturisasi terdapat dalam BAB VIII dari Pasal 122 sampai 137.
Restrukturisasi dilakukan wajib memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan PT, kreditor dan mitra usaha lainnya dari
PT, masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Direksi PT yang melakukan
restrukturisasi wajib
mengumumkan ringkasan
rancangan restrukturisasi paling sedikit dalam satu surat kabar dan mengumumkan secara
tertulis kepada karyawan PT yang akan melakukan restrukturisasi dalam jangka waktu paling lama 30 hari sebelum pemanggilan RUPS. Dalam jangka waktu
50
http:ideapahlevi.blogspot.com201308pemisahan-salah-satu-metode.html diakses
tanggal 25 April 2015.
Universitas Sumatera Utara
paling lambat 14 hari setelah pengumuman tersebut, kreditor dapat mengajukan keberatan kepada perseroan yang melakukan restrukturisasi, dan apabila lebih dari
14 hari tidak mengajukan keberatan diangganp menyetujui. Beberapa alasan perseroan untuk melakukan restrukturisasi, antara lain
51
: 1.
Persaingan Penguasaan bidang usaha merupakan suatu kemewahan yang semakin lama
semakin mahal.Para manajer usaha dewasa ini harus berpacu dengan para saingan untuk meningkatkan efektitas kegiatan perusahaan.
2. Fleksibilitas
Perseroan sekarang ini senantiasa dihadapkan pada dua pilihan yaitu, tanggap atau kandas. Kecepatan pemberian reaksi semakin menentukan keberhasilan
perseroan. Rentetan kemajuan tehnologi di bidang informasi, produksi dan sistem distribusi, serta meningkatkan tuntutan konsumen akan keragaman
telah menimbulkan pergeseran dalam pola kegiatan bisnis. Akibatnya, perseroan yang melakukan diversifikasi dihadapkan dengan penuh tekanan
dan sulit untuk mencapai semua tujuan perseroan. 3.
Biaya awal yang tinggi Begitu banyak sumber daya yang habis sebagai biaya-biaya perseroan yang
sebenarnya tidak diperlukan. Perseroan sering melanggar program-program akuisisi yang tidak memberi nilai tambah untuk pemegang saham.
Restrukturisasi tidak selalu dilakukan dalam hal perusahaan mengalami masalah financial atau dalam kondisi kritis. Karena pada dasarnya restrukturisasi
dilakukan untuk mendapatkan pasar, baik pasar dalam arti konsumen atas barang
51
Raharjo Handri, Hukum Perseroan Yogyakarta: Pustaka Yustisia,2009, hlm.134.
Universitas Sumatera Utara
hasil produksi maupun pasar dalam arti sumber-sumber bahan modal. Restrukturisasi dilakukan untuk menghadapi tantangan bisnis yang semakin
berkembang baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Melalui restrukturisasi perusahaan, pengusaha atau pelaku bisnis dapat melakukan
ekspansi usaha, memperbesar aset dan skala usaha, menguasai pasar dan bahan baku, serta merestrukturisasi perusahaan yang sedang bermasalah.
Restrukturisasi terhadap perseroan harus terdapat prinsip keterbukaan, karena penting untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal
dan menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Restrukturisasi dilakukan oleh perusahan untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan karena cara
tersebut dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan perusahaan antara lain:
52
1. Membeli product line atau lines untuk melengkapi product line dari
perusahaan yang akan mengambil alih atau menghilangkan ketergantungan perusahaan tersebut pada product lines atau service lines yang ada pada saat
ini. 2.
Untuk memperoleh akses pada tehnologi baru yang lebih baik yang dimiliki oleh perusahaan yang menjadi obyek merger, konsolidasi, atau akuisisi.
3. Memperoleh pasar atau pelanggan-pelanggan baru yang tidak dimiliki oleh
perusahaan yang menjadi obyek merger, konsolidasi, atau akuisisi. Memperoleh hak-hak pemasaran dan hak-hak produksi yang belum dimiliki
namun dimiliki oleh perusahaan yang menjadi obyek merger, konsolidasi, atau akuisisi.
52
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. Memperoleh kepastian atas pemasukan bahan-bahan baku yang kualitasnya
baik yang selama ini dipasok oleh perusahaan yang menjadi obyek merger, konsolidasi, atau akuisisi.
5. Melakukan investasi atas keuangan perusahaan yang berlebih dan tidak
tepakai. 6.
Mengurangi atau menghambat persaingan. 7.
Mempertahakan kontinuitas bisnis. Banyak krisis keuangan yang dihadapi perseroan milik negara dan swasta
dapat diatasi dengan jalan melakukan restrukturisasi.Strategi restrukturisasi yang diterapkan tidak sama antara perseroan milik negara dengan perseroan swasta,
untuk mencapai tujuan masing-masing perseroan. Tujuan dari restrukturisasi yang dilakukan oleh perseroan milik negara dapat dilihat dari Pasal 72 ayat 2
UU Nomor 19 Tahun 2003, yaitu :
53
1. Kepentingan meningkatkan kinerja dari nilai perseroan.
2. Kepentingan memberikan manfaat berupa dividen dan pajak kepada negara.
3. Kepentingan menghasilkan produk dan layanan dengan karya yang kompetitif
kepada konsumen. 4.
Kepentingan memudahkan privatisasi. Untuk masalah-masalah tertentu krisis keuangan perseroan perlu dilakukan
kombinasi strategi
dalam melakukan
restrukturisasi. Restrukturisasi
melibatkanpara pemilik perseroan secara langsung. Dalam menjalankan tugas perseroan para pemilik perseroan dapat dibantu dewan komisaris dan manajemen
53
Abdul R.Saliman, Hermasyah, Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan:Teori dan Contoh Kasus Jakarta: Prenada Media,2005, hlm.111.
Universitas Sumatera Utara
perseroan. Bentuk-bentuk kombisanasi resturkturisasi yang dilakukan untuk mengatasi krisis keuangan perseroan, yaitu:
54
a Restrukturisasi harta perseroan
Salah satu cara untuk memperbaiki likuiditas keuangan perseroan adalah menata kembali harta yang dimiliki perseroan. Hal ini dilakukan dengan jalan
mengurangi jenis atau jumlah harta tetap, termasuk sarana produksi yang kurang berguna atau tidak efisien.
b Divestasi
Cara memperbaiki likuiditas keuangan perseroan dengan jalan menjual sebagian hak kepemilikan perseroan kepada pihak ketiga.
c Restrukturisasi keuangan
Merupakan upaya yang menyelamatkan perseroan yang dilakukan bersama- sama oleh perseroan dan bank kreditur.
d Restrukturisasi perseroan
Dilakukan untuk memperkecil skala organisasi perseroan guna memangkas sumber pemborosan dan merasionalisasi jumlah karyawan yang berlebihan.
Pasal 102 UUPT ditentukan bahwa satu perseroan atau lebih dapat menggabungkan diri menjadi satu dengan perseroan yang telah ada, atau
meleburkan diri dengan perseroan lain dan membentuk perseroan baru ayat 1. Rencana penggabungan atau peleburan tersebut dituangkan dalam Rancangan
penggabungan atau peleburan yang disusun bersama Direksi dari perseroan yang akan melakukan penggabungan atau peleburan.Pembayaran uang kepada para
pemegang saham dari perseroan yang menggabungkan diri atau meleburkan diri
54
C.S.T. Kansil, Hukum Perseroan Indonesia, Aspek Hukum dalam Ekonomi Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 1995,hlm.93.
Universitas Sumatera Utara
merupakan ganti rugi kepada para pemegang saham yang tidak menghendaki penggabungan atau peleburan terdebut. Apabila dilakukan pembayaran dengan
uang kepada para pemegang saham itu, maka perlu diperhitungkan harga saham menurut harga yang wajar.
Restrukturisasi merupakan sebuah kegiatan merubah struktur perusahaan, yang akan membawa perubahan pada struktur modal, oprasional, atau
kepemilikan modal pemilikan perseroan. Penerapan pemisahan sebagai salah satu restrukturisasi dilakukan dengan dua mekanisme, yakni pemisahan murni dan
tidak murni. Pemisahan harus dilakukan dengan melindungi kepentingan pihak ketiga, contoh karyawan, kreditur, dan sebagainya. Dan pengambilan keputusan,
dilakukan dengan melalui persetujuan RUPS.
B. PEMISAHAN DIGUNAKAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK RESTRUKTURISASI PERSEROAN TERBATAS
Adapun pengertian restrukturisasi menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti bahwa: “restrukturisasi merupakan kegiatan untuk merubah struktur
perseroan”. Sedangkan pengertian dari restrukturisasi James C. Van Horne dan
John M. Wachowicz, JR, yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Denny Arnos Kwari, bahwa: “restrukturisasidiikuti dengan adanya perubahan dalam
struktur modal, operasi, atau kepemilikan perseroan yang merupakan rutinitas usahanya”.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa restrukturisasi adalah tindakan atau kegiatan merubah struktur perseroan melalui pertimbangan dan untuk tujuan
tertentu, dimana semuanya itu harus berdasarkan dengan ketentuan perundang-
Universitas Sumatera Utara
undangan yang berlaku. Mengingat restrukturisasi ini terjadi pada badan usaha, maka pihak pengambil keputusan dalam hal ini adalah perseroan yang bertindak
sebagai stakeholders. Restrukturisasi yang terjadi pada perseroan meliputi restrukturisasi sumber daya manusia dan restrukturisasi keuangan. Dimana hal ini
diberlakukan agar pengelolaan perseroan sendiri dapat lebih optimal dalam meningkatkan kinerja keuangan. Dalam pengadaan restrukturisasi terhadap
perseroan harus terdapat adanya prinsip keterbukaan. Pelaksanaan prinsip keterbukaan ini sangat penting untuk dilakukan karena berguna meningkatkan
kepercayaan investor atau publik khususnya terhadap pasar modal, kemudian dengan adanya prinsip keterbukaan dapat berfungsi juga untuk menciptakan
mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini di dasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien yaitu
harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Akibat terjadinya krisis ekonomi atau ketidakpastian ekonomi global,
banyak perseroan yang tidak mampu lagi membayar hutangnya bahkan hanya untuk membayar bunga bank saja tidak cukup. Oleh karena itu, banyak perseroan
yang melaksanakan restrukturisasi, yaitu penataan ulang sendi-sendi perseroan.
Adapun menurut Bramantyo Djohanputro, pada intinya bahwarestrukturisasi dapat dikategorikan ke dalam 3tiga jenis sebagai berikut:
55
1.Restrukturisasi Aset Portofolio Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio
perseroan supaya kinerja perseroan menjadi semakin baik. Yang termasuk
55
Djohanputro Bramantyo, Restrukturisasi Perseroan Di Indonesia Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2003, hlm.78.
Universitas Sumatera Utara
kedalam portofolio perseroan adalah setiap aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBUstrategic business unit, maupun anak perseroan.
56
2. Restrukturisasi Keuangan Modal Restrukturisasi keuangan atau modal adalah penyusunan ulang komposisi
modal perseroan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kinerja keuangan dapat dievaluasi berdasarkan laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan
labarugi, laporan arus kas, dan posisi modal perseroan. Berdasarkan data dalam laporan keuangan tersebut, analisis dapat diukur bedasarkan rasio kesehatan,yang
antara lain tingkat efesien efficiency ratio, tingkat efektivitas effectiveness ratio, profitabilitas profitabilitas ratio, tingkat likuiditas liquidity ratio,
tingkat perputan aset asset turnover, rasio ungkitan leverage ratio, dan rasio pasar market ratio.
57
3. Restrukturisasi ManajemenOrganisasi Restrukturisasi manajemenorganisasi merupakan penyusunan ulang
komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah manajerial keorganisasian.
Tujuannya sama dengan kedua jenis restrukturisasi diatas, yaitu supaya kinerja perseroan membaik. Dalam hal restrukturisasi manajemenorganisasi, perbaikan
kinerja diperoleh melalui beberapa cara, antara lain dengan pelaksanaan yang lebih efesien dan efektif, pembagian wewenang yang lebih baik sehingga
keputusan tidak berbelit-belit, dan kompetensi staf yang lebih mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja.
58
56
Ibid, hlm.80.
57
Ibid, hlm.83.
58
Ibid, hlm.90.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bennett Silalahi,restrukturisasi pada perseroan atau organisasi dapat dibedakan menjadi:
59
1. Restrukturisasi Keuangan
Yaitu penataan kembali struktur keuangan perseroan untuk meningkatkan kinerja keuangan perseroan restrukturisasi keuangan dapat dilakukan dengan
beberapa alternatif yaitu:
a. Menjadwal kembali pembayaran bunga.
b. Penjadwalan kembali pembayaran pokok pinjaman.
c. Mengubah hutang menjadi modal sendiri debt equity swap. Hutang
dikonversi dalam bentuk saham. d. Menjual non core business melalui spin off, sell of atau liquidation.
e. Mengundang investor individu yang potensial private placement ataupun karyawan dan manajemen untuk membeli saham perseroan
management buy out.
f. Penjualan saham kepada public go public. Manfaat utama dari go public adalah :
1.Mendapat tambahan fresh money atau fresh capital. 2.Memudahkan perseroan untuk melakukan diversifikasi.
3.Memudahkan dalam benchmarkingcompany value. 4.Melalui mekanisme pasar dapat meningkatkan pengawasan manajer
perseroan. 5.Bagi BUMN, go public dapat mengurangi campur tangan birokrasi.
59
Silalahi Bennett, Reorganisasi Perseroan Terbatas, Bandung : Refika Aditama, 2001, hlm.20.
Universitas Sumatera Utara
6.Akuntablitas pengelolaan perseroan akan menjadi lebih baik. 2. RestrukturisasiSumber Daya Manusia SDM
Restukturisasi sumber daya manusia SDM pada perseroan dilakukan dengan adanya pergantian jajaran direksi dan manajer serta pengurangan karyawan atau
penambahan karyawan yang dianggap lebih kompeten dan professional sesuai dengan kapasitas pada bidang masing-masing. Pada dasarnya setiap korporasi
dapat menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada satu saat, namun bisa juga melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktifitas restrukturisasi
saling terkait. Pada umumnya sebelum melakukan restrukturisasi, manajemen perseroan perlu melakukan penilaian secara komprehensif atas semua
permasalahan yang dihadapi perseroan langkah tersebut umum disebut sebagai penilaian uji tuntas perseroan due diligence. Hasil penilaian ini sangat berguna
untuk melakukan langkah restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala prioritasnya. Pelaksanaan restrukturisasi yang berhasil, harus melibatkan dan
mendapatkan komitmen dari semua pihak.
60
Restrukturisasi dalam perampingan perseroan dapat dilakukan dengan melakukan 2 dua cara yakni sebagai berikut:
61
1. Self Off
Perseroan yang mempunyai unit kegiatan yang yang sangat beraneka ragam, mungkin suatu ketika akan merasa bahwa diantara unit-unit tersebut ada
yang tidak bekerja secara ekonomis. Penyebabnya dapat beraneka ragam, salah satunya adalah tingkat kegiatannya terlalu rendah sehingga sulit
mencapai economic of scale-nya. Penyebab lainnya dapat dikarenakan bukan berada pada bisnis utama, korporasi kemudian kurang memperhatikan unit
60
Ibid, hlm.25.
61
Ibid, hlm.31.
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Apabila unit kegiatan ini dirasa membebani perseroan, maka unit tersebut dapat dijual, baik secara tunai maupun melalui pembayaran dengan
saham. 2. Spin Off
Cara spin off dilakukan dengan apabila unit kegiatan tersebut kemudian dipisahkan dari sebuah perseroan dan berdiri sebagai suatu perseroan baru
yang terpisah. Dengan demikian perseroan tersebut akan mempunyai direksi sendiri dan independen dalam mengambil keputusan, serta kepemilikan
perseroan baru tersebut berada di tangan para pemegang saham. Pemisahan ini dimaksudkan agar unit tersebut dapat mengambil keputusan dengan lebih
cepat, lebih efisien dan ada yang secara khusus bertanggung jawab. Bentuk dari Restrukturisasi perseroan menurut Gunadi adalah sebagai berikut:
62
1. Merger penggabungan. 2. Konsulidasi peleburan.
3. Likuidasi pembubaran. 4. Kepailitan kebangkrutan.
5. Split off pemecahan. 6. Spin off pemekaran.
7. Revaluasi penilaian kembali aktiva tetap. 8. Rekapitalisasi penataan kembali permodalan.
9. Reorganisasi perubahan struktur.
62
Gunadi, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum Perseroan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005, hlm.83.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan restrukturisasi sebagaimana di tetapkan dalam Pasal 72 ayat 2 Undang- Undang No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
BUMN adalah untuk kepentingan sebagai berikut:
1.Meningkatkan kinerja dan nilai perseroan. 2 Memberikan manfaat berupa deviden dan pajak kepada Negara.
3.Menghasilkan produk dan layanan dengan karya yang kompetitif kepada konsumen. 4.Memudahkan privatisasi.
Mendirikan suatu perusahaan atau perseroan dibutuhkan uang dan waktu dalam menciptakan bisnis yang sungguh-sungguh ada secara khusus dengan
membentuk badan usaha atau kemitraan dalam mendapatkan perdanaan awal, untuk membeli atau menyewa aset yang diperlukan, untuk memadukan aset fisik secara
bersamaan ke dalam perseroan yang produktif, untuk merekrut dan melatih tenaga kerja, untuk membangun hubungan dengan konsumen dan supplier, lalu yang lebih
umum lagi adalah untuk membangun kemauan dan pengenalan nama.
63
Pemisahan atau Spin off telah cukup lama dikenal sebagai satu bagian konstruksi yang banyak digunakan dalam merestrukturisasi hukum, akan tetapi
hal ini baru dilegislasikan setelah diatur dalam UUPT Nomor 40 tahun 2007. Dalam Pasal 1 angka 12 UUPT, istilah Spin Off disebut dengan pemisahan. Dalam
Pasal tersebut didefenisikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan perseroan untuk memisahkan usaha yang beralih karena hukum kepada 2dua perseroan
atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1satu perseroan atau lebih. Dalam Pasal 135 UUPT, pemisahan dibedakan antara
pemisahan murni dan pemisahan tidak murni. Pemisahan murni yang
63
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997, hlm.83.
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 2dua atau lebih perseroan lain yang menerima peralihan dan perseroan yang
melakukan pemisahan berakhir karena hukum, tanpa likuidasi terlebih dahulu. Pemisahan tidak murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan
beralih karena hukum kepada 2dua perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemishaan usaha tersebut berakhir
karena hukum. Setelah diuraikan mengenai Spin off perseroan, ada beberapa pihak yang
harus mendapatkan perlindungan hukum antara lain, kreditur, karyawan dan para pemegang saham minoritas yang melakukan pemisahan. Spin Off merupakan
bentuk pembebasan perseroan dimana sebuah bagian dari perseroan menjadi mandiri dan saham perseroan yang baru dibagikan kepada para pemegang saham.
Dalam perseroan mekanisme spin off atau pemisahan belum diakomodir sebagai salah satu alternatif dalam penguatan struktur perseroan terbatas di Indonesia. Hal
ini dapat dimengerti mengingat UU No.1 tahun 1995 tidak mengatur konsep spin off.
UUPT menggunakan istilah “Pemisahan” sebagai pengganti terminologi “Spin Off”. UUPT memberikan pengertian pemisahan adalah perbuatan hukum
yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan
pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima pemisahan dan selanjutnya status badan hukum
Universitas Sumatera Utara
perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Secara yuridis, yang merupakan dasar hukum bagi tindakan Spin Off tersebut adalah sebagai berikut:
64
a Dasar Hukum Utama Undang-Undang Perseroan Terbatas.
b Dasar Hukum Kontraktual.
c Dasar Hukum Status Perseroan Pasar Modal, PMA,BUMN.
d Dasar Hukum Konsekuensi Spin Off.
e Dasar Hukum Pembidangan Usaha.
Yang menjadi dasar hukum Spin Off adalah UUPT dan Peraturan pelaksanaannya. UUPT mengatur tentang merger, akuisisi, konsolidasi, dan spin
off mulai dari Pasal 26, 62, 122, 123, 126, 127, 128, 129, 132, 133, 135, dan 152. Sebag
aimana diketahui bahwa UUPT menggunakan istilah “pemisahan” untuk spin off,
“penggabungan” untuk merger, “pengambilalihan” untuk akuisisi, dan “peleburan” untuk konsolidasi.
Pemisahan perseroan dikenal ada 2dua macam pemisahan, kedua jenis pemisahan tersebut dipengaruhi oleh cara pemisahan dengan memperhatikan
kuantitas usaha yang dipisahkan oleh perseroan. Hal ini diatur dalam Pasal 135 UU Nomor 40 tahun 2007 yaitu :
1. Pemisahan murni absolute division
Pemisahan yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan yang beralih karena hukum kepada 2 dua perseroan atau lebih yang menerima
peralihan dan akibatnya perseroan yang melakukan pemisahan tersebut menjadi berakhit karena hukum.
65
64
Bahari Adib,Prosedur cepat mendirikan Perseroan Terbatas Yogyakarta: Pustaka Yustisia,2010, hlm.24.
65
Deni Damay, Op.Cit., hlm. 79.
Universitas Sumatera Utara
Pemisahan ini perseroan mengalihkan seluruh harta kekayaan, sehingga akan berakibat perseroan harus tutup demi hukum karena sudah tidak ada lagi
usaha yang dijalankan. Pada umumnya perseroan melakukan pemisahan murni karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor :
66
a Usaha kurang menguntungkan
Usaha yang kurang menguntungkan menjadi latar belakang untuk menjual usaha tersebut. Hal ini dialami oleh perseroan yang mempunyai hanya satu
badan usaha. b
Kurang mampu mengelola usaha Faktor lain yang melatarbelakangi perseroan melakukan pemisahan murni
adalah kurang mampunya untuk mengelola usaha. Perseroan memiliki management yang tidak baik, tidak mempunyai tenaga yang cerdas,
cekatan dan terampil untuk mengurus usaha. c
Perseroan sudah hampir berakhir Jika waktu perseroan sudah mendekati akhir, keputusan RUPS tidak akan
memperpanjang jangka waktu perndirian perseroan sedangkan usaha masih berjalan dengan keuntungan yang biasa-biasa saja. Dengan
pemisahan tersebut berakibat perseroan berakhir lebih cepat dari waktunya dan tanpa perlu melakukan likuidasi karena kewajiban terhadap pihak
ketiga menjadi tanggung dan perseroan yang menerima pemisahan usaha. 2.
Pemisahan tidak murni Spin off Pemisahan tidak murni mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan
beralih karena hukum kepada 1satu perseroan lain atau lebih yang
66
http:ideapahlevi.blogspot.com201308pemisahan-sebagai-salah-satu-metode.html diakses tanggal 24 April.
Universitas Sumatera Utara
menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan masih tetap ada. Dalam pemisahan ini tidak sampai mengakibatkan perseroan menjadi
bubar karena harta kekayaan yang dialihkan hanya sebagaian saja. Perseroan masih mempunyai harta kekayaan sehingga masih dapat menjalankan usaha.
67
Latar belakang sebuah perseroan melakukan pemisahan tidak murni antara lain karena usaha perseroan kurang menguntungkan atau karena perseroan kurang
mampun mengelola usaha. Dengan pertimbangan daripada usaha ditutup lebih baik dijual kepada perseroan lain. Setelah pemisahan, perseroan yang melakukan
pemisahan tetap ada yang menjadi pemegang saham dari perseroan lain yang didirikannya. Pemisahan ini disebut “pemisahan hibrida” karena sekalipun terjadi
peralihan dari seluruh aktiva dan pasiva kepada perseroan lain. Seperti halnya dengan pemisahan murni yang mengakibatkan berakhirnya perseroan yang
melakukan pemisahan murni, yang melakukan pemisahan dimaksud tetap ada dan tidak berakhir.
Kaedah pokok dalam hal pemisahan adalah bahwa para pemegang saham perseroan yang melakukan pemisahan karena hukum menjadi pemegang saham
dari perseroan yang menerima peralihan aktiva dan pasiva. Dalam hak pemisahan hibrida tersebut, kaedah yang dimaksud tidak berlaku karena yang menjadi
pemegang saham perseroan yang menerima peralihan aktiva dan pasiva adalah perseroan yang melakukan pemisahan.
68
Pemisahan hanya terjadi antara 2 dua atau lebih badan hukum yang sejenis di dalam perseroan terbatas, sebagaimana diatur dalam UUPT. Perseroan
yang berada dalam likuidasi setelah mengalami pembubaran tidak dapat menjadi
67
Deni Damay, Loc.Cit, hlm. 79.
68
Anisitus, Amanat, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Penerapan Dalam Akta Notaris Jakarta: Rajawali Press,1996, hlm.69.
Universitas Sumatera Utara
pihak dalam pemisahan. Pemangku kepentingan stakeholders seperti para kreditor perseroan yang melakukan pemisahan berhak untuk memperoleh
informasi lengkap tentang perseroan yang akan menerima peralihan aktiva dan pasiva sebagai akibat pemisahan.
69
Untuk dapat melakukan pemisahan prosedur yang harus ditempuh di perseroan adalah harus ada persetujuan RUPS. Direksi
membuat rancangan tentang pemisahan usaha perseroan dengan ditelaah Komisaris, baru mengajukan persertujuan kepada RUPS. RUPS menyetujui
pemisahan tersebut berlaku Pasal 89 UUPT 2007. Berdasarkan RUPS korum yang dicapai dengan perbandingan minimal 23
: 34. Korum ini tergolong tinggi karena minimal 23 pemegang saham harus hadir dalam RUPS, sedangkan dalam RUPS pertama hanya minimal ¾ pemegang
saham yang harus hadir, jika korum tersebut tidak tercapai juga, maka dapat diajukan RUPS ketiga.
70
Untuk RUPS ketiga perseroan yang akan melakukan pemisahan mengajukan permohonan kepada pengadilan agar ditetapkan korum
untuk kepentingan tersebut. Penetapan ini bersifat final dan berkekuatan hukum tetap, sehingga RUPS menjadi terikat dan melaksanakannya.
Kedua jenis pemisahan ini sama-sama berakibat bukan saja yang beralih berupa aktiva, tetapi juga pasiva nya. Pengumuman merupakan itikad baik dari
perseroan terhadap pihak ketiga yang berkepentingan. Pihak ketiga perlu mengetahui perseroan mana yang dapat dihubungi untuk menagih kewajiban yang
harus dipenuhi. Sehubungan dengan aktiva dan pasiva perseroan yang melakukan pemisahan perlu diperhatikan bahwa peralihan aktiva dan pasiva milik perseroan
yang terletak di luar Indonesia tunduk kepada hukum negara dimana aktiva dan
69
R.Soemitro, Op.cit., hlm.23.
70
Ibid., hlm.72.
Universitas Sumatera Utara
pasiva tersebut berada. Tujuan Spin off yang diatur dalam UU Perseroan Terbatas lebih ditujukan untuk mengakomodasi kepentingan pengembangan perseroan
dalam hal pemisahan perseroan dari perseroan induk menjadi anak perseroan. Sebenarnya pengertian spin-off dalam UU Perseroan Terbatas memberikan
fleksibilitas yang lebih luas kepada perseroan untuk melakukan penguatan restruktur usahanya. Dalam penguatan struktur usahanya, mekanisme spin off
dapat dimanfaatkan oleh perseroan sebagai sarana untuk mempertajam segmentasi pasar, khususnya melalui penguatan bisnis yang lebih fokus dan spesialis. Selain
itu dengan mekanisme spiin off sebuah perseroan dapat juga melakukan pemisahan aset permasalahannya bad asets menjadi badan usaha yang baru yang
bukan merupakan perseroan menjadi semacam perseroan pengelola aset. Dalam hal ini keuntungan perseroan adalah memiliki perseroan baru yang menjadi
kendaraan pengelola aset bermasalahnya yang tetap dapat dikontrolnya, juga menjadi sarana yang efektif bagi perseroan dalam melakukan pembersihan aset
bermasalahnya.
C. HAMBATAN-HAMBATAN PEMISAHAN
USAHA PERSEROAN
TERBATAS
Restrukturisasi dilakukan dengan wajib memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan PT dan kreditor. PT yang
melakukan restrukturisasi
wajib mengumumkan
ringkasan rancangan
restrukturisasi paling sedikit dalam surat kabar dan mengumumkan secara tertulis kepada karyawan PT yang akan melakukan restrukturisasi dalam jangka waktu
yang telah ditentukan. Dalam melakukan restrukturisasi perseroan dapat
Universitas Sumatera Utara
diperkirakan akan timbul dampak yang mungkin merugikan pihal lain. Dampak yang merugikan tersebut dapat dicegah melalui pengaturan penggabungan,
peleburan, atau pengambilalihan dengan peraturan pemerintah. Dalam melakukan restrukturisasi perseroan terbatas ada beberapa hambatan yang dilalui oleh suatu
perseroan. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam melakukan restrukturisasi perseroan antara lain :
1. Modal
Modal merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan suatu kegiatan usaha, yang mana ini akan menjadi sumber dana awal dalam melakukan
kegiatan produktif dalam mendapatkan keuntungan suatu perseroan. Modal perseroan terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Pada
umumnya penyetoran atas saham adalah dalam bentuk uang. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan penyetoran atas saham dilakukan dalam bentuk lain.
Penyetoran atas saham dilakukan pada saat pendirian atau sesudah perseroan melakukan pengesahan sebagai badan hukum. Penyetoran atas saham dalam
bentuk lain selain uang harus disertakan rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam. status, tempat kedudukan dan lain-lain yang dianggap
perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersbut. Penyetoran atas saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam dua surat kabar harian,
maksudnya ialah agar diketahui oleh umum dan memberi kesempatan kepada pihak yang berkepentingan untuk dapat mengajukan keberatan atas penyerahan
benda tidak bergerak tersebut sebagai setoran saham. Pengumuman tersebut
Universitas Sumatera Utara
memuat jumlah penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak serta rinciannya sebagaimana dimaksudkan.
71
Pemegang saham yang mempunyai tagihan terhadap perseroan, tidak dapat menggunakan hak tagihannya sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas
harga sahamnya. Perseroan dilarang mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri. Larangan tersebut berlaku juga bagi anak perusahaan terhadap saham yang
dikeluarkan oleh induk perusahaannya. Pada prinsipnya pengeluaran saham adalah suatu upaya pengumpulan modal. Oleh karena itu kewajiban penyetoran
dibebankan kepada pihak lain. Untuk kepastian, maka undang-undang menentukan bahwa perseroan tidak boleh mengeluarkan saham untuk dimiliki
sendiri. Larangan bagi anak perusahaan memilki saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan didasarkan pada pertimbangan bahwa pemilikan saham oleh
anak perusahaan tidak dapat dipisahkan dari pemilikan saham oleh induk perusahaannya.
Praktik pengelolaan perseroan dalam menghadapi masalah krisis danatau mengembangkan usahanya melalui upaya restrukturisasi usaha memerlukan
sistem permodalan yang cukup. Modal yang optimal akan mempengaruhi jalannya perseroan setelah pemisahan usaha yang dilakukan. Pemisahan usaha yang
dilakukan berdampak pada sistem permodalan pada perusahaan induk, oleh karena itu faktor yang dapat menghambat dilakukannya pemisahan usaha ialah
modal. Dimana perusahaan yang tidak memiliki modal yang cukup maka perseroan tersebut dimungkinkan tidak terjadinya pemisahan usaha bahkan
mungkin terjadi pailit atas perseroan tersebut.
71
http:sandi-suwardi.blogspot.com200902pemisahan-usaha-dalam-kerangka-uu- pt.html
diakses tanggal 05 Mei 2015.
Universitas Sumatera Utara
2. Memperoleh kesepakatan para pemegang saham
Proses restrukturisasi dapat terjadi apabila Dalam melakukan pemisahan suatu perseroan maka hal ini akan terlebih dahulu dibahas dalam Rapat Umum
Pemegang Saham RUPS. Dimana dalam RUPS tindakan pemisahan usaha perseroan akan dibahas dan memperoleh kesepakatan diantara pemegang saham
atas suatu perseroan.
72
Untuk mencapai kesepakatan diantara pemegang saham sangat sulit diperoleh karena dalam pengambilan keputusan apabila kata mufakat tidak dicapai
maka akan diambil dengan suara terbanyak. Diantara pemegang saham memiliki persepsi yang berbeda dalam upaya pemisahan usaha perseroan. Oleh karena itu
dalam memperoleh kesepakatan antara pemegang saham dapat menjadi penghambat dalam melakukan pemisahan usaha suatu perseroan.
3. Struktur perusahaan yang tidak sehat
Pada waktu terjadi krisis ekonomi global yang ikut melanda Indonesia, terjadi pertumbuhan ekonomi yang tidak sehat yang mengakibatkan krisis
ekonomi yang berkepanjangan.
73
Krisis ini mengakibatkan berbagai upaya dilakukan para pelaku usaha dalam mempertahankan kelangsungan usaha
perseroan. Hal ini memaksa para pelaku usaha untuk melakukan berbagai upaya dalam mempertahankan kelangsungan perseroan termasuk menggunakan
persaingan yang tidak sehat yang merugikan para pelaku usaha lainnya. Persaingan usaha yang tidak sehat disebabkan oleh struktur organisasi
perseroan yang tidak sehat. Dalam menghadapi hal demikian, banyak stakeholder yang memutuskan hubungan dengan perseroan sehingga terjadi struktur
72
http:detikfinance.comread200703141635177541916 diakses tanggal 15 Mei
2015.
73
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
keorganisasian perseroan yang tidak sehat. Pemutusan hubungan stakeholder dengan perusahaan memicu rusaknya struktur organisasi perusahaan.
Struktur perusahaan yang tidak sehat dapat menghambat terlaksananya pemisahan usaha suatu perseroan. Struktur yang tidak sehat pada perusahaan
induk akan menimbulkan permasalahan pada struktur keorganisasian perusahaan yang baru anak perusahaan. Hal ini karena dengan struktur perusahaan induk
yang tidak sehat menyulitkan penyusunan struktur anak perusahaan yang dibentuk. Oleh karena itu, sulit memisahkan suatu perusahaan yang strukturnya
tidak sehat.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV AKIBAT HUKUM RESTRUKTURISASI PERSEROAN TERBATAS
MELALUI PEMISAHAN PERSEROAN
A. Para Pihak Setelah Restrukturisasi Perseroan Terbatas
Sebagaimana bunyi Pasal 1 ayat 2 UUPT yang menjelaskan bahwa “Organ Perseroan adalah rapat umum pemegang saham, direksi, dan komisaris.” Dengan
demikian dapat dilihat bahwa perseroan terbatas mempunyai organ yang terdiri atas :
74
a Rapat Umum Pemegang Saham RUPS ;
b Direksi ;
c Komisaris.
Rapat Umum Pemegang Saham Merupakan organ perseroan yang kedudukannya adalah sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perseroan terbatas sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 butir 3 UUPT yang mengatakan :
“Rapat umum pemegang saham yang selanjutnya disebut dengan RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.”
75
Apabila kita melihat pada kalimat “memegang segala
wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris”, maka apa yang dimaksud dalam Pasal 1 butir 3 tersebut adalah kekuasaan RUPS adalah tidak
mutlak, artinya kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh undang-undang kepada RUPS tidak berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang
74
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum tanggung Jawab Perdiri Perseroan Terbatas Jakarta: Ghalia Indonesia,2002,hlm.57.
75
Ibid.
87
Universitas Sumatera Utara
yang telah diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada direksi dan komisaris. Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa direksi atau komisaris
mempunyai wewenang yang tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS. Tugas, kewajiban, wewenang dari setiap organ termasuk RUPS sudah diatur secara
mandiri otonom di dalam undang-undang perseroan terbatas tahun 1995. Setiap organ diberikan kebebasan bergerak asal semua dilakukan demi tujuan dan
kepentingan perseroan. Instruksi dari organ lain, misalnya RUPS dapat saja tidak dipenuhi oleh direksi meskipun direksi diangkat oleh RUPS sebab pengangkatan
direksi oleh RUPS tidak berarti bahwa wewenang yang dimiliki direksi merupakan pemberian kuasa atau bersumber dari permberian kuasa dari RUPS
kepada direksi melainkan wewenang yang ada pada direksi adalah bersumber dari undang-undang dan anggaran dasar. Oleh karena itu RUPS tidak dapat
mencampuri tindakan pengurusan perseroan sehari-hari yang dilakukan direksi sebab tindakan direksi semata-mata adalah untuk kepentingan perseroan bukan
RUPS.
76
Paham yang berpendapat bahwa RUPS merupakan kekuasaan tertinggi perseroan terbatas, dalam arti segala sumber kekuasaan yang ada dalam perseroan
terbatas hanya bersumber dari RUPS. Berdasarkan paham tersebut, komisaris dan direksi mempunyai kekuasaan
berdasarkan mandat atau kuasa dari RUPS sehingga apabila RUPS mengkehendakinya sewaktu-waktu dapat mencabut kembali. Dengan demikian,
selama pengurus menjalankan wewenangnya dalam batas-batas ketentuan undang- undang dan anggaran dasar, maka pengurus berhak untuk tidak mematuhi
perintah-perintah atau instruksi-instruksi dari organ lainnya, baik dari komisaris
76
Ibid., hlm. 58.
Universitas Sumatera Utara
maupun RUPS. Lingkup wewenang RUPS dapat dilihat dalam Bab V UUPT yang mengatur tentang RUPS antara lain adalah :
77
1. Pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris merupakan
wewenang RUPS ; 2.
Mengambil keputusan untuk mengubah anggaran dasar 3.
Membuat peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasil direksi ;
4. Mengangkat satu orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili
perseroan dalam keadaan direksi tidak berhak mewakili perseroan karena terjadi suatu hal ;
5. Mengambil keputusan atas permohonan pailit yang akan dimajukan direksi ke
pengadilan negeri ; 6.
RUPS berwenang dan berhak meminta segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan atau komisaris.
Direksi atau disebut juga dengan pengurus perseroan adalah alat perlengkapan perseroan yang melakukan semua kegiatan perseroan dan mewakili
perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan.
78
Dengan demikian ruang lingkup tugas direksi adalah mengurus perseroan.
Penjelasan Pasal 79 ayat 1 UUPT dikatakan bahwa tugas direksi dalam mengurus perseroan antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan.
79
Dalam anggaran dasar tentang apa yang termasuk pengurusan sehari-hari itu adalah mengurus perseroan. Tugas ini adalah tugas direksi yang tidak dapat
dicampuri oleh organ lain. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 82 UUPT
77
Ibid., hlm.61.
78
Ibid.
79
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yaitu “Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun
diluar pengadilan.” Dalam Pasal 82 UUPT memberikan pedoman kepada direksi agar di dalam mengurus perseroan selalu berorientasi pada kepentingan dan tujuan
perseroan. Demikian juga Pasal 85 ayat 1 yang menegaskan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik menjalankan tugas untuk kepentigan
usaha perseroan.
80
Itikad baik direksi untuk menjalankanmengurus perseroan secara profesional dengan kemampuan dan tindakan pemeliharaan semuanya
dimaksudkan untuk kepentingan usaha perseroan termasuk di dalamnya kepentingan para pemegang saham.
Kedudukan RUPS dengan kedudukan Direksi mempunyai hubungan. Meskipun pemegang saham yang sekaligus menjadi direksi, namun fungsi
pemegang saham dan direksi dipisah secara tegas oleh undang-undang. Direksi tidak boleh melakukan perbuatan sekehendaknya sendiri walaupun itu dengan
alasan untuk kepentingan perseroan. Jika kita lihat kembali kedudukan RUPS dalam hubungannya dengan kedudukan direksi betapa pentingnya kedudukan
RUPS dalam perseroan terbatas, sebab sudah diuraikan bahwa direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Dengan demikian kewenangan RUPS adalah
semua kewenangan yang berdasarkan undang-undang atau anggaran dasar yang tidak diperuntukkan bagi direksi atau komisaris.
81
Walaupun RUPS merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi namun tidak berarti bahwa
kekuasaan RUPS tidak tanpa batas. Batas Wewenang RUPS adalah segala
80
Ibid., hlm.67.
81
Ibid, hlm.69.
Universitas Sumatera Utara
wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 3 UU No.1 tahun 1995.
Perseroan memiliki komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam anggaran dasar, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 94 ayat 1
UUPT. Dalam penjelasan Pasal 94 ayat 1 , komisaris mengandung pengertian baik sebagai organ PT maupun sebagai orang perseroan. Sebagai organ PT, komisaris
lazim disebut juga sebagai dewan komisaris, sedangkan sebagai perserorangan disebut Anggota Komisaris. Sebagai organ PT, pengertian Komisaris termasuk
juga badan-badan lain yang menjalankan tugas pengawasan khusus di bidang tertentu.
82
Komisaris jika lebih dari satu orang mereka merupakan majelis yang tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili perseroan. Hal ini berarti
bahwa komisaris yang lebih dari satu orang itu bersifat kolegial. Menurut Undang-Undang No.1 tahun 1995 Pasal 94 ayat 1 , keberadaan
komisaris di dalam perseroan adalah merupakan suatu keharusan. Dengan tugas sebagai pengawas kebijaksanaan direksi serta memberikan nasehat kepada direksi
mengenai pelaksanaan tugas kepengurusan, maka terjadi interaksi antara tugas direksi dan komisaris pada saat sebelum dan sesudah menjalankan aktivitas
perusahaan. Direksi tidak dapat melaksanakan tugas sekehendak hatinya dengan sewenang-wenang karena komisaris mengawasinya. Sebaliknya komisaris dapat
menasehati direksi tetapi tidak dapat melakukan pengurusan. Tugas komisaris dapat mengawasi pekerjaan direksi tidak saja bersifat preventif tetapi juga represif
dan dalam pemberian nasihat harus dilakukan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab demi kepentingan perseroan. Tugas mengawasi dan memberi
82
Ibid., hlm.70.
Universitas Sumatera Utara
nasehat tersebut masih ditambah dengan suatu kewenangan yang diberikan kepada komisaris apabila anggaran dasar menentukan hal tersebut. Kewenangan
yang dimiliki komisaris harus ditentukan di dalam anggaran dasar, apabila tidak ditentukan dalam anggaran dasar maka kewenangan itu tidak ada. Tindakan
pengurusan adalah tugas direksi, jadi apabila di dalam anggaran dasar kepada komisaris diberikan wewenang untuk melakukan tindakann pengurusan perseroan
dalam hal tertentu maka hal itu adalah merupakan suatu pengecualian atas pertimbangan tertentu. Wewenang itu meliputi pertanggungjawaban komisaris
kepada RUPS atas tindakan pengurusan yang dilakukannya bersama-sama direksi. Terhadap komisaris yang melakukan tindakan pengurusan berlaku semua
ketentuan mengenai hak, wewanang dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga.
83
Dapat disimpulkan dari Pasal 100 ayat 3 undang-undang No.1 tahun 1995. Ketentuan itu merupakan pencegahan terhadap tindakan komisaris
yang sewenang-wenang serta pertanggung jawabannya guna memberi perlindungan terhadap kepentigan perseroan, pemegang saham dan juga pihak
ketiga. Tugas komisaris sebagai pengawas harus dilakukan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dan itu harus dilakukan demi kepentingan dan usaha
perseroan.
B. Akibat Hukum Restrukturisasi Perseroan Terbatas Melalui Pemisahan Perseroan