Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Socfin Indonesia Medan

(1)

Lampiran 1

Data Variabel

Sumber : PT. Socfin Indonesia Medan 2013 Tahun Triwulan Produksi

CPO/Y (Ton) Luas Lahan (Luas Panen)/X1 (Ha) Tenaga Kerja/X2 (Orang) Modal/X3 (Rupiah)

2008 I 271309.8300 71330.00 24870 12453.54785

II 376405.1295 71587.13 24774 13443.22513

III 416303.9722 72358.24 24870 15662.47100

IV 357516.3371 70978.03 24673 12814.74900

2009 I 271707.6337 68336.93 24153 11467.81585

II 382041.2907 70682.94 24486 12793.99715

III 445253.3026 72457.76 24518 15571.38125

IV 391217.7712 71247.09 24694 1267.49375

2010 I 264007.8291 70364.56 24315 12528.62370

II 346000.1994 70439.78 24982 13312.76230

III 413167.8101 71422.33 25576 14925.63830

IV 400671.8617 71367.38 25772 14030.06770

2011 I 287511.6377 67873.38 26837 12238.16435

II 366316.3040 67937.00 26839 13179.97865

III 445963.1501 72657.52 26803 15397.81210

IV 430307.2603 70003.73 26768 14858.13089

2012 I 322000.0352 71587.38 26756 11056.60390

II 380056.0732 71587.13 26758 13624.73810

III 456569.3441 72686.19 26758 14218.19850


(2)

Lampiran 2

Hasil Regresi

Dependent Variable: YPKS Method: Least Squares Date: 10/21/12 Time: 05:47 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1975291. 621713.2 -3.177174 0.0059

X1LLHN 25.71214 7.771196 3.308646 0.0044

X2TK 19.28573 10.82264 1.781979 0.0937

X3PPK 2.411338 3.782993 0.637415 0.5329

R-squared 0.512861 Mean dependent var 373947.9 Adjusted R-squared 0.421523 S.D. dependent var 63074.83 S.E. of regression 47973.26 Akaike info criterion 24.57153 Sum squared resid 3.68E+10 Schwarz criterion 24.77068

Log likelihood -241.7153 F-statistic 5.614951


(3)

Lampiran 3

Hasil Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: X1LLHN Method: Least Squares Date:10/21/13 Time: 06:29 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 72195.95 8359.940 8.635941 0.0000

X2TK -0.103756 0.336831 -0.308034 0.7618

X3PPK 0.107908 0.115128 0.937288 0.3617

R-squared 0.049350 Mean dependent var 70945.41 Adjusted R-squared -0.062491 S.D. dependent var 1452.527 S.E. of regression 1497.224 Akaike info criterion 17.59809 Sum squared resid 38108575 Schwarz criterion 17.74745

Log likelihood -172.9809 F-statistic 0.441255


(4)

Lampiran 4

Hasil Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: X2TK Method: Least Squares Date: 10/21/13 Time: 06:32 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 28151.46 12144.94 2.317958 0.0332

X1LLHN -0.053496 0.173669 -0.308034 0.7618

X3PPK 0.095350 0.081562 1.169048 0.2585

R-squared 0.074618 Mean dependent var 25598.00 Adjusted R-squared -0.034251 S.D. dependent var 1057.130 S.E. of regression 1075.081 Akaike info criterion 16.93566 Sum squared resid 19648599 Schwarz criterion 17.08502

Log likelihood -166.3566 F-statistic 0.685392


(5)

Lampiran 5

Hasil Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: X3PPK Method: Least Squares Date: 10/21/13 Time: 06:33 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -39258.70 38705.37 -1.014296 0.3247

X1LLHN 0.455365 0.485833 0.937288 0.3617

X2TK 0.780396 0.667548 1.169048 0.2585

R-squared 0.115178 Mean dependent var 13023.92 Adjusted R-squared 0.011081 S.D. dependent var 3092.850 S.E. of regression 3075.666 Akaike info criterion 19.03791 Sum squared resid 1.61E+08 Schwarz criterion 19.18727

Log likelihood -187.3791 F-statistic 1.106447


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Buni Aksara Gujarati, Damodar. 1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Haming, Murdin dan Mahfud. 2005. Manajemen Produksi Modern. Jakarta : Bumi Aksara.

Kadariah, 1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES

Nasution, S.H., H.B Tarmizi, dan Syahril M.M. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Medan: USU Press

Pratomo, Wahyu Aryo. dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews Dalam Ekonometrika. Medan: USU Press

Simbolon, Sahat. 2007. Teori Ekonomi Mikro Dilengkapi Beberapa Soal Kuantitatif. Medan: USU Press

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Suhartati, T dan M. Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro Dilengkapi Beberapa

Bentuk Fungsi Produksi. Bandung: Salemba Empat

Sumanjaya, Rakhmat, Syahrir Hakim Nst, dan H.B. Tarmizi. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Medan: USU Press

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Malang: Gajah Mada University Press.

Situmorang, S. H (2007); Studi Kelayakan Bisnis, Buku II, Edisi I, Medan, USU Press.


(7)

Arif, Habibillah (2010); Pasca Panen dan Standar Produksi Kelapa Sawit. Polnep.Pontianak.

Disbun Provinsi Sumatera Utara (2010); Pemberlakuan Pajak Eksport terhadap Nilai Jual Kelapa Sawit.

Haris, Abdul (2007); Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasi Produksi Kelapa Sawit Di PTPN III Aek Nabatra Selatan.

Kanti, Rahayu (2007); Analisis Produktifitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit pada PT. Binanga Mandala Di Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara.

Panca Wardanu, Adha (2009); Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Polnep : Pontianak.

Mangunsong,Lamria.dkk (2003); Buku Ajar Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Polnep : Pontianak.

Risman (2003); Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit di Kabupaten Donggala Sulawesi Tenggara. Purba, David Kasyogi (2013); Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Produksi Crude Palm Oil (CPO) Unit Adolina PTPN IV Sumatera Utara.

Saragih, Ririn Windasari (2011); Analisis Faktor-Faktor yang 00Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit (Studin pada PTPN IV Kebun Pasir Mandoge).


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengambilan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Data atau informasi yang tepat dan relevan dengan masalah yang dibahas diharapkan dapat menggambarkan kesimpulan yang lebih baik dan bermutu.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di PT. Socfin Indonesia yang berkantor pusat di Medan, dengan menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja dan pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit. Pertimbangan pemilihan perusahaan adalah karena perusahaan ini telah lama memproduksi kelapa sawit hingga saat ini, diharapkan dapat memenuhi kriteria sebagai tempat penelitian yang dapat memberikan data serta informasi yang diperlukan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber datanya diperoleh dari PT. Socfin Indonesia Medan dalam bentuk triwulan dalam kurun waktu 2008-2012 dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut :


(9)

1. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara mengenai seluk-beluk PT. Socfin Indonesia Medan dan memahami kondisi karyawan selama proses produksi;

2. Observasi, yaitu menghimpun data penelitian melalui pengamatan peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala yang diamati, melalui observasi peniliti akan memperoleh informasi/data yang tidak mungkin bisa dihimpun melalui wawancara atau kuesioner.

3. Studi dokumentasi dengan mempelajari hasil-hasil penelitian, catatan tertulis dan sebagainya yang relevan dengan tujuan penelitian studi kasus ini.

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT.Socfin Indonesia Medan yang berpusat di Jl. K.L.Yos Sudarso No.106 Medan. Alasan memilih lokasi penelitian karena PT.Socfin Indonesia Medan merupakan salah satu perkebunan asing terbaik penghasil Bibit Unggul Kelapa Sawit dan CPO dan kantor Pusatnya berada di Jl. K.L.Yos Sudarso No.106 Medan.


(10)

3.4 Model Analisis Data

Model dasar yang digunakan dalam analisis produksi kelapa sawit di PT. Socfin Indonesia Medan merupakan pengembangan dari teori produksi Cobb-Douglass, yaitu persamaan:

Y = A Kα Lβ...(1) Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik, yaitu variabel-variabel eksplanatori yang digunakan dalam penelitian ini, maka fungsi produksi menjadi:

Y = f (X1, X2, X3)...(2)

Dari fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+μ………...(3)

Dimana:

Y = Produksi (Ton) α = Intercept (konstanta) β1β2 β3 = Koefisien regresi

X1 = Luas lahan (Hektar)

X2 = Tenaga kerja (Orang)

X3 = Modal (Ton)

μ = Term of error (Kesalahan pengganggu)

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian, logaritma digunakan terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji pengaruh antar variabel penjelas (explanatory variable) terhadap produksi kelapa


(11)

sawit digunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk regresi berganda.

Adapun spesifikasi model penelitian ini sebagai berikut:

Log Y = α+β1 log X1+β2 log X2+β3 log X3+μ...(4)

Secara sistematis bentuk persamaan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1

X Y

 > 0, artinya apabila X1 (luas lahan) mengalami peningkatan, maka Y

(produksi) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

2

X Y

 > 0, artinya apabila X2 (tenaga kerja) mengalami peningkatan, maka Y

(produksi) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3

X Y

 > 0, artinya apabila X3 (penggunaan pupuk) mengalami peningkatan,

maka Y (produksi) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen.

Ada dua ciri dari R2 yang perlu diperhatikan: 1. Jumlahnya tidak pernah negatif


(12)

3.5.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing masing koefisien regresi signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis biasanya b dianggap = 0 artinya, tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila t-hitung>t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

Dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho

diterima, ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus: t*=

Sbi b

bi )

( 

dimana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i. b = Nilai hipotesis nol.


(13)

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 :  0 H0 diterima (t*<t-tabel) artinya variabel independen secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen Ha :  0 Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara

parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.5.3 Uji F- statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : b1 ≠ b2………...bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b2 = 0………..……i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-statistik dengan nila F-tabel. Jika F-hitung> F-tabel maka Ho ditolak, yanga artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(14)

F-hitung=

 

R

n k

k R

  2 

2

1

1

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi.

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

0

: 1 2

0   

H H0 diterima (F*<F-tabel) artinya variabel

independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

0 :1 2 

a

H Ha diterima (F*>F-tabel) artinya variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(15)

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Multikolinearitas (Multikolinearity)

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R- Square, F- hitung, t- hitung, serta standard error.

Adanya multikolinearity ditandai dengan: 1. Standard error tak terhingga.

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10%.

3. Membandingkan R2 regresi pertama dengan R2 regresi variabel-variabel independen

4. R2 (R- Square) sangat tinggi.

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan multikolinearitas, yaitu: 1. Korelasi antar variabel

2. Menggunakan korelasi parsial (Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007: 88)

3.6.2 Autokorelasi (Serial Correlation)

Serial Correlation didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat didalamnya distribusi atau gangguan μi dilambangkan dengan:


(16)

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu: 1. Dengan menggunakan data atau memplot grafik

2. Dengan D – W Test (Uji Durbin – Watson) Uji D – W ini dirumuskan sebagai berikut:

Dw-hitung =

 

2 1

t t t

e e e

Dengan hipotesis sebagai berikut: H0: ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan:

DW<dl : Tolak H0 (ada korelasi positif)

DW>4-dl : Tolak H0 (ada korelasi positif)

du<DW<4-du : Terima H0 (tidak ada korelasi)

dl≤DW<4-du : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du)≤DW≤(4-dl) : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)


(17)

Ho : accept

0 dl du 4-du 4-dl 4

Autocorrelation (+)

Inconclusive Inconclusive

Autocorrelation (-)

Gambar 3.3 Kurva Uji D. W Statistik

3.7 Definisi Operasional

1. Hasil Produksi kelapa sawit adalah jumlah kelapa sawit dalam bentuk tandan buah segar (TBS) yang diproduksi oleh PT. Socfin Indonesia yang berkantor pusat di Medan dalam kurun waktu 2000-2012, yang dinyatakan dalam satuan Ton.

2. Luas Lahan adalah luas panen yang digunakan untuk memproduksi kelapa sawit, yang dinyatakan dalam satuan Hektar (Ha).

3. Tenaga Kerja adalah jumlah angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta langsung dalam proses produksi kelapa sawit, yang dinyatakan dalam satuan Orang

4. Modal adalah mencakup uang, bibit, pupuk, dan sebaginya sebagai jaminan produkfitas dan kelancaran dalam peningkatan hasil produksi.terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.


(18)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Socfin Indonesia Medan

PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfin Medan SA (Societe Financiere Des Cauthous Anoyme) didirikan berdasarkan Akte Notaris William Leo No.45 tanggal 7 Desember 1930 yang berkedudukan di Medan yang mengolah perusahaan perkebunan di Daerah Sumatera Utara, Aceh Besar, Aceh Selatan, dan Aceh Timur. Pada tahun 1960 pemerintah Republik Indonesia menjalin hubungan kerja sama dengan investor-investor yang berasal dari Belgia yang bergabung dalam Plantation North Sumatera dengan maksud untuk mendirikan suatu perusahaan patungan yang diberi nama Socfin Indonesia Medan SA (Sociaty Financiere Des Cauthous Medan Societe Anonyme) yang berorientasi pada hasil kerja dari suatu area perkebunan yang berkedudukan di kota Medan (Sumatera Utara) dengan kawasan yang mencakup daerah perkebunan khususnya Sumatera Utara dan Aceh.

Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 6 tahun 1965 dengan instruksi-instruksi yang ada, memutuskan bahwa SOCFIN Medan SA, Belgia yang dinyatakan sebagai suatu perusahaan perkebunan yang berada di bawah pengawasan pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan naskah serah terima tanggal 11 Januari 1996. Pada tahun 1968 di Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan keputusan No.E3-68/Pers/6/94/KPTS/OP/6/1968 tanggal 17 Juni 1968 mengadakan suatu perjanjian dengan 5 pemilik saham Socialy Des


(19)

Cuouthocs Medan SA, Belgia. Untuk menyetujui terbentuknya suatu perusahaan baru yaitu patungan (joint venterprice) yang berkedudukan di kota Medan dengan mengadakan suatu perbandingan modal yaitu : plantation North Sumatera, Belgia 60% dan pemerintah Republik Indonesia 40%.

Pada tanggal 13 Juni 1968 keluar Keputusan Presiden No. B68/Pers/6/1968 dan Keputusan Menteri Pertanian No. 94/Kpts/OP/6/1968 tanggal 17 Juni 1968 menyetujui terbentuknya perusahaan patungan antara Pemerintah RI dengan Pengusaha Belgia. Hal ini kemudian dikuatkan dengan Akte Notaris Chairil Basri di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1968 No.23 oleh Menteri Kehakiman dengan penetapan tanggal 3 September 1968 dan didaftarkan di Pengadilan Negeri Medan tanggal 17 September 1969 serta diumumkan dalam tambahan Berita Negara RI tanggal 31 Oktober 1968 No. 68/68.

Pada tahun 2001 tepatnya tanggal 31 Desember 2001 telah terjadi perubahan kepemilikan saham yaitu :

a. 90% saham Plantation North Sumatera Belgia b. dan 10% saham Pemerintah Republik Indonesia.

Nama : PT.Socfin Indonesia Medan disingkat PT. Socfindo Medan

Alamat : JL. Kol Yos Sudarso No.106 Medan Website : http:///www.socfindo.co.id


(20)

4.1.2 Struktur Organisasi

Susunan organisasi PT. Socfin Indonesia Medan terdiri dari: 1. Principal Direktor

2. General Manager 3. Estate Advisor 4. General Department

a. Urusan Agraria, Law, Security, dan Public Relation

b. Urusan Home Affairs, Transportation, Statistic, dan Accounting c. Urusan Training, Jamsostek, dan Inner Social

d. Urusan Head Office dan Estate Security

e. Urusan Elektrik Data Processing dan Communication Instruments f. Urusan General Expenses dan Non Staff Personil

g. Urusan Human Resources Recruitment, Security, Statistic, dan Administration

h. Urusan Home Affair dan Inventory Equitment i. Urusan Working Permit, Vehicle Licence dan Guest j. UrusanSecretary Principal Director

k. Urusan Secretary General Manager

l. Urusan Liason Office (Jakarta dan Banda Aceh) 5. Agricultural Departmen (Bagian Tanaman)

6. Technical/ Technology Department (Bagian Teknik/Teknologi) 7. Sales Department (Bagian Penjualan)

8. Finance Department (Bagian Pembelanjaan) 9. Purchase Department ( Bagian Pengurusan)


(21)

Principal Direktor

a. Memimpin dan mengurus perusahaan.

b. Mewakili perusahaan baik keluar maupun kedalam.

c. Tanggung-jawab atas seluruh keputusan dan ktepatan dalam kebijakan perusahaan.

General Manager

a. Mengkoordinir seluruh kegiatan perusahaan. b. Mewakili principle director.

Estate Advisor

Memberikan pendapat, atau saran langsung kepada principle director. General Department

a. Urusan Agraria, Law, Security, dan Public Relation

i. Mengurus masalah HGU PT. Socfin Indonesia Medan.

ii. Mengurus hukum, peraturan yang berhubungan dengan kegiatan PT.Socfin Indonesia Medan.

iii. Menangani masalah hubungan masyarakat.

b. Urusan Home Affairs, Transportation, Statistic, dan Accounting i. Mengenai masalah kepegawaian.

ii. Menangani masalah pengangkutan. iii. Pencatatan kegiatan dalam statistik. iv. Menghitung dan mengontrol biaya umum.


(22)

c. Urusan Training, Jamsostek, dan Inner Social

i. Memprogram dan melaksanakan training, seminar dan Bench Marking.

ii. Menangani masalah Jamsostek.

iii. Menangani masalah perumahan di seluruh kebun. iv. Menangani masalah umum.

d. Urusan Head Office dan Estate Security

i. Menangani masalah keamanan kantor besar Medan.

ii. Menanagni masalah keamanan pencurian, penjarahan sawit dan karet.

iii. Menangani masalah keamanan dengan instansi terkait. iv. Mengatur system keamanan kebun.

v. Mengamankan asset perusahaan.

e. Urusan Elektrik Data Processing dan Communication Instruments i. Elektrik data processing.

ii. Mengurus dan mengatur peralatan komunikasi (radio, telepon dan HT).

iii. Mengatur dan mengawasi peralatan computer. f. Urusan General Expenses dan Non Staff Personil

i. Menangani personalia pegawai.

ii. Membuat perhitungan biaya umum dan masalah asuransi. iii. Membuat daftar golongan staf dan peawai.


(23)

g. Urusan Human Resources Recruitment, Security, Statistic, dan Administration

i. Menangani administrasi penerimaan pegawai pimpinan. ii. Membuat laporan statistik laporan keamanan.

iii. Medical Report.

iv. Membuat daftar gaji seluruh staf dan pegawai kantor besar medan.

v. Membuat daftar pelamar.

h. Urusan Home Affair dan Inventory Equitment

i. Membuat daftar rincian rumah staf dan pegawai kantor besar Medan.

ii. Membuat dan memeriksa tagihan listrik, air, telepon dan lain-lain.

iii. Menyortir dan mengawasi pemakaian mess dan bungalow. iv. Menyusun anggaran perabot dan inventaris.

v. Membuat daftar inventaris kebun dan kantor besar Medan. vi. Memriksa bangunan rumah staf.

i. Urusan Working Permit, Vehicle Licence dan Guest i. Mengurus izin tenaga kerja asing.

ii. Mengurus tiket pesawat.

iii. Menjemput dan mengantarkan tamu.

iv. Mengadakan hubungan dengan pihak imigrasi dan Depnaker. j. Urusan Secretary Principal Director


(24)

ii. Filling surat masuk/keluar.

iii. Menyiapkan laporan ke plantations North Sumatera. iv. Menyiapkan data, laporan untuk Rapat Komisaris.

v. Menyiapkan daftar budget. k. Urusan Secretary General Manager

i. Menyiapkan data tender bagian pembelian dan bagian teknik/tekhnologi.

ii. Filling surat masuk/keluar. iii. Membuat laporan produksi.

iv. Menyiapkan dta realisasi compte capital. v. Menyiapkan data kunjungan.

l. Urusan Liason Office (Jakarta dan Banda Aceh)

i. Mengurus izin dari BKPM, Deptan, Depperindang, dan Depkeu.

ii. Menyiapan rapat komisaris.

iii. Mengurus seluruh keperluan dan kepentingan perusahaan. iv. Mengatur dan menjemput tamu.

Agricultural Departmen (Bagian Tanaman) a. Urusan kultur teknis kelapa sawit dan karet

i. Membuat rekomendasi mengenai kultur teknik kelapa sawit dan karet.

ii. Mengecek dan mereview program pemupukan kelapa sawit. iii. Mengecek program yang dibuat staf urusan administrasi karet.


(25)

iv. Mengambil contoh dawn dan contoh LD.

v. Mengecek dan meriview produksi karet dan kelapa sawit. vi. Pengolahan percobaan pemupukan.

b. Urusan kontrol panen kelapa sawit

i. Memeriksa seluruh aspek panen kelapa sawit. ii. Memeriksa seluruh keperluan tanaman. c. Urusan eksploitasi karet

d. Memeriksa seluruh aspek eksploitasi/deresan, stimulasi semua kebun karet.

e. Urusan hama dan penyakit tanaman

i. Melaksanakan pengendalian hama penyakit sawit dan karet. ii. Membuat laporan pengendalian hama penyakit.

iii. Mengevaluasi pengendalian hama penyakit. iv. Urusan survey dan pemetaan.

v. Menyurvey areal dan membuat peta dan ukurannya.

vi. Membuat laporan hasil dan ukuran areal peremajaan dan perluasan.

Technical/ Technology Department (Bagian Teknik/Teknologi) a. Urusan bangunan pabrik dan perawatan instansi penolahan.

i. Membuat desain, kalkulasi, dan mengawasi pekerjaan bangunan pabrik.

ii. Memeriksa dan memberi petunjuk perawatan bangunan instansi pabrik.


(26)

iii. Mengawasi jaringan listirk dan kapasitas pabrik. iv. Mengawasi kunjungan rutin ke kebun-kebun.

v. Mengawasi pesanan barang dan mengevaluasi perawatan mesin pabrik.

b. Urusan pemeliharaan dan mesin-mesin penggerak

i. Memeriksa pengoperasian boiler, bejana uap, dan mesin-mesin pengolahan.

ii. Memberikan petunjuk, perawatan boiler, bejana uap, dan mesin pabrik.

iii. Mengawasi perbaikan mesin-mesin dan instansi pabrik. Sales Department (Bagian Penjualan)

a. Eksport Rubber/Seeds dan Local Seed

i. Membuat dan memriksa dokumen eksport karet dan kecambah. ii. Membuat dan memeriksa dokumen penjualan kecambah. iii. Memeriksa rekening pengangkutan dan ekspedisi karet. b. Eksport Oil

i. Membuat dan memeriksa dokumen eksport CPO dan turunannya.

ii. Pembayaran pajak eksport.

iii. Memeriksa rekening pengangkutan CPO dan turunannya. iv. Memeriksa rekening PT.Socfin Indonesia.

Finance Department (Bagian Pembelanjaan) Finance General Accounting


(27)

i. Mempersiapkan slip jurnal untuk mutasi neraca, laba, dan rugi kebun.

ii. Mempersiapkan slip jurnal hutang-hutang staf, pegawai, dan pensiunan.

iii. Memeriksa jurnal transaksi pembukuan kantor besar. iv. Mempersiapkan finansial result.

v. Mempersiapkan daftar sisa hutang dan pemotongan hutang pegawai.

vi. Mempersiapkan laporan keuangan. Purchase Department ( Bagian Pengurusan)

i. Urusan pembiilan local, import, dan gudang.

ii. Mengkoordinir seluruh proses pembelian local, import, dan gudang pusat.

iii. Memeriksa permintaan uang dan pertanggung-jawaban.

4.2 Profil Perusahaan

4.2.1 Maksud dan Tujuan PT. Socfin Indonesia Medan

Berdasarkan akte pendirian perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sehat berlandaskan kepada asas:

1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional melalui peningkatan produksi dan pemasaran dari


(28)

berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas.

2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan khususnya.

3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.

4.2.2 Visi dan Misi PT. Socfin Indonesia Medan Visi PT. Socfin Indonesia ini adalah

“Menjadi Perusahaan Industri Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Kelas Dunia dan Efisien dalam Produksi dan Memberikan Keuntungan Kepada Para Stakeholder.

Misi PT. Socfin Indonesia ini adalah:

1. Mengembangkan bisnis dan memberikan keuntungan bagi para pemegang saham.

2. Memberlakukan sistem manajemen yang mengacu pada standart internasional dan acuan yang berlaku di bisnisnya.

3. Menjalankan operasi dengan efesien dan hasil yang tertinggi (mutu dan produktivitas) serta harga yang kompetitif.

4. Menjadi tempat kerja bagi karyawannya, aman dan sehat. 5. Penggunaan sumber daya yang efesien dan minimasi limbah. 6. Membagi kesejahteraan bagi masyarakat dimana kami beroperasi.


(29)

4.2.3 Wilayah Kerja dan Komposisi Usaha

Perkebunan PT. Socfin Indonesia yang berkantor pusat di JL. KL.Yos Sudarso No.106 Medan, mempunyai 2 wilayah kerja yang cukup luas yaitu di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darusalam.

Wilayah Provinsi Sumatera Utara terdiri dari : 1. Kebun Mata Pao

2. Kebun Bangun Bandar 3. Kebun Tanjung Maria 4. Kebun Tanah Besih 5. Kebun Lima Puluh 6. Kebun Tanah Gambus 7. Kebun Aek Loba 8. Kebun Padang Pulo 9. Kebun Aek Pamienke 10. Kebun Halimbe 11. Kebun Negeri Lama

12. Kebun PSBB (Pusat Seleksi Bangun Bandar) Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam terdiri dari : 1. Seunagan

2. Seumanyam 3. Lae Butar 4. Sei Liput


(30)

Kebun-kebun yang dikelola PT. Socfin Indonesia berjumlah 16 kebun, dengan luas areal seluruhnya adalah 48 091,04 Ha.

Tabel 4.2. Jenis Tanaman, Luas Areal dan Lokasi Perkebunan yang Diusahakan PT. Socfin Indonesia, Medan

Kebun Lokasi Budidaya

Wilayah Medan NAD

1. Sei Liput 2. Lae Butar 3. Seumanyam 4. Seunagan Sumatera Utara

5. Matapao 6. Bangun Bandar 7. Tanah Gambus 8. Padang Pulo 9. Aek Loba 10. Negeri Lama Sumatera Utara

1. Tanjung Maria 2. Tanah Besih 3. Lima Puluh 4. Aek Pamienke 5. Halimbe Kejuruan Muda Aceh Singkil Darul Makmur Nagan Raya Serdang Bedagai Serdang Bedagai Batu Bara Asahan Asahan Labuhan Batu Serdang Bedagai Serdang Bedagai Batu Bara

Labuhan Batu Utara Labuhan Batu Utara

Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Karet Karet Karet Karet Karet Sumber: PT. Socfin Indonesia, Medan 2013


(31)

4.2 Luas Lahan

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa luas lahan tidak bisa terlepas dari sebuah perusahaan untuk melaksanakan operasinya terutama ditinjau dari tingkat kesuburannya. Namun, yang paling utama dianalisis adalah mengenai luasnya yang sangat berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan.

Kebun-kebun yang dikelola PT. Socfin Indonesia Medan berjumlah 16 kebun dengan luas areal seluruhnya adalah 48 091.04 Ha.

Tanaman kelapa sawit dibagi menjadi dua kategori yaitu sebagai berikut:

1. Tanaman menghasilkan (TM), dimana tanaman ini terbagi lagi menjadi 5 kategori, yaitu sebagai berikut:

a. Tanaman Muda : Usia 4-8 Tahun b. Tanaman Remaja : Usia 9-13 Tahun c. Tanaman Dewasa : Usia 14-20 Tahun d. Tanaman Tua : Usia 21-24 Tahun e. Tanaman Renta : Usia > 24 Tahun 2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Yang tergolong TBM adalah tanaman yang berusia 0-3 tahun. Pada dasarnya tanaman ini adalah hasil peremajaan dari tanaman renta yang sudah tidak layak berproduksi


(32)

Tabel 4.2 Luas Areal Panen/ Tanaman menghasilkan (TM) PT. Socfin Indonesia Medan (2008-2012)

Tahun Triwulan Luas Lahan (Ha)

2008 I 72330.00

II 71587.13

III 71358.24

IV 70978.03

2009 I 68336.93

II 70682.94

III 71457.76

IV 71247.09

2010 I 70364.56

II 70439.78

III 70422.33

IV 70367.38

2011 I 67873.38

II 67937.00

III 68657.52

IV 69003.73

2012 I 71587.38

II 71587.13

III 71686.19

IV 72003.69


(33)

4.3 Tenaga Kerja

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa tenaga kerja (labour) tidak bisa terlepas dari sebuah perusahaan. Demikian pula dengan PT.Socfin Indonesia yang memiliki ribuan tenaga kerja untuk melaksanakan operasinya.

PT. Socfin Indonesia Medan di dalam menjalankan aktivitas produksinya mempunyai tenaga kerja (karyawan di 16 kebun). Berikut data tenaga kerja PT. Socfin Indonesia Medan yang langsung berfungsi dan ikut serta langsung dalam proses produksi kelapa sawit atau yang biasa disebut karyawan kebun.

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kerja PT. Socfin Indonesia Medan (2008-2012)

Tahun Triwulan Tenaga Kerja (Orang)

2008 I 24870

II 24774

III 24870

IV 24673

2009 I 24153

II 24486

III 24518

IV 24694

2010 I 24315

II 24982

III 25576


(34)

2011 I 26837

II 26839

III 26803

IV 26768

2012 I 26756

II 26758

III 26758

IV 26758

PT. Socfin Indonesia 2013

Pekerja di perkebunan PT. Socfin Indonesia memiliki 6 hari kerja setiap minggunya dengan total jam kerja 40 jam/ minggu yang terdiri dari jam kerja tiap harinya untuk 1 HK yaitu 7 jam/ hari, kecuali hari Jumat yaitu 5 jam/ hari. Waktu kerja setiap harinya adalah pukul 06.30-14.00 (dengan waktu istirahat pukul 09.00-09.30),sedangkan untuk hari Jumat waktu kerjanya adalah pukul 11.30-12.00 (dengan waktu istirahat pukul 09.00-09.30).

Sistem pembayaran dan jumlah upah pekerja di perkebunan PT. Socfin Indonesia berbeda-beda pada setiap jabatan pekerja. Pekerja staf menerima upah pada akhir bulan setiap bulannya, sedangkan untuk pekerja non staf menerima upah dua kali dalam setiap bulan, yaitu upahan besar (tanggal 5 tiap bulannya) dan upahan kecil (tanggal 19 tiap bulannya). Selain itu, pekerja staf maupun non staf mendapatkan bonus setiap bulannya. Untuk upah yang dibayarkan, upah pekerja staf perkebunan sepenuhnya ditentukan oleh Payroll Department PT. Socfin Indonesia, sedangkan untuk pekerja non staf pembayaran upah


(35)

berbeda-beda tergantung pada tingkat golongannya. Perberbeda-bedaan terletak pada jumlh upah dan tunjangan yang ditetapkan oleh PT. Socfin Indonesia.

Mandor / Pegawai :

1. Mendapatkan upah terendah (golongan I/1) sebesar Rp 1 287 000,00/ bulan dan mendapatkan upah tertinggi (golongan VIII/10) sebesar Rp 2 689 400,00/ bulan ditambah dengan premi apabila pekerjaan melebihi dari output yang telah ditentukan perusahaan,

2. Mendapatkan tunjangan beras, 3. Mendapat fasilitas rumah dan listrik,

4. Mendapat tunjangan JAMSOSTEK dan tunjangan biaya kesehatan apabila sakit.

Karyawan Harian Tetap:

1. Upah minimal per bulan dihitung sesuai dengan UMR perusahaan yaitu Rp 1 210 000,00/ bulan ditambah dengan premi apabila pekerjaan melebihi dari output yang telah ditentukan perusahaan,

2. Mendapatkan tunjangan beras,

3. Mendapatkan fasilitas rumah dan listrik,

4. Mendapat tunjangan JAMSOSTEK dan tunjangan biaya kesehatan apabila sakit.

4.4. Modal

Modal merupakan suatu bentuk barang dan jasa yang bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barabg-barang baru


(36)

termasuk barang modal. Barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk, bibit, cangkul dan investasi dalam mesin (Mubyarto, 1984: 91).

Pemupukan merupakan 70% modal bagi perusahaan perkebunan sebagai penunjang keberlangsungannya proses produksi. Pemupukan adalah kegiatan yang memberikan beberapa unsur hara kepada tanaman yang membutuhkannya didasarkan pada ukuran tanaman, pertumbuhan tanaman dan kesediaan unsur hara dalam tanah. Pemupukan merupakan salah satu faktor yang menentukan dari seluruh kegiatan pemeliharaan tanaman untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal, pada akhirnya memberikan produktivitas yang sesuai pada potensinya (Socfin, 2008: 229).

Untuk mencapai sasaran produksitvitas yang sesuai dengan potensinya, pemupukan dilakukan pada setiap tahapan mulai pre nursery, main nursery, tanaman ulang, tanaman baru menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM) harus terlaksana dengan baik. Pelaksanaan pemupukan akan berjalan dengan baik apabila dikelola dengan tata cara yang baik oleh semua lapisan yang bersangkutan.

Pengawasan pemupukan ditujukan pada empat faktor yang menentukan efektivitas dan efisiensi pemupukan yaitu dosis pupuk yang tepat, jenis pupuk yang sesuai, waktu pemupukan yang tepat waktu dan letak sebar pupuk yang diberikan.

4.4.1 Jenis Pupuk dan Dosis Pupuk

Jenis dan dosis pupuk pemupukan tercantum secara lengkap dalam rekomendasi pemupukan pada tahun 2004, pupuk yang digunakan adalah Urea,


(37)

Rock Phosphate (RP), Muriate of Potash (MoP), Kieserite/Dolomite dan HGF-Borat.

Dolomite digunakan sebagai sumber unsur Mg pada tanaman umur > 15 tahun, sedangkan Kieserite khusus untuk tanaman < 15 tahun. Untuk kebuthan unsur Nitrogen (N) maka pada umumnya digunakan Urea atau Zeiziber of Amonia (ZA), dimana diberikan pada tanaman 8 tahun. Pupuk ditabur merata dalam piringan mulai dari radius 0,5 meter dari pohon sampai ke pinggir piringan sedangkan pada tanaman yang berumur > 8 tahun, pupuk ditabur mulai 1 meter dari pohon sampai ke pinggir piringan.

Untuk kebutuhan unsur hara Phosphate (P) maka digunakan RP, CIRP, TSP atau SP 36 dimana tanaman penutup berupa kacangan, pupuk RP ditebar merata dalam gawangan mulai dari pinggir piringan sedangkan untuk tanaman yang tidak berpenutup memakai pupuk TSP, SP36 ditebar merata melingkar di dalam piringan, mulai dari pinggir piringan ke arah kelapa sawit.

Untuk kebutuhan unsur Kalium (K) maka pada umumnya digunakan pupuk MoP yang ditabur sekeliling pohon dalam piringan mulai 1 meter dari pohon sampai 2,75 meter atau 50-70 Cm dari luar piringan pada tanaman yang lebih tua dari 8 tahuun dapat diperluas sampai 3 meter pangkal pohon.

Sedangkan unuk kebutuhan unsur Boron (B) maka pada umumnya digunakan HGK-Borat, yang mana jika dosis berpohon kurang dari 50 gram/pohon ditabur diketiak pelepah. Sedangkan jika dosis lebih dari 50 gram, pupuk ditabur disekeliling pohon merata dekat pohon.


(38)

Tabel 4.4 Jumlah Modal dalam Ton PT. Socfin Indonesia Medan (2008-2012)

Tahun Triwulan Pupuk (Ton)

2008 I 13453.54785

II 16443.22513

III 15662.4710

IV 12814.7490

2009 I 10467.81585

II 12793.99715

III 11571.38125

IV 9467.49375

2010 I 12528.62370

II 15312.76230

III 15925.63830

IV 13030.06770

2011 I 13238.16435

II 16179.97865

III 15397.81210

IV 13858.13089

2012 I 16056.60390

II 19624.73810

III 14218.19850

IV 11633.07150


(39)

4.5 Hasil Produksi CPO

PT. Socfin Indonesia Medan mengolah Tandan Buah (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit yang dipasarkan dalam dan luar negeri. Tandan Buah Segar (TBS) berasal dari kebun sendiri dan kebun plasma PT.Socfin Indonesia Medan. TBS, hasil perkebunan segera diangkut dari kebun ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada TBS yang tidak diolah maka kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) nya semakin meningkat, untuk menghindari hal tersebut TBS yang dipanen maksimal 8 jam harus segera diolah.

Panen CPO yang bermutu baik sesuai dengan kriteria matang sangat menentukan untuk mencapai rendaman yang optimal dan kelapa sawit berkualitas, namun demikian tanpa didukung rangkaian proses yang kontiniu dari pabrik kelapa sawit dari satu stasiun ke stasiun berikutnya juga tidak dapat dipertahankan mutu yang baik. Kedua dasar tersebut saling ada ketergantungan yang tidak dapat dipisahkan, atas dasar tersebut maka dibutuhkan tindakan atau perlakuan yang benar pada setiap tahapan sehingga mencapai hasil optimal. Faktor yang lain juga mendukung pencapaian rendaman yang optimal adalah peralatan pabrik harus dalam kondisi standar, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Pengolahan buah Kelapa Sawit di awali dengan proses pemanenan Buah Kelapa Sawit. Untuk memperoleh Hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang baik serta dengan Rendemen minyak yang tinggi, Pemanenan dilakukan berdasarkan Kriteria Panen (tandan matang panen) yaitu dapat dilihat dari jumlah berondolan yang telah jatuh ditanah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan.


(40)

Cara Pemanenan Kelapa Sawit harus dilakukan dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditentukan hal ini bertujuan agar pohon yang telah dipanen tidak terganggu produktifitasnya atau bahkan lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Proses pemanenan diawali dengan pemotongan pelepah daun yang menyangga buah, hal ini bertujuan agar memudahkan dalam proses penurunan buah. Selanjutnya pelepah tersebut disusun rapi ditengah gawangan dan dipotong menjadi dua bagian, perlakuan ini dapat meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan Tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi buah. Kemudian buah yang telah dipanen dilakukan pemotongan tandan buah dekat pangkal, hal ini dilakukan untuk mengurangi beban timbangan Kelapa Sawit. Berondolan yang jatuh dikumpulkan dalam karung dan tandan buah segaar (TBS) selanjutnya di angkut menuju tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk selanjutnya ditimbang dan diangkut menuju pabrik pengolahan Kelapa Sawit.

Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) menuju pabrik pengolahan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan alat transportasi berupa Truk atau Traktor. Sebelum masuk kedalam Loading Ramp, TBS ditimbang terlebih dahulu. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat muatan (TBS) yang diangkut sehingga memudahkan dalam perhitungan atau pembayaran hasil panen serta memudahkan untuk proses pengolahan selanjutnya. TBS yang telah ditimbang kemudian di periksa atau disortir terlebih dahulu tingkat kematangan buah menurut fraksi fraksinya. Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3 karena pada fraksi tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan maksimum sedangkan kandungan Asam Lemak Bebas (free fatty acid) minimum.


(41)

Proses selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi kemudian diangkut menggunakan lori menuju tempat perebusan (Sterilizer). Dalam tahap ini terdapat tiga cara perebusan TBS yaitu Sistem satu puncak (Single Peak), Sistem dua puncak (double Peak) dan Sistem tiga puncak (Triple Peak). Sistem satu puncak (Single Peak) adalah sistem perebusan yang mempunyai satu puncak akibat tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah bentuk pola perebusan selama proses peerebusan satu siklus. Sistem dua puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan berjumlah dua puncak akibat tindakan pembuangan uap dan pemasukan uap kemudian dilanjutkan dengan pemasukan, penahanan dan pembuangan uap selama perebusan satu siklus. Sedangkan sistem tiga puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama perebusan berjumlah tiga sebagai akibat dari tindakan pemasukan uap, pembuangan uap, dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan dan pembuangan uap selama proses perebusan satu siklus. Perebusan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2 (Polnep, 2003: 12).

Adapun tujuan dari proses perebusan adalah menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid dan mempermudah perontokan buah pada tresher. selain itu proses perebusan juga bertujuan untuk memudahkan ekstraksi minyak pada proses pengempaan. Perebusan juga dapat mengurangi kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkang.


(42)

Tahapan selanjutnya adalah proses pemipilan atau pelepasan buah dari tandan. Pada proses ini, buah yang telah direbus di angkut dengan dua cara yaitu pertama, dengan menggunakan Hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher melalui hooper yang berfungsi untuk menampung buah rebus. Cara yang kedua adalah dengan menggunakan Happering yang kemudian diangkut dengan elevator (Auto Fedder). Pada proses ini tandan buah segar yang telah direbus kemudian dirontokkan atau dipisahkan dari janjangnya. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpisah akan jatuhmelalui kisi-kisi dan ditampung oleh Fruit elevator dan dibawa dengan Distributing Conveyor untuk didistribusikan keunit-unit Digester. Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada pros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/ pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).

Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95 C sebanyak 7 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.


(43)

Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan Vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan 2 m2 . Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Minyak yang telah disaring kemudian ditampung kedalam Crude Oil Tank (COT). Di dalam COT suhu dipertahankan 90-95°C agar kualitas minyak yang terbentuk tetap baik.

Tahap selanjutnya minyak dimasukkan kedalam Tanki Klarifikasi (Clarifier Tank). prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini dihasilkan dua jenis bahan yaitu Crude oil dan Slude . Minyak kasar yang dihasilkan kemudian ditampung sementara kedalam Oil Tank. Di dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.

Minyak kemudian dimurnikan dalam Purifier, Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.


(44)

Slude yang dihasilkan dari Clarifier tank kemudian di alirkan ke dalam Decanter. Di dalam alat ini terjadi pemisahan antara Light phase, Heavy phase dan Solid. Light phase yang dihasilkan kemudian akan di alirkan kembali ke dalam crude oil tank sedangkan Heavy phase akan di tampung dalam bak penampungan (Fat Pit). Solid atau padatan yang dihasilkan akan diolah menjadi pupuk atau bahan penimbun.

Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank.

Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam Storage tank (tangki timbun). Suhu simpan dalam Storage Tank dipertahankan sntara 45-55°C. hal ini bertujuan agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai tiba waktunya pengiriman.

Adapun Hasil Produksi CPO pada PT. Socfin Indonesia Medan mulai tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut ini :


(45)

Tabel 4.5 Hasil Produksi CPO PT. Socfin Indonesia dari tahun 2008-2012

Sumber : PT. Socfin Indonesia Tahun 2013 Tahun Triwulan Produksi CPO/Y (Ton)

2008 I 271309.8300

II 376405.1295

III 416303.9722

IV 357516.3371

2009 I 271707.6337

II 382041.2907

III 445253.3026

IV 391217.7712

2010 I 264007.8291

II 346000.1994

III 413167.8101

IV 400671.8617

2011 I 287511.6377

II 366316.3040

III 445963.1501

IV 430307.2603

2012 I 322000.0352

II 380056.0732

III 456569.3441


(46)

4.6 Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program komputer Eviews 5.1 dapat dilihat hasilnya dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Hasil Regresi

Y = -1975291 + 25.71214 X1 + 19.28573 X2 + 2.411338 X3 Std. Error = (621713.2) (7.771196) (10.82264) (3.782993) t-stat = (-3.177174) (3.308646)* (1.781979)* (0.637415) R2 = 0.512861 Akaike = 24.57153 Adjusted R2 = 0.421523 Schwards = 24.77068 D-W = 1.878197 F-stat = 5.61451 Prob = 0.0059 Keterangan: *) Signifikan pada α = 5%

4.7 Interprestasi Model

Hasil estimasi diatas dapat menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja dan modal terhadap hasil produksi CPO sebagai berikut:

a. Luas lahan memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi CPO pada PT. Socfin Indonesia Medan, hal ini terlihat pada koefisien X1 sebesar

25.71214. Hal ini berarti kenaikan luas lahan sebesar 5% akan dapat meningkatkan hasil produksi kelapa sawit sebesar 257 ton, ceteris paribus. b. Tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi CPO pada PT. Socfin Indonesia Medan dengan koefisien X2 sebesar 19.28573. Hal


(47)

ini berarti kenaikan penggunaan tenaga kerja sebesar 5% akan dapat meningkatkan hasil produksi CPO sebesar 193 ton, ceteris paribus.

c. Modal memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi CPO pada PT. Socfin Indonesia Medan dengan koefisien X3 sebesar 2.411338. Hal ini

berarti kenaikan penggunaan pupuk sebesar 5% akan dapat meningkatkan hasil produksi CPO sebesar 24 ton, ceteris paribus.

4.8 Test Goodness of Fit

4.8.1 Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar persentase variabel independen terhadap variabel dependen yang dijelaskan secara bersama-sama. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa koefisien determinasi sebesar 0.512861. Artinya secara bersama-sama variabel X1 (luas lahan), X2

(tenaga kerja), dan X3 (modal) memberikan variasi penjelasan sebesar 51,28%

terhadap jumlah produksi CPO. Sedangkan 48,72% lainnya akan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

4.8.2 Uji t-statistik

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang ada, yakni luas lahan, tenaga kerja dan pupuk mampu secara parsial mempengaruhi jumlah produksi CPO di PT. Socfin Indonesia Medan selama kurun waktu 2008-2012.


(48)

a. Variabel X1 (luas lahan) Hipotesis: H0 : bi = 0

Ha : bi 0

Kriteria pengambilan keputusan:

0 1 : 

Ho H0 diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t-hitung < t-tabel)

0 2 : 

Ha Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t-hitung > t-tabel)

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui t-hitung 3.31 α = 10%, df = n-k-1

df = 20-3-1 = 16 maka t-tabel = 1.746

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa nilai luas lahan (X1) signifikan pada α 5% dengan t-hitung > t-tabel (3.31 > 1.746).

Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel luas lahan (X1)

berpengaruh nyata terhadap variabel (Y) hasil produksi CPO pada tingkat kepercayaan 95%.


(49)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

O

-1.746 1.746 3.31 Gambar 4.1 uji t-statistik luas lahan

b. Variabel X2 (tenaga kerja) Hipotesis: H0 : bi = 0

Ha : bi 0

Kriteria pengambilan keputusan:

0 1 : 

Ho H0 diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t-hitung < t-tabel)s

0 2 : 

Ha Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t-hitung > t-tabel)

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui t-hitung 1.78 α = 5%, df = n-k-1

df = 20-3-1 = 16 maka t-tabel = 1.746

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa nilai tenaga kerja (X2) signifikan pada α 5% dengan t-hitung > t-tabel (1.78 > 1.746).


(50)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

O

Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel tenaga kerja (X2)

berpengaruh nyata terhadap variabel (Y) hasil produksi CPO pada tingkat kepercayaan 95%.

-1,746 1.746 1.78

Gambar 4.2 uji t-statistik tenaga kerja c. Variabel X3 (modal)

Hipotesis: H0 : bi = 0

Ha : bi 0

Kriteria pengambilan keputusan:

0 1 : 

Ho H0 diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t-hitung < t-tabel)

0 2 : 

Ha Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t-hitung > t-tabel)

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui t-hitung 0.63 α = 5%, df = n-k-1

df = 20-3-1 = 16 maka t-tabel = 1.746

Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa nilai modal (X3) signifikan pada α 5% dengan t-hitung < t-tabel (0.63 < 1.746).


(51)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

O

Dengan demikian Ha ditolak, artinya variabel modal (X3) tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel (Y) hasil produksi CPO pada tingkat kepercayaan 95%.

-1.746 0.63 1.746

Gambar 4.3 uji t-statistik pupuk 4.8.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik berguna untuk pengujian signifikansi pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Uji ini melihat seberapa besar pengaruh variabel X1 (luas lahan), X2 (tenaga kerja) dan X3 (modal) secara bersama-sama terhadap Y (hasil produksi CPO).

Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : bi = 0 ... Tidak Signifikan

Ha : bi 0 ... Signifikan

Dengan kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima: jika F-hitung < F-tabel artinya variabel independen secara parsial

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha diterima: jika F-hitung > F-tabel artinya variabel independen secara parsial

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis regresi diketahui F-hitung = 5.614951

Dimana, α = 5%, df = n-k-1 df = 20-3-1 = 16


(52)

maka f-tabel = 3.24

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel (5.614951 > 3.24), artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (luas lahan), X2 (tenaga kerja) dan X3 (modal) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap perkembangan jumlah produksi CPO di PT. Socfin Indonesia Medan pada tingkat kepercayaan 95% selama kurun waktu 2008-2012.

Ho diterima

Ha diterima

0 3.24 5.61451 Gambar 4.4 Uji F-Statistik

4.8.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independen diantara satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas di antara variabel independen. Untuk melihat gejala multikolineritas dapat diperoleh melalui ketentuan sebagai berikut :


(53)

1. Standard error tidak terhingga

Kenyataan: Pada hasil regresi bahwa standard error masing-masing variabel tidak tergolong tinggi antara lain pada variabel.

2. Tidak ada satu pun nilai t-statistik yang signifikan baik pada α = 10%, α = 5%, α = 1%.

Kenyataan: ada dua t-statistik variabel signifikan pada α = 5%.

3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori pada model estimasi. Kenyataan: Pada hasil regresi bahwa tanda pada model estimasi tidak mengalami perubahan atau sesuai dengan model estimasi.

4. R2 yang sangat tinggi Hasil estimasi : 0.512861

Untuk melihat adanya multikolinieritas diantara variabel independen dapat terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.

Dari model analisa :

Y = α + β1X1+β2X2+β3X3+μ ………(1)

Hasilnya :

Y = -1975291 + 25.71214 X1 + 19.28573 X2 + 2.411338 X3

R2 = 0.512861 F-stat = 5.61451

Maka dapat dilakukan pengujian diantara masing–masing variabel independen, hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen.


(54)

1. Luas Lahan (X1) = f{ Tenaga Kerja(X2), Modal (X3)}

β1X1= α+ β2X2+β3X3+μ ………..(2)

Dari hasil estimasi di atas maka didapat R2 = 0.049350 artinya variabel tenaga kerja (X2) dan modal (X3) mampu memberikan penjelasan sebesar 4.93

persen terhadap variabel luas lahan (X1). Dari hasil R2 persamaan 2 ini dapat

disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel independen karena R2 persamaan 2 lebih kecil dari model analisis persamaan 1.

2. Tenaga Kerja (X2) = f{Luas Lahan(X1), Modal(X3) }

β2X2= α+ β1X1+ β3X3 +μ ………..(3)

Dari hasil estimasi di atas maka didapat R2 = 0.074618 artinya variabel luas lahan (X1) dan modal (X3), mampu memberikan penjelasan sebesar 7.46

persen terhadap variabel tenaga kerja (X2). Dari hasil R2 persamaan 3 ini dapat

disimpulkan tidak ada multikolinieritas diantara variabel independen karena R2 persamaan 3 lebih kecil dari model analisis persamaan 1.

3. Pupuk (X3) = f{Luas Lahan (X1), Tenaga Kerja(X2) }

β3X3= α+ β1X1+β2X2+μ ………..(4)

Dari hasil estimasi di atas maka didapat R2 = 0.115178 artinya variabel luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2), mampu memberikan penjelasan sebesar 11.52


(55)

disimpulkan tidak ada multikolinieritas diantara variabel independen karena R2 persamaan 4 lebih kecil dari model analisis persamaan 1.

2.Uji Autokorelasi

Autokorelasi atau serial korelasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dapat digunakan Durbin-Watson test.

Hipotesisnya sebagai berikut:

a. Ho : Tidak ada autokorelasi

b. Dw< dl : Tolak Ho (ada autokorelasi positif) c. D>4-dl : Tolak Ho (ada korelasi negatif) d. du<DW < 4-du : Terima Ho (tidak ada korelasi)

e. dl ≤DW≤4-du : Pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) f. (4-du) ≤DW≤(4-dl) : Pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) Dengan pertimbangan hipotesis tersebut, dapat ditentukan model estimasi terhadap gejala autokorelasi sebagai berikut:

α = 5% k = 3 n = 20 dl = 1.00 4-dl = 3.00 du = 1.68 4-du = 2.32

Berdasarkan hasil output program e-views, diperoleh D-W hitung sebesar 1.878197 artinya tidak terdapat gejala autokorelasi di dalam model estimasi. Maka posisinya berada pada du < DW <4-du (1.68 < 1.878197 < 2.32). Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi pada model estimasi (Ho diterima)


(56)

Inconclusive

Autokorelasi Autokorelasi

(positif) Ho diterima (negatif)

(no autocorrelation)

0 1.00 1.68 2 2.32 3.30 4 Gambar 4.5 Uji D-W terhadap model


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Luas lahan memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi CPO pada PT. Socfin Indonesia Medan, hal ini terlihat pada koefisien X1 sebesar

25.71214. Hal ini berarti kenaikan luas lahan sebesar 5% akan dapat meningkatkan hasil produksi kelapa sawit sebesar 257 ton, ceteris paribus. 2. Tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi CPO pada

PT. Socfin Indonesia Medan dengan koefisien X2 sebesar 19.28573. Hal ini

berarti kenaikan penggunaan tenaga kerja sebesar 5% akan dapat meningkatkan hasil produksi kelapa sawit sebesar 193 ton, ceteris paribus. 3. Modal memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi CPO pada PT.

Socfin Indonesia Medan dengan koefisien X3 sebesar 2.411338. Hal ini

berarti kenaikan penggunaan pupuk sebesar 5% akan dapat meningkatkan hasil produksi kelapa sawit sebesar 24 ton, ceteris paribus.


(58)

5.2 Saran

Berdasarkan evaluasi dari hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka perlu untuk mengajukan saran-saran yang relevan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ditentukan dalam analisis serta diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait.

Adapun saran-saran tersebut adalah:

1. Dampak penggunaan faktor-faktor produksi lebih efektif jika pihak perusahaan lebih memfokuskan penggunaan faktor yang berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap kenaikan jumlah produksi, disamping juga perlu memperhatikan biaya produksi untuk hal-hal yang tidak perlu. 2. Implikasi kebijakan yang kurang tepat dapat menyebabkan

ketidakmaksimalan antara hasil yang ingin dicapai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu para pengambil kebijakan terkhusus di PT. Socfin Indonesia Medan perlu mempertimbangkan efektivitas setiap kebijakan yang diambil.

3. Bagi peneliti-peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini agar memasukkan variabel-variabel lain dalam penelitiannya serta menambah periode waktu penelitian agar hasil yang diperoleh lebih akurat.


(59)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Definisi Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian (Daniel, 2002: 9)

Dengan pengertian ekonomi pertanian yang demikian, ilmu pertanian bukan hanya mempelajari tentang bercocok tanam tetapi suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan (Daniel, 2002: 9).

Ilmu ekonomi pertanian menjadi satu ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses (teknis) produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, hubungan antar faktor produksi, serta hubungan antara faktor produksi dan produksi itu sendiri. Dalam kebijakan pembangunan nasional, pembangunan pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri. Salah satu subsektor pertanian yang berkembang adalah subsektor perkebunan (Daniel, 2002: 9).


(60)

2.1.2 Fungsi Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya dari ilmu ekonomi maupun ilmu pertanian itu sendiri. Dia bisa berada di awal atau sebelum ilmu pertanian, bisa seiring dan bisa juga sesudah. Semua fungsinya amat menentukan akan kemajuan pertanian. Ekonomi pertanian bukan sekedar gabungan antara ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian, tetapi mempunyai arti yang sangat penting bagi pertanian dan juga bagi ekonomi (Daniel, 2002: 9).

2.4 Aspek-Aspek Produksi 2.4.1 Pengertian Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Salvatore,1994: 233).

Dalam ilmu ekonomi istilah produksi mencakup jenis aktivitas yang jauh lebih luas dibanding pengertian sehari-hari. Menurut konteks ini produksi dapat diartikan sebagai hubungan fisik antar masukan (input) dan keluaran (output). Pengertian seperti ini sering disebut sebagai “proses produksi” (Murdin, 2005: 34).


(61)

Fungsi yang menggambarkan keadaan seperti itu dinamakan “fungsi produksi”. Unsur-unsur ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah produksi ini diantaranya adalah pendapatan sekaligus berhubungan dengan laba/rugi, biaya produksi, efisiensi, produktivitas, dll(Murdin, 2005: 34).

2.4.2 Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi

Beberapa prinsip ekonomi dalam proses produksi sebagai kebijakan perusahaan, yaitu (Nasution, S. H., 2007; 76)

1. Maksimalisasi Output

Kebijaksanaan perusahaan untuk memaksimalisasi output dinyatakan berdasarkan kendala biaya, berarti perusahaan berupaya untuk mendapatkan output maksimum dengan mengeluarkan biaya tertentu. 2. Minimalisasi Biaya

Kebijakan perusahaan yang berupaya untuk meminimalisasi biaya produksi untuk tingkat tertentu

3. Maksimalisasi Laba

Pengusaha memiliki kebebasan dalam penggunaan input sebagai biaya produksi guna menciptakan produksi optimal dengan tujuan untuk mendapatkan laba maksimum. Besarnya laba maksimum perusahaan sebagai penjualan output adalah selisih diantara jumlah penerimaan (total revenue) dikurangi dengan jumlah biaya (total cost)

2.4.3 Konsep Produksi

Konsep dasar teori produksi sangat diperlukan bagi berbagai pihak, terutama pihak produsen untuk menentukan bilamana output dapat memberikan


(62)

maksimum laba. Beberapa informasi yang perlu diketahui produsen anatara lain permintaan output maupun informasi ketersediaan berbagai input guna mendukung proses output. Demikian pula alternatif penggunaan input dan bahkan pengorbanan terhadap sesuatu output guna kepentingan output lainnya. Keterangan ini perlu mendapat perhatian para pelaku kegiatan produksi sebagai suatu kebijaksanaan sekaligus keputusan (Kadariah, 1994: 100).

Secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Kadariah, 1994: 100), yaitu:

1. Produk Total (Total Product)

Produk total adalah jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.

Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari input/faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan.

Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut: TP = f (FP)

Artinya bahwa produksi total merupakan variabel dependen terhadap faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variabel independen, dimana:

TP = Total Product (produk total)

FP = Factor of Production (faktor produksi) 2. Produksi Rata-Rata (Average Product)

Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan


(63)

total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

AP = FP TP

Dimana:

AP = average product (produksi rata-rata) TP = total product (total produksi)

FP = jumlah faktor produksi yang digunakan

3. Produksi Marginal (Marginal Product)

Produk marjinal merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan) produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

MP = ΔQ = Qa - Qa-1

Dimana:

MP = produksi marjinal (marginal product)

Qa = total produksi setelah penambahan faktor produksi


(64)

2.4.4 Tahapan produksi

Tahapan produksi merupakan segala tahapan mulai dari tahap I-III dimana sangat mempengaruhi kelancaran tahapan produksi berikutnya.

Gambar 2.1. Kurva Tahapan Produksi

Sumber: Teori Ekonomi Mikro (Sumanjaya, 2008: 83)

Berdasarkan data dan grafik pada gambar 2.1 dapat ditemukan tahapan (stage) produksi, apakah sebagai tahap I, II dan III. Tahap I ditunjukkan dari penggunaan 1 input tenaga kerja sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Tahap II dimulai dari MP = AP sampai pada maksimum total product dengan MP = 0. Tahap III dimulai total product mengalami penurunan dan diikuti oleh marginal product yang negatif. Tahap I penggunaan tenaga kerja relatif kecil sehingga total produksi masih memungkinkan untuk

TP

APL

MPL

I II III

X Y


(65)

ditingkatkan, tahapan ini merupakan irrational stage sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru menurunkan jumlah produksi. Tahap II merupakan rational stage dimana penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan jumlah produksi. Dengan demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi di atas, terbaik terdapat pada tahap produksi II (Nasution, S. H., 2007; 59)

2.4.5 Production Possibility Curve

Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternatif, apakah alternatif dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep production possibility curve atau disebut production frontier dapat mengungkapkan keterangan di atas.

Dalam penerapannya pengertian ini mendukung makna berupa penggunaan berbagai sumber daya tersedia dalam kegiatan produksi secara keseluruhan dengan alternatif output. Apabila sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara keseluruhan berarti proses produksi tidak efisien. Tepatnya pengertian production possibility curve sendiri merupakan alternatif pengorbanan yang diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain. (Nasution, S. H., 2007: 55)


(66)

Berdasarkan uraian diatas produksi pada dasarnya merupakan proses penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Output = f (input)

2.4.6 Fungsi Produksi

Menurut Salvatore (1994: 233), Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik. Jadi fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

1. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

2. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y dan variabel yang menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui


(67)

hubungan antar variabel penjelas. Secara matetematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (X1,...)

Dengan fungsi produksi sepertti di maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1,.... lainnya juga dapat diketahui.

a. Fungsi Produksi Satu Input Variabel

Fungsi produksi dengan satu input dapat ditunjukkan melalui grafik dua dimensi. Untuk penyederhanaannya dapat diasumsikan bahwa salah satu input adalah konstan dalam jangka pendek (Suharti, T., 2003: 78).

Apabila input tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi berarti pembahasan bertumpu pada kemampuan kerja dalam menciptakan jumlah produksi (total physical productivity of labor/TPPL atau acapkali disingkat (TP),

produksi margin (MP), rata-rata produksi (AP) dan sampai kepada laba maksimum (Nasution, S. H., 2007: 57).

Dalam analisis produksi dengan satu input variable diasumsikan bahwa semua faktor produksi selain tenaga kerja (mL) dianggap tetap. Sehingga fungsi produksi dengan satu input variabel: Q = f (L)

Fungsi produksi dengan satu input variabel tunduk terhadap hukum “the law of diminishing return” yang menyatakan bahwa satu macam input (labor) penggunaannya terus ditambah sebanyak satu unit, sedangkan input-input yang lain konstan, pada mulanya produksi total semakin banyak pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan tersebut semakin menurun dan akhirnya mencapai nilai negatif. Keadaan ini akan


(68)

menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya, akhirnya ia mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.

b. Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel

Apabila dua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi variabel semua, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan isoquant dan isocost. a. Isoquant

Isoquant adalah kurva yang menunjukkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama (Suharti, T., 2003: 83).

Isoquant mempunyai ciri-ciri yang sama dengan indifference curve dalam analisis perilaku konsumennya, yaitu (Suharti, T., 2003: 83) :

1. Turun dari kiri atas ke kanan bawah 2. Cembung ke arah titik origin 3. Tidak saling berpotongan

4. Apabila jumlah output yang lebih banyak, artinya perubahan produksi digambarkan dengan pergeseran isoquant.

Slope

L K

  

 = MRTS =

K L MP MP

Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)

Adalah suatu pernyataan yang mengungkapkan penurunan/berkurangnya penggunaan sesuatu input (kapital) di satu sisi pada sumbu vertikal dan diganti dengan penambahan input lain (tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang sama (Nasution, S. H., 2007; 65).


(69)

MRTS =

L K MP

MP K L

    b. Isocost

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi antara dua input yang berbeda yang dapat dibeli oleh produsen pada tingkat biaya yang sama. (Suharti, T., 2003; 87).

Kurva Isocost menjelaskan bahwa semakin dekat dengan titik origin, berarti semakin kecil pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen dan sebaliknya, semakin jauh dari titik origin maka semakin besar pengeluaran produsen.

2.4.7 Beberapa Bentuk Fungsi Produksi

Fokus pengembangan fungsi produksi berakar dari penelitian-penelitian tentang bentuk isoquant (Wirasasmita, Y., 1991). Bentuk isoquant menggambarkan subtitusi faktor-faktor produksi. Terdapat dua bentuk isoquant yang ekstrim, yang dapat diungkapkan, yakni isoquant yang menggambarkan adanya subtitusi sempurna antar faktor produksi dan isoquant yang menggambarkan tidak adanya subtitusi sama sekali antar faktor produksi. Berangkat dari pemikiran inilah maka hanya dikemukan tiga bentuk fungsi produksi, yaitu (Suharti, T., 2003; 103), yaitu:

1. Fungsi produksi Leontief diperkenalkan oleh Wasilly Leontief 2. Fungsi produksi Cobb Douglas


(1)

7. Ibu Siswati selaku Dosen Wali yang telah memberikan bantuan selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi FISIP USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.

9. Bapak-bapak karyawan di PT. Socfin Indonesia Medan yang banyak memberikan bantuan selama penggumpulan data.

10. Teristimewa kepada Atokku H.Arminsyah dan Ibunda tercinta Armiati, om dan ibuku Dani Ariadi SE, MSP dan Zalipah, Amd atas doa dan bimbingannya selama ini, semoga cita-cita yang kalian dambakan bisa aku wujudkan cita-cita untuk menyelesaikan studiku menjadi sarjana di USU. 11. Abangku dan adik-adikku (Dede Syahputra Sinaga, Andrieriyanto Sinaga,

Muas Zulfana Faqih Harahap) buat doa, perhatian dan dukungan kalian. 12. Kelompok Himpunan Mahasiswa Islam-ku “GAMAKOSMIK” (Teguh,

Rizky Lubis, Aga, Eka, Raihan, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu) buat doa dan dukungan kalian yang membuat kita semakin mengenal dan bertumbuh di dalam Tuhan.

13. Sahabat yang terkasih Mella devina dan Bintang Nur Sakiah serta Heri Prasuhanda buat persahabatan yang kita bina dan kasih sayang serta doa yang senantiasa diberikan.

14. Teman-teman di Departemen Ilmu Administrasi Bisnis khususnya angkatan 2009 (Asah, Agus, Febri, Madan, Polem, Dewi, Tri, Halimah, Ica dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu) yang telah memberikan perhatian dan semangat selama masa perkuliahan.


(2)

15. Teman-teman satu kantor (Pak Tanda, Putra, Rizal, Nora Nst, Sammy, Irwan, Lili, Asila, Lastri, Bayu, Hadi, Astri, Novi, Riri, Yona, Hendara, Diqi dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu) buat doa, kasih dan dukungan kalian semua.

16. Teman-teman yang secara langsung membantu dalam pengerjaan skripsi ini (Dimas Pramudya, Risky Lubis, Fhad Lubis, Fadly Nst, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu) buat waktu, tenaga dan fasilitas yang kalian berikan. Akhir kata penulis menyadari keterbatasannya dalam menyajikan skripsi ini, baik dalam segi isi maupun teknik-teknik penulisannya. Namun besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013 Penulis


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/ BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : AYU PUSPITA SARI SINAGA

NIM : 090907124

Program Studi :Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis

Judul : Analisis Faktor-FaktorProduksiTerhadapProduksi CPO (Studi Pada PT. Socfindo Medan)

yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal : Januari 2014

Waktu : Wib

Panitia Penguji

Ketua : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA ( ………... ) NIP : 195908161986111001


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORI ... 7

2.1 KajianPustaka ... 7

2.2 KonsepAnalisis... 11

2.2.1 DefenisiAgribisnis ... 11

2.3 TeoriProduksi ... 16

2.3.1 DasarTeoriProduksi ... 16

2.4 Aspek-AspekProduksi ... 16

2.4.1 Pengertian produksi ... 16

2.4.2 PrinsipEkonomidalam Proses Produksi ... 17

2.4.3 KonsepProduksi ... 17

2.4.4 TahapanProduksi ... 20

2.4.5 Production Possibility Curve ... 21


(5)

2.4.8FungsiProduksi Cobb-Douglas ... 25

2.5Faktor-FaktorProduksi ... 27

2.6BiayaProduksi ... 30

2.6.1FungsiBiaya Total ... 30

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3 Lokasi Penelitian ... 33

3.4 Model Analisis Data ... 34

3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 35

3.5.1 KoefisienDeterminasi (R – Square) ... 35

3.5.2 Uji t-statistik ... 36

3.5.3 Uji F- statistik ... 37

3.6 UjiPenyimpanganAsumsiKlasik ... 38

3.6.1 Multikolinearitas (Multikolinearity) ... 38

3.6.2 Autokorelasi (Serial Correlation) ... 39

3.7DefenisiOperasional ... 41

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Deskripsi Umum Perusahaan ... 42

4.1.1 Sejarah singkat PT. Socfin Indonesia ... 42

4.1.2 StrukturOrganisasi PT. Socfin Indonesia ... 44

4.1.3Profil Perusahaan ... 51

4.1.4MaksuddanTujuanPT. Socfin Indonesia ... 52

4.1.5 VisidanMisi PT. Socfin Indonesia ... 52

4.1.6Wilayah KerjadanKomposisi Usaha ... 53

4.2 LuasLahan ... 55

4.3 TenagaKerja ... 57


(6)

4.7 Interprestasi Model ... 70

4.8 Test Goodness of Fit ... 71

4.8.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 71

4.8.2 Uji t-statistik ... 71

4.8.3 Uji F-statistik ... 75

4.8.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 76

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA