UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

(1)

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh : LEGIYEM NIM X1907006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIFERSITAS SEBELAS MARET


(2)

commit to user

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh : LEGIYEM NIM X1907006

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Ditulis dan disajikan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIFERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

commit to user

PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan dihadapan TimPenguji Laporan Tindakan Kelas ( PTK ) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi pesyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Laporan PTK

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : ……….

Sekretaris : ……….

Anggota I : ……….

Anggota II : ……….

Disahkan oleh

Fakultas dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

U

Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd


(4)

commit to user

PERSETUJUAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

U

Dr Riyadi, S.Pd,M.Si

NIP 19671016 199402 1 001

Surakarta,

Supervisor

U

Nur Kholiq,S.Pd.I

NIP 19570716 197911 1 003


(5)

commit to user

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Oleh :

Legiyem NIM. X1907006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tetnang gerak benda menggunakan metode inkuiri di SD Negeri Somongari.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang dilakukan dengan desain putaran spiral, langkahnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Somongari yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tehnik kolaborasi. Pada setiap akhir siklus tindakan dilakukan diskusi dengan kolabolator untuk mengukur sejauh mana tingkat keaktifan siswa. Pelaksanaan tindakan siklus 1 diberikan pembelajaran IPA tentang gerak benda dengan menggunakan metode inkuiri. Pada siklus 2 guru melakukan modifikasi dengan menyediakan alat dan bahan yang merangsang siswa untuk lebih banyak melakukan kegiatan percobaan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik observasi ( pengamatan ). Sebagai alat pengumpul data adalah lembar panduan observasi. Tehnik analisis data berupa analisis deskriftif kuantitatif dengan prosentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda menggunakan metode inkuiri di SD Negeri Somongari, Purworejo. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan skor keaktifan siswa sebelum diberikan tindakan sebesar 199 ( 31,6 % ). Setelah diberi tindakan siklus 1 skor meningkat mulai dari pertemuan 1 yaitu 237 (37,3 % ), pertemuan II 266 ( 42,2 ), pertemuan III 297 ( 48,7 % ) Pada tindakan siklus 2 skor mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu mulai dari pertemuan I mencapai 392 ( 62,18 % ), pertemuan II 480 ( 76,14 % ), pertemuan III 522 ( 81, 23 % )


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah membeikan taufik dan hidayahNya sehingga PTK dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas III Dalam Pembelajaran IPA Tentang Perubahan Sifat Benda Melalui Metode Inkuiri Di SDN Somongari Purworejo”

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa keberhasilan penyusunan PTK ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu bersamaan dengan penyekesaian PTK ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin penelitian.

2. Bapak Drs H. Hadi Mulyono, M.Pd Pembimbing Akademik PJJ PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian 3. Bapak Dr. Riyadi, S.Pd,M.Pd selaku pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan bimbingan sehingga PTK ini dapat penulis selesaikan.

4. Ibu Dra Siti Istiyati, M.Pd selaku pembimbing II yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam pembuatan PTK ini.

5. Bapak Nur Kholiq, S.Pd.I Selaku Kepala Sekolah SD N Somongari yang telah memberikan ijin lokasi penelitian.

6. Suami dan anak-anak tercinta yang tak henti-hentinya telah memberikan dorongan kepada penulis dalam penyusunan PTK ini.

7. Semua pihak yang telah penulis sebutkan satu persatu yang juga telah ikut memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap penyusunan PTK ini. Penulis berdoa semoga bantuan dari bapak atau ibu berikan mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT, Ammin. Akhirnya penulis berharap, semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkenan menggunakannya.


(7)

commit to user

Surakarta, Juni 2010 Penulis

Legiyem NIM X1907006


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PENGESAHAN ………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………...iv

ABSTRAK ……….... vi

KATA PENGANTAR ……….. vi

DAFTAR ISI ……….vii

DAFTAR TABEL ……… .x

DAFTAR GAMBAR ……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ……… .5

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ………. .6

E. Hipotesa Tindakan ……… 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori ………. .8

B. Temuan hasil Penelitian Yang Relevan ………22

C. Kerangka Berfikir ……….22

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….27

B. Subyek Penelitian ……… .27

C. Prosedur Penelitian ……….. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian ……….42


(9)

commit to user

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.

A. Kesimpulan ………..71 B. Saran ………71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Observasi Pra Tindakan ……….42 Tabel 2. Presentase Hasil Observasi Pra Tindakan ………...44 Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I Siklus I … ……….. 45 Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II Siklus I … ……… 47 Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III Siklus I …………...48 Tabel 6. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I ………..50 Tabel 7. Presentase Hasil Peningkatan Siswa Siklus I ………. ………..51 Tabel 8. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I Siklus II………52 Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II Siklus II … ……… 54 Tabel 10. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III Siklus II ……….56 Tabel 11. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II………..58 Tabel 12. Presentase Hasil Peningkatan Siswa Siklus II ………59 Tabel 13. Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I dan II ……….60 Tabel 14. Presentase Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II …62


(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir ………..25 Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ……….28


(12)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di sekolah telah menuntut pembelajaran yang menekankan siswa bersikap aktif, kreatif dan inovatif. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif dan inovatif ini terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan dan peran guru sebagai fasilitator bukan sumber utama pembelajaran.

Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah adalah guru dianggap sebagai sumber belajar yang paling benar, sehingga apa yang disampaikan oleh guru didengarkan siswa tanpa ada komentar atau timbal balik bari siswa. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru, komunikasi yang berlangsung hanya satu arah kemudian guru menstranfer pengetahuan kepada siswa. Akibat proses belajar mengajar cenderung membosankan siswa mengantuk, tidak bergairah dan malas berfikir mandiri.

Proses pembelajaran yang berpusat pada guru ini menyebabkan keaktifan siswa dalam pembelajaran tidak berkembang secara optimal, akibatnya siswa menjadi pasif dalam belajar dan siswa kurang termotivasi


(13)

untuk menambah ilmunya dari sumber lain karena menganggap guru sebagai satu-satunya sumber belajar.Siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berfikirnya . Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja, tetapi hampir semua mata pelajaran termasuk IPA.

Selama ini pembelajaran IPA di SD N Somongari lebih didominasi oleh kegiatan guru dengan metode ceramah dan pemberian tugas kepada siswa sedangkan siswa lebih banyak diam, mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal penting dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagian siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPA hal ini disebabkan karena guru yang masih menggunakan metode ceramah sehingga materi yang diajarkan menjadi verbal atau hafalan. Siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif mencari pemahamannya sendiri mengenai materi yang diajarkan.

Menurut Roestiyah N.K ( 2001 : 73 ), salah satu kelemahan menggunakan metode ceramah jika diterapkan secara murni adalah tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, akibatnya materi tersebut menjadi kurang menarik dan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut. Oleh karena itu penggunaan metode ceramah harus dikurangi. Menurut John D. Latuheru ( Cecilia , 1995 : 3 ) “ bila anak didik dalam menerima penyajian materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah semata-mata maka sulit bagi mereka untuk mengingat dan mengerti apa yang disampaikan.


(14)

Kecenderungan pembelajaran IPA masa kini adalah pembelajaran lebih terpusat pada guru yang didominasi oleh metode ceramah. Dalam belajar IPA guru menyampaikan konsep-konsep IPA hanya sebatas produk keilmuannya saja sedangkan siswa menghafal informasi faktual yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak diajak berpikir untuk menemukan konsep tersebut, siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru tanpa ikut terlibat langsung dalam menemukan suatu konsep.

Menurut Suyitno ( 1995 : 112 ), “ belajar IPA tidak sekedar menghafalkan konsep-konsep, teori-teori atau gejala-gejala. Belajar IPA harus melibatkan unsur proses atau aktivitas baik mental maupun fisik agar siswa memperoleh pengalaman–pengalaman nyata “.Dengan demikian mempelajari IPA harus disertai dengan keaktifan atau proses mengalaminya agar siswa memperoleh pengalaman-pengalaman dalam menemukan sendiri konsepnya.

Siswa kelas III SD N Somongari dalam pembelajaran IPA kurang begitu dapat memahami konsep IPA. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA masih rendah, hal ini terlihat pada siswa yang jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas. Siswa dalam menjawab pertanyaan guru juga masih rendah, dimana guru harus menunjuk siswa terlebih dahulu baru siswa mau menjawab. Dalam mengerjakan tugas kelompok pada pembelajaran IPA juga belum efektif, selama mengerjakan tugas kelompok hanya beberapa siswa yang benar-benar aktif sedangkan siswa lainnya hanya melihat temannya mengerjakan tugas, bahkan malah bermain sendiri. Siswa juga


(15)

masih kesulitan dalam melakukan percobaan. Hal ini dapat dilihat pada waktu melakukan percobaan siswa masih bingung apa yang harus dilakukan, padahal dalam kegiatan siswa sudah ada petunjuk dalam melakukan kegiatan.

Siswa SD N Somongari juga belum dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada disekitar mereka, siswa hanya mendapat informasi dari guru saja tanpa ada usaha untuk mencari informasi dari sumber yang lain. Dengan metode inkuiri yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA sehingga inkuiri dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri di kelas III SD N Somongari Purworejo.

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat dilihat masalah-masalah sebagai berikut :

1. Pengajaran IPA diberikan secara informatif ( guru sekedar menstranfer iformasi dari buku ke siswa ) tanpa adanya timbal balik dari siswa.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA masih rendah.

3. Siswa jarang mengajukan pertanyaan apabila ada materi yang belum jelas. 4. Siswa masih malu dalam menjawab pertanyaan baik yang datangnya dari


(16)

5. Dalam mengerjakan tugas kelompok masih didominasi oleh siswa- siswa tertentu.

6. Siswa belum dapat melakukan percobaan sendiri.

7. Siswa belum dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada. 8. Diskusi kelompok masih belum dapat berjalan dengan lancar.

Mengingat permasalahan yang cukup komplek maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan keaktifan siswa kelas III pada pembelajaran IPA tentang gerak benda dengan menggunakan metode inkuiri di SD N Somongari Pueworejo.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya

1. Rumusan masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA di kelas III SD N Somongari?

2. Pemecahan masalah.

Dengan metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa tentang gerak benda pada mata pelajaran IPA di Kelas III SD N Somongari semester II Tahun Pelajaran 2009 /2010.


(17)

C. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan rumusan masalah penelitian di atas maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda dengan menggunakan metode inkuiri di SD N Somongari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Menambah khasanah pengetahuan dibidang metode-metode pembelajaran, khususnya metode inkuiri dalam pelajaran IPA di Sekolah Dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru sebagai peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.

b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dijadikan dasar tolak ukur untuk meningkatnya mutu sekolah.

c. Bagi guru, dilihat dari proses pembelajarannya dapat dipergunakan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran IPA untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.

d. Bagi siswa, dapat mengembangkan ketrampilan proses IPA, siswa memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar IPA secara aktif.


(18)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda akan meningkat dengan diterapkannya metode inkuiri di SD N Somongari, Purworejo. Setelah melihat faktor penghambat pada tindakan siklus I, maka tindakan siklus II hipotesa berubah menjadi keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda akan meningkat menggunakan metode inkuiri dengan menyediakan alat dan bahan yang merangsang bagi siswa melakukan banyak percobaan di SD N Somongari, Purworejo


(19)

commit to user

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Keaktifan

Keaktifan siswa dari kata aktif, dalam kamus besar bahasa Indonesia (1993 : 17) “aktif berarti giat (bekerja, berusaha)”. Jadi aktif berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang. Sedangkan keaktifan diartikan sebagai kegiatan, kesibukan.

Untuk dapat membuat belajar menjadi aktif, siswa hendaknya mengerjakan banyak sekali tugas. Siswa perlu mendengar, melihat,

mengajukan pertanyaan, membahasnya dengan orang lain dan

menerapkannya. Dalam belajar aktif siswa harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak secara leluasa dan berfikir keras.

Menurut Dimyati dan Mudjono ( 2002 : 114 ) “ keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati”. Aktivitas fisik yang dapat diamati adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, membaca,

menulis, berdiskusi, mengerjakan tugas, mengumpulkan data,

memperagakan, mengukur, ia tidak hanya duduk dan melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis Contohnya siswa mengingat kembali isi


(20)

pelajaran sebelumnya, menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan membandingkan suatu konsep dengan konsep lain.

Seperti pendapat Heinz Kock ( 1995 : 65 ) bahwa murid tidak akan belajar secara aktif, jika ia berperan sebagai pendengar saja. Guru yang mengajar dengan metode ceramah saja, akan membuat murid menjadi pasif. Untuk belajar secara aktif maka murid harus bekerja sendiri, misalnya :

a. Ia harus mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri. b. Ia harus menjawab pertanyaan.

c. Ia harus belajar bertanya.

d. Ia harus mengambil keterangan dari buku.

e. Ia harus dapat mendiskusikan suatu hal dengan temannya. f. Ia harus dapat melakukan percobaan sendiri.

g. Ia harus merasa bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya h. dan lain-lain.

Menurut Wina Sanjaya ( 2006 : 140 ) salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar keaktifan yang tinggi, sedang dan rendah dapat ditandai dari sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berikut ini :

a. Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari


(21)

tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan.

b. Siswa belajar secara langsung, dimana konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti : meraba, merasakan, melakukan sendiri.

c. Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang ada.

d. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa, seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan.

e. Terjadi interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau guru dengan siswa.

Jika berbagai macam aktivitas tersebut dilaksanakan di sekolah akan menjadikan siswa giat belajar, aktif, tidak mengantuk, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang optimal. Masing-masing jenis aktivitas itu memiliki kadar atau bobot keaktifan sendiri tergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan siswa adalah segala kegiatan yang mengarah pada keterlibatan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar ditandai dengan seringnya siswa mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat,


(22)

mengerjakan tugas kelompok, melakukan percobaan, mencari informasi dari sumber belajar yang ada dan diskusi kelompok.

Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa. Menurut Rousseau (Ardiman, 2006: 96), pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dengan bekerja sendiri. Ini menunjukan bahwa setiap siswa yang belajar harus aktif sendiri. Jadi pengetahuan akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (My life, 2007: 9)ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu :

a. Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna. b. Cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi

dengan objek yang konkrit.

c. Belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi.

d. Interaksi sosial dari kerjasama harus diberi peranan penting dalam kelas.

Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa


(23)

harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dan karena sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktifitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalami sendiri pengetahuan yang dia pelajari.

Conny S, dkk (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1992: 34) menyarankan ada dua hal yang harus dilakukan oleh guru dalam mengaktifkan siswa, yaitu :

a) Guru hendak membuat pelajaran itu menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan serta pelajaran itu harus mengesankan.

b) Guru hendaknya selalu menggunakan prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip motivasi, prinsip keterkaitan, prinsip pengarahan, prinsip sosialisasi, prinsip belajar melalui perbuatan, prinsip belajar dengan memperhatikan perbedaan individu, prinsip belajar menemukan, prinsip belajar memecahkan masalah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jika guru menghendaki siswa aktif dala belajar, seharusnya guru menjadikan pembelajaran itu sebagai suatu kegiatan yang menantang, meragsang daya cipta untuk menemukan, serta mengesankan. Untuk sampai kearah itu setiap guru perlu menghayati sejumlah prinsip pengaktifan siswa, diantaranya: prinsip


(24)

motivasi, belajar sambil bekerja, menemukan dan memecahkan masalah. Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, melakukan eksperimen dan menemukan konsep serta fakta sendiri. Yang dimaksud prinsip menemukan disini adalah untuk memahami suatu konsep siswa tidak diberitahu guru tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengertian-pengertian itu.

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

a. Pengertian Pembelajaran IPA

Menurut Rochman Natawijaya dan Moein Moesa (1992: 23), “pembelajaran adalah upaya pembimbing terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yanag bersangkutan”.

Sedangkan Robert W. Gagne (1977) merumuskan bahwa pembelajaran adalah upaya membuat individu belajar.

Dari dua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya membimbing dan membuat siswa agar siswa sadar dan terarah untuk belajar dan memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan siswa.

Pengertian belajar menurut Slameto (2003 :2) belajar menurut para ahli psikologi merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan


(25)

tingkah laku sebagai hasil dari intens dengan lingkungannya yang mempengaruhi kebutuhan hidupnya. Maka lebih jelasnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebgai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pendapat Moh Amien (Siti Mubassaroh. 2001: 25), “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi”. Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematis untuk mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta melalui observasi dan eksperimen. Sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri antara segala alam yang satu dengan gejala alam yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Hasil observasi dan eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya menjadi bekal bagi observasi dan eksperimen selanjutnya, sehingga memungkinkan suatu ilmu pengetahuan tersebut akan terus berkembang.

Menurut penelitian Suyitno (1995:111),”Pembelajaran IPA bagi siswa adalah mengajak siswa menggungkapkan gejala-gejala dan persoalan alam dengan mengikuti kaidah ilmiah yang dilakukan oleh


(26)

para peneliti dan tidak sekedar menstransfer pengetahuan secara informatif”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan gejala-gejala dan persoalan alam semesta melalui hasil observasi dan eksperimen. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung pembelajaran terutama melalui kegiatan menemukan, sedangkan guru yang semula bertindak sebagai sumber belajar beralih fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan pembelajaran yang berperan mengarahkan (membimbing) siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar atau menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari.

b. Materi Pengajaran IPA Kelas III Sekolah Dasar.

Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006, materi pembelajaran IPA UkelasU III tahun pelajaran 2009 / 2010

sekolah dasar adalah sebagai berikut : 1) Mahkluk hidup dan proses kehidupan. 2) Lingkungan.

3) Ciri-ciri dan kebutuhan mahkluk hidup. 4) Energi.

5) Benda dan sifatnya. 6) Gerak Benda. 7) Cuaca.


(27)

8) Kenampakan permukaan bumi. c. Pengajaran IPA di Sekolah Dasar.

Menurut Usman Samatowa ( 2006 : 3 ), ada beberapa alasan mengapa IPA perlu diajarkan di sekolah dasar yaitu bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis. Misalnya IPA diajarkan dengan menggunakan metode “ menemukan sendiri” atau inkuiri berarti anak diminta untuk berpikir kritis mencari dan menyelidiki suatu masalah sendiri. Dan bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka akan tetapi merupakan serangkaian proses.

Jeulius dan Whitfeld (Siti Mubassaroh, 2001 : 26) berpendapat bahwa IPA merupakan pendidikan sains yang memandang sains adalah kegiatan menemukan dan memecahkan masalah obyek dialam, maka belajar IPA harus dilakukan melalui kegiatan mengamati,menemukan, dan memecahkan masalah-masalah yang ada dialam. Hal ini membawa konsekwensi dalam kegiatan IPA hendaknya lebih bermakna sehingga dapat terlibat aktif baik mental maupun intelektual.

Berdasarkan pendapat diatas pada dasarnya IPA dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain mengamati, menemukan, dan memecahkan masalah yang ada di alam. Aktifitas anak melalui kegiatan mengamati, menemukan dan memecahkan


(28)

masalah menjadi hal yang utama dalam pembelajaran IPA. Dengan berbagai aktifitas nyata dengan alam ini, anak akan dihadapkan langsung pada fenomena yang akan dipelajari. Dengan demikian aktifitas itu memungkinkan terjadinya proses belajar yang aktif.

3. Metode Inkuiri

a. Pengertian Metode Inkuiri

Menurut W. Gulo (2002: 84),”inkuiri berarti pertanyaan,atau pemeriksaan, penyelidikan”. Sedangkan menurut Webster’s Collegiate Dictionary(Srini M. Iskandar, 2001: 70),”kata inkuiri(inquiri) berarti pertanyaan atau penyelidikan “. Piaget (Mulyasa, 2005: 10) memberikan definisi metode inkuiri sebagai ”pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan”.

Menurut Lilis Setiawati (1993: 109),”inkuiri adalah cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis dan argumentasi (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan”.

Menurut Suroso (2002: 94),”model belajar inkuiri merupakan bentuk belajar yang meliputi aktifitas bertanya, mencari informasi, dan memecahkan masalah”. Jadi model inkuiri ini berpusat pada aktifitas


(29)

siswa. Sedangkan menurut Utami Munandar (1992: 84),”metode inkuiri berarti mengajukan pertanyaan,menyelidiki”.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 194),”pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.

b. Tujuan Metode Inkuiri

Menurut Moedjiono & Moh. Dimyati (1993: 87),tujuan pemakaian metode inkuiri adalah :

1. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar.

2. Mengarahkan para siswa untuk belajar seumur hidup.

3. Mengurangi ketergantungan pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa.

4. Melatih para siswa mengeksploitasi atau memanfaatkan

lingkungannya sebagai sumber infirmasi yang tidak akan pernah tuntas digali.

c. Karakteristik Metode Inkuiri

Menurut Kuslan dan Stone (Srini M. Iskandar, 2001: 70) bahwa metode inkuiri mempunyai karakteristik :

a. Menggunakan ketrampilan-ketrampilan IPA.


(30)

c. Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.

d. Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa, bagaimana.

e. Hipotesis dirumuskan oleh murid-murid.

f. Murid-murid mengusulkan cara-cara mengumpulkan

data,melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan menggunakan sumber-sumber lain.

g. Semua usul dinilai bersama,bisa ditentukan pula asumsi-asumsi, keterlibatan-keterlibatan dan kesukaran-kesukaran.

h. Murid-murid melakukan penelitian,secara individu atau kelompok, untuk menguji hipotesis.


(31)

d. Langkah-langkah Pengajaran dengan metode Inkuiri

Menurut Noehi Nasution dan Ketut Budiastra (1998 : 5.10 ) langkah-langkah pengajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Siswa dibuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima siswa. b. Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk hipotesis atau

pertanyaan.

c. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, informasi diperoleh dengan jalan mengamati obyeknya, mencoba sendiri atau melakukan percobaan.

d. Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan kemudian diolah.

e. Dari hasil percobaan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban dari masalah diatas, kemudian ditarik kesimpulan umum.

Proses belajar melalui metode inkuiri dimulai dengan menghadapkan siswa pada berbagai masalah yang merangsang. Dengan siswa menghadapi masalah yang sulit maka akan terdorong baginya untuk menanyakan sesuatu sehubungan dengan masalah yang dihadapi dan aktif mencari dan menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut. Metode inkuiri merupakan metode yang menampilkan masalah yang belum diketahui jawabannya. Untuk


(32)

mendapatkan jawaban tersebut perlu dipecahkan melalui percobaan dan ditemukannya hasil berupa konsep dan prinsip ilmiah.

Dari uraian diatas metode inkuiri merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif karena metode inkuiri ini menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan prinsip-prinsip IPA. Dalam pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan dan menyelidiki sendiri inti dari materi IPA itu sendiri, sehingga hasil yang diperoleh akan sulit dilupakan oleh siswa. Berbagai aktifitas tersebut memungkinkan terjadinya proses belajar aktif.

Metode inkuiri mendambakan aktifitas siswa untuk

memperoleh dan mengelola informasi sampai menemukan prinsip-prinsip IPA. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber misalnya dari observasi, eksperimen, nara sumber di luar sekolah dan alam sekitar. Dalam metode ini tidak berarti guru pasif atau tidak aktif dalam pembelajaran, tetapi guru bertindak sebagai fasilitatordan organisator. Jadi konsep belajar mwetode inkuiri guru tidak memberitahukan prinsip-prinsip IPA tetapi membimbing dan mengarahkan siswa agar menemukan sendiri prinsip-prinsip IPA itu melalui kegiatan belajarnya.


(33)

B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan.

1) Penelitian yang dilakukan oleh Elvina Ana pada tahun 2009 dengan judul “Upaya Penggunaan Metode Penemuan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Kelas VI Di SD N Karanggeneng 1 Boyolali ”. Penelitian ini bertujuan meningkatkan berfikir siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VI SD N Karanggeneng dan mengetahui cara yang tepat dalam menggunakan metode penemuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa dalam mata pelajaran IPA Kelas VI Di SD N Karanggeneng 1 Boyolali

2) Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Fitria Nurul Khasanah pada tahun 2009 dengan judul “ Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas III Dalam Pembelajaran IPA Tentang Perubahan Sifat Benda Melalui Metode Inkuiri Di SD N Gergunung Klaten.Dengan hasil Keaktifan siswa Kelas III dapat meningkat setelah diterapkannya metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD N Gergunung Klaten.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga belajar IPA bukan hanya menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa prinsip-prinsip atau konsep-konsep saja akan tetapi merupakan suatu proses atau aktifitas baik mental maupun fisik agar siswa memperoleh pengalaman-pengalaman secara nyata. Aktifitas siswa melalui pengalaman nyata dengan alam menjadi hal yang utama dalam pembelajaran IPA, oleh karena itu cara mempelajari IPA harus disertai


(34)

keaktifan atau proses mengalaminya agar siswa memperoleh pengalaman dalam menemukan sendiri prinsip-prinsip tersebut.

Akan tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa para guru mengartikan IPA hanya sebatas produk keilmuan saja. Pembelajaran IPA dikelas lebih banyak didominasi oleh kegiatan guru dengan metode ceramah. Akibatnya proses pembelajaran menjadi tidak komunikatif karena siswa hanya mendengar ceramah dari guru. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA masih tergolong kategori rendah, hal ini terlihat masih jarang siswa yang mengajukan pertanyaan. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok dan diskusi kelompok juga belum berjalan dengan lancar. Siswa juga belum memanfaatkan sumber belajar yang ada dan partisipasi siswa dalam melakukan percobaan juga masih rendah. Sehingga dalam mengikuti pembelajaran IPA siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif mencari pemahamannya sendiri mengenai materi yang diajarkan

Proses pembelajaran akan lebih aktif apabila guru menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran serta melakukan kegiatan siswa dalam proses penemuan adalah metode inkuiri. Metode inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam berbagai aktifitas yang disusun sendiri untuk menemukan konsep-konsep IPA. Metode inkuiri didalamnya terdapat kegiatan seperti mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis melalui percobaan, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan dipandang sebagai metode mengajar yang sesuai dengan


(35)

karakteristik IPA. Sehingga pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri benar-benar memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut :


(36)

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir

Pembelajaran tanpa menggunakan metode yang tepat

Komunikasi antar siswa jelek, pembelajaran hanya berpusat pada guru

Keaktifan siswa rendah

Pemahaman materi rendah

Hasil belajar rendah

Peningkatan proses belajar dan peningkatan hasil belajar baik afektif, kognitif dan

spikomotorik

Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri

Student contered Keaktifan siswa meningkat

Pemahaman materi meningkat


(37)

Gambar diatas menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa. Metode inkuiri juga dapat meningkatkan proses pembelajaran, sebagai contoh ketika tanpa menggunakan metode inkuiri dimana siswa hanya datang, duduk, catat, dan hafal, seolah-olah pembelajaran hanya oleh guru saja tetapi setelah menggunakan metode inkuiri antara guru dan siswa sama-sama dalam kondisi aktif.


(38)

commit to user

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD N Somongari, Kabupaten Purworejo pada minggu ke I dan minggu ke II pada bulan Pebruari 2010. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan sebanyak 2 ( dua ) siklus, setiap siklusnya 6 X 35 menit ( 3 X pertemuan ). Selama pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses pembelajaran, dan membantu pengumpulan data peneliti dibantu oleh 1 orang observer teman sejawat di SD N Somongari, Kabupaten Purworejo.

B. Subyek penelitian

Siswa kelas III SD N Somongari Kabupaten Purworejo yang berjumlah 21siswa, dan guru kelas III sekaligus sebagai peneliti, dengan mata pelajaran IPA materi pokok Gerak Benda.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan pusat

penekanan pada upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas

proses serta praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih menfokuskan pada penggunaan metode pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas III SD N Somongari kabupaten Purworejo dalam kegiatan yang berbentuk Randoms Siclus, sebanyak dua siklus, dengan mengacu pada model yang


(39)

diadaptasi dari Hopkins (1993) dalam Supardi (2006). Setiap siklus prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri dari empat komponen kegiatan pokok yaitu : perencanaan (planning) tindakan (acting), pengamatan (observing), Refleksi (reflecting). Yang pada pelaksanaannya keempat komponen kegiatan pokok ini berlangsung secara terus menerus dengan diselipkan modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan perencanaan.

Keempat komponen kegiatan pokok ini dari sebuah siklus dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai sebuah spiral penelitian seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 2 Spiral Penelitian Tindakan Kelas

Bagan diatas menunjukkan bahwa langkah yang pertama adalah planing / persiapan, yang kedua adalah perlakuan dasar pengamatan. Hasilnya dijadikan dasar untuk menentukan refleksi (mencermati apa yang


(40)

sudah terjadi. Dari terselesainya satu siklus lalu disusun sebuah rencana yang akan digunakan untuk siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil refleksi siklus sebelumya sampai tercapainya target yang diinginkan. Jangka waktu setiap siklus sangat tergantung pada keadaan yang terjadi dilapangan.

Sebelum melakukan tindakan penelitian melakukan penjajagan sebagai dasar untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas II SD Negeri Somongari , Kabupaten Purworejo tentang keaktifan siswa. Selanjutnya melaksanakan tindakan yang direncanakan dalam siklus – siklus sebagai berikut:

a. Siklus 1

1. Perencanaan

Setelah diperoleh gambaran tentang keadaan kelas seperti perhatian, aktivitas siswa, sikap siswa, alat peraga dan sumber yang digunakan dalam pembelajaran IPA maka peneliti merancang tindakan yang akan digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA. Adapun persiapan pelaksanaan pembelajaran meliputi :

a. Menentukan jadwal penelitian. b. Penentuan pembatasan materi.

c. Menyusun RPP sesuai tahapan-tahapan inkuiri untuk materi yang akan dibahas


(41)

dibahas.

e. Menyusun instrumen penelitian yang berupa panduan observasi untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembe lajaran IPA dengan metode inkuiri dan panduan angket untuk mengetahui respon siswa setelah pembelajaran IPA.

f. Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan. g. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. h. Membentuk kelompok belajar.

2. Pelaksanaan tindakan

Hipotesa pada penelitian ini adalah keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda akan meningkat dengan diterapkannya metode inkuiri di SD Negeri Somongari, Purworejo.

a. Persiapan

Adapun persiapan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA dengan metode inkuiri meliputi :

1)Materi yang akan diberikan tentang gerak benda dengan indicator - Mengindentifikasi gerak benda.

- Mengindentifikasi berat ringan mempengaruhi gerak benda - Mengindentifikasi bentuk benda mempengaruhi gerak benda.

2). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai tahapan- tahapan inkuiri untuk materi yang akan dibahas berdasarkan KTSP.


(42)

3)Menyiapkan lembaran kegiatan sesuai dengan materi yang akan diberikan.

4) Menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan

5) Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan seperti buku IPA Tematik kelas III SD / MI, Intan Pariwara , tahun 2006 dan buku Sains Kelas III, Erlangga, tahun 2006

6) Menyiapkan panduan lembaran observasi untuk mengamati keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.

b. Pelaksanaan

Sebelum guru menyampaikan tujuan pembelajaran, terlebih dahulu

menjelaskan kepada siswa tentang metode pembelajaran yang akan diterapkan, kemudian menyampaikan tata cara siswa melakukan kegiatandalam pembelajaran IPA melalui metode inkuiri.

Pada pertemuan I pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode inkuiri diawali dengan beberapa siswa ke depan untuk melaksanakan percobaan meletakkan kelereng pada papan yang miring dan dan sampai jatuh ketanah serta setelah siswa menjawab berdasarkan pengetahuan siswa sendiri, guru tidak bolemenyalahkan ataupun membenarkan terlebih dahulu. Guru menampung semua jawaban siswa. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan melontarkan pertanyaan pancingan yang mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari.

Memasuki kegiatan inti siswa dibentuk kelompok belajar, tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.Lembaran kegiatan dibagikan kepada tiap


(43)

kelompok . masalah dilontarkan dalam bentuk pertanyaan tentang gerak benda akibat bola diletakkan pada papan yang miring yang dituangkan dalamlembar kegiatan. Untuk menemukan jawaban, siswa mencari informasi dari sumber belajar yang sudah disediakan. Kemudian siswa berdiskusi kelompok tentang masalah yang dilontarkan.Selama diskusi berlangsung, guru memantau kerja masing-masing kelompok atau membantu siswa yang mengalami kesulitan. Setelah mereka berdiskusi dan menemukan jawaban, siswa menuliskan hipotesis dalam lembar kegiatan yang sudah dibagikan.

Kegiatan berikurtnya adalah melakukan percobaan untuk

membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditulis oleh siswa. Siswa bekerja mengikuti petunjuk dan langkah kerja yang ada dalam lembaran kegiatan. Kegiatan siswa dimulai dengan meletakkan papan diatas meja yang diberi kardus dibawah papan agar papan tersebut dalam posisi miring.Letakkan bola pada papan yang lebih tinggi ditahan dengan penggaris, setelah bola dalam posisi tenang maka penggaris tersebut diangkat siswa mengamati apa yang terjadi pada bola tersebut. Kemudian guru mengajukan pertanyaan gerak apa yang bisa diamati pada bola? Mengapa demikian? Siswa mencatat hasil pengamatannya kedalam lembar kegiatan.

Setelah siswa melakukan percobaan selanjutnya adalah

mengerjakan tugas berupa menjawab pertanyaan yang ada hubungannya dengan percobaan yang telah dilakukan.


(44)

Kegiatan selanjutnya adalah mempresentasikan hasil kerja siswa .Beberapa kelompok maju untuk membacakan hasil kerja mereka, sedang kelompok yang lain memberi tanggapan atau pendapat jika terjadi perbedaan pendapat atau jawaban.

Kegiatan selanjutnya merumuskan kesimpulan, siswa berdiskusi kelompok merumuskan kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan tersebut diatas dilaksanakan sampai 3kali pertemuan sesuai dengan indikatornya.

3. Pengamatan

Peneliti bersama guru pengamat melakukan pengamatan dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan untuk mengamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA melalui metode inkuiri. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, pada awal tindakan siklus 1 siswa masih enggan untuk menjawab pertanyaan. Hanya sebagian siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang datangnya dari guru maupun dari siswa. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan juga masih tergolong rendah, karena hanya sebagian kecil siswa yang mengajukan pertanyaan padahal guru sudah memberi kesemapatan dan sering meminta siswa untuk bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas.


(45)

Alat dan bahan yang digunakan siswa untuk melakukan percobaan belum dapat mengaktifkan siswa secara optimal. Hal ini terjadi karena alat dan bahan yang disediakan belum merangsang siswa untuk melakukan banyak kegiatan. Selama melakukan percobaan sebagian siswa sudah terlibat untuk melakukan kegiatan, tetapi ada juga siswa yang hanya melihat temannya melakukan percobaan. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan selama siswa melakukan percobaan,

sebenarnya siswa cukup aktif hanya saja alat yang disediakan belum merangsang siswa untuk melakukan percobaan. Selama siswa melakukan percobaan terlihat siswa sangat senang meskipun masih malu dan takut untuk melakukan percobaan, hal ini tejadi mungkin karena siswa belum terbiasa melakukan percobaan.

Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran siswa belum dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada. Siswa masih tergantung dengan guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Siswa akan mencari informasi dari buku jika sudah diperintah oleh guru. Selama diskusi kelompok siswa belum dapat berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Hal ini terjadi karena siswa masih bersifat individual dan belum terbiasa melakukan diskusi kelompok.


(46)

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang bertanya tentang lembar kegiatan. Siswa masih belum mengerti benar dengan lembar kegiatan yang dihadapi. Siswa belum dapat bekerja sesuai petunjuk yang ada dalam lembar kegiatan. Untuk itu masih perlu adanya bimbingan dari guru. Pada kegiatan merumuskan kesimulan terlihat siswa masih kesulitan dalam merumuskan kesimpulan, sehingga perlu adanya bimbingan dari guru.

4. Refleksi

Refleksi pada siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam hal ini peneliti melakukan evaluasi terhadap beberapa tindakan yang telah ditetapkan untuk diperbaiki pada tindakan berikutnya. Berdasarkan hasil observasi siklus I diperoleh beberapa hal yang harus

dievaluasi pada tindakan selanjutnya agar pelaksanaan

pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkat.

Masalah-masalah yang muncul pada siklus 1 antara lain :

1) Siswa masih enggan untuk bertanya.

2) Siswa masih takut menjawab pertanyaan, hanya beberapa siswa yang berani menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru maupun siswa.


(47)

3) Diskusi belum dapat berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang masih belum mampu berinteraksi dengan teman lain dalam satu kelompok. Hal ini terjadi karena siswa masih bersifat individual.

4) Siswa masih belum paham benar dengan lembar kegiatan yang dihadapi.

5) Siswa masih malu-malu dan takut untuk melakukan percobaan. 6) Siswa masih mengalami kesulitan dalam mengambil kesimpulan

atau merumuskan kesimpulan dari hasil pengamatan terhadap obyek.

7) Peralatan yang didediakan oleh guru belum merangsang siswa untuk melakukan banyak kegiatan.

8) Hanya beberapa siswa yang aktif mencari informasi dari sumber yang ada.

B. Siklus 2

a. Perencanaan.

Rencana tindakan pada siklus 2 ini hampir sama dengan perencanaan pada siklus 1. Dimana pelaksanaan tindakan siklus 2 dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus 1. Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan tindakan siklus 1 diupayakan untuk diantisipasi. Berdasarkan refleksi tindakan siklus 1 maka rencana tindakan siklus 2 adalah menyiapkan alat yang merangsang siswa untuk melakukan kegiatan percobaan.


(48)

b. Pelaksanaan

Pel;aksanaan pembelajaran IPA dengan metode inkuiri diawali dengan beberapa siswa maju kedepan untuk menggelindingkan benda yang bulat diatas papan miring.. Kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa “apa yang tejadi pada bola yang bulat yang kamu gelindingkan tesebut.. Apakah bola tersebut menggelinding dengan lancar? Guru membiarkan siswa menjawab berdasarkan pengetahuan mereka sendiri, guru menampung semua jawaban dari siswa.

Memasuki kegiatan inti, lembaran kegiatan dibagikan kepada masing-masing kelompok. Masalah dilontarkan dalam bentuk pertanyaan tentang gerak benda pada siklus 2 pertemuan 1 membahas tentang permukaan benda mempengaruhi gerak benda, pertemuan 2 tentang permukaan lintasan mempengaruhi gerak benda dan pada pertemuan 3 tentang kegunaan gerak benda?Untuk menjawab masalah terebut siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok dan mencari informasi dari buku yang sudah disediakan.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan percobaan untuk membuktikan benar tidaknya jawaban siswa. Dimeja masing-masing sudah disediakan alat untuk percobaan. Pada tindakan siklus 2 ini alat yang disediakan lebih banyak merangsang siswa untuk melakukan percobaan, tujuannya agar masing-masing siswa aktif dengan alat yang ada. Siswa membaca petunjuk dan langkah-langkah kerja yang ada dalam lembar kegiatan. Pada waktu siklus 2 bimbingan dari guru sedikit demi


(49)

sedikit dikurangi, tujuannya agar siswa aktif mencari informasi sendiri bersama kelompoknya.

Setelah siswa melakukan percobaan edan mengumpulkan keterangan –keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, kegiatan selanjutnya adalah mengerjakan tugas kelompok yang ada dalam lembar kegiatan.

Kegiatan selanjutnya adalah mempesentasikan hasil kerja siswa. Beberapa kelompok maju kedepan untuk membacakan hasil kerja siswa, sedang kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pendapat jika terjadi perbedaan pendapat.

Diakhir kegiatan siswa melakukan diskusi kelompok untuk merumuskan kesimpulan. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melontarkan kesimpulan dengan bahasa sendiri. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi bila terjadi perbedaan pendapat. Kemudian siswa menyimpulkan. Waktu masih tersisa guru memberi kesemapatan kepada siswa untuk menanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan gerak benda. Namun pertanyaan tersebut tidak langsung dijawab oleh guru, melainkan dilemparkan kepada teman yang lain yang bisa memberikan jawaban atas pemasalahan yang ditanyakan. Pada kegiatan akhir siswa untuk merangkum pelajaran yang sudah di peroleh.


(50)

c. Pengamatan

Pada awal tindakan 2 siswa sudah mulai terlihat antusias sekaliantuk mengikuti pembelajaran IPA. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa sudah cukup aktif dalam mengajukan pertanyaan tanpa disuruh oleh guru terlebih dahulu untuk bertanya. Siswa sudah tidak takut lagi untuk bertanya jika ada hal-hal yang tidak dimengerti. Dalam menjawab pertanyaanpun siswa sudah tidak ragu-ragu lagi meskipun jawaban siswa belum tentu tepat. Tetapi semua jawaban siswa diterima baik oleh guru. Bahkan siswa sudah mulai berebut untuk menjawab pertanyaan yang datang dari guru maupun dari siswa. Disini sudah mulai aktif nampak aktif dalam pembelajaran.

Dalam melakukan percobaan terlihat siswa sangat senang dan aktif dengan alat yang ada. Siswa sudah tidak merasa takut bahkan antusias melakukan percobaan. Karena pada siklus 2 alat yang disediakan antuk melaksanakan percobaan lebih merangsang siswa untuk melakukan percobaan maka pada tindakan siklus 2 siswa aktif melakukan percobaan.

Namun masih ada beberapa siswa yang mendominasi atau berkuasa dalam kelompoknya. Jadi tugas yang seharusnya dikerjakan bersama-sama dengan kelompoknya, tetapi dikerjakan sendiri tanpa memberi kesemapatan kepada teman lain untuyk mencoba mengerjakan soal-soal yang ada dalam lembar kegiatan. Padahal sebenarnya siswa tersebut aktif namun karena keterbatasan lembar kegiatan yang diberikan


(51)

maka ada beberapa siswa yang tidak mendapat kesempatan untuk mengerjakan tugas.

Keaktifan siswa dalam mencari informasi dari sumber belajar yang ada juga sudah telihat, dimana siswa sudah dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada tanpa disuruh oleh guru. Selama kerja kelompok terihat bahwa siswa sudah dapat berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompok. Siswa juga sudah paham dengan lembar kegiatan yang dihadapi. Siswa sudah mengerti dengan lembar kegiatan yang dihadapi, siswa sudah mengerti dengan kegiatan yang harus dilakukan dengan membaca petunjuk dan langkah-langkah kerja yang ada. Dengan mengamati percobaan siswa sudah mampu membuat kesimpulan meskipun masih dibimbing guru.

d. Refleksi

Berdasarkan dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa pada tindakan siklus 2 dipoeroleh beberapa hal yang perlu dievaluasi yaitu keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok, dimana ada sebagian siswa yang tidak ikut terlibat dalam pengerjaan tugas. Hal ini terjadi karena lembar kegiatan yang berisilangkah kerja percobaan dan berisi pertanyaan-pertanyaan hanya dibagikan satu dalam satu kelompok. Jadi ada siswa yang sebenarnya aktif, tetapi karena keterbatasan lembar kegiatan yang dibagikan maka ada beberapa siswa yang hanya mengamati temannya mengerjakan tugas.


(52)

Berdasarkan pelaksanaan siklus 2 diperoleh hasil bahwa kegiatan pembelajaran IPA dengan metode inkuiri berjalan dengan baik dibandingkan kegiatan pada siklus 1. Keaktifan siswa juga mulai tampak terlihat lebih baik dengan meningkatnya jumlah siswa.

Berdasarkan permasalahan diatas yang merupakan faktor penghambat adalah hal-hal yang perlu direvisi dalam tindakan 2 yaitu dengan membagikan lembar kegiatan kepada semua siswa dengan tujuan agar pengerjaan tugas kelompok tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu. Dengan demikian semua siswa dapat terlibat aktif dalam mengerjakan tugas.

Pelaksanaan penelitian pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri dinyatakan berhasil karena keaktifan siswa sudah mencapai rata-rata 70 % siswa aktif melaksanakan kegiatan percobaan.


(53)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum peneliti memberikan tindakan terhadap subyek, peneliti lebih dahulu mengadakan observasiawal untuk mendapatkan data awal mengenai tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung saat proses belajar mengajar.Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari aktifitas siswa yang lebih banyak diam menyimak penjelasan guru, mencatat hal-hal yang penting jika disuruh dan siswa masih enggan untuk bertanya, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas. Dan bila siswa mengalami kesulitan, guru memberikan pertanyaan pancingan, hanya beberapa siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab. Secara lengkap hasil observasi awal yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut

Tabel 1. Hasil Observasi Pra Tindakan

NO NAMA

KEAKTIFAN SISWA

SKOR PROSENTASE

1. Prihatin 7 23,3 %

2. Pujiati 9 30,0 %

3. Aditya Fergiawan Listanto 10 33,3 %


(54)

5. Nopiati 6 20,0 %

6. Onki Rahmat Setiawan 7 23,3 %

7. Agustina Dani Lestari 8 26,6 %

8. Ansa Dewi 11 36,6 %

9. Bagus Ariyandani 9 30,0 %

10. Daroji 10 33,3 %

11 Dinda Nursasmi 17 56,6 %

12. Eka Ferdiansdyah 9 30,0 %

13. Haslinda Nur Setyo S. 13 43,3 %

14. Ibnu Ardiansyah 9 30,0 %

15. Muhammad Guntur 6 20,0 %

16. Mustofa 10 33,3 %

17. Ria Puspita Sari 11 36,6 %

18. Rina Rahayu 7 23,3 %

19. Safitri Aisyah 6 20,0 %

20. Siska Widiawati 13 43,3 %

21 Jihaan Farah Nadiila 15 50,0 %

Jumlah 199 662,8 %

Rata-rata 9,5 31,6 %

Observasi ini dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi keaktifan siswa. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat skor keseluruhan masing-masing siswa kemudian dicari presentasenya. Berdasarkan hasil observasi


(55)

tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran masih berada pada kategori kurang aktif, karena jumlah skor keseluruhan hanya 199 yang berarti hanya 31,6 %. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi 17 ( 56,6 % ) masuk dalam kategori cukup aktif sedangkan skor terndah 6 ( 20 % ) masuk dalam kategori kurang aktif. Jika dilihat dari banyaknya siswa yang melakukan keaktifan dalam pembelajaran IPA berdasarkan kategorinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Prosentase Hasil Observasi Pra Tindakan

NO KATEGORI INTERVAL JUMLAH

SISWA

PROSENTASE

1 Sangat aktif 81- 100 % 0 0

2 Aktif 61- 80 % 0 0

3 Cukup Aktif 41- 60 % 4 19,0 %

4 Kurang Aktif 21- 40 % 13 62,0 %

5 Sangat Kurang

Aktif

0- 20 % 4 19,0 %

Jumlah 21 100 %

Dari Tadel diatas dapat dikemukakan bahwa banyaknya siswa yang termasuk dalam kategori sangat kurang aktif berjumlah 4 ( 19,0 % ), siswa yang kurang aktif berjumlah 13 ( 62,0 % ), siswa yang cukup aktif berjumlah 4 ( 19, 0 % ) dan belum ada siswa yang aktif maupun sangat aktif. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa siswa cepat bosan dan tidak bergairah dalam


(56)

mengikuti pembelajaran. Mengingat permasalahan tersebut, dalam hal ini peneliti akan mencoba menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran agar keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat optimal dan mencapai hasil yang diharapkan.

Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA maka seluruh hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I siklus I

tanggal 1 Maret 2010 kelas III SD Negeri Somongari.

No Nama

Indokator Keaktifan Siswa Skor

Total

Prosentase

A B C D E F

1. Prihatin 1 1 2 2 1 2 9 30 %

2. Pujiati 1 1 2 2 2 2 10 33,3 %

3. Aditya F L 2 1 3 3 2 2 13 43,3 %

4. Danang Tri Aji 1 1 1 1 1 1 6 20 %

5. Nopiati 1 1 1 1 1 1 6 20 %

6. Onki Rahmat S 2 1 2 2 2 2 11 36,6 %

7. Agustina Dani L 2 1 2 3 2 3 13 43,3 %

8. Ansa Dewi 2 1 2 2 2 3 12 40 %

9. Bagus Ariyandani 1 1 2 2 1 1 8 26,6 %

10. Daroji 2 1 3 3 2 2 13 43,3 %

11. Dinda Nursasmi 3 3 4 4 4 4 22 73,3 %


(57)

13. Haslinda N S S 2 2 2 3 3 3 15 50 %

14. Ibnu Ardiansyah 1 1 2 2 2 2 10 33,3 %

15. Muhammad Guntur 1 1 1 1 1 1 6 20 %

16. Mustofa 2 2 2 2 2 2 12 40 %

17. Ria Puspita Sari 1 2 2 2 3 3 13 43,3 %

18. Rina Rahayu 1 1 1 2 2 1 8 26,6 %

19. Safitri Aisyah 1 1 1 1 1 2 7 23,3 %

20. Siska Widiawati 2 2 3 3 3 2 15 50 %

21. Jihan Farah N 3 2 3 3 3 3 17 56 %

Jumlah 237 792,1 %

Rata-rata 11,3 37,3 %

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.

D : Melakukan percobaan.

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada. F : Diskusi kelompok.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi 22 ( 73,3% ) sedang skor terendah adalah 6 ( 20 %) Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa adalah 237 yang berarti hanya mencapai 37,3%


(58)

Tabel 4. .Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II siklus I

tanggal 8 Maret 2010 kelas III SD Negeri Somongari.

No Nama

Indokator Keaktifan Siswa Skor

Total

Prosentase

A B C D E F

1. Prihatin 1 2 2 2 1 2 10 33,3 %

2. Pujiati 2 2 2 2 2 2 12 40 %

3. Aditya F L 3 2 3 3 2 2 15 50 %

4. Danang Tri Aji 1 2 1 1 2 1 8 26,6 %

5. Nopiati 2 1 2 2 1 1 9 30 %

6. Onki Rahmat S 2 2 2 2 2 2 12 40 %

7. Agustina Dani L 2 2 2 3 2 3 15 50 %

8. Ansa Dewi 2 1 2 2 1 1 9 30 %

9. Bagus Ariyandani 2 2 2 2 2 2 12 40 %

10. Daroji 2 2 3 3 2 3 15 50 %

11. Dinda Nursasmi 4 3 4 4 4 4 23 76,6 %

12. Eka Ferdiansdyah 2 2 2 1 2 2 11 36,6 %

13. Haslinda N S S 3 3 2 2 3 3 16 53,3 %

14. Ibnu Ardiansyah 2 2 2 2 2 1 11 36,6 %

15. Muhammad Guntur 1 1 2 2 1 1 8 26, 6 %

16. Mustofa 2 3 2 2 2 2 14 46,6 %


(59)

18. Rina Rahayu 2 2 1 2 2 1 10 33,3 %

19. Safitri Aisyah 1 2 2 2 3 2 12 40 %

20. Siska Widiawati 2 3 3 3 3 2 15 50%

21. Jihan Farah N 3 3 2 2 4 2 17 56,6 %

Jumlah 266 886, 1 %

Rata-rata 12,7 42,2 %

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.

D : Melakukan percobaan.

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada. F : Diskusi kelompok.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi 23 ( 76,6% ) sedang skor terendah adalah 8 ( 26,6 %) Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa adalah 266 yang berarti hanya mencapai 42,2%

Tabel 5. Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III siklus I

tanggal 15 Maret 2010 kelas III SD Negeri Somongari.

No Nama

Indokator Keaktifan Siswa Skor

Total

Prosentase

A B C D E F


(60)

2. Pujiati 3 2 2 3 2 3 15 50 %

3. Aditya F L 2 2 4 3 3 3 18 60 %

4. Danang Tri Aji 2 2 1 1 2 2 10 33,3 %

5. Nopiati 3 2 2 2 2 2 12 40 %

6. Onki Rahmat S 2 2 2 2 3 2 14 46,6%

7. Agustina Dani L 2 2 3 3 3 3 16 53,3 %

8. Ansa Dewi 2 1 2 2 2 2 11 36,6 %

9. Bagus Ariyandani 4 2 3 3 2 2 14 46,6 %

10. Daroji 2 2 2 3 2 3 15 50 %

11. Dinda Nursasmi 2 3 4 4 4 4 23 76,6 %

12. Eka Ferdiansdyah 2 2 3 2 2 2 13 43,3 %

13. Haslinda N S S 3 3 2 3 4 3 18 60 %

14. Ibnu Ardiansyah 2 1 2 2 2 2 11 36,6 %

15. Muhammad Guntur 2 2 2 2 2 2 12 40 %

16. Mustofa 2 3 3 3 2 2 15 50 %

17. Ria Puspita Sari 2 3 3 3 2 2 15 50 %

18. Rina Rahayu 2 2 2 3 2 2 13 43,3 %

19. Safitri Aisyah 2 2 2 2 3 2 13 43,3 %

20. Siska Widiawati 2 3 2 3 4 3 18 60 %

21. Jihan Farah N 3 3 3 3 4 3 19 63,3 %

Jumlah 297 1022,8 %


(61)

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.

D : Melakukan percobaan.

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada. F : Diskusi kelompok.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi masih tetap 23 ( 76,6% ) sedang skor terendah sudah mengalami peningkatan adalah 10 ( 33,3 %) Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa adalah 297 yang berarti sudah mencapai 48,7 %

Tabel 6. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Pada Siklus I

No Nama

Siklus I

Skor Pert I Skor PertII Skor PertIII

1. Prihatin 9 10 12

2. Pujiati 10 12 15

3. Aditya F L 13 15 18

4. Danang Tri Aji 6 8 10

5. Nopiati 6 9 12

6. Onki Rahmat S 11 12 14

7. Agustina Dani L 13 15 16

8. Ansa Dewi 12 9 11


(62)

10. Daroji 13 15 15

11. Dinda Nursasmi 22 23 23

12. Eka Ferdiansdyah 10 11 13

13. Haslinda N S S 15 16 18

14. Ibnu Ardiansyah 10 11 11

15. Muhammad Guntur 6 8 12

16. Mustofa 12 14 15

17. Ria Puspita Sari 13 12 15

18. Rina Rahayu 8 10 13

19. Safitri Aisyah 7 12 13

20. Siska Widiawati 15 15 18

21. Jihan Farah N 17 17 19

Jumlah 237 266 297

Rata-rata 11,3 12,7 14,1

Dari tabel diatas dapat didiskripsikan bahwa pada tindakan siklus 1 mulai dari pertemuan 1 sampai pertemuan 3 skor keaktifan siswa mengalami

peningkatan pada masing-masing siswa walaupun hasilnya belum memuaskan.

Tabel 7. Prosentase Hasil peningkatan keaktifan siswa Siklus I :

No Kategori Interval

Jumlah siswa

Pert I % Pert II % Pert III %


(63)

2. Aktif 61-80 % 1 4,8 1 4,8 2 9,5

3. Cukup aktif 41-60 % 7 33,3 7 33,3 12 57,1

4. Kurang aktif 21-40% 10 47,6 13 61,9 7 33,4

5. Sangat kurang aktif 0-20% 3 14,3 0 0 0 0

Jumlah 21 100 21 100 21 100

Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa pada siklus I banyaknya siswa yang masuk dalam kategori aktif pada pertemuan 1, 1siswa pertemuan II, 1 siswa dan pertemuan III, 2 siswa.

LAPORAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Tabel 8. Hasil observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan I

tanggal 29 Maret 2010.

No Nama

Indikator Keaktifan Siswa

Skor Prosen

tase

A B C D E F

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Prihatini 3 3 3 3 3 3 15 50,0%

2 Pujiati 3 4 3 4 3 3 20 66,6%

3 Aditya Fergiawan L 3 4 4 3 3 3 20 66,6%

4 Danang Tri Aji 3 2 2 2 2 2 13 43,3%

5 Nopiati 3 2 2 2 2 3 14 46,6%


(64)

7 Agustina Dani Lestari 4 3 4 3 3 3 20 66,6%

8 Ansa Dewi 3 3 3 3 3 3 18 60,0%

9 Bagus Ariyandani 3 3 3 3 2 3 17 56,6%

10 Daroji 4 3 4 4 4 4 23 76,6%

11 Dinda Nursasmi 5 4 4 4 4 4 25 83,3%

12 Eka Ferdiansdyah 3 3 3 4 4 3 20 66,6%

13 Haslinda Nur Setyo S. 3 3 3 3 3 4 19 63,3%

14 Ibnu Ardiansyah 3 2 3 3 3 3 17 56,6%

15 Muhammad Guntur 3 2 2 3 2 3 15 50,0%

16 Mustofa 3 4 3 3 2 3 18 60,0%

17 Ria Puspita Sari 3 4 3 3 3 3 19 63,3%

18 Rina Rahayu 3 3 2 3 3 3 17 56,6%

19 Safitri Aisyah 4 3 3 3 3 3 19 63,3%

20 Siska Widiawati 3 4 3 4 4 4 22 73,3%

21 Jihaan Farah Nadiila 4 3 4 4 4 4 23 76,6%

Jumlah 392 1305,8%

Rata-Rata 18,6 62,2%

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.


(65)

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada. F : Diskusi kelompok.

Tabel 9. Hasil observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan II

tanggal 5 April 2010.

No Nama

Indikator Keaktifan Siswa

Skor Prosen

tase

A B C D E F

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Prihatini 4 4 3 4 3 4 22 73,3%

2 Pujiati 4 4 4 4 4 4 24 80,0%

3 Aditya Fergiawan L 4 3 4 4 4 4 23 76,6%

4 Danang Tri Aji 3 2 3 3 3 2 16 53,3%

5 Nopiati 2 2 3 3 3 2 15 50,0%

6 Onki Rahmat Setiawan 3 4 4 4 4 3 22 73,3%

7 Agustina Dani Lestari 3 4 3 4 4 4 22 73,3%

8 Ansa Dewi 4 3 4 4 4 4 23 76,6%

9 Bagus Ariyandani 4 4 4 5 4 4 25 83,3%

10 Daroji 5 4 5 4 4 4 26 86,6%

11 Dinda Nursasmi 5 5 4 5 4 5 28 93,3%

12 Eka Ferdiansdyah 3 3 4 3 4 4 20 66,6%

13 Haslinda Nur Setyo S. 5 5 4 4 4 4 26 86,6%


(66)

15 Muhammad Guntur 3 3 3 4 3 4 20 66,6%

16 Mustofa 4 4 4 3 4 4 23 76,6%

17 Ria Puspita Sari 4 3 4 4 4 4 23 76,6%

18 Rina Rahayu 4 3 4 4 4 3 22 73,3%

19 Safitri Aisyah 4 3 4 4 4 4 23 76,6%

20 Siska Widiawati 5 4 4 4 5 4 26 86,6%

21 Jihaan Farah Nadiila 5 5 5 4 4 5 28 93,3%

Jumlah 480 1599%

Rata-Rata 22,9 76,1%

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.

D : Melakukan percobaan.

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada. F : Diskusi kelompok.


(67)

Tabel 10. Hasil observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan III

tanggal 12 April 2010.

No Nama

Indikator Keaktifan Siswa

Skor Prosen

tase

A B C D E F

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Prihatini 4 4 4 5 4 4 25 83,3%

2 Pujiati 5 4 4 5 4 4 26 86,6%

3 Aditya Fergiawan L 5 4 5 4 4 4 26 86,6%

4 Danang Tri Aji 3 3 3 3 3 3 18 60,0%

5 Nopiati 3 2 3 3 3 3 17 56,6%

6 Onki Rahmat Setiawan 3 4 4 4 4 4 23 76,6%

7 Agustina Dani Lestari 3 4 5 4 4 4 24 80,0%

8 Ansa Dewi 5 5 4 4 4 4 26 86,6%

9 Bagus Ariyandani 4 4 5 4 4 4 25 83,3%

10 Daroji 5 4 5 4 4 4 26 86,6%

11 Dinda Nursasmi 5 5 4 5 4 4 28 93,3%

12 Eka Ferdiansdyah 3 3 4 3 4 4 21 70,0%

13 Haslinda Nur Setyo S. 5 5 4 5 4 4 27 90,0%

14 Ibnu Ardiansyah 4 4 4 4 5 4 25 83,3%

15 Muhammad Guntur 3 3 4 4 3 4 21 70,0%


(68)

17 Ria Puspita Sari 4 5 4 4 4 5 26 86,6%

18 Rina Rahayu 4 3 4 4 4 4 23 76,6%

19 Safitri Aisyah 5 3 4 4 4 4 24 80,0%

20 Siska Widiawati 5 4 4 5 5 4 27 90,0%

21 Jihaan Farah Nadiila 5 5 5 4 4 5 28 93,3%

Jumlah 522 1705,9%

Rata-Rata 24,8 81,2%

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.

D : Melakukan percobaan.

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada. F : Diskusi kelompok.


(69)

Tabel 11. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Pada Siklus II

No Nama Siklus II

Skor Pert 1 Skor Pert II Skor Pert III

1 2 3 4 5

1 Prihatini 15 22 25

2 Pujiati 20 24 26

3 Aditya Fergiawan L 20 23 26

4 Danang Tri Aji 13 16 18

5 Nopiati 14 15 17

6 Onki Rahmat Setiawan 18 22 23

7 Agustina Dani Lestari 20 22 24

8 Ansa Dewi 18 23 26

9 Bagus Ariyandani 17 25 25

10 Daroji 23 26 26

11 Dinda Nursasmi 25 28 28

12 Eka Ferdiansdyah 20 20 21

13 Haslinda Nur Setyo S. 19 26 27

14 Ibnu Ardiansyah 17 23 25

15 Muhammad Guntur 15 20 21

16 Mustofa 18 23 26


(70)

18 Rina Rahayu 17 22 23

19 Safitri Aisyah 19 23 24

20 Siska Widiawati 22 26 27

21 Jihaan Farah Nadiila 23 28 28

392 480 522

18,6 22,9 24,8

Tabel 12. Presentase Hasil peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II

No Kategori Interval Jumlah Siswa

Pert I % Pert

II

% Pert

III

%

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Sangat Aktif 80-100 % 1 4,8 6 28,6 13 61,9

2 Aktif 61-80 % 10 47,6 13 61,9 6 28,6

3 Cukup Aktif 41-60 % 10 47,6 2 9,5 2 9,5

4 Kurang Aktif 21-40 % - - - -

5 Sngt Krng

Aktif

0- 20 % - - - -


(71)

Tabel 13. Peningkatan Keaktifan Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

No Nama Siklus I Siklus II

Pert 1 Pert 2 Pert 3 Pert 1 Pert 2 Pert 3

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Prihatini 9 10 12 15 22 25

2 Pujiati 10 12 15 20 24 26

3 Aditya Fergiawan 13 15 18 20 23 26

4 Danang Tri Aji 6 8 10 13 16 18

5 Nopiati 6 9 12 14 15 17

6 Onki Rahmat S 11 12 14 18 22 23

7 Agustina Dani L 13 15 16 20 22 24

8 Ansa Dewi 12 9 11 18 23 26

9 Bagus Ariyandani 8 12 14 17 25 25

10 Daroji 13 15 15 23 26 26

11 Dinda Nursasmi 22 23 23 25 28 28

12 Eka Ferdiansdyah 10 11 13 20 20 21

13 Haslinda Nur S S. 15 16 18 19 26 27

14 Ibnu Ardiansyah 10 11 11 17 23 25

15 Muhammad Gun 6 8 12 15 20 21

16 Mustofa 12 14 15 18 23 26


(72)

18 Rina Rahayu 8 10 13 17 22 23

19 Safitri Aisyah 7 12 13 19 23 24

20 Siska Widiawati 15 15 18 22 26 27

21 Jihaan Farah N. 17 17 19 23 28 28

Jumlah 237 266 297 392 480 522


(73)

Tabel 14. Prosentase Peningkatan Keaktifan Siswa pada Siklus I dan Siklus II

N o Kateg ori Interv al

Siklus I Siklus II

Pe rt 1

% Pe

rt 2

% Pe

rt 3

% Pe

rt 1

% Pe

rt 2

% Pe

rt 3

%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Sangat

Aktif

80-100 %

- 0 - 0 - 0 1 4,8 6 28,

6

13 61,

9

2 Aktif 61-80

% 1

4,8 1 4,8 2 9,5 10 47,

6 13 61, 9 6 28, 6 3 Cukup Aktif 41-60 % 7 33, 3 7 33, 3

12 57,

2

10 47,

6

2 9,5 2 9,5

4 Kurang Aktif 21-40 % 10 47, 6 13 61, 9 7 33. 3 - - -


(1)

persentase pada tindakan siklus 1 dengan siklus 2 setiap pertemuan selalu meningkat.

Dengan demikian jika digambarkan secara keseluruhan mulai dari sebelum dilakukan tindakan atau pra tindakan rata-rata prosentase hanya mencapai 31,6% . Setelah diberikan tindakan siklus 1 dan pada siklus 2 rata-rata pertemuan Iyaitu 62,18 %, pertemuan II 76,14 % dan pertemuan III 81,23 % sehingga penggunaan metode inkuiri di SD Negeri Somongari sudah dapat dikatakan berhasil karena sudah mencapai target lebih dari 70 % siswa aktif.

Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA sampai pada tindakan siklus 2 mengalami peningkatan. Sebelum diberikan tindakan siswa kelas III yang sangat kurang aktif berjumlah 4 siswa, siswa kurang aktif 13 siswa, siswa cukup aktif 4 siswa tidak ada siswa yang aktif apalagi sangat aktif. Setelah tindakan siklus 1 pertemuan I banyak siswa masuk kategori sangat kurang aktif sudah mulai berkurang yaitu 3 siswa, siswa kurang aktif 10 siswa, cukup aktif 7 siswa dan sudah ada siswa yang kelihatan aktif yaitu 1 siswa. Pada pertemuan II sudah tidak ada siswa yang sangat kurang aktif, siswa kurang aktif ada 13 siswa, siswa cukup aktif 7 siswa, dan siswa aktif 1 siswa. Pada pertemuan III siswa kurang aktif sudah berkurang tinggal 7 siswa, cukup aktif mencapai 13 siswa dan siswa aktif ada 2 siswa.

Pada siklus 2 sesuai tabel 14 sudah dapat dilihat pada pertemuan I sudah tidak ada lagi siswa yang kurang aktif apalagi siswa yang kurang


(2)

commit to user

aktif, siswa cukup aktif berjumlah 10 siswa, siswa aktif 10 siswa bahkan sudah ada siswa yang sangat aktif yaitu 1 siswa. Pertemuan II ada peningkatan jumlah siswa cukup aktif tinggal 2 siswa. Yang aktif meningkat dari pertemuan I 10 siswa pada pertemuan II 13 siswa, dan siswa yang sangat aktif mencapai 6 siswa. Pada pertemuan III siswa cukup aktif masih tetap seperti pertemuan II yaitu 2 siswa, siswa aktif menjadi 6 siswa dan siswa yang sangat aktif meningkat menjadi 13 siswa.

Siswa yang semula tidak aktif setelah diberi tindakan menjadi aktif karena siswa tersebut benar-benar tertarik dan antusias dalam mengikuti setiap pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri. Bagi siswa yang masuk kategori cukup aktif diberikan tindakan lebih lanjut yaitu dengan memberikan motifasi kepada siswa agar lebih meningkatkan lagi aktivitasnya dalam setiap pembelajaran. Guru juga memberikan perhatian lebih agar siswa termotivasi antuk belajar. DEngan tercapainya target diatas menggambarkan bahwa penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA berpengaruh pada meningkatkan keaktifan siswa kelas III

Pembelajaran dengan metode inkuiri ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar aktif baik secara fisik, mental, emosional dan intelektual dalam proses pembelajaran. Jadi penerapan metode inkuiri ini dapat menfasilitasi siswa untuk menmcari dan menemukan sendiri konsep yang bipelajari. Sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar dengan melakukan.Dengan demikian metode


(3)

inkuiri siswa ditempatkan sebagai subyek pendidikan, siswalah pelaku dalam kegiatan pembelajaran.

Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA pada setiap tindakan dalam setiap siklus telah menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 1 pembelajaran dirancang antuk banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk terkiba aktif dalam pembelajaran IPA, akan tetapi hanya sebagian siswa yang aktif. Hal tersebut dapat terjadi karena ada beberapa factor penghambat proses pembelajaran, dimana siswa hanya bekerja setelah diberi perintah dari guru, meskipun sudah disediakan lembar kegiatan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan. Untuk meningkatkan siswa agar lebih mandiri maka pada siklus 2 siswa diberi kesempatan antuk bekerja sesuai petunjuk yang ada dalam lembar kegiatan.

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA. Peningkatan yang tampak adalah siswa memperoleh kebebasan dalam belajar IPA dan tidak lagi tergantung pada perintah guru. Siswa menjadi terbiasa dengan kegiatan proses IPA, selain itu siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran IPA. Proses pembelajaran denganmenggunakan metode inkuiri, peran guru tidak lagi menjadi penceramah ataupun penyampai informasi melainkan guru bertindak sebagai fasilitator, motifator, penanya, pengarah dan manager. Demikian juga dengan siswa tidak lagi menjadi pendengar ceramah guru.


(4)

commit to user

Penerapan metode inkuiri tidak berarti siswa yang aktif sedangkan guru pasif, melainkan siswa dan guru sama-sama aktif dalam pembelajaran IPA. Peran guru dalam meningkatkan keaktifan siswa melalui metode inkuiri dengan memilih materi yang dapat merangsang siswa untuk berfikir dan menciptakan suasana belajar yang bebas dan terbuka untuk berinteraksi. Guru menyediakan peralatan yang merangsang siswa untuk melakukan percobaan, dan menyediakan waktu yang cukup untuk berdiskusi dan melakukan percobaan. Adanya bimbingan dari guru untuk menuntun siswa mencari dan menemukan jawaban dari pemasalahan yang dihadapi. Dengan cara sepert ini siswa termotivasi untuk belajar.

Dengan melihat keberhasilan dan hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran, dikatakan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang perubahan gerak benda mengalami peningkatan dengan diterapkannya metode inkuiri. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya skor keaktifan siswa, sebelum diberikan tindakan skor keaktikan siswa sebesar 199 ( 31,6 % ),setelah diberi tindakan siklus I skor menjadi meningkat yaitu pertemuan I : 237 ( 37,3 % ), pertemuan II : 266 ( 42,2 % ), pertemuan III : 297 ( 48,7 % ). Pada tindakan siklus II mengalami peningkatan skor pada prtemuan I : 392 ( 62,18 % ), pertemuan II 480 ( 76,14 % ), pertemuan III 522 ( 81, 23%) Dengan demikian pelaksanaan tindakan sampai siklus II dikatakan berhasil meningkatkan keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda melalui metode inkuiri di SD Negeri Somongari Purworejo.

B. Saran

1. Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar untuk kelas. rendah sebaiknya materi yang diberikan tidak terlalu luas sesuai dengan kompetensi dasar agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara maksimal.

2. Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA, lembar kegiatan yang berisi petunjuk dan cara kerja melakukan percobaan harus jelas, dengan


(6)

commit to user

bahasa yang sederhana dan mudah dipahami agar siswa mengerti kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan siswa dalam kegiatan-kegiatan percobaan


Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG LAPISAN BUMI MELALUI MEDIA VISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SIDOMULYO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 6 109

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MAJIR KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2009 2010

0 3 63

PENINGKATAN KREATIVITAS MENGGAMBAR MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS III SD N JELOK PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

2 32 117

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP GAYA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 2 56

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI METODEDEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas Iv Sd Negeri 02 Sedayu Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI METODEDEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas Iv Sd Negeri 02 Sedayu Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE COURSE REVIEW HORAY PADA Peningkatan Keaktifan Dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Course Review Horay Pada Siswa Kelas III SD Negeri 03 Matesih Tahun Pembelajaran 2012/2013.

0 1 17

PENDAHULUAN Peningkatan Keaktifan Dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Course Review Horay Pada Siswa Kelas III SD Negeri 03 Matesih Tahun Pembelajaran 2012/2013.

0 0 6

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE COURSE REVIEW HORAY PADA Peningkatan Keaktifan Dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Course Review Horay Pada Siswa Kelas III SD Negeri 03 Matesih Tahun Pembelajaran 2012/2013.

0 0 13

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 melalui metode inkuiri terbimbing.

0 3 187