Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

Bapak Jumbadi. Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara tidak terstruktur, dimana penulis hanya menanyakan hal-hal secara garis besar yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penulis menggunakan teknik wawancara guna mengetahui informasi secara mendalam yang berkaitan dengan pembiayaan UMKM di PT Bank Syariah Mandiri periode 2008-2014.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik. Sedangkan teknik yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Regresi berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variable terikat dan memprediksi variable terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas. 5 Model regresi linier berganda dalam penelitian ini yaitu: Y = Dimana: Y : Laba Operasional α : konstanta intercept βi : slope 5 Ety Rochaety dkk. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Mitra Wacana Media: Jakarta. h:142 X : Pembiayaan UMKM X : NPF e : Besaran nilai residu standar eror Untuk model regresi linier, ada beberapa pengujian yang harus dilakukan, di antaranya yaitu: 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas merupakan salah satu uji mendasar yang dilakukan sebelum melakukan analisis data lebih lanjut atau lebih dalam, data yang normal sering dijadikan landasan dalam beberapa uji statistik. Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profit data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, namun pada penelitian ini hanya digunakan satu teknik yaitu dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov normal QQ Plot. Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di sekeliling garis. Pada output data terlihat bahwa pola data tersebar di sekeliling garis, yang berarti bisa dikatakan berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah uji untuk melihat apakah terdapat hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. 6 Salah satu cara untuk melihat apakah terdapat multikolinearitas pada model regresi yaitu dapat dilihat dari nilai variance inflation factor VIF. Jika nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai lebih besar dari 10 maka model regresi memiliki multikolinearitas sehingga menjadi tidak valid. Selain dilihat dari nilai VIF, multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai tolerance nya. Suatu variabel jika memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 maka variabel tersebut memiliki masalah multikolinearitas. c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan homokedastisitas. Jika varian berbeda disebut heterokedastisitas. Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola- 6 J.Supranto. Ekonometri. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Cet. 2. h. 13 pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Penaksiran model regresi linear memilki asumsi bahwa tidak terdapat korelasi serial atau autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series. Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah pengujian dalam uji F menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir. Cara untuk melihat apakah terdapat autokorelasi atau tidak yaitu dengan DW test atau uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari 4-dL maka hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. 2 Jika d terletak antara dU dan 4-dU, maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. 3 Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara 4-dU dan 4-dL, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan. 2. Uji Hipotesis a. Uji F Untuk menguji pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebas secara simultan dapat diuji dengan menggunakan uji F. Penggunaan uji F dalam menguji pengaruh peubah bebas secara simultan sering disebut analisis ragam. Pengujian secara simultan dimaksudkan melihat pengaruh peubah bebas secara bersama-sama terhadap peubah tak bebas. Nilai F hitung hasil regresi dibandingkan dengan nilai F pada tabel. Jika F hitung F tabel maka berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial, dan sebaliknya jika F hitung F tabel maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial. Hal tersebut juga berlaku untuk Uji t. b. Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independent secara individual dalam menerangkan variabel dependent. Sama seperti Uji F, untuk menguji nya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Selain itu, pengujian juga dapat dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 α=5. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria: - Jika nilai signifikan 0,05 maka Ho diterima dan Ha belum cukup bukti. Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. - Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. c. Uji Determinasi Dalam uji linear, koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat untuk itu digunakan angka-angka pada tabel model summary. Cara menetukan Koefisien Determinasi dengan melihat Adjusted R Square. Interpretasinya sama dengan R Square, akan tetapi nilai Adjusted R Square dapat naik atau turun dengan adanya penambahan variabel baru, tergantung dari korelasi antara variabel bebas tambahan tersebut dengan variabel terikatnya. Nilai Adjusted R Square dapat bernilai negatif, sehingga jika nilainya negatif, maka nilai tersebut dianggap 0, atau variabel bebas sama sekali tidak mampu menjelaskan varians dari variabel terikatnya Dasar pengambilan keputusan: Tabel 3.1 Koefisien Determinasi Jika perhitungannya semakin mendekati nilai 100 maka model tersebut semakin baik, karena perubahan pada variabel-variabel independen yang dimaksud memang benar-benar memberikan pengaruh atau kontribusi terhadap perubahan yang terjadi pada variabel dependen. 0,10 Buruk Ketepatannya 0,11-0,30 Rendah Ketepatannya 0,31-0,50 Cukup Ketepatannya 0,50 Tinggi Ketepatannya 48

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT Bank Mandiri Syariah

1. Sejarah dan Profil PT Bank Mandiri Syariah

Bank Syariah Mandiri BSM merupakan salah satu bank syariah terbesar di Indonesia. BSM didirikan pada 25 Oktober 1999 dan secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Bank Syariah Mandiri hingga saat ini telah memiliki 864 kantor yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Dengan 921 ATM Syariah Mandiri, ATM Prima 74.050 unit, dan Malaysia Electronic Payment System MEPS 12.010 unit. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada nasabahnya dalam melakukan berbagai macam transaksi. Dilihat dari visi dan misi nya, BSM memfokuskan pada penghimpunan dana murah dan mengutamakan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.

2. Pembiayaan UMKM di Bank Syariah Mandiri

1 UMKM adalah usaha yang sangat strategis dan penting di Indonesia, dengan potensi yang sangat besar dengan jumlah pelaku usaha sebesar 48,85 juta usaha. Bagi BSM, pembiayaan di sektor UMKM cukup menarik karena menjanjikan yield yang tinggi. Marjin merupakan magnet yang menarik, karena bisnis bank pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan marjin. BSM juga melihat, di samping pasar yang masih luas, pembiayaan UMKM adalah pembiayaan dengan plafond yang tidak terlalu besar. Artinya bank tidak menaruh risiko yang begitu besar. Hal ini terlihat dari rendahnya prosentase NPF terhadap UMKM yang hanya mencapai 7,4 dari total pembiayaan UMKM. Di mata perbankan, saat ini sektor UMKM sedang menjadi bintang dan primadona. Hal ini dikarenakan UMKM dianggap tahan terhadap gunjangan krisis, bank-bank pun berebut membiayai sektor ini. Sektor ini dianggap seksi karena pembiayaan di sektor ini bisa mendatangkan yield yang tinggi. Marjin yang begitu besar menjadikan bank-bank berlomba berebut masuk ke sektor ini. 1 Wawancara pribadi dengan Jumbadi Micro Banking Group. Jakarta, 2 April 2015.

Dokumen yang terkait

Pengaruh penyaluran pembiayaan sektor UMKM ( Usaha mikro, kecil,dan menengah ) terhadap tingkat rasio non performing financing ( NPF) Bank Syariah: Studi kasus pada bank muamalat indonesia

0 3 164

Pengaruh Pembiayaan Sektor UMKM dan NPF Terhadap Laba OPerasional PT Bank Syariah Mandiri Pusat

5 48 76

Analisis Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Dampaknya Terhadap Laba Operasional Pada Bank Syariah Mandiri Indonesia

0 10 108

Analisis Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Laba Bersih Pada PT. Bank Syariah Mandiri

11 74 91

Pengaruh Non Performing Finance (NPF) Pembiayaan Mudharabah dan Non Performing Finance (NPF) Pembiayaan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada PT.Bank Syariah Mandiri Tahun 1999-2013)

1 56 60

Pengaruh Intelle Capital, NPF dan Car Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri

3 34 107

Faktor Faktor Yang Menghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan Warung Mikro Bsm (Studi Pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir Dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor Iii)

0 9 110

PENGARUH NPF DAN DPK TERHADAP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA : LAPORAN KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI INDONESIA PERIODE 2009-2015.

0 0 90

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MURABAHAH TERHADAP LABA BANK SYARIAH MANDIRI

0 1 13

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP ALOKASI PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PT. BANK SYARIAH MANDIRI - Raden Intan Repository

0 0 125