Pengaruh Intelle Capital, NPF dan Car Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri
PERIODE 2008 - 2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
DEWI HANDAYANI
NIM : 1112046100158
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi
1. Nama : Dewi Handayani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 April 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jln. Madrasah No.18 RT.001/012 IKPN
Bintaro Jakarta Selatan 12330.
5. Agama : Islam
6. Email : dewihanda24@gmail.com
B. Pendidikan Formal
1. 2000-2006 : SDN 05 Pagi Bintaro
2. 2006-2009 : SMP Hang Tuah 2 Jakarta
3. 2009-2012 : SMKN 18 Jakarta (Jurusan Akuntansi)
4. 2012-2016 : S1 Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(6)
vi
Dewi Handayani. NIM 1112046100158. The Influence of the Intellectual Capital, Non Performing Financing (NPF), and Capital Adequancy Ratio (CAR) toProfitability in Bank Syariah Mandiri in the period 2008 - 2015. Department of Sharia Banking, Faculty of Economic and Business, , State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.
This research aims to analyze the influence of the Intellectual Capital, Non Performing Financing (NPF), and Capital Adequancy Ratio (CAR) to Profitability in Bank Syariah Mandiri. Dependent variable in this research is Return On Assets as proxies for Profitability. Independent variables of this research are Intellectual Capital use MVAIC model, Non Performing Financing (NPF), and Capital Adequancy Ratio (CAR).
Samples were selected using purposive sampling method. Bank syariah mandiri used as sample. The data used in this research was obtained from the Quarterly Financial Report Bank Syariah Mandiri that published by Bank Indonesia. To analyze data in this research use multiple regression analysis with SPSS 23.00.
The result of this research showed that intellectual capital with MVAIC has positive significant influence on the profitability and NPF has negative significant influence on the profitability. While the Capital Adequancy Ratio (CAR)the has no significant influence to the profitability.
Keywords : Intellectual Capital, Modified Value Added Intellectual Coefficient (MVAIC), NPF,CAR, Profitability, Return On Assets
(7)
vii
NPF dan CAR terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2015. Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Intellectual Capital, Non Performing Financing (NPF), dan Capital Adequancy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Assets yang merupakan Proksi dari Profitabilitas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intellectual Capital yang diproksikan oleh MVAIC, Non Performing Financing (NPF), dan Capital Adequancy Ratio (CAR). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Sampel pada penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan data sekunder, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan Triwulan Bank Syariah Mandiri yang dipublikasikan di Bank Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan pengolahan data menggunakan SPSS versi 23.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital dengan MVAIC berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Sementara itu Capital Adequancy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Kata kunci : Intellectual Capital, Modified Value Added Intellectual Coefficient
(MVAIC), NPF, CAR, Profitabilitas, Return On Assets Pembimbing : Dwi Nur‟aini Ihsan, SE, MM
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi WabarakatuhPuji syujur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam tak lupa pula penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis yang dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat kelulusan dalam jenjang strata I di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan yang disebabkan keterbatasan yang saya miliki. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.
Selanjutnya dalam menyelesaikan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi yang tanpa bimbingan, dorongan, kerja keras, bantuan, dan doa dari berbagai pihak, penyelesaian skripsi ini tentu akan terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu dirasa tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu selama perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu dosen pembimbing, Dwi Nur‟aini Ihsan, SE, MM, yang bersedia memberikan waktu, bimbingan, ilmu dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
(9)
ix
5. Kepada Ibu dan Ayah tercinta,Ibu Siti Khadijah S.Pd.I dan Bapak Suwardi serta Adikku Prastio Bayu Aji yang selalu memberikan segala dukungan baik moril maupun materil. Terima kasih sudah memberikan semangat serta doa yang tiada putusnya. Semoga kesehatan, kebahagiaan, dan keberkahan dari Allah SWT selalu menyertai kalian. Aamiin
6. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012, especially PS D, terkhusus sahabat-sahabat terdekat penulis Maya,Qolebi, Kiki, Dea, Afni, Hafsah, Sade, yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis. Terimakasih sudah memberikan memori yang indah selama kuliah di UIN semoga kesuksesan selalu menyertai kalian. Terima kasih juga buat Farah Dhiba yang sama sama berjuang disaat saat terakhir.
7. Kepada Rizki Ardian yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk setia menemani, memberikan motivasi, mendengar keluh kesah dan tempat bertukar fikiran.
8. Teman-teman KKN Greget dan Keluarga Besar BKMT Desa Barengkok. Maaf dan terimakasih telah menjadi teman hidup dan keluarga baru. Banyak sekali memori yang didapat dari sebulan hidup bersama.
9. Teman-teman Accounting 2012 SMKN 18 Jakarta Khususnya Eka, Anggita, Kiki, Wiwi, Hasbi, Desi, Annisa, Citra yang memberikan semangat dan sama sama berjuang menuntut ilmu di kampusnya masing-masing.
10.Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa terimakasih saya.
Ciputat, Oktober 2016
(10)
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 7
C. Perumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Hipotesis ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
A. Intellectual capital (Modal Intelektual)... 12
B. Komponen Intellectual capital ... 16
C. VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) ... 19
D. M-VAIC (Modified Value Added Intellectual Coefficient) ... 22
E. Non Performing Financing ... 26
F. Capital Adequancy Ratio ... 26
G. Profitabilitas ... 28
1. ROA (Return On Assets) ... 29
(11)
xi
K. Kerangka Konsep ... 36
L. Review Studi Terdahulu ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
A. Metode Penelitian ... 43
1. Pendekatan Penelitian ... 43
2. Jenis Penelitian ... 43
3. Jenis dan Sumber Data ... 43
4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 44
5. Teknik Pengumpulan Data... 44
6. Teknik Pengolahan Data ... 45
7. Teknik Analisis Data ... 45
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 51
1. Variabel Independen ... 51
2. Variabel Dependen ... 55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56
B. Deskripsi Data Penelitian ... 58
C. Statistik Deskriptif ... 64
D. Uji Asumsi Klasik ... 65
6. Uji Normalitas... 65
7. Uji Autokorelasi ... 66
3. Uji Multikolonieritas... 67
4. Uji Heteroskedastisitas ... 68
E. Uji Hipotesis ... 69
1. Koefisien Determinasi (R2) ... 69
(12)
xii
F. Pembahasan ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
(13)
xiii
Tabel 2. 1 Kronologi Kontribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian,
Pengukuran dan Pelaporan IC ... 12
Tabel 2. 2 Klasifikasi Intellectual Capital ... 17
Tabel 2. 3 Kriteria Penilaian Peringkat NPF ... 26
Tabel 2. 4 Kriteria Penilaian Peringkat CAR ... 28
Tabel 2. 5 Kriteria Penilaian Peringkat ROA ... 30
Tabel 2. 6 Ringkasan Studi Terdahulu ... 37
Tabel 4. 1 Perkembangan ROA Bank Syariah Mandiri ... 58
Tabel 4. 2 Perkembangan MVAIC Bank Syariah Mandiri ... 60
Tabel 4. 3 Perkembangan NPF Bank Syariah Mandiri ... 61
Tabel 4. 4 Perkembangan CAR Bank Syariah Mandiri ... 63
Tabel 4. 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 64
Tabel 4. 6 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 66
Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi ... 67
Tabel 4. 8 Hasil Uji Multikolonieritas ... 6785
Tabel 4. 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 70
Tabel 4. 10 Hasil Uji F ... 71
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Konsep Perhitungan ... 25 Gambar 2. 2 Kerangka Konsep ... 36 Grafik 4. 1 Scatterplot Bank Syariah Mandiri ... 69
(15)
1
A. Latar Belakang
Lembaga perbankan merupakan salah satu instrumen penting dalam meningkatkan perekonomian nasional karena lembaga perbankan mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi antara pemilik dana dengan pengguna dana. Dengan lahirnya UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah maka menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat indonesia yaitu sistem perbankan syariah ini tidak menerapkan sistem bunga sehingga dapat membantu masyarakat yang kekurangan modal dalam melakukan usaha bisnisnya dengan menggunakan sistem bagi hasil atau keuntungan.
Seperti yang diungkapkan Peter Drucker yang dikutip oleh Ulum bahwa aset yang paling berharga bagi perusahaan di abad ke-20 adalah peralatan produksinya. Sedangkan aset yang paling berharga institusi di abad ke-21 adalah pekerja berpengetahuan (knowledge workers) dan produktifitasnya1.
Pertumbuhan ekonomi di era globalisasi saat ini melahirkan kebutuhan SDM yang berkualitas yang mendesak untuk dipenuhi. Termasuk juga dalam kehidupan bisnis islami seperti perbankan syariah yang masih kekurangan akan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam bidang ekonomi islam atau perbankan syariah secara khusus. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya karyawan bank syariah yang tidak memiliki latar belakang pendidikan berbasis ekonomi syariah dan hal ini dapat menghambat pertumbuhan perbankan syariah yang kalah saing
1
Ihyaul Ulum, Intellectual capital Konsep dan Kajian Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.86
(16)
dengan perbankan konvensional karna pengetahuan karyawan akan ekonomi syariah masih sedikit.
Di Indonesia, fenomena Intellectual capital (IC) mulai berkembang terutama
setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi no.9) tentang Aset Tidak Berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai Intellectual capital (IC),
namun lebih kurang Intellectual capital telah mendapat perhatian. Aset tidak
berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif, seperti yang dikemukakan dalam PSAK No.192. Penilaian terhadap intellectual capital yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan
kompetitif semakin meningkat, hal tersebut dapat kita lihat dari semakin banyaknya peneliti yang melakukan penelitian terhadap hal tersebut.
Laporan keuangan merupakan media informasi yang mencerminkan kondisi dan kinerja dari suatu perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan informasi bagi para investor, manajemen dan para penggunanya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut. Laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Pengguna laporan keuangan menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen agar mereka dapat membuat strategi atau keputusan ekonomi. Keputusan ini misalnya mencakup keputusan untuk menahan
2Novia Wijaya, “
Pengaruh Intellectual capital terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Pasar perusahaan perbankan dengan metode value add intellectual capital coefficient”, Jurnal bisnis dan Akuntansi, vol 14 no. 3, (Desember,2003), h. 157-180
(17)
atau menjual investasi mereka atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Pada perusahaan yang sudah menerapkan manajemen berdasarkan pengetahuan, modal seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan, dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berdasarkan pengetahuan dan inovasi teknologi. Ini disebabkan dengan menggunakan ilmu dan teknologi kita dapat menggunakan modal lainnya secara efisien dan ekonomis yang pada nantinya akan meningkatkan kinerja perusahaan.3 Kinerja yang baik menunjukkan perusahaan tersebut dapat memaksimalkan kesejahteraan pemegang sahamnya.
Melalui penerapan knowledge based business, maka penciptaan nilai
perusahaan akan berubah. Berkembangnya perusahaan dapat dilihat dari kemampuan manajemen untuk mengelola sumber daya perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan.4 Manajemen perusahaan tercermin dari para karyawan yang tidak lain adalah sumber energi dan inspirasi yang tak habis bagi perusahaan dalam melaksanakan dan menciptakan strategi perusahaan. Dengan kekayaan intelektual yang dimiliki karyawan maka perbankan syariah dapat telah bersaing dan membuat strategi baru untuk mengembangkan usaha.
Sebagaimana intellectual capital yaitu pengetahuan yang ditransformasikan
menjadi sesuatu yang bernilai atau value creation dari aset berwujud dan tidak
3 Rulfah M. Daud dan Abrar Amri, “Pengaruh
Intellectual capital dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, Vol.1 No. 2 (Juli 2008):
h. 214.
4 Isma Dewi Br Panjaitan dan Isfenti Sadalia, “Peng
aruh Intellectual capital Terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Pembangunan Daerah“, Jurnal Media Informasi Manajemen USU Vol.1 No.4 (2013): h. 2.
(18)
berwujud yang dimiliki perusahaan yang berguna untuk pemilik perusahaan, karyawan, manajemen, investor, pemegang saham dan mitra bisnis. Maka dari itu pengukuran intellectual capital yang tepat atas modal intelektual masih terus
dicari dan dikembangkan.
Dari sisi akuntansi, sejumlah penelitian telah dilakukan di berbagai negara untuk mengkaji bagaimana metode untuk mengidentifikasi, mengukur, melaporkan, dan menyajikannya dalam laporan perusahaan. Berbagai metode juga telah ditawarkan, salah satunya adalah VAIC (value added intellectual
coefficient). VAIC dikonstruksikan oleh Pulic (2000) untuk menilai kinerja IC
pada perusahaan. Model penilaian kinerja IC yang dikonstruksikan oleh Pulic menyatakan bahwa Intellectual capital terdiri dari human capital dan structural
capital. Lalu pada akhir tahun 2014 Ihyaul Ulum, Imam Ghozali dan Agus
Purwanto menawarkan komponen tambahan dalam menghitung VAIC, yaitu RCE (Relational Capital) yang dinamakan M-VAIC (Modified VAIC).
Menurut Brinker (1998), Stewart (1997), dan Draper (1998), IC terdiri dari tiga komponen, yaitu human capital, structural capital, customer / relational
capital. Di sisi lain, Sveiby (1998) menggunakan istilah struktur eksternal,
struktur internal, dan kompetensi individu untuk ketiga komponen IC. Dengan demikian, perumusan VAIC ditambahkan ke dalam empat dimensi, HCE, SCE, RCE, dan CEE kemudian disebut sebagai model M-VAIC5. Sehingga dalam penghitungan IC pun mempunyai formula yang berbeda dari rumus yang telah ada
5Ihyaul Ulum, Imam Ghozali, dan Agus Purwanto, “
Intellectual capital Performance of Indonesian Banking Sector: A Modified VAIC (M-VAIC) Perspective”, Asian Journal of Finance & Accounting, Vol. 6 No. 2 (December 2014) h. 104
(19)
sebelumnya yaitu VAIC. Maka menghitung intellectual capital pada perusahaan
menjadi sangat penting karna intellectual capital juga dapat digunakan untuk
memprediksi kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Intellectual capital
merupakan intangibel assets (aset tidak berwujud), sesuatu yang tidak mudah diukur, karena itulah kemudian muncul konsep Modified Value Added Intellectual
Coefficient (M-VAIC) untuk mengukur dan melaporkan IC dengan mengacu pada
informasi keuangan perusahaan.
Dalam hal ini, sektor perbankan dipilih karena; (1) bisnis sektor perbankan adalah “intellectually” intensif atau industri yang paling intensif dalam pengelolaan capital6, (2) secara intelektual karyawan di sektor perbankan
lebih homogen dibanding dengan sektor ekonomi lainnya. (3) hasil penelitian di berbagai negara temasuk Indonesia, menunjukan IC memiliki peran dalam menggerakkan nilai perusahaan (firm’s value).
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset7. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan.
Bank harus memiliki modal yang cukup jika menginginkan laba yang maksimal dan tidak boleh kekurangan modal dalam kegiatan operasionalnya karena dikhawatirkan akan menghambat kinerja bank itu sendiri. Permodalan dalam perbankan dapat diukur dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).
6 Damar Asih Dwi Rachmawati, “Pengaruh
Intellectual capital Terhadap Return On Asset
(ROA) Perbankan”, Jurnal Nomina, Vol. 1 No. 1 (2012): h. 36
7
(20)
Capital Adequacy Ratio (CAR) dijadikan alat ukur permodalan karena rasio
CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan8. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Seperti yang diteliti oleh Bambang Sudiyatno (2010) CAR menunjukkan pengaruh positif terhadap profitabilitas bank, sedangkan penelitian Muh Sabir M menunjukkan tidak adanya pengaruh rasio ini terhadap profitabilitas bank (2012)
.
Penelitian tersebut menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.Rasio penilaian kualitas aset digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal9. Non Performing Financing
(NPF) dijadikan alat ukur rasio kualitas aset karena Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar dan menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPF maka laba atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan semakin meningkat. Seperti yang diteliti oleh Dhian Dayinta Pratiwi (2012) dan Dhika Rahma Dewi (2010) menunjukkan pengaruh negatif terhadap profitabilitas bank. Tetapi penelitian Aulia Fuad Rahman (2012) dan Dita Wulan Sari (2013) menunjukkan NPF berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank. Sedangkan
8
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h.121
9
Dwi Nuraini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 367.
(21)
penelitian Erika Amelia (2015) dan Ahmad Syaugi (2012) menunjukkan tidak adanya pengaruh rasio ini terhadap profitabilitas bank. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.
Rasio CAR sangat penting karena permodalan bank merupakan sumber penting untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank sehingga kinerja dan profitabilitas bank akan tetap terjaga. Rasio NPF juga harus diperhatikan karena dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga dikhawatirkan akan menurunkan pendapatan dan profitabilitas bank.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh Intellectual Capital, NPF dan CAR
terhadap Profitabilitas Bank Syariah dengan menuangkannya dalam penelitian dengan judul “PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, NPF DAN CAR TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2008 – 2015”.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terfokus dan tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Profitabilitas dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA)
(22)
2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Intellectual Capital, NPF, dan CAR.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan Bank Syariah Mandiri kuartal I tahun 2012 sampai dengan kuartal IV tahun 2015.
4. Mengukur intellectual capital menggunakan metode M-VAIC.
5. Objek penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital (M-VAIC), NPF, dan
CAR secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) Bank
Syariah?
2. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital dengan(M-VAIC) secara
parsial terhadap Return On Assets (ROA) Bank Syariah?
3. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) secara
parsial terhadap Return On Assets (ROA) Bank Syariah?
4. Bagaimana pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR) secara
parsial terhadap Return On Assets (ROA) Bank Syariah?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan diatas adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh intellectual capital (M-VAIC), NPF dan
(23)
2. Untuk menganalisis pengaruh intellectual capital (M-VAIC) secara
parsial terhadap Return On Assets (ROA)
3. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF)
secara parsial terhadap Return On Assets (ROA)
4. Untuk menganalisis pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR) secara
parsial terhadap Return On Assets (ROA)
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, merupakan pembelajaran dan menambah wawasan tentang Intellectual capital serta faktor-faktor yang mempengaruhi
profitabilitas bank syariah.
2. Dapat menambah khasanah pengetahuan dan referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan.
3. Bagi pihak perbankan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam suatu pengambilan keputusan berdasarkan dari informasi yang diperoleh untuk merencanakan strategi baru serta peningkatan kinerja bank. Dan diharapkan dari hasil penelitian ini berfungsi sebagai petunjuk bagi kinerja manajer perbankan syariah dalam mengelola intellectual capital yang dimiliki sehingga dapat menciptakan nilai
lebih bagi perusahaan serta diharapkan menjadi sarana evaluasi terhadap kinerja keuangan bank khususnya dalam upaya mengoptimalkan dan meningkatkan profitabilitas bank.
(24)
4. Bagi pihak lain, diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan referensi untuk menilai kinerja intellectual capital perbankan syariah
dan mengenai relevansi pengungkapan intellectual capital dalam
laporan keuangan. Karena belom ada standarisasi mengenai penyajian dan pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan
perusahaan. Serta membantu investor untuk mengetahui competitive advantage suatu perusahaan perbankan syariah dengan melihat kinerja intellectual capital dan variabel-variabel yang mempengaruhi
profitabilitas bank.
F. Hipotesis
Hipotesis yang akan dijawab pada penelitian ini adalah :
Ho : Intellectual Capital (M-VAIC), NPF, dan CAR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA
Ha : Intellectual Capital (M-VAIC), NPF, dan CAR berpengaruh
signifikan terhadap ROA
G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika penulian.
(25)
Kajian teoritis, pada bab ini akan disajikan teori terkait intellectual capital,
Non Performing Financing, Capital adequancy Ratio dan Return On
Assets serta metode penghitungan intellectual capital dengan M-VAIC.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian, terdiri dari ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis, dan penjelasan mengenai operasional variabel.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis dan pembahasan, berisi data penelitian mengenai pengaruh Intellectual capital, Non Performing Financing, Capital adequancy Ratio
terhadap Return On Assets Bank Syariah Mandiri periode 2012-2015,
hasil analisis regresi dan interpretasi.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran mengenai permasalahan yang terkait.
(26)
12
LANDASAN TEORI
A. Intellectual capital (Modal Intelektual)
Beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap pengelolaan intellectual
capital (IC) telah meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya kesadaran
bahwa modal intelektual merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk dapat menciptakan nilai. Ketertarikan mengenai intellectual capital (IC) berawal
ketika Tom Stewart, Juni 1991, menulis sebuah artikel yang berjudul Brain
Power-How Intellectual capital Is Becoming America’s Most Valuabel Asset, yang mengantar IC kepada agenda manajemen.10
Tabel 2. 1 Kronologi Kontribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC
Period Progress
Awal 1980-an Muncul pemahaman tentang intangibel value (biasanya disebut “goodwill”)
Pertengahan1980-an Era informasi (information age) memegang peranan, dan selisih (gap) antara nilai buku dan nilai pasar semakin tampak jelas dibeberapa perusahaan.
Akhir 1980-an Awal usaha para konsultan (praktisi) untuk
membangun laporan/akun yang mengukur intellectual capital (Sveiby 1988).
Awal 1990-an Prakarsa secara sistematis untuk mengukur dan melaporkan persediaan perusahaan atas intellectual
10
Ihyaul Ulum, Intellectual capital Konsep dan Kajian Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 18
(27)
capital kepada pihak eksternal (misalnya: Celemi and Skandia, SCSI,1995).
Pada tahun 1990, Skandia AFS menugaskan Leif Edvinsson sebagai “Direktur intellectual capital”. Hal ini adalah untuk kali pertama bahwa tugas pengelolaan intellectual capital diangkat pada posisi formal dan mendapatkan legitimasi perusahaan.
Kaplan dan Norton memperkenalkan konsep tentang balance scorecard (1992).
Pertengahan 1990-an Nokana dan Takeuchi (1995) mempresentasikan karya yang sangat berpengaruh terhadap “penciptaan pengetahuan perusahaan”. Meskipun buku ini berkosentrasi pada “knowledge‟, pembedaan antara pengetahuan dan intellectual capital dalam buku ini cukup menunjukan bahwa mereka fokus pada intellectual capital.
Pada tahun 1994, sumplemen laporan tahunan Skandia dihasilkan. Sumplemen ini fokus pada penyajian dan penilaian persediaan perusahaan atas intellectual capital. Visualisasi IC menarik minat perusahaan lain untuk mengikuti petunjuk Skandia.
Sensasi lainnya terjadi pada tahun 1995 ketika Celemi menggunakan knowledge audit untuk menawarkan suatu taksiran detail atas pernyataan intellectual capitalnya.
Para pioner intellectual capital mempublikasikan buku-buku laris dengan topik IC (Kaplan dan Norton, 1996; Edvison and Malone, 1997; Sveiby, 1997). Karya Edvison and Malone lebih banyak mengupas tentang proses dan „bagaimana‟ pengukuran IC.
(28)
Akhir 1990-an Intellectual capital menjadi topik popular dengan koferensi para peneliti dan akademisi, working paper dan publikasi lainnya menemukan audien.
Peningkatan jumlah proyek–proyek besar (misalnya the MERITUM project; Danish; Stockholm) yang diselenggarakan dengan tujuan antara lain, untuk memperkenalkan beberapa penelitian tentang intellectual capital.
Pada tahun 1999, OECD menyelenggarakan simposium internasional tentang intellectual capital di Amsterdam.
Sumber : Petty and Guthrie (2000) dalam Ulum (2009)
Ada banyak definisi berbeda mengenai modal intelektual (intellectual
capital) diantaranya:
1. Stewart, seperti dikutip oleh Ulum, mendefinisikan Intellectual capital
sebagai berikut:11
” The sum of everything in your company knows that gives you a competitive edge in the market place, it is intellectual material– knowledge, information, intellectual property, experience–that can be put to use to create wealth”.
(Modal Intelektual yaitu jumlah dari semua orang di perusahaan yang memberikan keunggulan kompetitif di pasar, yaitu materi intelektual - pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, pengalaman - yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kekayaan),
11
(29)
2. Bontis, Mendifinisikan Intellectual capital sebagai12:
“Intellectual capital is elusive, but once it is discovered and exploited, it may provide an organisation with a new resource-base from which
to compete and win”.
(Modal Intelektual sulit dipahami, tetapi setelah modal intelektual ditemukan dan dieksploitasi, akan memberikan sumber daya yang baru untuk bersaing dan menang).
3. Sawarjuwono dan Kadir, mendefinisikan Intellectual capital:13
“Jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (Human Capital, Structural Capital, Customer Capital) yang berkaitan
dengan pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai lebih begi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi.”
4. Michael Heng, seperti dikutip oleh Sangkala, mengartikan IC sebagai14:
“Aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan daya tahan dan keunggulan perusahaan”
5. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) seperti dikutip oleh Ulum menjelaskan Intellectual Capital (IC)
sebagai:
12
Nick Bontis, Intellectual Capital: an Exploratory study that Develop Measure and Models, Manajemen Decision, Vol.36, No.2, (1998), h.63
13
Sawarjuwono Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir, Intellectual capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (Sebuah Library Research), Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.5, No. I (2003), h. 38
14 Sangkala, ”
Intellectual capital Management Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan”, (Jakarta: Yapensi, 2006), h.7
(30)
Nilai ekonomi dari dua kategori asset tak berwujud: (1) organizational (structural) capital; dan (2) human capital. Organizational (structural)
capital meliputi didalamnya system software, jaringan distribusi, dan
rantai pasokan. Sedangkan Human capital meliputi sumber daya
manusia yang ada di dalam organisasi tersebut seperti karyawan dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan supplier15.
Dengan demikian, intellectual capital merupakan aset tidak
berwujud perusahaan atau sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang dapat menciptakan nilai bagi perusahaan dan akan mendatangkan keuantungan dimasa depan. Aset berbasis pengetahuan tersebut beerada di dalam diri anggota perusahaan yang disebut dengan modal manusia (human capital) dan
di dalam organisasi yang disebut dengan modal struktural (structural
capital).dimana pengetahuan tersebut akan menjadi modal intelektual
bila diciptakan, dipelihara dan ditransformasi menjadi inovasi atau strategi baru serta diatur dengan sebaik mungkin.
B. Komponen Intellectual capital
Dengan memahami komponen – komponen intellectual capital dalam kaitannya dengan strategi pengelolaan intellectual capital (modal intelektual)
maka diharapkan dapat memberikan dasar bagi perusahaan untuk mampu menciptakan nilai tambah. IFAC (International Federation of Accountants)
15
Ihyaul Ulum, Intellectual Capital Konsep Kajian Dan Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2009), h.21
(31)
mengklasifikasikan intellectual capital kedalam tiga kategori, yaitu:
organizational capital, relational capital, dan human capital. Berikut tabel
pengklasifikasian komponen intellectual capital tersebut16.
Tabel 2. 2 Klasifikasi Intellectual Capital
Organizational Capital Relational Capital Human Capital
Intellectual Property : Brands Know-how
Patens Customers Education
Copyrights Customers loyalty Vocational qualification Design rights Backlog orders Work-related knowledge Trade Secret Company names Work-related
Trademarks Distribution channels Competencies
Service marks Bussiness Enterpreneurial spirit,
Infrastructure Assets : Collaboration innovativeness, proactive Management philosophy Licensing agreements and reactive abilities, Corporate culture Favourable contracts changebility,
Management Processes Franchising Psycometric valuation Information systems Agreements
Networking systems Financial relations
Sumber : IFAC (1998) dalam Ulum (2009)
Dalam penelitian kali ini, peneliti membahas komponen Intellectual
capital, yaitu Human Capital, Structural Capital dan Capital Employed.
1. Human Capital
Salah satu komponen dari Intellectual capital yang sangat
menentukan Intellectual capital yang efisien adalah Human Capital.
Human Capital merupakan unsur utama dalam modal intelektual. Human
Capital merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan dalam
bentuk kemampuan intelektual, kreatifitas dan inovasi-inovasi yang dimiliki karyawannya.
16
(32)
Human Capital merujuk kepada nilai pengetahuan, keterampilan,
inovasi dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota perusahaan. Berbagai ahli mendefinisikan human capital sebagai pengetahuan yang dimiliki oleh
karyawan perusahaan melalui proses pendidikan dan pelatihan. Edvinson dan Malone mendefinisikan human capital sebagai kombinasi
pengetahuan, keterampilan, inovasi dan kemampuan anggota perusahaan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.17
Beberapa ahli menyatakan bahwa, peran modal manusia dalam intellectual capital sangat penting, karena proses penciptaan modal
pelanggan (customer capital) berada pada komponen modal manusia
(human capital) dan kemudian di bantu oleh modal struktur (structural
capital). Modal manusialah yang berinteraksi dengan para pelanggan, yang
mengetahui apa pengetahuan, keterampilan dan nilai yang diharapkan oleh pelanggan18.
2. Structural Capital
Structural Capital merupakan sesuatu yang menjadikan perusahaan
tetap kokoh akibat nilai yang telah dicapai oleh perusahaan mulai bekerja dengan sendirinya untuk kemajuan perusahaan. Structural Capital
termasuk didalamnya segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan manusia, yaitu terdiri dari database, struktur organisasi, rangkaian proses,
strategi dan segala sesuatu yang menciptakan nilai perusahaan lebih tinggi
17Sangkala, ”
Intellectual capital Management Strategi Baru Membangun Daya Saing
Perusahaan”, (Jakarta: Yapensi, 2006), h.40 18
(33)
dari nilai meteriilnya. Perusahaan yang memiliki structural capital yang
kuat akan memiliki budaya yang mendukung individu-individu di
dalamnya untuk mencoba hal baru, untuk belajar lebih banyak, dan mengalami kegagalan.
Advinson dan Malone mendefinisikan structural capital yang
diisitilahkan dengan modal perusahaan, sebagai kemampuan perusahaan untuk membagi dan menggirimkan pengetahuan, dimana bentuknya dapat berupa hardware, software, database, struktur perusahaan, hak paten, dan
trendmark19
3. Capital Employed atau Relational Capital20
Sedangkan tema utama dari Relational capital adalah
pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer
relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui
jalannya bisnis. Relational capital antara lain terdiri dari: merk,
pelanggan, loyalitas pelanggan, nama perusahaan, jaringan distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian lisensi, kontrak yang menguntungkan dan perjanjian franchise.
C. VAIC (Value Added Intellectual Coefficient)21
Metode Value Addde Intellectual capital Coefficient (VAIC)
dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1997 yang di desain untuk
19
Ibid, h.48
20
Ihyaul Ulum, Intellectual capital Konsep dan Kajian Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 30
21
(34)
menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud
(tangible asset) dan asset tidak berwujud (intangible asset) yang dimilkiki
perusahaan. VAIC merupakan instrument untuk mengukur kinerja intellectual
capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk
dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi).
Model VAIC dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added. Value Added adalah indikator paling objektif untuk
menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih antara output
dan input. Output (OUT) merepresentasikan revenue. Didalam laporan
keuangan terdapat dalam akun pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam meperoleh revenue. Hal paling penting dalam model ini adalah bahwa beban
karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam input. Karena peran
aktifnya dalam proses penciptaan nilai, maka intellectual potencial (yang
direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya dan
tidak termasuk dalam kompunen IN, karena itu aspek kunci dalam model Pulic ini adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creatio entity). Didalam laporan keuangan komponen IN terdapat
dalam akun bagi hasil untuk investor dana tidak terikat, beban penyisihan penghapusan aktiva, beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi, beban operasional (dikurang beban karyawan), dan beban non operasional.
(35)
Setelah memperoleh nilai value added, maka selanjutnya adalah
mencari informasi tentang seberapa efisien value added diciptakan. Caranya
adalah dengan mengitung komponen-komponen utama dari VAIC yaitu VACA (Value Added Capital Employed), VAHU (Value Adde Human
Capital) dan STVA (Structural Capital Value Added).
a. VACA (Value Added Capital Employed)
VACA adalah indikator Value Added (VA) yang teercipta atas modal
yang diusahakan perusahaan dengan efisien. VACA ini menggambarkan seberapa banayak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. Didalam laporan keuangan, capital employed terdapat dalam akun ekuitas. Jika 1 unit dari capital
employed menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan
yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan capital employed-nya. Dengan demikian, pemanfaatan
capital employed yang baik merupakan IC perusahaan.22
b. VAHU (Value Adde Human Capital)
VAHU menunjukkan seberapa banyak Value Added dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU ini mengindikasikan kemampuan HC (Human Capital) untuk
menciptakan nilai di dalam perusahaan. Didalam model ini, human
capital direpresentasikan oleh beban karyawan. Didalam laporan
keuangan human capital terdapat dalam akun beban personalia.
22
Ihyaul, Ulum, Intellectual capital Konsep dan Kajian Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 87
(36)
c. STVA (Structural Capital Value Added)
STVA menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam proses
penciptaan nilai. Besarnya nilai SC juga tergantung pada nilai human
capital (HC) pada perusahaan. Semakin besar kontribusi HC dalam
value creation maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal
tersebut. Hal ini dikarenakan nilai SC didapatkan dari jumlah pengurangan Value Added (VA) dengan Human Capital (HC).
Kamath mengelompokan kinerja bank berdasarkan IC ke dalam 4 (empat) kategori, perbedaannya terletak pada nilai VAICTM yang dijadikan dasar untuk mengelompokan bank23, yaitu:
1) “Top performers” – untuk bank dengan nilai VAICTM di atas 5.
2) “Good performers” – untuk bank dengan nilai VAICTM antara 4 dan 5. 3) “Common performers” – untuk bank dengan nilai VAICTM antara 2.5 dan
4.
4) “Bad performers” – untuk bank dengan nilai VAICTM di bawah 2.5.
D. M-VAIC (Modified Value Added Intellectual Coefficient)24
Modified VAIC (M-VAIC) merupakan model pengukuran kinerja
Intellectual capital yang berbasis pada modelnya Pulic, VAIC ™. Model ini diawali dengan menempatkan perhitungan VA sebagai titik awal yaitu dengan menggunakan rumus yang diusulkan oleh Pulic (2000a) :
VA = OP + EC + D + A
23
Ibid, h. 92
24
Ihyaul, Ulum, Intellectual capital Model Pengukuran Framework Pengungkapan dan Kinerja Organisasi, (Malang: UMM Press, 2015), h. 111-113
(37)
OP adalah Operating Profit atau Laba Operasi, EC adalah employee costs
atau biaya karyawan, D adalah depreciation atau depresiasi, dan A adalah
amortisations atau amortisasi. Selain itu VA juga bisa dihitung dengan
formula awal dari Pulic (2000a) yaitu VA = OUT – IN. OUT adalah total penjualan dan pendapatan lain, dan IN adalah beban penjualan dan biaya biaya lain kecuali beban karyawan. Selanjutnya adalah menghitung efisiensi dari IC dengan menggunakan model Pulic (VAIC ™) yang dimodifikasi.
Menurut Pulic (2004), VAIC ™ merupakan hasil penjumlahan dari intellectual capital efficiency (ICE) dan capital employed efficiency (CEE),
sementara ICE adalah HCE (human capital efficiency) ditambah SCE
(structural capital efficiency). Formula untuk menghitungnya adalah
sebagai berikut :
HCE = VA / HC (Pulic, 2000a)
• HCE = Human Capital Efficiency : rasio dariVA terhadap HC. • VA = value added atau nilai tambah
• HC = Human Capital: total salaries and wages; beban karyawan.
SCE = SC / VA (Pulic, 2000a)
• SCE = Structural Capital Efficiency: rasio dari SC terhadap VA • SC = Structural Capital: VA-HC
• VA = value added atau nilai tambah
Pulic (2004) berpendapat bahwa untuk memiliki gambaran yang luas tentang efisiensi seluruh sumber daya, penting untuk mengambil
(38)
modal finansial atau modal fisik (capital employed) sebagai salah satu pertimbangan. Efisiensi dari modal yang digunakan dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :
CEE = VA / CE (Pulic, 2000a)
• CEE = Capital Employed Efficiency: rasio dari VA terhadap CE • VA = value added atau nilai tambah
• CE = Capital Employed: nilai buku dari total aset perusahaan.
Menurut Brinker (1998), Stewart (1997), dan Draper (1998), IC terdiri dari tiga komponen, yaitu human capital, structural capital,
customer capital. Sementara Sveiby (1998) menggunakan istilah external
structure, internal structure dan individual competence untuk ketiga
komponen IC tersebut. Oleh karena itu dalam M-VAIC ini CC ( dalam penelitian ini digunakan istilah RC / Relational Capital) ditambahkan dalam konstruksi ukuran kinerja IC. RC diproksikan dengan biaya pemasaran (Nazari dan Herremans, 2007). RCE (relational capital
efficiency) dihitung dengan formula sebagai berikut :
RCE = RC / VA
• RCE = relational capital efficiency: rasio dari RC terhadap VA
• RC = Relational Capital: biaya pemasaran (Nazari & Herremans, 2007) • VA = value added atau nilai tambah
Secara utuh, M-VAIC diformulasikan sebagai berikut:
1. M-VAIC = ICE + CEE (Pulic, 2000a)
(39)
3. HCE = VA / HC (Pulic, 2000a)
4. SCE = SC / VA (Pulic, 2000a)
5. RCE = RC / VA
6. CEE = VA / CE (Pulic, 2000a)
atau
M-VAIC25 = HCE + SCE + RCE + CEE
Gambar 2. 1 Konsep Perhitungan
Sumber : Jurnal M-VAIC, Asian Journal of Finance & Accounting Vol. 6 No.2 tahun 2014
25
Ihyaul Ulum, Imam Ghozali, dan Agus Purwanto, “Intellectual capital Performance of Indonesian Banking Sector: A Modified VAIC (M-VAIC) Perspective”, Asian Journal of Finance & Accounting, Vol. 6 No. 2 (December 2014) h. 104
(40)
E. Non Performing Financing
Non Performing Financing (NPF) pada Bank Syariah selalu digunakan oleh bank pada saat mempublikasikan kondisi kinerja bank. NPF adalah mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Bank dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank26. Rumus menghitung NPF sebagai berikut :
NPF = Pembiayaan (KL, D, M) Pembiayaan Kriteria Penilaian peringkat :
Tabel 2. 3 Kriteria Penilaian Peringkat NPF
Kriteria Penilaian NPF Keterangan
Peringkat 1 NPF < 2% Sangat Baik
Peringkat 2 2% ≤ NPF < 5% Baik
Peringkat 3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik
Peringkat 4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Baik
Peringkat 5 NPF ≥ 12% Tidak Baik
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS Tahun 2007
F. Capital Adequancy Ratio
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber luar bank, seperti dana-dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk
26
Dwi Nuraini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 368.
(41)
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-keruagian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko27. Berdasarkan ketentuan bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8% dari ATMR. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for
International Settlements). Semakin besar Capital Adquacy Ratio (CAR) maka
keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.
Rumus menghitung CAR/KPMM adalah sebagai berikut28 : CAR = Mtier1 + Mtier2 + Mtier3 – Penyertaan
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko Dimana:
M tier1 : Modal inti
M tier2 : Modal pelengkap
M tier3 : Modal pelengkap tambahan
Penyertaan : Penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat Bank memiliki atau
27
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 121.
28
Dwi Nuraini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 362.
(42)
akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.
ATMR : Aktiva Tertimbang menurut risiko. Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Kriteria Penilaian peringkat :
Tabel 2. 4 Kriteria Penilaian Peringkat CAR
Kriteria Penilaian KPMM Keterangan
Peringkat 1 KPMM ≥ 12% Signifikan lebih tinggi
dari ketentuan
Peringkat 2 9% ≤ KPMM < 12% Lebih tinggi dari
ketentuan
Peringkat 3 8% ≤ KPMM < 9% Sedikit diatas dari
ketentuan
Peringkat 4 6% ≤ KPMM < 8% Sedikit dibawah dari ketentuan
Peringkat 5 KPMM ≤ 6% Lebih rendah dari
ketentuan Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS Tahun 2007
G. Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Dalam perhitungan rasio rentabilitas biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat dalam laporan laba rugi ataupun hubungan timbal balik antar pos yang terdapat dalam laporan laba rugi bankdengan pos-pos pada neraca
(43)
bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan29. Analisis rasio rentabilitas suatu bank salah satunya adalah Return On
Assets. Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya
laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aset atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return On Assets (ROA). Hal ini
dikarenakan Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat30. Maka dari itu, penelitian ini memilih variabel Return On
Assets (ROA) sebagai proksi dari Profitabilitas.
1. ROA (Return On Assets)
Adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan31. Formula Return On Assets adalah sebagai berikut :
29
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h.118
30
Ibid h. 119
31
Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management,(Jakarta:lembaga penerbit FEUI,2006 h. 156
(44)
ROA = Laba Sebelum Pajak X 100%
Total Aset (Rata-rata)
Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari aset yang dimiliki. Apabila rasio ini tinggi berarti menunjukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak manajemen32. Rasio ROA yang semakin tinggi menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan aset yang berarti semakin baik. Jadi semakin tinggi nilai ROA menunjukkan kinerja keuangan perusahaan semakin baik.
Tabel 2. 5 Kriteria Penilaian Peringkat ROA
Kriteria Penilaian ROA Keterangan
Peringkat 1 ROA > 1,5% Sangat tinggi
Peringkat 2 1,25% < ROA ≤ 1,5% Tinggi
Peringkat 3 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup tinggi
Peringkat 4 0% < ROA ≤ 0,5% Rendah
Peringkat 5 ROA ≤ 0% Sangat rendah
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS Tahun 2007
H. Intellectual Capital dan Profitabilitas
Intelectual capital memiliki peran yang sangat penting dan
strategis di dalam perusahaan. Intellectual capital diyakini sebagai faktor
penggerak dan pencipta nilai perusahaan (value driver & creation).
penciptaan nilai yang tidak berwujud (intangible value creation) harus
mendapatkan perhatian yang cukup, karena hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap kinerja perusahaan. Harrison dan Sullvian dalam Ulum menegaskan bahwa IC merupakan sumber daya yang terukur untuk
32
Ulfi kartika oktaviana dan fitriyah, Financial ratio to distinguish banks, islamic business units and conventional banks in indonesia, (Jakarta: Kemenag RI, 2012) hal. 149
(45)
peningkatan competitive advantages, IC akan memberikan kontribusi
terhadap kinerja keuangan perusahaan33.
Hubungan IC dengan kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara. Firer dan Williams (2003) dan Ihyaul Ulum (2008) telah membuktikan bahwa modal intelektual mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan VAIC™ yang diformulasikan oleh Pulic (1998) sebagai ukuran kemampuan intelektual. Ihyaul Ulum (2008), Nik dan Amin (2009), Budi Artinah (2011), dan Hasna Fatima (2012), Faezal Thaib (2013) juga telah membuktikan bahwa intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, dengan pengelolaan intellectual capital yang baik perusahaan dapat
menciptakan value added yang berguna dalam peningkatan kinerja
perusahaan yang di proksikan dengan ROA.
Kemudian Menurut Santosus dan Surmacz, bagi perusahaan yang mampu menciptakan dan mengembangkan, memelihara, mengungkit dan memperbaharui intellectual capitalnya akan memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai (value) yang dapat meningkatkan
kekayaannya.34 Pencipataan nilai dalam konteks ini adalah dengan
33
Ihyaul Ulum, Intellectual capital Konsep dan Kajian Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.94
34Sangkala, ”
Intellectual capital Management Strategi Baru Membangun Daya Saing
(46)
memanfaatkan seluruh potensi yang di miliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (pyhsical capital) maupun structural capital.
Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian dapat mendorong kinerja
keuangan perusahahaan untuk kepentingan stakeholder35.
Jadi, bagaimanapun juga intellectual capital diyakini dapat
berperan penting di dalam peningkatan kinerja perusahaan. Penelitian-penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan ROA. Intellectual capital merupakan sebuah pengetahuan yang
dapat membantu perusahaan dalam menciptakan suatu produk inovatif. Dengan produk inovatif bank dapat meningkatkan penjualannya, sehingga peningkatan penjualan berdampak pada peningkatan laba yang dihasilkan.
Karena tujuan akhir dari aktifitas bank adalah menghasilkan laba. Laba meningkat maka profitabilitas bank akan meningkat, Oleh karena itu semakin tinggi modal intelektual maka laba semakin meningkat, sehingga terjadi peningkatan profitabilitas perusahaan.
Apabila intellectual capital meningkat, maka kinerja keuangan
akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Intellectual capital
dikatakan sebagai asset yang secara alami tidak nyata, yang sekarang
35
Ihyaul Ulum, Intellectual capital Konsep dan Kajian Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.6
(47)
ini dapat diterima dan dinyatakan sebagai suatu asset utama perusahaan dalam bentuk strategi dan inovasi baru yang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam bersaing dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.
I. NPF dan Profitabilitas
Menurut M. Kabir Hassan, tingkat profitabilitas bank dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Beberapa faktor tersebut adalah karakteristik bank, indikator makro, perpajakan, struktur keuangan, kualitas asset, modal, dan likuiditas.36
Menurut Lukman Dendawijaya37, Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa:
1. Hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.
2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang
menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang di klasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal
36Muhammad Kabir Hassan, dan Abdel-Hameed M. Bashir, “Determinants of Islamic
Banking Profitabilitas”. ERF paper , International Journal. (2002), hlm. 15-18.
37
(48)
bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (Capital
Adequancy Ratio).
4. Return On Assets (ROA) mengalami penurunan.
5. Dapat menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode CAMEL.
Rasio kualitas aset dalam penelitian ini diproksikan dengan NPF. Jika NPF tidak ditangani dengan tepat akan menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan income dari pembiayaan yang diberikan sehingga akan mengurangi laba dan mengurangi kemampuan bank untuk memberikan pembiayaan. Banyaknya pembiayaan yang bermasalah membuat bank syariah tidak berani meningkatkan penyaluran pembiayaan secara optimal dan dapat menurunkan profitabilitas bank. Teori ini di dukung oleh penelitian Dhika Rahma Dewi (2010) dan Dhian Dayinta Pratiwi (2012).
J. CAR dan Profitabilitas
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-keruagian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko38.
Semakin besar rasio CAR, maka akan semakin rendah kemungkinan timbulnya kerugian bank akibat aktiva yang berisiko dan juga dapat meningkatkan kepercayaan terhadap masyarakat. Dengan
38
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 121.
(49)
semakin rendah kemungkinan timbulnya kerugian bank, maka semakin besar pula tingkat profitabilitas suatu bank. Dengan demikian semakin besar rasio CAR maka semakin besar pula profitabilitas bank.
Bank perlu mempertahankan atau meningkatkan nilai CAR sesuai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu minimal 8%, karna dengan mempunyai modal yang cukup maka bank dapat melakukan usaha yang semakin luas dan dengan tujuan untuk meningkatkan profitabilitas. Teori ini didukung oleh penelitian Bambang sudiyanto (2010), Rahmat Abdillah (2015) dan Fitriani Prastiyaningtyas (2010).
(50)
K. Kerangka Konsep
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep
(51)
L. Review Studi Terdahulu
Tabel 2. 6 Ringkasan Studi Terdahulu
No Peneliti dan Judul
Varibel & Metode
Hasil Persamaan Perbedaan
1 Siti
Nurhotimah. Skripsi. UIN Jakarta (2015) “Pengaruh Intellectual Capital, Modal, dan Likuiditas terhadap Probabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia” Variabel Y : Profitabilitas X : Intellectual Capital (VAICTM), Rasio Equity to Total Asset, dan Finance to Deposit Ratio (FDR) Metode : regresi data panel Common Effec Model Intellectual Capital dan Modal berpengaruh positif signifikan terhadap probabilitas tema penelitian terkait dengan intellectual capital dan penggunaan variabel ROA sebagai proksi dari profitabilitas. Alat ukur untuk mengukur intellectual capital yaitu M-VAIC dan penambahan variabel independen yaitu NPF dan CAR.
2. Damar Asih Dwi Rachmawati. Jurnal Nomina Vol 1 No.1 Variabel Y : Return On Assets (ROA) X : Intellectual Hasil menunjukka n bahwa terdapat pengaruh positif Penggunaan ROA sebagai variabel dependen dan IC sebagai Alat ukur untuk mengukur intellectual capital yaitu M-VAIC dan
(52)
(2012) “Pengaruh Intellectual capital Terhadap Return On Asset (ROA) Perbankan” Capital (VAICTM)
Metode : Analisis Regresi Linier Sederhana antara intellectual capital terhadap Return On Asset (ROA). variabel independen. penambahan variabel independen yaitu NPF dan CAR.
3. Ihyaul Ulum, Imam Ghozali dan Agus Purwanto, Asian Journal of Finance & Accounting, Vol.6, No.2 (2014) “Intellectual capital Performance of Indonesian Banking Sector : A Modified VAIC (M-VAIC) Perspective” Variabel : HCE (Human Capital Efficiency), SCE (Structural Capital Efficiency) , CEE (Capital Employed Efficiency), RCE (Relational Capital Efficiency) Metode : deskriptif dengan pendekatan Nilai M-VAIC sektor perbankan Indonesia memiliki range agak panjang, yaitu antara -21,41 sampai 5.20. Berdas arkan nilai M-VAIC, kinerja IC diklasifikasi kan menjadi empat, yaitu Top Performers, Good Performers, Menggunaka n metode M-VAIC untuk mengukur Intellectual capital Menganalisis menggunakan regresi linier berganda dengan penambahan variabel NPF dan CAR sebagai variabel independen dan menggunakan ROA sebagai variabel dependen.
(53)
kuantitatif Common Performers, dan Bad Performers. Hasil penelitian menunjukka n bahwa tiga dari empat bank pemerintah di Indonesia berada di kategori Top Performers. 4. Dhian
Dayinta Pratiwi Universitas Diponegoro Semarang (2012) “Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap ROA Bank Umum Syariah Variabel Y : ROA
X : CAR, BOPO, NPF, FDR Metode : Regresi Linier Berganda CAR berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA .sedangkan variabel FDR berpengaruh positif terhadar ROA. Dan variabel BOPO dan
Penggunaan ROA sebagai variabel dependen dan
penggunaan variabel
CAR, NPF
sebagai variabel independen
Objek pada penelitian adalah Bank Syariah Mandiri periode 2008-2015 serta penambahan variabel independen yaitu intellectual capital
dengan
M-VAIC serta tidak
(54)
periode 2005-2010”
NPF
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA
memakai variabel
BOPO dan
FDR.
5. Rowland Bismark Fernando Pasaribu, Dionysia Kowanda, Sugiharti Binastuti, Ade Prasetyo. Jurnal Ekonomi & Bisnis Vol.8 No.3 (2014) “Pengaruh Intellectual Capital, BOPO, DER dan LDR Terhadap Return On Assets Emiten Perbankan di Variabel Y : ROA X :
Intellectual Capital (VAICTM), BOPO, DER, LDR Metode : Regresi Linier Berganda STVA dan VACA berpengaruh terhadap ROA, BOPO , DER berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA, dan LDR berpengaruh positif terhadap ROA tetapi VAHU tidak berpengaruh terhadap ROA. Menggunaka n variabel IC sebagai variabel independen dan menggunaka n variabel ROA sebagai variabel dependen. Alat ukur untuk mengukur intellectual capital yaitu M-VAIC dan penelitian ini menggunakan variabel NPF dan CAR sebagai variabel dependen.
(55)
Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012” 6. Erika
Amelia, Al-Iqtishad Vol VII No.2 Juli (2015) “Rasio Keuangan dan pengaruhnya terhadap Profitabilitas di Perbankan Syariah” Variabel Y : ROA X : CAR, NPF, FDR, BOPO Metode : regresi linier berganda Variabel CAR, NPF, FDR, BOPO Secara simultan berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan Variabel bopo secara parsial berpengaruh terhadap ROA. Penggunaan variabel CAR dan NPF sebagai variabel independen serta penggunaan ROA sebagai variabel dependen Objek pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah Bank Syariah Mandiri periode 2008-2015 serta penambahan variabel independen yaitu intellectual capital dengan M-VAIC serta tidak memakai variabel BOPO dan FDR. 7. Ihyaul Ulum,
dkk. Paper dalam Variabel Y : Profitabilitas VACA berhubunga n positif dan
Penggunaan IC sebagai variabel Menggunaka n variabel NPF dan
(56)
“Simposium Nasional Akuntansi XU Pontianak (2008) “Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan: suatu analisis dengan pendekatan Partial Least Square” yang di proksikan dengan ROA dan Produktifitas yang di proksikan dengan ATO X : Intellectial Capital (VAICTM), Rate of Growth of IC (ROGIC) Metode : Partial Least Square signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan sementara STVA hanya berhubunga n dengan ROA, dan VAHU hanya berhubunga n dengan Produktifita s ATO. Serta tidak ada pengaruh ROGIC terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan. independen dan ROA sebagai variabel dependen. CAR sebagai variabel dependen serta penggunaan Bank Syariah Mandiri sebagai objek penelitian.
(57)
43
A. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik39 serta menampilkan hasilnya. Kemudian menerangkan hubungan hubungan, membuat hipotesis, menjawab rumusan masalah yang telah dibuat serta membuat kesimpulan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Kuantitatif Deskriptif, yaitu penelitian yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data40. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dari data data rasio ROA , NPF, CAR dan Intellectual capital dengan M-VAIC yang diperoleh
dari Laporan Keuangan triwulan Bank Syariah Mandiri dari periode 2008 – 2015.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif karena data yang digunakan berupa angka-angka. Sedangkan Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari neraca
39
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, Alfabeta, 2009, h. 7
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet XIII (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2006), h. 12
(58)
dan laporan laba rugi Bank Syariah Mandiri dari periode 2012 - 2015. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan publikasi bank di website Bank Indonesia.
4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah 12 Bank Umum Syariah. Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria dan tujuan. Bank Syariah Mandiri dipilih karena merupakan Bank Umum Syariah (BUS) yang sampai dengan 2015 masih menempati posisi sebagai bank syariah dengan pangsa pasar dan aset terbesar dalam industri perbankan syariah di Indonesia. Per akhir 2015, aset BSM telah mencapai sebesar Rp70,37 triliun, pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp51,09 triliun, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat mencapai sebesar Rp62,11 triliun41 serta BSM menyediakan laporan keuangan triwulan yang tersedia secara lengkap selama periode 2008-2015.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca buku-buku dari beberapa literatur, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan yang berkaitan dan mendukung penelitian ini seperti Buku Intellectual capital Model Pengukuran Framework Pengungkapan
41
(59)
dan Kinerja Organisasi, Intellectual Capital Kajian Konsep dan
Empiris karya Ihyaul Ulum dan Buku Intellectual capital
Management Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan
karya Sangkala. b. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data laporan keuangan Bank Syariah Mandiri periode 2008 – 2015.
6. Teknik Pengolahan Data
Guna mengubah data mentah menjadi data yang dapat terbaca dan terinterpretasi dengan baik, maka dalam penelitian ini data diambil dari setiap akun akun yang dibutuhkan untuk perhitungan dan penilaian intellectual capital yang menggunakan metode M-VAIC (Modified
Value Add Intellectual capital) kemudian diolah menjadi rasio
menggunakan rumus untuk pengukuran M-VAIC. Serta nilai rasio ROA, NPF dan CAR yang diambil dari laporan keuangan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Penggunaan analisis kuantitatif disebabkan data yang diperoleh berbentuk numeric yang diperoleh secara sekunder
lalu dilakukan analisis regresi linier berganda menggunakan bantuan software pengolah data statistik, SPSS for windows version 23.00.
(60)
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis:
a. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan agar dapat memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari variabel independen
dan dependen.
b. Uji Asumsi Klasik
Berbeda dengan alat analisis lainnya, regresi linear ganda memerlukan uji persyaratan yang sangat ketat. Perlu dilakukan beberapa uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedasrisitas, dan uji multikolinearitas.
1). Uji normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.42 Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data maka dilakukan Uji Kolomogorov Smirnov. Test ini digunakan untuk menguji hipotesis
42
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: Universitas Diponegoro,2009), h. 160
(61)
komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal yang tersusun pada tabel distribusi frekuensi kumultif dengan menggunakan kelas-kelas interval.
Hipotesis:
Ho : sampel data berdistribusi normal H1 : sampel data tidak berdistribusi normal
Pedoman pengambilan keputusan pada uji ini adalah: Jika Sig/Probabilitas > 0,05, Distribusi adalah normal Jika Sig/Probabilitas < 0,05, Distribusi adalah tidak normal 2). Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linear klasik ialah bahwa tidak ada autokorelasi atau korelasiserial. Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu atau urutan tempat,atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)43. Ada beberapa cara digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Salah satunya Uji Durbin-Watson (DW Test), dengan ketentuan:
Terjadi autokorelasi positif, jika nila DW di bawah -2 (DW < -2)
Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 < DW < 2
43
(62)
Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas 2 (DW > 2) 3). Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar)44.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dengan dasar analisis Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik melebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4). Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolonieritas yaitu kondisi dimana antara variabel bebas yang satu memiliki hubungan linear dengan variabel bebas yang lain. Hal tersebut akan
44
(63)
menyebabkan terjadinya varian koefisien korelasi regresi menjadi lebih besar sehingga akan sulit menentukan estimasi yang tepat. Akibat lain yang mungkin terjadi adalah banyaknya variabel yang tidak signifikan tetapi koefisien determinasi (R2) tetap tinggi.
Ada berbagai cara untuk menentukan apakah model memiliki gejala multikolonieritas. Salah satunya dengan Uji VIF (Variance Inflation Factor).
Jika VIF < 5 dan Tolerance mendekati 1, maka tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas45.
c. Uji Hipotesis
Model regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3 + € Dimana :
Y = variabel terikat X1 = variabel bebas
α = konstanta
β = koefisien regresi
€ = error term 1). Uji Simultan (Uji F)
Uji Simultan (uji F-Statistik) digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen (Intellectual Capital, NPF, CAR)
secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dan dependen (ROA).
45
(1)
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT ROA
/METHOD=ENTER CAR NPF MVAIC
/RESIDUALS DURBIN
/SAVE RESID.
Regression
Notes
Output Created 29-NOV-2016 23:48:32
Comments
Input Active Dataset DataSet0 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data
File 32
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN
/DEPENDENT ROA
/METHOD=ENTER CAR NPF MVAIC /RESIDUALS DURBIN
/SAVE RESID.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.03
(2)
Additional Memory Required
for Residual Plots 0 bytes Variables Created or
Modified
RES_1
Unstandardized Residual
Variables Entered/Removeda
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 MVAIC, CAR,
NPFb . Enter
a. Dependent Variable: ROA b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .895a .800 .779 .0031274 1.042
a. Predictors: (Constant), MVAIC, CAR, NPF b. Dependent Variable: ROA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .001 3 .000 37.441 .000b
Residual .000 28 .000
Total .001 31
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), MVAIC, CAR, NPF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearit y Statistics
B Std. Error Beta Tolerance
(3)
CAR -.050 .040 -.104 -1.231 .228 .998 NPF -.309 .039 -.671 -7.864 .000 .980 MVAIC .004 .001 .489 5.732 .000 .978
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics VIF
1 (Constant)
CAR 1.002
NPF 1.021
MVAIC 1.022
a. Dependent Variable: ROA
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) CAR NPF MVAIC
1 1 3.893 1.000 .00 .00 .01 .00
2 .077 7.115 .00 .00 .77 .12
3 .025 12.401 .03 .15 .17 .73
4 .005 28.952 .97 .85 .05 .14
a. Dependent Variable: ROA
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value .004155 .025405 .017269 .0059531 32 Residual -.0063013 .0073463 .0000000 .0029723 32 Std. Predicted Value -2.203 1.367 .000 1.000 32 Std. Residual -2.015 2.349 .000 .950 32
a. Dependent Variable: ROA
(4)
/K-S(NORMAL)=RES_1
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 29-NOV-2016 23:49:53
Comments
Input Active Dataset DataSet0 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data
File 32
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES_1 /MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.03
Number of Cases Alloweda 393216
a. Based on availability of workspace memory.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .00297226 Most Extreme Differences Absolute .086 Positive .086 Negative -.075
(5)
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT ROA
/METHOD=ENTER CAR NPF MVAIC
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN
/SAVE RESID.
(6)