Perancangan Menara Ya’ahowu dan Pusat Perbelanjaan Sebagai Landmark Kawasan Ekonomi Khusus Idealand, Teluk Dalam-Nias Selatan

(1)

PERBELANJAAN SEBAGAI LANDMARK KAWASAN

EKONOMI KHUSUS IDEALAND, TELUK

DALAM-NIAS SELATAN

SKRIPSI

OLEH

JIMMY

11 0406 030

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

PERBELANJAAN SEBAGAI LANDMARK KAWASAN

EKONOMI KHUSUS IDEALAND, TELUK

DALAM-NIAS SELATAN

SKRIPSI

OLEH

JIMMY

11 0406 030

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(3)

PERBELANJAAN SEBAGAI LANDMARK KAWASAN

EKONOMI KHUSUS IDEALAND, TELUK

DALAM-NIAS SELATAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik di Departemen Arsitektur

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Oleh

JIMMY

11 0406 030

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(4)

PERANCANGAN MENARA YA’AHOWU DAN PUSAT

PERBELANJAAN SEBAGAI LANDMARK KAWASAN

EKONOMI KHUSUS IDEALAND, TELUK

DALAM-NIAS SELATAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 13 Juli 2015


(5)

KAWASAN EKONOMI KHUSUS PARIWISATA IDEALAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN

Nama Mahasiswa : Jimmy Nomor Pokok : 11 0406 030 Program Studi : Arsitektur

Tanggal Lulus : 13 Juli 2015 Koordinator Skripsi,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001 Menyetujui

Dosen Pembimbing,

Firman Eddy, ST, MT 196910182000031001


(6)

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Firman Eddy, ST, MT

Anggota Komisi Penguji : 1. Imam Faisal Pane, ST, MT


(7)

Nama : Jimmy

NIM : 11 0406 030

Judul Proyek Tugas Akhir : PERANCANGAN MENARA YA’AHOWU DAN PUSAT PERBELANJAAN SEBAGAI

LANDMARK KAWASAN EKONOMI KHUSUS PARIWISATA IDEALAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN

Tema : Postmodern Vernacular

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing Koordinator RTA-4231

1. Lulus Langsung 2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa

Sidang 4. Perbaikan Dengan

Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, 13 Juli 2015 Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001

Koordinator Tugas Akhir

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001


(8)

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesabaran serta kekuatan kepada penulis hingga saat ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Tugas Akhir sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur, Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada semua orang yang sudah mendukung, mengarahkan, membantu, dan mendoakan saya dalam proses perancangan dan proses desain hingga penyelesaian skripsi. Terima kasih yang sangat besar kepada kedua orang tua dan keluarga saya yang senantiasa memberikan dukungan kepada saya dan terus memberikan motivasi yang begitu besar. Rasa hormat dan terima kasih juga kepada Bapak Dosen Pembimbing, Bapak Firman Eddy, ST, MT, yang dengan penuh motivasi memberikan pengarahan, ilmu, dan pengalaman dalam pembentukan desain dan skripsi ini.

Tak lupa pula saya sampaikan terimakasih yang tak kalah besar kepada: - Bapak Ir. N Vinky Rahman, MT, selaku ketua Departemen Arsitektur, Universitas

Sumatera Utara.

- Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT; Bapak Hajar Suwantoro, ST, MT; Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.La; Ibu Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc, Ph.D; dan Ibu Putri Pandasari, ST, MT, yang sudah bersedia menjadi dosen reviewer kami selama sidang, dan memberikan kritik dan saran yang positif terhadap kemajuan desain.


(9)

ix

suasana positif dalam studio.

- Lina dan Anton Herman dalam memberikan saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi dan desain, juga kepada teman-teman tim PA 5 dan PA 6 yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Kritik, saran, dan pengarahan sangat saya harapkan dalam penyusunan skripsi ini, karena skripsi ini juga belum sempurna, sehingga untuk ke depannya dapat menjadi sebuah skripsi yang bermanfaat dan memberikan isi yang positif kepada seluruh pembaca.

Medan, 7 Juli 2015 Penulis,

Jimmy


(10)

Hal.

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK ... xviii

PROLOG ... 1

BAB I INTRODUCTION ... 3

BAB II KNOWING MORE ... 12

BAB III DESIGN PARADIGM ... 23

BAB IV PROGRAM ANALYSIS ... 33

BAB V DESIGN APPROACH ... 40

BAB VI THE UTILITIES ... 65


(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(12)

Tabel 1.1 Informasi Umum ... 9

Tabel 1.2 Pulau Terbesar... 9

Tabel 1.3 Batas Wilayah ... 10

Tabel 2.1 Kondisi Iklim Kab. Nias Selatan... 19

Tabel 3.1 Keterangan Space Needle (sumber : Wikipedia) ... 26

Tabel 4.1 Program Ruang Fasilitas Publik ... 37


(13)

xiii

Gambar 1.1 Tokyo City Plan (sumber : Wikipedia) ... 6

Gambar 1.2 Kapal Tempat Tinggal (sumber : Wikipedia) ... 7

Gambar 1.3 Diagram Kapal (sumber : Wikipedia) ... 7

Gambar 1.4 KEK Tanjung Lesung (sumber : setkab.go.id) ... 8

Gambar 2.1 Analisa Pencapaian ... 12

Gambar 2.2 Site KEK Pariwisata Idealand (sumber : google maps) ... 13

Gambar 2.3 Lokasi Site di Samping Laut ... 14

Gambar 2.4 Daerah Pinggir Laut ... 14

Gambar 2.5 Contoh Lubang Pada Karang yang Dapat Berukuran Sebesar Danau Kecil ... 15

Gambar 2.6 Venesia, Italia (sumber : miriadna.com) ... 15

Gambar 2.7 Analisa Sirkulasi ... 16

Gambar 2.8 Jalan Besar pada Site ... 16

Gambar 2.9 Rumah Rakyat (Omo Hada) ... 20

Gambar 2.10 Rumah Raja (Omo Sebua)... 20

Gambar 2.11 Suasana Saat Fajar Pantai Sorake Nias ... 21

Gambar 3.1 Space Needle Seattle ... 25

Gambar 3.2 Proses Pembangunan Space Needle (sumber : historylink.org) ... 27

Gambar 3.3 Interior Space Needle (sumber : Wikipedia) ... 27

Gambar 3.4 Cihampelas Walk, Bandung (sumber : cihampelaswalk.com) ... 28


(14)

Gambar 3.8 Kampung Daun Bandung ... 31

Gambar 5.1 Pusaran Air ... 40

Gambar 5.2 Pusaran pada plaza ... 41

Gambar 5.3 Pola Sirkulasi ... 41

Gambar 5.4 Zoning daerah plaza ... 42

Gambar 5.5 Taman Xiangshan Beijing ... 42

Gambar 5.6 Site Plan... 43

Gambar 5.7 Bentukan Tower ... 44

Gambar 5.8 Ground Plan Tower ... 44

Gambar 5.9 Anak Tangga Menuju Desa Bawomataluo... 45

Gambar 5.10 Contoh Exhibition Gallery ... 46

Gambar 5.11 Struktur Baja & Core... 46

Gambar 5.12 Keindahan Alam dari ketinggian Desa Bawomataluo ... 48

Gambar 5.13 Ukiran Nias Selatan ... 48

Gambar 5.14 Ukiran Nias Selatan lainnya ... 49

Gambar 5.15 Ukiran Nias Selatan lainnya ... 49

Gambar 5.16 Hombo Batu atau Lompat Batu ... 50

Gambar 5.17 Tampak Ya'ahowu Tower sebelum revisi ... 50

Gambar 5.18 Tampak Ya'ahowu Tower setelah revisi ... 51

Gambar 5.19 Mangkok Nias Selatan ... 52


(15)

xv

Gambar 5.23 Tampak Ya'ahowu Townhouse ... 55

Gambar 5.24 Suasana Ya'ahowu Townhouse ... 55

Gambar 5.25 Perspektif Ya'ahowu Tower dan Sekitarnya ... 56

Gambar 5.26 Perspektif Taman ... 57

Gambar 5.27 Masterplan Ya'ahowu Tower dan Ofulo Junction ... 57

Gambar 5.28 Zoning Ofulo Junction ... 58

Gambar 5.29 Transportasi Melalui Kanal ... 59

Gambar 5.30 Suasana Gubuk Kuliner ... 60

Gambar 5.31 Bentukan Denah yang Mengikuti Pola Site dan Terfokus pada Bundaran ... 60

Gambar 5.32 Ground Plan Ofulo Junction ... 61

Gambar 5.33 Perbandingan Atap Ofulo Junction dengan Atap Tradisional Nias 62 Gambar 5.34 Water Fountain Park... 63

Gambar 5.35 Suasana Water Fountain Park... 63

Gambar 5.36 Perspektif Eksterior Ofulo Junction ... 63

Gambar 5.37 Bangunan Samping 1 ... 64

Gambar 5.38 Bangunan samping 2 ... 64

Gambar 5.39 Bangunan Utama ... 64

Gambar 6.1Potongan dalam Ya'ahowu Tower ... 65

Gambar 6.2 Sistem Struktur ... 66


(16)

Gambar 6.6 Sistem Pelistrikan Tower ... 68

Gambar 6.7 Transportasi Vertikal Ofulo Junction ... 69

Gambar 6.8 Sistem Air Bersih Ofulo Junction ... 70

Gambar 6.9 Sistem Air Limbah Ofulo Junction ... 70

Gambar 6.10 Sistem Pelistrikan Ofulo Junction ... 71

Gambar 8.1 Maket Kawasan Ya'ahowu Tower ... 73


(17)

xvii

Lampiran 1 Luas Ruangan Ya'ahowu Tower ... 77

Lampiran 2 Luas Ruangan Ofulo Junction ... 78

Lampiran 3 ... 79

Lampiran 4 ... 80

Lampiran 5 ... 81

Lampiran 6 ... 82

Lampiran 7 ... 83


(18)

Indonesia memiliki banyak sekali spot pariwisata yang menawarkan keindahan alam, juga menampilkan berbagai ragam budaya. Salah satunya ada di Kabupaten Nias Selatan yang ada di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara, yang masih memiliki budaya dan tradisi yang sangat kental. Untuk menjadikan Nias Selatan, Pulau Nias sebagai daerah pariwisata tingkat internasional, direncanakan sebuah pengembangan kawasan ekonomi khusus daerah pariwisata, dimana meliputi pembangunan daerah komersial seperti shopping mall, daerah landmark seperti contoh tower Nias, dan berbagai daerah penunjang seperti hotel dan lain sebagainya. Penerapan arsitektur Post-Modern Vernakular pada kawasan landmark yaitu sebuah tower dan pusat perbelanjaan bertujuan untuk memodernisasikan daerah ini dalam segi arsitektur, dan mencampurkan unsur-unsur tradisional dalam bentuk vernakular. Tower yang memiliki daerah observasi pada 128 meter dan puncak pada ketinggian 167 meter ini terletak pada sebuah plaza berbentuk lingkaran dengan luas 30.851 m2 dan keliling 650 meter, dengan pembangunan menggunakan struktur baja dan sheer wall. Bangunan pusat perbelanjaan megamall yang terintegrasi dengan tower ini memiliki luas total 83.000 m2 yang mengakomodasi pengunjung sebagai fasilitas pusat kuliner. Pembangunan daerah kawasan ekonomi khusus post-modern vernacular ini diharapkan dapat mengembangkan tingkat ekonomi dan menambah devisa negara dengan menjadikannya pusat pariwisata terpadu tingkat internasional.

Kata Kunci: Nias Selatan, Pariwisata, Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, Arsitektur Postmodern, Arsitektur Vernakular, pusat perbelanjaan,


(19)

xix

Indonesia has many tourism spots that offers natural beauty and wide variety of culture. One of which is in South Nias on the island of Nias, North Sumatra Province, which still preserves its very old and traditional culture. In order to transform South Nias into a international tourism site, a planning of special economic zone development of tourism area is proposed, which includes the construction of commercial areas such as shopping malls, Nias tower as local landmark, and other supporting facilities such as hotels, apartments, etc. Implementation of Post-Modern Vernacular architecture in this region, especially on landmark tower and shopping center aims to modernize this region in terms of architecture, and combining traditional elements in the form of vernacularism. The Tower which has observation areas at 128 meters and the peak at altitude of 167 meters is located on a circular plaza with area of 30.851 m2 and 650 meters circumference, using steel and sheer wall structure. The megamall shopping center which integrates with the tower has a total area of 83,000 m2 accommodate the visitors as a culinary centre. The Post-Modern Vernacular Special Economic Zone Development of Tourism Area is expected to develop the country’s economy and increase the level of international visitors by making it an international level tourism destination.

Keywords : South Nias, Tourism, Special Economic Zone, Tourism, Post-Modern Architecture, Vernacular Architecture, Shopping Centres, Tower, Landmark


(20)

Pariwisata adalah sebuah faktor yang sangat penting untuk sebuah negara. Baik dalam perannya dalam meningkatkan sumber devisa maupun dalam menampilkan budaya dan citra sebuah negara. Menurut Richard Sihite dalam

Marpaung dan Bahar (2000:46-47) definisi pariwisata adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata, yaitu : pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi. Jadi intinya pariwisata juga sangat berperan penting dalam industri lokal, baik dalam peningkatan ekonomi maupun pengangkatan dan pemunculan kembali budaya lokal.

Nias Selatan termasuk sebuah daerah yang masih sangat kental budaya tradisionalnya. Di daerah inilah kita mengenal yang namanya “Lompat Batu”,


(21)

atau “Hombo Batu” dalam Bahasa Nias. Selain itu, Nias juga memiliki banyak budaya lain yang belum dieksplorasi. Tarian Perang adalah salah satu budaya Nias yang jarang kita ketahui. Dalam hal karya seni dan arsitektur, Nias boleh dikatakan memiliki arsitektur yang paling tua di Indonesia, mulai dari tata desa sampai bentuk rumah, dari ukiran sampai dekorasi yang mungkin akan mendunia jika kita eksplorasi lebih lanjut. Tidak boleh dilupakan keindahan alam yang dimiliki oleh Nias, dari hutan sampai tepi pantai yang termasuk world class jika diolah secara tepat.

Pengangkatan kembali sebuah budaya adalah salah satu kewajiban kita sebagai manusia sebuah negara, baik sebagai warga negara ataupun pemerintah. Dalam rangka menunjukkan citra sebuah daerah, pembangunan harus dilakukan apapun yang terjadi. Maka muncullah sebuah ide pengembangan sebuah kawasan terpadu ekonomi khusus di dekat Kecamatan Teluk Dalam, Nias Selatan, sebuah kawasan yang modern, terpadu, dan terintergrasi dengan teknologi yang high-tech

dalam hal kesejahteraan manusia, seperti akses ke air minum, listrik, dan energi lainnya.

Dengan pengembangan kawasan terpadu ini, secara tak langsung akan menaikkan nilai ekonomi dari sebuah daerah. Dengan proyeksi banyaknya turis mancanegara yang ditargetkan, akan membuat budaya Nias dari Indonesia lebih dikenal oleh mancanegara, dan sekaligus membuat pariwisata tidak hanya terfokus ke daerah tengah dan timur Indonesia seperti Bali, namun juga daerah barat Indonesia.


(22)

Indonesia memiliki banyak sekali spot pariwisata yang menawarkan keindahan alam, juga menampilkan berbagai ragam budaya. Salah satunya ada di Kabupaten Nias Selatan yang ada di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara, yang masih memiliki budaya dan tradisi yang sangat kental. Untuk menjadikan Nias Selatan, Pulau Nias sebagai daerah pariwisata tingkat internasional, direncanakan sebuah pengembangan kawasan ekonomi khusus daerah pariwisata, dimana meliputi pembangunan daerah komersial seperti shopping mall, daerah landmark seperti contoh tower Nias, dan berbagai daerah penunjang seperti hotel dan lain sebagainya. Penerapan arsitektur Post-Modern Vernakular pada kawasan landmark yaitu sebuah tower dan pusat perbelanjaan bertujuan untuk memodernisasikan daerah ini dalam segi arsitektur, dan mencampurkan unsur-unsur tradisional dalam bentuk vernakular. Tower yang memiliki daerah observasi pada 128 meter dan puncak pada ketinggian 167 meter ini terletak pada sebuah plaza berbentuk lingkaran dengan luas 30.851 m2 dan keliling 650 meter, dengan pembangunan menggunakan struktur baja dan sheer wall. Bangunan pusat perbelanjaan megamall yang terintegrasi dengan tower ini memiliki luas total 83.000 m2 yang mengakomodasi pengunjung sebagai fasilitas pusat kuliner. Pembangunan daerah kawasan ekonomi khusus post-modern vernacular ini diharapkan dapat mengembangkan tingkat ekonomi dan menambah devisa negara dengan menjadikannya pusat pariwisata terpadu tingkat internasional.

Kata Kunci: Nias Selatan, Pariwisata, Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, Arsitektur Postmodern, Arsitektur Vernakular, pusat perbelanjaan,


(23)

xix

Indonesia has many tourism spots that offers natural beauty and wide variety of culture. One of which is in South Nias on the island of Nias, North Sumatra Province, which still preserves its very old and traditional culture. In order to transform South Nias into a international tourism site, a planning of special economic zone development of tourism area is proposed, which includes the construction of commercial areas such as shopping malls, Nias tower as local landmark, and other supporting facilities such as hotels, apartments, etc. Implementation of Post-Modern Vernacular architecture in this region, especially on landmark tower and shopping center aims to modernize this region in terms of architecture, and combining traditional elements in the form of vernacularism. The Tower which has observation areas at 128 meters and the peak at altitude of 167 meters is located on a circular plaza with area of 30.851 m2 and 650 meters circumference, using steel and sheer wall structure. The megamall shopping center which integrates with the tower has a total area of 83,000 m2 accommodate the visitors as a culinary centre. The Post-Modern Vernacular Special Economic Zone Development of Tourism Area is expected to develop the country’s economy and increase the level of international visitors by making it an international level tourism destination.

Keywords : South Nias, Tourism, Special Economic Zone, Tourism, Post-Modern Architecture, Vernacular Architecture, Shopping Centres, Tower, Landmark


(24)

1.

BAB I INTRODUCTION

Pada skripsi kali ini, perancang mendapatkan kesempatan untuk merancang kawasan terpadu khususnya pada tower yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan dengan tema besar “Post-Modern Vernacularism”. Adapun definisi

dari Post-Modernism menurut Charles Jencks adalah kelanjutan dari modernism, yang bahkan melampaui modernism yang ditandai dengan makna ganda yang menandakan pluralisme. Post-Modernism sendiri melambangkan kemunduran dari arsitektur modern yang lahir pada tahun 1890-an. Salah satu faktor yang menandakan berakhirnya arsitektur modern adalah dirubuhkannya sebuah bangunan yang bernama Pruitt-Igoe Housing di kota St.Louis, Missouri, Amerika Serikat yang dibangun berdasarkan ide CIAM (International Congresses of Modern Architecture). Bangunan ini menandakan gambar modernism, namun pada kenyataannya apartemen ini menjadi sarang kejahatan dan para perusuh. Ini membuktikan bahwa dasar filosofis dari arsitektur modern sudah tidak sesuai/relevan dengan tuntutan zaman, dengan didukung lagi dengan banyak faktor lainnya. Pengadopsian arsitektur Post-Modern pada sebuah kawasan terpadu bertaraf internasional juga menunjukkan kemajuan perkembangan suatu daerah sesuai dengan berkembangnya zaman. Di dalam arsitektur Post-Modernis

terdapat beberapa aliran dimana salah satunya disebut Neo-Vernacular.


(25)

diterapkan dalam bentuk modern, tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, dan religi. Arsitektur ini muncul sebagai respon dari modernism yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi oleh revolusi industri. Bruce Allsopp mengatakan : “Vernacular architecture is a generalized way of design derived from folk architecture, it uses

the design skills of architects to develop folk architecture.” Dari sana dapat kita tarik kesimpulan bahwa arsitektur vernakular merupakan perkembangan dari arsitektur rakyat yang memiliki nilai budaya dan ekologi yang alamiah sesuai dengan kaidah yang ada di masyarakat dan lingkungannya.

Tema besar Post-modern Vernacularism secara keseluruhan dapat disimpulkan adalah sebuah arsitektur setelah era modern yang masih mengandung unsur-unsur fisik maupun non-fisik seperti elemen, tata letak, dan budaya dalam pengaplikasiannya di perencanaan kawasan maupun bangunan.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari perancangan proyek ini adalah :

1. Menciptakan sebuah kawasan landmark sebagai pusat pariwisata dan budaya Nias Selatan.

2. Menyuguhkan arsitektur tradisional Nias Selatan dalam sebuah kawasan untuk dinikmati oleh wisatawan lokal dan mancanegara


(26)

Tujuan yang ingin dicapai dalam proyek ini adalah :

1. Menciptakan sebuah bangunan monumental berupa menara (tower) sebagai ikon budaya Nias Selatan.

2. Menciptakan sebuah pusat perbelanjaan sebagai kawasan ekonomi dan pusat budaya dengan pendekatan arsitektur yang mengangkat identitas Nias Selatan.

Permasalahan Perancangan

Masalah yang akan dihadapi selama proses perancangan kawasan landmark

adalah bagaimana penyusunan ruang, kebutuhan ruang, dan pendekatan arsitektur yang ada pada bangunan yang dirancang.

Permasalahan umum :

 Perancangan bangunan menara yang bersinkronisasi dengan ruang terbuka hijau dan penyatuan bentuk ruang terhadap bangunan di sekitarnya.

 Penyusunan area terbuka untuk umum dalam penyusunan bentuk massa pusat perbelanjaan.

Permasalahan khusus :

 Menentukan kebutuhan ruang dari masing-masing fungsi bangunan dalam tugas memfasilitasi pengguna bangunan.

 Memunculkan arsitektur Nias Selatan dalam tampak maupun bentukan massa bangunan.


(27)

 Penggunaan sistem utilitas dan sistem struktur yang tepat terhadap bangunan yang dirancang.

 Menggunakan tema post-modern tanpa menghilangkan arsitektur asli Nias Selatan.

Studi Kasus Perancangan Kawasan Ekonomi Khusus

Neo Tokyo Plan & KEK Tanjung Lesung

Salah satu contoh adalah sebuah kota Tokyo baru pada tahun 1960 oleh arsitek Kisho Kurokawa.

Gambar 1.1 Tokyo City Plan (sumber : Wikipedia)

Sumbu besar yang ada di tengah kota ini dibangun di Teluk Tokyo yang dirancang untuk memisahkan jalur mobil dengan pejalan kaki.


(28)

Gambar 1.2 Kapal Tempat Tinggal (sumber : Wikipedia)

Gambar 1.3 Diagram Kapal (sumber : Wikipedia)

Detail kapal besar ini memiliki lebar 300 meter, dengan atap seperti candi Jepang yang tampaknya mengambang di air yang difungsikan sebagai tempat tinggal. Sebagai bentuk integrasi kota pelabuhan dengan Teluk Tokyo, Kenzo Tange membuah tata kota yang sedemikian rupa dengan mengadopsi arsitektur Post-modernism dan mencampurkannya dengan arsitektur Vernakular yaitu dengan


(29)

elemen atap tradisional Jepang pada kapal tempat tinggal. Akan tetapi, karena beberapa faktor kota ini tidak jadi dibangun.

Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

Gambar 1.4 KEK Tanjung Lesung (sumber : setkab.go.id)

KEK Tanjung Lesung terdapat di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Jarak dari Jakarta sekitar 180 km dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. KEK ini terletak antara ikon wisata Banten yakni Gunung Krakatau dan Taman Nasional Ujung Kulon. Proyek tersebut antara lain mengembangkan pariwisata sebagai destinasi wisata berdaya saing global, memiliki ketersediaan lahan seluas 1.500 Ha, dan direncanakan untuk didirikan 26 hotel, resort, dan kondominium mewah.


(30)

Informasi Umum

KABUPATEN NIAS SELATAN

Letak Bagian Selatan Pulau Nias +/- 120 km dari Gunung Sitoli ke Teluk Dalam

Ibukota Teluk Dalam

Luas Wilayah 1.852 km2

Jumlah Kecamatan 18 kecamatan Jumlah Kelurahan 2 kelurahan

Jumlah Desa 354 desa

Populasi 294.069 jiwa

Kepadatan Penduduk 181 jiwa/km2 Luas Lahan Idealand 320 Hektar

Tabel 1.1 Informasi Umum

PULAU TERBESAR Pulau Tanah Bala 39.67 km2 Pulau Tanah Masa 32.16 km2

Pulau Tello 18 km2

Pulau Pini 24.36 km2


(31)

BATAS WILAYAH

Utara Kabupaten Nias & Nias Barat

Selatan Kepulauan Mentawai/Sumbar

Barat Samudera Hindia

Timur Kab.Madina & Kep. Mursala TapTeng Tabel 1.3 Batas Wilayah

Besarnya lahan yang tersedia dan dukungan dari pemerintah akan membuat daerah ini sukses dalam menarik perhatian investor. Banyaknya kebijakan oleh pemerintah setempat yang mempermudah proses investasi memastikan daerah ini memiliki potensial yang sangat besar. Terwujudnya sebuah daerah pariwisata yang memiliki banyak fasilitas penunjang akan menjadikan kawasan ini kawasan yang sangat modern dan dinantikan oleh para turis, khususnya pertunjukkan budaya dan keindahan alam.


(32)

Beberapa fungsi fasilitas penunjang yang disediakan di KEK Pariwisata Idealand:

 Landmark

o Ya’ahowu Tower

 Tempat Tinggal o Rumah Bupati o Townhouse

 Kantor Pemerintahan

 Pusat Olahraga

o Gor

o Golf Course & Club House

o Gym

 Fasilitas Penunjang

o Hotel & cottage o Rumah Sakit

o Akademi Kebidanan o Plaza

o Green School o Convention Centre

 Wisata

o Camping Ground o Sea World &

Waterpark

o Mangrove Track o Kebun Binatang o Pasar Seni

Pada penulisan skripsi kali ini, akan lebih difokuskan ke daerah landmark dan komersial, antara lain : Ya’ahowu Tower & Pusat Perbelanjaan Ofulo Junction.


(33)

12 2. BAB II

KNOWING MORE

Perancang pada awalnya mencari informasi umum tentang lokasi proyek. Dari segala informasi umum yang didapat baik dari internet, maupun pengetahuan awal masih belum cukup untuk mengetahui banyak faktor lain yang digunakan untuk menambah fungsi perencanaan kawasan. Maka selanjutnya perancang melakukan survey lokasi ke site.

Perjalanan dapat dilalui dengan 2 cara, pertama melalui jalur udara, kedua adalah melalui jalur darat kemudian laut. Proses jalur udara adalah melalui Bandara Internasional Kuala Namu menuju ke Bandara Binaka Nias dengan perjalanan menggunakan pesawat penumpang kecil dengan waktu kira-kira 45 menit. Jika dilalui dengan jalur darat & laut maka perjalanan dimulai dari jalan darat Medan menuju Sibolga, kemudian dilanjutkan dengan jalur laut dari Pelabuhan Sibolga menuju Pelabuhan Gunung Sitoli dengan waktu kira-kira mencapai 8 jam.


(34)

Selanjutnya diteruskan dengan pencapaian dari dalam Pulau Nias, yakni perjalanan dari Gunung Sitoli menuju ke site yang dekat dengan Ibukota Kabupaten Nias Selatan yaitu Kecamatan Teluk Dalam. Jalur darat dari Bandara Binaka Nias menuju site adalah sekitar 3 jam perjalanan. Jalur darat dari Gunung Sitoli menuju lokasi site sekitar 3 jam 10 menit. Jalur darat dari Nias Barat menuju lokasi site kira-kira selama 2 jam 20 menit.

Gambar 2.2 Site KEK Pariwisata Idealand (sumber : google maps)

Sesampai di site, perancang melakukan survey mendalam baik dalam segi topografi, potensi lahan, iklim, pencapaian, dan sirkulasi. Untuk analisa topografi, dapat dilihat bahwa kondisi tanah cenderung datar dan semakin melandai ke arah pantai. Tekstur tanah merupakan tanah keras bercampur pasir karena terletak di daerah pantai.Vegetasi yang ada pada site adalah sebagian besar tumbuhan bakau dan ilalang yang sering tumbuh pada rawa-rawa. Pada tengah site ada sebuah kanal yang membelah site dan bermuara ke laut.


(35)

Gambar 2.3 Lokasi Site di Samping Laut

Direncanakan pada daerah pinggir pantai ini didirikan golf course 8 hole, dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi pada daerah dekat laut. Untuk di pinggir pantai ini bukanlah merupakan pantai pasir, namun adalah pantai karang. Proses terjadinya pengangkatan karang adalah ketika terjadinya tsunami tahun 2004 silam yang mengakibatkan pergeseran kerak bumi. Pantai karang ini sebenarnya sangat potensial untuk dijadikan berbagai fasilitas, seperti kolam renang sendiri karena lubang-lubang yang ada pada karang berukuran cukup besar (gambar 2.5).


(36)

Gambar 2.5 Contoh Lubang Pada Karang yang Dapat Berukuran Sebesar Danau Kecil

Selanjutnya adalah analisa sirkulasi yang terletak pada site. Ada beberapa jalan raya yang sedang ditimbun, dan daerah ini direncanakan beberapa pembentukan kanal sehingga menyerupai kota Venesia di Italia seperti gambar 2.6.

Gambar 2.6 Venesia, Italia (sumber : miriadna.com)

Pada kota Venesia (gambar 2.6), transportasi yang dominan adalah jalur kanal yaitu menggunakan gondola. Pola tata kota yang belum ditemukan di mana pun


(37)

selain Italia tersebut jika diterapkan pada kawasan terpadu ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan turis. Namun site ini tentu masih memiliki beberapa permasalahan antara lain belum tertatanya sirkulasi yang baik bagi akses kendaraan yang tepat, kemudian adanya kanal yang belum dikelola oleh pemerintah, yang terakhir adalah belum terbentuknya pedestrian bagi pejalan kaki.

Gambar 2.7 Analisa Sirkulasi


(38)

Rekomendasi dari perancang untuk permasalahan sirkulasi antara lain :

 Menyediakan jalur pedestrian yang nyaman

 Menyediakan fasilitas transportasi air sebagai jalur sekunder setelah transportasi darat

 Menata lansekap yang teratur dengan memanfaatkan tanaman bakau

 Memperluas dan menambah jalan sebagai akses transportasi darat

Selanjutnya perancang mendata perkembangan site pada saat itu. Kondisi site yang sedang pending dalam proses pembangunannya sebenarnya telah

mengalami beberapa pembangunan minor. Maka perancang mengkalkulasikan persentase lahan terbangun (diagram 2.1).

Diagram 2.1 Persentase Lahan Terbangun

Ada keunikan lain yang ditemukan pada site yaitu deretan sarang burung yang dibuat dengan papan dan didirikan di atas sebuah tiang. Posisi site yang sekitar


(39)

75% dikelilingi laut ini menjadi sebuah potensi untuk dirombak menjadi kawasan terpadu. Pada gambar 2.9 dapat ditunjukkan foto kondisi eksisting sekarang.

Gambar 2.9 Foto Eksisting

Selanjutnya adalah analisa iklim. Keadaan iklim Kabupaten Nias Selatan dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara dalam satu tahun rata-rata mencapai 26 derajat Celcius dan rata-rata maksimum 31 derajat Celcius. Kecepatan angin rata-rata dalam satu tahun adalah 14 knot/jam dengan arah angin terbanyak berasal dari arah Utara. Keadaan iklim dapat digambarkan pada tabel 2.1.


(40)

KONDISI IKLIM

Curah Hujan Tinggi

Jumlah rata-rata 298.60 mm

Intensitas/tahun 250 hari/tahun

Kelembaban Tinggi

Jenis Lembab dan basah

Intensitas 88%

Arah angin Barat Laut

Tabel 2.1 Kondisi Iklim Kab. Nias Selatan

Untuk situasi seperti ini, perancang mengusulkan pembentukan bangunan lebih baik berorientasi pada arah Utara atau Selatan untuk mengurangi panas matahari berlebih yang menerpa bangunan.

Potensi Lahan

Terakhir adalah analisa potensi lahan. Di Kab. Nias Selatan terdapat berbagai jenis kekayaan yakni kekayaan budaya, kekayaan sumber daya alam, dan faktor-faktor lainnya. Untuk kekayaan budaya sendiri Nias Selatan memiliki arsitektur yang sangat tradisional dan patut dipelihara. Pertama adalah atap dan rumah tradisional Nias. Tata desa di desa Nias Selatan tersusun atas sebuah jalan utama yang di pinggirnya terdapat rumah-rumah kecil yang disebut rumah rakyat (Omo Hada) dan pada ujung jalan utama adalah rumah raja (Omo Sebua). Keunikan bentuk atap Nias Selatan adalah peninggalan sejarah dari Nias itu sendiri. Sampai


(41)

saat ini tata desa dan rumah tradisional masih belum berubah sedikitpun dikarenakan minimnya pengaruh dari luar sehingga unsur tradisional masihlah sangat kental di Nias Selatan.

Gambar 2.9 Rumah Rakyat (Omo Hada)


(42)

Kekayaan alam yang lain adalah kekayaan pantai dan hasil lautnya. Salah satu hasil laut yang sangat terkenal di sini adalah ikan, udang, dan lobster. Selanjutnya adalah keindahan pantainya. Nias Selatan memiliki ombak dengan ketinggian kedua di dunia setelah Hawaii dikarenakan pantai Nias Selatan langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Ini masih menjadi faktor utama datangnya turis mancanegara untuk berselancar di sini.

Gambar 2.11 Suasana Saat Fajar Pantai Sorake Nias

Luasnya pantai karang yang memiliki lubang-lubang berukuran danau kecil dapat juga dijadikan sebagai kolam renang. Direncanakan di atasnya dibuat cottage-cottage yang berbatasan langsung dengan kolam yang ada di karang tersebut.


(43)

Diagram 2.2 Proyeksi Turis

Melihat banyaknya potensi lahan dan dukungan pemerintah dalam menarik investor diharapkan dapat membuat perkembangan turis secara eksponensial seperti yang ditunjukkan diagram 2.2. Perkembangan pertama adalah penimbunan tanah untuk menutupi lahan dengan daya dukung yang kurang baik.


(44)

3. BAB III DESIGN PARADIGM

Setelah dilakukan survey pada site, maka telah dikumpulkan dan ditetapkan data yang digunakan dalam tahap preliminary design. Maka perancang memasuki tahap selanjutnya yaitu tahap studi proyek sejenis. Studi proyek sejenis / studi banding adalah sebuah bagian yang cukup menentukan dalam sebuah proses perancangan, dimana bagian-bagian positif dari perancangan bangunan yang telah ada dapat diaplikasikan ke dalam perancangan bangunan ini, seperti tata penyusunan ruang, respons bentuk dan fasad terhadap lingkungan, dan lain sebagainya.

Perancangan yang perancang desain seperti yang ada pada bab sebelumnya adalah terfokus pada kawasan landmark yang disebut dengan Ya’ahowu Tower beserta ruang terbukanya dan sebuah pusat perbelanjaan berbasis pusat kuliner yang terdapat tidak jauh dari letak Ya’ahowu Tower. Selanjutnya perancang mencari studi proyek yang berhubungan dengan perancangan bangunan tersebut.

Landmark secara umum diartikan sebagai sebuah tanda atau karakteristik dari suatu daerah. Landmark pada suatu daerah biasanya menjadi orientasi dari daerah itu sendiri. Landmark dapat berupa bentukan alam seperti gunung, lembah, laut, danau, dan sungai, dapat juga berupa bangunan, gedung, monumen, ukiran, tower, dan tata kota dalam perkembangannya.


(45)

Menurut buku Perancangan Kota Secara Terpadu (Markus Zahnd, 2006) : “Landmark adalah titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota.” Seiring perkembangan zaman, banyaknya perkembangan kota-kota besar membuka jalan untuk terbentuknya landmark sebagai bagian dari identitas kota itu sendiri.

Pengertian landmark menurut Kevin Lynch adalah : “Landmark merupakan elemen terpenting dari bentuk kota, karena berfungsi untuk membantu orang dalam mengarahkan diri dari titik orientasi untuk mengenal kota itu sendiri secara keseluruhan.”

Menurut Kevin Lynch, jenis landmark dibedakan menjadi 2 bagian yakni:

 Landmark besar yang dapat diobservasi dari kejauhan

 Landmark kecil yang dapat dilihat dari jarak dekat seperti ukiran, kolam, patung, taman, dll.

Fungsi landmark dibagi 4 yakni :

 Sebagai orientasi (referensi) dari sebuah kota

 Sebagai struktur aktivitas kota

 Sebagai pengarahan rute dalam pergerakan

 Sebagai identitas sebuah kota

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah landmark akan menjadi orientasi penglihatan dan menjadi simbol status dan identitas dari sebuah


(46)

kawasan. Perancangan sebuah menara (tower) dan pusat perbelanjaan di lahan seluas 8,5 Ha ditargetkan akan menjadi landmark Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Idealand Nias Selatan. Dalam tahap desainnya, perancang mengimplementasikan arsitektur Post-modern Vernacular sebagai penekanan dalam pembentukan landmark. Post-modern akan menampilkan desain dan morfologi bangunan yang unik, dan Vernacular akan memunculkan elemen budaya ke dalam muka bangunan.

SPACE NEEDLE

Contoh tower yang digunakan perancang dalam menentukan studi banding adalah Space Needle Tower (Jarum Angkasa) yang terletak di Seattle (gambar 3.1), Washington, Amerika Serikat. Menara ini dibangun dalam rangka memperingati festival Pameran Dunia pada tahun 1962.


(47)

Space Needle Tower Seattle

Status Selesai

Tipe Menara observasi

Lokasi Seattle, Washington, Amerika Serikat

Konstruksi 17 April 1961

Selesai 8 Desember 1961

Opening 21 April 1962

Tinggi antenna (ujung) 184.41 m Tinggi lantai paling atas 158.12 m

Jumlah lantai 6

Lifts/elevators 3

Tabel 3.1 Keterangan Space Needle (sumber : Wikipedia)

Menara ini dapat menahan angin kencang dengan kecepatan mencapai 320 km/jam dan gempa bumi hingga 9.5 skala Richter serta memiliki 25 penangkal petir. Beberapa fungsi penunjang yang terdapat di dalam menara ini adalah sebuah restoran bernama SkyCity Restaurant yang berada pada ketinggian 160 meter yang dapat dikunjungi oleh publik. Dari puncak menara dapat terlihat kota Seattle secara keseluruhan, Pegunungan Olympic, Pegunungan Cascade, Gunung Rainier, Elliott Bay, dan Gunung Baker. Pengunjung dapat mencapai lantai atas menara dengan menggunakan elevator yang memiliki kecepatan 16 km/jam. Untuk mencapai restoran di atas tersebut memerlukan waktu 43 detik sehingga antrian tidak dapat terelakkan.


(48)

Gambar 3.2 Proses Pembangunan Space Needle (sumber : historylink.org)

Gambar 3.3 Interior Space Needle (sumber : Wikipedia)

Stabilitas dari Space Needle ini dipastikan dengan digalinya lubang pondasi sedalam 9.1 meter dan selebar 37 meter, dengan diisi penuh dengan beton yang diangkut oleh 467 truk yang memakan waktu sehari penuh. Pondasi ini memiliki


(49)

berat 5.850 ton (termasuk 250 ton tulangan besi). Struktur yang menggunakan sistem baja di atas permukaan tanah yang menjulang tinggi juga memiliki berat yang sama. Dalam aspek ekonomi, menara ini selain menjadi ikon dari Seattle, juga bertindak sebagai beberapa fasilitas dan hiburan seperti pameran dan restoran. Di lantai paling atas juga terdapat wahana base jumping.

CIHAMPELAS WALK, BANDUNG

Setelah menelaah studi proyek Space Needle di Seattle, selanjutnya perancang mencari studi banding yang tepat untuk pusat perbelanjaan yang bertema pusat kuliner. Studi banding yang digunakan adalah Cihampelas Walk yang terletak di Bandung, Jawa Barat, Indonesia (gambar 3.4).

Gambar 3.4 Cihampelas Walk, Bandung (sumber : cihampelaswalk.com)

Cihampelas Walk atau biasa disingkat CiWalk adalah salah satu pusat perbelanjaan mewah yang terletak di Kota Bandung. Berdiri pada tahun 2004, CiWalk menawarkan konsep wisata yang nyaman dengan udara sejuk. Ini


(50)

membuat mall CiWalk berbeda dengan mall lainnya. Mall ini terdiri dari 2 area yakni indoor dan outdoor. Permainan ruang indoor outdoor ini semakin mempererat ruang dalm dan ruang luar dalam perancangan mall sehingga mall ini tampak menyatu dengan alam. Mall ini termasuk salah satu konsep Universal Design, dimana setiap kalangan baik orang tua dan muda, orang normal maupun disabled dapat mengunjungi mall ini tanpa merasa kesulitan karena adanya fasilitas yang mendukung, seperti ruang duduk yang luas, kanopi yang sejuk, dan ramp ramp untuk orang berkursi roda.

Gambar 3.5 Suasana CiWalk pada Malam Hari

Ciwalk memiliki luas sebesar 3 hektar. Berjalan-jalan di CiWalk pada siang, sore, dan malam hari terasa berbeda suasananya. Hal ini disebabkan oleh permainan lampu dari tiap gerai dan bangunan utama, ditambah lagi dengan lampu hias yang digantung di bagian ruang luar CiWalk. Salah satu hal yang menarik adalah pada lantai 2 di beberapa bangunan CiWalk terhubung dengan jembatan yang bernama skywalk. Skywalk (gambar 3.6) ini sangat nyaman untuk digunakan pada sore hari saat suasana sedang dalam keadaan sejuk.


(51)

Gambar 3.6 Skywalk-CiWalk (sumber : cihampelaswalk.com)

Beberapa fasilitas yang terdapat di CiWalk :

Shop : banyaknya kios yang menjual keperluan sehari-hari sampai fashion terbaru ada di sini.

Dine : restoran mulai dari toko roti, toko minum, fast food restoran, sampai restoran mewah ada di sini.

Entertaint : beberapa fasilitas seperti karoke, bioskop, dan gym juga terdapat di sini.

Stay : di sebelah CiWalk terdapat sebuah hotel butik bintang 4 (gambar 3.7) yang siap mengakomodasi pengunjung. Dengan banyak ruangan mencapai 128 kamar setinggi 12 lantai membuat pengunjung di hotel yang bernama Sensa Hotel ini merasa privat dan eksklusif.


(52)

Gambar 3.7 Sensa Hotel – CiWalk

KAMPUNG DAUN, BANDUNG

Untuk daerah kuliner yang ada di kawasan perancangan yang dibuat perancang, perancang menggunakan studi banding Kampung Daun yang juga terdapat di Bandung, Jawa Barat (gambar 3.8).


(53)

Kampung Daun terletak di daerah Cihideung, Jl. Sersan Bajuri. Pada kompleks kampong daun ini terdapat jalanan yang menanjak dan berukuran kecil. Kampung Daun sendiri terletak pada kompleks perumahan yang tergolong mewah. Kampung Daun menggunakan konsep “Makan di Hutan”, sehingga tempat makannya adalah berupa gubuk-gubuk kecil. Hidangan makanan adalah masakan Indonesia tempo dulu. Di Kampung Daun akan terlihat lampu kuning yang menyala di sepanjang jalan-jalan di antara pepohonan yang menimbulkan kesan santai dan romantis. Untuk memanggil pelayan biasa digunakan kentongan yang ada di samping setiap gubuk seperti di desa.

Perancangan yang akan perancang gunakan adalah pencampuran dari pusat perbelanjaan CiWalk dengan pusat kuliner Kampung Daun. Tentu ini akan menjadi khas tersendiri untuk para turis, ditambah dengan lokasi site yang dekat dengan pantai akan lebih menambah kesan santai sambal mendengar suara ombak laut.


(54)

4. BAB IV

PROGRAM ANALYSIS

Setelah pembahasan sebelumnya tentang studi proyek sejenis, selanjutnya dilakukan proses programming yang akan diterapkan proyek yang akan dilaksanakan. Programming merupakan sebuah langkah yang penting dalam proses perancangan karena merupakan standard dari yang seharusnya diterapkan. Programming dapat berupa jumlah stand, batasan fasilitas, tata ruang, luas kebutuhan ruang, serta ruang-ruang sebagai kebutuhan dari pengguna baik berupa turis lokal dan mancanegara, maupun untuk penghuni kawasan.

Mengacu pada bab-bab sebelumnya, dijelaskan bahwa plaza yang mempunyai luas 30.851 m2 dan keliling 625 meter ini memiliki sebuah tower yang terdapat di pusatnya dan dinamakan Ya’ahowu Tower. Ya’ahowu Tower dan plaza ini adalah sebuah vista atau orientasi dari jalan utama dari gerbang masuknya kawasan. Karena tidak adanya landmark pada Kabupaten Nias Selatan, maka ini menara dengan ketinggian puncak mencapai 167 m ini akan menjadi satu-satunya landmark yang menjulang tinggi di kawasan ini. Terdapat 3 bagian besar dari kawasan ini yakni : plaza, menara, dan townhouse sekitar yang berbentuk sirkular dan mengelilingi menara.

Pertama adalah plaza. Plaza yang berbentuk lingkaran dan merupakan sebuah ruang terbuka hijau adalah merupakan paru-paru dari lokasi ini. Fungsi dari RTH ini antara lain :


(55)

 Fungsi utama yaitu berupa fungsi ekologis

o Fungsi ekologis dalam arti berfungsi pada suatu kawasan sebagai bentuk dari arsitektur yang sustainable atau berkelanjutan. Fungsi lain adalah untuk memperluas daerah resapan air, menambah jumlah oksigen, mengurangi pencemaran kota, menyerap gas rumah kaca, dan konservasi air tanah. Tumbuhan yang tumbuh di plaza akan secara langsung menyerap gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan gas oksigen. Dalam pelestarian tanah adalah akibat perakaran tanaman yang akan mengurangi tingkat pengikisan tanah. Sesuai dengan Urban Forest Research, 2002), ruang terbuka hijau dengan luas minimal setengah hektar mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.000 m3 setiap tahunnya.

o Ruang terbuka hijau yang dibangun pada kawasan perkotaan akan menurunkan suhu pada siang hari yang terik dan menjaga suhu tetap hangat pada malam hari.

o Ruang terbuka hijau secara tidak langsung akan memunculkan ekosistem baru karena menjadi habitat bagi berbagai jenis kehidupan liar. Ini merupakan bentuk dari lingkungan alami yang sangat dibutuhkan oleh manusia.

 Fungsi tambahan (ekstrinsik) yakni dalam segi arsitektur, sosial, dan ekonomi.


(56)

o Ruang terbuka hijau dapat secara tidak langsung menjadi paru-paru untuk suatu kawasan, menjadi vista dan tempat berkumpul dari kawasan tersebut. Ruang terbuka hijau juga akan menambah nilai estetika dari suatu kota. Penanaman akan menambah kesan hijau pada kota yang aktifitasnya padat.

o Ruang terbuka hijau dapat menurunkan tingkat stress dari masyarakat yang hidup di daerah tersebut. Karena faktor ini maka RTH secara tidak langsung meningkatkan produktivitas masyarakat dan menurunkan konflik sosial.

Oleh karena besarnya peran ruang terbuka hijau dalam suatu kawasan perkotaan, maka tower dan plaza ini akan terletak di depan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Idealand. Peletakan tower di tengah juga akan bertindak sebagai landmark yang menyatu dengan ruang terbuka hijau di sampingnya. Ya’ahowu Tower sebagai landmark diharuskan memiliki fasilitas penunjang untuk masyarakat sekitar.

Selanjutnya adalah pusat perbelanjaan dan pusat kuliner. Pusat perbelanjaan adalah sebuah fasilitas yang haruslah dimiliki oleh sebuah kawasan, khususnya kawasan turis. Bangunan yang berarsitektur Post-modern yang didirikan di atas lahan seluas 8.5 hektar ini akan juga menjadi landmark dari kawasan ini yang untuk selanjutnya dikelompokkan menjadi kawasan komersial.

Ada beberapa klasifikasi pusat perbelanjaan, namun yang dibahas adalah berdasarkan aspek perkotaan, yakni :


(57)

 Pusat perbelanjaan lokal

Melayani kebutuhan sehari-hari dengan luas antara 2800 – 9300 m2. Jangkauan pelayanan antara 5.000 – 40.000 penduduk, luas site yang dibutuhkan biasanya 3 – 10 Ha.

 Pusat perbelanjaan distrik

Melayani jenis barang yang lebih luas lagi dengan luas antara 9300 – 28000 m2. Jangkauan pelayanan antara 40.000 – 150.000 penduduk. Luas site yang dibutuhkan biasanya 10 – 30 Ha.

 Pusat perbelanjaan regional

Bertindak sebagai pusat perbelanjaan berskala kota yang melayani di atas 150.000 penduduk, dengan fasilitas yang sangat lengkap meliputi pasar, toko, bioskop, dan dekat dengan daerah komersial. Luas yang dibutuhkan biasanya 28.000 – 93.000 m2.

Dengan demikian pusat perbelanjaan ini boleh diklasifikasikan sebagai pusat perbelanjaan regional dengan fasilitas seperti yang terdapat pada studi banding Cihampelas Walk yaitu Shop, Dine, dan Entertaint. Tujuan dibentuknya pusat perbelanjaan ini juga dikarenakan bangunan ini melayani seluruh kawasan pariwisata ini dan juga menarik pengunjung dari Teluk Dalam sebagai ibukota dari Nias Selatan.

Karakteristik fasilitas perbelanjaan meliputi :

o Adanya kegiatan perbandingan harga dan kegiatan jual beli


(58)

Sedangkan untuk karakteristik fisik pusat perbelanjaan itu sendiri meliputi :

o Koridor tunggal

o Lebar koridor biasa 8 10 meter o Jumlah lantai maksimal 3 lantai

o Parkir memadai dan sepanjang/mengelilingi pusat perbelanjaan o Pintu masuk yang dapat dicapai dari segala arah

o Adanya atrium, di sepanjang koridor

Untuk standar kebutuhan ruang, secara umum terdapat beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam proses perancangan pusat perbelanjaan, yaitu pada tabel 4.1 dan 4.2.

Jenis Fungsi Jenis

Ruang Standar

Jumlah (unit)

Kapasita s (orang)

Luas

(m2) Sumber R. Informasi R. Informasi 2 m2/orang 1 4 8 NAD

Hall Hall 1,5 m2/orang 1 360 450 SB ATM

Centre

ATM

Centre 1,5 m 2

/orang 1 4 30 SB

Musholla

Area Sholat 2 m2/orang 1 50 100 NAD

Toilet 1,5 m2/orang 2 2 3 NAD

Wudhu 1,2 m2/orang 1 10 12 NAD

Toilet Pria

Bilik KM 1,5 m2/unit 25 25 38 NAD

Urinoir 0,24 m2/unit 20 20 4,8 NAD

Wastafel 0,3 m2/unit 15 15 4,5 NAD

Toilet Wanita

Bilik KM 1,5 m2/unit 25 25 3,75 NAD

Wastafel 0,3 m2/unit 25 25 7,5 NAD


(59)

Jenis Fungsi Jenis Ruang Standar (m2)

Jumlah (unit)

Kapasita s (orang)

Luas

(m2) Sumber

Ruang Pengelola

Front Manager 20 1 5 20 SB

R. Manager 20 1 3 20 SB

R. Personalia 20 1 3 20 SB

R. Rapat 20 1 10 50 SB

R. Karyawan 20 1 10 29 SB

Ruang ME

R. Genset - 1 1 128 SB

R. Trafo - 1 1 10 SB

R. Pompa 15 1 2 30 SB

R. AHU &

Chiller - 1 1 36 SB

R. Pengendali

Kebakaran - 1 1 30 SB

R. Panel - 1 1 10 SB

R. GWT 45 1 1 45 SB

R. Boiler - 1 1 10 SB

R. PABX - 1 1 30 SB

R. CCTV - 1 1 20 SB

R. STP 10 1 2 20 SB

Tabel 4.2 Program Ruang Fasilitas Administrasi

Pusat perbelanjaan di Indonesia terlalu mengalami banyak fase perkembangan, mulai dari pasar tradisional sampai pasar modern. Kondisi demografi, sosial-ekonomi, dan perubahan gaya hidup menyebabkan terjadinya perubahan tema dan konsep industri jual-beli di Indonesia. Sesuai dengan pertumbuhan ekonomi


(60)

yang tinggi di Indonesia sebagai sebuah negara berkembang, kemampuan mengkonsumsi pun semakin tinggi pula, sehingga mengakibatkan perkembangan dan pembangunan industri jual-beli semakin pesat. Beberapa ide desain yang kreatif seperti desain toko dan restoran, retail, hingga arsitektur dan tata ruang dari sebuah pusat perbelanjaan bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan konsumen, sehingga tujuan masyarakat datang ke pusat perbelanjaan tidak hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari, namun juga memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka.


(61)

40

5.

BAB V

DESIGN APPROACH

Setelah melewati proses perancangan yang panjang, mulai dari pengenalan, studi banding, pengumpulan data, hingga programming, maka dikumpulkan ide yang akan diimplementasikan ke dalam rancangan. Ketepatan pengumpulan data akan menjadi dasar dari pembentukan desain yang baik. Studi banding yang telah ditelaah juga menjadi dasar dari pembentukan rancangan.

Ya’ahowu Tower & Plaza

Pertama kali, perancang akan membahas tentang Ya’ahowu Tower. Bangunan ini mengadopsi arsitektur Post-modern dalam morfologinya. Analogi dari bangunan ini adalah pusaran air (gambar 5.1) dari bawah hingga naik menjulang tinggi ke atas sehingga di ruang terbuka hijau terbentuk pola pusaran (gambar 5.2).


(62)

Pada bagian plaza semakin berputar berporos pada menara. Di sepanjang plaza yang berbentuk lingkaran ini adalah jalan utama yang mengitari plaza tersebut, sehingga plaza ini akan menjadi bundaran dan menimbulkan efek vista.

Gambar 5.2 Pusaran pada plaza

Gambar 5.3 Pola Sirkulasi

Di sekitar plaza itu terdapat deretan townhouse yang seakan-akan sedang memandang dan berfokus pada tower, semakin menekankan peran tower sebagai landmark dan vista dari kawasan tersebut. Townhouse ini bisa dijadikan sebagai komersial maupun rumah tinggal sesuai dengan kebutuhan.


(63)

Gambar 5.4 Zoning daerah plaza

Di pemikiran perancang adalah menciptakan sebuah taman yang berbentuk alun-alun senyaman mungkin untuk mengakomodasi pengunjung. Selain dapat menjadi paru-paru kota, juga dapat menjadi tempat berkumpul, tempat berolahraga seperti jalan cepat, dan sebagai taman kreatif di mana menjadi tempat perkumpulan kawula muda yang suka berkarya. Taman ini juga diharapkan diakomodasi dengan fasilitas seperti wi-fi yang cepat. Taman ini juga dirancang sebagai tempat berkumpulnya komunitas-komunitas muda. Contoh taman ada pada gambar 5.5.


(64)

Untuk pola taman sendiri perancang ingin adanya penanaman semak-semak dan berbagai macam bunga dan pohon. Jalur pedestrian adalah jalur yang paling krusial di daerah ini karena tidak dapat dimasuki oleh kendaraan bermotor.

Gambar 5.6 Site Plan

Selanjutnya memasuki bentukan Ya’ahowu Tower. Ya’ahowu artinya Selamat Datang atau juga Tuhan Memberkati. Ini berarti pertemuan dengan Ya’ahowu Tower ini menandakan selamat datang ke kawasan pariwisata ini. Bentukan tower ini berbentuk seperti pusaran angin dari pusaran air yang ada di sekitarnya.


(65)

Gambar 5.7 Bentukan Tower

Ya’ahowu Tower terpecah menjadi 3 bagian : 1. Kaki


(66)

Bagian kaki berfungsi sebagai penopang dari sebuah bangunan. Bagian kaki memegang peran yang kuat dalam pembentukan sebuah landmark. Sebuah bangunan tinggi yang ikonik jika tidak ditopang ataupun tidak kelihatan ditopang dengan kuat akan memunculkan sifat tidak stabil. Bagian kaki ini ditinggikan untuk menciptakan sebuah tumpuan piala dengan cara membuat step anak tangga dengan total tinggi ke lantai 1 bangunan sebesar 4 meter. Penggunaan tangga menuju ke Ya’ahowu Tower juga diambil berdasarkan filosofi dari Nias Selatan itu sendiri, dimana rumah warga dan rumah raja biasa berada di atas dan dapat dicapai dengan menaiki 77 anak tangga (gambar 5.9).

Gambar 5.9 Anak Tangga Menuju Desa Bawomataluo

Fungsi bangunan pada bagian kaki ini adalah sebagai podium dimana terdapat 2 lantai yang berfungsi sebagai daerah komersial. Pada lantai pertama terdapat ruang pameran atau exhibition gallery. Ruang pameran (gambar 5.10) ini adalah ruang tempat dipamerkannya budaya Nias mulai dari tarian, ukiran, alam dll sebagai bentuk pengenalan. Ruang pameran ini juga menampilkan sejarah dari pembentukan Ya’ahowu Tower dan proses perancangannya sampai selesai.


(67)

Gambar 5.10 Contoh Exhibition Gallery

Ruangan terdapat ruangan audiovisual dan theatre. Dua ruangan ini akan menampilkan film baik 2D maupun 3D dalam pengenalan budaya dan keindahan alam Nias Selatan. Ruangan selanjutnya adalah café untuk mengakomodasi pengunjung.

2. Badan

Bagian badan dianalogikan sebagai bentuk pusaran dan bersifat post-modern.

Bentuk pusaran ini ditunjukkan oleh konstruksi baja yang berputar mengelilingi badan dari tower ini. Bagian badan ini yang termasuk bagian sangat menonjol karena tingginya bangunan.


(68)

Sistem struktur pada tower ini menggunakan steel structure atau struktur baja I yang diputar sedemikian rupa hingga membentuk pusaran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.11.

Tingginya bangunan akan semakin meningkatkan gaya horizontal terhadap bangunan atau biasa disebut dengan gaya lateral. Gaya lateral ini dapat meliputi gaya gempa dan gaya angin. Untuk daerah Nias yang dekat dengan daerah gempa maka sangat penting dalam memperhatikan kekuatan struktur utama. Gaya angin sendiri juga akan sangat besar pada ketinggian 167 meter. Struktur utama sebagai tulang punggung yang digunakan adalah sistem core / sheer wall yaitu struktur beton bertulang pada bagian tengah. Pada bagian badan ini terdapat 3 lift dan ditempelkan pada bagian core.

3. Kepala

Bagian kepala adalah simbol utama dari Ya’ahowu Tower ini. Pada bagian kepala ini terdapat beberapa ruangan yaitu gift shop pada lantai 1. Gift shop ini akan menjual segala pernak-pernik sebagai souvenir dari Nias Selatan. Selain menjual miniature dari Ya’ahowu Tower, juga akan menjual berbagai jenis ukiran yang biasa dijual di desa-desa, seperti Desa Bawomataluo yang paling terkenal di Nias Selatan. Pada lantai 2 terdapat restoran mewah di ketinggian 120 meter. Restoran ini juga akan dijadikan restoran ikonik di kawasan pariwisata ini. Satu lantai lagi di paling atas dari bagian kepala Tower adalah area observasi, dimana daerah observasi ini akan menjadi pusat wisata utama untuk melihat


(69)

seluruh keindahan alam yang dimiliki oleh Nias Selatan. View tersebut dapat dicontohkan dari Gambar 5.12.

Gambar 5.12 Keindahan Alam dari ketinggian Desa Bawomataluo

Penggunaan ukiran khas Nias Selatan akan menampilkan arsitektur Vernakular pada bagian kepala Ya’ahowu Tower. Terdapat banyak jenis ukiran di Nias Selatan, dimana ini dapat digunakan pada banyak elemen pada tower ini.


(70)

Gambar 5.14 Ukiran Nias Selatan lainnya

Gambar 5.15 Ukiran Nias Selatan lainnya

Pada ujung kepala tower terdapat sebuah simbol yang merupakan simbol dari Nias Selatan yaitu Lompat Batu atau Hombo Batu. Budaya lompat batu hanya terdapat di Nias Selatan dan merupakan budaya tradisional yang sudah sangat tua usianya. Penggunaan simbol ini (Gambar 5.16) sangat tepat digabungkan dengan bangunan landmark yang ada di kawasan ini.


(71)

Gambar 5.16 Hombo Batu atau Lompat Batu

Bentuk Ya’ahowu Tower yang dirancang oleh perancang telah banyak mengalami perubahan, dikarenakan terjadi perubahan desain yang dipengaruhi oleh ketidaktepatan penggunaan ruang, penggunaan luas ruang yang tidak pas, dan tinggi rendah bangunan.


(72)

Bentuk bangunan yang sebelum revisi terlalu kurus dan terlalu pendek, tidak menunjukkan sebuah landmark. Pada bagian dasar juga belum ditambahkan anak-anak tangga yang mendorong bangunan ini semakin tinggi ke atas. Pada ujung atas Gambar 5.17 dapat dilihat simbol lompat batu.

Kesesuaian ketinggian bangunan akan sangat mempengaruhi konsep landmark ini. Ketinggian yang terlalu besar akan menimbulkan ketidakcocokan terhadap lingkungan sekitar, mengingat kawasan pariwisata ini tidak didesain khusus untuk bangunan yang sangat tinggi. Ketinggian yang terlalu kecil juga akan menimbulkan sifat bantet (gemuk dan pendek).


(73)

Setelah revisi, perancang dapat menunjukkan bahwa penambahan anak-anak tangga di bawah mendorong tower ke atas, dan penambahan tinggi dari badan tower akan menimbulkan kesan gagah. Pada bagian peralihan antara podium dan badan terdapat pola tradisional yang menunjukkan khas Indonesia dari menara. Pada bagian badan dapat dilihat arsitektur post-modern yang diaplikasikan dalam lekukan struktur baja yang menjulang tinggi sampai ke kepala menara. Di tengah dari struktur baja dapat dilihat struktur core yang ditempel oleh lift-lift yang digunakan pengunjung ke atas.

Pada bagian kepala terdapat 2 lantai yang berbentuk mangkok Nias seperti ditunjukkan pada Gambar 5.19 di bawah. Di bagian topi dari kepala menara terdapat 4 buah tanduk yang berupa ukiran tradisional Nias Selatan.

Gambar 5.19 Mangkok Nias Selatan

Dilanjutkan pada bagian simbol Nias yang megah dan agung yaitu Lompat Batu, dapat dilihat adanya podium kecil di bawah batu. Ini bertujuan untuk mendorong batu lebih ke atas sehingga dari bawah dapat dilihat dengan jelas simbol Lompat Batu tanpa terhalang oleh bagian kepala yang berbentuk mangkok.


(74)

Gambar 5.20 Potongan Ya'ahowu Tower

Dilihat dari potongan bangunan seperti Gambar 5.20 dapat dilihat proses sirkulasi ketika berada di bawah anak tangga. Visualisasi suasana dapat dilihat dari Gambar 5.21.


(75)

Ya’ahowu Townhouse

Setelah perancang menentukan desain yang tepat dalam penentuan ruang terbuka hijau dan Ya’ahowu Tower, selanjutnya perancang menentukan desain dan lokasi yang tepat untuk meletakkan townhouse. Bentuk townhouse yang mengitari daerah plaza seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.4 mengadopsi arsitektur klasik tradisional dan modern. Bentuk tradsional terdapat pada kolom dan atap bangunan sedangkan bentuk modern terdapat pada bukaan bangunan.

Gambar 5.22 Denah Ya'ahowu Townhouse

Karena bentuknya yang berputar, maka terjadi pola berulang seperti pola pada Gambar 5.22 di atas, sehingga untuk setiap 2 townhouse akan berbagi 1 taman kecil untuk mengurangi akibat arsitektur rumah kembar.


(76)

Gambar 5.23 Tampak Ya'ahowu Townhouse

Gambar 5.24 Suasana Ya'ahowu Townhouse

Seperti yang dibahas di atas, Ya’ahowu menggunakan arsitektur pencampuran antara klasik tradisional dan modern pada bukaannya. Pada gambar 5.23 di atas dapat dilihat bahwa penggunaan kolom yang klasik ditambah bentuk Kalabubu (kalung yang digunakan untuk perang oleh pria) di sampingnya. Untuk atap


(77)

townhouse sendiri digunakan atap tradisional Nias. Pada bukaan digunakan kusen aluminium yang bersifat lebih modern. Ukiran pada lisplank atap juga tidak berlebihan seperti pada arsitektur klasik. Pada lantai 2 di samping pintu terdapat 2 buah perisai (Baluse dalam Bahasa Nias) sebagai penjaga. Visualisasi suasana Ya’ahowu Townhouse dapat dilihat dari Gambar 5.24.

Perspektif eksterior dari seluruh kawasan plaza dapat dilhat dari gambar 5.25 di bawah dengan seluruh bangunan yang telah dipadu, termasuk Ya’ahowu Tower yang sudah digabung dengan plaza dan townhousenya. Elemen-elemen lain seperti jalan besar dan lainnya sudah dapat terlihat.


(78)

Gambar 5.26 Perspektif Taman

Ofulo Junction

Proyek selanjutnya yang terintegrasi dengan Ya’ahowu Tower adalah pusat perbelanjaan terpadu di atas tanah berukuran 8.5 Ha yang dinamakan Ofulo Junction. Ofulo berarti “ngumpul” dalam Bahasa Nias, sedangkan Junction berarti persimpangan. Dinamakan demikian karena pusat perbelanjaan ini diharapkan menjadi tempat berkumpul utama masyarakat, serta letak bangunan ini yang berada di persimpangan.


(79)

Gambar 5.27 di atas menunjukkan letak Ofulo Junction terhadap Ya’ahowu Tower yang berada di persimpangan jalan utama. Di kawasan besar ini termasuk ke dalam kawasan komersial.

Gambar 5.28 Zoning Ofulo Junction

Pada gambar 5.28 dapat dilihat bahwa kawasan berwarna biru adalah pusat perbelanjaan terpadu Ofulo Junction. Tata arsitektur yang ada pada pusat perbelanjaan ini berbentuk melingkar seperti fluida yang mengikuti bentuk site dan terpusat pada bundaran di persimpangan di kanan. Di bagian depan bangunan tersebut terdapat sebuah kanal yang masih merupakan konsep besar dari KEK Pariwisata Idealand yaitu kota kanal seperti pada Venesia, Italia. Moda transportasi untuk mencapai daerah ini meliputi transportasi darat (mobil dan


(80)

kendaraan umum) yang lahan parkirnya terdapat pada kawasan berwarna oranye. Untuk moda transportasi selain itu dapat digunakan gondola melalui jalur kanal yang dapat dicontohkan seperti gambar 5.29.

Gambar 5.29 Transportasi Melalui Kanal

Penjelasan lebih lanjut pada gambar 5.28 yaitu kawasan berwarna hijau adalah pusat kuliner yaitu dengan motto “Makan di Hutan”. Semua pesanan yang

dipesan dari pusat perbelanjaan di lantai 1 dapat dibawa langsung ke daerah kawasan hijau yang berbentuk gubuk. Gubuk ini mengadopsi konsep Kampung Daun yang ada di Bandung, Jawa Barat seperti yang dijelaskan pada bab sebelumya. Kelebihan lain yang dapat ditawarkan adalah suara merdu air laut karena daerah pusat kuliner yang berada di hutan yang dekat dengan laut yang akan menawarkan sensasi yang berbeda. Visualisasi suasana gubuk ini dapat dilihat dari gambar 5.30.


(81)

Gambar 5.30 Suasana Gubuk Kuliner

Desain yang dikonsepkan pada pembentukan massa Ofulo Junction adalah mengacu pada arsitektur post-modern dan mengikuti bentuk denah, tapi juga tetap memfokuskan pada plaza-plaza kecil di bagian depannya. Besarnya plaza di bagian depan Ofulo Junction ini memberikan kesan sebagai tempat berkumpul (gambar 5.31), dan adanya kanal akan membuat suasana yang sejuk ditambah dengan tambahan vegetasi.

Gambar 5.31 Bentukan Denah yang Mengikuti Pola Site dan Terfokus pada Bundaran


(82)

Dapat dilihat dari gambar 5.32 di bawah, bangunan Ofulo Junction terdiri dari 3 massa yaitu 2 bangunan pendamping (atas dan bawah) dan 1 bangunan utama di tengah. Bangunan utama memiliki luas yang paling besar. Karena panjang bangunan utama ini yang mencapai 150 meter dari ujung ke ujung, maka bangunan ini dipecah menjadi 3 bagian kecil dimana bagian-bagian kecil ini dihubungkan dengan jembatan.

Gambar 5.32 Ground Plan Ofulo Junction

Pada diagram berwarna merah Gambar 5.32 adalah bangunan utama yang dibagi menjadi 3 bagian kecil yang mengitari kanal sebagai moda transportasi sekunder. Diagram yang berwarna biru muda adalah 2 bangunan pendamping. Pada bangunan Ofulo Junction ini sangat minimal penggunaan AC karena konsep


(83)

bangunan yang berupa koridor dan memanfaatkan angin sebagai pendingin bangunan. Pada lantai 2 setiap bangunan dihubungkan dengan jembatan yang disebut juga dengan skywalk.

Bagian tengah pada bangunan utama pusat perbelanjaan ini dibuat sebuah atap yang lebih tinggi dari yang lainnya menunjukkan bentuk post-modern dari atap tradisional Nias.

Gambar 5.33 Perbandingan Atap Ofulo Junction dengan Atap Tradisional Nias

Pada bagian kanal, terdapat sebuah plaza dimana pada bagian tengahnya terdapat sebuah air mancur besar. Air mancur ini mengadopsi taman air yang langsung bisa dimasuki pengunjung seperti yang ada di World’s Fair Park, Knoxville (Gambar 5.34).


(84)

Gambar 5.34 Water Fountain Park

Suasana air mancur beserta penampakan Ya’ahowu Tower dari kejauhan serta kanal dan jembatan dapat dilihat dengan jelas pada gambar 5.35.

Gambar 5.35 Suasana Water Fountain Park

Perspektif eksterior dari site secara keseluruhan dapat ditunjukkan pada gambar 5.36 di bawah berikut ini.


(85)

Perspektif setiap bangunan dapat ditunjukkan pada Gambar 5.37, 5.38, dan 5.39 di bawah ini.

Gambar 5.37 Bangunan Samping 1

Gambar 5.38 Bangunan samping 2


(86)

6.

BAB VI THE UTILITIES

Setelah perancang menyelesaikan konflik dan masalah yang ada dalam proses perancangan dengan memberikan solusi dalam bentuk rancangan desain. Pentingnya dalam menentukan struktur dan sistem utilitas yang tepat untuk diimplementasikan pada bangunan sangat menentukan dalam realitas konstruksi bangunan. Setiap desain yang terdapat pada rancangan dalam aspek fisik dan non fisik, baik berupa jalan utama sampai jalan pedestrian, ruang luar dengan ruang dalam, bangunan dengan lansekap, telah diperhitungkan dengan sangat matang melalui analisa-analisa yang telah dijelaskan sebelumnya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari proses perancangan ini adalah harus dengan tepat menentukan sistem struktur dan utilitas apa yang tepat untuk diaplikasikan dalam bangunan sehingga menimbulkan kesan yang nyaman dirasakan pengunjung.


(87)

Seperti pada gambar 6.1 di atas dan Gambar 6.2 di bawah yaitu gambar potongan Ya’ahowu Tower, dapat dilihat penggunaan sheer wall (dinding beton komposit) sebagai core (tulang punggung bangunan). Penggunaan sistem struktur ini telah diperhitungkan untuk menahan gaya lateral (gaya gempa dan gaya angina) karena beban angin yang besar pada ketinggian 160 meter dan beban bangunan yang besar pada gaya gempa.

Gambar 6.2 Sistem Struktur

Sistem struktur dari Ya’ahowu Tower adalah sistem sheer wall core yang terletak di tengah bangunan sebagai inti dari bangunan dan memperlihatkan arsitektur sekaligus sebagai penahan beban lateral. Pada gambar 6.2 dapat dilihat bahwa warna coklat muda menunjukkan penggunaan sambungan baja-baja I yang berbentuk lengkungan sebagai penahan tambahan bangunan.


(88)

Gambar 6.3 Transportasi Vertikal

Sistem transportasi vertikal yang ada pada Ya’ahowu Tower adalah 3 lift untuk naik ke lantai paling atas seperti yang dapat ditunjukkan pada gambar 6.3.

Gambar 6.4 Sistem Air Bersih Tower

Sistem air bersih dimulai dari ruang pompa di lantai 1 kemudian diteruskan ke


(89)

Gambar 6.5 Sistem Air Limbah Tower

Sistem air limbah diturunkan dari lantai paling atas ke bawah melalui shaft ke

infiltration well dan septic tank.

Gambar 6.6 Sistem Pelistrikan Tower

Sistem pelistrikan melalui ruang trafo kemudian ke ruang genset dikontrol di ruang panel pada setiap lantai tower.


(90)

Sistem utilitas yang sama juga berlaku pada pusat perbelanjaan Ofulo Junction.

Gambar 6.7 Transportasi Vertikal Ofulo Junction

Sistem transportasi vertikal yang ada pada Gambar 6.2 di atas menggunakan lift (diagram warna kuning) dan tangga kebakaran (diagram warna merah). Dapat dilihat pada gambar 6.7 di atas bahwa yang disimbolkan dengan warna merah adalah tangga kebakaran. Tangga kebakaran pada bangunan kiri dan kanan terdapat di tengah massa untuk melayani secara terpusat. Tangga kebakaran yang terdapat pada bangunan utama di tengah terdiri dari dua tangga yang terdapat di ujung-ujung bangunan akibat panjangnya massa bangunan. Peletakan lift juga terletak tidak jauh dari daerah tangga kebakaran.


(91)

Gambar 6.8 Sistem Air Bersih Ofulo Junction

Sistem air bersih di Ofulo Junction ditunjukkan pada Gambar 6.3. Sistem sanitasi air bersih di mulai dari PDAM kemudian diteruskan ruang pompa ke dalam

water tank kemudian di pompa ke water tank di lantai paling atas. Dengan tenaga gravitasi air diturunkan dari water tank di lantai atas ke setiap lantai. Setiap massa bangunan memiliki water tank tersendiri yang terletak pada bagian atap bangunan.


(92)

Sistem air limbah di Ofulo Junction ditunjukkan pada Gambar 6.4. Limbah ringan diteruskan dari shaft menuju ke infiltration well kemudian ke riol kota. Untuk limbah berat diteruskan dari shaft menuju ke septic tank. Untuk setiap massa bangunan difasilitasi oleh satu septic tank yang terletak pada jalan untuk mempermudah control sewaktu dibutuhkan.

Gambar 6.10 Sistem Pelistrikan Ofulo Junction

Sistem pelistrikan ditarik dari PLN ke ruang trafo, kemudian diteruskan ke ruang genset, dan melalui ruang panel di setiap lantai dikontrol pelistrikan setiap lantai.


(93)

72 7. BAB VII

IDEA HANDOVER

Setelah proses perancangan sampai kurang lebih satu semester, perancang menyelesaikan dan mempersiapkan gambar-gambar yang akan dipresentasikan pada sidang terakhir. Awal presentasi dimulai dengan panel yang menerangkan tentang masalah, lokasi, dan potensi yang ada pada site yang akan dibangun (Lampiran 1). Penerangan konsep disertakan dengan contoh-contoh baik dalam penyajian arsitektur bentuk bangunan maupun penjelasan latar belakang pemilihan fungsi dan susunan denah serta memberikan contoh studi kasus yang diterapkan. Pada panel berikutnya (Lampiran 2) lebih menjelaskan tentang bentukan massa dan penzoningan dari setiap bangunan, serta bagaimana ruang luar dan ruang dalam saling mempengaruhi dalam desain.

Panel berikutnya (Lampiran 3 dan Lampiran 4) lebih menjelaskan ke sistem utilitas dan sistem struktur yang diterapkan pada bangunan. Bagaimana seharusnya teknologi struktur dan konstruksi yang tepat untuk diimplementasikan ke dalam bangunan, dan bagaimana sistem elektrikal, sanitasi, dan kebakaran dalam bangunan. Terakhir adalah panel yang menjelaskan tentang desain (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Panel ini berisi tentang rancangan denah tampak yang merupakan gambar kerja dasar bangunan, dan visualisasi suasana yang di desain.

Penjelasan panel disertai dengan bentuk maket yang telah disiapkan, yang dapat dilihat pada gambar 8.1.


(94)

Gambar 7.1 Maket Kawasan Ya'ahowu Tower

Pada pertengahan presentasi perancang juga diberikan masukan dan kritik oleh dosen penguji yakni Bapak Imam Faisal Pane dan Bapak Hajar Suwantoro. Bapak Imam Faisal Pane memberikan masukan tentang tema keseluruhan yang diusulkan. Beliau juga menyampaikan bahwa desain arsitektur juga dapat terlihat pada bentukan kota, bukan hanya pada fasad bangunan. Seperti contoh pola perkampungan yang ada di Nias Selatan dimana rumah raja terletak pada ujung jalan dan rumah rakyat itu ada di sepanjang jalan tersebut. Bapak Hajar Suwantoro memberikan saran berupa cara presentasi arsitektur dan suasana. Beliau mengatakan bahwa sebagai arsitek haruslah menempatkan diri sebagai pengguna dan visualisasi sebaiknya diberikan dalam pandangan manusia di dalam site tersebut, sehingga perancang sebagai arsitek dapat merasakan yang dirasakan oleh pengguna nantinya.


(95)

74

8.

BAB VIII

THE LANDMARK

Tema dari perancangan kali ini adalah Arsitektur Post-Modern Vernacular yaitu sebuah tema arsitektur yang mengangkat keunikan baik melalui elemen tradisional, budaya, maupun identitas daerah ke dalam desain yang Post-Modern,

sebuah desain yang maju, modern, dan unik. Diharapkan kawasan komersial dengan konsep landmark dalam bangunan menara dan pusat perbelanjaan dapat menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Kedatangan wisatawan dalam kawasan pariwisata yang baru ini diharapkan dapat mengenalkan identitas Nias ke masyarakat luas, khususnya wisatawan mancanegara.


(96)

Situasi Nias Selatan saat ini pada dasarnya masih belum terlalu dikelola. Padahal keanekaragaman hayati dan elemen-elemen budaya sebenarnya dapat menarik perhatian masyarakat luas. Dengan perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Teluk Dalam Nias Selatan maka akan dapat mendorong perkembangan infrastruktur pada kawasan Nias Selatan. Dalam KEK Pariwisata ini terdapat berbagai jenis kawasan, mulai dari kawasan komersial, perhotelan, permainan, hingga lapangan golf. Kawasan komersial inilah yang akan menjadi penyambut dari kawasan tersebut.

Bangunan landmark ini akan menjadi identitas dari keseluruhan kawasan tersebut. Dengan menyusuri jalan utama akan terlihat sebuah jalan besar yaitu Ya’ahowu Tower dan pusat perbelanjaan Ofulo Junction. Landmark ini pada akhirnya diharapkan akan menjadi daya tarik khusus menarik pengunjung dan meningkatkan devisa negara sekaligus perkenalan secara mendalam terhadap kawasan yang memiliki budaya yang tradisional dan berusia sangat tua ini.


(97)

76

9.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8401812/Arsitektur_Post_Modern https://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Jencks http://dimensi.petra.ac.id/index.php/ars/article/viewFile/15713/15705 http://www.academia.edu/1477297/The_Transformation_of_Tokyo_during_the_1 950s_and_the_Early_1960s._Projects_Between_City_Planning_and_Urban_Utopi a http://setkab.go.id/jangan-harap-mimpi-presiden-jokowi-minta-pembangunan-kek-tanjung-lesung-lebih-serius/ https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Nias_Selatan https://en.wikipedia.org/wiki/Venice http://ononiha.org/wiki/Kabupaten_Nias_Selatan http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasan-konservasi/details/1/46 Zahnd, Markus. 2006. Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta:Kanisius https://en.wikipedia.org/wiki/Kevin_A._Lynch

https://en.wikipedia.org/wiki/Space_Needle

http://www.historylink.org/index.cfm?DisplayPage=output.cfm&File_Id=1424 https://id.wikipedia.org/wiki/Cihampelas_Walk

http://www.cihampelaswalk.com/

Dwyer et al. 2002. Future Directions for Urban Forestry Research https://sites.google.com/site/tamanbandung/fun-facts/untuk-apa-rth


(98)

10.LAMPIRAN

Tabel Luas Ruangan Bangunan Tower

No. Ruang Luas (m2)

Jumlah Ruang

Luas Total (m2)

1. Exhibition Gallery 170 1 170

2. R. Audiovisual 75 1 75

3. Theatre 70 1 70

4. R. Mesin 15 1 15

5. R. Pompa 15 1 15

6. R. Chiller 15 1 15

7. R. Pengelola 15 2 30

8. Retail & Café 45 8 360

9. R. AHU 10 3 30

10. Shaft 6 4 24

11. Gift shop 30 2 60

12. Kitchen 22 2 44

13. Lounge & Restoran 250 1 250

14. R. Water Tank 50 1 50

15. Toilet 10 3 30


(99)

Tabel Luas Ruangan Bangunan Tower

No. Ruang Luas (m2)

Jumlah Ruang

Luas Total (m2)

1. R. Mesin 60 2 120

2. R. Trafo 30 2 60

3. R. CCTV 30 2 60

4. R. Panel & AHU 30 4 120

5. R. Pompa & GWT 60 4 240

6. R. AHU 45 2 90

7. R. Service 45 2 90

8. Toilet 28 12 336

9. Retail Tipe A 24 25 600

10. Retail Tipe B 80 25 2000

11. Retail Tipe C 60 50 3000

12. Retail Tipe D 30 34 1020

13. Supermarket 400 1 400

14. Area Karaoke 500 1 500

15. Gramedia 400 1 400

16. Studio 800 1 800

17. Ofulo XXI 1600 1 1600

18. R. Pengelola & Karyawan 20 14 280


(100)

(1)

79

Lampiran 3


(2)

80

Lampiran 4


(3)

81

Lampiran 5


(4)

82

Lampiran 6


(5)

83

Lampiran 7


(6)

84

Lampiran 8