Perancangan Museum Budaya dan Gereja sebagai Landmark Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Idealand, Teluk Dalam, Nias Selatan

(1)

PERANCANGAN MUSEUM BUDAYA DAN GEREJA

SEBAGAI LANDMARK KAWASAN EKONOMI

KHUSUS PARIWISATA IDEALAND, TELUK DALAM,

NIAS SELATAN

(ARSITEKTUR POSTMODERN)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

OLEH :

JOSHUA DP HUTAPEA 110406042

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KHUSUS PARIWISATA IDEALAND, TELUK DALAM,

NIAS SELATAN

(ARSITEKTUR POSTMODERN)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

OLEH :

JOSHUA DP HUTAPEA 110406042

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERANCANGAN MUSEUM BUDAYA DAN GEREJA

SEBAGAI LANDMARK KAWASAN EKONOMI

KHUSUS PARIWISATA IDEALAND, TELUK DALAM,

NIAS SELATAN

(ARSITEKTUR POSTMODERN)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Oleh :

JOSHUA DP HUTAPEA 110406042

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015


(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN MUSEUM BUDAYA DAN GEREJA

SEBAGAI LANDMARK KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PARIWISATA IDEALAND, TELUK DALAM, NIAS

SELATAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yan pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015

(Joshua D P Hutapea)


(5)

Judul Skripsi : PERANCANGAN MUSEUM BUDAYA DAN GEREJA SEBAGAI LANDMARK KAWASAN

EKONOMI KHUSUS PARIWISATA

IDEALAND TELUK DALAM, NIAS SELATAN Nama Mahasiswa : Joshua D P Hutapea

Nomor Pokok : 110406042 Program Studi : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Firman Eddy, ST, MT NIP. 196910182000031001

Ketua Program Studi, Koordinator Skripsi,

Ir. Vinky Rahman, M.T. Ir. Vinky Rahman, M.T. NIP. 196606221997021001 NIP. 196606221997021001

Tanggal Lulus: Juli 2015


(6)

Telah diuji pada Tanggal: 13 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Firman Eddy, ST, MT

Anggota Komisi Penguji : 1. Imam Faisal Pane, ST, MT


(7)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Joshua D P Hutapea

NIM : 110406042

Judul Proyek Tugas Akhir : Perancangan Museum Budaya dan Gereja sebagai Landmark Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Idealand, Teluk Dalam, Nias Selatan

Tema : Arsitektur Postmodern

Rekapitulasi Nilai :

A

B+

B

C

C+

D

E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Koordinator RTA - 4231 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa

Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015

Ketua Departemen Arsitektur, Koordinator Tugas Akhir,

Ir. N. Vinky Rahman, MT Ir. N. Vinky Rahman, MT NIP: 196606221997021001 NIP: 196606221997021001


(8)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah, pemilik kerajaan Surga, sumber ilmu pengetahuan. Atas berkat dan karunia-Nya yang tak pernah habis saya dapat melewati setiap proses dari proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir yang memiliki judul “Perancangan Museum Budaya dan Gereja sebagai Landmark Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Idealand, Teluk Dalam, Nias Selatan” yang mengambil tema dan pendekatan Arsitektur Postmodern, baik dari konsep bentukan bangunannya, nilai vernakularitasnya serta teknologi bangunannya.Perancangan ini memiliki visi untuk menghidupkan kembali gairah kebudayaan Nias Selatan serta kecintaan & kebanggan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiridan memperkenalkannya kepada dunia juga mendukung pariwisata Indonesia.

Tugas Akhir ini diproses dengan penuh suka dan duka yang tidak bisa dilalui tanpa dukungan.Doa, semangat, dan perhatian yang tiada berhenti mengalir dari orang tua, kedua saudaraku, terkasih, keluargaku dalam Kristus, dan semua orang yang terlibat dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini.

Saya juga sebagai manusia yang tak lepas dari pada kesalahaan, masih merasa bahwasannya laporan Tugas Akhir yang saya perbuat ini masih jauh dari “kesempurnaan”, masih memerlukan kritik, saran, dan masukan, serta dapat


(9)

ii dijadikan tambahan bahan diskusi untuk desain yang lebih baik bagi kemajuan Kabupaten Nias Selatan.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan kedalaman hati, saya menyampaikan rasa hormat kepada Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Firman Eddy, ST, MT, yang mana atas kesediaannya untuk terus membantu, mendorong, memotivasi, pengarahan serta waktu yang terus diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Studio Perancangan Arsitektur 6 ini. Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada para penguji Ibu Ir. Dwira Aulia, M.Sc; Ibu Putri Pandasari,ST, MT; Bapak Ir.Rudolf Sitorus, MLA; bapak Imam Faisal Pane,ST, MT dan Bapak Hajar Suwantoro,ST, MT yang telah bersedia memberikan komentar dan kritikan dengan tujuan untuk membangun tugas akhir ini semakin baik. Rasa hormat dan terima kasih juga saya haturkan kepada:

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T. sebagai Ketua Departemen Arsitektur, juga seorang mentor yang menuntun saya di dalam dunia nyata perancangan dan dalam hal lain yang bersifat non-akademis. Terima kasih untuk kesempatan bekerja sama dengan Bapak, sebuah pelajaran yang sangat berharga.

 Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA Sekretaris Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara, dan juga Ibu Ir.Basaria Talarosha, MT. Terima kasih untuk semua pemikiran yang luar biasa, konsistensi, pengalaman serta keramahan pada sosok-sosok muda yang dulu gamang menatap masa depan.


(10)

iii  Kepada sosok yang selalu mendukung saya, Mama, Ir. Putri Susi Fauzia, yang tak pernah lelah untuk menyekolahkan ketiga anaknya, tak pernah lelah berdoa dan berusaha untuk hidup yang lebih baik. Terima kasih atas pengorbananmu.

 Kepada sosok yang saya banggakan, Abang, Johannes Diandra, dan Adik, Julia Ravenska yang menjadi sukacita dalam keluarga. To Infinity and Beyond!

 Untuk teman, sahabat, partner sejak semester 1 hingga ujung masa perkuliahan, Robert, BP, Dana, Gunario, serta teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih sebesar-besarnya untuk sepenuhnya kalian. Salute!

 Kepada Saudara-saudara KTB-ku yang terkasih dalam nama Kristus Yesus, Kak Agatha, Ariyanto, Daniel, Tince, Martha, Riva. Terima kasih untuk semua kebersamaan, pertumbuhan, perjalanan bersama dalam memperjuangkan iman kita. Terima kasih untuk semua doa, sharing, debat dan tanggung jawab.

 Terima kasih untuk Kak Gohanna Navratilova Sirait,SS dan juga Kak Rini Sipahutar,S.Psi –orang-orang hebat yang mau menjadi sahabat, kakak dan mentor. Untuk Kak Molenta Naibaho,A.Md dan Surya Situngkir, saudara yang sangat mendukung dalam proses ini. Terima kasih untuk semuanya.


(11)

iv  Untuk seluruh keluargaku di dalam pelayan siswa Persisten Medan, yang telah menempah dan membentuk karakter yang terus diperjuangkan sampai mencapai keserupaan dengan Kristus.

 Kepada Ira Putri Utami Hulu, pribadi yang penuh semangat, atraktif dan konsisten. Sebuah hal yang luar biasa dapat menyaksikan pertumbuhanmu, mendengarkan pemikiran kritismu. Terima kasih telah menjadi teladan untuk berani bermimpi besar dan bertindak besar, untuk semua semangat dan dorongan, teguran, sapaan, dan kejujuran. Senang bisa mengenalmu.

 Kepada yang terhormat, orang-orangyang sudah mendukung pengerjaan Tugas akhir saya secara finansial dan juga dalam doa, Bang Simon Dertha Tarigan, Kak Hotnida Sitorus, Kak Elisabet Samosir, Kak Juni Sitompul, Kak Herlina Silitonga, Bang Armen Samosir dan semua pihak yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih sebesar-besarnya untuk semua dukungan yang telah diberikan.

Medan, Juli 2015 Penulis


(12)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAK ... ix

BAB I SEBUAH PENGANTAR ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan ... 3

1.4. Lingkup / Batasan Proyek ... 4

1.5. Pendekatan Perancangan ... 5

1.6. Kerangka Berfikir ... 6

BAB II SEBUAH PENGALAMAN ... 7

2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek ... 7

2.2. Tinjauan Umum Proyek ... 9

2.2.1. Museum Budaya ... 9

2.2.2. Gereja ... 10

2.2.3. Hotel Resort ... 11

2.2.4. Ruang Terbuka Hijau ... 13

2.3. Lokasi Perancangan ... 14

2.3.1. Pengenalan Lokasi ... 14

2.3.2. Survey : Lebih Dekat dengan Tapak ... 16

2.4. Analisis Lokasi Perancangan... 19

2.4.1. Analisa Iklim Site ... 19

2.4.2. Analisa View ... 20

2.4.3. Analisa Vegetasi Existing ... 22

2.5. Bawömataluo, Saksi Kebudayaan yang Bertahan Hidup ... 23

2.5.1. Tujuh Puluh Tujuh Anak Tangga ... 23

2.5.2. Omo Sebua- Sebuah Warisan Arsitektur ... 30

BAB III STUDI : SEBUAH PERBANDINGAN ... 33

3.1. Studi Banding 1 - Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta ... 33


(13)

vi

3.3. Studi Banding 3 Maya Ubud Resort & Spa, Bali ... 40

BAB IV SEBUAH IDE KONSEPTUAL ... 42

4.1. Ide Awal Sebuah Masterplan ... 43

4.2. Menuju Preview 2 - Bagian Pertama ... 46

4.3. Menuju Preview 2 Bagian Kedua ... 50

4.4. Preview 2 ... 53

BAB V SEBUAH EKSEKUSI DESAIN ... 55

5.1. Masterplan Kawasan ... 55

5.2. Museum Budaya ... 56

5.3. Gereja BNKP Idealand ... 66

5.4. Sebua Hotel Resort ... 73

5.5. Hada Promenade ... 87

BAB VI GARIS AKHIR ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... xii


(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Diagram Kerangka Berfikir ... 6

Gambar 2. 1. Peta Udara Lokasi Perancangan ... 15

Gambar 2. 2. View laut dari tepi jalan menuju Teluk Dalam ... 16

Gambar 2. 3. Kondisi lahan existing dan area yang sedang digarap ... 17

Gambar 2. 4. Ilustrasi Pergerakan Matahari terhadap Site... 20

Gambar 2. 5. View ke dalam Site ... 21

Gambar 2. 6. View ke Luar Site ... 22

Gambar 2. 7. Peta Udara Desa Budaya Bawömataluo terhadap site ... 24

Gambar 2. 8. Beberapa Warisan Artefak yang disimpan di Museum Desa ... 25

Gambar 2. 9. Pakaian Adat/ Tradisional Nias Selatan di Museum Desa Bawömataluo... 26

Gambar 2. 10. Tangga menuju desa Bawömataluo... 27

Gambar 2. 11. Omo Sebua (atas) dan Omo Hada (bawah) ... 28

Gambar 2. 12. Ukiranpadabatu besar di depan Omo Sebua sebagai tempat ritual 28 Gambar 2. 13. Fahombo Batu ... 29

Gambar 2. 14. Tari Perang (Tari Fataele) ... 30

Gambar 2. 15. Tampak Depan Omo Sebua ... 31

Gambar 2. 16. Desain Atap Omo Sebua, sebuah kearifan lokal ... 32

Gambar 2. 17. Kondisi Ruang Dalam Omo Sebua Saat Ini ... 32

Gambar 3. 1. Kolase Foto Museum Ullen Sentalu... 33

Gambar 3. 2. Luce Memorial Chapel ... 39

Gambar 3. 3. Foto-foto suasana dan Fasilitas Maya Ubud Resort & Spa ... 41

Gambar 4. 1. Ide Awal Zona Fungsi Kawasan Secara Keseluruhan ... 44

Gambar 4. 2. Contoh Analisis Sirkulasi Secara Makro yang Dibuat Oleh Tim Perancang ... 45

Gambar 4. 3. Gagasan Zoning Kawasan Museum Budaya ... 47

Gambar 4. 4. Posisi Museum Budaya (Istana Rakyat) pada Peta Udara Kawasan 48 Gambar 4. 5. Skema Berpikir Konsep Building as a Sculpture ... 51

Gambar 4. 6. Beberapa Implementasi Konsep Water-crossed Zone pada Kawasan52 Gambar 5.1. Masterplan Kawasan ... 55

Gambar 5.2. Skema Pergerakan Ruang -Ruang Museum ... 56


(15)

viii

Gambar 5.4. Contoh Aplikasi Axis Mundi pada Candi Prambanan ... 59

Gambar 5.5. Implementasi Konsep Axis Mundi pada Landscape Museum ... 59

Gambar 5.6. Gambar Kerja Museum Budaya ... 65

Gambar 5.7. Perspektif Suasana Ruang Luar Museum... 66

Gambar 5.8. Konsep Massa Gereja ... 67

Gambar 5.9. Fitur Desain Gereja ... 67

Gambar 5.10. Gambar Kerja Gereja ... 72

Gambar 5.11. Perspektif Suasana Gereja ... 73

Gambar 5.12. Konsep Pembentukan Massa Hotel ... 75

Gambar 5.13. Diagram Fungsi Ruang Hotel ... 75

Gambar 5.14. Gambar Kerja Sebua Hotel ... 82

Gambar 5.15. Perspektif Suasana Cottage ... 84

Gambar 5.17. Gambar Kerja Bay Cottage ... 85

Gambar 5.17. Gambar Kerja Floating Cottage ... 86

Gambar 5.18. Konsep Pembentukan Pola Pedestrian pada RTH... 87

Gambar 5.19. Segmentasi Ruang pada RTH ... 88


(16)

ix

ABSTRAK

Indonesia, merupakan negara dengan kekayaan budaya dan potensi alam yang sangat beragam dan luar biasa -tersebar di seluruh gugusan pulau-pulaunya.Sumatera utara adalah salah satunya.Kekayaan potensi alam dan budaya ini seharusnya dapat menjadikan provinsi ini menjadi salah satu opsi dari destinasi wisata nusantara bahkan dunia. Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu region yang memiliki kekayaan-kekayaan tersebut, namun sampai sekarang seakan tersembunyi dan hanya diketahui oleh segelintir orang. Tugas ini dibuat dalam rangka menjawab isu „hilangnya‟ potensi budaya dan alam tersebut dengan kemasan pariwisata yang secara holistik dapat menghidupkan kembali nilai-nilai yang tersembunyi itu. Kemudian isu lain yang dipandang penting adalah kontekstualitas arsitektur dalam menghadirkan aura budaya tanpa mengalihkan nilai-nilai utamanya. Untuk itu diangkatlah tema besar Postmodern Architecture sebagai acuan dasar perancangan kawasan ini.

Secara sederhana, laporan skripsi ini dipandang sebagai sebuah sekuel dari proses desain, pengamatan, analisis dan implementasi ke dalam sebuah perancangan yang dikerjakan dalam Studio PA 6. Tujuan akhir dari tugas ini adalah perancangan sebuah kawasan museum budaya dengan beragam fungsi yang dapat memfasilitasi wisatawan untuk menikmati tour budaya di dalam sebuah kawasan pariwisata. Arsitektur bangunan yang dirancang pun dibuat dengan proses panjang yang mengalami banyak revisi sehingga menghasilkan bentukan yang kuat dalam filosofisnya namun tetap modern dalam penampilannya. Hingga pada akhirnya nilai arsitektur postmodern dan kebudayaan yang diwariskan tetap hidup sampai selanjutnya.

Kata Kunci : Pariwisata, Budaya, Bawömataluo, Museum, Landscape,


(17)

x

ABSTRACT

Indonesia, a country filled with so many cultural and natural potential which so varied and extraordinary -spread across islands. North Sumatra is one of them. The potential of natural and cultural wealth of this province should be able to make it became one of the local and even world-class tourism options destination. South Nias district is one of the regions that have those kind of wealth, but until nowadays it seems like it was hidden and only known by a small group of people. This report is made in order to response the issue of cultural and natural potential 'disappearance'of the tourism package that holistically can revive hidden values. And the other issues that seemed important is contextuality of architecture in representing the cultural aura without divertingit’s primary values. For the major themes Postmodern Architecture was appointed as the basic reference design of this cultural region planning.

This thesis report is seen as a sequel of the design process, observation, analysis and implementation into a design that worked in Architectural Design Studio 6. The final goal of this task is the design of a cultural museum region with varied functions that could accommodate the tourists to enjoy cultural tour in a tourism area. It’s Architectural design also made with the long process through many revisions resulting in a powerful shape in its philosophy yet presenting modernity. So that the value of postmodern architecture and cultural heritage remains alive.

Keywords : Tourism, Culture, Bawömataluo, Museum, Landscape,


(18)

ix

ABSTRAK

Indonesia, merupakan negara dengan kekayaan budaya dan potensi alam yang sangat beragam dan luar biasa -tersebar di seluruh gugusan pulau-pulaunya.Sumatera utara adalah salah satunya.Kekayaan potensi alam dan budaya ini seharusnya dapat menjadikan provinsi ini menjadi salah satu opsi dari destinasi wisata nusantara bahkan dunia. Kabupaten Nias Selatan adalah salah satu region yang memiliki kekayaan-kekayaan tersebut, namun sampai sekarang seakan tersembunyi dan hanya diketahui oleh segelintir orang. Tugas ini dibuat dalam rangka menjawab isu „hilangnya‟ potensi budaya dan alam tersebut dengan kemasan pariwisata yang secara holistik dapat menghidupkan kembali nilai-nilai yang tersembunyi itu. Kemudian isu lain yang dipandang penting adalah kontekstualitas arsitektur dalam menghadirkan aura budaya tanpa mengalihkan nilai-nilai utamanya. Untuk itu diangkatlah tema besar Postmodern Architecture sebagai acuan dasar perancangan kawasan ini.

Secara sederhana, laporan skripsi ini dipandang sebagai sebuah sekuel dari proses desain, pengamatan, analisis dan implementasi ke dalam sebuah perancangan yang dikerjakan dalam Studio PA 6. Tujuan akhir dari tugas ini adalah perancangan sebuah kawasan museum budaya dengan beragam fungsi yang dapat memfasilitasi wisatawan untuk menikmati tour budaya di dalam sebuah kawasan pariwisata. Arsitektur bangunan yang dirancang pun dibuat dengan proses panjang yang mengalami banyak revisi sehingga menghasilkan bentukan yang kuat dalam filosofisnya namun tetap modern dalam penampilannya. Hingga pada akhirnya nilai arsitektur postmodern dan kebudayaan yang diwariskan tetap hidup sampai selanjutnya.

Kata Kunci : Pariwisata, Budaya, Bawömataluo, Museum, Landscape,


(19)

x

ABSTRACT

Indonesia, a country filled with so many cultural and natural potential which so varied and extraordinary -spread across islands. North Sumatra is one of them. The potential of natural and cultural wealth of this province should be able to make it became one of the local and even world-class tourism options destination. South Nias district is one of the regions that have those kind of wealth, but until nowadays it seems like it was hidden and only known by a small group of people. This report is made in order to response the issue of cultural and natural potential 'disappearance'of the tourism package that holistically can revive hidden values. And the other issues that seemed important is contextuality of architecture in representing the cultural aura without divertingit’s primary values. For the major themes Postmodern Architecture was appointed as the basic reference design of this cultural region planning.

This thesis report is seen as a sequel of the design process, observation, analysis and implementation into a design that worked in Architectural Design Studio 6. The final goal of this task is the design of a cultural museum region with varied functions that could accommodate the tourists to enjoy cultural tour in a tourism area. It’s Architectural design also made with the long process through many revisions resulting in a powerful shape in its philosophy yet presenting modernity. So that the value of postmodern architecture and cultural heritage remains alive.

Keywords : Tourism, Culture, Bawömataluo, Museum, Landscape,


(20)

BAB I


(21)

1

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

BAB I

SEBUAH PENGANTAR

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan budaya dan kekayaan alam yang beragam yang tersebar di seluruh daerah. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang menyimpan berbagai potensi alam dan budaya dari beragam suku, seperti Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Nias, dll. Kebudayaan Nias, terkhusus Nias Selatan sebagai salah satu dari beragam budaya yang ada di Sumatera Utara merupakan sebuah kebudayaan yang menyimpan cerita yang luar biasa, baik dalam sejarahnya, teori kosmologisnya, sampai kepada arsitekturnya yang dikenal sangat kokoh, terbukti saat sekitar 650 unit rumah tradisional bertahan dari gempa bumi sumatera yang mengguncang dengan kekuatan sebesar 8,7 SR pada 8 Maret 2005 silam yang merupakan gempa bumi terbesar kedua dengan potensi tsunami sejak tahun 19641.

Sangat disayangkan bahwa daya tarik budaya ini belum diekspos dengan maksimal baik oleh masyarakat setempat maupun oleh pemerintah setempat. Namun pemegang tampuk kekuasaan Kabupaten Nias Selatan saat ini, Bapak Idealisman Dachi memiliki visi untuk mengembangkan dan mengelola lahan

1


(22)

2

Joshua D P Hutapea | 110406042

kosong di daerah Teluk Dalam sebagai lokasi pariwisata dan pengenalan budaya Nias Selatan.

Dari kondisi yang penulis temukan di lapangan melalui survey langsung dan melalui studi literatur, dari keseluruhan lahan di Kepulauan Nias, masih banyak yang belum terjamah dan masih merupakan hutan asli.Untuk lahan terpiilih di Teluk Dalam sendiri, ada sekitar 96% lahan (dari total 320 Ha) yang masih merupakan hutan yang belum terjamah.Di satu sisi hal ini sangat baik mengingat koefisien hijau di Indonesia semakin hari semakin menyusut. Namun di sisi lain, ada sebuah potensi yang bisa digali dari daerah tersebut dan sangat disayangkan jika tidak diolah dengan maksimal sebagai area revitalisasi.

Maka dari kondisi ini dibutuhkan adanya sebuah konsep desain yang mampu mengakomodir kedua kebutuhan tersebut, yaitu bagaimana caranya mempertahankan dan memajukan budaya lokal tanpa harus merusak alam yang telah dianugerahkan Tuhan untuk dijaga dan dikelola. Desain ini diharapkan akan dapat mengakomodasi kebutuhan dan visi besar untuk revitalisasi budaya Nias Selatan berbasis sosial sehingga secara makro dapat memenuhi kaidah-kaidah budaya dan secara mikro dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi seluruh pengguna fungsi kawasan ini.

Untuk itu pada tugas Perancangan Arsitektur 6 ini penulis membuat sebuah perancangan fungsi pariwisata budaya dan spiritual dengan judul Perancangan Museum Budaya dan Gereja sebagai Landmark Kawasan Ekonomi Khusus Idealand, Teluk Dalam, Nias Selatan.


(23)

3

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

1.2. Rumusan Masalah

1. Warisan budaya dari seluruh desa budaya yang ada di Nias Selatan belum terdata sepenuhnya, sehingga tidak diketahui seutuhnya jenis dan jumlah warisan budaya yang ada, serta belum adanya wadah untuk memperkenalkan warisan budaya serta kebudayaan itu sendiri ke hadapan wisatawan. Selain itu, benda warisan budaya ini pun banyak dijual dengan harga yang relatif murah kepada para kolektor karena berbagai alasan. 2. Belum adanya sarana untuk beribadah yang representatif yang megah,

ikonik sebagai sebuah landmark dan dapat dibanggakan untuk mewakili keyakinan spiritual dari mayoritas masyarakat Nias Selatan.

3. Belum tersedianya fasilitas untuk wisata budaya yang terintegrasi dan mampu menghadirkan kembali kemegahan arsitektur tradisional-kontekstual di Kabupaten Nias Selatan sebagai akomodasi kegiatan pariwisata dan studi kebudayaan.

1.3. Maksud dan Tujuan

Proyek ini direncanakan dengan maksud menjadi pusat kebudayaan dan spiritual sebuah Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Kabupaten Nias Selatan sebagai penguat sektor pariwisata sekaligus sebuah cara untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya serta kepercayaan masyarakat Nias Selatan ke dunia. Berdasarkan maksud tersebut, maka tujuan dari proyek ini adalah :


(24)

4

Joshua D P Hutapea | 110406042

1. Menciptakan sebuah tempat atau wadah untuk menjaga, melestarikan dan mengumpulkan warisan-warisan kebudayaan Nias Selatan untuk diperkenalkan kepada wisatawan, sekaligus sebagai sebuah landmark di pintu masuk utama kawasan.

2. Menyediakan sarana untuk beribadah yang megah dan dapat dibanggakan sekaligus menjadi sebuah representasi dari mayoritas agama masyarakat Nias Selatan.

3. Menghadirkan konsep arsitektur yang representatif akan arsitektur tradisional Nias Selatan dalam bentukan dan filosofi postmodern.

1.4. Lingkup / Batasan Proyek

Perancangan dan perencanaan Kawasan Museum Budaya bisa memiliki lingkup pembahasan yang sangat luas, agar dapat ditangani dengan jelas, dalam pembahasan dan perencanaan ini maka dibuat batasan-batasan berikut:

1. Lokasi yang menjadi lingkup pembahasan dalam tugas akhir Studio Perancangan Arsitektur VI ini adalah Kawasan Teluk Dalam di Kabupaten Nias Selatan dengan batasan wilayah perancangan seluas ±56 Ha dari keseluruhan ±320 Ha lahan yang tersedia.

2. Faktor pembiayaan terkait dengan faktor kepemilikan tanah. Dalam tugas ini, pemiliki proyek diasumsikan adalah pihak pemerintah daerah Kabupaten Nias Selatan dengan penanaman modal dari investor local maupun asing.


(25)

5

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

3. Masalah Sosial, budaya dan ekonomi dibahas sebatas keperluan perancangan, tidak dibahas secara mendalam di dalam tugas ini.

4. Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berada dalam lingkup disiplin ilmu Arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran Arsitektur apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan akan dibahas dengan teori, asumsi dan pemikiran serta studi banding pada kasus sejenis dengan melihat perkembangan zaman serta logikasederhana sesuai dengan kemampuan perancang.

1.5. Pendekatan Perancangan

Pendekatan yang ada dalam perancangan ini menggunakan beberapa metoda sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Metoda yang digunakan dengan cara mempelajari permasalahan yang ada pada perancangan dengan menggunakan pemecahan masalah, pengambilan teori, penggunaan data berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan, kontekstual, dan mendukung dalam proses perancangan.

b. Studi Banding

Metoda yang digunakan untuk melakukan perbandingan terhadap pendekatan masalah, pendekatan pemecahan masalah, dan perbandingan kasus


(26)

6

Joshua D P Hutapea | 110406042

yang memiliki kesamaan isu ataupun tema yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, majalah, dan lainnya.

c. Survey Lapangan

Metoda menganalisis dan survey lapangan secara langsung.

1.6. Kerangka Berfikir

Gambar 1.1. Diagram Kerangka Berfikir Sumber : penulis, 2015


(27)

BAB II


(28)

7

Joshua D P Hutapea | 110406042

BAB II

SEBUAH PENGALAMAN

2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek

Dalam proyek ini, penulis mendapat isu proyek yaitu perancangan kawasan museum budaya Nias Selatan, dimana kondisi terkini lahan perancangan masih hanya digarap sekitar 1,86% dari total luas kawasan untuk dijadikan KEK. Berdasarkan hal tersebut perancangan ditugaskan untuk mengkaji dan merancang konsep kawasan museum budaya yang tepat dan kontekstual terhadap isu/ kebutuhan tersebut sehingga penulismengangkat judul proyek yaitu “Perancangan Museum Budaya dan Gereja sebagai Landmark Kawasan Ekonomi Khusus Idealand, Teluk Dalam, Nias Selatan”, dengan pengertian :  Perancangan : Proses, cara atau perbuatan

merancang, mengatur segala sesuatu2.  Kawasan : Daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, dll3.

 Museum : Gedung yang digunakan sebagai

tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian

2

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hak Cipta Pusat Bahasa (Pusba), http://kbbi.web.id

3


(29)

8

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

umum, seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu4.

 Budaya : Suatu pola hidup menyeluruh.

Bersifat kompleks, abstrak dan luas5.  Teluk Dalam, Nias Selatan : Ibukota Kabupaten Nias Selatan yang

memiliki potensi warisan budaya dan kearifan lokal yang masih murni.  Kawasan Ekonomi Khusus : Pembangunan sarana baru yang

ditujukan untuk industri tertentu (sesuai dengan keunggulan daerah) yang mampu menyediakan infrastruktur untuk mendukung pengembangan dan operasional industri, termasuk perumahan, sarana komersil, dll.6

Berdasarkan penelaahan pengertian dari tiap kata-kata pada Judul Proyek tersebut, penulis menetapkan bahwa Perancangan Kawasan Museum Budaya di Kawasan Ekonomi Khusus Idealand, Teluk Dalam adalah sebuah konsep

4

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hak Cipta Pusat Bahasa (Pusba), http://kbbi.web.id

5

Mulyana, Deddy (2006).Komunikasi Antarbudaya : Panduan Komunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya: 25

6


(30)

9

Joshua D P Hutapea | 110406042

baru perancangan daerah pelestarian budaya dan pariwisata di Teluk Dalam, Nias Selatan.

Proyek ini memiliki fungsi yang beragam dengan fungsi komersil sesuai dengan visi yang telah dijelaskan sebelumnya, baik itu Museum Budaya, Gereja, Hotel Resortdan Ruang Terbuka Hijau. Pada tugas ini, lokasi proyek dipilih sesuai dengan lokasi yang diusulkan oleh pihak pemerintah Kabupaten Nias Selatan sebagai area yang akan dikembangkan, yaitu lahan sebesar 320 Ha di Teluk Dalam, Kab.Nias Selatan, Sumatera Utara. Namun untuk kawasan museum budaya ini sendiri hanya mengambil sekitar 56 Ha saja dari total keseluruhan lahan yang tersedia.

2.2. Tinjauan Umum Proyek 2.2.1. Museum Budaya

a. Pengertian Museum Budaya

Museum, seperti dijelaskan sebelumnya adalah ruang untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu.Budaya adalah sebuah pola hidup atau perilaku yang menyeluruh dan dapat dikatakan bersifat abstrak, kompleks dan luas.Dikatakan abstrak karena budaya bisa saja berbeda-beda di setiap daerah, suku, dan lokasi.Budaya bisa saja berbentuk ritual yang agamis, namun benda-benda fisik dapat dikategorikan sebagai budaya karena budaya yang abstrak tersebut tidak dapat dipungkiri merupakan sebagai sebuah hasil bentukan dari budaya tersebut.


(31)

10

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Museum Budaya ini dirancang dengan tujuan sebagai wadah untuk menghidupkan kembali „keagungan‟ budaya fisik dan non-fisik tersebut dalam kemasan yang baru dan kontekstual.Secara teknis beberapa artefak-artefak budaya dari beberapa desa budaya yang masih hidup di Kab. Nias Selatan akan dipindahkan untuk dipamerkan secara berkala di museum ini, sekaligus menyediakan fitur keliling museum ditemani guide yang direncanakan adalah masyarakat lokal Nias Selatan sebagai pemenuhan konsep empowering culture village, yaitu menyediakan dan mengatur sebuah program pengabdian masyarakat. Konsep ini sekaligus untuk menunjukkan keramahtamahan budaya Nias Selatan ke hadapan wisatawan.

2.2.2. Gereja a. Pengertian Gereja

Vitruvius, dalam bukunya The Ten Book of Architecture mengatakan bahwa arsitektur mencakup Utilitas, Vernitas dan Venustas.Demikian juga pada arsitektur gereja yang sebagai wadah beribadah umat Kristen tidak terlepas dari fungsi yang diwadahinya.Gereja memiliki tuntutan fungsional yang mempengaruhi bentukan arsitekturnya, yaitu berupa tuntutan kemampuan sebuah bangunan untuk mewadahi berbagai kegiatan ritual atau liturgis beserta segala aktivitas pendukungnya sesuai kebutuhan kategorial. Pada sisi lain, konteks sosio-kultural, kondisi politik, ekonomi dan tuntutan zaman pada saat sebauah arsitektur


(32)

11

Joshua D P Hutapea | 110406042

dibuat juga dapat mempengaruhi perwujudan arsitekturnya, termasuk pada gereja7.

Gereja, secara Teologis memiliki arti non-fisik, yaitu „Persekutuan antar Jemaat Allah‟.Sehingga dalam perancangan sebuah gereja, pertimbangan pertama yang perlu ditinjau adalah tujuan dari pembangunan gedung gereja tersebut, yaitu sebagai tempat beribadah.Karena gereja adalah perwujudan sejarah dari hidup Kristus, maka nlai-nilai di dalamnyajuga harus memiliki kesatuan dengan hati Yesus8.Sangat penting sebuah rancangan yang matang agar gereja benar-benar memperhitungkan aspek-aspek teologis, filosofis dan fisiknya.

2.2.3. Hotel Resort

Lorenzo, dalam Architectural Design : Design Hotels memaparkan makna dari hotel dalam pandangan pariwisata sebagai berikut, „Hotels are one of major expressions of the magic essence of travel and the temporary and fleeting experience of visiting a place that is not one’s own’. Artinya sebuah hotel harus mampu menjadi sebuah ekspresi besar dari sebuah perjalanan wisata menuju ke suatu tempat tertentu secara temporer.

Hotel resort sendiri lahir dengan dilatari kebutuhan manusia akan tempat liburan, yang dapat menjadi tempat pelarian dari kejenuhan kehidupan kota yang modern. Kebutuhan ini seperti jeda dari kejenuhan kehidupan kota yang modern.

7

Studi Komparasi Bentuk dan Makna Arsitektur Gereja WCP Schoemaker, 2012

8


(33)

12

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Kebutuhan ini seperti jeda dari kehidpan hiruk-pikuk kota yang biasa menjadi kehidupan rutinitas sehari-hari. Oleh karena itu, hotel resort hadir sebagai sarana wisata hunian dengan menawarkan fasilitas-fasilitas yang mendukung terciptanya pengalaman jeda dari kehidupan kota bagi para tamunya.

Menurut SK No 241/H70 Menteri Perhubungan RI, Hotel Resort adalah hotel yang biasanya berlokasi di luar kota, pegunungan, tepi danau dan pantai atau daerah rekreasi yang memberika fasilitas penginapan kepada orang-orang yang dating bersama keluarga untuk jangka waktu yang relative lama. Definisi lain dari hotel resort juga dijelaskan dalam Architect’s Data, bahwa hotel resort didesain untuk melayani paket-paket liburan dimana daiaransir memenuhi kebutuhan besar terutaa pada akhir minggu dan musim-musim liburan.

Sehingga, pada umumnya yang dijual oleh hotel resort berupa (Sumarno, 1999, hal.20) :

Scene (potensi alam), yaitu potensi fisik kawasan resort, seperti kondisi alam yang berupa perbukitan, pegunungan, dataran tinggi, sungai, pantai dan laut, flora da fauna, iklim daerah yang berguna untuk menciptakan suasana yang baru dan berbeda dengan suasana kota.

 Budaya yang merupakan cirri khas daearah setempat, adat istiadat yang dapat mendukung terciptanya kekhasan suasana lokasi hotel resort.

Event, adanya penyelenggaraan upacara adat dari daerah setempat, diadakannua turnamen olahraga atau pertunjukan lain yang terjadi pada saat tertentu yang dapat menarik pengunjung.


(34)

13

Joshua D P Hutapea | 110406042

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hotel resort merupakan jenis hotel yang menjadikan potensi alam dan budaya sebgai daya jualnya.Dalam menanggapi hal ini, keunikan dari lokasi perancangan hotel resort sangat ditonjolkan.Potensi alam diadaptasi dan dijadikan unsur utama dalam desain bangunan.Selain itu, desain bangunan juga harus mengadaptasi kebudayaan lokal sebagai usaha melestarikan kebudayaan local sebagai penghargaan terhadap lingkungan sekitar.Pemasukan unsur alam dan budaya ke dalam desain bangunan hotel resort disesuaikan dan dipadukan terhadap kebutuhan ruang sehingga menciptakan sebuah hunian sementara yang nyaman dan rekreatif sesuai dengan konsep dasar arsitektur bangunan hotel resort.

2.2.4. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang /jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun secara sengaja ditanam9. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini memiliki beberapa aspek fungsi antara lain :

 Fungsi Ekologis,  Fungsi Sosial Budaya,  Fungsi Ekonomi,

9


(35)

14

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

 Fungsi Estetika.

Berdasarkan aspek-aspek fungsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa RTH memiliki manfaat yang bersifat tangible (langsung), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan, juga yang bersifat intangible (tak langsung), yaitu sebagai pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isinya.

2.3. Lokasi Perancangan 2.3.1. Pengenalan Lokasi

Kabupaten Nias Selatan, dengan Teluk Dalam sebagai ibukota Kabupatennya, terletak di bagian barat pulau Sumatera dengan jarak sejauh ±92 mil laut dari kota Sibolga atau Kab. Tapanuli Tengah. Di dalam pulau Nias sendiri berjarak sekitar ±120 km dari pusat kota Gunung Sitoli. Kabupaten Nias Selatan ini sendiri memiliki luas daerah sebesar 1825,2 km2 yang terdiri dari 104 pulau. Kabupaten Nias Selatan ini terdiri dari 18 Kecamatan, 2 Kelurahan, dan masih memiliki 354 Desa yang ditinggali oleh ± 275.422 jiwa. Pada tahap ini, penulis mencoba mengidentifikasi lokasi perancangan melalui peta digital yang kemudian akan diidentifikasi luas lahannya, konteks lokalitas, aksesibilitas, dan data lainnya.


(36)

15

Joshua D P Hutapea | 110406042

Gambar 2.1. Peta Udara Lokasi Perancangan Sumber :Google Maps, 2015


(37)

16

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Untuk mencapai lokasi perancangan,ada 3 alternatif transportasi yang tersedia hingga saat ini. Dari Medan, dapat menempuh jalur darat selama 8 jam menuju Sibolga, kemudian dari pelabuhan Sibolga naik kapal menuju pelabuhan di Gunungsitoli selama ±8 jam perjalanan. Alternatif terakhir adalah jalur udara, yaitu dengan pesawat terbang kecil selama 45 menit perjalanan dari Kualanamu (KNO) menuju bandara Binaka di GunungSitoli. Dari kota Gunungsitoli perjalanan selama ± 3 jam menempuh jalur darat menuju Teluk Dalam.

Gambar 2.2. View laut dari tepi jalan menuju Teluk Dalam Sumber :Penulis,2015

2.3.2. Survey : Lebih Dekat dengan Tapak

Untuk mencapai lokasi di Nias Selatan, dapat dimulai dari bandara Kualanamu Medan menuju Bandara Binaka di Kota Gunungsitoli, Nias sekitar 45 menit perjalanan. Dari bandara Binaka, penulis dan tim berangkat menuju Teluk Dalam dengan menempuh jalur darat selama kurang lebih 3 jam.Setibanya di tapak yang dipilih untuk perancangan kami mulai menapak tanah gambut dan karang yang dikelilingi oleh deretan hutan mangrove dan berbatasan dengan laut. Jika sebelumnya penulis telah menyebutkan ada sekitar 1,86% dari kawasan yang sedang digarap, itulah yang kami lihat sedang berjalan di lokasi. Beberapa alat


(38)

17

Joshua D P Hutapea | 110406042

berat sedang menggali dan menimbun tanah, meratakan tanah, dan ada juga struktur bangunan yang sedang dikerjakan.Selain itu ada bagian kanal yang sudah digali membelah bagian tengah site serta memanjang dari arah pintu masuk menuju kawasan tersebut.

Gambar 2.3. Kondisi lahan existing dan area yang sedang digarap Sumber :Dok.Penulis,2015

Setelah melihat kondisi site secara langsung untuk melihat potensi dan restriksi, penulis mencoba meninjau kondisi tapak tersebut dengan membaginya menjadi 2 aspek, yaitu Aksesibilitas dan aspek Lingkungan.

Yang pertama adalah Aksesibilitas. Seperti telah dijelaskan secara deskriptif sebelumnya, akses menuju tapak dari pusat kota Gunungsitoli dapat diakses melalui jalur darat dan laut. Namun karena jalur laut akan sangat


(39)

18

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

memakan waktu, menempuh jalur darat dengan mobil sejauh ±120kmadalah pilihan yang lebih efektif dan efisien. Kondisi jalan menuju site dapat dikatakan baik, yakni jalan beraspal mengitari tepi laut.

Yang kedua adalah kondisi Lingkungan. Setelah penulis dan tim tiba di lokasi, kami melihat sejumlah potensi alam yang luar biasa yang masih murni, belum terjamah. Tanah karang yang dikelilingi hutan mangrove, pohon-pohon kelapa, dan berbatasan langsung dengan laut. Cukup terkagum dengan keindahan alamnya, penulis pun diberitahu bahwa selain kekayaan alam, Nias Selatan juga kaya akan hasil lautnya, banyak jenis seafood yang dapat disajikan yang merupakan hasil tangkapan langsung dari lautan Nias.

Penulis secara subjektif menilai bahwa lokasi ini memang tepat untuk dikelola menjadi sebuah kawasan pariwisata dan pameran kebudayaan yang baru. Namun sejujurnya alasan subjektif itu saja tentu tidak cukup kuat untuk menjadi sebuah dasar untuk mewujudkan visi kawasan pariwisata, masih banyak analisis dan studi yang perlu dilakukan untuk mengkaji kelayakan proyek ini. Seperti misalnya pola kehidupan sosial masyarakat lokal, ketersediaan material pendukung, rencana besar keseluruhan wilayah Kabupaten Nias Selatan, kesiapan penduduk menghadapi arus perubahan global baik secara psikologis maupun ekonomi, dan lain sebagainya.


(40)

19

Joshua D P Hutapea | 110406042

2.4. Analisis Lokasi Perancangan 2.4.1. Analisa Iklim Site

Posisi geografis Kab. Nias Selatan yang terletak di daerah khatulistiwa ang menyebabkan curah hujannya tinggi, dengan rata-rata curah hujan 3401,9 mm per tahun (data BPS Nias Selatan 2007). Akibatnya kondisi alamnya sangat lembab dan basah.Keadaan iklimnya dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udaranya berkisar antara 22º-31ºC dengan kelembaban udara sekitar 86-92% dan kecepatan angin antara 5-16 knot/jam.Curah hujan tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun10. Dengan tingkat curah hujan seperti demikian, maka kawasan ini perlu sebuah penanganan drainase yang mampu mengontrol pembuangan air hujan dari tapak. Hal ini dapat dimaksimalkan dengan kosep kanal buatan yang diciptakan mengaliri seluruh kawasan sebagai water-handling kawasan selain sebagai sarana transportasi sekunder dan nilai jual pariwisata. Selanjutnya tim membuat ilustrasi arah pergerakan matahari pada kawasan sesuai dengan data peta udara sebagai berikut.

10

Basis Data Kawasan Konservasi, Dirjen Kelautan, Kementrian Kelautan dan Perikanan.http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasan-konservasi/details/1/46


(41)

20

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Gambar 2.4. Ilustrasi Pergerakan Matahari terhadap Site Sumber :Dok.Penulis,2015

Dengan arah matahari seperti diilustrasikan, maka sangat disarankan untuk merancang bangunan dengan orientasi utara-selatan sebagai langkah sederhana menerapkan sustainable architecture. Beberapa contohnya adalah dengan mengekspos bangunan semaksimal mungkin kea rah utara-selatan, kemudian memberikan bukaan secukupnya pada arah timur-barat lalu memberikan perlindungan kedua berbentuk penyaring terhadap paparan sinar matahari yang berlebihan.Untuk lebih detailnya akan dibahas melalui konsep-konsep mikro pada fungsi yang akan dirancang.

2.4.2. Analisa View a. View ke Dalam Site


(42)

21

Joshua D P Hutapea | 110406042

Gambar 2.5. View ke dalam Site b. View ke Luar Site


(43)

22

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Gambar 2.6. View ke Luar Site

2.4.3. Analisa Vegetasi Existing

Jenis-jenis vegetasi yang ada pada eksisting saat ini adalah tanaman umum daerah lepas pantai, seperti Hutan Bakau (Mangrove) dan pohon kelapa.Namun yang menjadi sangat penting dalam eksisting saat ini adalah hutan mangrove tersebut.Mangrove adalah salah satu tanaman yang mempunyai sistem akar pneumotor, yaitu tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap keadaan tanah


(44)

23

Joshua D P Hutapea | 110406042

yang sangat kurang kandungan oksigennya sekalipun. Hutan Bakau menjadi sangat penting eksistensinya di tepi pantai atau daerah pasang surut air laut karena memiliki fungsi antara lain :

 Melindungi pantai dari erosi dan abrasi,  Mencegah intrusi air laut,

 Mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan CO2 dari udara,  Memiliki potensi edukasi dan wisata,

 Menghasilkan bahan-bahan bernilai ekonomis seperti kayu untuk bahan bangunan, dll11.

Fungsi-fungsi tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan dalam perancangan lingkungan berkelanjutan, sehingga perancangan tidak berat sebelah pada aspek pariwisata maupun ekonomi yang tidak holistik.

2.5. Bawömataluo, Saksi Kebudayaan yang Bertahan Hidup 2.5.1. Tujuh Puluh Tujuh Anak Tangga

Setelah menikmati dan mengamati lokasi perancangan, penulis dan tim berangkat menuju sebuah perkampungan dengan warisan budaya yang masih bertahan hidup di tengah kerasnya arus perubahan postmodern yang menawarkan segala kenyamanan dan kemudahan. Ialah Bawömataluo, sebuah desa yang berada

11


(45)

24

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

di sebelah Barat Laut lokasi perancangan, terletak di Kecamatan Fanayama, berdiri pada ketinggian 324 m di atas permukaan laut.

Gambar 2.7. Peta Udara Desa Budaya Bawömataluo terhadap site Sumber :Google Maps,2015

Peninjauan Desa Bawömataluo ini bertujuan untuk melihat dan mengenal serta merasakan secara langsung warisan budaya Nias Selatan yang saat ini telah diajukan sebagai salah satu World Heritage Centre oleh UNESCO12.

12


(46)

25

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perjalanan menuju desa ini kami tempuh sekitar 1 jam dari lokasi penginapan yang berada di Pantai Sorake yang terletak di sebelah barat lokasi perancangan. Kali ini jalan yang dilalui menuju desa Bawömataluo adalah jalan yang menanjak mengingat posisi desa yang berada sangat tinggi dari permukaan laut dengan kondisi jalan 2 lajur yang tidak terlalu lebar dan pada beberapa titik masih ada hutan di kanan-kiri jalan. Sesampainya di gerbang masuk desa, tim terlebih dahulu disambut oleh Kepala Desa yang menjabat, yaitu Bapak Ariston Manaó di kediamannya di samping tangga masuk desa yang sekaligus sebagai museum kecil tempat beberapa artefak budaya dari desa Bawömataluo disimpan dan dipamerkan.

Gambar 2.8. Beberapa Warisan Artefak yang disimpan di Museum Desa sumber :Dok. Penulis.,2015

Selain artefak, di museum ini juga tersimpan beberapa foto-foto yang menunjukkan kebudayaan desa tersebut sejak lama serta set pakaian adat/ tradisional Nias Selatan yang boleh digunakan pengunjung untuk berfoto sebentar. Dalam diskusi dan pembicaraan singkat dengan Bapak Kepala Desa kami dapat


(47)

26

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

merasakan rasa hormat dan keramahtamahan masyarakat setempat sebagai bukti bahwa mereka menghargai setiap tamu yang datang ke desa mereka.

Gambar 2.9. Pakaian Adat/ Tradisional Nias Selatan di Museum Desa Bawömataluo

sumber :Dok. Penulis, 2015

Setelah sambutan hangat sang Kepala Desa, tim menuju tangga masuk desa. Penulis cukup takjub dengan sambutan tujuh puluh tujuh anak tangga sebelum melewati batu baluse yang menjadi gerbang masuk desa. Tujuh puluh tujuh anak tanggayang terbuat dari batu ini dibagi menjadi 2 segmen, tujuh anak tangga di segmen pertama, dilanjut dengan sebuah bordes dan kemudian tujuh puluh anak tangga tanpa bordes hingga sampai ke puncak tangga dan melihat sebuah desa yang tertata rapi dan memiliki aura budaya yang kuat.


(48)

27

Joshua D P Hutapea | 110406042

Gambar 2.10. Tangga menuju desa Bawömataluo sumber :Dok. Penulis, 2015

Hal pertama yang menyentak pikiran penulis adalah adanya sebuah kesamaan pola susunan ruang di desa Bawömataluo dengan desa budaya di Batak Toba, yaitu susunan rumah-rumah rakyat –dalam bahasa setempat disebut Omo Hada- yang saling berhadap-hadapan dan masing-masing rumah terpisah sejauh 4 meter. Kemudian di bagian tengah ada sebuah rumah yang paling tinggi dan paling besar di antara semua rumah yang ada di desa ini. Rumah tersebut adalah rumah Raja –disebut Omo Sebua-, yang masih dihuni oleh generasi ke empat dari keturunan Raja Laowo yang dulu menguasai desa Bawömataluo13.

13

Description.Bawömataluo Site, WorldHeritage Convention, UNESCO.


(49)

28

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Gambar 2.11. Omo Sebua (atas) dan Omo Hada (bawah) sumber :Dok. Penulis, 2015

Rumah Raja (Omo Sebua) ini seakan menjadi core dari pola axis desa. Di depan rumah ini terhampar ruang terbuka yang luas dan dialasi susunan batu. Di lapangan ini terletak sebuah batu besar seperti dipan yang dahulu adalah sebuah meja untuk melakukan ritual-ritual kepercayaan leluhur.

Gambar 2.12. Ukiran pada batu besar di depan Omo Sebua sebagai tempat ritual sumber :Dok. Penulis, 2015

Tak kalah penting, yang menjadi sebuah kebanggaan dari warisan kebudayaan Nias, adalah susunan blok batu setebal 40 cm dengan tinggi kurang lebih 2 meter yang berdiri di bagian sebelah kanan depan Omo Sebua.Batu-batu ini disusun berbentuk seperti sebuah piramida dengan bagian atas yang datar.


(50)

29

Joshua D P Hutapea | 110406042

Ritual yang menggunakan susunan batu ini adalah Fahombo Batu atau Lompat Batu, sebuah warisan budaya yang pada awalnya lahir pada zaman peperangan antar suku di pulau Nias. Ritual ini dibuat sebagai sebuah patokan untuk setiap orang (pria) dalam rangka persiapan untuk menjadi ksatria/ patriot untuk dikirim ke medan perang14. Bahkan pada masa peperangan tersebut, tidak jarang dinding batu itu dilapisi oleh benda-benda tajam seperti paku untuk membuktikan betapa serius dan sakralnya ritual tersebut dalam sejarah perjuangan suku Nias. Prajurit yang mampu melewati ritual ini mendapat sebuah kebanggaan dan kehormatan besar serta mendapatkan status sosial yang lebih tinggi di masyarakat.

Setelah periode perang berakhir, ritual ini menjadi sebuah budaya yang masih dipraktekkan dengan tujuan seperti olahraga dan sebuah daya tarik untuk turis domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Desa Bawömataluo15.

Gambar 2.13. Fahombo Batu sumber :https://c2.staticflickr.com/

14

Tradisi Lompat Batu, http://kepulauannias.com

15


(51)

30

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Selain lompat batu, masih banyak ritual yang telah menjadi budaya yang masih hidup di Nias Selatan, termasuk di desa Bawömataluo hingga saat ini. Sala satu contoh lainnya adalah tari perang atau dalam bahasa lokal disebut Tari

Fataele. Namun sangat disayangkan penulis tidak sempat melihat tarian tersebut.

Gambar 2.14. Tari Perang (Tari Fataele)

sumber :https://sisteminformasipulaunias.files.wordpress.com/2014/10 2.5.2. Omo Sebua- Sebuah Warisan Arsitektur

Setelah menikmati ruang luar, saatnya merasakan pengalaman ruang dan kekokohan yang pernah dirasakan oleh para Raja di desa ini. Sebuah rumah yang sangat besar dengan konsep yang juga sama dengan beberapa konsep rumah tradisional suku lainnya di sumatera utara, yaitu segmentasi bangunan secara vertikal, membaginya atas 3 bagian, yaitu kaki, badan dan kepala. Disambut dengan kolom-kolom dari material kayu besi (ironwood) yangberbentuk tabung dengan diameter beragam mulai dari 70 cm dan lebih besar lagi. Struktur yang sangat kompleks dari bangunan ini terbukti tahan terhadap gempa bumi. Belajar dari kasus gempa Nias pada tahun 2005, dimana ±80% rumah modern rata dengan


(52)

31

Joshua D P Hutapea | 110406042

tanah, sementara rumah tradisional Nias ini berhasil bertahan dari goncangan tersebut16.

Gambar 2.15. Tampak Depan Omo Sebua sumber :Dok.Penulis,2015

Akses masuk ke rumah ini hanyalah sebuah tangga kecil yang berada di bagian tengah bawah rumah17. Menurut penuturan penduduk desa, ini didesain secara sengaja untuk melindungi penghuninya dari serangan di masa perang suku. Bahkan dahulu pintu ini juga dilengkapi dengan jebakan untuk menghalau musuh.

Secara visual rumah tradisional Nias Selatan ini sangat proporsional dan megah dalam skalanya. Dengan atap yang mencapai tinggi 16 meter dan aslinya ditutupi oleh gable roof –saat ini sudah direnovasi dan diganti menjadi seng- serta teritis yang sangat lebar di bagian depan dan belakang rumah menghasilkan shading yang maksimal serta menjadi shelter bagi penghuninya dari hujan.

16

https://en.wikipedia.org/wiki/Omo_sebua

17


(53)

32

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Gambar 2.16. Desain Atap Omo Sebua, sebuah kearifan lokal sumber :Dok.Penulis, 2015

Interior rumah ini masih dipertahankan sedemikian rupa di ruang-ruang utamanya, sehingga masih terjaga keaslian kualitas ruangnya untuk dinikmati. Susunan kursi raja dan ratu di atas panggung tahta yang sejajar dengan arah jendela di atap, susunan tengkorak rahang babi di bagian rangka atap, plat lantai dari papan kayu (hardwood) dan keaslian struktur ala sambung, tanpa penggunaan paku sama sekali, semuanya dipertahankan sebagai sebuah warisan budaya yang sangat layak untuk dijadikan sebuah studi arsitektur akan bangunan tahan gempa.

Gambar 2.17. Kondisi Ruang Dalam Omo Sebua Saat Ini sumber :Dok.Penulis, 2015


(54)

BAB III

STUDI : SEBUAH

PERBANDINGAN


(55)

33

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

BAB III

STUDI : SEBUAH PERBANDINGAN

3.1. Studi Banding 1 - Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta

Museum Ullen Sentalu, terletak di daerah Pakem, Kaliurang, Kabupaten Sleman, adalah sebuah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegara dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik Yogyakarta maupun Surakarta). Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya18.

Gambar 3.1. Kolase Foto Museum Ullen Sentalu Sumber :https://mamanya.files.wordpress.com

18


(56)

34

Joshua D P Hutapea | 110406042

Dirancang oleh Yoshio Taniguchi dari MoMA Architect (Museum of Modern Art), membuktikan bahwa arsitektur sebagai karya seni tertinggi tidak tampil sebagai rancangan sendiri yang terpisah, tapi menyatu dengan koleksi museum yang berada didalamnya dalam sebuah habitat. Itulah yang dilakukan museum Ullen Sentalu yang dirancang mulai dari ruang tata pamer, struktur ruangan dan lay out bermacam bangunan, bukan untuk tampil sendiri-sendiri tidak terintegrasi tapi menyatu dengan koleksi didalamnya sehingga dapat mengingatkan kembali (mnemonic) memori kolektif sebuah peradaban yang sudah berlangsung ribuan tahun. Mataram Kuno yang diwakili dengan bermacam bangunan candi terbuat dari batu andesit yang tersebar di „bhumi mataram‟ ditampilkan dalam tata ruang pameran tetap: Guwo Selo Giri (Gua Batu Gunung) yang terletak tiga meter dibawah permukaan tanah menyerupai gua masa silam atau bunker bangunan modern dengan struktur seluruhnya mirip bangunan candi, yaitu terdiri dari batu andesit yang dibiarkan terbelah tanpa polesan.

Unsur arsitektur vernakular yang menyatu dengan alam sekitarnya muncul secara penuh dengan penggunaan batu andesit yang ditambang dari area sekitar lokasi museum, kemudian dibangun dengan tehnologi lokal dan dikerjakan oleh pekerja dari desa Kaliurang yang ahli dalam membelah batu dan menyusunnya menjadi bangunan. Kesan menyatu dengan alam disekitarnya dan kenangan (mnemonic) akan kebesaran mahakarya arsitektur Hindu-Budha milik dinasti Mataram Kuno dikembangkan lebih jauh menjadi bangunan yang akan mengingatkan siapapun yang pernah berkunjung ke permandian Tamansari akan lorong Sumur Gumuling menuju masjid bawah tanah di Taman Sari yang


(57)

35

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

dibangun oleh dinasti Mataram Kini. Keluar dari lorong Guwo Selo Giri terhampar tangga „stairway to heaven‟ menuju Taman Kaswargan (Heavenly Hills) dengan struktur punden berundak yang akan mengingatkan kebudayaan megalitikum yang pernah ada ratusan ribu tahun silam atau mengingatkan tangga Hastonorenggo di bukit Imogiri, menuju ke persemayaman raja-raja Mataram Kini.

Sementara itu Kampung Kambang yang terletak diatas air (mengambang) dibangun menyerupai kampung rumah orang Kalang yang tinggal di ibukota kuno Mataram Kini atau Mataram Islam periode Pertama (Mataram Islam periode Kedua adalah kurun waktu setelah perjanjian Giyanti) di Kotagede dengan jalanan sempit menyerupai gang dan dibuat berkelak-kelok menyerupai struktur labirin Minoan. Pengunjung yang tidak ditemani oleh educator tour akan mudah tersesat, karena sesuai namanya labirin yang berfungsi untuk menyesatkan orang tapi dalam rancangan museum dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa keingin-tahuan (curiousity) yang ditumbuh-kembangkan, setelah curiousity rangkaian tour pertama atas Guwo Selo Giri dibawah permukaan tanah. Konon menurut legenda yang masih hidup hingga saat ini, labirin adalah ruang bawah tanah istana Minoan yang didalamnya dipelihara monster Minotaur berujud kepala banteng dengan tubuh manusia. Setiap tahunnya, monster itu menuntut korban 7 gadis dan 7 perjaka dari Yunani, sebelum akhirnya ditumpas oleh pangeran Theseus putra raja Aegean dari Yunani. Bentuk labirin di Kampung Kambang, selain membuat pengunjung curious, dimaksudkan untuk mengingatkan (mnemonic) akan kampung warga Kalang di Kotagede. Dimana diantara jalanan di kampung sempit


(58)

36

Joshua D P Hutapea | 110406042

itu terdapat rumah saudagar yang menyimpan bermacam benda berharga mirip koleksi dalam sebuah museum.

Guwo Selo Giri (Gua Batu Gunung) adalah ruang pamer untuk koleksi tetap (Exhibition Hall for Permanent Collection) yang terdiri dari lobby dan hall utama. Pada bagian lobby terdapat beragam foto lukisan cat minyak dari berbagai ukuran dengan tema Tari dan Musik Tradisional Jawa. Tata pamer (lay out display) dengan menempatkan semua lukisan pada dinding dimaksudkan untuk memberi jarak pandang dan ruang gerak (prosemic) bagi pengunjung yang ingin melihatmya secara perspektif dan bukan close up. Di ruangan juga terdapat seperangkat alat musik gamelan yang merupakan simbol kebesaran (masterpiece) kebudayaan Jawa, khususnya dari Kraton.Karena setiap raja Jawa yang bertahta memiliki mandat agung untuk menciptakan koreografi, setidaknya satu jenis tarian, sebagai simbol hanggabeni ikut melestarikan warisan budaya leluhur. Sedangkan di sudut ruangan yang merupakan centerpoint dimana setiap pengunjung setelah melewati pintu masuk akan langsung melihatnya, ditempatkan lukisan berjudul Tari Topeng. Seperangkat musik Gamelan yang sebagian besar tersebut juga membuktikan kebesaran kebudayaan Jawa karena jenis musik perkusi (diketuk/ dipukul) adalah jenis musik paling kuno milik hampir seluruh peradaban umat manusia dimuka bumi dan sementara bangsa lain masih berbentuk sederhana, pada Kebudayaan Jawa telah berkembang sangat lengkap dan rinci. Pada bagian hall utama terdapat deretan foto dokumenter dan lukisan milik Kraton dan Pura milik dinasti Mataram Kini yang terdiri dari foto dan lukisan para raja, ratu dan putri bangsawan dari Kraton Surakarta Hadiningrat dan


(59)

37

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Pura Mangkunegara dari Solo dan Kration Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Paku Alam dari Jogja. Pada ujung Guwo Selo Giri terhampar tangga menuju Kampung Kambang dan Taman Kaswargan19.

3.2. Studi Banding 2 – Luce Memorial Chapel, Taichung, China

Luce Chapel adalah sebuah Chapel untuk kaum Nasrani yang merupakan sebuah fasilitas dari Taichung University di Taichung, Taiwan. Chapel ini dirancang oleh arsitek senior I.M.Pei –yang juga sebelumnya bertanggungjawab dalam perancangan masterplan dan rencana pengembangan awal Taichung University- dalam kolaborasi dengan Chi-kuan Chen dan Chao-kang Chang. Chapel ini didedikasikan kepada Rev. Henry W.Luce, seorang misionaris asal Amerika yang melayani di China di akhir abad ke-1920.

Dirancang dengan luas lantai sekitar 477 m2, termasuk sebuah nave dengan 500 tempat duduk, sebuah mimbar dan ruang-ruang robing.Dengan empat dinding melengkung yang menjulang setinggi 19,2 meter, menghasilkan sebuah focal landmark di kampus.

I.M. Pei sangat berhati-hati dalam merancang sesuatu agar sesuai dengan konteks lingkungan di Taiwan, dengan dinding yang terbuat dari reinforced

19

Museum Ullen Sentalu Official Website,http://ullensentalu.com/konten/21/0/arsitektur#d=desain

20


(60)

38

Joshua D P Hutapea | 110406042

concreteuntuk mengakomodir stabilitas terhadap gempa bumi dan daya tahan terhadap kondisi udara yang lembab dan angin topan Taiwan. Konstruksi dari bekisting yang rumit dilakukan secara lokal oleh para tukang yang bekerja.

Gambar 3.2. Luce Memorial Chapel Sumber :http://www.arcspace.com

Untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan, tulangan memperkuat dan menopang permukaanyang melengkung, dan tulangan tersebut semakin besar ke bawah untuk menghindari tekukan dari material.

Eksterior dari Chapel ini dilapisi dengan keramik kaca berbentuk diamond yang seakan menonjolkan diri ke langit dan latar belakang universitas yang hijau. Interiornya merefleksikan bentukan diamond yang sama yang terbuat dari susunan beton yang menyerupai waffle slab, dengan bentukan yang begitu rupa untukmenyalurkan beban yang terkonsentrasi di tanah.


(61)

39

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Gambar 3.3. Interior Luce Memorial Chapel Sumber :https://farm3.staticflickr.com

Keempat dindingnya seolah berdiri sendiri satu dengan yang lain, namun sebenarnya semuanya saling terkoneksi melalui sebuahglazed slotsdan sebuah small structural bow tiesyang dipasangkan di bagian atas langit-langit chapel21.

Gambar 3.4. Ilustrasi Struktur Massa Chapel

21

I.M.Pei Works : Luce Memorial Chapel, http://www.archdaily.com/95708/ad-classics-luce-memorial-chapel-i-m-pei


(62)

40

Joshua D P Hutapea | 110406042

Sumber :http://www.archdaily.com

3.3. Studi Banding 3 – Maya Ubud Resort & Spa, Bali

Maya Ubud Resort & Spa, terletak di Jl. Gunung Sari Peliatan, Ubud, Bali, dirancang oleh seoang arsitek Indonesia yang telah berkiprah di dunia arsitektur internasional, Budiman Hendropurnomo, direktor DCM Indonesia. Mengangkat tema Sustainable Modern Architecture, resort ini dirancang dengan kombinasi dari konsep-konsep modern dan tradisional. Tidak ada lukisan-lukisan Bali yang rumit, tanpa topeng ataupun patung, melainkan penekanan secara mendalam akan konsep tradisional melalui pengolahan lansekap dan arsitektur22.

Mengadaptasi kearifan lokal Bali dalam pengaturan ruang , membentuk orientasi kawasan memanjang searah sumbu Utara-Selatan suci yang menghubungkan sebuah pegunungan yang berada di tengah pulau. Memiliki posisi di daerah pegunungan yang damai dan tenang, di atas 2 lembah sungai dam dikelilingi oleh sawah yang memberikan perasaan berbeda dam lekat dengan alam.

Resort ini dilengkapi beragam fasilitas seperti 108 kamar dan villa yang dengan sengaja diarahkan ke view alam terbuka, dikelilingi oleh taman tropis, kolam renang serta outdoor shower, lapangan tenis, spa, restoran, fitness center,

22


(63)

41

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

jacuzzi, dll. Semuanya dirancang bersentuhan dengan alam, sehingga arsitektur bangunannya sendiri menjadi sebuah kekuatan pendukung lansekapnya.

Gambar 3.5. Foto-foto suasana dan Fasilitas Maya Ubud Resort & Spa Sumber :http://www.architectureartdesigns.com


(64)

BAB IV


(65)

42

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

BAB IV

SEBUAH IDE KONSEPTUAL

Pada bab ini perancang akan membahas tentang proses desain dari awal hingga memasuki tahap Preview 1 dan 2. Langkah pertama adalah penentuan tema desain besar, dimana pada awalnya tema yang diusulkan adalah sustainable and symbiosis. Lalu setelah melalui proses survey, analisis dasar, serta diskusi, akhirnya tim desain mengambil tema Postmodern Architecture sebagai acuan besarnya namun tetap berusaha memasukkan nilai-nilai sustainability dan symbiosis.

Sebelum memasuki konsep, perancang mencoba melakukan penelaahan tema terlebih dahulu. Postmodern, dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang sama dengan pasca-modern, yaitu belum sampai kepada tujuannya yang baru tapi juga belum melepaskan semua makna modernitasnya23. Postmodern di dalam arsitektur , menurut Charles Jencks adalah campuran antara macam-macam tradisi dan masa lalu. Postmodernisme adalah sebuah kelanjutan dari modernisme, sekaligus melampaui modernisme.Ciri khas dari karya-karyanya adalah makna ganda, ironi, banyaknya pilihan, konflik dan terpecahnya berbagai tradisi, karena heterogenitas sangat memadai bagi pluralisme24.

23

Sejarah & Teori Arsitektur, https://www.academia.edu/8401812/Arsitektur_Post_Modern

24


(66)

43

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancang memutuskan untuk menggunakan tema postmodern ini sebagai sebuah gagasan besar yang hampir menyerupai proses simbiosis antara masa lalu dan masa kini, sehingga menghasilkan sebuah sintesa bentuk dan ruang dengan nilai vernakular yang kental namun memiliki roh kekinian yang dihasilkan oleh teknologi bangunan dan sebagainya.

4.1. Ide Awal Sebuah Masterplan

Dalam proses menuju preview 1, perancang dan tim sering berdiskusi dan hampir setiap minggunya melakukan asistensi dengan Dosen Pembimbing untuk mencari tahu dan meyakini fungsi apa yang akan dibuat serta bagaimana fungsi-fungsi tersebut akan diorganisir ke dalam sebuah peta kawasan seluas 320 Ha. Perancang sendiri pada awalnya mendapatkan lahan seluas ±29 Ha dari keseluruhan lahan terpilih, dan akhirnya diputuskan untuk membuat sebuah Hotel Resort, Ruang Terbuka Hijau, Dermaga Yacht dan juga perumahan. Pada saat itu studi yang dilakukan oleh perancang dan tim masih kurang matang sehingga perancangannya tidak memiliki dasar yang kuat. Pemilihan zona untuk masing-masing fungsi pun tidak dilakukan secara mendalam, melainkan hanya sebatas analisis secara subjektif berdasarkan hasil survey lokasi.


(67)

44

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Gambar 4.1. Ide Awal Zona Fungsi Kawasan Secara Keseluruhan

Hal inilah yang akhirnya menimbulkan sebuah lubang besar dalam tugas perancangan ini. Dan lebih lagi, judul yang perancang dan tim usulkan pun masih sebatas judul besar kawasan secara keseluruhan, yaitu „Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Teluk Dalam, Nias Selatan‟. Inilah modal awal yang dibawa ke hadapan para Penguji pada hari Preview 1.

Pada Preview 1, tim membukakan tentang latar belakang, visi, hingga kepada pembagian fungsi dan analisis serta studi banding fungsi sejenis secara mikro. Perancang menekankan kata mikro karena ternyata tim secara garis besar melupakan konsep dan analisa kawasan secara makro, bagaimana kawasan tersebut di hadapan lingkungan sekitarnya, begitu sebaliknya. Bagaimana proses pencapaian menuju kawasan perancangan dari berbagai tempat sebagai sebuah destinasi wisata, bagaimana analisis pasar secara global terkait fungsi-fungsi


(68)

45

Joshua D P Hutapea | 110406042

lainnya yang sudah ada dalam radius beberapa puluh kilometer dari lokasi perancangan, dan lain sebagainya.

Gambar 4.2. Contoh Analisis Sirkulasi Secara Makro yang Dibuat Oleh Tim Perancang

Segera setelah Preview 1 selesai, perancang dan tim menyusun ulang formasi pengerjaan fungsi-fungsi kawasan agar lebih terkonsentrasi dan memiliki kontinuitas baik secara sirkulasi maupun secara fungsional. Akhirnya ditetapkan bahwa perancang menambah beberapa bagian fungsi seperti Museum Budaya sebagai salah satu core dari kawasan ini, kemudian perumahan dipindahkan ke zona privat di bagian timur laut site bersisian dengan perumahan lainnya (yang dikerjakan oleh rekan perancang dalam tim) dan lokasi yang awalnya diusulkan sebagai perumahan diganti menjadi fungsi Gereja. Lalu sebuah Panggung Rakyatyang diharapkan dapat menampung > 1.000 pengunjung sebagai tempat


(69)

46

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

untuk olahraga pantai dan juga pertunjukan budaya secara besar-besaran, serta beberapa lokasi tambahan untuk SPBU, kantor Unit Pelayanan PLN dan PDAM (namun hanya perancangan tapaknya saja) hingga akhirnya luas kawasan perancangan pun bertambah menjadi ±56 Ha.

4.2. Menuju Preview 2 - Bagian Pertama

Setelah hari Preview 1 terlewati, perancang memulai kembali proses analisa, studi banding dan kelayakan fungsi, dasar pembagian zona masing-masing fungsi, serta tujuan perancangan masing-masing-masing-masing fungsi yang telah direvisi seperti telah disebutkan di atas.

Proses segmentasi kawasan perancangan dilakukan dengan membagi kawasan terpilih menjadi beberapa zona mikro berdasarkan kategori penggunanya, yaitu masyarakat lokal dan wisatawan. Hal ini dilakukan mengingat usulan fungsi yang perancang tawarkan adalah fungsi-fungsi komersil yang akan dikunjungi baik oleh masyarakat lokal (mulai dari penduduk Nias Selatan hingga dari seluruh Nias) maupun wisatawan dalam dan luar negeri.


(70)

47

Joshua D P Hutapea | 110406042

Gambar 4.3. Gagasan Zoning Kawasan Museum Budaya Sumber :Dok.Perancang, 2015


(71)

48

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

a. Museum Budaya

Museum Budaya atau yang pada awalnya diusulkan dengan nama Istana Rakyat ini direncanakan untuk menjadi sebuah landmark di kawasan ekonomi khusus ini, maka perancang memilih tempat yang pada kondisi eksisiting saat ini berada sejajar dengan axis kanal utama yang memanjang dari Timur Laut – Barat Laut. Titik ini juga dekat dengan gerbang utama menuju kawasan, sehingga dengan posisi ini museum budaya tersebut akan menjadi sebuah landmark kawasan yang menyambut para pengunjung setelah memasuki kawasan perancangan.

Gambar 4.4. Posisi Museum Budaya (Istana Rakyat) pada Peta Udara Kawasan Sumber :Google Maps, 2015

b. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (Green Opened Space) ini dirancang dengan visi sustainable design dengan tujuan untuk mempertahankan kehijauan kawasan yang


(72)

49

Joshua D P Hutapea | 110406042

pada awalnya adalah hutan mangrove.Maka pusat dari RTH kawasan ini diletakkan di tapak seluas ± 7 Ha, memanjang searah dengan kanal utama yang ada di eksisting, yang artinya berada di hadapan posisi museum budaya yang diusulkan dalam perancangan.

c. Gereja

Gereja yang akan dirancang disini adalah sebuah gereja dengan fungsi sebagai tempat beribadah umat Kristen, dengan tambahan tujuan sebagai salah satu area wisata seperti Katedral St. Basilica di Eropa. Posisi pada tapak berhadapan dengan sisi RTH dan berbatasan dengan pantai sebagai sebuah view dan ekstensi area kegiatan outdoor dari gereja.

d. Hotel Resort & Cottages

Sebagai sebuah fasilitas komersil yang menjadi sasaran empuk wisatawan yang berkunjung dan ingin menginap, Hotel Resort & Cottages ini ditempatkan berbatasan dengan RTH dan juga laut, hotel menghadap kea rah RTH dan kanal, sementara cottages terletak di pantai dan di atas karang laut dan masih mempertahankan sebagian hutan bakau di eksisting.

e. Panggung Rakyat

Sebagai sebuah sarana olahraga dan panggung budaya outdoor, panggung ini diletakkan di batas pantai antara gereja dan cottage dan menghadap ke


(73)

50

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

lautan.Panggung rakyat ini diharapkan dapat menampung >1.000 penonton, maka perancang berusaha mensintesis kebutuhan sebuah panggung untuk penampilan budaya dengan kebutuhan sebuah stadion mini.

f. Perumahan Rakyat

Perumahan sebagai fungsi privat diletakkan berdampingan dengan kawasan pemukiman yang berbatasan dengan kawasan perancangan ini.

4.3. Menuju Preview 2 – Bagian Kedua

Secara umum, konsep besar dari masterplan ini adalah Building as

Sculpturedan Water-Crossed Zone. Artinya adalah setiap bangunan yang

dirancang di dalam tapak ini berdiri sebagai sebuah sculpture (patung).Bukan berarti hanya sebagai hiasan yang menjadi prioritas sekunder. Mempertimbangkan konsep dari penciptaan ruang pedesaan di Nias Selatan yang tidak hanya berfokus pada arsitektur bangunannya saja, tetapi juga kearifan ruang luarnya, sehingga menjadian sebuah kawasan sebagai ruang yang tidak masif, terbuka dan kontinu. Dengan konsep seperti ini, perancang diharapkan dapat melihat dengan jelas gambaran utuh sebuah bangunan melalui desain landscape -seeing an idea of building through it’s (existed) landscape design’.


(74)

51

Joshua D P Hutapea | 110406042

Gambar 4.5. Skema Berpikir Konsep Building as a Sculpture

Bentukan-bentukannya dianalogikan sebagai sebuah sculpture dimana semua bangunannya memiliki nilai-nilai ikonik. Desainnya akan menjadi sebuah pencerahan dan mudah diingat serta memberikan dampak yang besar bagi kemajuan kabupaten Nias Selatan.

Sementara konsep water-crossed zone diimplementasikan ke dalam konsep kawasan dimana setiap fungsi akan dilalui oleh kanal-kanal kecil (sub kanal) yang merupakan belahan aliran dari kanal utama yang memanjang pada axis Timur Laut- Barat Laut. Kanal-kanal kecil ini pada akhirnya akan digunakan di masing-masing fungsi sebagai jalur transportasi internal kawasan (aksesibilitas) dan juga sebagai fitur aktifitas publik dengan konsep micro waterfront. Implementasi konsep „mengalirkan air melalui setiap fungsi‟ ini sekaligus menjadi sebuah desain pasif untuk menjaga kontinuitas sirkulasi kawasan. Kehadiran air dan deretan vegetasi (green belt) diciptakan sebagai metode passive-cooling untuk menjaga kualitas penghawaan alami pada ruang-ruang luar.


(75)

52

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Gambar 4.6. Beberapa Implementasi Konsep Water-crossed Zone pada Kawasan

Disamping proses panjang yang berujung pada finalisasi sebuah masterplan, perancang juga terus mengerjakan pengembangan desain perancangan masing-masing fungsi, baik dari denah, tampak, potongan maupun pematangan konsep kontinuitas dalam masterplan kawasan. Ada sangat banyak revisi, gagasan, dan pemikiran yang dituangkan ke dalam sebuah desain saja. Untuk itu, perancang, atas persetujuan Pembimbing, memilih 4 fungsi utama yang akan dijadikan fokus dari tugas perancangan ini, yaitu Museum Budaya, Gereja, Hotel Resort dan RTH.


(76)

53

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan 3 dari 4 fungsi diatas banyak mengalami perubahan dan pengembangan yang banyak berfokus kepada transformasi bentukan massa terkhusus pada bagian atap. Karena nilai vernakularitas akan dimunculkan melalui transformasi bentuk atap tradisional Nias Selatan yang kemudian digubah ke dalam bentukan bangunan modern yang bebas dengan menjaga keaslian proporsi.Selain melalui transformasi bentuk atap, perancang juga mencoba untuk menciptakan ruang-ruang luar yang diadaptasi dari keaslian ruang luar di desa budaya Bawomataluo sehingga wisatawa dapat merasakan pengalaman ruang yang kurang lebih sama namun dihadirkan dalam nuansa kekinian.

4.4. Preview 2

Setelah proses-proses tersebut, tiba saatnya untuk menjalani pengujian di Preview 2. Disini perancang cukup diapresiasi untuk usaha perancangan yang terdiri dari cukup banyak fungsi sehingga memakan tenaga ekstra untuk mencari eksplorasi desain yang paling baik yang perancang bisa.Namun masih ada beberapa kekurangan mayor dan minor di beberapa sektor perancangan.

Beberapa kekurangan tersebut antara lain seperti Needs, Form & Context yang masih belum tampak secara jelas, sementara ketiga hal tersebut merupakan poin-poin yang sangat sakral sebagai dasar merancang. Ketiga hal tersebut dapat dijadikan acuan dari sebuah keluaran desain, dan ketiganya saling berhubungan erat satu dengan yang lain.Dalam tugas perancangan ini, konteks pun menjadi


(77)

54

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

sangat penting mengingat lokasi perancangan yang masih kental dengan budaya, yang artinya agar arsitektur berhasil di lokasi ini, pendekatan desain yang dilakukan haruslah kontekstual.

Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan keserasian dan kesinambungan visual, memori dan makna.Prinsip kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang lebih luas. Pendekatan dan pemikiran arsitektural yang sesuai untuk situasi tertentu mungkin tidak sesuai digunakan untuk situasi yang lain.

Evaluasi lainnya adalah mengenai kurangnya landasan teori untuk mendukung kajian perancangan kawasan tersebut.Berbicara mengenai keunikan, perancang pun disarankan untuk kembali mengeksplorasi teori pembentukan ruang solid dan void, mengkaji ulang hubungan ruang dan massa, serta analisis yang matang untuk sirkulasi kawasan yang terintegrasi. Sehingga dapat dilihat bahwa setiap fungsi yang ditawarkan memiliki saling keterkaitan secara mendasar dan secara visual untuk bisa dirasakan. Semua untuk sebuah hasil perancangan yang lebih baik.


(78)

BAB V


(79)

55

Joshua D P Hutapea | 110406042

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

BAB V

SEBUAH EKSEKUSI DESAIN

Pada bab ini perancang akan membahas hasil dari perancangan empat fungsi yang menjadi fokus desain dalam tugas perancangan ini dengan tema postmodern architecture yang dalam pengembangannya berusaha menjawab kebutuhan dan konteks perancangan fungsinya masing-masing.

5.1. Masterplan Kawasan


(1)

xiii

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Joshua D P Hutapea | 110406042

LAMPIRAN


(2)

(3)

xv

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Joshua D P Hutapea | 110406042


(4)

(5)

xvii

Perancangan Kawasan Museum Budaya di KEK Idealand Teluk Dalam

Joshua D P Hutapea | 110406042


(6)