Tidak dipungkiri seperti yang dikatakan Deming yang melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah majemen dan diketahui juga bahwa, masalah
utama dalam dunia industri adalah kegagalan manajemen senior dalam menyusun masa depan.Sallis,2006:97
Dalam penulisan makalah ini seperti yang sudah dijelaskan diawal maka penulis hanya mengambil dua biaya kualitas untuk diteliti yaitu biaya pencegahan
dan biaya penilaian, hal ini dikarenakan seberapa pengaruh biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap produk rusak, karena keduanya biaya tersebut timbul
sebelum terjadi produk rusak, sedangkan penulis tidak mengambil biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal untuk diteliti karena keduanya
tidak mempengaruhi jumlah produk rusak, hal tersebut dikarenakan kedua biaya ini timbul atau dikeluarkan setelah produk rusak terjadi.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk Rusak” pada Merek
Fashion XYZ
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan : 1. Bagaimana penerapan biaya kualitas biaya pencegahan dan biaya penilaian
pada “Merek Fashion XYZ”? 2. Apa pengaruh biaya kualitas biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap
produk rusak pada “Merek Fashion XYZ”?
7
BAB II KAJIAN TEORI
1.1 Jenis Perusahaan
Dilihat dari bidang usaha yang digeluti dan produk yang dihasilkan, secara umum perusahaan dibedakan menjadi 3, yaitu Rubianto,2013:15 :
1. Perusahaan Jasa yaitu perusahaan yang produknya adalah yang bersifat nonfisik, seperti perusahaan transportasi, biro wisata, bioskop, konsultan,
akuntan, dan sebagainya. 2. Perusahaan Dagang yaitu perusahaan yang membeli barang dari perusahaan
lain dan menjualnya kepada pihak yang membutuhkankonsumen. Sebagai contoh, pasar swalayan Hero, Indomaret, Giant, dan lain-lain., distributor
elektronik dan sebagainya. 3. Perusahaan Manufaktur yaitu perusahaan yang membeli bahan baku,
mengolahnya hingga menjadi produk jadi siap pakai. Sebagai contoh, produsen mie instant mengolah terigu hingga menjadi mie instant dan
produsen pakaian mengolah kain menjadi kemeja.
8
Produsen bahan baku
Menjual bahan Membeli bahan
Perusahaan Manufaktur
Menjual bahan Membeli bahan
Konsumen
Rubianto,2013:15
Gambar 2.1 Perusahaan Manufaktur
1.1.1 Jenis persediaan diperusahaan manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang harus mengolah bahan baku menjadi bahan jadi yang siap dipakai.
Persediaan dalam perusahaan manufaktur dibedakan menjadi : 1. Persediaan bahan baku : bahan dasar yang menjadi komponen utama dari
suatu produk. Contoh : kain adalah bahan baku dari pakaian, kayu adalah bahan baku dari
kemeja dan lain-lain.
9
2. Persediaan barang dalam proses : bahan baku yang telah diproses untuk diubah menjadi barang jadi tetapi sampai pada tanggal pengiriman belum
selesai proses produksinya. Contoh : pakaian yang belum ada lengannya dalam indutri garmen, meja tulis
yang belum dihaluskan dalam industri mebel dan sebagainya. 3. Persediaan barang jadi : bahan baku yang telah diproses menjadi produk jadi
yang siap pakai dan siap dipasarkan seperti pakaian jadi, meja tulis dan lain- lain. Rubianto,2013:16
1.2 Biaya 1.2.1 Pengertian Biaya
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Mulyadi:2014 Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang,
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial terjadi, 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Menurut Hansen dan Mowen : “Biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau
jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa sekarang dan masa yang akan datang untuk organisasi” Hansen dan Mowen,2009:38
10
1.3 Kualitas 1.3.1 Pengertian Kualitas
a. Pengertian kualitas menurut Fandy Tjiptono : Kata “Kualitas” mengandung banyak definisi dan makna. Orang yang
berbeda akan mengartikannya secara berlainan. Beberapa contoh definisi yang kerapkali dijumpai antara lain :
Kesesuaian dengan persyaratantuntutan. -
Kecocokan untuk pemakaian -
Perbaikan penyempurnaan berkelanjutan, -
Bebas dari kerusakan cacat, -
Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat, -
Melakukan segala sesuatu sacara benar semenjak awal, -
Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan. Tjiptono,2005:6
1.4 Biaya Kualitas 1.4.1 Konsep Biaya Kualitas
1. Mengkuantifikasi ukuran masalah kualitas dalam bahasa “uang” untuk meningkatkan komunikasi di antara manajer menengah dan manajer puncak.
2. Kesempatan utama untuk reduksi biaya dapat diidentifikasi 3. Kesempatan untuk mengurangi ketidakpuasan pelanggan dan ancaman-
ancaman yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan dapay diidentifikasi. Beberapa biaya kualitas jelek costs of poor quality merupakan hasil
kegagalan produk setelah penjualan. Vincent Gasperz,2006:91
1.4.2 Dasar-dasar pengukuran kualitas
11
Beberapa perusahaan kelas dunia menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program reduksi biaya terus-menerus melalui
perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkkan dengan ukuran-ukurang lain, seperti:
- Biaya kualitas dibandingkan nilai penjualan prsentase biaya kualitas total
terhadap nilai perusahaan, artinya semakin rendah nilai ini menunjukan program perbaikan kualitas semakin sukses.
- Biaya kualitas dibandingkan keuntungan persentanse biaya kualita total
terhadap nilai keuntungan, artinya semakin rendah nilai ini menunjukan program perbaikan kualitas semakin sukses.
- Biaya kualitas dibandingkan harga pokok penjualan cost of good sold,
diukur berdasarkan persentase biaya kualitas totoal terhadap nilai pokok penjualan, artinya semakin rendah nilai ini menunjukan program perbaikan
kualitas semakin sukses. Vincent Gasperz,2006:91
1.4.3 Kegiatan yang berhubungan dengan biaya kualitas
Kegiatan yang berhungan dengan biaya kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena kualitas yang buruk mungkin atau telah terjadi. Biaya-biaya
untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu disebut biaya kualitas. Jadi, biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang
kualitasnya buruk.
12
Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan dua sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas yaitu
kegiatan pengendalian dan kegiatan karena kegagalan. 1. Kegiatan pengendalian control activities
Dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk kualitas yang buru mungkin terjadi. Jadi, kegiatan pengendalian
terdiri dari kegiatan pencegahan dan penilaian, sedangkan 2. Kegiatan karena kegagalan failure activities
Dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk kualitas buruk memang terjadi.
1.4.4 Kategori biaya kualitas
1. Biaya pencegahan prevention cost Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain
produk dan sistem produksi berkualitas tinggi, termasuk biaya biaya untuk menerapkan dan memelihara sistem-sistem tersebut. Pencegahan kegagalan
produk dimulai dengan mendesain kualitas ke dalam produk dan proses produksi. komponen-komponen dan peralatan bekualitas tinggi harus
digunakan. Pemeliharaan preventif harus dilakukan secara berkala atas peralatan
dan mesin untuk mempertahankan kualitas yang tinggi. Karyawan harus dilatih dengan baik dan bermotivasi tinggi. Seluruh karyawan, mulai dari
manajemen puncak sampai setiap pekerja dipabrik harus terus-menerus mencari cara untuk memperbaiki kualitas produk.
13
Contoh biaya pencegahan : Biaya rekayasa kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan
kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit kualitas sikluas kualitas, uji lapangan, dan peninjauan desain.
2. Biaya penilaian appraisal cost Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk mendeteksi kegagalan
produk, sudah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Contoh biaya penilaian :
Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku, pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan penialaian, penerimaan produk, penerimaan proses,
peralatan pengukuran pemeriksaan dan pengujian , dan pengesahan dari pihak luar.
Dijelaskan, produk product acceptance meliputi pengambilan sampel dan batch barang jadi untuk menentukan apakah telah memenuhi
standar kualitasnya, bila memenuhi, produk diterima. Peneriman proses process acceptance meliputi penariksan sampel
barang dalam proses untuk mengetahui apakah prosesnya berada dalam kendali dan memproduksi barang tanpa cacat, bila tidak proses akan
dihentikan dan menunggu sampai tindakan perbaikan dilakukan. Tujuan utama dari fungsi penilaian adalah mencegah disampaikannya barang cacat ke
pelanggan.
14
3. Biaya kegagalan internal internal failure cost Biaya kegagalan internalterjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan
tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum dikirim kepihak luar, biaya yang terjadi selama proses
produksi, seperti biaya sisa bahan baku, biaya barang cacat, biaya pengerjaan kembali, dan terhentinya produksi karena kerusakaan mesin atau kehabisan
bahan baku. 4. Biaya kegagalan eksternal external failure cost
Biaya ini terjadi setelah produk dijual, produk atau jasa yang dihasilkan tidak memuaskan pelanggan setelah produk disampaikan kepada
pelanggan. Contoh biaya kegagalan eksternal :
Biaya yang meliputi untuk memperbaiki dan mengganti produk rusak selama masa garansi, biaya untuk menangani keluhan pelangan, dan biaya
hilangnya penjualan akibat ketidakpuasaan pelanggan.
Tabel. 2.1 Biaya Kualitas
Biaya Pencegahan Biaya Kegagalan Internal
- Pengembagan sistem - Rekayasa ulang kualitas
- Pelatihan kualitas - Lingakaran kualitas
- Aktivitas pengendalian proses statistik - Supervisi aktivitas pencegahan
- Pengumpulan, analisis, dan pelaporan data kualitas
- Proyek peningkatan kualitas - Dukungan teknis dari pemasok
- Audit efektivitas sistem kualitas - Biaya bersih sisa bahan
- Biaya bersih barang yang tidak sempurna
- Overhead dan tenaga kerja untuk pengerjaan ulang
- Inspeksi ulang produk yang dikerjakan ulang
- Waktu yang dikerjakan ulang - Pembuangan produk cacat
- Analisis penyebab produk cacat dalam produksi
- Pemasukan ulang data karena adanya kesalahan
- Debugging kesalahan peranti lunak
Biaya Penilaian Biaya Kegagalan Eksternal
- Pengujian dan inspeksi barang datang - Biaya pelayanan dan penanganan
15
- Pengujian dan inspeksi barang dalam proses
- Inspeksi dan pengujian produk jadi - Perlengkapan yang digunakan dalam
pengujian dan inspeksi - Supervisi aktivitas pengujian dan
inspeksi - Depresiasi peralatan pengujian
- Pemeliharaan peralatan pengujian - Peralatan dalam area inspeksi
- Penilaian dan pengujian di lapangan keluhan dari konsumen
- Garansi perbaikan dan penggantian - Perbaikan dan penggantian dalam masa
garansi - Penarikan produk
- Kewajiban yanng muncul karena adanya produk cacat
- Pengembalian karena adanya produk cacat
- Berkurangnya penjualan karena reputasi rendahnya kualitas.
Sumber: Garrison,Noreen,Brewer,2006:83
1.4.5 Masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku
Dalam akuntansi biaya bahan baku, uraian dibawah ini terjadi dalam proses produksi:
1. Produk rusak Spoiled goods Pengertian Produk Rusak menurut Mulyadi :
“Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi
produk yang baik”. Mulyadi:2014:298
Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab terjadinya :
a. Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan
sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil
penjualannya diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang menghasilkan produk rusak tersebut.
b. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya
16
produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara memperhitungkan. Mulyadi,2014:298
2. Produk Cacat Defective Goods Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang
telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi
menjadi produk yang baik. Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana
memperlakukan biaya tambahan untuk pengerjaan kembali rework costs produk cacat tersebut. Perilaku terhadap biaya pengerjaan kembali produk
cacat adalah mirip dengan yang telah dibicarakan dalam produk rusak spoiled goods.
Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses produksi tetapi karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu, maka
biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan produk maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada
seluruh produksi dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut ke dalam tarif biaya overhead pabrik. Biaya pengerjaan kembali
produk cacat sesungguhnya terjadi di debitkan ke dalam rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Mulyadi,2014:302
17
3. Sisa bahan Scrap Materials Di dalam proses produksi, tidak semua bahan baku dapat menjadi
bagian produk jadi, bahan yang mengalami dalam proses pengerjaan disebut sisa bahan. Perlakukan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa
bahan iu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya tidak dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualannya. Tetapi jika harga
jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa bahan tersebut dalam kartu persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh bagian produksi
ke bagian gudang. Jika dalam proses produksi terdapat sisa bahan, masalah yang timbul
adalah bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut. Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai:
1. Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang
menghasilkan sisa bahan tersebut, 2.
Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, 3.
Penghasilan diluar usaha other income. Mulyadi,2014:306
1.5 Fungsi Biaya Kualitas
1. Pandangan Kualitas yang dapat diterima Pada Hansen,Mowen,2009:278 dijelaskan bahwa, pandangan kualitas
yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian
meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun. Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan
biaya pengendalian, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk
18
mencegah atau mendeteksi unit-unit yan tidak sesuai yang pada akhirnya akan dicapai suatu titik di mana kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut
menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya kegagalan. Mengasumsikan dua fungsi biaya : satu untuk biaya pengendalian dan
satu lagi untuk biaya kegagalan. Tampilan tersebut juga mengasumsikan presentase unit cacat meningkat ketika biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan-
kegiatan pencegahan dan penilaian menurun. Di lain pihak, kegagalan meningkat ketika jumlah unit cacat meningkat.
Dari fungsi biaya kualitas, kita mengetahui total biaya kualitas turun ketika kualitas ditingkatkan sampai titik tertentu. Setelah itu, tidak ada
peningkatan lebih lanjut yang mungkin dilakukan. Tingkat optimal unit cacat telah diidentifikasi dan perusahaan berupaya mencapainya. Tingkat yang
mengizinkan adanya unit cacat ini disebut tingkat kualias yang dapat diterima AQL
2. Pandangan Cacat Nol Dalam pengertian klasik, sebuah produk dikatakan cacat bila
kualitasnya berada di luar batas toleransi suatu karakteristik kualitas.Menurut pandangan ini, biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai dengan
spesifikasi dan terdapat perbandingan terbalik antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian.
Pandangan AQL mengizinkan, bahkan mendukung diproduksinya sejumlah barang cacat tertentu. Model ini digunakan dalam dunia
pengendalian kualitas hingga 1970-an ketika model AQL ditantang oleh model cacat nol zero defects model. Intinya model ini menyatakan keunggulan
biaya akan diperoleh dengan mengurangi unit cacat nol. Perusahaan-
19
perusahaan yang menghasilkan semakin dikit produk cacat akan menjadi lebih kompetitif relatif terhadap perusahaan yang meneruskan penggunaan modal
AQL tradisional. Model cacat nol menekankan biaya pada biaya kualitas dan potensi
penghematan dari upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Hansen dan Mowen,2009:279
2.6 Manfaat dan Kelemahan Informasi Biaya Kualitas 1. Manfaat Informasi Biaya Kualitas