Verba Majemuk Dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy

(1)

VERBA MAJEMUK

DALAM NOVEL

KETIKA CINTA BERTASBIH

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

SKRIPSI

Oleh

SARIPAH HANNUM SIREGAR

NIM 060701011

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Oleh

SARIPAH HANNUM SIREGAR NIM 060701011

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh

Pembibing I, Pembimbing II,

Dr. Dwi Widayati, M. Hum. Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum. NIP 19650514 198803 2 001 NIP 19610721 198803 1 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum. NIP 19620419 198703 2 001


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(4)

VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Saripah Hannum Siregar Fakultas Sastra USU

ABSTRAK

Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain. Gabungan tersebut membentuk satu kesatuan makna, namum masih dapat ditelusuri dari makna komponennya. Penelitian ini mendeskripsikan jenis, proses pembentukan dan persentase frekuensi penggunaaan verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El-Shirazy. Teori yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku Hasan Alwi dkk. tentang jenis verba majemuk berdasarkan bentuk morfologisnya. Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik Baca Markah (BM) sebagai teknik dasar dan teknik lesap sebagai teknik lanjutan. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat dua jenis verba majemuk secara garis besar yaitu verba majemuk dasar dan verba majemuk berafiks. Namun, dari kedua jenis itu tersebut dapat dibagi lagi menjadi tujuh jenis verba majemuk. Verba majemuk yang paling sering muncul ada dua jenis, yaitu verba majemuk dasar yang komponen pertama berupa verba dan komponen kedua berupa nomina, dan verba majemuk bebas. Sedangkan verba majemuk yang paling jarang muncul juga ada dua jenis, yaitu verba majemuk dasar yang komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa verba, dan verba majemuk dengan morfem unik.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Verba Majemuk dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy” ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Sastra USU. 2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum., sebagai Ketua Departemen dan Ibu

Dra. Mascahaya, M. Hum sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.

3. Ibu Dr. Dwi Widayati, M. Hum., sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak dan sabar memberikan bimbingan serta dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum., sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Isma Tantawi, M. A., sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Kakanda Dede yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Deparetemen Sastra Indonesia.


(6)

8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Ruslan Siregar dan Ibunda Satia yang sangat setia memberikan doa serta dukungan moral dan material kepada penulis. Semua ini penulis persembahkan buat ayah dan bunda.

9. Kakak dan abang penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini.

10.Kakak dan abang senior yang walaupun sudah alumni tetapi tetap memberikan semangat dan motivasi.

11.Semua teman di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU stambuk ’06 dan khususnya Dessy, Nanda, Kina, Wulan, Yessa, Safrina, Mei, Dewi, Vera, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih sudah menjadi sahabat baik buat penulis.

12.Adik-adik junior di Departemen Sastra Indonesia, khususnya Ari, Oki, Jaynul yang juga selalu memberikan motivasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perkembangan ilmu linguistik pada masa yang akan datang.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca.

Medan, Juni 2010 Penulis,

Saripah Hannum Siregar


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kemunculan Verba Majemuk Dasar yang Komponen Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Nomina Dasar ... 98 Tabel 2. Kemunculan Verba Majemuk Dasar yang Komponen Pertama Berupa

Adjektiva dan Komponen Kedua Berupa Verba ... 99 Tabel 3. Kemunculan Verba Majemuk Dasar yang Kedua Komponen Berupa

Verba Dasar ... 100 Tabel 4. Kemunculan Verba Majemuk dengan Morfem Unik yang Komponen

Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Morfem Unik ... 101 Tabel 5. Kemunculan Verba Majemuk Terikat ... 102 Tabel 6. Kemunculan Verba Majemuk Bebas ... 103 Tabel 7. Kemunculan Verba Majemuk Berafiks yang Komponennya Telah

Berafiks Lebih Dahulu ... 104 Tabel 8. Persentase Frekuensi Penggunaan Tiap Jenis Verba Majemuk dalam


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 6

1.3 Batasan Masalah ……….. 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 7

1.4.1Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4.2 Manfaat Penelitian ………...…… 7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.. 8

2.1 Konsep ………. 8

2.1.1 Morfologi ………. 8

2.1.2 Verba ……… 9

2.1.3 Verba Majemuk ……… 10

2.2 Landasan Teori ……… 14

2.3 Tinjauan Pustaka ……….. 19

BAB III METODE PENELITIAN ……… 21

3.1 Populasi dan Sampel ………. 21

3.1.1 Populasi ………. 21

3.1.2 Sampel ………... 21

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………...… 22


(9)

BAB IV VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY ... 27

4.1 Jenis Verba Majemuk ... 27

4.1.1 Verba Majemuk Dasar ... 27

4.1.1.1Komponen Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Nomina Dasar ... 28

4.1.1.2Komponen Pertama Berupa Adjektiva dan Komponen Kedua Berupa Verba ... 34

4.1.1.3Kedua Komponen Berupa Verba Dasar ... 35

4.1.1.4Verba Majemuk dengan Morfem Unik ... 37

4.1.2 Verba Majemuk Berafiks ... 38

4.1.2.1Verba Majemuk Terikat ... 38

4.1.2.2Verba Majemuk Bebas ... 39

4.1.2.3Verba Majemuk Berafiks yang Komponennya Telah Berfiks Lebih Dahulu ... 47

4.2 Proses Pembentukan Verba Majemuk ... 48

4.2.1 Verba Majemuk Dasar ... 48

4.2.1.1Komponen Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Nomina Dasar ... 48

4.2.1.2Komponen Pertama Berupa Adjektiva dan Komponen Kedua Berupa Verba ... 63

4.2.1.3Kedua Komponen Berupa Verba Dasar ... 64

4.2.1.4Verba Majemuk dengan Morfem Unik ... 69

4.2.2 Verba Majemuk Berafiks ... 70

4.2.2.1Verba Majemuk Terikat ... 70

4.2.2.2Verba Majemuk Bebas ... 72

4.2.2.3Verba Majemuk Berafiks yang Komponennya Telah Berfiks Lebih Dahulu ... 95

4.3 Frekuensi Penggunaan Tiap Jenis Verba Majemuk ... 97

4.3.1 Verba Majemuk Dasar ... 97

4.3.1.1Komponen Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Nomina Dasar ... 97


(10)

4.3.1.2Komponen Pertama Berupa Adjektiva dan Komponen

Kedua Berupa Verba ... 99

4.3.1.3Kedua Komponen Berupa Verba Dasar ... 100

4.3.1.4Verba Majemuk dengan Morfem Unik ... 101

4.3.2 Verba Majemuk Berafiks ... 102

4.3.2.1Verba Majemuk Terikat ... 102

4.3.2.2Verba Majemuk Bebas ... 103

4.3.2.3Verba Majemuk Berafiks yang Komponennya Telah Berfiks Lebih Dahulu ... 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 107

5.1 Simpulan ... 107

5.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DATA


(11)

VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Saripah Hannum Siregar Fakultas Sastra USU

ABSTRAK

Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain. Gabungan tersebut membentuk satu kesatuan makna, namum masih dapat ditelusuri dari makna komponennya. Penelitian ini mendeskripsikan jenis, proses pembentukan dan persentase frekuensi penggunaaan verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El-Shirazy. Teori yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku Hasan Alwi dkk. tentang jenis verba majemuk berdasarkan bentuk morfologisnya. Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik Baca Markah (BM) sebagai teknik dasar dan teknik lesap sebagai teknik lanjutan. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat dua jenis verba majemuk secara garis besar yaitu verba majemuk dasar dan verba majemuk berafiks. Namun, dari kedua jenis itu tersebut dapat dibagi lagi menjadi tujuh jenis verba majemuk. Verba majemuk yang paling sering muncul ada dua jenis, yaitu verba majemuk dasar yang komponen pertama berupa verba dan komponen kedua berupa nomina, dan verba majemuk bebas. Sedangkan verba majemuk yang paling jarang muncul juga ada dua jenis, yaitu verba majemuk dasar yang komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa verba, dan verba majemuk dengan morfem unik.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.

Kajian bahasa memang tidak pernah berhenti dibicarakan. Selalu ada permasalahan bahasa yang menarik untuk dikaji. Hal itu disebabkan bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan, yakni kalimat, kata, morfem, dan fonem.

Dalam studi gramatika, kategori kata merupakan hal yang tidak pernah lepas dari pembicaraan. Secara umum, ketegori gramatikal terbagi atas dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok yang disebut kata penuh (full word) dan (2) kelompok yang disebut partikel atau kata tugas (function word) (Chaer, 1995: 147).

Perbincangan mengenai pembentukan kata merupakan aspek yang menarik dalam bahasa Indonesia. Menurut Alisjahbana (1974: 3) kata jadian sangat banyak dipakai dalam kalimat-kalimat bahasa Indonesia sehingga hal tersebut menjadi


(13)

salah satu soal bahasa Indonesia, bahkan dapat dikatakan bahwa soal bahasa Indonesia yang terpenting dan tersulit ialah soal kejadian kata, yaitu bagaimana membentuk atau terbentuknya kata jadian dari kata dasar.

Masalah pembentukan kata merupakan objek kajian morfologi. Proses morfologis membicarakan pembentukan kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Ada tiga proses morfologis dalam bahasa Indonesia, yaitu pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan.

Verba adalah salah satu kategori kata yang termasuk ke dalam kelompok pertama yaitu kata penuh. Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan (KBBI, 2007: 1260). Alwi dkk. (2003: 98) menyatakan bahwa bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, yakni (1) verba asal: verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis, dan (2) verba turunan: verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung pada tingkat keformalan bahasa dan/atau pada posisi sintaksisnya. Verba turunan dibagi lagi menjadi tiga subkelompok, yakni (a) verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, darat), tetapi memerlukan afiks supaya dapat berfungsi sebagai verba (mendarat), (b) verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, baca) yang dapat pula memiliki afiks (membaca), dan (c) verba yang dasarnya adalah dasar terikat (misalnya, temu) yang memerlukan afiks (bertemu). Di samping ketiga subkelompok verba turunan itu, ada juga verba turunan yang berbentuk kata berulang (misalnya, makan-makan, berjalan-jalan) dan kata majemuk (misalnya, jual beli, bertanggung jawab).

Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih sehingga menjadi satu satuan makna.


(14)

Contoh:

Dasar Verba Turunan

jual, beli  jual beli

salah, sangka  salah sangka hancur, lebur  hancur lebur jatuh, bangun  jatuh bangun

Kata turunan yang terbentuk melalui pemajemukan disebut kata majemuk. Dengan demikian, verba turunan seperti di atas dapat juga disebut verba majemuk.

Pengafiksasian dan reduplikasi dapat terjadi pada verba majemuk, misalnya

memperjualbelikan, menghancurleburkan, dan jatuh-jatuh bangun.

Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain. Konsep verba majemuk sama halnya dengan kata majemuk, namun verba majemuk hanya kata majemuk yang termasuk ke dalam kategori verba (kata kerja).

Contoh: Jangan ikut campur dalam masalah itu!

Ikut campur merupakan verba majemuk karena kata itu merupakan verba yang terbentuk melalui proses penggabungan kata ‘ikut’ dengan kata ‘campur’. Gabungan kata tersebut membentuk makna yang relatif baru tetapi makna tersebut masih dapat ditelusuri dari makna komponennya.

Dari ketiga proses morfologis bahasa Indonesia, pemajemukan dan kata majemuk merupakan bidang kajian yang paling rumit (Kridalaksana, 1988: 30). Hal tersebut dapat kita buktikan dengan melihat banyaknya ahli bahasa yang memberi tanggapan dan pendapat tentang apa dan bagaimana kata majemuk itu. Namun, dari berbagai pendapat, khususnya pendefenisian kata majemuk, belum


(15)

ada suatu kesimpulan yang memadai. Pembicaraan tentang kata majemuk dan pemajemukan sampai sekarang belum pernah memuaskan semua pihak. Di antara penulis tata bahasa, ada yang mencoba menjelaskannya dari sudut arti yang dikandungnya, ada pula yang mencoba menjelaskan dari segi struktur dengan menentukan ciri-cirinya, bahkan ada pula yang menggabungkan kedua tinjauan tersebut. Jika kita membaca buku-buku tata bahasa, terlihat adanya pertentangan tentang pembahasan pemajemukan dan kata majemuk. Golongan pertama yang mengatakan bahwa kata majemuk itu ada dalam bahasa Indonesia seperti Slametmulyana, Sutan Takdir Alisjahbana, Gorys Keraf, dan Ramlan. Golongan kedua, seperti A.A. Fokker dan Jos Daniel Parera tidak mengakui adanya kata majemuk dalam bahasa Indonesia. Namun, mereka cenderung menggunakan istilah kelompok kata.

Di sini, penulis tidak akan mempertentangkan dua golongan tersebut. Dewasa ini kata majemuk telah diakui sebagai salah satu bentuk kata dalam bahasa Indonesia yang dibukt ikan oleh pembahasan bentuk kata ini di dalam buku

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Verba majemuk mirip dengan idiom dan frasa verba sehingga banyak orang yang susah untuk membedakannya. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk meneliti verba majemuk.

Dalam karya sastra, verba majemuk tentu digunakan dalam kalimat-kalimatnya seperti pada Novel Ketika Cinta Bertasbih. Novel tersebut ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy yang biasa dipanggil dengan Kang Abik. Beliau adalah seorang novelis, sarjana dari Universitas Al-Azhar Cairo, dan penulis adikarya fenomenal Ayat-Ayat Cinta. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2007 oleh penerbit Republika – Basmala. Novel ini merupakan novel dwilogi, yaitu


(16)

terdiri atas novel Ketika Cinta Bertasbih 1 (episode 1) dan novel Ketika Cinta Bertasbih 2 (episode 2). Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 (episode 1) terdiri dari 483 halaman dengan ukuran 20,5 cm x 13,5 cm, menceritakan tentang Azzam mahasiswa Al-Azhar Cairo yang sambil bekerja sebagai pedagang bakso dan tempe untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya di Indonesia. Azzam sangat rajin bekerja, memasarkan tempe-tempenya ke kalangan ibu-ibu Indonesia yang tinggal di Mesir. Dia juga menerima pesanan bakso untuk acara-acara yang diselenggarakan oleh KBRI. Karena seluruh waktunya lebih banyak dia gunakan untuk membuat tempe dan berjualan bakso, kuliahnya agak terlantar. Oleh karena itu, dia sampai sembilan tahun mengambil S-1 di Al-Azhar. Sebenarnya Azzam adalah anak yang cerdas, terbukti pada tahun pertama dia lulus dengan predikat

jayyid jidan atau sangat memuaskan. Novel episode 2 yang terdiri dari 412 halaman dengan ukuran 20,5 cm x 13,5 cm tentu saja merupakan lanjutan dari novel episode 1. Episode 1 lebih banyak menceritakan tokoh utama ketika di Mesir sedangkan episode 2 menceritakan tokoh utama setelah pulang ke Indonesia. Azzam kembali ke Indonesia dalam rangka mengabdikan ilmunya untuk kemajuan daerahnya.

Karena ceritanya yang menarik dan sarat dengan pesan moral, seorang sutradara terkenal tertarik untuk mengadaptasi novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy menjadi sebuah film layar lebar. Film Ketika Cinta Bertasbih episode 1 berhasil ditayangkan pertama kali di bioskop pada tanggal 11 Juni 2009 dan episode 2 pada tanggal 17 September 2009. Bahasa dalam novel adalah bahasa tulis yang berwujud kalimat-kalimat. Verba majemuk banyak terdapat di dalam kalimat-kalimat pada Novel Ketika Cinta Bertasbih. Verba


(17)

majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasnih ini lebih banyak jika dibandingkan dengan novel-novel yang lain. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih

karya Habiburrahman El Shirazy ini.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, masalah yang akan dibicarakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa sajakah jenis verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy?

2. Bagaimanakah proses pembentukan verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy?

3. Berapakah persentase frekuensi penggunaaan tiap jenis verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy?

1.3 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Dengan pembatasan masalah yang ada, penelitian yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti sehingga tujuan yang dimaksudkan peneliti dapat tercapai. Penelitian mengenai verba majemuk ini dibatasi pada jenis verba majemuk berdasarkan bentuk morfologisnya.


(18)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya sebuah penelitian mempunyai tujuan tertentu yang memberi arah pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenis verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.

2. Mendeskripsikan proses pembentukan verba majemuk dalam novel

Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.

3. Menghitung persentase frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian yang mendalam tentu saja mempunyai manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan pembaca terhadap studi tentang morfologi khususnya jenis-jenis dan proses pembentukan verba majemuk.

2. Menambah wawasan kebahasaan pembaca mengenai persentase frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk dalam novel.


(19)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985: 46). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 588), konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep, yaitu konsep morfologi, verba, dan verba majemuk.

2.1.1 Morfologi

Dalam bahasa Indonesia, kata morfologi berasal dari kata morphology. Kata

morphology merupakan kata asing yang mengalami pengondisian bahasa menjadi morfologi, bentukan kata ini berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan logi

yang berarti ilmu. Jadi, morfologi menurut asal katanya adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk kata dari suatu bahasa.

Menurut Ramlan, (1978: 16) morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.


(20)

2.1.2 Verba

Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan (KBBI, 2007: 1260). Menurut Gorys Keraf, kata kerja (verba) adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”. Kata kerja atau verba dibatasi sebagai berikut. Semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku digolongkan dalam kata kerja (Keraf, 1984: 64). Sedangkan menurut Alisjahbana (dalam Muslich, 2008: 110) kata kerja (verba) adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.

Menurut Alwi, dkk. (2003: 87) ciri-ciri verba dapat diketahui dengan mengamati (1) perilaku semantisnya, (2) perilaku sintaksisnya, dan (3) bentuk morfologisnya. Namun, secara umum verba dapat diidentifikasikan dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva, karena ciri-ciri berikut:

a. Verba memiliki fungsi utama sebagai perdikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau

keadaan yang bukan sifat atau kualitas.

c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks

ter- yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati, misalnya, tidak dapat diubah menjadi *termati.

d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak belajar, *sangat pergi, dan *bekerja sekali meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali.


(21)

Keraf (1984: 86) menyatakan bahwa segala kata yang mengandung imbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i, dapat dicalonkan menjadi kata kerja. Kata-kata yang bukan verba dapat dijadikan sebagai verba jika kata-kata tersebut dibubuhi afiks yang berfungsi sebagai pembentuk verba. Menurut Kridalaksana (1996: 37) afiks pembentuk verba adalah sebagai berikut:

1. prefiks me- 14. kombinasi afiks memper-kan 2. simulfiks N 15. kombinasi afiks diper-kan 3. prefiks ber- 16. kombinasi afiks N-in 4. konfiks ber-R 17. konfiks ber-an 5. prefiks per- 18. konfiks ber-R-an 6. prefiks ter- 19. konfiks ber-kan 7. prefiks ke- 20. konfiks ke-an

8. sufiks -in 21. kombinasi afiks ter-R 9. kombinasi me-i 22. kombinasi afiks per-kan 10.kombinasi di-i 23. kombinasi afiks per-i 11.kombinasi me-kan 24. prefiks se-

12.kombinasi afiks memper- 25. kombinasi afiks ber-R 13.kombinasi afiks diper-

2.1.3 Verba Majemuk

Para pakar linguistik telah mencoba memberikan rumusan mengenai kata majemuk dan proses pemajemukan. Menurut Kridalaksana (1996: 104), yang dimaksud dengan perpaduan atau pemajemukan atau komposisi ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. “Out put” proses itu


(22)

disebut paduan leksem atau kompositium yang menjadi calon kata majemuk. Menurut Muslich (2008: 56), pemajemukan/komposisi adalah peristiwa bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relatif baru. Hasilnya adalah bentuk majemuk. Menurut Ramlan (1978: 67), kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Di samping itu, ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya, misalnya daya tahan, daya juang, kamar tunggu, kamar kerja, ruang baca, tenaga kerja, kolam renang, jarak tembak, lempar lembing, potong leher,

ikat pinggang, dan ada pula yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya lomba lari, jual beli, simpan pinjam, dan masih banyak lagi.

Muslich (1990: 54) menyatakan bahwa verba majemuk adalah verba yang dasarnya terbentuk melalui proses pemajemukan dua morfem asal atau lebih; atau verba yang berafiks yang digabungkan dengan kata atau morfem terikat sampai mencapai satu kesatuan makna. Alwi dkk. (2003: 151) menyatakan bahwa verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata lain.

Karena proses seperti ini dapat pula menimbulkan kelompok lain yang dinamakan idiom, perlu dijelaskan perbedaan antara verba majemuk dengan idiom. Dalam verba majemuk, penjejeran dua kata atau lebih itu menumbuhkan makna yang secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung. Sebagai contoh, kata terjun dan kata payung dapat digabungkan menjadi terjun payung. Makna dari perpaduan ini masih bisa ditelusuri dari makna kata terjun dan kata payung, yakni ‘melakukan terjun dengan memakai alat


(23)

semacam payung’. Perpaduan seperti ini dinamakan pemajemukan dan verba yang dihasilkannya adalah verba majemuk.

Idiom juga merupakan perpaduan dua kata atau lebih, tetapi makna dari perpaduan ini tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung. Kata naik, misalnya, dapat dipadukan dengan kata darah

sehingga menjadi naik darah. Akan tetapi, perpaduan ini telah menimbulkan makna tersendiri yang terlepas dari makna naik maupun darah. Makna naik darah

tidak ada kaitannya dengan darah yang naik. Kata-kata seperti naik haji, makan hati (dalam arti ‘menderita’), angkat kaki, dan gulung tikar adalah idiom juga.

Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 151), apabila dipakai formula untuk membedakan idiom dengan verba majemuk maka perbedaan itu adalah :

Idiom : A + B menimbulkan makna C Kata majemuk : A + B menimbulkan makna AB

Salah satu ciri lain dari verba majemuk adalah urutan komponennya seolah-olah telah menjadi satu sehingga tidak dapat dipertukarkan tempatnya. Bentuk pada kolom kiri berikut tidak dapat digantikan dengan bentuk pada kolom kanan.

temu wicara *wicara temu siap tempur *tempur siap tatap muka *muka tatap

Karena keeratan hubungannya, verba majemuk juga tidak dapat dipisahkan oleh kata lain. Bentuk temu wicara, siap tempur, dan tatap muka, misalnya, tidak dapat diubah menjadi *temu untuk wicara, *siap guna tempur, dan *tatap dengan muka.


(24)

Verba majemuk harus pula dibedakan dari frasa verba. Frasa verba juga terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi hubungan antara kata-kata tadi bersifat sintaksis. Perhatikan (a) verba majemuk dan (b) frasa verba berikut.

(a) terjun payung (b) sudah terjun

temu wicara bertemu untuk berbicara hancur lebur benar-benar hancur salah hitung salah dalam perhitungan

Verba majemuk, seperti kata majemuk lainnya, mempunyai ciri yang membedakannya dari frasa. Muslich (1990: 54) menyatakan bahwa ciri-ciri tersebut adalah berikut ini. (1) Bermakna satu, (2) karena merupakan satu makna, bila diberi keterangan, keterangan itu berlaku untuk semua unsur, (3) komponen kata majemuk tidak bisa diperluas lagi, (4) konstruksi komponennya tidak bisa dibolak-balik, dan (5) komponen verba majemuk tidak dapat dipisahkan.

Verba majemuk dapat dibagi berdasarkan bentuk morfologis dan hubungan komponennya. Berdasarkan bentuk morfologisnya, verba majemuk terbagi atas (1) verba majemuk dasar, (2) verba majemuk berafiks, dan (3) verba majemuk berulang. Berdasarkan hubungan komponen-komponennya, verba majemuk terbagi atas (i) verba majemuk bertingkat dan (ii) verba majemuk setara. Verba majemuk bertingkat ialah verba majemuk yang salah satu komponennya merupakan inti. Verba majemuk setara ialah verba majemuk yang kedua komponennya merupakan inti.

Ramlan (1976: 72) menyatakan bahwa ada beberapa kata majemuk yang salah satu dari unsurnya berupa morfem unik. Morfem unik adalah morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu satuan tertentu. Misalnya kata simpang


(25)

siur, sunyi senyap, dan gelap gulita. Kata simpang, sunyi, dan gelap merupakan morfem bebas sedangkan siur, senyap, dan gulita merupakan morfem unik.

2.2 Landasan Teori

Sebuah penelitian perlu ada landasan teori yang mendasarinya karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan diharapkan mampu menjadi dasar tumpuan seluruh pembahasan.

Dalam penelitian ini dipergunakan teori struktural yang diambil dari buku Hasan Alwi dkk. (2003) yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Di samping itu, sebagai tambahan dipakai juga buku-buku dan tulisan-tulisan lain terutama yang menguraikan struktur serta pembentukan verba majemuk seperti buku Ramlan yang berjudul Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif , Harimurti Kridalaksana dalam bukunya Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia dan Mansur Muslich dalam bukunya Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Pemilihan teori ini berdasarkan alasan bahwa analisis verba majemuk termasuk ke dalam analisis struktur internal bahasa dan penelitian ini bersifat deskriptif. Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga oleh Hasan Alwi dkk. ini sangat lengkap dan lebih terperinci dalam mengklasifikasikan jenis verba majemuk sehingga buku ini dianggap sangat relevan dengan penelitian ini.

Jenis Verba Majemuk

Jenis verba majemuk berdasarkan bentuk morfologisnya adalah sebagai berikut.


(26)

a. Verba majemuk dasar

Verba majemuk dasar ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa, atau kalimat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut.

1. Komisi II DPR akan temu wicara dengan wartawan. 2. Kenapa kamu maju mundur terus?

Verba majemuk seperti temu wicara dan maju mundur adalah verba majemuk dasar. Contoh lain:

i) mabuk laut ii) kurang makan iii) hancur lebur geger otak berani mati pulang pergi

jumpa pers berani sumpah hilang lenyap terjun payung salah dengar ikut campur

tatap muka salah hitung jual beli bunuh diri kurang pikir jatuh bangun

Verba majemuk dasar pada umumnya terdiri atas leksikal bebas (bunuh diri, salah hitung, jual beli). Ada pula yang terdiri atas morfem asal bebas dan morfem leksikal terikat (lepas landas, simpang siur, lalu lalang).

Sebagaimana dapat dilihat pada contoh di atas, ada tiga pola verba majemuk dasar yang paling umum, yaitu:

(i) komponen pertama berupa verba dasar dan komponen kedua berupa nomina dasar, seperti mabuk laut, dan gegar otak;

(ii) komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa verba, seperti kurang makan dan berani mati;


(27)

(iii) kedua komponen berupa verba dasar, seperti hancur lebur dan pulang pergi.

b. Verba majemuk berafiks

Verba majemuk berafiks ialah verba majemuk yang mengandung afiks tertentu, seperti yang terdapat pada kalimat berikut.

1. Mereka menyebarluaskan berita itu ke seluruh desa. 2. Belakangan ini dia lebih banyak berdiam diri.

3. Anggota partai itu mengikutsertakan keluarganya. 4. Dia telah mendarmabaktikan segalanya kepada bangsa.

5. Orang yang berakal budi tidak akan bertindak demikian gegabah. 6. Pemerintah mungkin akan mengambil alih perusahaan itu.

7. Ejekan itu memerahpadamkan wajahnya

Verba majemuk seperti menyebarluaskan, berdiam diri, mengikutsertakan, berakal budi, mengambil alih, dan memerahpadamkan adalah verba majemuk berafiks.

Jika diperhatikan dasar afiksasi pada contoh di atas, akan terlihat bahwa ada verba seperti sebar luas yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Karena paduan morfem dasar seperti itu tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat, verba tadi harus selalu berafiks. Ada juga yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa afiks, seperti ambil alih, tetapi lebih lazim dipakai dengan afiks terutama dalam bahasa baku. Ada pula yang dasarnya berupa nomina majemuk, seperti darma bakti dan akal budi, dan adjektiva majemuk, seperti merah padam. Dengan kata


(28)

lain, kata majemuk yang bukan verba dapat juga dibuat menjadi verba majemuk dengan menambahkan afiks verba tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, verba majemuk berafiks dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

(i) Verba majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat disebut verba majemuk terikat. Contoh:

beriba hati berkembang biak bertolak pinggang bertutur sapa

(ii) Verba majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang dapat berdiri sendiri disebut verba majemuk bebas. Dasar kata majemuk ini dapat berupa (i) verba, (ii) nomina, atau (iii) adjektiva.

Contoh:

(a) melipatgandakan (b) menganaktirikan (c) menghitamlegamkan menaikturunkan berinduk semang mengawetmudakan membagi rata merataptangisi memerahpadamkan membalas budi menggarisbawahi

memberi tahu mendarmabaktikan memukul mundur

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa berbagai afiks dapat ditambahkan untuk membentuk verba majemuk berafiks. Jika pangkal majemuk diapit prefiks dan sufiks (kombinasi afiks dan konfiks) maka komponen majemuk itu


(29)

dirangkaikan menjadi satu, seperti babak belur membabakbelurkan. Tetapi, jika afiks itu hanya berupa prefiks atau sufiks, komponennya tetap dituliskan terpisah, seperti daya guna berdaya guna dan tanda tangan tanda tangani.

(iii) Verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu. Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari jenis tersebut.

Contoh:

haus kekuasaan hilang ingatan hilang pikiran

c. Verba majemuk berulang

Verba majemuk berulang adalah verba majemuk yang intinya adalah verba dan verba tersebut diulang (direduplikasi). Verba majemuk dalam bahasa Indonesia dapat direduplikasi jika kemajemukannya bertingkat dan jika intinya adalah bentuk verba yang dapat diredupikasikan pula.

Contoh:

naik pangkat  naik-naik pangkat pulang kampung  pulang-pulang kampung goyang kaki  goyang-goyang kaki pindah tangan  pindah-pindah tangan

Dari contoh di atas tampaklah bahwa hanya komponen verba yang mengalami reduplikasi.


(30)

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai verba maupun mengenai kata majemuk bukanlah baru pertama kali ini dilakukan, sudah ada penelitian terdahulu tentang masalah tersebut. Namun, yang meneliti khusus verba majemuk dalam novel belum pernah dilakukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Sirait (1995) dengan skripsinya yang berjudul Analisis Kata Gabung dan Kata Depan dalam Novel Lembah Membara Karya Moerwanto meneliti penulisan kata gabung dan kata depan yang terdapat dalam novel tersebut. Dia menyimpulkan bahwa penulisan kata gabung yang terpisah terdiri dari kata majemuk dan istilah khusus, kata maha yang diikuti kata berimbuhan, kata gabung yang diikuti awalan, kata gabung yang diikuti akhiran. Selain kata gabung yang penulisannya terpisah, ada juga kata gabung yang penulisannya dirangkaikan dan mempergunakan kata hubung. Kata depan yang diperoleh dari novel tersebut adalah di, ke dan dari.

Angkat (1996) dengan judul skripsi Sistem Kata Kerja Bahasa Pakpak

memaparkan ciri-ciri, bentuk, pembagian dan makna kata kerja bahasa Pakpak serta proses morfofonemiknya.

Sihite (2007) dengan skipsinya yang berjudul Kata Majemuk dalam Bahasa Batak Toba menyimpulkan bahwa ciri kata majemuk dalam bahasa Batak Toba ada tiga, yaitu ciri prakategorial, morfologis, dan sintaksis. Wujudnya berupa kata majemuk dasar, kata majemuk berimbuhan, dan kata majemuk berulang. Sedangkan polanya ada yang berpola D-D, D-M, dan M-D. Maknanya adalah


(31)

jamak, jumlah, tempat, alat, menyerupai, berulang-ulang, memakai, memiliki, menanam, memelihara, saling, kausatif, dan sifat.

Herwanto (2009) dengan skripsinya yang berjudul Kategori Verba pada Harian Analisa menyimpulkan bahwa kategori verba pada harian analisa ada dua belas dan dari data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa tipe yang paling banyak muncul adalah tipe XI sedangkan tipe yang paling sedikit muncul adalah tipe I.

Hasil penelitian sebelumnya, baik mengenai verba, kata majemuk, maupun penelitian pemakaian bahasa pada novel dapat menjadi informasi dan acuan bagi peneliti saat ini dalam meneliti verba majemuk dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Penelitian-penelitian di atas berbeda dengan penelitian kali ini. Penelitian kata majemuk sebelumnya hanya membedakan kata majemuk dengan frasa, sedangkan idiom masih digolongkan ke dalam kata majemuk. Sedangkan penelitian ini selain membedakan kata majemuk dengan frasa, juga membedakannya dengan idiom. Kata majemuk tidak sama dengan idiom. Penelitian di atas hanya menggunakan metode kualitatif. Sedangkan penelitian ini, di samping menggunakan metode kualitatif juga menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk melihat seberapa tinggi persentase frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi

Menurut Malo dkk. (1985: 149) kata populasi itu bukan diartikan sebagai penduduk seperti halnya dalam studi kependudukan. Populasi dalam hal ini berarti sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Elemen populasi itu biasanya merupakan satuan analisis. Populasi dapat berupa kumpulan semua kota di Indonesia, semua wanita di daerah pedesaan, semua perusahaan yang jumlah buruhnya kurang dari lima ribu, atau apa saja. Pada dasarnya populasi adalah himpunan semua hal yang ingin diketahui. Populasi penelitian ini adalah semua verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, baik yang terdapat dalam episode 1 maupun episode 2.

3.1.2 Sampel

Setelah populasi dirumuskan dengan jelas, barulah kita dapat menetapkan apakah mungkin untuk meneliti seluruh elemen populasi ataukah perlu mengambil sebagian saja dari populasi yang sering disebut sebagai sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel penelitian ini hanyalah verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 (episode 1). Sampel ini dipilih karena di dalam episode 1 lebih banyak terdapat verba majemuk daripada dalam episode 2. Verba majemuk yang ditemukan dalam episode 1 sebanyak 232 verba majemuk.


(33)

3.2Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara kerja yang teratur dengan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Dapat juga dikatakan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna menghasilkan tujuan yang sempurna.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini yaitu novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Dalam tahap pengumpulan data, metode yang digunakan yaitu metode simak (Sudaryanto, 1993: 133). Metode simak adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang disimak adalah penggunaan bahasa dalam novel

Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Selanjutnya, untuk melengkapi penggunaan metode tersebut, digunakan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutan (Sudaryanto, 1993: 135). Dalam hal ini, peneliti membaca, mempelajari, dan memeriksa data-data yang diperlukan, lalu menyadap bagian-bagian isi novel dan selanjutnya mencatat data yang diperoleh ke dalam kartu data.

3.3Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam tahap analisis data yaitu metode agih. Metode agih merupakan metode yang alat penentunya justru dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Perwujudan metode ini dilakukan dengan menggunakan teknik baca markah (BM) sebagai teknik dasar dan teknik lesap sebagai teknik lanjutan.


(34)

Teknik baca markah (BM) digunakan untuk melihat bentuk-bentuk verba majemuk yang terdapat dalam wacana sehingga kita dapat mengelompokkannya sesuai dengan jenis verba majemuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudaryanto (1993: 95), bahwa pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkahan itu (marker) berarti kemampuan menentukan kejatian lingual yang dimaksud. Hal ini berarti bahwa peneliti dapat melihat langsung pemarkah (dalam hal ini verba majemuk) yang bersangkutan.

Setelah pemarkah verba majemuk diperoleh, peneliti menggunakan teknik lesap. Teknik lesap dilaksanakan dengan melesapkan (melepaskan, menghilangkan, menghapuskan, mengurangi) unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini: (1) Bergelombang naik turun. (hlm. 40)

(2) Aku yang harus bertanggung jawab. (hlm. 90)

(3) Saat melahirkannya, ibunya meninggal dunia. (hlm. 139)

Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh (1) diperoleh bentuk verba

naik turun. Verba naik turun termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar karena verba majemuk tersebut tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Berdasarkan polanya, verba

naik turun termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar yang kedua komponen berupa verba dasar. Verba ini dibentuk dari kata naik dan turun. Komponen pertama ‘naik’ merupakan verba dasar dan komponen kedua ‘turun’ juga merupakan verba dasar.


(35)

Proses pembentukannya: naik + turun

V V

 naik turun

Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh (2) diperoleh juga bentuk verba majemuk bertanggung jawab. Verba bertanggung jawab termasuk ke dalam jenis verba majemuk berafiks karena verba majemuk tersebut mengandung afiks, yang ditandai dengan prefiks ber-.

Setelah diketahui bahwa verba bertanggung jawab merupakan verba majemuk berafiks, perlu diterapkan teknik lesap untuk mengetahui apakah verba itu termasuk ke dalam jenis verba majemuk berafiks bebas, terikat, atau verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu. Teknik lesap ini diterapkan dengan melesapkan afiks yang melekat pada verba majemuk tersebut. Jika dari hasil pelesapan tersebut menghasilkan kata yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat maka verba majemuk tersebut termasuk verba majemuk bebas dan sebaliknya jika tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat maka verba tersebut adalah verba majemuk terikat. Verba majemuk bertanggung jawab

digolongkan ke dalam verba majemuk bebas karena pangkalnya berupa bentuk majemuk yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan prefiks ber-. Hasil pelesapan tersebut menghasilkan kata

tanggung jawab yang bentuknya tetap gramatikal dan dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Dasar kata bertanggung jawab adalah nomina majemuk tanggung jawab.

Kata tersebut terbentuk dari kata tanggung dan jawab kemudian dibubuhi prefiks


(36)

majemuk tanggung jawab setelah mendapat afiks ber- berubah menjadi verba majemuk.

Proses pembentukannya:

ber- + tanggung + jawab  bertanggung jawab

Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh (3) diperoleh juga bentuk verba majemuk meninggal dunia. Verba meninggal dunia termasuk ke dalam jenis verba majemuk berafiks karena verba majemuk tersebut mengandung afiks, yang ditandai dengan prefiks meN-. Jika kita melesapkan prefiks meN- menjadi ‘tinggal dunia’, kata tersebut tidak gramatikal. Verba majemuk ini dibentuk dengan membubuhi salah satu komponennya lebih dahulu kemudian menggabungkannya dengan komponen yang lain. Oleh karena itu, kata tersebut digolongkan ke dalam jenis verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu. Jadi, proses pembentukan verba majemuk meninggal dunia

adalah salah satu komponennya ’tinggal’ terlebih dahulu mendapat prefiks meN-, kemudian digabungkan dengan komponen yang lain ’dunia’ sehingga menjadi verba majemuk meninggal dunia.

Proses pembentukannya:

meN- + tinggal + dunia  meninggal dunia

Selain itu, penulis juga menggunakan metode kuantitatif. Menurut Muchlis (1993: 4) metode kuantitatif merupakan metode keputusan yang menggunakan


(37)

angka. Pemecahan dengan model kuantitatif akan menghasilkan nilai atau angka untuk variabel keputusan. Dengan kata lain, penggunaan model kuantitatif dalam memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang dihasilkan adalah angka.

Menurut Sudjana (2002: 50) frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas, jadi dalam bentuk absolut. Metode ini dipergunakan untuk menghitung frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk yang terdapat dalam novel tersebut. Jika frekuensi dinyatakan dalam persen maka diperoleh daftar distribusi frekuensi relatif.

Jadi, menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah data yang ditemukan

% data = x 100 % Jumlah keseluruhan data

Misalnya:

Jumlah data yang ditemukan untuk jenis verba majemuk bebas = 91 Jumlah keseluruhan data = 232 Jadi :

91

x 100 % = 39,22 % dibulatkan menjadi 39 % 232


(38)

BAB IV

VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

4.4 Jenis Verba Majemuk

Menurut Alwi, dkk. (2003: 152) berdasarkan bentuk morfologisnya, verba majemuk secara garis besar terbagi atas tiga jenis, yaitu verba majemuk dasar, verba majemuk berafiks, dan verba majemuk berulang. Namun, verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy secara garis besar hanya dua jenis, yaitu sebagai berikut.

4.4.1 Verba Majemuk Dasar

Verba majemuk dasar ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa, atau kalimat. Ada tiga pola verba majemuk yang paling umum, yaitu komponen pertama berupa verba dasar dan komponen kedua berupa nomina dasar, komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa verba, dan kedua komponen berupa verba dasar. Ketiga pola ini terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, sehingga ketiga pola ini dapat dimasukkan sebagai jenis verba majemuk yang merupakan bagian dari jenis verba majemuk dasar. Selain ketiga pola verba majemuk tersebut, ada lagi verba majemuk dasar yang salah satu unsurnya berupa morfem unik, yaitu komponen pertama berupa verba dan komponen kedua berupa morfem unik. Keempat jenis tersebut adalah sebagai berikut.


(39)

4.4.1.1 Komponen Pertama Berupa Verba Dasar dan Komponen Kedua Berupa Nomina Dasar

Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar yang komponen pertama berupa verba dasar dan komponen kedua berupa nomina dasar. Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:

1. minta ampun Dalam kalimat:

a. Santri itu mengaduh dan minta ampun. (hlm. 30)  data 2

2. naik tingkat Dalam kalimat:

a. Beberapa kali tidak naik tingkat. (hlm. 32)  data 5

b. Tahun pertama di Mesir ia naik tingkat dengan nilai lebih baik dari anak konglomerat Jakarta itu. (hlm. 67)  data 25

c. Dia selalu naik tingkat dengan predikat jayyid tiap tahun. (hlm. 311)  data 160

d. Beberapa kali tidak naik tingkat. (hlm. 319)  data 164

e. Aku sendiri masih ingat surat kakak ketika kakak berhasil naik tingkat tahun pertama di Al Azhar. (hlm. 334)  data 178

f. Dan di tahun pertama ia satu-satunya mahasiswa Indonesia yang jayyid jidan,

sementara Furqan naik tingkat dengan predikat hanya maqbul. (hlm. 358)  data 187

g. “Aku tahu, ya Nasir gengsi lah menjodohkan adiknya dengan penjual tempe dan penjual bakso yang terkenal sering tidak naik tingkat. (hlm. 466)  data 226

3. putus asa Dalam kalimat:

a. Ruh entrepreneur sejati yang dimaksud antara lain semisal, kreatif menciptakan dan mengemas ide baru untuk kemakmuran diri dan orang-orang yang dicintainya (kreatif-inovatif), berani mengambil resiko, menyukai tantangan, memiliki daya tahan hidup luar biasa, pantang menyerah dan putus


(40)

asa, selalu ingin menjadi dan menyuguhkan yang terbaik, dan memiliki visi yang jauh ke depan. (hlm. 33)  data 6a

4. salat Maghrib Dalam kalimat:

a. Memang tadi saya berpesan akan pergi setelah salat Maghrib. (hlm. 56)  data 21

b. Apa tidak sebaiknya Mbak salat Maghrib dulu kalau belum salat. (hlm. 56)  data 22

c. Ia salat Maghrib di Mesjid Ridhwan. (hlm. 122)  data 63

d. Setelah salat Maghrib, ia mau mengajak orang satu rumah makan di Palace, restoran milik mahasiswa Thailand di kawasan Rab’ah El Adawea yang terkenal Tom Yam dan nasi gorengnya. (hlm. 155)  data 85

e. Kalau mau datang, salat Maghrib di sana. (hlm. 179)  data 101

f. Usai salat Maghrib, Azzam langsung ke dapur memasak air di panci untuk menggarap kacang kedelainya. (hlm. 225)  data 115

g. Tadi sudah aku bilang untuk nelpon lagi setelah salat Maghrib. (hlm. 233)  data 119

h. Selesai salat Maghrib, Cut Mala langsung menghubungi kakaknya lewat telepon. (hlm. 328)  data 175

5. cuci tangan Dalam kalimat:

a. Lalu dua mangkok berisi air untuk cuci tangan. (hlm. 66)  data 24

6. salat Subuh Dalam kalimat:

a. O ya, bagaimana kalau besok habis salat Subuh kita ngobrol-ngobrol sambil jalan-jalan di sepanjang pantai. (hlm. 72)  data 32

b. Nanti saja kita bicarakan setelah salat Subuh ya. (hlm. 133)  data 68 c. Setelah salat Subuh. (hlm. 134)  data 69

d. Usai salat subuh, Azzam tetap di mesjid, demikian juga Hafez. (hlm. 141)  data 76

e. Khutbah Jumat, ceramah beberapa menit dari imam masjid setelah salat,

talaqah membaca Al-Quran setelah salat Subuh adalah tempat utamanya menimba ilmu. (hlm. 220)  data 114

f. Maka paginya setelah salat Subuh dan itikaf sampai Dhuha tiba ia keluar masjid dan berjalan sepanjang jalan untuk membagi sedekah pada orang Mesir yang memerlukannya. (hlm. 398)  data 196

g. Pagi itu setelah salat Subuh ia menulis sepucuk surat untuk Fadhil. (hlm. 433)  data 211


(41)

7. buang hajat Dalam kalimat:

a. Ia masih punya kesempatan buang hajat dan sikat gigi. (hlm. 79)  data 35a

8. sikat gigi Dalam kalimat:

a. Ia masih punya kesempatan buang hajat dan sikat gigi. (hlm. 79)  data 35b

9. salat Witir Dalam kalimat:

a. Ia teringat belum salat Witir. (hlm. 79)  data 36

b. Sebelum merebahkan badannya di atas tempat tidur, terlebih dahulu ia sempatkan dirinya untuk salat Tahajut dua rakaat lalu salat Witir. (hlm. 133)  data 66b

10.minta maaf Dalam kalimat

a. Cepat-cepatlah kamu minta maaf. (hlm. 103)  data 48 b. Minta maaf atas apa Mi? (hlm. 103)  data 49

c. Yang penting minta maaf. (hlm. 103)  data 50 d. Apa sih beratnya minta maaf? (hlm. 103)  data 51 e. Sebaiknya kau minta maaf. (hlm. 105)  data 52

f. Oh iya, sama minta maaf atas sikap saya yang mungkin tidak berkenan tadi malam. (hlm. 118)  data 61

g. Jika yang murka adalah ibumu, kau bisa minta maaf. (hlm. 151)  data 81 h. Jika di akhirat bisakah minta maaf kepada Allah saat itu? (hlm. 151)  data

82

i. Tapi ia minta maaf tidak bisa banyak bicara, sebab banyak yang harus ditulisnya. (hlm, 164)  data 88

j. Dalam hati Azzam minta maaf melakukan hal itu. (hlm. 256)  data 133 k. Kami minta maaf atas kelancangan kami malam ini. (hlm. 270)  data 140 l. Kami benar-benar minta maaf atas insiden yang tidak kami inginkan ini.

(hlm. 387)  data 190

11.makan pagi Dalam kalimat:

a. Kalau dia sudah makan pagi bagaimana? (hlm. 106)  data 53 b. Percayalah, dia belum makan pagi. (hlm. 106)  data 54 c. Percayalah dia belum makan pagi. (hlm. 106)  data 56


(42)

d. Eh, ngomong-ngomong, Mbak Eliana sudah makan pagi? (hlm. 108)  data 57

12.main kartu Dalam kalimat:

a. Belasan orang terjaga menikmati musim semi dengan minum kopi, menghisap

shisa, main kartu dan berbincang tentang apa saja. (hlm. 130)  data 64 b. Yang lain main kartu. (hlm. 252)  data 130

13.salat Tahajut Dalam kalimat:

a. Sebelum merebahkan badannya di atas tempat tidur, terlebih dahulu ia sempatkan dirinya untuk salat Tahajut dua rakaat lalu salat Witir. (hlm. 133)  data 66a

b. Setelah salat Tahajud, ia mengharu birubermunajat kepada Tuhannya. (hlm. 397)  data 195

14.jalan kaki Dalam kalimat:

a. Untuk ke kuliah pun sering kali ia memilih jalan kaki. (hlm. 137)  data 71 b. Mahasiswa Indonesia sering menertawakan orang Mesir begini, “Kita saja

orang Indonesia yang memiliki taman sangat luas, replika dari suku bangsa Indonesia, untuk mengitarinya tidak cukup dengan jalan kaki. (hlm. 145)  data 77

c. Karena itulah, begitu selesai makan roti dan kabab, ia mengajak Wail jalan kaki ke Tub Ramli. (hlm. 286)  data 146

d. Ia lalu melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. (hlm. 398)  data 197

15.percaya diri Dalam kalimat:

a. Sedangkan orang Mesir selalu percaya diri. (hlm. 145)  data 78

16.salat Zuhur Dalam kalimat:


(43)

b. Usai salat Zuhur di Masjid Al Azhar, Azzam melangkahkan kakinya menuju kampus Fakultas Ushuluddin, Al Azhar University. (hlm. 167)  data 94 c. Setiap hari habis salat Zuhur. (hlm. 182)  data 102

17.makan malam Dalam kalimat:

a. Saya ingin mengundang Anda makan malam bersama. (hlm. 164)  data 89 b. Ya makan malam bersama?” (hlm. 164)  data 90

c. Terus baru sekali bertemu sudah berani mengundang makan malam. (hlm. 165)  data 91

d. Seketika ada tanda tanya besar dalam kepala Furqan, kenapa gadis yang baru begitu ia kenal itu mengundangnya makan malam? (hlm. 165)  data 92 e. Ia memilih untuk makan malam sendiri di restoran hotel. (hlm. 243)  data

122

f. Beberapa hari yang lalu saya minta putri saya, Sara, untuk mengundangmu

makan malam. (hlm. 354)  data 185

18.makan siang Dalam kalimat:

a. Ah, sekarang salat, makan siang, istirahat lalu belajar dengan tenang. (hlm. 166)  data 93

b. Ia merasa perutnya sangat lapar, tapi tak ada waktu lagi buat makan siang.

(hlm. 198)  data 107

19.salat Asar Dalam kalimat:

a. Karena waktu sudah dekat Asar, ia akan mengambil barangnya setelah salat Asar. (hlm. 195)  data 105

b. Ia hendak ke Masjid salat Asar dulu. (hlm. 197)  data 106 c. Aku dan teman-teman salat Asar dulu. (hlm. 290)  data 148

d. Azzam beranjak keluar memanggil dua gadis Aceh, lalu mengajak teman satu rumahnya salat Asar. (hlm. 290)  data 149

20.main bola Dalam kalimat:

a. Fadhil sama Ali lagi main bola. (hlm. 216)  data 111

b. Ketika asyik-asyiknya main bola, ada suara yang memanggil-manggil namanya dari jauh. (hlm. 413)  data 205


(44)

21.salat Isya Dalam kalimat:

a. Lalu nanti malam setelah salat Isya ia harus mulai menggarap daging sapinya untuk dijadikan bakso. (217)  data 112

b. Sebab setelah salat Isya ia harus mengolahnya jadi bola-bola bakso. (hlm. 229)  data 117

c. Setelah salat Isya nanti aku beli firakh masywi. (hlm. 231)  data 118

d. Bakda salat Isya ia tetap di masjid untuk mengaji kitab Al Hikam karya Ibnu Athaillah As Sakandari dengan Adil Ramadhan. (hlm. 420)  data 209

22.salat Jumat Dalam kalimat:

a. Ia teringat sebuah nasihat dari seorang shaikh muda, ketika ia salat Jumat di Masjid Ar Rahman Masakin Utsman. (hlm. 218)  data 113

23.ulang tahun Dalam kalimat:

a. Begini, dua bulan lagi saya mau ulang tahun. (hlm. 234)  data 120

b. Iya, putrinya Pak Dubes itu mau ulang tahun minta dibikinkan Soto Lamongan. (hlm. 235)  data 121

24.salat malam Dalam kalimat:

a. Jangan tinggalkan salat malam! (hlm. 261)  data 135

b. Sudah jam setengah empat lebih dan ia belum salat malam. (hlm. 271)  data 142

25.jaga malam Dalam kalimat:

a. Untuk jaga malam, Nasir dan Ali menawarkan diri. (hlm. 290)  data 150

26.salat Istikharah Dalam kalimat:

a. Sebaiknya dia salat Istikharah dulu. (hlm. 323) data 171

b. Sebaiknya dia salat Istikharah dulu. (hlm. 326) data 172

c. Bahkan Kak Fadhil tetap meminta Kak Tiara untuk salat Istikharah. (hlm.


(45)

27.sujud syukur Dalam kalimat:

a. Saya masih ingat Kak, begitu membaca surat kakak ayah langsung sujud syukur dan menangis haru dan bahagia. (hlm. 334)  data 179

b. Sujud syukur kepada Allah Swt. (hlm. 337)  data 183 c. Azzam langsung sujud syukur. (hlm. 458)  data 219

28.titip salam Dalam kalimat:

a. Lia titip salam. (hlm. 337)  data 182

b. Dan seperti biasa, seperti yang sudah-sudah Lia titip salam. (hlm. 415)  data 207

29.keluar rumah Dalam kalimat:

a. Di Masakin Utsman, Cut Mala dan teman-temannya sudah jarang keluar rumah. (hlm. 378)  data 189

30.akad nikah Dalam kalimat:

a. Dalam hati ia berkata, “Seharusnya memang dia yang mencarikan mahar untukku dan dia pula yang akad nikah denganku” (hlm. 449)  data 215

4.4.1.2 Komponen Pertama Berupa Adjektiva dan Komponen Kedua Berupa Verba.

Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar yang komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa verba. Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:

1. malas makan Dalam kalimat:


(46)

2. salah paham Dalam kalimat:

a. Saya khawatir Mbak Eliana salah paham. (hlm. 109)  data 58 b. Kak Tiara jangan salah paham. (hlm. 326)  data174

3. salah lihat Dalam kalimat:

a. Aku tidak salah lihat Mas. (hlm. 393)  data 193

4.4.1.3 Kedua Komponen Berupa Verba Dasar

Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar yang kedua komponennya berupa verba dasar. Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:

1. naik turun Dalam kalimat:

a. Bergelombang naik turun. (hlm. 40)  data 10

b. Menyapa gelombang yang naik turun. (hlm. 80)  data 37

c. Empat rapa’i terus ditabuh mengedor-gedor jiwa, seurune kale terus bersuara

naik turun menyayat jiwa. (hlm. 454)  data 218

2. hilang tenggelam Dalam kalimat:

a. Matahari hilang tenggelam. (hlm. 50)  data 18

3. minta tolong Dalam kalimat:

a. Dan aku datang menjumpai Mas untuk minta tolong kepada Mas menyiapkan ikan bakar itu. (hlm. 55)  data 20

b. Aku mau sedikit minta tolong padamu Dik. (hlm. 146)  data 78

c. Aku minta tolong sampaikanlah keadaanku ini pada Kak Fadhil. (hlm. 146) 


(47)

d. Bahkan jika ada orang KBRI pindah rumah ia sering jadi jujugan minta tolong. (hlm. 228)  data 116

e. Menurut hematku, kita tetap harus minta tolong pada pihak keamanan Mesir. (hlm. 297)  data 153

f. Sebab kita tidak minta tolong pada polisi biasa. (hlm. 297)  data 154 g. Tapi kita langsung minta tolong pada mabahits. (hlm. 297)  data 155

4. ikut serta Dalam kalimat:

a. Seolah-olah ia ikut serta menyaksikan Rasulullah Saw. menerima ayat-ayat Al-Quran. (hlm. 82)  data 38

5. kasih tahu Dalam kalimat:

a. Nanti kalau dia mau cari istri baru akan bapak kasih tahu. (hlm. 95)  data 44

6. bongkar pasang Dalam kalimat:

a. Si kecil Ilham seperti tidak merasakan sakit pada jarinya saat ia ajak main

bongkar pasang balok susun. (hlm. 152)  data 83

7. keluar masuk Dalam kalimat:

a. Ada pintu kecil tempat penjaga itu keluar masuk dan ada jendela tempat melayani mahasiswa yang beli muqarrar, termasuk dirinya. (hlm. 171)  data 97

8. jual beli Dalam kalimat:

a. Sebab, pada hari Jumat kawasan ini berubah menjadi tempat jual beli mobil bekas terbesar di Cairo. (hlm. 210)  data 109

b. Dan dalam akad jual beli itu, ada satu syarat, yaitu jika ternyata dalam satu tahun berikutnya Azzam kembali ke Cairo, meskipun kemungkinan itu kecil, maka Azzam akan kembali membayar harga yang sama dan semuanya kembali ke tangan Azzam. (hlm. 463)  data 225


(48)

9. bangun tidur Dalam kalimat:

a. Sepanjang hidupnya baru kali ini ia bangun tidur dengan kondisi yang menurutnya sangat memalukan. (hlm. 276)  data 143

b. Tuan Furqan, begitu bangun tidur Anda pasti kaget dengan keadaanmu dan dengan apa yang kautemukan. (hlm. 278)  data 144

10.beri tahu Dalam kalimat:

a. Beri tahu ibunda Mas Khairul. (hlm. 411)  data 198

b. Nanti kalau saya kirim kabar ke Indonesia saya beri tahu mereka. (hlm. 411)  data 200

c. Nanti saya beri tahu Eliana. (hlm. 461)  data 224

4.4.1.4 Verba Majemuk dengan Morfem Unik

Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam jenis verba majemuk dengan morfem unik . Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:

1. lalu lalang Dalam kalimat:

a. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyepuh atap-atap rumah, gedung-gedung, menara-menara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. (hlm. 39)  data 7

b. Jalan-jalan sudah mulai dipenuhi kendaraan yang lalu lalang. (hlm. 88)  data 40

c. Ia memperhatikan dengan seksama orang-orang yang duduk dan lalu lalang

di situ. (hlm. 102)  data 47


(49)

4.4.2 Verba Majemuk Berafiks

Verba majemuk berafiks ialah verba majemuk yang mengandung afiks tertentu. Jenis verba majemuk berafiks dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah sebagai berikut.

4.4.2.1Verba Majemuk Terikat

Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam jenis verba majemuk terikat. Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:

1. berulang kali Dalam kalimat:

a. Meskipun ia sudah berulang kali ke Alexandria, namun keberadaanya di Alexandria kali ini ia rasakan begitu istimewa. (hlm. 43)  data 12

b. Berulang kali Eliana menelpon kamar Azzam. (hlm. 101)  data 46

2. menghela napas Dalam kalimat:

a. Azzam menghela napas panjang. (hlm. 68)  data 26 b. Ia menghela napas dalam-dalam. (hlm. 132)  data 65 c. Tiara menghela napas. (hlm. 308)  data 159

d. Ia hanya bisa menghela napas dan memejamkan mata. (hlm. 328)  data 176

e. Ia menghela napas dalam-dalam. (hlm. 363)  data 188 f. Fadhil menghela napas. (hlm. 426)  data 210

g. Tiara menghela napas panjang. (hlm. 447)  data 214

3. menutup diri Dalam kalimat:

a. Dan Anna lebih memilih munutup diri dari kegiatan-kegiatan yang bersifat glamour. (hlm. 97)  data 45


(50)

4. berjabat tangan Dalam kalimat:

a. Keduanya lalu berjabat tangan. (hlm. 178)  data 100

5. menuntut ilmu Dalam kalimat:

a. Yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu, beliau sampai mencopot atap rumahnya, lalu menjual papannya. (hlm. 300)  data 156

b. Lebih baik kamu menunaikan amanah abahmu agar kamu belajar dan

menuntut ilmu dengan serius. (hlm. 320)  data168

4.4.2.2Verba Majemuk Bebas

Kalimat-kalimat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy mengandung verba majemuk yang termasuk ke dalam jenis verba majemuk bebas. Verba majemuk tersebut adalah sebagai berikut:

1. diberi ampun Dalam kalimat:

a. Maling jangan diberi ampun. (hlm. 30)  data 3

2. Dipertanggungjawabkan Dalam kalimat:

a. Ya, kelak ketika masa muda mereka harus dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta Cinta. (hlm. 40)  data 8

b. Dan jatuh cinta mereka pun harus dipertanggungjawabkan kepada-Nya: Di hadapan pengadilan Dzat Yang Maha Adil, yang tidak ada sedikit pun kezaliman dan ketidakadilan di sana. (hlm. 40)  data 9

c. Memberikan harapan yang lebih bisa dipertanggungjawabkan. (hlm. 437)  data 213


(51)

3. berbahasa Inggris Dalam kalimat:

a. Selain karena ia memang putri seorang duta besar yang cerdas dan fasih

berbahasa Inggris dan Prancis. (hlm. 43) data 11

b. Ia juga bersumpah untuk segera menemukan orang yang tidak kalah hebatnya dengan Eliana, tapi berjilbab rapat, salehah, bisa berbahasa Arab dan

berbahasa Inggris. (hlm. 78)  data 34b

c. Pak Ahmad membutuhkan sopir pribadi yang bisa berbahasa Inggris. (hlm. 91)  data 42

d. Seminarnya kan memakai bahasa Inggris, jadi moderatornya harus benar-benar yang bisa berbahasa Inggris. (hlm. 345)  data184

4. meluluhlantakkan Dalam kalimat:

a. Ia jinakkan lautan, yang jika Ia berkehendak, Ia bisa menitahkan ombak untuk menenggelamkan kapal itu dan bahkan meluluhlantakkan seluruh isi Kota Alexandria. (hlm. 45)  data 13

5. bermain bola Dalam kalimat:

a. Matahari juga tak pernah bermain-main, berlari-lari ke sana kemari di langit seperti anak kecil bermainbola atau petak umpet. (hlm. 48)  data 15

b. Sore itu Azzam menyempatkan bermain bola di Madi Kahruba. (hlm. 412)  data 201

c. Sudah sangat jarang ia bermain bola. (hlm. 412)  data 202

d. Ia merasa perlu bermain bola untuk kenangan hari-hari terakhir di Mesir. (hlm. 412)  data 203

e. Sore itu kemampuannya bermain bola ia perlihatkan di lapangan. (hlm. 413)  data 204

f. Hafez duduk di trotoar sambil mengawasi orang-orang yang bermain bola di atas aspal. (hlm. 413)  data 206

6. bekerja sama Dalam kalimat:

a. Atau kemungkinan kedua, Tuhan-tuhan itu bekerja sama menciptakan matahari. (hlm. 49)  data 16

b. Untuk menciptakan matahari saja mereka harus bekerja sama. (hlm. 49)  data 17


(52)

7. meminta maaf Dalam kalimat:

a. Ia buru-buru meralat ucapannya dan meminta maaf. (hlm. 54)  data 19

8. beranak pinak Dalam kalimat:

a. Atau kambing mereka cepat beranak pinak. (hlm. 58)  data 23

9. bekerja keras Dalam kalimat:

a. Tapi kuliahnya belum tuntas dan adik-adiknya masih memerlukan dirinya untuk bekerja keras. (hlm. 69)  data 27

b. Saya memang harus bekerja keras. (hlm. 70)  data 28

c. Maka satu-satunya jalan adalah saya harus bekerja keras di sini. (hlm. 70)  data 29

d. Teruslah bekerja keras Mas. (hlm. 71)  data 30

e. Teruslah bekerja keras Mas, setahu saya yang membedakan orang yang berhasil dengan yang tidak berhasil adalah kerja keras. (hlm. 71)  data 31 f. Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras

dan tidak keburu mati dulu. (hlm. 191)  data 104

g. Dan Allah tidak akan menyengsarakannya karena bekerja keras. (hlm. 252)  131

h. Justru sebaliknya, Allah akan memberikan keberkahan karena bekerja keras.

(hlm. 252)  data 132

i. Saya akan bekerja keras menuntaskan kasus ini. (hlm. 306)  data 15 j. Kemarin dia baru bekerja keras dapat order bikin bakso. (hlm. 319)  data

165

k. Dialah yang selama ini bekerja keras menghidupi adik-adiknya. (hlm. 319)  data 166

l. Jika pulang ke Indonesia, belum tentu bisa dapat masukan sebesar ketika dia

bekerja keras di Cairo. (hlm. 320)  data 167

m. Ibu yang memang sering sakit dan tidak bisa lagi bekerja keras sering menangis, aku yakin ibu menangis haru bercampur bangga, setiap kali menerima transferan uang dari kakak. (hlm. 335)  data 180

n. Kakak bekerja keras membuat tempe, berjualan tempe dan membuat bakso demi kami. (hlm. 335)  data 181


(1)

85. Setelah salat Maghrib, ia mau mengajak orang satu rumah makan di Palace, restoran milik mahasiswa Thailand di kawasan Rab’ah El Adawea yang terkenal Tom Yam dan nasi gorengnya. (hlm. 155)

86. Memang sudah tiga bulan yang lalu ia diberi tahu Mbak Zulfa tentang keseriusan Furqan yang ingin mengkhitbahnya. (hlm. 157)

87. Mengenai bule yang menggandengnya ia tidak mau berpurba sangka. (hlm. 160)

88. Tapi ia minta maaf tidak bisa banyak bicara, sebab banyak yang harus ditulisnya. (hlm, 164)

89. Saya ingin mengundang Anda makan malam bersama. (hlm. 164) 90. Ya makan malam bersama?” (hlm. 164)

91. Terus baru sekali bertemu sudah berani mengundang makan malam. (hlm. 185)

92. Seketika ada tanda tanya besar dalam kepala Furqan, kenapa gadis yang baru begitu ia kenal itu mengundangnya makan malam? (hlm. 165)

93. Ah, sekarang salat, makan siang, istirahat lalu belajar dengan tenang. (hlm. 166)

94. Usai salat Zuhur di Masjid Al Azhar, Azzam melangkahkan kakinya menuju kampus Fakultas Ushuluddin, Al Azhar University. (hlm. 167)

95. Letak Masyikhatul Azhar yang baru dan Daarul Ifta’ tidak begitu jauh dari kampus Al Azhar, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. (hlm. 168) 96. Namun fungsinya sebagai tempat menguburkan orang yang meninggal

dunia juga masih berjalan. (hlm. 170)

97. Ada pintu kecil tempat penjaga itu keluar masuk dan ada jendela tempat melayani mahasiswa yang beli muqarrar, termasuk dirinya. (hlm. 171) 98. Beberapa mahasiswa lalu lalang. (hlm. 177)

99. Ia tidak pernah protes dipanggil “Kang Insinyur”, atau “Kang Ir.”, terkadang ada juga yang membahasa-arabkan jadi “Kang Muhandis”. (hlm. 177) 100. Keduanya lalu berjabat tangan. (hlm. 178)

101. Kalau mau datang, salat Maghrib di sana. (hlm. 179) 102. Setiap hari habis salat Zuhur. (hlm. 182)

103. Seorang mahasiswa berkulit hitam sedang melepas sepatunya. (hlm. 183) 104. Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan, jika kamu bekerja keras

dan tidak keburu mati dulu. (hlm. 191)

105. Karena waktu sudah dekat Asar, ia akan mengambil barangnya setelah salat Asar. (hlm. 195)

106. Ia hendak ke Masjid salat Asar dulu. (hlm. 197)

107. Ia merasa perutnya sangat lapar, tapi tak ada waktu lagi buat makan siang.

(hlm. 198)

108. Tetangga saya yang baru haji tahun ini yang memberitahukan hal ini kepada saya. (hlm. 201)

109. Sebab, pada hari Jumat kawasan ini berubah menjadi tempat jual beli mobil bekas terbesar di Cairo. (hlm. 210)

110. Ada juga mahasiswa berkulit hitam. (hlm. 211) 111. Fadhil sama Ali lagi main bola. (hlm. 216)

112. Lalu nanti malam setelah salat Isya ia harus mulai menggarap daging sapinya untuk dijadikan bakso. (217)


(2)

113. Ia teringat sebuah nasihat dari seorang shaikh muda, ketika ia salat Jumat

di Masjid Ar Rahman Masakin Utsman. (hlm. 218)

114. Khutbah Jumat, ceramah beberapa menit dari imam masjid setelah salat, talaqah membaca Al-Quran setelah salat Subuh adalah tempat utamanya menimba ilmu. (hlm. 220)

115. Usai salat Maghrib, Azzam langsung ke dapur memasak air di panci untuk menggarap kacang kedelainya. (hlm. 225)

116. Bahkan jika ada orang KBRI pindah rumah ia sering jadi jujugan minta tolong. (hlm. 228)

117. Sebab setelah salat Isya ia harus mengolahnya jadi bola-bola bakso. (hlm. 229)

118. Setelah salat Isya nanti aku beli firakh masywi. (hlm. 231)

119. Tadi sudah aku bilang untuk nelpon lagi setelah salat Magrib. (hlm. 233) 120. Begini, dua bulan lagi saya mau ulang tahun. (hlm. 234)

121. Iya, putrinya Pak Dubes itu mau ulang tahun minta dibikinkan Soto Lamongan. (hlm. 235)

122. Ia memilih untuk makan malam sendiri di restoran hotel. (hlm. 243) 123. Rambutnya gondrong, berkaca mata minus agak tebal. (hlm. 244)

124. “Anda bisa berbahasa Indonesia?” tanyanya dengan nada heran. (hlm. 244) 125. Anda juga bisa berbahasa Arab. (hlm. 244)

126. Sejarahlah yang memberi tahu kepada kita siapa sebenarnya kedua orangtua kita. (hlm. 249)

127. Sejarah jugalah yang memberi tahu kepada kita tempat dan tanggal lahir kita. (hlm. 249)

128. Sejarah juga yang akan memberitahukan kepada generasi mendatang bahwa mereka ada sebab kita lebih dulu ada. (hlm. 249)

129. Jika mereka maju, maka sejarah yang akan memberitahukan kepada mereka bahwa kemajuan yang mereka capai tidak lepas dari keringat kita dan orang-orang yang lebih dulu ada. (hlm. 249)

130. Yang lain main kartu. (hlm. 252)

131. Dan Allah tidak akan menyengsarakannya karena bekerja keras. (hlm. 252) 132. Justru sebaliknya, Allah akan memberikan keberkahan karena bekerja

keras. (hlm. 252)

133. Dalam hati Azzam minta maaf melakukan hal itu. (hlm. 256)

134. a. Bukan ia berburuk sangka pada pemuda Mesir itu, tetapi bersikap waspada adalah jalan terbaik untuk tidak berburuk sangka pada siapa saja. (hlm. 256)

b. Bukan ia berburuk sangka pada pemuda Mesir itu, tetapi bersikap waspada adalah jalan terbaik untuk tidak berburuk sangka pada siapa saja. (hlm. 256)

135. Jangan tinggalkan salat malam! (hlm. 261)

136. Namun sebagai kepala rumah tangga ia harus bertanggung jawab. (hlm. 265)

137. Jika ada apa-apa dengan temanku ini, kalian harus bertanggung jawab.

(hlm. 265)

138. Di kamar Fadhil, Azzam memberi tahu kepada Ali dan Nanang agar lebih banyak diam. (hlm. 266)


(3)

139. Tenang, aku akan bertanggung jawab jika ada apa-apa dengan temanmu yang penakut itu. (hlm. 266)

140. Kami minta maaf atas kelancangan kami malam ini. (hlm. 270)

141. Kalau kalian tidak mau bertanggung jawab, kasus ini akan kami angkat ke pernukaan. (hlm. 270)

142. Sudah jam setengah empat lebih dan ia belum salat malam. (hlm. 271) 143. Sepanjang hidupnya baru kali ini ia bangun tidur dengan kondisi yang

menurutnya sangat memalukan. (hlm. 276)

144. Tuan Furqan, begitu bangun tidur Anda pasti kaget dengan keadaanmu dan dengan apa yang kautemukan. (hlm. 278)

145. Mereka berjalan kaki menuju jalan raya. (hlm. 285)

146. Karena itulah, begitu selesai makan roti dan kabab, ia mengajak Wail jalan kaki ke Tub Ramli. (hlm. 286)

147. Baru kali ini ia bertatap muka dan melihat langsung wajah adik perempuan Fadhil yang membuat Hafez nyaris gila. (hlm. 289)

148. Aku dan teman-teman salat Asar dulu. (hlm. 290)

149. Azzam beranjak keluar memanggil dua gadis Aceh, lalu mengajak teman satu rumahnya salat Asar. (hlm. 290)

150. Untuk jaga malam, Nasir dan Ali menawarkan diri. (hlm. 290)

151. Namun baru sore itu ia bertatap muka dengan gadis yang kata Fadhil, saat di Madrasah Aliyah pernah menjuarai MTQ se-Tanah Rencong, Aceh. (hlm. 291)

152. Ustadz Mujab kembali menarik napas dan berkata, “Yang paling penting, kau harus menginstropeksi dan me-muhasabah-i dirimu sendiri.” (hlm. 295) 153. Menurut hematku, kita tetap harus minta tolong pada pihak keamanan

Mesir. (hlm. 297)

154. Sebab kita tidak minta tolong pada polisi biasa. (hlm. 297) 155. Tapi kita langsung minta tolong pada mabahits. (hlm. 297)

156. Yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu, beliau sampai mencopot atap rumahnya, lalu menjual papannya. (hlm. 300)

157. Ia tidak punya kekuatan untuk mengusut apalagi sampai memaksa Letnan Kolonel itu bertanggung jawab. (hlm. 304)

158. Saya akan bekerja keras menuntaskan kasus ini. (hlm. 306) 159. Tiara menghela napas. (hlm. 308)

160. Dia sealu naik tingkat dengan predikat jayyid tiap tahun. (hlm. 311)

161. Dia sempat marah-marah karena tidak diberi tahu kalau Fadhil masuk rumah sakit. (hlm. 312)

162. Dia yang tadi memberi tahu kalau sampeyan sedang berjalan. (hlm. 313) 163. Hafez kembali mencuri pandang ke wajah Cut Mala. (hlm. 315)

164. Beberapa kali tidak naik tingkat. (hlm. 319)

165. Kemarin dia baru bekerja keras dapat order bikin bakso. (hlm. 319)

166. Dialah yang selama ini bekerja keras menghidupi adik-adiknya. (hlm. 319) 167. Jika pulang ke Indonesia, belum tentu bisa dapat masukan sebesar ketika dia

bekerja keras di Cairo. (hlm. 320)

168. Lebih baik kamu menunaikan amanah abahmu agar kamu belajar dan

menuntut ilmu dengan serius. (hlm. 320)

169. Kak Tiara mendapat telpon dari ayahnya di Aceh yang memberi tahu


(4)

170. Ayah Kak Tiara memberi tahu, Ustadz Zulkifli pernah satu pesantren dengan Kak Fadhil. (hlm. 322)

171. Sebaiknya dia salat Istikharah dulu. (hlm. 323) 172. Sebaiknya dia salat Istikharah dulu. (hlm. 326)

173. Bahkan Kak Fadhil tetap meminta Kak Tiara untuk salat Istikharah. (hlm. 326)

174. Kak Tiara jangan salah paham. (hlm. 326)

175. Selesai salat Maghrib, Cut Mala langsung menghubungi kakaknya lewat telpon. (hlm. 328)

176. Ia hanya bisa menghela napas dan memejamkan mata. (hlm. 328) 177. Kami sangat berterima kasih dan bangga kepadamu Kak. (hlm. 334) 178. Aku sendiri masih ingat surat kakak ketika kakak berhasil naik tingkat

tahun pertama di Al Azhar. (hlm. 334)

179. Saya masih ingat Kak, begitu membaca surat kakak ayah langsung sujud syukur dan menangis haru dan bahagia. (hlm. 334)

180. Ibu yang memang sering sakit dan tidak bisa lagi bekerja keras sering menangis, aku yakin ibu menangis haru bercampur bangga, setiap kali menerima transferan uang dari kakak. (hlm. 335)

181. Kakak bekerja keras membuat tempe, berjualan tempe dan membuat bakso demi kami. (hlm. 335)

182. Lia titip salam. (hlm. 337)

183. Sujud syukur kepada Allah Swt. (hlm. 337)

184. Seminarnya kan memakai bahasa Inggris, jadi moderatornya harus benar-benar yang bisa berbahasa Inggris. (hlm. 345)

185. Beberapa hari yang lalu saya minta putri saya, Sara, untuk mengundangmu

makan malam. (hlm. 354)

186. Para mahasiswa yang mengenalnya silih berganti berdatangan mengucapkan selamat kepadanya. (hlm. 355)

187. Dan di tahun pertama ia satu-satunya mahasiswa Indonesia yang jayyid jidan, sementara Furqan naik tingkat dengan predikat hanya maqbul. (hlm. 358)

188. Ia menghela napas dalam-dalam. (hlm. 363)

189. Di Masakin Utsman, Cut Mala dan teman-temannya sudah jarang keluar rumah. (hlm. 378)

190. Kami benar-benar minta maaf atas insiden yang tidak kami inginkan ini. (hlm. 387)

191. Sebaliknya, bagi yang tidak hafal, atau belum hafal, masuk gerbang kampus saja telah membuatnya berkeringat dingin. (hlm. 388)

192. Jelas doktor berkaca mata tebal itu. (hlm. 390) 193. Aku tidak salah lihat Mas. (hlm. 393)

194. Tolong jujurkah padaku agar aku tidak berburuk sangka padamu. (hlm. 394)

195. Setelah salat Tahajud, ia mengharubiru bermunajat kepada Tuhannya. (hlm. 397)

196. Maka paginya setelah salat Subuh dan itikaf sampai Dhuha tiba ia keluar masjid dan berjalan sepanjang jalan untuk membagi sedekah pada orang Mesir yang memerlukannya. (hlm. 398)


(5)

198. Beri tahu ibunda Mas Khairul. (hlm. 411)

199. Kalau perlu beri tahukan kepada ibunda Mas Khairul bahwa yang menjadi pemain utamanya adalah teman baik Mas Khairul. (hlm. 411)

200. Nanti kalau saya kirim kabar ke Indonesia saya beri tahu mereka. (hlm. 411)

201. Sore itu Azzam menyempatkan bermain bola di Madi Kahruba. (hlm. 412) 202. Sudah sangat jarang ia bermain bola. (hlm. 412)

203. Ia merasa perlu bermain bola untuk kenangan hari-hari terakhir di Mesir. (hlm. 412)

204. Sore itu kemampuannya bermain bola ia perlihatkan di lapangan. (hlm. 413)

205. Ketika asyik-asyiknya main bola, ada suara yang memanggil-manggil namanya dari jauh. (hlm. 413)

206. Hafez duduk di trotoar sambil mengawasi orang-orang yang bermain bola

di atas aspal. (hlm. 413)

207. Dan seperti biasa, seperti yang sudah-sudah Lia titip salam. (hlm. 415) 208. Dan sebelum aku memberi tahu kamu apa hasilnya kamu jangan banyak

tanya ya. (hlm. 417)

209. Bakda salat Isya ia tetap di masjid untuk mengaji kitab Al Hikam karya Ibnu Athaillah As Sakandari dengan Adil Ramadhan. (hlm. 420)

210. Fadhil menghela napas. (hlm. 426)

211. Pagi itu setelah salat Subuh ia menulis sepucuk surat untuk Fadhil. (hlm. 433)

212. Aku memberitahukan kepada kakak, dengan harapan kakak memberikan ketegasan. (hlm. 437)

213. Memberikan harapan yang lebih bisa dipertanggungjawabkan. (hlm. 437) 214. Tiara menghelanapas panjang. (hlm. 447)

215. Dalam hati ia berkata, “Seharusnya memang dia yang mencarikan mahar untukku dan dia pula yang akad nikah denganku” (hlm. 449)

216. Hadirin bertepuk tangan. (hlm. 452)

217. Seluruh hadirin bertepuk tangan . (hlm. 453)

218. Empat rapa’i terus ditabuh mengedor-gedor jiwa, seurune kale terus bersuara naik turun menyayat jiwa. (hlm. 454)

219. Azzam langsung sujud syukur. (hlm. 458)

220. Sampai di Mutsallats Azzam langsung ke tempat Adil Ramadhan

memberitahukan bahwa dua hari lagi ia akan meninggalkan Cairo. (hlm. 458)

221. tidak lupa Azzan juga memberitahukan dan berpamitan kepada bapak-napak KBRI yang selama ini menjadi langganannya. (hlm. 458)

222. Ketika ia memberi tahu Pak Amrul Zeinu ihwal kepulangannya, atase perdagangan itu langsung memintanya datang menemuinya. (hlm. 459) 223. Kepada Pak Ali ia memberitahukan kepulangannya ke Indonesia yang

tinggal dua hari lagi. (hlm. 461)

224. Nanti saya beri tahu Eliana. (hlm. 461)

225. Dan dalam akad jual beli itu, ada satu syarat, yaitu jika ternyata dalam satu tahun berikutnya Azzam kembali ke Cairo, meskipun kemungkinan itu kecil, maka Azzam akan kembali membayar harga yang sama dan semuanya kembali ke tangan Azzam. (hlm. 463)


(6)

226. “Aku tahu, ya Nasir gengsi lah menjodohkan adiknya dengan penjual tempe dan penjual bakso yang terkenal sering tidak naik tingkat. (hlm. 466)

227. “Jangan kaget ya...” sahut Nasir sambil menaikturunkan alisnya. (hlm. 467)