dirangkaikan menjadi satu, seperti babak belur membabakbelurkan. Tetapi,
jika afiks itu hanya berupa prefiks atau sufiks, komponennya tetap dituliskan terpisah, seperti daya guna
berdaya guna dan tanda tangan tanda tangani. iii
Verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu
. Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari jenis tersebut. Contoh:
haus kekuasaan hilang ingatan
hilang pikiran
c. Verba majemuk berulang
Verba majemuk berulang adalah verba majemuk yang intinya adalah verba dan verba tersebut diulang direduplikasi. Verba majemuk dalam bahasa
Indonesia dapat direduplikasi jika kemajemukannya bertingkat dan jika intinya adalah bentuk verba yang dapat diredupikasikan pula.
Contoh: naik pangkat
naik-naik pangkat
pulang kampung
pulang-pulang kampung goyang kaki
goyang-goyang kaki
pindah tangan
pindah-pindah tangan Dari contoh di atas tampaklah bahwa hanya komponen verba yang
mengalami reduplikasi.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai verba maupun mengenai kata majemuk bukanlah baru pertama kali ini dilakukan, sudah ada penelitian terdahulu tentang masalah
tersebut. Namun, yang meneliti khusus verba majemuk dalam novel belum pernah dilakukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut. Sirait 1995 dengan skripsinya yang berjudul Analisis Kata Gabung dan
Kata Depan dalam Novel Lembah Membara Karya Moerwanto meneliti penulisan kata gabung dan kata depan yang terdapat dalam novel tersebut. Dia
menyimpulkan bahwa penulisan kata gabung yang terpisah terdiri dari kata majemuk dan istilah khusus, kata maha yang diikuti kata berimbuhan, kata
gabung yang diikuti awalan, kata gabung yang diikuti akhiran. Selain kata gabung yang penulisannya terpisah, ada juga kata gabung yang penulisannya dirangkaikan
dan mempergunakan kata hubung. Kata depan yang diperoleh dari novel tersebut adalah di, ke dan dari.
Angkat 1996 dengan judul skripsi Sistem Kata Kerja Bahasa Pakpak memaparkan ciri-ciri, bentuk, pembagian dan makna kata kerja bahasa Pakpak
serta proses morfofonemiknya. Sihite 2007 dengan skipsinya yang berjudul Kata Majemuk dalam Bahasa
Batak Toba menyimpulkan bahwa ciri kata majemuk dalam bahasa Batak Toba ada tiga, yaitu ciri prakategorial, morfologis, dan sintaksis. Wujudnya berupa kata
majemuk dasar, kata majemuk berimbuhan, dan kata majemuk berulang. Sedangkan polanya ada yang berpola D-D, D-M, dan M-D. Maknanya adalah
Universitas Sumatera Utara
jamak, jumlah, tempat, alat, menyerupai, berulang-ulang, memakai, memiliki, menanam, memelihara, saling, kausatif, dan sifat.
Herwanto 2009 dengan skripsinya yang berjudul Kategori Verba pada Harian Analisa menyimpulkan bahwa kategori verba pada harian analisa ada dua
belas dan dari data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa tipe yang paling banyak muncul adalah tipe XI sedangkan tipe yang paling sedikit muncul adalah
tipe I. Hasil penelitian sebelumnya, baik mengenai verba, kata majemuk, maupun
penelitian pemakaian bahasa pada novel dapat menjadi informasi dan acuan bagi peneliti saat ini dalam meneliti verba majemuk dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Penelitian-penelitian di atas berbeda dengan penelitian kali ini. Penelitian kata majemuk sebelumnya hanya
membedakan kata majemuk dengan frasa, sedangkan idiom masih digolongkan ke dalam kata majemuk. Sedangkan penelitian ini selain membedakan kata majemuk
dengan frasa, juga membedakannya dengan idiom. Kata majemuk tidak sama dengan idiom. Penelitian di atas hanya menggunakan metode kualitatif.
Sedangkan penelitian ini, di samping menggunakan metode kualitatif juga menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk melihat
seberapa tinggi persentase frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi
Menurut Malo dkk. 1985: 149 kata populasi itu bukan diartikan sebagai penduduk seperti halnya dalam studi kependudukan. Populasi dalam hal ini berarti
sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Elemen populasi itu biasanya merupakan satuan analisis. Populasi dapat berupa kumpulan semua
kota di Indonesia, semua wanita di daerah pedesaan, semua perusahaan yang jumlah buruhnya kurang dari lima ribu, atau apa saja. Pada dasarnya populasi
adalah himpunan semua hal yang ingin diketahui. Populasi penelitian ini adalah semua verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburrahman El Shirazy, baik yang terdapat dalam episode 1 maupun episode 2.
3.1.2 Sampel
Setelah populasi dirumuskan dengan jelas, barulah kita dapat menetapkan apakah mungkin untuk meneliti seluruh elemen populasi ataukah perlu mengambil
sebagian saja dari populasi yang sering disebut sebagai sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian.
Sampel penelitian ini hanyalah verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 episode 1. Sampel ini dipilih karena di dalam episode 1 lebih
banyak terdapat verba majemuk daripada dalam episode 2. Verba majemuk yang ditemukan dalam episode 1 sebanyak 232 verba majemuk.
Universitas Sumatera Utara