Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara kerja yang teratur dengan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Dapat juga dikatakan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna menghasilkan tujuan yang sempurna. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini yaitu novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Dalam tahap pengumpulan data, metode yang digunakan yaitu metode simak Sudaryanto, 1993: 133. Metode simak adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini, penggunaan bahasa yang disimak adalah penggunaan bahasa dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Selanjutnya, untuk melengkapi penggunaan metode tersebut, digunakan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik catat sebagai teknik lanjutan Sudaryanto, 1993: 135. Dalam hal ini, peneliti membaca, mempelajari, dan memeriksa data-data yang diperlukan, lalu menyadap bagian-bagian isi novel dan selanjutnya mencatat data yang diperoleh ke dalam kartu data.

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam tahap analisis data yaitu metode agih. Metode agih merupakan metode yang alat penentunya justru dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri Sudaryanto, 1993: 15. Perwujudan metode ini dilakukan dengan menggunakan teknik baca markah BM sebagai teknik dasar dan teknik lesap sebagai teknik lanjutan. Universitas Sumatera Utara Teknik baca markah BM digunakan untuk melihat bentuk-bentuk verba majemuk yang terdapat dalam wacana sehingga kita dapat mengelompokkannya sesuai dengan jenis verba majemuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudaryanto 1993: 95, bahwa pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkahan itu marker berarti kemampuan menentukan kejatian lingual yang dimaksud. Hal ini berarti bahwa peneliti dapat melihat langsung pemarkah dalam hal ini verba majemuk yang bersangkutan. Setelah pemarkah verba majemuk diperoleh, peneliti menggunakan teknik lesap. Teknik lesap dilaksanakan dengan melesapkan melepaskan, menghilangkan, menghapuskan, mengurangi unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini: 1 Bergelombang naik turun. hlm. 40 2 Aku yang harus bertanggung jawab. hlm. 90 3 Saat melahirkannya, ibunya meninggal dunia. hlm. 139 Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh 1 diperoleh bentuk verba naik turun. Verba naik turun termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar karena verba majemuk tersebut tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Berdasarkan polanya, verba naik turun termasuk ke dalam jenis verba majemuk dasar yang kedua komponen berupa verba dasar. Verba ini dibentuk dari kata naik dan turun. Komponen pertama ‘naik’ merupakan verba dasar dan komponen kedua ‘turun’ juga merupakan verba dasar. Universitas Sumatera Utara Proses pembentukannya: naik + turun V V  naik turun Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh 2 diperoleh juga bentuk verba majemuk bertanggung jawab. Verba bertanggung jawab termasuk ke dalam jenis verba majemuk berafiks karena verba majemuk tersebut mengandung afiks, yang ditandai dengan prefiks ber-. Setelah diketahui bahwa verba bertanggung jawab merupakan verba majemuk berafiks, perlu diterapkan teknik lesap untuk mengetahui apakah verba itu termasuk ke dalam jenis verba majemuk berafiks bebas, terikat, atau verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu. Teknik lesap ini diterapkan dengan melesapkan afiks yang melekat pada verba majemuk tersebut. Jika dari hasil pelesapan tersebut menghasilkan kata yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat maka verba majemuk tersebut termasuk verba majemuk bebas dan sebaliknya jika tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat maka verba tersebut adalah verba majemuk terikat. Verba majemuk bertanggung jawab digolongkan ke dalam verba majemuk bebas karena pangkalnya berupa bentuk majemuk yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Hal ini dapat dibuktikan dengan melesapkan prefiks ber-. Hasil pelesapan tersebut menghasilkan kata tanggung jawab yang bentuknya tetap gramatikal dan dapat berdiri sendiri dalam kalimat. Dasar kata bertanggung jawab adalah nomina majemuk tanggung jawab. Kata tersebut terbentuk dari kata tanggung dan jawab kemudian dibubuhi prefiks ber-. Prefiks ber- berfungsi untuk membentuk kata kerja verba. Nomina Universitas Sumatera Utara majemuk tanggung jawab setelah mendapat afiks ber- berubah menjadi verba majemuk. Proses pembentukannya: ber- + tanggung + jawab  bertanggung jawab Berdasarkan teknik baca markah, pada contoh 3 diperoleh juga bentuk verba majemuk meninggal dunia. Verba meninggal dunia termasuk ke dalam jenis verba majemuk berafiks karena verba majemuk tersebut mengandung afiks, yang ditandai dengan prefiks meN-. Jika kita melesapkan prefiks meN- menjadi ‘tinggal dunia’, kata tersebut tidak gramatikal. Verba majemuk ini dibentuk dengan membubuhi salah satu komponennya lebih dahulu kemudian menggabungkannya dengan komponen yang lain. Oleh karena itu, kata tersebut digolongkan ke dalam jenis verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu. Jadi, proses pembentukan verba majemuk meninggal dunia adalah salah satu komponennya ’tinggal’ terlebih dahulu mendapat prefiks meN-, kemudian digabungkan dengan komponen yang lain ’dunia’ sehingga menjadi verba majemuk meninggal dunia. Proses pembentukannya: meN- + tinggal + dunia  meninggal dunia Selain itu, penulis juga menggunakan metode kuantitatif. Menurut Muchlis 1993: 4 metode kuantitatif merupakan metode keputusan yang menggunakan Universitas Sumatera Utara angka. Pemecahan dengan model kuantitatif akan menghasilkan nilai atau angka untuk variabel keputusan. Dengan kata lain, penggunaan model kuantitatif dalam memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang dihasilkan adalah angka. Menurut Sudjana 2002: 50 frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas, jadi dalam bentuk absolut. Metode ini dipergunakan untuk menghitung frekuensi penggunaan tiap jenis verba majemuk yang terdapat dalam novel tersebut. Jika frekuensi dinyatakan dalam persen maka diperoleh daftar distribusi frekuensi relatif. Jadi, menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah data yang ditemukan data = x 100 Jumlah keseluruhan data Misalnya: Jumlah data yang ditemukan untuk jenis verba majemuk bebas = 91 Jumlah keseluruhan data = 232 Jadi : 91 x 100 = 39,22 dibulatkan menjadi 39 232 Maka, persentase frekuensi penggunaan verba majemuk bebas adalah 39 Universitas Sumatera Utara

BAB IV VERBA MAJEMUK DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

4.4 Jenis Verba Majemuk

Menurut Alwi, dkk. 2003: 152 berdasarkan bentuk morfologisnya, verba majemuk secara garis besar terbagi atas tiga jenis, yaitu verba majemuk dasar, verba majemuk berafiks, dan verba majemuk berulang. Namun, verba majemuk yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy secara garis besar hanya dua jenis, yaitu sebagai berikut.

4.4.1 Verba Majemuk Dasar

Verba majemuk dasar ialah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam frasa, klausa, atau kalimat. Ada tiga pola verba majemuk yang paling umum, yaitu komponen pertama berupa verba dasar dan komponen kedua berupa nomina dasar, komponen pertama berupa adjektiva dan komponen kedua berupa verba, dan kedua komponen berupa verba dasar. Ketiga pola ini terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, sehingga ketiga pola ini dapat dimasukkan sebagai jenis verba majemuk yang merupakan bagian dari jenis verba majemuk dasar. Selain ketiga pola verba majemuk tersebut, ada lagi verba majemuk dasar yang salah satu unsurnya berupa morfem unik, yaitu komponen pertama berupa verba dan komponen kedua berupa morfem unik. Keempat jenis tersebut adalah sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara