BAB III RENCANA TATA GUNA TANAH
DI KAWASAN BANDAR UDARA
A. Rencana Tata Guna Tanah
Rencana tata guna tanah merupakan bentuk nyata pelaksanaan pasal 2, 14 dan 15 UUPA yang juga dijiwai undang-undang lain yang mengurus
penggunaan tanah. Tujuan RTGT adalah untuk mengatur persediaan, peruntukan, penggunaan tanah agar memberi menfaat yang LOSS Lestari, Optimal, Serasi,
Seimbang. Fungsi RTGT adalah bukan saja sebagai suatu prosedur penyediaan tanahm tetapi juga sebagai pengarahan kegiatan penggunaan tanah, jangka pendek
maupun jangka panjang, sehubungan dengan rencana pembangunan. RTGT harus benar-benar menjabarkan kebijaksanaan pembangunan sehingga RTGT tersebut
disusun setelah adanya penggarisan kebijaksanaan pembangunan. 1.
Dasar-dasar Pemikiran Penyusunan RTGT Dasar-dasar pemikiran falsafah penyusunan RTGT adalah sebagai
berikut : a.
Penggunaan tanah bersifat dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat yang menggunakan tanah.
b. Didasari bahwa tanah yang menjadi objek perencanaan sebagian
besar telah dilekati bermacam-macam hak berkaitan dengan pembebasan tanah.
c. Didahului oleh kegiatan yang akan dilakukandikerjakan yakni
melakukan survei baru kemudian alokasi tanahnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Berdasarkan pola pikir bahwa ruang daratan identik dengan tanah
Pasal 4 UUPA. 2.
Penyusunan RTGT Penyusunan RTGT berpegang pada hal-hal berikut.
a. Politik
RTGT tidak boleh bertentangan dengan kebijaksanaan pembangunan, bahkan harus sedemikian rupa sehingga
pembangunan berjalan sesuai dengan GBHN, Krida Kabinet, Trilogi Pembangunan. Dan UU No. 231997.
b. Hukum
RTGT mempertimbangkan benar-benar adanya hak-hak yang melekat di atas tanah sehingga tidak menimbulkan konflik-konflik
penggunaan tanah. c.
Organisatoris Bahwa penyusunan dan pelaksanaan RTGT harus mengikuti
prosedur pemerintah dan pembangunan tidak memihak pada sesuatu sektor. RTGT harus mengakomodasi semua sektor yang memerlukan
tanah sesuai prioritasnya. d.
Teknis RTGT disusun berdasarkan pada kriteria-kriteria teknis untuk
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang secara konsisten dipedomani.
30
3. Peranan Pemda dalam Penyusunan RTGT
30
Hasni, SH., MH., Op. Cit., halaman 45-46.
Universitas Sumatera Utara
Peranan Pemda dalam penyusunan RTGT adalah sebagai berikut : a.
Pasal 14 UUPA secara jelas menunjuk Pemda sebagai pelaksana penyusunan RTGT. Dalam hal ini, agar dapat mengakomodasi
kegiatan pembangunan di daerahnya Pemda perlu menyusun RTGT.
b. RTGT yang disusun Pemda mempunyai fungsi memberikan arah
penggunaan tanah serta sebagai sarana untuk mengoordinasi semua kegiatan pembangunan di daerah.
c. Koordinasi penyusunan RTGT dilakukan oleh BAPPEDA selaku
aparat pemerintah wilayah yang mengoordinasi pelaksanaan pembangunan di daerah.
d. RTGT yang disusun harus merupakan penjabaran dari rencana
pembangunan di daerah sepanjang menyangkut penetapan lokasi dan kebutuhan tanah, yang mencakup rencana jangka pendek lima
tahun dan rencana tahunan.
31
Hierarki RTGT mempunyai tingkatan-tingkatan berdasarkan cakupan waktu dan wilayah administrasi pemerintahan. Semakin sempit cakupan wilayah
perencanaan dan semakin pendek jangka waktunya, akan memiliki tingkat detail yang semakin tinggi.
Berdasarkan cakupan wilayah administrasi, hierarki RTGT terbagi dalam:
a. RTGT tingkat nasional;
b. RTGT tingkat provinsi;
31
Hasni, SH., MH., Op. Cit, Halaman 47.
Universitas Sumatera Utara
c. RTGT tingkat kabupaten;
d. RTGT tingkat khusus atau kecamatan.
Berdasarkan cakupan jangka waktu, hierarki RTGT terbagi dalam : a.
RTGT jangka panjang; b.
RTGT jangka menengah; c.
RTGT jangka pendek.
4. Hubungan antara Pengembangan Kota dan RTGT
Hubungan antara pengembang kota dan RTGT adalah sebagai berikut : a.
Secara fisik rencana pembangunan kota antara lain mengatur rencana struktur penggunaan tanah kota. Ini berarti menyangkut
soal lokasi. Dengan demikian, rencana pembangunan kota harus merupakan bagian dari RTGT di wilayah tersebut. Oleh karena itu,
hendaknya di dalam RTGT telah menunjuk wilayah-wilayah atau kota yang dapat dikembangkan menjadi kota dan dengan
memperkirakan kapasitas penduduk. b.
Seperti halnya pengertian bahwa tata ruang daratan pada hakikatnya sama dengan tata guna tanah, baik wujud maupun
prosedur penyusunan rencana-rencana tata ruang kota “identik” dengan RTGT perkotaan, sepanjang kota tersebut terletak di
daratan. Sudah tentu RTGT akan lebih spesifik karena esensinya berbeda dengan RTGT wilayah daerah, dimana fungsi kota
terutama sebagai pusat pemukiman dan pusat pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam memilih lokasi pembangunan, perlu diperhatikan hal-hal berikut yakni :
a. Sejauh mungkin harus dihindarkan pengurangan areal tanah yang
subur. b.
Sedapat mungkin dimanfaatkan tanah yang semula tidak atau kurang produktif.
c. Sedapat mungkin dihindarkan pemindahan penduduk dari tempat
kediaman.diperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau pencemaran lingkungan yang bersangkutan
berkaitan dengan UU No. 23 Tahun 1997. Tugas BPN dalam penyediaan tanah untuk kepentingan proyek
pembangunan bersifat menunjang keberhasilan proyek-proyek tersebut. Jadi, BPN memberi bantuan dalam bentuk sebagai berikut.
a. Penyediaan tanah secara fisik sepanjang di wilayah kegiatan
pembangunan. Maksudnya masih ada tanah yang langsung dikuasai oleh negara, yang
memenuhi syarat untuk diberikan dengan segala sesuatu hak kepada instansi yang bersangkutan.
b. Dalam bentuk fasilitas-fasilitas yang berupa pelayanan dan
penyediaan data untuk mendapatkan tanah yang diperlukan bagi proyek pembangunan, misalnya :
1 penyediaan fakta daerah;
2 penyediaan data kemampuan daerah;
Universitas Sumatera Utara
3 rekomendasi dari Janwil BPN.
32
Pemda diberi kewenangan menyusun RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah berdasarkan Pasal 14 UUPA, atas pertimbangan bahwa Pemda
diyakinidapat dipastikan : 1
Menguasai dan memahami sepenuhnya tentang data kemampuan tanah di daerahnya misal : tingkat kesuburan, kondisi fisik tanah,
dan sebagainya. 2
Memahami sepenuhnya tentang fakta daerah misalnya data kependudukan, sosial ekonomi, dan sebagainya.
5. Penggolongan Penggunaan Tanah
Keputusan yang baik adalah keputusan yang didukung oleh data yang akurat. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan sebaiknya terlebih dahulu
mengadakan pengumpulaninventarisasi data dan analisis sehingga diperoleh data yang akurat. Di bidang tata guna tanah, salah satu data yang diperlukan untuk
mengambil keputusan selain fakta daerah adalah data penggunaan. Hasil inventarisasi dari pengolahan data penggunaan tanah ini disajikan
dalam : a.
bentuk daftar; b.
peta penggunaan tanah yang menggambarkan letak dari berbagai jenis penggunaan tanah;
32
Hasni, SH., MH., Op. Cit, Halaman 48-50
Universitas Sumatera Utara
c. unsur-unsur lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran
kehidupan pada umumnya, misalnya : sarana transportasikomunikasi, sungai, sumber air.
Untuk memudahkan pekerjaan inventarisasi, Direktorat Tata Guna Tanah, dalam hal ini BPN, membedakan dua jenis penggolongan penggunaan
tanah, yang didasarkan pada pemikiran bahwa antara keduanya ada perbedaan yang cukup prinsipil.
Penggolongan penggunaan tanah yang dimaksud adalah sebagai berikut. a.
Penggunaan Tanah Pedesaan Penggunaan tanah pedesaan terutama sebagian besar untuk
melakukan kegiatan-kegiatan pokok usaha yang memerlukan tanah tempatruang yang luas, misalnya seperti di bawah ini.
1 Pertanian: sawah, ladang, palawija, padang rumput makanan
ternak, penggaraman. 2
Peternakan: unggas, ternak lainnya, penggembalaan. 3
Perikanan tawar, asintambak. b.
Penggunaan Tanah Perkotaan Penggunaan tanah perkotaan, terutama untuk melakukan kegiatan
pokokusaha yang memerlukan tanah tempatruang yang relatif tidal luas dan biasanya juga diukur dengan bilangan m², bukan Ha, misalnya
untuk : 1.
perkantoran: jasa angkutankomunikasi; 2.
toko, perdagangan; 3.
industripabrik-pabrik;
Universitas Sumatera Utara
4. pendidikan;
5. bengkel;
6. pemukiman.
Urban atau zoning bertujuan untuk memberikan kejelasan atas tanah apa yang dipandang atau tak berpautan dalam penggunaannya, pemanfaatan secara
optimal construction yang ada menentukan dasar, luas dan tinggi suatu bangunan, termasuk jarak satu dengan lainnya.
Beberapa bentuk dari zoning yakni : 1.
Exclusive agricultural zoning Yang hanya membolehkan pertanian di daerah tersebut.
2. Floating Zone
Sebagai contoh, suatu keharusan zoning telah ditetapkan termasuk pada suatu zone pemukiman, tetapi perbatasan daripadanya tidak
terlihat pada suatu peta zoning. 3.
Contract zoning Suatu varisi dimana kotapraja tidak menetapkan lebih dahulu dalam
niatnya. Peta zoning dan peraturannya akan timbul secara teratur. Dan perubahan daripada umpamanya dari lingkungan pemukiman
menjadi lingkungan perdagangan, dan perobahan itu hanya untuk suatu atau dua penggunaan dengan persetujuan.
4. Planned Development Unit
Suatu model kota, yang mencampurkan berbagai macam-macam pemukiman dengan toko-toko atau lain-lain bangunan dan
Universitas Sumatera Utara
mempergunakan suatu daerah terbuka yang belum ada suatu klasifikasi zoning yang biasa.
Dengan adanya zoning, maka suatu wilayah atau daerah tertentu dibagi dalam beberapa zone penggunaan atas dasar kepentingan dan kegiatan usaha yang
hendak dilakukan, dimana antara satu dengan lain ada garis pemisah yang didasarkan pada fakta atau data yang tertentu di lapangan, akan tetapi didasarkan
pada : 1.
Perencanaan penggunaan tanah 2.
Terciptanya peta penggunaan tanah Dengan adanya perencanaan dan peta penggunaan tanah, maka di dalam
suatu wilayah daerah perkotaanzoning tidak akan terjadi tumpang tindih penggunaan tanah, misalnya daerah pemukiman tidak terdapat industri, menjaga
kawasan dan keamanan pada usaha. Pada daerah industri dapat diawasipengendalian lingkungan, sehingga dapat terwujud azas tata guna tanah di
daerah perkotaan yang dikenal dengan istilah ATLAS Aman, Tertib, Lancar dan Sehat.
33
Pembangunan kota pada hakikatnya jauh lebih sulit daripada pembangunan jenis lainnya, misalnya: pembangunan di suatu daerah pedesaan.
Hal ini disebabkan menyangkut berbagai macam aspek kehidupan masyarakt. Oleh karena itu, untuk berhasilnya suatu pembangunan kota harus didasarkan
6.Rencana Induk Kota dan Rencana Penggunaan Tanah
33
Zaidar, SH, M.Hum, Op. Cit., halaman 83-85
Universitas Sumatera Utara
pada suatu rencana induk kota yang disusun berdasarkan fakta daerah dan arah pembangunan wilayah dari kota itu sendiri.
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kota adalah sebagai berikut :
a. Sifat Kehidupan Kota
Pada hakikatnya penggunaan tanah di wilayah perkotaan adalah untuk pemukiman dan untuk bangunan-bangunan lainnya, seperti: perkotaan,
pusat-pusat perdagangan, pabrik-pabrik, sarana umumfasilitas sosial, sedangkan penggunaan tanah dipedesaan lebih ditekankan
penggunaannya untuk tanah pertanian. Sifat penggunaan tanah di wilayah perkotaan inilah yang menyebabkan
tanah di kota-kota dapat dibedakan dengan penggunaan tanah di pedesaan, baik ditinjau dari volume penggunaannya maupun intensitas
pemakaiannya dan persyaratan yang diperlukan. Sifat-sifat kehidupan di kota dapat digambarkan antara lain :
1 sifat penduduk kota yang anonimindividualitas;
2 memperoleh nafkah lebih banyak di bidang menjual jasa-jasa dan
perdagangan serta usaha-usaha di bidang npn-pertanian, banyak jenis usaha;
3 dinamika hidup tinggi, sifat masyarakat heterogen;
4 segala sesuatu lebih didasarkan pada kebutuhan materi masyarakat
dengan ciri hubungan kepentinganpamrih; 5
penyakit mudah berjangkit di bagian kota tertentu. b.
Syarat kehidupan kota
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup di kota adalah :
1 harus ada suasana dan rasa aman dan tentram pada warga kota
aman dari gangguan manusia, kebakaran, kebanjiran, longsor, putusnya sumber hidup, lalu lintas;
2 harus ada suasana tertib di segala bidang dan urusan;
3 segala sesuatu harus lancar terutama komunikasi dan lalu lintas
adanya dinamika tinggi; 4
adanya suasana sehat bebas dari penyakit menular, pencemaran lingkungan, pembinaan kesehatan jasmanirohani.
34
Berhasil atau tidaknya sesuatu pembangunan sangat tergantung pada adanya rencana, pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi pengawasan, koordinasi,
dan sinkronisasi sangat perlu dalam agar pembangunan itu tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan serta tidak tumpang tindih dan saling bertentangan
fungsi dan kegunaannya satu sama lain sehingga tercapai keserasian di dalam fisik pembangunan maupun manfaatnya.
Peranan bupatiwalikota sebagai kepala wilayah adalah pengusahaadministrator tunggal pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan sangat diperlukan untuk menggerakkan, mengendalikan dan mengoordinasi pembangunan di daerahnya. Demikian juga di bidang tata guna
tanah, peranan bupatiwalikota juga sangat diperlukan agar pembangunan yang diadakan itu betul-betul sesuai deengan fakta daerah maupun persyaratan yang
34
Hasni, SH., MH., Op. Cit. Halaman 54-55.
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan dalam rencana penggunaan tanah sebagai tempat bagi pelaksanaan pembangunan itu.
Kebutuhan tanah untuk pembangunan kota-kota memang sebagian besar dibutuhkan oleh masyarakat, terutama untuk kebutuhan perumahan yang menjadi
elemen utama kegiatan kota. Keadaan ini dapat ditunjukkan dengan data yang ada di BPN dari 13 kota, yaitu bahwa antara 60-80 perumahan. Perkembangan
daerah perumahan akan terus berlanjut. Seiringan dengan itu, kebutuhan tanah bagi kegiatan lainnya yang akan menjadi penunjangnya akan turut berkembang
perdagangan, ruang hijau, dan lain-lain, walaupun luasnya tidak sama dengan perkembangan kebutuhan untuk perumahan.
Berdasarkan pertimbangan itulah masalah penyediaan tanah bagi berbagai kepentingan untuk pelaksanaan pembangunan kota perlu diarahkan
sehingga tujuan usaha penataan ruang tercapai. Kota dapat tercapai sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Maka dalam
prosedur penyediaan tanahnya, harus dilaksanakan dengan urutan prioritasnyanya sesuai dengan tingkat kepentingannya. Jika tidak ditetapkan prioritasnyam, akan
terjadi rebutan dalam pemilihan lokasi tiap kegiatan sehingga akan menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan kotanya.
Perkembangan penduduk kota dari waktu ke waktu harus selalu diantisipasi dengan perkembangan kebutuhan penunjangnya sehingga apabila
terjadi kekeliruan dalam mengantisipasinya, akan menyebabkan ketidakseimbangan antar kebutuhan dengan pelayanan. Hal ini akan
mengakibatkan sasaran usaha penataan ruang yang mengarah pada yang kurang diharapkan. Maka perlu untuk selalu diupayakan adanya keserasian antara
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan dan pelayanan bagi kehidupan penduduk kotanya, serta perlunya memantau tingkatstandar kebutuhan masyarakat kota yang selalu berubah sesuai
dengan dinamika dari pembangunan perkotaan. Dalam usaha penataan ruang kota, setiap perubahan yang mungkin terjadi di luar dugaan sebelumnya harus dapat
diantisipasi sehingga tata ruang yang direncanakan harus bersifat dinamis, sesuai dengan kondisi fisik, ekonomi, dan sosiokultur masing-masing kotanya.
B. Penyediaan Lahan Untuk Kawasan Bandar Udara