4.3.1. Hubungan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going
Concern.
Hasil ini cenderung menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung menerima opini going concern ketika mempertahankan
auditornya. Hal ini disimpulkan dari koefisien variabel opinion shopping yang bertanda negatif. Ini membuktikan bahwa kondisi
opinion shopping di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang dikemukakan oleh Teoh 1992, yaitu cara kedua,
yaitu apabila auditor tersebut independen maka, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik auditor yang cenderung
memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern.
Argumen ini tidak sejalan dengan dengan pendapat dari Chow dan Rice 1982 dalam Lennox 2002, dimana dikatakan walaupun
auditor sering mengganti auditor setelah menerima opini going concern, masih belum jelas apakah ini mencerminkan praktik
opinion shopping. Apalagi masih besar adanya kemungkinan bahwa opinion shopping justru terjadi pada perusahaan yang
mempertahankan auditor lama. Bukti empiris ini menunjukkan indikasi bahwa auditor di Indonesia masih cukup independen.
4.3.2. Hubungan Reputasi Auditor terhadap Penerimaan Opini Going
Concern.
Auditor berkualitas tinggi dianggap akan mampu mendeteksi karakterisrik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya
kepada publik. Sehingga dapat dikatakan perusahaan yang menggunakan jasa KAP big four adalah perusahaan yang
cenderung memiliki kinerja dan karakteristik yang baik, sehingga pendapat yang mereka terima adalah cenderung pendapat wajar
tanpa pengecualian, sementara perusahaan dengan kinerja dan karakteristik yang kurang baik cenderung menggunakan KAP non
big four dengan harapan bahwa KAP non big four tidak dapat mendeteksi kinerja dan karakteristik mereka yang tidak baik
tersebut, sedangkan disisi lain auditor berusaha untuk menjaga reputasinya dengan selalu bekerja secara objektif.
Pada perkiraan awal peneliti meyakini bahwa reputasi KAP memiliki pengaruh yang negatif terhadap penrimaan opini going
concern. Asumsi ini tidak terbukti dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa reputasi audit yang diproksikan dengan skala
KAP Big four dan non Big four ternyata memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan bersifat positif. Tanda positif menunjukkan
bahwa perusahaan cenderung memperoleh opini going concern ketika menggunakan jasa KAP Big for, sementara perusahaan yang
menggunakan jasa KAP non Big four cenderung memperoleh opini
non going concern. Pendapat Scott 2001 menjelaskan hal ini dimana manajer yang rasional tidak akan memilih auditor
berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Mutchler 1997 yang menemmukan bukti univariate bahwa auditor berskala besar
Big four lebih cenderung untuk mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
dibandingkan auditor berskala kecil non Big four. Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penlitian Setyarno 2006 dan
tamba 2009. Meskipun menggunakan sektor yang sama, yakni perusahaan manufaktur namun tahun penelitiannya berbeda dengan
peneliti sebelumnya dimana saat itu persaingan sektor manaufaktur sangat ketat sehingga prodeusen dalam negeri harus bersaing
dengan produsen luar negeri yang mampu memproduksi barang dengan harga yang lebih murah.
4.3.3 Hubungan Financial Distress terhadap Penerimaan Opini Going