P Faktor Kekuatan RENSTRA BAPPEDA 2012 - 2017

17 2.2 SUMBER DAYA SKPD 2.2.1 KONDISI KEPEGAWAIAN Kondisi personil suatu organisasi sangat menentukan dalam mendukung pelaksanaan tupoksi yang diemban. Kondisi personil atau kepegawaian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang dapat disampaikan sebagai berikut:

a. P

ENDIDIKAN Jumlah keseluruhan pegawai Bappeda pada bulan Juni 2011 sebanyak 39 orang, yang terdiri dari 26 pegawai laki-laki dan 13 pegawai perempuan. Selanjutnya bila dilihat dari tingkat pendidikan formal, maka diketahui sebagian besar karyawan Bappeda Kabupaten Batang berpendidikan setingkat Sarjana S1 yaitu sebanyak 23 orang; selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh yang berpendidikan Pasca Sarjana S2 sebanyak 11 orang; Diploma 1 orang; SMASederajat sebanyak 3 orang; dan SDSederajat sebanyak 1 orang. 18 b. G OLONGAN DAN E SELON Dilihat dari golongan kepangkatan, tampak bahwa sebagian besar pegawai Bappeda Kabupaten Batang bergolongan III yaitu sebanyak 23 orang, kondisi ini menunjukan adanya penumpukan golongan di tengah piramida. Selanjutnya, secara berurutan diikuti oleh golongan IV sebanyak 9 pegawai, golongan II sebanyak 5 pegawai, golongan I sebanyak 1 orang dan 1 orang tenaga honorer atau pegawai tidak tetap. Selanjutnya, dari sisi eselonisasi, diketahui bahwa sebagian besar pegawai Bappeda Kabupaten Batang menduduki jabatan staf atau non eselon, yaitu sebanyak 18 orang, selanjutnya secara berurutan pejabat eselon IVa sebanyak 13 orang, pejabat eselon IIIb sebanyak 5 orang, pejabat eselon IIIa 1 orang, pejabat eselon IIb 1 orang, dan 1 orang pejabat fungsional perencana.

c. D

IKLAT P ENJENJANGAN DAN T EKNIS F UNGSIONAL Peningkatan pengetahuan dan kemampuan pegawai sangatlah penting bagi suatu organisasi, termasuk bagi organisasi seperti Bappeda Kabupaten Batang, yang merupakan salah satu SKPD kunci dalam Pemerintahan Kabupaten Batang. 19 Peningkatan kemampuan pegawai Bappeda dapat dilihat dari dua jenis pendidikan dan latihan Diklat, yaitu Diklat Penjenjangan dan Diklat Teknis Fungsional. Pegawai Bappeda yang telah mengikuti Diklat Penjenjangan sebanyak 21 orang atau 53,85 persen dari total pegawai. Kondisi atau komposisi kepesertaannya dalah 14 orang 66,67 persen telah mengikuti Diklatpim IV, masing-masing 3 orang 14,29 persen telah mengikuti Diklatpim III dan Diklat Jabatan Fungsional Perencana, dan 1 orang 4,76 persen telah mengikuti Diklatpim II. Selanjutnya, bila dilihat dari kepesertaan pada Diklat Teknis Fungsional, maka ada 7 orang atau 17,95 persen dari total pegawai yang telah mengkuti; selengkapnya adalah 4 orang 57,14 persen telah mengikuti Diklat Bendaharawan, 2 orang 28,57 persen telah mengikuti Diklat Amdal, dan 1 orang 14,29 persen telah mengikuti Diklat KKD.

2.2.2 KONDISI PERLENGKAPAN

Dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tupoksi yang dimiliki, Bappeda Kabupaten Batang didukung dengan beberapa sumber daya perlengkapan atau peralatan. Bappeda 20 berlokasi di lingkungan perkantoran sekitar Pendopo Kabupaten Batang, tepatnya pada sebuah gedung berlantai tiga, diatas tanah seluas 495 m 2 . Dalam operasionalisasinya, Bappeda Kabupaten Batang didukung dengan beberapa peralatan kantor, yang dapat disebutkan pada periode Akhir 2011 beberapa diantaranya sebagai berikut: Personal Computer PC sebanyak 19 unit, Laptop sebanyak 8 unit, Plotter sebanyak 1 unit, Printer sebanyak sebanyak 29 unit, LCD Proyektor sebanyak sebanyak 3 unit, Digital Camera sebanyak 5 unit, Facsimile 2 unit, Intercom sebanyak 1 unit, Video Camera sebanyak 1 buah, Ruang Pertemuan sebanyak 2 buah, dan AC sebanyak 21 unit. Sedangkan untuk mendukung mobilitas petugas dalam dinas luar, Bappeda memiliki inventarisasi kendaraan dinas, yang terdiri atas 2 buah kendaraan roda empat dan 23 buah kendaraan roda dua.

2.2.3 KONDISI KEUANGAN

Untuk mendukung pelaksanaan tugas Bappeda Kabupaten Batang, pada setiap tahun telah dialokasikan anggaran belanja sebagaimana yang tercantum dalam APBD Kabupaten Batang, yang selengkapnya tampak pada tabel berikut ini: 21 Tabel 1 KONDISI BELANJA BAPPEDA KABUPATEN BATANG TAHUN 2007 - 2011 No. SUMBER TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 1. APBD Kabupaten Batang 5.967.134.144 7.060.534.977 4.426.941.858 4.000.320.886 3.931.395.950 Belanja Tidak Langsung 1.813.877.344 1.986.362.127 1.754.052.258 1.775.883.853 1.564.820.000 Belanja Langsung 4.153.256.800 5.074.172.850 2.672.889.600 2.224.437.033 2.366.575.950 2. APBD Provinsi Jawa Tengah 100.000.000 100.000.000 120.000.000 470.000.000 120.000.000 3. Total 6.067.134.144 7.160.534.977 4.546.941.858 4.470.320.886 4.051.395.950 Sumber: Bappeda Kabupaten Batang, 2011 Berdasarkan pada data dalam tabel di atas, diketahui bahwa selama tahun 2007-2011, Bappeda mendapatkan sumber belanja kegiatan dari APBD Kabupaten Batang dan APBD Provinsi Jawa Tengah. Kemudian, alokasi anggaran yang diterima cenderung bersifat fluktuatif, dimana dari tahun 2007 cenderung naik pada tahun 2008, namun dari tahun 2008 cenderung turun pada tahun 2009. Tahun 2010 naik di banding tahun 2009 dan turun pada Tahun 2011. Alokasi 22 anggaran untuk belanja langsung dari tahun 2007 sd 2011 cenderung lebih besar daripada alokasi untuk belanja tidak langsung.

2.3 KINERJA PELAYANAN SKPD.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mekanisme perencanaan pembangunan daerah ke depan dituntut untuk semakin mengedepankan pendekatan perencanaan pembangunan partisipatif participatory planning. Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sistem Perencanaan Pembangunan mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: politik; teknokratik; partisipatif; atas- bawah top-down; dan bawah atas bottom-up. Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program- 23 program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepada Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan stakeholders terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas- bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas- bawah dan bawah atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat kabupatenkota, kecamatan, dan desa. Perencanaan pembanguann terdiri dari empat 4 tahapan yakni: penyusunan rencana; penetapan rencana; pengendalian pelaksanaan rencana; dan evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan 24 sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap satu rencana untuk ditetapkan yang terdiri dari empat 4 langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat stakeholders dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah berikutnya adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sedangkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala 25 Daerah, Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan- kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan LembagaSatuan Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya MenteriKepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Lembagasatuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan input, keluaran output, hasil result, manfaat benefit, dan dampak impact. Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Perangkat Daerah berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. 26 Dalam melaksanakan evaluasi kinerja kegiatan pembangunan, Perangkat Daerah mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah disusun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dimaksud disusun oleh pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

2.3.1 K

ONDISI U MUM P ERENCANAAN S AAT I NI Lima tahun terakhir, pada umumnya, kualitas penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Batang terus menerus mengalami peningkatan. Beberapa indikator yang menyebabkan 27 adanya peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan tersebut meliputi : a. Meningkatnya intensitas keterlibatan berbagai unsur pemangku kepentingan pembangunan antara lain: DPRD, LSM, Lembaga masyarakat tingkat desa, organisasi profesi, perguruan tinggi, dan sektor swasta; b. Meningkatnya kualitas sistem perencanaan dengan terselenggaranya mekanisme perencanaan partisipatif; c. Terselenggaranya forum SKPD dan gabungan SKPD; d. Meningkatnya konsistensi antara dokumen perencanaan dengan mekanisme penyusunan anggaran; e. Meningkatnya intensitas pendampingan perencanaan di tingkat kecamatan oleh Bappeda dan SKPD terkait. Peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan tidak lepas dari meningkatnya kapasitas kelembagaan Bappeda meliputi kapasitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta sistem perencanaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, meliputi: a. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan diklat fungsional; 28 b. Tersedianya hasil-hasil kajian perencanaan, meliputi: masterplan, grand design, RDTRK, RTRW, data base, dan kajian sektor lainnya sebagai pendukung perencanaan; c. Fasilitasi berbagai forum multistakeholders di bidang perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan lainnya; d. Meningkatnya koordinasi perencanaan intern yang mantap, sinergis, dan terpadu antara lain melalui focussed group discussion FGD; e. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data dan informasi. Namun disayangkan, peningkatan kualitas penyelenggaraan ini belum secara signifikan diikuti oleh peningkatan kualitas produk perencanaan. Hal ini disebabkan adanya beberapa tantangan dan permasalahan pokok antara lain: a. Perubahan peraturan perundangan dan pedoman yang mengatur mekanisme perencanaan; b. Masih adanya persepsi yang salah terhadap posisi Bappeda sebagai lembaga perencanaan; c. Belum mantapnya mekanisme perencanaan antara Bappeda dengan SKPD dan antar SKPD; 29 d. Mengendurnya semangat masyarakat akibat dari menurunnya kepercayaan terhadap jaminan kepastian akan direalisasikannya rencana; e. Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan dan berakibat pada tumbuhnya perilaku nerabas shortcutting; f. Internal birokrasi: lemahnya koordinasi dan masih adanya ego sektoral antar SKPD, SKPD dengan Desa; rendahnya kapasitas dan komitmen SKPD pada proses perencanaan; rendahnya kapasitas fiskal pemerintah daerah yang berakibat pada lebarnya celah fiskal fiscal gap; g. Internal Bappeda: belum mampu menyediakan standard operating procedure SOP perencanaan, alat-alat praktis analisis kelayakan kegiatan yang kredibel; belum meratanya kapasitas analitik SDM perencanaan; belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan data, teknologi informasi dan komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta pengendalian perencanaan pembangunan. Sebagai bentuk pelaksanaan tupoksi, Bappeda Kabupaten Batang telah menghasilkan beberapa produk perencanaan 30 pembangunan yang bersifat multi aspek, selengkapnya tampak pada tabel di bawah: Tabel 2. Produk Perencanaan Bappeda Kabupaten Batang Tahun 2009 - 2011 BIDANG 2007 2008 2009 2010 2011 EKONOMI 1. PDRB 1. PDRB 1. PDRB 1. PDRB 1. PDRB 2. IHB 2. IHB 2. IHB 2. IHB 2. IHB 3. IHK 3. IHK 3. IHK 3. IHK 3. IHK 4. Profil Investasi Agro Pagilaran 4. Profil Investasi Agro Pagilaran 4. Peta Potensi Ekonomi 5. Masterplan Tanaman Tembakau 4. Buku Nilai Tukar Petani dan Pemerataan Pendapatan 5. FEDEP 5. Profil Ujung Negoro 5. Identifikasi Lahan Tanaman Temabakau 6. Roadmap Tanaman Tembakau 6. Dampak Jalan Tol 6. Identifikasi Lahan Tanaman Cengkeh 7. Profil Pantai Sigandu 8. Potensi Ekonomi 9. Potensi Pendapatan PRASWIL 1. Revisi RTRW Kabupaten Batang 1. Revisi RUTRK IKK Gringsing dan Bawang 1. NSAD 1. Penyiapan Lokasi Pamsimas 1. Penyiapan Lokasi Pamsimas 2. RUTRK IKK Kecamatan Baru Banyuputih, Pecalungan, Kandeman 2. Survai Pemetaan Kabupaten Batang 2. Resapan Air 2. Publik Hearing RTRW Kab Batang 2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis KLHS 3. BKPRDBP4D 3. BKPRDBP4D 3. FS Gor Indor 4. NSAD 4. NSAD 5. Survai Pemetaan Kota Batang 5. Tatralok 6. Penataan Kawasan Lindung 31 Sumber: Bappeda Kabupaten Batang, 2011 7. Resapan Air Bawah Tanah 8. RDTR Koridor Jalan Tol STATDAL 1. IPM 1. IPM 1. IPM 1. IPM 1. IPM 2. EAK 2. EAK 2. EAK 2. EAK 2. EAK 3. Batang Dalam Angka 3. Batang Dalam Angka 3. Batang Dalam Angka 3. Batang Dalam Angka 3. Batang Dalam Angka 4. Kecamatan Dalam Angka 4. Kecamatan Dalam Angka 4. Kecamatan Dalam Angka 4. Kecamatan Dalam Angka 5. Profil Kabupaten Batang 5. Profil Kabupaten Batang 5. Profil Kabupaten Batang 5. Profil Kabupaten Batang 5. Profil Kabupaten Batang 6. LKPJ 6. LKPJ 6. LKPJ 7. LKPJ-AMJ SOSBUD 1. Studi Kelayakaan Pembangunan Gedung BLK Kabupaten Batang 1. RAD PUS 1. Penyusunan Profil Tenaga Kerja 1. FS Rumah Sakit Type D Limpung 2. Inventarisasi Sarana Umum Pendidikan dan Kesehatan 2. Pendataan Rumah Tangga Miskin Tahun 2008 2. Penyusunan Indikator Kesra 2. DED Rumah Sakit Type D Limpung 3. Profil Pendidikan per Sekolah Kabupaten Batang 3. Penyusunan Buku ASIA 3. Pendataan Rumah Tangga Miskin Tahun 2010 4. SMAMK dan MA, TKRA, SD dan MI, Sarana Kesehatan 4. Indikator Makro Pendidikan Menengah 5. Koordinasi PUS dan Jamkesnas LITBANG 1. RPJP 1. Studi analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat 1. Revisi Matrik RPJMD 1. Evaluasi RPJM Indikator Mikro 1. Evaluasi KeselarasanRel evansi RPJMD Th 2007-2012 dengan RPJMNAS 2. RPJM 2. Studi Analisis Tingkat Kebutuhan Masyarakat 2. Renstra SKPD Bappeda 3. Studi Air Bawah Tanah 3. Indentifikasi Produk Unggulan Kabupaten Batang 3. Evaluasi RPJMD SEKRETARI AT 1. RENJA 1. RENJA 1. RENJA 1. RENJA 1. RENJA 2. RKPD 2. RKPD 2. RKPD 2. RKPD 2. EVALUASI RKPD 3. KUA PPAS 3. KUA PPAS 3. RKPD 32 2.4 TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN SKPD Dalam kurun waktu empat tahun kedepan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang dimiliki, Bappeda diharapkan responsif, kreatif dan inovatif agar mampu menjawab perubahan lingkungan dan tantangan untuk mewujudkan perencanaan berkualitas dengan mengedepankan pendekatan perencanaan partisipatif diawali dengan meningkatkan kualitas perencanaan teknokratik melalui peningkatan kapasitas dan komitmen SDM perencanaan, memantapkan kelembagaan perencanaan di tingkat basis, serta koordinasi dan komunikasi antar pemangku kepentingan. Untuk mewujudkan harapan diatas, beberapa kondisi yang harus disiapkan antara lain sebagai berikut: a. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, diharapkan ke depan tidak lagi sering terjadi perubahan peraturan atau pedoman penyelenggaraan perencanaan pembangunan, disisi lain Bappeda senantiasa perlu bersikap kritis, arif dan cerdas agar pelaksanaan perencanaan pembangunan tidak menyimpang dari peraturan yang akan diterbitkan. 33 b. Meningkatnya koordinasi antara institusi perencana dengan pemegang otoritas penganggaran, untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, dengan menyikapi secara arif dan cerdas pemberlakuan peraturan perundangan tentang perencanaan dan keuangan negara. c. Meningkatnya kepercayaan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya terhadap mekanisme perencanaan dan kredibilitas institusi perencana. d. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan di tingkat basis dengan harapan dapat meningkatkan efektivitas proses perencanaan. e. Mantapnya koordinasi perencanaan pembangunan antar SKPD, SKPD dengan Desa guna mendukung terwujudnya perencanaan yang terintegrasi dan sinergis. f. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia dan unit perencanaan pada SKPD. g. Meningkatnya kualitas kebijakan fiskal dalam menyikapi celah fiskal yang ada sehingga secara optimal dapat memanfaatkan kapasitas fiskal untuk mencapai tujuan pembangunan. h. Tersusunnya standard operating procedure SOP perencanaan. 34 i. Tersedianya alat dan metode penilaian kelayakan dan penetapan skala prioritas kegiatan. j. Meningkatnya kualitas SDM perencana terhadap penguasaan keahlian skill fungsional perencanaan yang sesuai tugas pokok dan fungsi Bappeda. k. Terbukanya peluang mengikuti program beasiswa pendidikan formal. l. Mantapnya pengelolaan dan pemanfaatan data, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan. m. Telaahan RTRW terhadap pelayanan SKPD. Bappeda sebagai penyusun perencanaan pembangunan daerah memberikan masukan dalam penyusunan perencanaan secara makro termasuk juga pada Penyusunan RTRW Kabupaten Batang. Penyusunan RTRW telah sesuai dengan amanat Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan saat ini sudah diperdakan yaitu Perda No. 7 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Batang tahun 2011-2031. Adapun penyusunan KLHS RTRW Kabupaten Batang tahun 2011-2031 dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap pemanfaatan ruang wilayah saat ini dan pemanfaatan ruang ke depan, yang 35 bertujuan untuk mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di dalam RTRW sehingga kebijakan, rencana dan program tersebut dapat disempurnakan, 36 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN SKPD

Dalam melakukan analisis untuk menentukan strategi, sasaran, program dan kegiatan selama lima tahun ke depan Renstra Bappeda Kabupaten Batang, menggunakan telaahan SWOT. Telaahan ini menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi selama beberapa tahun yang akan datang.

3.1.1 A

NALISIS L INGKUNGAN I NTERNAL

a. Faktor Kekuatan

Telah ditetapkannya Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati yang memberikan kejelasan mengenai kedudukan, tugas pokok, fungsi, dan wewenang yang menjadi tanggung jawab Bappeda. Struktur organisasi pada Bappeda terisi oleh staf yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan 37 fungsi sebagai Badan Perencana Pembangunan di Daerah dengan tingkat pendidikan yang cukup memadai. Aparat Bappeda bekerja secara profesional, memiliki integritas, dedikasi dan komitmen yang tinggi. Pola kerja di Bappeda yang sistematik dan terjadwal sehingga bisa memberikan hasil yang optimal, efisien, dan efektif. Hubungan kerja dan koordinasi yang baik antara pimpinan dan staf Bappeda sehingga tercipta suasana kerja yang kondusif dan nyaman. Tersedianya sarana, prasarana dan sumber pembiayaan yang cukup untuk kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Bappeda. Keberadaan Bappeda sebagai lembaga perencanaan pembangunan daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional yang mengatur kewenangan perencanaan dan menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan 38 evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkualitas. Dokumen-dokumen perencanaan yang disusun oleh Bappeda sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah sudah dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur.

b. Faktor Kelemahan