Campuran Aspal Beton KAJIAN PUSTAKA

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Campuran Aspal Beton

Campuran aspal adalah kombinasi material bitumen dengan agregat yang merupakan permukaan perkerasan yang biasa dipergunakan akhir-akhir ini. Material aspal dipergunakan untuk semua jenis jalan raya dan merupakan salah satu bagian dari lapisan aspal beton jalan raya kelas satu hingga dibawahnya. Material bitumen adalah hidrokarbon yang dapat larut dalam karbondisulfat. Material tersebut biasanya dalam keadaan baik pada suhu normal apabila kepanasan akan melunak atau berkurang kepadatannya. Ketika terjadi pencampuran antara agregat dengan bitumen yang kemudian keadaan dingin, campuran tersebut akan mengeras dan akan mengikat agregat secara bersamaan dan membentuk suatu lapisan permukaan perkerasan Putrowijoyo, 2006. 1. Aspal Aspal didefinisikan sebagai material perekat cementitious berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Tar adalah material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semipadat, dengan unsur utama bitumen sebagai hasil kondensat dalam destilasi destruksif dari batubara, minyak bumi, atau material organik lainnya. Pitch didefinisikan sebagai material perekat cementitious padat, berwarna coklat atau hitam, yang berbentuk cair jika dipanaskan. Pitch diperoleh 6 sebagai residu dari destilasi fraksional tar . Tar dan Pitch tidak diperoleh di alam, tetapi merupakan produk kimiawi. Dari ketiga material pengikat di atas, aspal merupakan material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal. Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10 berdasarkan berat campuran, atau 10- 15 berdasarkan volume campuran Sukirman, 2003. 2. Serat Polypropylene Serat Polypropylene berasal dari monomer C 3 H 6 merupakan hidrokarbon murni. Berdasar pada Zonsveld bahwa bahan ini dibuat dengan polimerisasi, merupakan molekul yang berat dan proses produksi sampai menjadi serat gabungan untuk memberikan sifat-sifat yang berguna pada serat Polypropylene ini. Susunan atom biasa dalam molekul polymer dan kristalisasi tinggi,bernama Isotactic Polypropylene . Permukaan yang Hidrophobic , tidak akan basah terkena pasta semen, membantu mencegah pukulan pada serat dan mengembang pada saat pencampuran atau terletak pada tempat yag berbeda tidak perlu air. 7 Sifat-sifat yang dapat diperbaiki oleh serat Polypropylene menurut Tayyib dan Zahrani, 2005 adalah sebagai berikut: a. Daktilitas : berhubungan dengan kemampuan dalam menyerap energi. b. Ketahanan terhadap beban kejut Impact Resistance c. Kemampuan menahan tarik dan momen lentur d. Ketahanan terhadap kelelahan e. Ketahanan pengaruh susutan Shrinkage f. Ketahanan aus g. Ketahanan terhadap keretakan Spalling Kelemahan serat Polypropylene: a. Mudah menyala: api akan meninggalkan beton dengan penambahan porositas yang sama, pada serat yang menjadi satu sebagai serat untuk menahan benturan. Biasanya digunakan 0,3-1,5 volume . b. Modulus elastisitas yang rendah, berarti dengan adanya serat menurunkan ketahanan retak dari komposit. Dan hasil desakan sangat luas sebelum retak yang kompleks terjadi secara menyeluruh. c. Ikatan yang rapuh antara serat dan matriks berakibat pada kuat tarik rendah d. Serangan matahari dan oksigen, untuk melindungi polypropylene terhadap radiasi ultraviolet dan oksidasi pabrikasi biasanya menjadi penyetabil pada pigmen: yang mana hasil dalam serat cukup dapat diterima untuk digunakan pada atap pada bangunan-banguan militer. 8 3. Agregat a. Pengertian Agregat Berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum –Direktorat Jenderal Bina Marga. 1998 agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan. Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk butiran-butiran yang merupakan salah satu penggunaan dalam kombinasi dengan berbagai macam tipe mulai dari sebagai bahan material di semen untuk membentuk beton, lapis pondasi jalan, material pengisi, dan lain-lain Harold N. Atkins, PE. 1997. Sedangkan secara umum agregat didefinisikan sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat Silvia Sukirman, 2003. Beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa agregat sebagai suatu kumpulan butiran batuan yang berukuran tertentu yang diperoleh dari hasil alam langsung maupun dari pemecahan batu besar ataupun agregat yang disengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Seringkali agregat diartikan pula sebagai suatu bahan yang bersifat keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan pengisi campuran. Agregat dapat berupa berbagai jenis butiran atau pecahan batuan, termasuk di dalamnya antara lain: pasir, kerikil, agregat pecah, abudebu agregat dan lain-lain Harold N. Atkins, PE. 1997. 9 b. Jenis Agregat 1 Agregat Kasar Fraksi agregat kasar yaitu tertahan pada saringan 8 2,36mm, fungsi agregat kasar adalah sebagai berikut: a Memberikan stabilitas campuran dari kondisi saling mengunci dari masing –masing agregat kasar dan dari tahanan gesek terhadap suatu aksi perpindahan. b Stabilitas ditentukan oleh bentuk dan tekstur permukaan agregat kasar kubus dan kasar. Tabel 1. Persyaratan Agregat Kasar No Jenis Pekerjaan Standar Syarat Sat AASHTO Bina Marga Marga 1 Abrasi T-96-74 PB-0206-76 Max.40 2 Kelekatan terhadap aspal T-182-76 PB-0205-74 95 3 BJ semu T-85-74 PB-0202-76 2,50 - 4 Absorbsi T-85-74 PB-0202-76 3 RSNI 03-1737-1989 2 Agregat Halus Fraksi agregat halus yaitu lolos saringan 8 dan tertahan 200, fungsi agregat halus adalah sebagai berikut: a Menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh sifat saling mengunci dari agregat kasar dan juga untuk mengurangi rongga udara agregat kasar. b Semakin kasar tekstur permukaan agregat halus akan menambah stabilitas campuran dan menambah kekasaran permukaan. 10 c Agregat halus pada 8 sampai dengan 30 penting dalam memberikan kekasaran yang baik untuk kendaraan pada permukaan aspal. d Pada Gap Graded , agregat halus pada 8 sampai dengan 30 dikurangi agar diperoleh rongga udara yang memadai untuk jumlah aspal tertentu, sehingga permukaan Gap Graded cenderung halus. e Agregat halus pada 30 sampai dengan 200 penting untuk menaikkan kadar aspal, akibatnya campuran akan lebih awet. f Keseimbangan proporsi penggunaan agregat kasar dan halus penting agar diperoleh permukaan yang tidak licin dengan jumlah kadar aspal yang diinginkan. Tabel 2. Persyaratan Agregat Halus No Jenis Pekerjaan Standar Syarat Sat. AASHTO Bina Marga 1 BJ Semu T-85-74 PB-0202-76 2,50 - 2 Absorbsi T-85-74 PB-0202-76 3 RSNI 03-1737-1989 3 Bahan Pengisi filler Bahan Pengisi atau filler adalah sebagai pengisi rongga udara pada material sehingga memperkaku lapisan aspal. Apabila campuran agregat kasar dan halus masih belum masuk dalam spesifikasi yang telah ditentukan, maka pada campuran aspal beton perlu ditambah dengan filler . Sebagai filler dapat digunakan debu batu kapur, debu dolomite atau semen Portland . filler yang baik adalah yang tidak 11 tercampur dengan kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki dan dalam keadaan kering kadar air maks. 1. c. Berat Jenis Agregat Berat Jenis Agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan volume air. Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar atau berat jenis ringan. Gambar 1. Skema Volume Butir Agregat Sumber: Sukirman, 2003. Berdasarkan gambar diatas terlihat skema volume butir agregat, yang terdiri dari volume agregat massif V s , volume pori yang tidak dapat diresapi oleh air V i , volume pori yang diresapi air V p +V c , dan volume pori yang dapat diresapi aspal V c . V s +V p +V i +V c = volume total butir agregat V p +V i +V c = volume pori agregat d. Gradasi Agregat Gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran partikelnya dan dinyatakan dalam persentase terhadap total beratnya. Gradasi ditentukan dengan melewatkan sejumlah material melalui serangkaian saringan dari ukuran besar ke ukuran kecil dan menimbang berat 12 material yang tertahan pada masing-masing saringan. Ukuran butir agregat menurut SNI 03-1968-2002 disajikan pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Ukuran Butir Agregat Ukuran Saringan Bukaan mm Ukuran Saringan Bukaan mm 4 inci 100,00 38 inci 9,5 3 ½ inci 90,00 No.4 4,75 3 inci 75,00 No.8 2,36 2 ½ inci 63,00 No.16 1,18 2 inci 50,00 No.30 0,6 1 ½ inci 37,50 No.50 0,3 1 inci 25,00 No.100 0,15 ¾ inci 19,00 No.200 0,075 ½ inci 12,50 - - Analisis saringan dapat dilakukan dengan cara basah atau kering. Analisis basah dilakukan untuk menentukan jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200, mengikuti manual SNI-M-02- 1994-03. Presentase lolos saringan ditentukan melalui pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar saringan kering sesuai manual SNI-03-1968-1990. Pemeriksaan jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200, dengan menggunakan saringan basah dapat dilanjutkan dengan mengeringkan benda uji dan selanjutnya melakukan pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar Sukirman, 2003. 4. Agregat Bantak Menurut Yusuf, 2011. Bantak merupakan limbah penambangan pasir yang melimpah dikantong pasir SABO Dam Merapi. Dalam penelitian, didapatkan bahwa bantak dapat dimanfaatkan sebagai bahan material 13 beton non-pasir. Perkembangan selanjutnya material ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan nonstruktural atau bangunan 1 lantai, beton cor ditempat, kolom, balok dan bata gama. Beberapa penelitian sebelumnya tentang pemanfaatan Bantak sebagai bahan perkerasan jalan, menyimpulkan bahwa batu Bantak dapat digunakan sebagai bahan perkerasan lentur jalan raya, yang kebanyakan penelitian tersebut memodifikasikan agregat kasar Bantak dengan agregat kasar lainnya, karena Bantak mempunyai nilai abrasi yang tinggi. Bantak juga mudah hancur, pasar permintaan Bantak rendah akibatnya Bantak hanya berfungsi sebagai limbah penambangan pasir. Kekuatan Bantak yang rendah adalah alasan yang paling utama, hal ini sesuai hasil penelitian –penelitian laboratorium yang mengatakan kerikil Merapi itu memiliki kadar keausan dibawah standar dan termasuk jenis batu ringan. Secara struktural, batuan ini memiliki kekuatan yang tidak tinggi. Meskipun begitu, karena ketersediaannya yang sangat melimpah maka Bantak perlu diteliti lebih lanjut sebagai material perkerasan lentur jalan raya.

B. Fungsi Aspal Sebagai Material Perkerasan Jalan

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26