BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 16
Berdasarkan APBK Aceh Tamiang tahun anggaran 2009-2011 rata-rata rasio persentase antara total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap
total pengeluaran yang meliputi belanja dan pengeluaran pembiayaan hanya sebesar 45.19 persen seperti dirinci pada tabel berikut :
Tabel 3.7 Analisa Proporsi Belanja Pemenuhan Aparatur
No Uraian
Total belanja untuk pemenuhan
kebutuhan aparatur Rp
Total pengeluaran Belanja +
Pembiayaan Pengeluaran
Rp Prosentase
a b
a b x 100 1
Tahun Anggaran 2009 178.456.031.283,00
461.907.007.049,17 38,63
2 Tahun Anggaran 2010
219.579.002.590,00 443.394.972.381,00
49,52
3 Tahun Anggaran 2011
249.500.681.482,00 526.278.045.366,46
47,41
Sumber : DPPKA Kab. Aceh Tamiang, 2012
Hal ini menunjukkan bahwa APBK Aceh Tamiang relatif baik dari sisi belanja, karena proporsi penggunaan anggaran untuk belanja aparatur tidak mendominasi
terhadap total pengeluaran dalam APBK.
b. Belanja Daerah
b.1. Kondisi Belanja Daerah Kabupaten Aceh Tamiang
Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan juga Peraturan Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Belanja Daerah terdiri dari :
1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
dengan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari jenis belanja a Belanja Pegawai, b Belanja Bunga, c Belanja Subsidi, d
Belanja Hibah, e Belanja Bantuan Sosial, f Belanja Bagi Hasil, g Belanja Bantuan Keuangan, dan h Belanja Tidak Terduga.
2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dikaitkan secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan, yang terdiri dari jenis belanja a Belanja Pegawai, b Belanja Barang dan Jasa, c Belanja Modal.
BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 17
Tabel 3.8 Realisasi Belanja Daerah
Tahun 2007-2011
Uraian Tahun
2007 2008
2009 2010
2011 1. Belanja Tidak
Langsung 155,520,728,200 208,286,671,844 226,400,375,602.17
258,372,329,396.0 294,959,198,310.46
- Pegawai
126,685,455,645 154,960,357,471
178,456,031,283 219,579,002,590.0 249,500,681,482
- Barang dan Jasa
- 1,359,180,823
- -
-
- Subsidi -
- -
- -
- Hibah 250,000,000
2,068,500,000 27,752,067,819.17 29,064,615,606 31,656,464,488
- Bantuan Sosial 6,869,844,000
40,707,087,550 6,678,399,500
4,639,660,700 7,954,977,440
- Bagi Hasil Kepada Provinsi
Kabupaten Kota dan
Pemerintah Desa
- -
- -
-
- Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi Kabupaten Kota
dan Pemerintah Desa
19,504,874,805 8,499,605,000
12,154,500,000 4,098,100,000
4,868,000,000
- Belanja Tak Terduga
2,210,553,750 691,941,000 1,359,377,000
990,950,500 979,074,900.46
2. Belanja Langsung 262,721,811,709
313,124,013,836 225,574,390,324 179,204,980,489.0 229,346,224,942.0
- Pegawai
44,068,449,900 46,157,422,607
45,296,347,482 47,122,489,400
54,105,705,600
- Barang dan Jasa
112,153,885,983 129,456,502,246
102,316,091,595 78,522,623,329.0
93,802,097,828.0
- Modal 106,499,475,826
137,510,088,983 77,961,951,247 53,559,867,760 81,438,421,514
TOTAL BELANJA 418,242,539,909 521,410,685,680
451,974,765,926.17 437,577,309,885
524,305,423,252.46
Sumber : DPPKA Kab. Aceh Tamiang, 2012
Dari tahun 2007 sampai dengan 2011 realisasi belanja menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi, dimana pada tahun 2007 hingga 2008 total
belanja mengalami peningkatan, pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan penurunan, kemudian pada tahun 2011 mengalami peningkatan. Sementara itu, bila
BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 18
dilihat dari komposisi belanja, selama tahun 2007 hingga 2011 realisasi belanja tidak langsung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan realisasi belanja
langsung menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi.
3.2.2. Analisis Pembiayaan
Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah, ketika terjadi defisit
anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah, penerimaan piutang daerah. Sedangkan pengeluaran pembiayaan terdiri dari penyertaan modal pemerintah daerah dan pembayaran pokok utang.
Gambaran pembiayaan riil daerah selama tahun 2009 sampai 2011 dapat dilihat pada tabel berikut :
BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 19
Tabel 3.9 Penutup Defisit Riil Anggaran
No Uraian
2009 2010
2011 1
2 3
4 5
1 Realisasi Pendapatan Daerah
414,878,932,523 450,412,643,698
533,310,656,064 dikurangi realisasi :
2 Belanja Daerah
451,974,765,926 437,577,309,885
524,305,423,252
3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah
9,932,241,123 5,817,662,496
1,972,622,114
A Defisit riil
47,028,074,526 7,017,671,317
7,032,610,698
ditutup oleh realisasi penerimaan pembiayaan :
4 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SiLPA
Tahun Anggaran Sebelumnya 52,527,353,528
5,499,279,002 12,516,950,320
5 Pencairan dana cadangan
- -
6 Hasil Penjualaan kekayaan daerah yang
dipisahkan -
-
7 Penerimaan pinjaman daerah
- -
-
8 Penerimaan kembali pemberian
pinjaman daerah -
- -
9 Penerimaan Piutang daerah
- -
80,500,000
B Total realisasi penerimaan pembiayaan
daerah 52,527,353,528
5,499,279,002 12,597,450,320
A-B Sisa Lebih Pembiayaan anggaran tahun
berkenaan 5,499,279,002
12,516,950,319 19,630,061,018
Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran Kab. Aceh Tamiang, 2012
Pada tabel penutup defisit riil diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2009 realisasi belanja dan pengeluaran pembiayaan melampaui realisasi pendapatan
sehingga terjadi defisit riil sebesar Rp. 47.028.074.526,- sehingga diperlukan anggaran penutup defisit pada tahun 2009. Untuk menutup defisit riil ini
BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 20
menggunakan penerimaan pembiayaan berupa SILPA tahun 2008, sebesar
Rp.52.527.353.528,-.
Sedangkan pada tahun 2010 menunjukkan realisasi belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan masih dibawah realisasi pendapatan, yang berarti tidak
terjadi defisit riil, sehingga tidak diperlukan anggaran penutup defisit riil. Oleh karena itu SILPA tahun sebelumnya tahun 2009 tidak dialokasikan guna menutup
defisit melainkan akan ditambahkan dengan penerimaan pembiayaan berupa SILPA tahun berkenaan tahun 2009 untuk dijadikan bagian sisa lebih perhitungan
anggaran SILPA tahun sebelumnya pada tahun 2010. Hal yang sama juga berlaku untuk tahun 2010. Untuk melihat komposisi defisit riil dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.10 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran
No Uraian
Proporsi dari total defisit riil
2009 2010
2011
1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SiLPA
Tahun Anggaran Sebelumnya -112
78 178
2 Pencairan Dana Cadangan
- -
- 3
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan
- -
- 4
Penerimaan Pinjaman Daerah -
- -
5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
daerah -
- -
6 Penerimaan Piutang Daerah
- -
1 7
Sisa Lebih Pembiayaan anggaran tahun berkenaan
-12 178
279
Sumber : DPPKA Kab. Aceh Tamiang, 2012
3.3. KERANGKA PENDANAAN
Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil
BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 21
keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama5 lima tahun kedepan. Langkah
awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah sebagaimana telah dihitung pada bagian diatas dan ke pos-pos mana sumber
penerimaan tersebut akan dialokasikan. Suatu kapasitas riil keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau belanja dan
pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama. Sebelum dialokasikan ke berbagai pos belanja dan pengeluaran, besaran
masing- masing sumber penerimaan memiliki kebijakan pengalokasian yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Penerimaan retribusi pajak diupayakan alokasi belanjanya pada program
atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan peningkatan layanan dimana retribusi pajak tersebut dipungut.
2. Penerimaan dari pendapatan hasil pengelolaan aset daerah yang
dipisahkan dialokasikan kembali untuk upaya-upaya peningkatan kapasitas dimana dana penyertaan dialokasikan sehingga menghasilkan
tingkat pengembalian investasi terbaik bagi kas daerah. 3.
Penerimaan dana alokasi umum diprioritaskan bagi belanja umum pegawai dan operasional rutin pemerintah daerah.
4. Penerimaan dari dana alokasi khusus dialokasikan sesuai dengan tujuan
dimana dana tersebut dialokasikan.
BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan III - 22
Tabel 3.11 Proyeksi Pendapatan pada APBK Tahun 2013-2017
No. Uraian
Tahun 2013 Tahun 2014
Tahun 2015 Tahun 2016
Tahun 2017 Rp
Rp Rp
Rp Rp
1 PENDAPATAN
631,572,072,013 685,698,921,731 744,464,538,725 808,266,473,601 877,536,347,757 1.1.
Pendapatan Asli Daerah 32,643,991,246
35,441,639,348 38,479,050,867 41,776,773,955
45,357,117,776
1.1.1. Pajak daerah 5,239,354,787
5,688,376,810 6,175,880,818
6,705,164,787 7,279,809,333
1.1.2. Retribusi daerah 19,333,092,725
20,989,973,152 22,788,851,179 24,741,896,251
26,862,320,759 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan
1,584,000,000 1,719,751,617
1,867,137,389 2,027,154,383
2,200,885,119 1.1.4. Penerimaan Zakat
1,500,000,000 1,628,552,668
1,768,122,527 1,919,653,772
2,084,171,514 1.1.5
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4,987,543,734
5,414,985,102 5,879,058,954
6,382,904,762 6,929,931,051
1.2. Dana Perimbangan