sebagai aktivitas sampingan warga setempat melakukan peternakan dan perdagangan. Terlepas dari itu sebagian kecil masyarakat juga memanfaatkan
kedai-kedai berupa warung-warung sebagai tempat dagangan guna untuk memenuhi kebutuhan pokok. Selain sektor perkebunan, peternakan dan pertanian
juga ada sarana perekonomian di Kecamatan Paya Bakong sebanyak 300 unit yang terdiri dari 248 unit kiostoko kelontong dan 52 unit kedai
makananminuman.
4.1.6. Kondisi Sosial Budaya
Pada umumnya kondisi sosial dan budaya Kecamatan Paya Bakong masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Agama Islam yang mereka anut, hal ini dapat
kita lihat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Kecamatan Paya Bakong masih memegang teguh nilai-nelai religius, seperti diadakan prosesi pembacaan doa-doa,
dan peusijuk merupakan proses menepung tawari, keluarga petanipekebun yang bersangkutan.
Nilai gotong-royong dan saling menolong serta jiwa kebersamaan masih sangat kental melekat pada diri masing-masing masyarakat Kecamatan Paya
Bakong. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti acara pernikahan, acara kematian dan acara hari-hari besar Islam.
Sarana prasarana yang dimiliki Kecamatan Paya Bakong cukup bervariasi yaitu tempat peribadatan, olah raga, dan perekonomian. Sarana beribadah umat
Islam terdapat di setiap desa yang ada di Kecamatan Paya Bakong. Secara umum, Kecamatan Paya Bakong memiliki 52 tempat peribadatan yaitu terdiri dari 13
mesjid, 39 meunasah atau surau, dan 1 musholla. Hal ini disebabkan karena semua penduduk Kecamatan Paya Bakong beragama Islam.
Sarana lain yang juga ada di Kecamatan Paya Bakong adalah fasilitas olah raga. Adapun fasilitas olah raga yang ada di Kecamatan Paya Bakong antara
lain 5 unit lapangan sepakbola, dan 15 unit lapangan bola voli.
4.2. Pola Interaksi Sosial Antara Sesama Pencari Jernang Dan Dengan
Toke, Masyarakat Pencari Rotan Serta Pembalak Liar Selama Di Hutan.
4.2.1. Aktivitas Masyarakat di Kawasan Hutan
Kondisi hutan lindung atau Kawasan Ekosistem Lauser KEL dan hutan produksi dengan luas di Kecamatan Paya Bakong dari tahun ke tahun
menunjukkan adanya penurunan kualitas hutan. Hutan salah satunya berfungsi sebagai habitat satwa di dalamnya. Penurunan kualitas hutan di Kecamatan Paya
Bakong dikarenakan peningkatan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mempengaruhi kebutuhan pangan dan berbagai
produksi lainnya untuk mencukupi kebutuhan manusia, menyebabkan munculnya berbagai masalah terutama yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup
manusia. Dengan pengamatan dari tinjauan lapangan berbagai kerusakan lingkungan telah terjadi, seperti: konversi lahan untuk pemukiman,
perkebunanpertanian, penebangan liar illegal logging, kebakaran hutan, dan pemburuan liar.
3
3
Usman. 2016. Konflik Antara Satwa Dan Manusia Studi Antropologi Lingkungan di Kecamatan Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara. Skripsi. Fisip Unimal.